inventarisasi dan evaluasi mineral non logam

7
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 1 INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM KABUPATEN ACEH SINGKIL DAN SIMELUE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Zulfikar, Adrian Zainith, Djadja Turdjaja, Irwan Muksin Kelompok Program Penelitian Mineral S A R I Dari hasil kegiatan inventarisasi dan evaluasi ini telah dapat diidentifikasikan keterdapatan 9 (sembilan) jenis bahan galian yang termasuk kelompok mineral non logam. Bahan galian tersebut yakni pasir kuarsa, lempung, sirtu, andesit, felspar, batugamping, batusabak, bentonit dan gabro. Pasir kuarsa dengan jumlah sumber daya sebesar 4 juta ton tersebar di delapan lokasi di Kabupaten Aceh Singkil dan di Kabupaten Simeulue. Lempung dengan jumlah sumber daya sebesar 7,65 juta ton tersebar pada sepuluh lokasi di Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue, beberapa di antaranya mempunyai kuat lentur yang tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan keramik bodi putih. Sirtu baik berupa sirtu sungai, sirtu gunung maupun sirtu pantai tersebar di 19 lokasi di kedua wilayah kabupaten dengan jumlah sumber daya sebesar 31 juta ton. Andesit dengan sumber daya sebesar 26 juta ton tersebar di dua lokasi di Kabupaten Aceh Singkil. Felspar dengan sumber daya sebesar 10,5 juta ton tersebar di tiga lokasi di Kabupaten Aceh Singkil. Batugamping dengan sumber daya 114 juta ton tersebar di delapan lokasi di Kabupaten Simeulue. Batusabak dengan sumber daya sebesar 250 ribu ton tersebar pada satu lokasi di Kabupaten Simeulue. Gabro dengan sumber daya hipotetik 25 juta ton tersebar di dua lokasi di Kabupaten Simeulue. Bentonit dengan sumber daya sebesar 1,25 juta ton tersebar di satu lokasi di Kabupaten Simeulue. Di antara bahan galian non logam tersebut, beberapa jenis bahan galian yakni pasir kuarsa, sirtu, batugamping, lempung dan felspar yang terdapat di beberapa lokasi dapat dikembangkan lebih lanjut. PENDAHULUAN Pusat Sumber Daya Geologi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya pada Tahun Anggaran 2006 ini telah melakukan kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian non logam di berbagai lokasi di seluruh wilayah Indonesia. Salah satunya adalah daerah Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue. Kedua kabupaten ini terletak di bagian barat daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian yang dilakukan di daerah ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dasar potensi bahan galian, baik lokasi keterdapatan, sumber daya (cadangan) maupun kualitasnya. Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui prospek pemanfaatan dan pengem- bangan bahan galian yang terdapat di daerah tersebut. Kabupaten Singkil dengan luas daratan sekitar 327.000 hektar dan jumlah penduduk sebanyak 148.644 jiwa terbagi atas 15 wilayah kecamatan dan 189 wilayah desa / kelurahan. Sedangkan.Kabupaten Simeulue mempunyai luas daratan sekitar 181.300 hektar dan jumlah penduduk sebanyak 70.746 jiwa, terbagi atas 8 wilayah kecamatan dan 135 wilayah desa / kelurahan. GEOLOGI UMUM Wilayah kabupaten Aceh Singkil termasuk ke dalam liputan Peta Geologi Bersistem Indonesia dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Skala 1 : 250.000 Lembar Sidikalang dan Sebagian Sinabang (Aldiss, DT. dkk, 1993). Sedangkan wilayah Kabupaten Simeulue termasuk ke dalam liputan Peta Geologi Lembar Sinabang (Endharto, M. dkk., 1994). Berdasarkan Peta Geologi Lembar Sidikalang, batuan tertua yang terdapat di daerah ini adalah batupasir metakuarsa, metawake, batusabak dan

Upload: lydan

Post on 12-Jan-2017

252 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

1

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM KABUPATEN ACEH SINGKIL DAN SIMELUE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Zulfikar, Adrian Zainith, Djadja Turdjaja, Irwan Muksin

Kelompok Program Penelitian Mineral

S A R I

Dari hasil kegiatan inventarisasi dan evaluasi ini telah dapat diidentifikasikan keterdapatan 9

(sembilan) jenis bahan galian yang termasuk kelompok mineral non logam. Bahan galian tersebut yakni pasir kuarsa, lempung, sirtu, andesit, felspar, batugamping, batusabak, bentonit dan gabro.

