pembentukan mineral logam di indonesia

38
TUGAS INDIVIDU MAKALAH PEMBENTUKAN MINERAL LOGAM DI INDONESIA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sumber Daya Alam ( SDA ) Dosen Pengampu : Wahyu Setyaningsih,ST,MT. Disusun Oleh : Machfud Albachtiar (3201413067) JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL 1

Upload: albert-tiar

Post on 12-Jun-2015

11.757 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH PEMBENTUKAN MINERAL LOGAM

DI INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Sumber Daya Alam ( SDA )

Dosen Pengampu :

Wahyu Setyaningsih,ST,MT.

Disusun Oleh :

Machfud Albachtiar (3201413067)

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

1

Page 2: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

taufik,hidayah,dan inayah-Nya kepada penyusun sehingga penyusun dapat

menyelesaikan Makalah berjudul “PEMBENTUKAN MINERAL LOGAM DI

INDONESIA“ dengan tepat waktu tanpa ada suatu halangan yag berarti.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Sumber Daya Alam ( SDA ). Makalah ini berisi paparan yang menjelaskan

tentang jenis-jenis mineral dan proses terbentuknya mineral logam serta jenis-

jenis miineral yang ada di Indonesia.

Penyusun juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca

yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah ini. Harapan

penyusun semoga makalah ini dapat diterima sebagai penunjang dalam

pembelejaran mata kuliah Sumber Daya Alam ( SDA ) dan dapat bermanfaat bagi

yang membaca. Amin.

Semarang, 23 Mei 2014

Penulis

2

Page 3: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………………….... 2

Daftar isi…………………………………………………………………..... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang…………………………..………..…………....... 4

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Mineral …………………………..………..………… 5

1.2 Penggolongan Mineral Logam………..…………........................ 9

1.3 Proses Terbentuknya Mineral Logam……………..………..……. 11

1.4 Karakteristik Sumberdaya Mineral di Indonesia........................... 18

1.5 Potensi Sumberdaya Mineral Logam di Indonesia........................ 19

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan……………………………………………………… 26

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang.

Tidak dapat dipungkiri, sumberdaya mineral sebagai salah satu

sumberdaya alam, merupakan sumber yang sangat penting dalam menopang

perekonomian Indonesia. Bahkan beberapa jenis mineral, yakni minyak dan gas

bumi, pernah menjadi soko guru perekonomian Pemerintah. Dalam skala global,

mineral – khususnya penghasil energi utama; bahkan berperan strategis dalam

menentukan peta perpolitikan dunia. Sementara mineral dalam bentuk logam

mulia emas juga memiliki posisi penting dalam perekonomian dunia.

Dalam perkembangan peradaban umat manusia, mineral logam telah

membuat manusia selangkah lebih maju melewati peradaban zaman batu. Sejalan

dengan kemajuan teknologi, semakin banyak pula mineral yang dieksploitasi demi

memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia. Jadi secara singkatnya dapat

dikatakan bahwa kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari peranan berbagai

macam sumberdaya mineral.

Namun sayangnya sumberdaya mineral adalah sumberdaya yang tidak

dapat diperbaharui lagi, pada suatu saat sumberdaya tersebut tidak akan ada lagi di

bumi jika terus – menerus digunakan. Selain itu sumberdaya mineral juga

memiliki nilai berbeda diwaktu yang berbeda, serta rentan dipengaruhi oleh isu –

isu global dunia. Disinilah pentingnya kebijaksanaan pemerintah dalam mengelola

sumberdaya mineral dengan cara memahami seutuhnya karakteristik dan potensi

sumberdaya mineral di Indonesia guna kemajuan dan kemakmuran bangsa.

.

4

Page 5: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian Mineral

Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang

memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral

termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral

termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang

sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik

biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.

Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur

mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana

sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui

(senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Menurut   The International

Mineralogical Association tahun 1995 telah mengajukan definisi baru tentang

definisi material “Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan

normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi “. Ilmu

yang mempelajari mineral disebut mineralogi.

Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi

tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral

esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan

dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau

pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua

golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan

untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral

yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam

jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah logam yang

perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam

jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh

makhluk hidup yang bersangkutan. Di samping mengakibatkan keracunan, logam

juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi.

5

Page 6: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Dalam mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan kepastian

untuk menerangkan pengertian dari mineral tersebut. Karena memang belum

didapatkan kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada

umumnya dikenal dua defenisi mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum

tahun 1977 dan defenisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.

