hasil kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan mineral logam di

12
HASIL KEGIATAN INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN MINERAL LOGAM DI PROPINSI SULAWESI SELATAN (KABUPATEN GOWA, TAKALAR, ENREKANG, TANA TORAJA) DAN PROVINSI SULAWESI TENGAH (KABUPATEN DONGGALA DAN TOLI-TOLI) Oleh : Ir. Sukmana, Zulkifli MD, BE dan Hotma Simangunsong, Dip. M.E. SUB DIT. MINERAL LOGAM ABSTRACT The inventory and evaluation work of the potency of metallic mineral deposits are located in six regencies; those are Tana Toraja, Enrekkang, Gowa and Takalar of South Sulawesi Province and Donggala and Toli-toli of Central Sulawesi Province. The known mineralization zones are porphyry, hydrothermal quartz vein, metasomatic, volcanogenic and native copper mineralization types. The placer gold usually found in the sedimentary river deposit, its prospective for traditional small-scale mining. The inventory and evaluation work of the potency of metallic mineral deposits by collection secondary data, comprised of existing data include indication formation obtained fromRegional offices of Mines (Dinas Pertambangan Daerah/Kabupaten/Kota) or Province,Regional Board of Planning and Development (Bappeda) and Central Bureau of Statistics(Badan Pusat Statistik), while primary data originally result from field work in certain selected interesting areas. The result of this work for each area represents various chemical analyses values. In Poton area, Tana Toraja and in Noron stream, Enrekkang regencies of South Sulawesi showing low analyses values, so that the area is not prospected for further exploration. On the other hand Tala- tala until S. Balang Makoret, Jene Ara-ara, S. Riba-riba, and S. Dampang Kurau until Balang Terlontang, Gowa district of South Sulawesi Province and Ogowele, Toli-toli and S. Fiura, Donggala regencies of Central Sulawesi are prospective areas recommended for further exploration. Non-metallic mineral deposits such as sand, gravel, and sandy gravel from sedimentary river deposit, in fact as potential commodity source for annual local government income from mining sector. It has to be managed carefully for avoid from geological environment disaster. It’s required to study how to exploit and develop it, so that can be useful maximally for the prosperity of society. S A R I Lokasi-lokasi kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral logam ini dilakukan di 6 kabupaten meliputi Kabupaten Tana Toraja-Enrekang dan Gowa-Takalar, Provinsi, Sulawesi Selatan serta Kabupaten Donggala-Toli-toli Provinsi Sulawesi Tengah. Zona-zona mineralisasi logam yang telah banyak diketahui di keenam Kabupaten ini terdiri darimineralisasi tipe porfiri, tipe urat hidrotermal, tipe kontak metasomatik, tipe endapan volkanogenik dan tipe mineralisasi tembaga murni. Sedangkan endapan emas letakan ditemui di daerah aliran sungai hanya prospek untuk pertambangan rakyat. Pekerjaan inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral di keenam kabupaten ini dilakukan dengan pengumpulan data sekunder baik yang telah maupun yang belum diketahui sumberdayanya, termasuk yang masih berupa indikasi yang diperoleh dari Dinas Pertambangan Daerah Kabupaten/Kota maupun Propinsi, termasuk dari Bappeda dan BPS dan data primer yang diperoleh dari daerah uji petik dan daerah endapan bahan galian yang belum didata. Himpunan data ini merupakan gambaran awal kondisi potensi sumber daya mineral dari tiap pemerintah daerah kabupaten/kota. Selain itu data ini akan melengkapi Neraca Sumber Daya Mineral Spasial Nasional dan Daerah yang akan diterbitkan oleh Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Data tersebut dapat dipakai oleh semua pihak sebagai dasar untuk investasi di bidang pengusahaan bahan galian mineral di daerah tersebut Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 1

Upload: builiem

Post on 31-Dec-2016

237 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

HASIL KEGIATAN INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN MINERAL LOGAM DI PROPINSI SULAWESI SELATAN

(KABUPATEN GOWA, TAKALAR, ENREKANG, TANA TORAJA) DAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

(KABUPATEN DONGGALA DAN TOLI-TOLI)

Oleh : Ir. Sukmana, Zulkifli MD, BE dan Hotma Simangunsong, Dip. M.E.