Pasir kuarsa dengan jumlah sumber daya sebesar 4 juta ton tersebar di delapan lokasi di Kabupaten Aceh Singkil dan di Kabupaten Simeulue. Lempung dengan jumlah sumber daya sebesar 7,65 juta ton tersebar pada sepuluh lokasi di Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue, beberapa di antaranya mempunyai kuat lentur yang tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan keramik bodi putih. Sirtu baik berupa sirtu sungai, sirtu gunung maupun sirtu pantai tersebar di 19 lokasi di kedua wilayah kabupaten dengan jumlah sumber daya sebesar 31 juta ton. Andesit dengan sumber daya sebesar 26 juta ton tersebar di dua lokasi di Kabupaten Aceh Singkil. Felspar dengan sumber daya sebesar 10,5 juta ton tersebar di tiga lokasi di Kabupaten Aceh Singkil. Batugamping dengan sumber daya 114 juta ton tersebar di delapan lokasi di Kabupaten Simeulue. Batusabak dengan sumber daya sebesar 250 ribu ton tersebar pada satu lokasi di Kabupaten Simeulue. Gabro dengan sumber daya hipotetik 25 juta ton tersebar di dua lokasi di Kabupaten Simeulue. Bentonit dengan sumber daya sebesar 1,25 juta ton tersebar di satu lokasi di Kabupaten Simeulue.

Di antara bahan galian non logam tersebut, beberapa jenis bahan galian yakni pasir kuarsa, sirtu, batugamping, lempung dan felspar yang terdapat di beberapa lokasi dapat dikembangkan lebih lanjut.

PENDAHULUAN Pusat Sumber Daya Geologi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya pada Tahun Anggaran 2006 ini telah melakukan kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian non logam di berbagai lokasi di seluruh wilayah Indonesia. Salah satunya adalah daerah Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue. Kedua kabupaten ini terletak di bagian barat daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian yang dilakukan di daerah ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dasar potensi bahan galian, baik lokasi keterdapatan, sumber daya (cadangan) maupun kualitasnya. Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui prospek pemanfaatan dan pengem-bangan bahan galian yang terdapat di daerah tersebut.

Kabupaten Singkil dengan luas daratan sekitar 327.000 hektar dan jumlah penduduk sebanyak

148.644 jiwa terbagi atas 15 wilayah kecamatan dan 189 wilayah desa / kelurahan.

Sedangkan.Kabupaten Simeulue mempunyai luas daratan sekitar 181.300 hektar dan jumlah penduduk sebanyak 70.746 jiwa, terbagi atas 8 wilayah kecamatan dan 135 wilayah desa / kelurahan.

GEOLOGI UMUM

Wilayah kabupaten Aceh Singkil termasuk ke dalam liputan Peta Geologi Bersistem Indonesia dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Skala 1 : 250.000 Lembar Sidikalang dan Sebagian Sinabang (Aldiss, DT. dkk, 1993). Sedangkan wilayah Kabupaten Simeulue termasuk ke dalam liputan Peta Geologi Lembar Sinabang (Endharto, M. dkk., 1994).

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Sidikalang, batuan tertua yang terdapat di daerah ini adalah batupasir metakuarsa, metawake, batusabak dan

Page 2: INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

filit dari Formasi Kluet (Puk) yang berumur Karbon Akhir – Permian Awal. Di atas formasi batuan ini diendapkan berturut-turut batuan sedimen dari Formasi Sibolga (Tlsb) berumur Oligosen Akhir yang terdiri dari batupasir, batulanau, batulumpur dan konglomerat serta Formasi Barus (Tmba) berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah yang terdiri dari batupasir, batulumpur gampingan, sedikit gamping, dan konglomerat alas. Di atasnya diendapkan Formasi Gunungapi Trumon (Tmvt) berumur Miosen Awal hingga Miosen Tengah yang terdiri dari batuan gunungapi andesit dan batupasir. Selanjutnya diendapkan batuan sedimen dan gunung api berumur kuarter dari Formasi Tutut (QTt) yang terdiri dari konglomerat, batupasir, batulanau dan batulumpur, serta Tufa Toba (Qvt) yang terdiri dari tufa riodasit. Terakhir diendapkan endapan Aluvium (Qh) berumur Holosen yang terdiri dari kerikil, pasir, lumpur, dan koral.