Menurut defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang

terbentuk secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan

rumus kimia yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat

yang terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen,

memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai

bentuk geometris tertentu.

Hal yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik, yang

termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi

kompilasi, mineral mempunyai ruang limgkup yang lebih luas karena mencakup

semua zat yang ada dialam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian

tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang

terbentuk karena penguraian atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara

alamiah juga digolongkan kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan

tanah diatome. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam

sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang

diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk).

Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai

dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral,

pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.

Untuk mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-

sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik

secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara

teori hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat

digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan mineral-

6

Page 7: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja. Adapaun

sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :

1. Suhu Kohesi

Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada

sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan

mempunyai daya tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut

cenderung akan terkumpul dalam suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal

ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia dalam mineral yang

tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang

mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.

2. Reaksi Terhadap Cahaya

Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai

padanya. Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini

tidak dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan

timbulnya reaksi yang sama pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-

reaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik

mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran

warna.

3. Perawakan Kristal

Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok

mineral yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari

sumber utama mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya

mineral, sehingga mineral tidak terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan

ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut

sebagai struktur mineral.

7

Page 8: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

4. Sifat Kelistrikan

Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan

juga meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada

dua jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor)

dan yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator).

5. Sifat Radioaktivitas

Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam

mineral tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β,

dan γ. Ada mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv

sepertiUranium(U),Radium(Ra),Thorium(Th),Plumbum(Pb),Vanadium(V)

dan Kalium(K).Biasanya, mineral-mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai

dalam mineral-mineral ikutan atau mineral-mineral yang terbetas jumlahnya.

Kegunaan dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber

energi dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara

menghitung waktu paruhnya (half time).

6. Gejala Emisi Cahaya

Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-

proses tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral

Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi

cahaya yang terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral

Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan

oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada

gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan

emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.

7. Bau dan Rasa

8

Page 9: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah

menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:

¨      Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S).

¨      Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter

¨      Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).

Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik

mineral diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :

¨      Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin).

¨      Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda.

¨      Rasa Witter atau rasa pahit.

B.     Penggolongan Mineral

Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral (logam)

dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam esensial dan nonesensial.

Logam esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam

golongan ini merupakan unsur nutrisi penting yang jika kekurangan dapat

menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut penyakit defisiensi mineral.

Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk proses

metabolisme tubuh, yaitu kalsium  (Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na),

klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn),

mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se). Logam  nonesensial

adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui kegunaannya

dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal dapat

menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya bagi makhluk

hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd), dan

aluminium (Al).

9

Page 10: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat dalam

jumlah relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro ialah

mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat

dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I,

dan Se.

Mineral makro g/kg Mineral mikro g/kg

Kalsium (Ca)                                     15             Besi (Fe)

20−80

Fosforus (P)                                       10             Seng (Zn)

10−50

Kalium (K)                                         2               Tembaga (Cu)

1−5

Natrium (Na)                                    1,60            Molibdenum (Mo)

1−4

Klorin (Cl)                                        1,10            Selenium (Se)

1−2

Sulfur (S)                                          1,50             Iodin (I)

0,30−0,60

Magnesium (Mg)                              0,40            Mangan

(Mn)                      0,20−0,60

Kobalt (Co)                         0,02−0,10

10

Page 11: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

C. Proses Pembentukan Mineral

Proses Pembentukan Mineral

Dalam proses pembentukan mineral ada beberapa poin yaitu:

1.       Konsentrasi magma

2.       Sublimasi

3.       Kontak metamorfosa

4.       Sendimentasi

5.       Proses Bakteria

6.       Sub Marine extlative dan vulkanik

7.       Evaporit (air laut menguap di dalam air laut terkandung mineral unsure logam

terjadilah mineral

8.       Residual dan mekanik konsentrasi

9.       Oksida dan Supergen

10.   Metamorfosa (Cont-Dinamo-Regional)

Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis,

maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari

mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-

mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana

keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya

yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi,

penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan

suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara

lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.

11

Page 12: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun

non-logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh

aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat

dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah

ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara

mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya

akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.

Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat

dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang

bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.