SUB DIT. MINERAL LOGAM

ABSTRACT

The inventory and evaluation work of the potency of metallic mineral deposits are located in six regencies; those are Tana Toraja, Enrekkang, Gowa and Takalar of South Sulawesi Province and Donggala and Toli-toli of Central Sulawesi Province. The known mineralization zones are porphyry, hydrothermal quartz vein, metasomatic, volcanogenic and native copper mineralization types.

The placer gold usually found in the sedimentary river deposit, its prospective for traditional small-scale mining.

The inventory and evaluation work of the potency of metallic mineral deposits by collection secondary data, comprised of existing data include indication formation obtained fromRegional offices of Mines (Dinas Pertambangan Daerah/Kabupaten/Kota) or Province,Regional Board of Planning and Development (Bappeda) and Central Bureau of Statistics(Badan Pusat Statistik), while primary data originally result from field work in certain selected interesting areas.

The result of this work for each area represents various chemical analyses values. In Poton area, Tana Toraja and in Noron stream, Enrekkang regencies of South Sulawesi showing low analyses values, so that the area is not prospected for further exploration. On the other hand Tala-tala until S. Balang Makoret, Jene Ara-ara, S. Riba-riba, and S. Dampang Kurau until Balang Terlontang, Gowa district of South Sulawesi Province and Ogowele, Toli-toli and S. Fiura, Donggala regencies of Central Sulawesi are prospective areas recommended for further exploration.

Non-metallic mineral deposits such as sand, gravel, and sandy gravel from sedimentary river deposit, in fact as potential commodity source for annual local government income from mining sector. It has to be managed carefully for avoid from geological environment disaster. It’s required to study how to exploit and develop it, so that can be useful maximally for the prosperity of society.

S A R I

Lokasi-lokasi kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral logam ini dilakukan di 6 kabupaten meliputi Kabupaten Tana Toraja-Enrekang dan Gowa-Takalar, Provinsi, Sulawesi Selatan serta Kabupaten Donggala-Toli-toli Provinsi Sulawesi Tengah. Zona-zona mineralisasi logam yang telah banyak diketahui di keenam Kabupaten ini terdiri darimineralisasi tipe porfiri, tipe urat hidrotermal, tipe kontak metasomatik, tipe endapan volkanogenik dan tipe mineralisasi tembaga murni. Sedangkan endapan emas letakan ditemui di daerah aliran sungai hanya prospek untuk pertambangan rakyat.

Pekerjaan inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral di keenam kabupaten ini dilakukan dengan pengumpulan data sekunder baik yang telah maupun yang belum diketahui sumberdayanya, termasuk yang masih berupa indikasi yang diperoleh dari Dinas Pertambangan Daerah Kabupaten/Kota maupun Propinsi, termasuk dari Bappeda dan BPS dan data primer yang diperoleh dari daerah uji petik dan daerah endapan bahan galian yang belum didata.

Himpunan data ini merupakan gambaran awal kondisi potensi sumber daya mineral dari tiap pemerintah daerah kabupaten/kota. Selain itu data ini akan melengkapi Neraca Sumber Daya Mineral Spasial Nasional dan Daerah yang akan diterbitkan oleh Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Data tersebut dapat dipakai oleh semua pihak sebagai dasar untuk investasi di bidang pengusahaan bahan galian mineral di daerah tersebut