Sedangkan berdasarkan Peta Geologi Lembar Sinabang, batuan tertua yang tersingkap di daerah Kabupaten Simeulue adalah batuan-batuan yang termasuk dalam Bancuh Kuala Makmur (Tom) berumur Oligo – Miosen yang terdiri dari bongkahan aneka bahan yang terdiri dari basal, gabro, sedimen malih, filit, batusabak dan rijang.

Selanjutnya di bagian atas batuan ini diendapkan batuan-batuan sedimen dari Anggota Lasikin Formasi Sigulai (Tmls) berumur Miosen Awal yang terdiri dari kepingan batuan lewat basa, gabro, basal, kuarsa susu dan rijang, Formasi Sibigo (Tmsb) berumur Miosen Tengah terdiri dari batugamping koral, kalkarenit dan kalsirudit, berlapis sedang – tebal dengan sisipan batupasir, Formasi Sigulai (Tms) berumur Miosen Awal – Miosen Akhir yang terdiri dari napal dan batupasir kuarsa, Formasi Layabaung (Tml) berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal yang terdiri dari batupasir tufan, tuf dan batulempung tufan, serta Formasi Dihit (Tmpd) berumur Miosen Akhir - Pliosen. Selanjutnya adalah endapan-endapan batuan berumur Kuarter dari Batugamping Terumbu (Qps), Endapan Danau (Ql), Endapan Rawa (Qs), dan Endapan Aluvium (Qa).

KEGIATAN PENYELIDIKAN Kegiatan penyelidikan ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kegiatan lapangan dan kegiatan laboratorium. Kegiatan lapangan meliputi

pekerjaan pengumpulan data sekunder serta pengumpulan data primer. Pengumpulan data sekunder berupa hasil pekerjaan pihak lain yang diperoleh dari instansi di lingkungan pemerintah daerah, baik berupa data potensi bahan galian mineral non logam ataupun berupa data data penunjang seperti data sarana dan prasarana, keadaan sosial serta budaya masyarakat setempat.

Sedangkan pengumpulan data primer yaitu berupa pekerjaan pengamatan langsung terhadap endapan bahan galian yang ditemukan serta dilanjutkan dengan pengambilan conto batuan yang mewakili endapan bahan galian tersebut untuk keperluan analisis laboratorium.

Kegiatan laboratorium meliputi analisis terhadap beberapa conto batuan yang telah diambil, yang dilakukan di laboratorium baik di dalam maupun di luar lingkungan Pusat Sumber Daya Geologi.

Jenis-jenis analisis laboratorium yang dilakukan serta jumlah contoh yang dianalisis adalah sebagai berikut : - Analisis kimia unsur major untuk mengetahui

kandungan oksida unsur-unsur yang umum terdapat dalam batuan.

- Analisis Petrografi untuk memeriksa sifat optik sayatan batuan di bawah mikroskop dan menentukan jenis-jenis mineral atau batuannya.

- Analisis mineralogi butir untuk mengetahui distribusi ukuran serta komposisi mineral dari conto batuan berupa pasir lepas.

- Analisis poles untuk mengetahui kenampakan permukaan batuan setelah dipoles.

- Analisis XRD untuk mengetahui jenis-jenis mineral yang terdapat dalam conto batuan.

- Analisis Bakar untuk mengetahui sifat bakar bahan baku keramik.

- Analisis Kuat Tekan untuk mengetahui kuat tekan batuan.

HASIL PENYELIDIKAN

Geologi Daerah Penyelidikan. Secara morfologi, di daerah ini dapat dibedakan tiga satuan morfologi, yaitu satuan morfologi Pedataran Aluvium Sungai dan Pantai, Perbukitan Rendah, dan Perbukitan Bergelom-bang. Sungai-sungai yang mengalir di daerah Kabupaten Aceh Singkil pada umumnya mem-punyai pola aliran semi dendritik yang secara umum mempunyai

2

Page 3: INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

arah aliran dari utara ke arah selatan. Sedangkan di daerah Kabupaten Simeulue sungai mempunyai pola dendritik yang mengalir ke segala arah dari arah tengah pulau.

