pemicu 2 blok respirasi

109
PEMICU 2 BLOK RESPIRASI VICKY SEPTIAN ARISKA 405110244

Upload: zero-thirteen-eighty-one

Post on 13-Jul-2016

78 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ASDASD

TRANSCRIPT

PEMICU 2 BLOK RESPIRASI

VICKY SEPTIAN ARISKA405110244

LO

• 1. mm struktur faring2. mm hub faring dgn ruang kepala leher3. mm kelainan pd struktur faring kepala leher

nasofaring: adenoid hipertrofiorofaring: faringitis, tonsilitis akibat difterilaringofaring: epiglotitis akut, laringitis, trakea aspirasikepala: supuratif parotitis, supuratif cervical, supiratif cervical adenitis, medial lateral brancheal cyst, kistik hidroma, fistula

• Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus faucium, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus pharyngeus, dan ke bawah berhubungan esofagus. Faring terdiri atas

1. Nasofaring 2. Orofaring3. Laringofaring

1. Nasofaring Relatif kecil, mengandung serta berhubungan dengan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring, torus tubarius, kantong Rathke, choanae, foramen jugulare, dan muara tuba Eustachius.Batas antara cavum nasi dan nasopharynx adalah choana. Kelainan kongenitalkoana salahsatunya adalah atresia choana.Struktur Nasofaring :1. Ostium Faringeum tuba auditiva muara dari tuba auditiva2. Torus tubarius, penonjolan di atas ostium faringeum tuba auditiva yang disebabkan karena cartilago tuba auditiva3. Torus levatorius, penonjolan di bawah ostium faringeum tuba auditiva yang disebabkan karena musculus levator

veli palatini.4. Plica salpingopalatina, lipatan di depan torus tubarius5. Plica salpingopharingea, lipatan di belakang torus tubarius, merupakan penonjolan dari musculus

salphingopharingeus yang berfungsi untuk membuka ostium faringeum tuba auditiva terutama ketika menguap atau menelan.

6. Recessus Pharingeus disebut juga fossa rossenmuller. Merupakan tempat predileksi Nasopharingeal Carcinoma.7. Tonsila pharingea, terletak di bagian superior nasopharynx. Disebut adenoid jika ada pembesaran. Sedangkan jika

ada inflammasi disebut adenoiditis.8. Tonsila tuba, terdapat pada recessus pharingeus.9. Isthmus pharingeus merupakan suatu penyempitan di antara nasopharing da oropharing karena musculus

sphincterpalatopharing10. Musculus constrictor pharingeus dengan origo yang bernama raffae pharingei

2. OrofaringStruktur yang terdapat di sini adalah dinding posterior faring, tonsil palatina, fossa tonsilaris, arcus faring, uvula, tonsil lingual, dan foramen caecum.• a. Dinding posterior faring, penting karena ikut terlibat pada radang akut atau

radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di bagian tersebut.

• b. Fossa tonsilaris, berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses.

• c. Tonsil, adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dan ditunjang kriptus di dalamnya. Ada 3 macam tonsil, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual, yang ketiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa makanan

3. Laringofaring

• Struktur yang terdapat di sini adalah vallecula epiglotica, epiglotis, serta fossa piriformis.

• Fungsi faring yang terutama adalah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara, dan untuk artikulasi.

FARINGITIS

peradangan dinding faring yang disebabkan :Virus (40-60%)Bakteri (5-40%)AlergiTrauma,Toksin dan lain-lain

Penularan melaui sekret hidung dan ludah (droplet infection)

Infeksi oleh bakteri Streptokokus ß hemolitkus grup A melepaskan toksin ektraselular demam reumatik.