1. Proses Magmatis

Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu

mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan

bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai

membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral

yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis

ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1.      Early magmatis, yang terbagi atas:

¨      Disseminated, contohnya Intan

¨      Segregasi, contohnya Crhomite

¨      Injeksi, Contohnya Kiruna

Kromium

Kromium

12

Page 13: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Kromium

2.      Late magmatis, yang terbagi atas:

¨      Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg

¨      Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack

¨      Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa

¨      Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein

2. Proses Pegmatisme

13

Page 14: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme)

yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C

sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.

3. Proses Pneumatolisis

Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai

membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer.

Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan

samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses

sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan

yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut

mineralpneumatolitis.

4. Proses Hydrotermal

Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan

tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya.

Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :

1.      Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :

¨      Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.

¨      Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan

kedalaman yang besar.

¨      Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan

Spalerite serta oksida besi.

¨      Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.

14

Page 15: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Timbal

2.      Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :

¨      Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan

hipotermal.

¨      Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan

permukaan bumi.

¨      Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses

penggantian antara lain berupa “crustification” dan “banding”.

¨      Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn.

¨      Proses pengayaan sering terjadi.

3.      Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :

¨      Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.

¨      Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).

¨      Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.

¨      Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).

¨      Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.

¨      Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”-nya

berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.

15

Page 16: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan

hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi

berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas

mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada  bukaan-bukaan batuan, yang

berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs,

Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse),Solution

cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer

fillings.

5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)

Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang

didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan

sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan

metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol

oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur

endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang

sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara

serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-

mineral baru yang lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral

membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang

digantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang

dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas :

Massive, Lode fissure, dan Disseminated.

6. Proses Sedimenter

Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.

16

Page 17: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

7. Proses Evaporasi

Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.

8. Konsentrasi Residu dan Mekanik

Terdiri atas :

¨      Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.

¨      Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial

dan eolian.

9. Supergen enrichment

17

Page 18: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

10. Metamorfisme

Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.

D.  Karakteristik Sumberdaya Mineral di Indonesia

Penyebaran mineral di Indonesia tidak merata sesuai kondisi geologi di sepanjang

bentang kepulauan nusantara. Perkembangan ilmu geologi telah memberikan

gambaran tentang cara terjadinya mineral dan berbagai faktor yang

mengendalikannya. Dengan mengetahui faktor – faktor geologi, penyebaran

mineral itu dapat diperkirakan. Karena itu diperlukan pengetahuan tentang kondisi

geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia.

Melalui pemetaan geologi, baik secara remote sensing (penginderaan jarak jauh)

maupun dari hasil ground truth (kenyataan lapangan), Indonesia telah memiliki

peta geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Berdasar peta geologi

tersebut para ahli dapat menyusun berbagai teori atau hipotesis dalam tujuan

pencarian mineral, sebab pembentukan mineral berkaitan dengan berbagai proses

geologis.

Berdasar teori geologi terbaru yang dikenal dengan teori tektonik global dan teori

tektonik lempeng, maka jalur – jalur magmatik yang membawa cebakan mineral

di kepulauan Indonesia telah dapat diketahui dan diprediksi letaknya. Pemetaan

geologi yang selesai pada tahun 1995 memanfaatkan teori tersebut dalam

menelusuri penyebaran batuan, menyimpulkan bahwa di Indonesia terdapat 15

jalur mineralisasi logam dasar, sebagai dasar karakteristik sumberdaya mineral di

Indonesia.

Pembentukan mineral logam sangat erat kaitannya dengan proses magmatik.

Lingkungan pembentukan mineral logam umumnya dijumpai di dalam batuan

vulkanik. Hal ini dapat dipahami karena proses magmatik berlangsung simultan

dengan kegiatan gunung api. Sebagai akibat erosi yang intensif, batuan magmatik

tersebut dapat muncul ke permukaan dan hanya menyisakan sedikit batuan

18

Page 19: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

vulkanik. Jika permukaan erosi tersebut tepat berada pada zona mineralisasi, maka

mineral logam telah tersingkap dan sangat mudah untuk diperoleh.

E. Potensi Sumberdaya Mineral Logam di Indonesia

Potensi dan Sumberdaya Logam di Indonesia

  Mineral adalah material anorganik homogen yang terjadi secara alamiah

serta mempunyai struktur atom dan komposisi kimia tertentu. Mineral dapat

dibedakan menurut karakteristiknya, yaitu berdasarkan : warna, goresan,

transparansi, kekerasan, struktur kristal dan tampilan.

