pemetaan planimetris

19
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH (Pemetaan Planimetris dengan Waterpass) Oleh : Kelompok : 3 Kelas/Hari/Tanggal : TMIP B1 / Rabu /18 September 2013 Nama dan NPM : M. Rizky P. Nugraha (240110090073) Wanti Wulandari (240110110094) Ari Nugraha (240110110098) Windy Bintang Sari (240110110117) Asisten : 1. Bobby A. Palem 2. Irsan Firmansyah 3. Lusi Rahmawati 4. Nizar Ulfah 5. Rijki Aulia

Upload: ari-nugraha

Post on 29-Nov-2015

786 views

Category:

Documents


166 download

DESCRIPTION

IUW

TRANSCRIPT

Page 1: Pemetaan Planimetris

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR WILAYAH

(Pemetaan Planimetris dengan Waterpass)

Oleh :

Kelompok : 3

Kelas/Hari/Tanggal : TMIP B1 / Rabu /18 September 2013

Nama dan NPM : M. Rizky P. Nugraha (240110090073)

Wanti Wulandari (240110110094)

Ari Nugraha (240110110098)

Windy Bintang Sari (240110110117)

Asisten : 1. Bobby A. Palem

2. Irsan Firmansyah

3. Lusi Rahmawati

4. Nizar Ulfah

5. Rijki Aulia

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR

JURUSAN TEKNIK DANMANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 2: Pemetaan Planimetris

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran suatu daerah merupakan unsur-unsur (jarak dan sudut) titik-

titik atau bangunan-bangunan yang ada didaerah itu dalam jumlah yang cukup

dan menampilkan pandangan atas dari suatu daerah, sehingga dari daerah itu

dengan seisinya dapat dibuat bayangan atau gambar yang cukup jelas dengan

suatu skala yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Pengukuran tersebut diperlukan titik-titik koordinat yang diperlukan untuk

membuat gambar lapangan diproyeksikan pada suatu garis lurus sehingga jarak-

jarak yang harus diukur dan yang salah satu dari koordinat titik itu tidak terlalu

panjang.

Pada praktikum ini akan membahas mengenai pemetaan dengan alat ukur

waterpass sehingga diperlukan titik koordinat sebagai acuan dalam pengukuran

suatu daerah atau lahan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu:

1. Menentukan titik bidik, bacaan belakang, dan bench mark dengan alat

ukur waterpass

2. Mampu mendirikan dan membidik alat ukur waterpass dengan tepat dan

benar

3. Mampu memproyeksikan garis ukur ke titik acuan yang akan dijadikan

pengukuran selanjutnya ataupun ke titik-titik pada suatu bangunan

1.3 Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut :

1. Kaki Tiga atau Tripod

2. Rambu ukur

3. Patok besi

4. Waterpass

Page 3: Pemetaan Planimetris

5. Batu duga atau Plumb bob

1.4 Prosedur Pelaksanaan

Langkah-Langkah yang harus dilakukan pada praktikum sebagai berikut:

1. Memasang dan membangun alat ukur waterpass dengan tepat dan benar

2. Menentukan titik untuk membidik titik bidik atau titik ujung

3. Mengukur tinggi alat ukur waterpass dengan rambu ukur

4. Membidik ke arah bench mark sebagai titik acuan sudut horizontal nol

derajat pada waterpass

5. Membaca Batas Atas (BA), Batas Bawah (BB), dan Batas Tengah (BT)

sebagai acuan data dalam penentuan beda ketinggian dan jarak

6. Memutar waterpass ke titik yang sudah ditentukan tanpa memutar sudut

pada waterpass

7. Membidik ke titik yang sudah ditentukan dengan menggunakan

waterpass

8. Memberi tanda dengan menggunakan patok besi di titik bidik

selanjutnya untuk melakukan pembidikan

9. Membidik titik bidik yang akan dijadikan tempat bidik selanjutnya

10. Memindahkan alat ukur waterpass ke titik bidik selanjutnya

11. Membidik bacaan belakang ke titik sebelumnya atau titik terdekat

sebagai titik acuan sudut horizontal nol derajat dalam pembidikan

12. Melakukan prosedur no. 5 sampai no.11 pada titik selanjutnya hingga

titik ke-8

13. Memasukan data hasil ke dalam jurnal dan perhitungan data

menggunakan kalkulator

Page 4: Pemetaan Planimetris

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ilmu Ukur Tanah

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara

pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi

relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya,

dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penetuan posisi relatif suatu

daerah.