Epidemiologi• Faringitis dapat terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis

kelamin. • Pada 70-90% populasi anak usia 3-14 tahun di seluruh dunia diketahui

pernah mengalami faringitis akut. • Di Amerika Serikat diketahui sebanyak 12 juta orang per tahun

mengunjungi klinik kesehatan akibat mengalami faringitis akut. • Faringitis akut jarang ditemukan pada usia dibawah 1 tahun• Angka kejadian meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7

tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa

• Kematian yang diakibatkan faringitis jarang, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini

FAKTOR RISIKO1. Riwayat demam rematik2. HIV positif, pasien dengan kemoterapi,

immunosuppressed3. Diabetes Mellitus4. Kehamilan5. Pasien yang sudah memulai antibiotik sebelum

didiagnosis6. Nyeri tenggorokan untuk selama lebih dari 5 hari

Klasifikasi faringitis Faringitis akut :

1. Faringitis viral2. Faringitis bakterial3. Faringitis fungal4. Faringitis gonorea

Faringitis kronik :1.Faringitis kronik hiperplastik2.Faringitis kronik atrofi

Faringitis spesifik :1. Faringitis leutika2. Faringitis tuberkolosis

Faringitis akut

Etiologi :1. Streptococcus beta hemolyticus2. Streptococcus viridans3. Streptococcus pyogenes4. Virus

Patofisiologi

Penularan melalui droplet kuman menginfiltrasi lapisan epitel epitel terkikis jar.limfoid superfisial bereaksi pembendungan radang dgn infiltrasi leukosit polimorfonuklear

Manifestasi klinis

1. Suhu tubuh naik sampai dengan 40C2. Gatal/kering di tenggorok3. Lesu4. Nyeri sendi5. Anoreksia6. Suara serak (bila terkena laring)7. Tonsil membengkak8. Kelenjar submandibula membesar & nyeri

tekan (anak-anak)

Penatalaksanaan

• Antibiotik penisilin, sulfonamid• Antipiretik• Obat kumur / obat hisap dg desinfektan• Eritromisin / klindamisin bila alergi penisilin

Komplikasi 1. Otits media akut2. Abses peritonsil3. Abses parafaring4. Toksemia5. Septikemia6. Bronkitis

7.Nefritis akut8.Miokarditis9.Atritis

Faringitis viral Etiologi Manifestasi klinik

Adenovirus gejala faringitis & kojungtivtis (anak-anak)

Epstein Barr Virus faringitis dg produksi eksudat yg banyak, pembesaran kelenjar limfe.

HIV-1 nyeri tenggorok, nyeri telan, mual, demam

Virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus

tidak menghasilkan eksudat.

Coxachievirus lesi vesikuler di orofaring dan maculopapular rash.

Terapi Faringitis Viral

• Istrahat dan minum yang cukup• Kumur dengan air hangat• Analgetik (tablet hisap)• Antivirus metisoprinol (isoprenosine) pada

infeksi hSV 60-100 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak < 5 tahun diberikan 50mg/kgBB dibagi dalam 4-6 x pemberian sehari.

Faringitis bakterial

Infeksi grup A streptokokus ß hemolitikusGejala & tanda :1. Nyeri kepala2. Muntah3. Demam4. Jarang disertai batuk5. Tonsil membesar6. Tonsil dan faring hiperemis7. Terdapat eksudat8. Bercak petechiae palatum & faring9. Kelenjar limfe leher anterior membesar, kenyal &

nyeri tekan

Terapi Faringitis Bakterial• Antibiotik

– Diberikan bila penyebab utama : Streptokokus beta hemolitikus group A

– Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi dalam 3 x sehari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500 mg/hari

• Kortiosteroid deksametason 8-16 mg, IM, 1 kali. Pada anak 0,08-0,3 mg/kgBB, IM, 1 kali

• Analgetika• Kumur dengan air hangat atau antiseptik

Faringitis Fungal

• Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring

• Gejala dan tanda : – Umum :nyeri tenggorok, nyeri menelan– Pemeriksaan : tampak plak putih di orofaring dan

mukosa lainnya hiperemis

Terapi : Nystatin 100.000-400.000 2x/hari dan Analgetika

Faringitis Gonorea

• Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital

• Terapi : sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson 250 mg, IM

Faringitis kronik

• Terdapat 2 bentuk :- faringitis kronik hiperplastik- faringitis kronik atrofi

• Faktor predisposisi rinitis kronik, sinustis, iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, inhalasi uap yg merangang mukosa faring dan debu, pasien yang bernafas melalui mulut krn hidungnya tersumbat.