   Sebagian besar mineral merupakan gabungan beberapa unsur kimia, sebagai

contoh mineral Pyrite, yang disusun oleh 2 unsur yaitu unsur besi (Fe) dan sulfur

(S). Hanya sedikit sekali mineral yang disusun oleh hanya satu unsur. Contoh

mineral yang disusun oleh hanya satu unsur adalah emas (Au), perak (Ag) dan

tembaga (Cu). Batuan adalah kumpulan beberapa mineral. Contoh, batuan Granit

yang terdiri dari mineral kuarsa, feldsfar, mika dan amphibole dengan rasio kimia

yang bervariasi. Dari ribuan jenis mineral yang ada, hanya sekitar 100 jenis

mineral yang merupakan komponen utama penyusun batuan.

   Beberapa sifat keterdapatan endapan mineral, diantaranya : terdapat dalam

jumlah terbatas dan tidak merata di kulit bumi, baik dari segi mutu (kualitas)

maupun jumlah (kuantitas). Oleh karena itu eksplorasi mineral (logam)

merupakan kegiatan bersifat padat modal, berisiko tinggi dan saat ini semakin

banyak memakai teknologi tinggi (yang sudah tentu relatif memerlukan biaya

yang lebih tinggi.

 Pembentukan Mineral

 Mineral  termasuk sumberdaya alam yang tidak bisa diperbaharui serta terbentuk

melalui proses geologi yang panjang. Ketika mineral habis, maka tidak ada

19

Page 20: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

penggantinya. Karena itu pemanfaatan mineral harus dilakukan dengan sebaik-

baiknya.

Magma adalah sumber dari berbagai jenis batuan dan mineral. Magma berasal

dari mantel bumi atau dari batuan kerak bumi yg meleleh karena mendapat

temperatur dan tekanan tinggi. Magma yang cair dan kental mengandung berbagai

unsur kimia yang berasal dari mantel bumi ataupun dari batuan kerak bumi yang

meleleh kembali akibat tekanan dan temperatur yang tinggi pada kedalaman

tertentu. Karena sifatnya yang cair dan tempatnya yang dalam dengan tekanan dan

temperatur tinggi, maka magma cenderung  mengalir naik kepermukaan bumi

melalui bagian-bagian bumi yang lemah, misalnya retakan. Atau jika tekanannya

cukup, maka magma dapat pula menerobos batuan lain di atasnya. Dalam

perjalanannya ke permukaan bumi inilah magma berinteraksi dengan batuan lain

yang telah ada, sehingga membentuk berbagai mineral yang berharga bagi

manusia.

Mineral dapat terbentuk melalui beberapa proses, seperti: magmatik, sedimentasi,

metamorfik, dan hidrotermal. Proses magmatik adalah  ketika mineral terbentuk

karena pembekuan magma. Proses sedimentasi (pengendapan) adalah

pembentukan mineral sebagai akibat pelapukan atau erosi yang terjadi pada

batuan induknya. Proses metamorphic adalah pembentukan mineral pada batuan

induk yang mengalami perubahan suhu maupun tekanan. Adapun proses

hydrothermal adalah pembentukan mineral melalui proses kimia yang terjadi dari

interaksi antara batuan dengan aliran air panas di dalam bumi.

Pengelompokan Mineral Logam

Mineral  logam dapat dikelompokan dalam 4 (empat) kelompok utama yaitu :

Kelompok Logam Dasar; logam yang umum terdapat dan secara kimia

lebih aktif, misalnya : Tembaga (Cu), Timbal/Timah Hitam (Pb), Timah

(Sn) dan Seng (Zn) dan lain-lain.

20

Page 21: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Kelompok Logam Mulia; logam yang secara ekonomis sangat berharga

dan banyak dibutuhkan, terdiri dari : emas (Au), Perak (Ag) dan Platina

(Pt).

Dalam kedua kelompok ini satu sama lain selalu berkaitan, bisa dalam bentuk urat

maupun dalam bentuk sebaran dalam batuan, khusus untuk emas selain terkemas

dalam bentuk urat, biasanya dalam urat kuarsa, juga bisa terdapat sebagai emas

alluvial yang tersebar di bekas undak-undak sungai tua atau tersebar di endapan

pasir sungai yang masih aktif. Logam Dasar dan Logam Mulia yang terbentuk

dalam urat biasanya di Indonesia khususnya terjadi dalam lingkungan batuan

gunungapi dan populer disebut Emas Epitermal. Sudah barang tentu disebut

demikian setelah memenuhi kriteria-kriteria pembentukkannya.