Pengukuran beda tinggi antara dua titik di atas permukaan tanah merupakan

bagian yang sangat penting dalam Ilmu Ukur Tanah. Beda tinggi ini biasa

ditentukan dengan berbagai macam sipat datar.

Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud :

a.Maksud Ilmiah : menentukan bentuk permukaan bumi;

b.Maksud Praktis :membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar

atau sebagian kecil permukaan bumi.

Maksud kedua dicapai dalam melakukan pengukuran-pengukuran di atas

permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan, karena adanya gunung-

gunung yang tinggi dan lembah-lembah yang curam. Pengukuran-pengukuran

dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat hubungan mendatar

titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi dan pengukuran-pengukuran tegak

guna mendapat hubungan tegak antara titik yang diukur.

2.2 Peta

Peta merupakan gambaran dari sebagian permukaan bumi pada bidang datar

dengan skala dan sistem proyeksi tertentu. Saat ini ketersediaan peta merupakan

suatu hal yang tidak bisa ditinggalkan mengingat semakin pesatnya pembangunan

terutama pembangunan fisik. Peta memberikan banyak informasi kepada

pembacanya seperti melihat gambaran objek yang ada di lapangan; mengetahui

posisi tempat secara relatif; melihat arah aliran dan daerah tangkapan air hujan;

menghitung jarak, beda tinggi, kemiringan dari suatu tempat ke tempat lain

bahkan memperkirakan luas suatu wilayah. Secara teknis, peta adalah bentuk

penyajian obyek-obyek di atas dan/atau di dekat permukaan bumi pada bidang

Page 5: Pemetaan Planimetris

datar dengan menggunakan skala, sistem proyeksi peta, dan referensi tertentu.

Peta juga bisa digunakan untuk menyajikan dan mengamati detail yang dianggap

penting dan dapat membantu dalam menyajikan magnitude, volume, dan

distribusi obyek-obyek (termasuk sumber daya) di bumi.Pembuatan peta situasi

pengukuran detail dapat dibedakan menjadi dua, yaitu secara planimetris dan

tachimetri.

2.3 Pemetaan Planimetris

Planimetris merupakan salah satu macam metode pembuatan peta. Metode ini

digunakan untuk memetakan wilayah yang luasnya hanya beberapa ratus sampai

beberapa ribu meter persegi dengan menggunakan cara pengukuran jarak

langsung. Pemetaan planimetris adalah pemetaan yang dilakukan tidak dengan

memperhitungkan ketinggian. Peta yang dihasilkan oleh pengukuran situasi

dengan menggunakan metoda planimetrisadalah peta detail yang yangditandai

dengan tidak adanya informasi ketinggian. Dengan kata lain, pemetaan

planimetris adalah pemetaan suatu daerah yang relatif sempit menggunakan alat

ukur jarak langsung (pita ukur) dengan mengabaikan unsur ketinggiannya.

Pemetaan cara ini juga dikenal dengan pemetaan blok atau block meeting.

Metode yang digunakan dalam pemetaan planimetris ini adalah :

a. Pengukuran Jarak Langsung

Pengukuran jarak langsung adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara

membentangkan pita ukur sepanjang garis yang akan diukur dengan

menggunakan alat berupa pita ukur. Apabila jarak yang akan diukur

tersebutmemiliki jarak yang melebihi panjang pita ukur dan/atau permukaan

tanahnya tidak mendatar, maka perlu dilakukan pelurusan. Pelurusan dilakukan

dengan cara membuat penggalan-penggalan pada jarak yang akan diukur sehingga

pada setiap penggalan dapat dilakukan pengukuran jarak dengan sekali bentangan

pita ukur dan pita ukur dapat ditarik secara mendatar. Pengukuran dilakukan

sebanyak dua kali, yakni pengukuran pergi dan pengukuran pulang.

Pengukuran jarak langsung sendiri dapat dilakukan di medan mendatar dan

medan miring. Pengukuran pada medan mendatar dilakukan dengan cara

pelurusan terlebih dahulu. Kemudian mengukur langsung dengan menggunakan

Page 6: Pemetaan Planimetris

pita ukur. Sedangkan pada medan miring perlu dilakukan beberapa tahapan

tambahan.  Tambahan tersebut antara lain :

1. Lakukan pelurusan seperti pada medan mendatar.

2. Kemudian lakukan pengukuran jarak dengan bantuan unting-unting. Di

sini, pita ukur ditarik sehingga posisinya mendatar dan batas penggal jarak yang

diukur di tanah diperoleh dengan bantuan unting-unting yang digantung dengan

benang dari pita ukur yang direntangkan.