Faringitis kronik hiperplastik

• Terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring.

• Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi.

• Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior bergranular, tidak rata.•Gejala :

- tenggorok kering gatal- batuk yang bereak

Terapi :

1. Terapi lokal kausitik faring2. Pengobatan simptomatis obat kumur / tablet

hisap3. Obat antitusif atau ekspektoran jika perlu

Faringitis kronik atrofi

Sering timbul bersamaan dengan rinitis atrofi Gejala & tanda :

1.Tenggorokan kering2.Mulut berbau3.Mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental

•Terapi :1.Obat mulut2.Menjaga hygiene mulut3.Obat simptomatik

Faringitis leutika ( faringitis spesifik)

• Oleh karena Treponema palidum• Menimbulkan infeksi di daerah faring seperti juga

penyaki lues di organ lain.

Terbagi atas 3 stadium :1.Stadium primer2.Stadium sekunder3.Stadium tertier

• Stadium primer :1.Lidah, palatum mole, dinding posterior faring

berbentuk bercak keputihan.2.Ulkus pada daerah faring bila infeksi terus menerus.3.Pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan

•Stadium sekunder jarang ditemukan, terdapat eritema pada dinding faring yang menjalar ke arah laring.

• Stadium tersier :1.Terdapat guma2.Guma pada dinding poserior faring dapat

meluas ke ertebra servikal & bila pecah menyebabkan kematian.

3.Guma yang terdapat di palatum moe bila sembuh akan terbentuk jaringan parut

4. Diagnosa ditegakkan dg pemeriksaan serologi5. Terapi penisilin obat pilihan utama.

Faringitis tuberkulosis

Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru.

• Cara infeksi :1. Eksogen kontak dg sputum yang

mengandung kuman atau inhalasi kuman melalui udara.

2. Endogen penyebaran melalui darah pada tuberkulosis miliaris

Gejala :1. Anoreksia & odinofagia2. Nyeri hebat di tenggorok3. Nyeri di telinga / otalgia4. Pembesaran kelenjar limfa servikalUntuk menegakan diagnosa pem. Sputum

basil tahan asam, foto thorax, biopsi jaringan yang terinfeksi.

• Terapi sesuai dg terapi tuberkulosis paru.

TONSILOFARINGITIS

DefinisiPeradangan pada tonsil/ faring ataupun keduanya yang disebabkan oleh bakteri (ex : str. Beta hemolyticus, str. Viridans, dan str. Pyogenes) dan juga oleh virus.

EPIDEMIOLOGI

• Diperkirakan 30 juta kasus tonsilofaringitis didiagnosis tiap tahunnya

di dunia

• Tonsilofaringitis dapat mengenai semua umur, dengan insiden

tertinggi pada anak-anak usia 5-15 tahun. Pada anak-anak, Group A

streptococcus menyebabkan sekitar 30% kasus tonsilofaringitis akut,

sedangkan pada orang dewasa hanya sekitar 5-10%. Tonsilofaringitis

akut yang disebabkan oleh Group A streptococcus jarang terjadi

pada anak berusia 2 tahun ke bawah.

VIRUS BAKTERI Sering : •Adenovirus•Rhinovirus•Influenza•Coronavirus•respiratory syncytial virus

Kadang-kadang :•virus Epstein-Barr•herpes simplex•Cytomegalovirus•HIV

•Group A β -hemolytic streptococcus (GABHS) paling sering•Staphylococcus aureus•Streptococcus pneumoniae•Mycoplasma pneumoniae•Chlamydia pneumoniae•Streptokokus Viridans•Streptokokus Piogenes

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections )

ETIOLOGI

PATOGENESIS

Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil ↓

Rx radang ↓

Keluarnya leukosit PMN↓

Detritus (kumpulan leukosit, bakteri yang mati, & epitel yang terlepas)