Beberapa satuan batuan yang dapat diamati di Kabupaten Aceh Singkil yakni sebagai berikut : a. Satuan Endapan Alluvial Sungai dan Pantai,

terdiri dari lempung, pasir, dan kerikil. b. Satuan Batuan Tufa, berupa tufa riodasit,

termasuk ke dalam Tufa Toba yang berumur Plistosen.

c. Satuan Batuan Konglomerat, berupa batuan konglomerat dengan komponen batupasir dan kuarsit yang tertanam di dalam masa dasar berupa pasir kuarsa dan lempung, termasuk ke dalam Formasi Tutut yang berumur Plio-Pleistosen..

d. Satuan Batuan Andesit, termasuk ke dalam Formasi Gunungapi Trumon yang berumur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir..

e. Satuan Batupasir, disusun oleh batupasir yang berselingan dengan batulanau dan batulempung, termasuk ke dalam Formasi Sibolga berumur Oligosen Akhir.

Sedangkan di Kabupaten Simeulue beberapa satuan batuan yang dapat diamati antara lain : a. Satuan Endapan Aluvium, terdiri dari lempung,

lumpur, pasir dan kerakal. b. Satuan Batupasir, termasuk ke dalam Formasi

Dihit yang berumur Miosen Akhir hingga Pliosen.

c. Satuan Batulanau, termasuk ke dalam Formasi Dihit yang berumur Miosen Akhir hingga Pliosen.

d. Satuan Batulempung Tufan, termasuk ke dalam Formasi Layabaung yang berumur Miosen Akhir hingga Pliosen Awal..

e. Satuan Batugamping, termasuk ke dalam Formasi Sibigo yang berumur Miosen Tengah.

f. Satuan Batuan Gabro, termasuk ke dalam Bancuh Kuala Makmur yang berumur Oligo-miosen.

Potensi Endapan Bahan Galian.

Dari hasil kegiatan inventarisasi dan evaluasi ini telah diidentifikasikan sebanyak sembilan jenis bahan galian yang termasuk kelompok mineral non logam. Bahan galian tersebut yakni pasir kuarsa, sirtu, lempung, andesit, felspar, batugamping, batusabak, bentonit dan gabro.

a. Pasir Kuarsa. Di Kabupaten Aceh Singkil pasir kuarsa terdapat di daerah-daerah : - Desa Kampung Baru, Kecamatan Singkil

Utara, sumber daya hipotetik 375.000 ton. - Desa Lae Balno, Kecamatan Danau Paris,

sumber daya hipotetik 750.000 ton. - Desa Singkohor, Kecamatan Singkohor,

sumber daya hipotetik 625.000 ton. - Desa Bulu Sema, Kecamatan Suro Makmur,

sumber daya hipotetik 500.000 ton. - Desa Pulo Sarok, Kecamatan Singkil,

sumber daya hipotetik 125.000 ton. - Desa Pulau Balai, Kecamatan Pulau Banyak,

sumber daya hipotetik 125.000 ton. Sedangkan di Kabupaten Simeulue pasir kuarsa terdapat di daerah-daerah : - Desa Lantik, Kecamatan Teupah Barat,

sumber daya hipotetik 1.000.000 ton. - Desa Dihit, Kecamatan Simeulue Tengah,

sumber daya hipotetik 500.000 ton.

b. Sirtu. Di Kabupaten Aceh Singkil, sirtu terdapat di daerah-daerah : - Desa Kampung Baru, Kecamatan Singkil,

sumber daya hipotetik 500.000 ton. - Desa Sikoran, Kecamatan Danau Paris, sumber

daya hipotetik 15.000.000 ton. - Desa Biskang, Kecamatan Danau Paris, sumber

daya hipotetik 12.500.000 ton. - Desa Sianjo-anjo, Kecamatan Simpang Kanan,

sumber daya hipotetik 625.000 ton. - Desa Lae Sipola, Kecamatan Singkohor,

sumber daya hipotetik 15.000.000 ton. - Desa Lae Raso, Kecamatan Sultan Daulat,

sumber daya hipotetik 2.500.000 ton. Sedangkan di Kabupaten Simeulue, sirtu terdapat di daerah-daerah : - Desa Kuala Makmur, Kecamatan Simeulue

Timur, sumber daya hipotetik 1.150.000 ton. - Desa Luan Balu, Kecamatan Teluk Dalam,

sumber daya hipotetik 625.000 ton. - Desa Lasingalu, Kecamatan Teupah Barat,

sumber daya hipotetik 2.500.000 ton. - Desa Simpang Abail, Kecamatan Simeulue

Timur, sumber daya hipotetik 2.500.000 ton. - Desa Suak Bulu, Kecamatan Simeulue Timur,

sumber daya hipotetik 1.400.000 ton. - Desa Enao, Kecamatan Teupah Selatan, sumber

daya hipotetik 150.000 ton.