Namun, sering kali terdapat penghalang pada jarak yang akan diukur.

Pengukuran pada jarak terhalang dapat dilakukan dengan beberapa macam cara

sebagai berikut.

a. Dengan perbandingan sisi segitiga siku-siku

b. Dengan mengukur titik tengah tali busur

c. Dengan bantuan cermin penyiku atau prisma penyiku.

b. Pengukuran Sudut

Alat yang didesain untuk mengukur sudut, dalam bidang Geodesi-Geomatika

dan pengukuran tanah salah satunya berupa teodolit. Teodolit memiliki tiga

bagian, yaitu sebagai berikut.

1. Bagian atas (teropong, lingkaran vertikal, sumbu mendatar, klem teropong

dan penggerak halus, aldehide vertikal dan nivo, serta nivo teropong);

2. Bagian tengah (kaki penyangga sumbu II, aldehide horizontal, piringan

horizontal, klem dan penggerak halus aldehide horizontal, klem dan

penggerak halus nimbus, nivo aldihade horizontal, serta mikroskop

pembacaan lingkaran horizontal);

3.  Bagian bawah (tribranch, nivo kotak, skrup penyetel ABC, dan plat dasar).

Pengukuran sudut dilakukan dengan sistem dua seri rangkap. Pengukuran seri

rangkap adalah pengukuran sudut dengan kedudukan posisi teropong biasa dan

luar biasa dari sebuah sudut tunggal. Sedangkan pengukuran dua seri rangkap bila

mengukur target posisi biasa, biasa, luar biasa, luar biasa. Bila jumlah seri

pengukuran akan ditambah guna meningkatkan ketelitiannya, maka penempatan

posisi pembagian skala lingkaran horizontal pada teodolit repetisi dapat diubah-

ubah.

Page 7: Pemetaan Planimetris

c. Pengukuran Jarak Optis

Pengukuran jarak optis termasuk pengukuran jarak secara tidak langsung,

karena dalam pelaksanaannya digunakan alat bantu berupa teropong pada alat

ukur teodolit dan rambu ukur. Pengukuran ini dapat dilakukan karena pada

teropong teodolit dilengkapi dengan garis bidik (benang silang) dan benang stadia

yang diarsir pada diafragma. Garis bidik adalah garis khayal yang

menghubungkan titik benang silang dengan sumbu optis lensa obyektif teropong.

Benang stadia terdiri dari tiga macam, yakni benang atas, benang tengah, dan

benang bawah. Posisi suatu target diketahui dengan membaca bacaan piringan

vertikal teodolit dan angka pada rambu ukur yang ditunjukkan dengan benang

stadia yang dilihat dari teropong teodolit.

d. Poligon

Poligon memiliki definisi, yaitu suatu rangkaian dari titik – titik secara

berurutan sebagai kerangka pemetaan. Posisi atau koordinat titik – titik poligon

tersebut diperoleh dengan mengukur sudut dan jarak antar titik – titik poligon,

serta azimuth salah satu titiknya.

Adapun rumus penentuan koordinat poligon adalah sebagai berikut.

x2 = x1 + d12sinα12

y2 = y1 + d12cosα12

Dilihat dari bentuknya, poligon terdiri dari tiga macam, yaitu sebagai berikut.

1.    Poligon Tertutup

2.    Poligon Terbuka

3.    Poligon Bercabang

Poligon yang akan dibahas saat ini adalah poligon

tertutup. Poligon tertutup sendiri memiliki makna, yaitu poligon yang titik awal

dan akhirnya menjadi satu.

Unsur yang diperlukan dari bentuk poligon tersebut adalah (i) unsur sudut

pada tiap titik, (ii) unsur jarak pada tiap sisi, dan (iii) azimut salah satu sisi, agar

poligon tersebut terorientasi. Dari unsur – unsur tersebut semua unsur sudut

diukur, salah satu sisi poligon perlu diukur atau diketahui azimuthnya karena

untuk menghitung koordinat titik poligon, yang diperlukan adalah azimut, bukan

Page 8: Pemetaan Planimetris

sudut sehingga azimut sisi lainnya bisa dicari dengan melihat hubungan antar

sudut dan azimut awal.