↓Melebar

↓Membran semu (pseudomembrane) yang menutupi tonsil

GEJALA KLINIS • nyeri tenggorok• nyeri telan, anoreksia • sulit menelan, rasa

gatal/kering di tenggorokan, serak

• demam hingga sekitar 40°C• Mual• Anoreksia• kelenjar limfa leher

membengkak• faring hiperemis• edema faring

• pembesaran tonsil• tonsil hiperemia• mulut berbau• otalgia ( sakit di telinga )• malaise

DIAGNOSIS1. Anamnesis2. Pemeriksaan fisik :

– sakit tenggorokan– nyeri telan– Demam– faring hiperemis– tonsil membengkak, hiperemis– terdapat detritus (tonsilitis folikularis),– Pseudomembran– Kelenjar submandibula mambengkak dan nyeri tekan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Leukosit : terjadi peningkatan2. Hemoglobin : terjadi penurunan3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri

dan tes sensitifitas obat

usiaTonsilo

Rhinofaringitis (common cold)

Tonsilo Rhinofaringitis (influenza)

Tonsilo Faringitis (Strep Throat)

<6 bulan RSVRhinovirus - -

6 bulan – 4 tahun

RSVRhinovirus

CoronavirusEnterovirus

Influenza virus (Tipe A, B, dan C) -

> 4 tahun Rhinovirus

CoronavirusEnterovirusAdenovirus

Influenza virus (Tipe A, B, dan C)

Group A Streptococcus

DIAGNOSIS BANDING

Gejala Tonsilo Rhinofaringitis (common cold)

Tonsilo Rhinofaringitis

(influenza)Tonsilo Faringitis

(Strep Throat)

Mata gatal berair

Jarang, kecuali pada adenovirus

-, nyeri dibelakang mata ( – )

Sekret hidung + + ( – )

Kongesti hidung + - ( – )

Bersin ++ - ( – )

Nyeri tenggorokan ++ - +++

Batuk+

Mulai dari ringan hingga sedang

+Batuk kering, dapat

berat-

Nyeri sinus - - -

Sakit kepala Jarang + +

Demam - ++, umumnya tinggi biasa hingga mengigil +

Lesu, lemas, mialgia - ++

berat +

Gejala saluran cerna - - -

Durasi 3 – 14 hari 5-7 hari + beberapa hari batuk + lemas

Memburuk setelah 5- 7 hari atau berlanjut > 10

hari

Gejala Tonsilo Rhinofaringitis (common cold)

Tonsilo Rhinofaringitis

(influenza)Tonsilo Faringitis

(Strep Throat)

Tanda Tonsilo Rhinofaringitis (common cold)

Tonsilo Rhinofaringitis (influenza) Tonsilo Faringitis Bakteri

Suhu Normal – demam ringan Demam tinggi Demam tinggi

Mata Konjuntivitis pada adenovirus Nyeri retroorbita (+) N

Hidung Eritema & edema (+)Sekret (+)

Eritema & edema (+)Sekret (+)

Mulut Halitosis (-) Halitosis (-) Halitosis (-)

Laring N N N

Faring N Eritema (-) Eritema (+)Eksudat (+)

Tonsil N Eritema (+)HIpertrofi (-)

Eritema (+)Eksudat (-)

HIpertrofi (-)

KGB N Limfadenopati servikal anterior (-)

Limfadenopati servikal anterior (+)

PENATALAKSANAAN• FARMAKOLOGI :

– antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll

– antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.– Analgesik– Obat kumur atau obat isap yang mengandung desinfektan– TONSILEKTOMI

• NONFARMAKOLOGI : – kompres dengan air hangat– istirahat yang cukup– pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat– kumur dengan air hangat– pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien

KOMPLIKASI1. Otitis media2. Abses peritonsil, abses parafaring, toksemia,

septikemia, bronkitis, nefritis akut, miokarditis serta artritis.

PROGNOSIS :3. Penderita biasanya sembuh dengan pengobatan

antibiotik yang tepat.4. Dapat terjadi infeksi yang berulang.5. Dapat timbul komplikasi seperti abses peritonsilar,

ruam kulit akibat stroptokok, otitis media akut, demam rematik, dan nefritis akut.