3

Page 4: INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

- Desa Lataling, Kecamatan Teupah Selatan,

sumber daya hipotetik 500.000 ton. - Desa Labuan Bakti, Kecamatan Teupah

Selatan, sumber daya hipotetik 125.000 ton. c). Lempung. Di Kabupaten Aceh Singkil, sirtu terdapat di daerah-daerah : - Desa Solok, Kecamatan Gunung Meriah,

sumber daya hipotetik 1.500.000 ton. - Desa Sumber Mukti, Kecamatan Kota Baharu,

sumber daya hipotetik 2.000.000 ton. - Desa Mukti Jaya, Kecamatan Singkohor,

sumber daya hipotetik 375.000 ton. - Desa Singkohor, Kecamatan Singkohor, sumber

daya hipotetik 50.000 ton. - Desa Singgersing, Kecamatan Sultan Daulat,

sumber daya hipotetik 350.000 ton. - Desa Namabuaya, Kecamatan Sultan Daulat,

sumber daya hipotetik 1.250.000 ton. - Desa Danau Bungara, Kecamatan Kota Baharu,

sumber daya hipotetik 625.000 ton. Sedangkan di Kabupaten Simeulue, lempung terdapat di daerah-daerah : - Desa Amaiting Jaya, Kecamatan Simeulue

Timur, sumber daya hipotetik 500.000 ton. - Desa Lugu, Kecamatan Simeulue Timur,

sumber daya hipotetik 500.000 ton. - Desa Dihit, Kecamatan Simeulue Tengah,

sumber daya hipotetik 500.000 ton. d). Andesit, hanya terdapat di Kabupaten Aceh Singkil, yaitu daerah-daerah : - Desa Lae Raso, Kecamatan Sultan Daulat,

sumber daya hipotetik 6.250.000 ton. - Desa Sukamaju, Kecamatan Sultan Daulat,

sumber daya hipotetik 20.000.000 ton. e). Felspar, hanya terdapat di Kabupaten Aceh Singkil, yaitu daerah-daerah : - Desa Lae Motong, Kecamatan Penanggalan,

sumber daya hipotetik 2.500.000 ton. - Desa Lae Petal, Kecamatan Suro Makmur,

sumber daya hipotetik 6.250.000 ton. - Desa Penuntungan, Kecamatan Penanggalan,

sumber daya hipotetik 1.850.000 ton. f). Batugamping, hanya terdapat di Kabupaten Simeulue, yaitu daerah-daerah :

- Desa Sibau, Kecamatan Simeulue Timur, sumber daya hipotetik 1.500.000 ton.

- Desa Ujung Tinggi, Kecamatan Simeulue Timur, sumber daya hipotetik 3.750.000 ton.

- Tangga Besi, Desa Ujung Tinggi, Kecamatan Simeulue Timur, sumber daya hipotetik 50.000.000 ton.

- Desa Luan Balu, Kecamatan Teluk Dalam, sumber daya hipotetik 12.500.000 ton.

- Desa Layabaung, Kecamatan Simeulue Barat, sumber daya hipotetik 12.500.000 ton.

- Desa Sigulai, Kecamatan Simeulue Barat, sumber daya hipotetik 2.500.000 ton.

- Desa Kebun Baru, Kecamatan Teupah Selatan, sumber daya hipotetik 25.000.000 ton.

- Desa Busung, Kecamatan Simeulue Timur, sumber daya hipotetik 6.250.000 ton.

g). Batusabak, hanya terdapat di Kabupaten Simeulue, yaitu di daerah : - Desa Bulu Hadek, Kecamatan Teluk Dalam,

sumber daya hipotetik 250.000 ton. h). Bentonit, hanya terdapat di Kabupaten Simeulue yaitu daerah : - Desa Layabaung, Kecamatan Simeulue Barat,

sumber daya hipotetik 1.250.000 ton. i). Gabro, hanya terdapat di Kabupaten Simeulue yaitu daerah : - Desa Kuala Makmur, Kecamatan Simeulue

Timur, sumber daya hipotetik 25.000.000 ton.

Prospek Pengembangan Bahan Galian.