2.4 Waterpass

Waterpass atau sipat datar adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan

untuk mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi

tersebut ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang

ditunjukan ke rambu-rambu ukur yang vertikal. Sedangkan pengukuran yang

menggunakan alat ini disebut dengan Levelling atau Waterpassing. Pekerjaan ini

dilakukan dalam rangka penentuan tinggi suatu titik yang akan ditentukan

ketinggiannya berdasarkan suatu sistem referensi atau bidang acuan.

Untuk menentukan ketinggian suatu titik di permukaan bumi tidak selalu

harus mengukur beda tinggi dari muka laut (MSL), namun dapat dilakukan

dengan titik-titik tetap yang sudah ada disekitar lokasi pengukuran. Titik-titik

tersebut umumnya telah diketahui ketinggiannya maupun koordinatnya (X,Y,Z)

yang disebut Banch Mark (BM). Banch mark merupakan suatu tanda yang jelas

(mudah ditemukan) dan kokoh dipermukaan bumi yang berbentuk tugu atau patok

beton sehingga terlindung dari faktor-faktor pengrusakan.

Manfaat penting lainnya dari pengukuran Levelling ini adalah untuk

kepentingan proyek-proyek yang berhubungan dengan pekerjaan tanah (Earth

Work) misalnya untuk menghitung volume galian dan timbunan. Untuk itu

dikenal adanya pengukuran sipat datar profil memanjang (Long Section) dan sipat

datar profil melintang (Cross Section).

Dalam melakukan pengukuran sipat datar dikenal adanya tingkat-tingkat

ketelitian sesuai dengan tujuan proyek yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan

pada setiap pengukuran akan selalu terdapat kesalahan-kesalahan. Fungsi tingkat-

tingkat ketelitan tersebut adalah batas toleransi kesalahan pengukuran yang

diperbolehkan. Untuk itu perlu diantisipasi kesalahan tersebut agar didapat suatu

hasil pengukuran untuk memenuhi batasan toleransi yang telah ditetapkan.

Page 9: Pemetaan Planimetris

Gambar 2.4.1 Waterpass

(Sumber: adygeodesi.blogspot.com)

Fungsi dari bagian-bagian yang terdapat pada pesawat waterpass adalah

sebagai berikut :

1. Sekrup pengatur ketajaman diafragma, berfungsi untuk mengatur

ketajaman benang diafragma (benang silang).

2. Lensa pembacaan sudut horisontal, berfungsi untuk memperbesar dan

memperjelas bacaan sudut horisontal.

3. Sekrup A,B,C, berfungsi untuk mengatur kedataran pesawat (sumbu I

vertikal).

4. Sekrup pengatur fokus teropong, berfungsi untuk memperjelas obyek

yang dibidik.

5. Teropong, berfungsi untuk menempatkan lensa serta peralatan yang

berfungsi untuk meneropong atau membidik obyek pengukuran.

6. Pelindung lensa obyektif, berfungsi untuk melindungi lensa obyektif dari

sinar matahari secara langsung.

7. Lensa obyektif, berfungsi untuk menerima obyek yang dibidik.

8. Klem aldehide horisontal, berfungsi untuk mengunci perputaran pesawat

arah horisontal.

9. Sekrup penggerak halus aldehide horisontal, berfungsi untuk

menggerakkan pesawat arah horisontal secara halus setelah klem aldehide

horisontal dikunci agar kedudukan benang pada pesawat tepat pada obyek

yang dibidik.

10. Sekrup pengatur sudut, berfungsi untuk mengatur landasan sudut datar.

11. Visier, berfungsi sebagai alat bantu bidikan kasar untuk mempercepat

pembidikan obyek.

12. Plat dasar Waterpass, berfungsi sebagai landasan pesawat.

Page 10: Pemetaan Planimetris

2.5 Tripod

Tripod adalah kaki tiga yang berfungsi untuk menyangga dan meletakkan

theodolith dan waterpass, sehingga dapat digunakan untuk mengukur obyek.

Gambar 2.5.1 Tripod

(Sumber: http://pustaka-ts.blogspot.com/2010/07/meteran-hand-levels.html)

Bagian-bagian dari tripod adalah sebagai berikut.

a. Plat Dasar: Untuk meletakkan alat.

b. Sekrup: Untuk menghubungkan alat yang akan dipasang.

c. Pengunci Kaki: Untuk mengatur tinggi rendahnya kaki.

Cara untuk memasang statif atau tripod adalah sebagai berikut.

1. Letakkan statif di atas titik yang akan didirikan pesawat, kendorkan

sekrup-sekrup kaki statif.

2. Tarik kepala statif sampai pada ketinggian yang dikehendaki dan usahakan

kepala statif sedatar mungkin.