TONSILITIS

Tonsil

1. T0 : bila sudah dioperasi

2. T1 : ukuran yang normal ada

3. T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah

4.T3 : pembesaran mencapai garis tengah

5.T4 : pembesaran melewati garis tengah

Tonsilitis • Peradangan tonsil palatina (bagian cincin

Waldeyer).• Penyebaran infeksi melalui udara, tangan dan

ciuman• Bisa pada semua umur, terutama anak

Epidemiologi

• Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi (Indonesia) pada tahun 1994-1996, prevalensi tonsilitis kronik tertinggi setelah nasofaringitis akut (4,6%) yaitu sebesar 3,8%.

• Insiden tonsilitis kronik di RS Dr. Kariadi Semarang 23,36% dan 47% diantaranya pada usia 6-15 Tahun.

• Di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada periode April 1997 sampai dengan Maret 1998 ditemukan 1024 pasien tonsilitis kronik atau 6,75% dari seluruh jumlah kunjungan.

Faktor resiko

• Tonsilitis kondisi yang sering terjadi, terutama pada anak-anak

• Virus dan bakteri berkembang pada orang-orang yang berhubungan dekat satu sama lain

Ex : sekolah atau fasilitas penitipan anak.

Klasifikasi Tonsilitis • Tonsilitis akut

– Tonsilitis viral– Tonsilitis bakterial

• Tonsilitis membranosa– Tonsilitis difteri– Tonsilitis septik– Angina Plaut Vincent / stomatitis ulsero membranosa– Penyakit kelainan darah : leukimia akut, anemia pernisiosa,

neutropenia maligna, infeksi mono-nukleosis– Proses spesifik lues dan tuberkulosis– Infeksi jamur moniliasis, aktinomikosis, blastomikosis– Infeksi virus morbili, pertusis, skarlatina

• Tonsilitis kronik

Tonsilitis viral

• Gejala menyerupai common cold disertai rasa nyeri tenggorokan

• Penyebab:– Epstein Barr– Hemofilus influenza– Virus coxschakie•Terapi:

– Istirahat– Minum cukup– Analgetik– Antivirus

Tonsilitis bakterial

• Penyebab:– Streptokokus β hemolitikus– Pneumokokus– Streptokokus viridan– Streptokokus piogenes

• Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsilreaksi radangkeluarnya leukosit polimorfonukleardetritus

• Gejala dan tanda:– Masa inkubasi 2-4 hari– Nyeri tenggorokan– Nyeri waktu menelan– Demam– Rasa lesu, nyeri di sendi-sendi– Tidak nafsu makan– Otalgia

• Pada pemeriksaan:– Tonsil membengkak, hiperemis atau terdapat detritus

berbentuk folikel, lakuna atau tertutup membran semu– Kelenjar submandibular membengkak dan nyeri tekan.

• Terapi:– Antibiotik spektrum luas penisilin, eritromisin– Antipiretik– Obat kumur yang mengandung desinfektan

•Komplikasi:–Otitis media akut–Sinusitis–Abses peritonil, abses parafaring–Bronkitis–Glomerulonefritis akut–Miokarditis–Artritis–Septikemia

Tonsilitis kronik

• Faktor predisposisi:– Rangsangan menahun dari rokok, beberapa jenis

makanan– Higiene mulut yang buruk– Pengaruh cuaca– Kelelahan fisik– Pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat

• Penyebab:Sama dengan tonsilitis akut, kadang kuman berubah menjadi kuman golongan Gram negatif

PatogenesisProses radang yang berulang

Epitel mukosa+jaringan limfoid terkikis

Jaringan limfoid diganti jaringan parut

Mengerutkripti melebar

Menembus kapsul tonsil

Perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris

• Gejala dan tanda:– Tonsil membesar– Permukaan tidak rata– Kriptus melebar– Beberapa kripti terisi oleh detritus– Rasa mengganjal, kering di tenggorokan– Napas berbau