  Kelompok Logam Jarang adalah logam yang secara relatif, ditemukan dalam

jumlah sedikit dan tersebar di bumi. Unsur-unsur logam ini, jarang ditemukan

terkonsentrasi dalam jumlah banyak. Beberapa diantaranya adalah :Lithium (Li),

Yurium (Y), Zirconium (Zr), Logam Tanah Jarang (Rare Earth Elements; unsur

yang mempunyai Nomor Atom 57 s.d. 71), Indium (In), Cadmium (Cd) dan lain-

lain. Kegunaan  unsur-unsur logam jarang umumnya untuk teknologi tinggi

seperti : barang elektronik,katalis dalam pengolahan minyak bumi, keramik tahan

panas dan lain-lain.

  Kelompok Mineral Logam Besi dan Campuran Besi, logam yang lazim

digunakan dalam industri besi dan campurannya, seperti : Besi (Fe), Kobal (Co),

Kromit (Cr), Mangan (Mn) dan  lain-lain   

21

Page 22: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Logam di Jawa

 Keberadaan mineral logam di pulau Jawa secara geologi terkait dengan

jalur busur magmatik Sunda-Banda. Menurut Van Bemmelen (1949), pada Jalur

Busur Magmatik Sunda-Banda dikenal terdapat suatu endapan yang sangat luas,

“favourable” sebagai tempat kedudukan mineralisasi logam dikenal dengan nama

endapan “Old Andesite” atau endapan andesit tua dengan kisaran umur antara

Oligosen – Miosen (Neogen). Endapan ini memiliki penyebaran yang sangat luas

diperkirakan mulai dari Padang hingga Flores. Di Jawa mulai dari Cibaliung,

Cikotok, Pongkor, Ciemas, Cikondang, Ciseuti, Ciarinem, Cineam-Salopa, G.

Sawal, Bukit Menoreh, Selogiri, Purwantoro, Pacitan, Trenggalek, hingga Turen

(Jember) dikenal sebagai jalur andesit tua

22

Page 23: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Timah di Bangka Belitung

Logam di Kalimantan

 Keterdapatan mineral logam di Pulau Kalimantan, secara geologi

berkaitan dengan keberadaan 2 sistem busur yaitu : Busur Magmatik Kalimantan

Tengah dan Busur Magmatik Sumatra-Meratus (Tim Kajian Sumber Daya

Geologi Pulau Kalimantan, Pusat Sumber Daya Geologi, 2006).

Potensi mineral yang terdapat di Pulau Kalimantan meliputi : Timbal

(Timah Hitam) dan tembaga yang ditemukan di Kabupaten Bengkayang Provinsi

Kalimantan Barat. Emas ditemukan di daerah Kelian, di daerah Sepauk-

Kabupaten Sintang, daerah Sekadau-Kabupaten Sanggau dan di Kabupaten

Bengkayang, Kalimantan Barat. , Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Kutai

Provinsi Kalimantan Timur  dan di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut

Provinsi Kalimantan Selatan

23

Page 24: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Mineral yang dipakai sehari – hari dalam kehidupan umat manusia tidak

semuanya terdapat di Indonesia. Diperkirakan hanya 30% atau 30 Macam mineral

utama terdapat di Indonesia. Mineral tersebut adalah emas, perak, tembaga, nikel,

timah putih, timah hitam, alumunium, besi, mangan, chromit, minyak bumi, gas

bumi, batubara, yodium, berbagai garam, berbagai mineral industri (asbes,

bentonit, zeolit, belerang, fosfat, batu gamping dll), batu mulia, termasuk intan,

dan bahan bangunan. Mineral langka masih belum diketahui di Indonesia,

demikian juga uranium, hingga saat ini belum tersedia data yang rinci

mengenainya.