3. Keraskan kembali sekrup-sekrup kaki statif.

4. Buka kaki statif upayakan dengan membentuk sudut 60°, dari muka tanah

dan ujungnya membentuk segitiga sama sisi.

5. Upayakan lubang sekrup pengunci tepat di atas titik center point.

6. Injak kaki statif ke dalam tanah dengan tetap memperhatikan letak kepala

statif tetap mendatar.

2.6 Rambu Ukur

Rambu ukur adalah alat ukur bantu berbentuk mistar ukur yang besar. Rambu

ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala pembacaan.

Ukuran lebarnya 4 cm, panjang antara 3m-5m pembacaan dilengkapi dengan

Page 11: Pemetaan Planimetris

angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter. Umumnya dicat dengan

warna merah, putih, hitam, kuning.

Gambar 2.6.1 Rambu Ukur

(Sumber: www.plazagps.com)

Rambu ukur diperlukan untuk mempermudah atau membantu mengukur beda

tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah. Setiap 5 blok tersebut

berbentuk huruf E yang menyatakan 5 cm, tiap 2 buah E menyatakan 1 dm. Tiap-

tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih, hitam-putih, dll.

Kesemuanya ini dimaksudkan agar memudahkan dalam pembacaan rambu.

Rambu untuk pengukuran sipat datar (levelling) diklasifikasikan ke dalam dua

tipe, yaitu:

1. Rambu Sipat Datar Dengan Pembacaan Sendiri

a) Jalon

b) Rambu Sipat Datar Sopwith

c) Rambu Sipat Datar Bersen

d) Rambu Sipat Datar Invar

2. Rambu Sipat Datar Sasaran

Cara membidik dan membaca rambu ukur pada penggunaan waterpass

adalah sebagai berikut.

1. Bidikkan dan arahkan teropong secara kasar pada rambu ukur yang didirikan

vertikal pada satu titik yang telah ditentukan dengan menggunakan garis

bidik yang ada di atas pesawat waterpass.

2. Bila bayangan kabur, perjelas dengan memutar sekrup pengatur lensa

objektif dan jika benang silang kabur, perjelas dengan memutar sekrup

pengatur diafragma.

3. Himpitkan benang silang diafragma dengan sumbu rambu ukur dengan cara

mengatur sekrup penggerak halus.

Page 12: Pemetaan Planimetris

4. Lakukan pembacaan rambu ukur, misalnya benang atas = 1,555 = BA ;

Benang tengah = 1,455 = BT ; dan Benang bawah = 1,355 = BB

5. Pembacaan bak selesai dan harus memenuhi ketentuan :

BA + BB =2BT atau (BA-BT) = (BT-BB)

6. Untuk mendapatkan jarak optis digunakan rumus : D = m (BA-BB), m

adalah faktor alat (m=100).

Kesalahan dalam penggunaan rambu ukur adalah sebagai berikut.

a) Garis bidik tidak sejajar dengan garis jurusan nivo

b) Kesalahan pembagian skala rambu

c) Kesalahan panjang rambu

d)kesalahan letak skala nol rambu.

2.7 Ketelitian Pengukuran Sipat Datar

Untuk menentukan baik buruknya pengukuran menyipat datar, sehingga

pengukuran harus diulang atau tidak, maka akan ditentukan batas harga kesalahan

terbesar yang masih dapat diterima.

Bila pengukuran dilakukan pulang pergi, maka selisih hasil pengukuran

pulang pergi tidak boleh lebih besar dari pada:

k1 = ± (2,0 √ Skm) mm untuk pengukuran tingkat pertama (First Order Levelling)

k2 = ± (3,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat kedua (Second Order Levelling)

k3 = ± (4,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat ketiga (Third Order Levelling)

       Untuk pengukuran menyipat datar yang diikat oleh dua titik yang telah

diketahui tingginya sebagai titik-titik ujung pengukuran, maka beda tinggi yang

didapat dari tinggi titik-titik ujung tertentu itu tidak boleh mempunyai selisih lebih

besar dari pada:

k1 = ± (2,0 ± 2,0 √ Skm) mm untuk pengukuran tingkat pertama

k2 = ± (2,0 ± 3,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat kedua

k3 = ± (2,0 ± 6,0 √Skm) mm untuk pengukuran tingkat ketiga

      Pada rumus-rumus Skm berarti jarak pengukuran yang dinyatakan dalam

kilometer.

Page 13: Pemetaan Planimetris

III. HASIL DAN PEMBAHASAN