•Terapi:– Higiene mulut dengan berkumur atau obat isap– Tonsilektomi

Komplikasi:– Rinitis kronik– Sinusitis– Otitis media

–Endokarditis–Artritis–Miositis–Nefritis–Uveitis–Iridosiklitis–Dermatitis–Pruritus–Urtikaria–Furunkulosis

Per kontinuitatum

Hematogen / limfogen

Tonsilitis Difteri

• Etiologi: Corynebacterium diphteriae

Manifestasi klinis

• Gejala umum: – kenaikan suhu subfebril– nyeri tenggorok– nyeri kepala– tidak nafsu makan– badan lemah– nadi lambat

• Gejala jantung:– Miokarditis– payah jantung.

• Gejala lokal:– nyeri tenggorok– Disfagi– Mual– Muntah– tonsil bengkak ditutupi

bercak putih kotor, makin lama menyatu membentuk membran semu.

Pemeriksaan1. Tes Schick2. Pemeriksaan kuman yang diambil dari membran

semu

Penatalaksanaan• Antidifteri serum dengan dosis 20.000- 100.000 unit,

tergantung usia pasien, berat dan lama penyakit.• AB adekuat untuk mencegah infeksi sekunder• Kortikosteroid untuk mengurangi oedema pada laring,

dan obat simptomatik• Pasien diisolasi karena mudah menular.• Tirah baring untuk menghindari komplikasi jantung,• Trakeostomi untuk mengatasi sumbatan jalan napas.

Komplikasi

1. Laringitis difteri2. Miokarditis 3. kelumpuhan otot palatum mole 4. kelumpuhan otot mata 5. Otot faring laring sehingga suara parau 6. Kelumpuhan otot pernafasan7. Albuminuria

LARINGITIS

Laringitis

peradangan pada laring• Dibagi menjadi:

– Laringitis akut– Laringitis kronis– Laringitis kronis spesifik

• Laringitis tuberkulosis• Laringitis luetika

Laringitis akut

• Radang laring akut kelanjutan dari rinofaringitis (common cold).

• Pada anak : laringitis akut menimbulkan sumbatan jalan nafas

• Pada orang dewasa tidak secepat pada anak.

Etiologi

1. Penyebab radang lokal: bakteri2. Penyebab radang sistemik: virus

Tanda dan gejala

1. Demam2. Malaise3. Suara parau sampai afoni4. Nyeri ketika menelan dan berbicara5. Gejala sumbatan laring6. Batuk kering, lama kelamaan disertai dahak kental7. Pada pemeriksaan tampak:

– Mukosa laring hiperemis– Membengkak, terutama atas dan bawah pita

suara– Biasanya terdapat radang akut pada

hidung/sinus paranasal/paru.

Terapi1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3hari2. Menghirup udaha lembab3. Menghindari iritasi pada faring dan laring;

misalnya merokok, makanan pedas, atau minum es

4. Antibiotik diberikan apabila peradangan berasal dari paru.

5. Bila terdapat sumbatan laring, dilakukan pemasangan pipa endotrakea, atau trakeostomi

Laringitis kronisPada peradangan ini seluruh mukosa laring

hiperemis dan menebal, kadang2 pd pemeriksaan PA, terdapat metaplasi sel skuamosa

Etiologi • Sering disebabkan oleh :

– sinusitis kronis– deviasi septum berat– polip hidung– bronkitis kronis

• Mungkin juga disebabkan oleh penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti :– berteriak-teriak– berbicara keras

Tanda & gejala

• Suara parau yang menetap• Rasa tersangkut di tenggorok pasien

berdehem tanpa mengeluarkan sekret, karena mukosa yang menebal.