Beberapa mineral telah menjadi andalan sektor pertambangan di

Indonesia. Produksi dan cadangannya juga cukup besar. Timah, misalnya,

memproduksi sekitar 15% produksi dunia, sementara cadangannya lebih kurang

8% cadangan dunia. Cadangan nikel mencapai 15% cadangan dunia, tetapi

produksinya baru mencapai 10% produksi dunia. Berikut ini disampaikan

beberapa angka mengenai mineral andalan Indonesia, disertai pula beserta

cadangan potensinya. Klasifikasi yang dipakai adalah klasifikasi Mckelvey

(1973). Angka – angka tersebut disampaikan dalam bentuk tabel berikut :

Tabel 2.1. Perbandingan Taksiran Cadangan Mineral Indonesia dan Dunia

24

Page 25: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Nama MineralTaksiran cadangan

PerbandinganIndonesia Dunia

1. Timah 865 ton 11.100.000 ton 8%

2. Nikel 15 juta ton 100 juta ton 14%

3. Tembaga 6 juta ton 126 juta ton 5%

4. Batubara 32 milyar ton 663 milyar ton 2%

5. Alumunium 934 juta ton 139.000 juta ton 0,7%

6. Minyak bumi 9,1 milyar barrel 916,6 milyar barrel 1%

7. Gas bumi 0,138 juta BSCF 6,9 juta BSCF 2%

Potensi minyak dan gas bumi terkandung dalam 60 cekungan dan baru 25% yang

dieksploitasi. Menurut perkiraan, sumberdaya minyak bumi mencapai lebih

kurang 70 – 72 milyar barrel, sedangkan yang sudah diteliti dan sudah dapat

digolongkan sebagai cadangan baru kurang lebih 9 – 10 milyar barrel.

Sumberdaya dan cadangan minyak bumi Indonesia akan bertambah terus bila

eksplorasi terus dilakukan. Belum lagi potensi yang mungkin ada di dalam batuan

yang lebih tua (batuan Pra-Tersier), karena sejauh ini minyak dan gas bumi baru

diproduksi dari batuan berumur Tersier karena lebih dangkal letaknya. Demikian

pula potensi sumberdaya mineral lainnya yang masih bisa untuk dikembangkan.

25

Page 26: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

BAB III KESIMPULAN

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.

Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur

mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana

sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui

(senyawaan organik biasanya tidak termasuk).  Berdasarkan kegunaannya dalam

aktivitas kehidupan, mineral (logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral

logam esensial dan nonesensial. Logam esensial diperlukan dalam proses

fisiologis hewan, sehingga logam golongan ini merupakan unsur nutrisi penting

yang jika kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut

penyakit defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein, termasuk

enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium  (Ca), fosforus (P), kalium

(K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga

(Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se). Logam 

nonesensial adalah golongan logam yang tidak berguna, atau belum diketahui

kegunaannya dalam tubuh hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari

normal dapat menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya

bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium

(Cd), dan aluminium (Al).

Karakteristik sumberdaya mineral di Indonesia telah banyak tersingkap

melalui aplikasi teori tektonik global dan teori tektonik lempeng. Melalui

penerapan teori tersebut dapat ditelusuri jalur – jalur magmatik yang membawa

cebakan mineral bahkan ke tempat yang belum disentuh sama sekali, umpamanya

di dasar laut. Sebagai contoh, pembentukan mineral logam sangat erat kaitannya

dengan proses magmatik, sehingga mineral logam umumnya dijumpai di dalam

batuan vulkanik. Dengan mengetahui karakteristik tersebut, pengelolaan dan

eksplorasi mineral dapat direncanakan dengan pertimbangan yang lebih baik.

Masih banyak potensi kekayaan sumberdaya mineral indonesia yang

belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan sumberdaya dan cadangan

mineral yang ada masih dapat bertambah jika eksplorasi terus dilakukan. Potensi

26

Page 27: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

tersebut antara lain terdapat pada batuan yang lebih tua atau Pra – Tersier. Sejauh

ini minyak dan gas bumi baru diproduksi dari batuan berumur Tersier, karena

lebih dangkal letaknya. Demikian pula halnya dengan potensi sumberdaya mineral

lainnya yang ada di bentang kepulauan Indonesia.

27

Page 28: Pembentukan Mineral Logam di Indonesia

Daftar Pustaka

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan

Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit Universitas Indonesia Press

http://antoniuspatianom.wordpress.com/2009/07/19/sumberdaya-mineral-di-indonesia-karakteristik-dan-potensinya/

http://jhem90.blogspot.com/2013/06/proses-pembentukan-mineral.html

http://bahangaliantambang.blogspot.com/2011/12/proses-pembentukan-mineral.html

http://3.bp.blogspot.com/-O9udkNEdWLI/UWa1RwxnH_I/AAAAAAAAAEY/BNCvZ97w_y4/s1600/peta_barang_tambang_ri.jpg

http://limpopo-mining.com/wp-content/uploads/Contoh-Mineral-Bijih-Besi.jpg

28