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 1

Page 2: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

Hasil penyelidikan mineralisasi logam di daerah uji petik di masing-masing kabupaten umumnya menunjukkan nilai hasil analisis yang sangat bervariasi. Untuk Desa Poton, Kab. Tana Toraja dan di aliran S. Noron, Kab. Enrekang, nilai analisisnya sangat rendah, sehingga kurang prospek untuk dilakukan eksplorasi tindak lanjut. Namun demikian untuk daerah Talatala sampai ke S. Balang Makoret, Jene Ara-ara, dan di S. Ribariba, S. Dampang Kurau hingga Balang Terlontang, Kab. Gowa, daerah Ogowele, Kab. Toli-toli dan S. Fiura. Desa Kalora, Kab. Donggala prospek untuk dilakukan eksplorasi tindak lanjut.

Untuk endapan bahan galian non logam seperti pasir, kerikil dan sirtu di sungai ternyata telah merupakan komoditi penghasil pendapatan asli daerah terbesar di sektor pertambangan, sehingga perlu dikelola dengan baik, namun harus dijaga agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan. Sesungguhnya bahan galian non logam lainnya hingga saat ini belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal, sehingga perlu dipelajari bagaimana cara memanfaatkan dan mengembangkan komoditi bahan galian unggulan di setiap kabupaten, sehingga dapat bermanfaat secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat.

1. PENDAHULUAN

Lokasi kegiatan inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral logam ini meliputi empat kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan dan dua kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah. Kesampaian ke daerah kegiatan umumnya mudah (Gbr.1). Ada lima daerah uji petik yang masing-masing mewakili tiap kabupaten, yaitu daerah uji petik S. Poton terletak di Desa Poton, Kec. Bonggakaradeng, Kab. Tana Toraja dan daerah uji petik S. Noron di Desa Curio, Kec. Alla Timur, Kabupaten Enrekang. Desa Malonro, Kec. Biringbulu, Kab. Gowa dan Desa Komara, Kec. Polobangkeng Utara, Kab. Takalar, serta Desa Ogowele, Kec. Dondo, Kab. Tolitoli.dan Desa Nalu, Kec. Baolan, Kabupaten Toli-toli.

Banyak penyelidikan mineralisasi logam yang telah dilakukan di daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah baik oleh ahli geologi Belanda maupun Indonesia. Pemetaan bahan galian golongan C di setiap kabupaten telah dilakukan oleh Dinas Pertambangan Pemda Propinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Pertambangan Pemda Provinsi Sulawesi Tengah. Demikian pula Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral melalui kegiatan Subdit. Mineral Non Logam telah melakukan inventarisasi mineral industri. Data-data ini merupakan sumber informasi yang paling banyak digunakan dalam melengkapi laporan akhir ini.

Pekerjaan pengumpulan data sekunder yang dilakukan di setiap kabupaten ini selain data potensi sumberdaya mineral yang telah diketahui cadangannnya juga yang belum, termasuk yang masih berupa indikasi mineralisasi. Dengan mengacu kepada klasifikasi sumber daya/cadangan yang dikeluarkan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial PBB data sumber daya dan cadangan tersebut

dituangkan dalam bentuk modifikasi kelas yang berdasarkan sumbu-sumbu nilai ekonomi (Economic), kelayakan (Feasibility) dan keadaan geologi (Geological).

2. GEOLOGI DAN HASIL PENYELIDIK TERDAHULU

Sulawesi terletak pada pertemuan lempeng besar Eurasia, India Australia, Lempeng Pasifik serta sejumlah lempeng yang lebih kecil yang menyebabkan kondisi tektonik sangat komplek, Komplek batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen.

Berdasarkan keadaan litotektonik Sulawesi dibagi tiga mandala, yaitu : Mandala barat sebagai jalur magmatik merupakan bagian dari ujung timur Paparan Sunda, Mandala tengah, berupa batuan malihan ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari Blok Australia ( Van Leeuwen, 1994)

Mandala Barat sebagai busur magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bagian utara dan barat. Daerah penyelidikan termasuk pada bagian barat yang memanjang dari Buol sampai sekitar Makassar yang mempunyai batuan penyusun lebih bersifat kontinen, terdapat batuan gunungapi-sedimen Mesozoikum-Kuarter dan batuan malihan berumur Kapur. Batuan terobosan granitoid terutama granodiorit sampai granitik.