• Pada pemeriksaan, tampak: –Permukaan yang menebal–Permukaan tidak rata–Hiperemis

Terapi

• Terapi yang terpenting mengobati peradangan di hidung, faring, serta bronkus yang mungkin menjadi penyebab laringitis kronis

• Pasien diminta untuk tidak banyak berbicara (vocal rest)

• Komplikasi faring – rongga faring – leher dalam– Abses peritonsiler– Abses Retrofaring– Abses Parafaring– Abses Submandibula– Ludwig angina

1. INFILTRAT / ABSES PERITONSILER• Radang dijaringan ikat kendor peritonsiler

pus• Biasanya pada orang dewasa, jarang pada

anak• Unilateral >> biasanya juga bilateral

PATOLOGI

• Radang pada tonsil menembus kapsul masuk fossa supra tonsil dan lateral fossa tonsilaris yg berupa jaringan ikat longgar

• Selain keradangan adanya higiene mulut yg jelek melewati kelenjar Weber yang bermuara dipermukaan tonsil dan berakhir di fossa supra tonsil

INFILTRAT PERITONSILER

• Stadium permulaan dari abses :– Nyeri menelan pada sisi yang sakit– Otalgia sis yang sakit– Mukosa udem dan hiperemi

Diagnosa banding infiltrat dg abses

INFILTRAT ABSES

Waktu 1 – 3 hari Lebih 4 - 5 hr

Trismus (-) (+)

Diag. Pasti Fungsi

(-) (+)

Terapi Simpt Insisi

• KLINIS– Nyeri spontan pada sisi yg sakit (lbh dari tonsilitis

akut)– Nyeri menelan– Otalgi (referred pain)– Rinolalia aperta– Ptialismus– Tersedak– Plummy voice

Trismus (iritasi m. Ptyrigoid interna)– Foeter ex ore– Lidah kotor– Tortikolis (spasme m. sternokleidomastoid)– Pembengkakan angulus mandibula pada sisi yang

sakit– Udem palatum mole– Bombans supraperitonsil– Uvula terdorong ke kontra lateral– Tonsil terdorong keluar (dislokasi)– Udem perifokal (bila diikuti udem pada pool bawah

tonsil sampai ke radik lingue dan epiglotis

TERAPI

• Fungsi pus (+) insisi pada daerah :1. Didaerah bombans2. Persilangan garis horizontal yg ditarik dari

dasar uvula dg garis vertikal yg melalui arkus anterior

3. Pertengahan garis yang menghubungkan basis uvula dg graham atas terakhir pada sisi yang sakit

PERAWATAN

• Insisi setiap hari dibuka sampai pus negatif• Dianjurkan tonsilektomi setelah 4 – 6 hari

minggu post insisi• Pemberian antibiotika, analgetika• Diet lunak• Obat kumur

– Diperifer dapat dilakukan fungsi setiap hari sampai pus negatif

KOMPLIKASI

1. Abses pecah spontan perdarahan & aspirasi

2. Abses parafaring mediastinitis3. Udem laring obstruksi 4. Trombosis sinus cavernosus5. sepsis

ABSES RETROFARING

• Biasanya bayi umur 3 bulan – 5 th• Akut

– Radang– Trauma adenoidektomi, benda asing yg tajam

• Kronis : proses spesifik

KLINIS• Nyeri dan sukar menelan• Sesak nafas (lokalisasi hipofaring)• Stridor inspiratoar & ekspiratoar (saat berbaring

karena abses & spasme laring)• Rinolalia oklusa (lokalisasi dinasofaring)• Kepala hiperekstensi• Anak gelisah• Pembesaran kelenjar leher unilateral• Kepala sukar digerakkan (spasme otot)• Benjolan pada dinding belakang faring• Bila besar, uvula terdorong ke depan• fluktuasi

DIAGNOSA PASTI

• Fungsi (dg persiapan)

DIAGNOSA BANDING

Aneurisma aortaAdenoiditisTumor nasofaringMalformasi korpus vertebra

TERAPI

1. Insisi Tanpa anastesi Posisi trandelenberg supaya tidak aspirasi Setiap hari insisi dibuka2. Antibiotika dosis tinggi

KOMPLIKASI : spt abses parafaring

ABSES PARAFARING

• Cara infeksi :1. Langsung tusukan benda asiing yg tajam2. Limfoge3. Hematogen gigi, tonsil, mastoid, sinus

paranasalis, hidung, vert.cerv

GEJALA DAN TANDA

• Trismus • Indurasi di angulus mandibula• Demam tinggi • Pembengkakan dinding lateral faring ke medial

TERAPI

• Antibiotika dosis tinggi (aerob & anaerob)• Evakuasi abses :

– Insisi dari luar (yang menonjol dan fluktuasi)– Insisi dari dalam (intra oral)

ABSES SUBMANDIBULA

• Abses submandibular adalah abses yang berlokasi pada submandibular space.