Dari sembilan jenis bahan galian mineral non logam tersebut di atas, beberapa bahan galian seperti pasir kuarsa, sirtu, batugamping, lempung dan felspar yang terdapat di lokasi-lokasi tertentu dinilai mempunyai prospek yang cukup besar untuk dapat segera dimanfaatkan dan dikembangkan di daerah ini. Pemilihan jenis dan lokasi bahan galian tersebut didasarkan kepada beberapa kriteria, yaitu antara lain luas sebaran/besaran jumlah sumber daya, kesampaian lokasi dan kebutuhan/permintaan akan bahan galian tersebut baik lokal maupun regional serta kualitas atau mutu bahan galian yang diketahui dari hasil analisis laboratorium terhadap beberapa conto batuan. Bahan galian yang dimaksud adalah sebagai berikut : a. Pasir kuarsa. Dari potensi pasir kuarsa yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeuluet, yang mempunyai prospek untuk dapat segera dimanfaatkan dan dikembangkan adalah

4

Page 5: INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

endapan pasir kuarsa di daerah desa Singkohor, Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil, dengan sumber daya 625.000 ton dan kandungan SiO2 90.05%, daerah desa Lantik, Kecamatan Teupah Barat dan desa Dihit, Kecamatan Simeulue Tengah, Kabupaten Simeulue, dengan potensi sumber daya masing-masing sebesar satu juta ton dan 500.000 ton serta kandungan SiO2 92,50% dan 96,91%.

b. Sirtu. Di antara lokasi-lokasi sirtu yang telah dikemukakan sebelum ini, endapan sirtu yang mempunyai prospek untuk dikembangkan yaitu sirtu gunung di daerah Sikoran dan Biskang, Kecamatan Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil dengan sumber daya masing-masing sebesar 15 juta ton dan 12,5 juta ton serta di daerah Lae Sipola, Kecamatan Singkohor, Kabupaten Aceh Singkil dengan sumber daya 15 juta ton. Di Kabupaten Simeulue endapan sirtu yang mempunyai prospek untuk dikembangkan adalah sirtu di daerah desa Kuala Makmur, Kecamatan Simeulue Timur dengan sumber daya sebesar 1,15 juta ton.

c. Batugamping Endapan batugamping yang dapat segera dikembangkan lebih lanjut adalah batugamping di lokasi desa Ujung Tinggi, Kecamatan Simeulue Timur dengan sumber daya 50 juta ton dan CaO 55,23%, daerah desa Layabaung, Kecamatan Simeulue Barat dengan sumber daya sebesar 12,5 juta ton dan kadar CaO 54,7%, serta daerah Kebun Baru, Kecamatan Teupah Selatan dengan sumber daya 25 juta ton dan kadar CaO 54,35%.

d. Lempung Endapan lempung yang memungkinkan untuk segera dikembangkan lebih lanjut atalah lempung yang terdapat di daerah Danau Bungara, Kecamatan Kota Baharu, dengan sumber daya sebesar 625 ribu ton serta daerah Mukti Jaya, Kabupaten Aceh Singkil dengan sumber daya masing-masing sebesar 625 ribu ton dan 375 ribu ton.

e. Felspar. Endapan felspar yang menarik untuk dikembangkan lebih lanjut adalah endapan felspar

yang terdapat di lokasi desa Lae Motong, Kecamatan Penanggalan, Kabupaten Aceh Singkil dengan sumber daya 32,5 juta ton dengan kandungan Na2O dan K2O sebesar 7,21%.

KESIMPULAN.

Bahan galian mineral non logam yang terdapat di daerah Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Simeulue ini terdiri dari sembilan jenis, yaitu pasir kuarsa, sirtu, lempung, andesit, felspar, batugamping, batusabak, bentonit dan gabro.

Di antara bahan galian non logam tersebut, pasir kuarsa, sirtu, lempung, felspar dan batugamping yang terdapat di beberapa lokasi dapat dipertimbangkan untuk segera dimanfaatkan dan dikembangkan lebih lanjut. Untuk keperluan tersebut, diperlukan penyelidikan yang lebih sistematis dan lebih terinci untuk bahan galian di lokasi-lokasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

a. Aldiss, D.T., R. Whandoyo, S.A. Ghazali dan

Kusyono, 1993: “Peta Geologi Lembar Sidikalang dan Sebagian Sinabang, Sumatra”; Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

b. Anonym, 2005: ”Aceh Singkil Dalam Angka 2004”; Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil, Singkil.

c. Anonym, 2003: ”Database Kabupaten Simeulue 2003”; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Simeulue, Sinabang.

d. Endharto, M. dan Sukido, 1994: “Peta Geologi Lembar Sinabang, Sumatra”; Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

5

Page 6: INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

6

Page 7: INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

7

7