• Submandibular space memiliki batas inferior fascia profunda dari hyoid sampai mandibula, batas lateral corpus mandibula, dan batas superior mukosa dasar mulut.

• Keadaan umum:– Lemah, lesu, malaise, Demam

• Pemeriksaan Ekstra oral :– Asimetri wajah– Tanda radang jelas– Fluktuasi +– Tepi rahang teraba

• Pemeriksaan intra oral:– Periodontitis akut– Muccobuccal fold– Fluktuasi (-)

Ludwing angina

• Penyakit ini menginfeksi jaringan ikat dasar mulut, biasanya terjadi bersamaan dengan infeksi pada gigi.

• Penyakit ini dikenal sebagai nama “angina maligna” dan “Morbus Strangularis”

• Penyakit ini juga dapat mnyebabkan rasa nyeri pada dada jika infeksi tersebut menyebar ke ruang retrosternal.

• Etiologi– Biasanya infeksi bakteri terutama bakteri

streptococcus.– Penyebab paling sering penyakit ini adalah infeksi

pada periapikal atau periodontal gigi geligi rahang bawah (seperti abses gigi)

• Gejala klinis :– Sulit menelan– Sulit berbicara– Sulit bernafas– Hipersalivalis– Malaise– Demam tinggi– Pembengkakan pada leher– Edema pada dasar mulut dan lidah

• Penyakit Kepala Leher– Aspirasi Trakea– Parotitis Supurativa– Supurativa servikal adenitis– Media dan lateral bronkialkis– Fistula– Kistik fibroma

ASPIRASI TRAKEA

PAROTITIS SUPURATIVA

• Penyakit yang biasa disebabkan oleh stafilokokus aureus, dan mungkin merupakan parotitis primer atau komplikasi karena penyebab lain.

• Parotitis ini biasanya unilateral, dan bisa disertai dengan demam.

• Kelenjar parotis menjadi bengkak, perih, dan nyeri.• Parotitis supurativa berespons terhadap terapi

antibakteri yang tepat yang didasarkan pada biakan pus yang diambil dari duktus stensen, atau dari drainase pembedahan, yang jarang diperlukan.

SUPURATIVA SERVIKAL ADENITIS

MEDIAL DAN LATERAL BRONKIALKIS

FISTULA

KISTIK FIBROMA

• Fibroma yang mengalami degenerasi kistik.

Epiglotitis

Ketika epiglotis terinfeksi dan meradang serta membengkak dan menghambat atau menutup tenggorok dapat berakibat fatal kecuali segera di obati.Epiglotitis biasa di mulai dengan peradangan dan pembengkakan antara pangkal lidah dan epiglotis.

• Penyebab terjadinya epiglotitis :– Infeksi Haemophilus influenza tipe b, bakteri,

virus jamur (haemophilus influenza tipe b, streptococcus pneumoniae, haemophilus parainfluenza, staphylococcus aureus, virs herpes simpleks tipe 1, varicella-zoster.

– Bahan kimia menghirup potongan logam, dll– Agen traumatis minum cairan yang panas, dll

• Gejala epiglotitis :– Sulit bernafas (gangguan pernafasan)– Nafasnya dangkal dan cepat– Adanya retraksi– Sulit berbicara– Demam– Sulit menelan

• Gejala dan tanda:– Tonsil membesar– Permukaan tidak rata– Kriptus melebar– Beberapa kripti terisi oleh detritus– Rasa mengganjal, kering di tenggorokan– Napas berbau

• Terapi:• Higiene mulut dengan berkumur atau obat isap• Tonsilektomi