Kegiatan Volkanisme dan Plutonisme menyertai proses penunjaman yang dimulai pada Miosen. Tumburan ini menekan bawah Sulawesi bagian barat (Daly dkk, 1987) dan menyebabkan deformasi kuat, Pengangkatan dan penyingkapan di bagian utara dan tengah Sulawesi bagian barat, yang berlanjut sampai Pliosen, disertai dengan perlipatan dan jalur

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 2

Page 3: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

pensesaran naik yang disertai pula pengendapan molassa pada Miosen Akhir

sampai Plistosen (Soekamto, 1978). Proses eksogenik telah menyingkap tubuh granit sepanjang 600 km, yang disertai intrusi bersifat basa berukuran kecil (Priadi dkk,1991).

Tumbukan antara Sulawesi dan Lempeng Australia-New Guinea yang terjadi pada awal Pliosen menghasilkan Sulawesi sebagai pulau berbentuk melekuk dimana bentuk cembung mengarah ke kontinen, pada saat yang sama menyebabkan pula ofiolit terseret naik pada bagian timur dari pulau ( Katili, 1980 )

Daerah penyelidikan empat kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan termasuk ke dalam Peta Geologi Indonesia, Lembar Ujungpandang, Skala 1 : 1000.000, Direktorat Geologi Bandung, Rab. Sukamto., 1975, sedang dua kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Tengah, termasuk dalam Peta Geologi Lembar Palu, skala 1 : 250.000.

3. HASIL PENYELIDIKAN

Kegiatan yang dilakukan di enam lokasi kerja uji petik diharapkan bisa menambah atau akan melengkapi Neraca Sumberdaya Mineral Spasial Nasional dan daerah yang akan diterbitkan oleh Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, masing-masing lokasi mewakili setiap kabupaten.

3.1. Hasil Uji Petik di Kab. Tana Toraja Daerah uji petik di Desa Poton, Kec.

Bonggakaradeng. Geologi daerah uji petik ini secara umum tersusun oleh batuan sedimen laut dan batuan gunungapi Miosen (Gb. 2), dengan urutan stratigrafi sebagai berikut :

Satuan lanau, serpih sisipan lempung Formasi Toraja (Tet) yang berwarna coklat keunguan, kemudian Satuan batuan breksi aneka bahan anggota gunungapi Talaya (Tmt) terdiri dari breksi polimik bersusunan andesit – dasitik, yang dapat disebandingkan dengan Tmpv (Djuri dan Sudjatmiko, 1974) atau Tnv (Rab. Sukamto, 1975), ubahan mineral terdiri dari klorit dan epidotisasi serta argilitisasi, berkembang urat kuarsa barren. Gejala mineralisasi hanya berupa pirit semi diseminasi yang sebagian menjadi limonit.

Secara mikroskopik batuan ini nampak sebagai batuan riolit dan vitriktuf.

Kemudian satuan batupasir hijau anggota Formasi Adang (Tma), dapat disebandingkan dengan Tmpss (Djuri dan Sudjatmiko, 1974) atau Tms (Rab. Sukamto,1975). Tidak termineralisasi, kecuali bercak pirit menyebar

setempat. Mineral ubahan yang teramati adalah klorit.

Gejala struktur geologi tidak dijumpai, kecuali kekar-retakan yang cukup intensif dan sebagian kecil diisi urat kuarsa N 50° E/68°. Adanya struktur sesar di daerah ini diintepretasikan dari arah slicken side dan ketidak beraturan jurus dan kemiringan lapisan.

Temuan mineralisasi tembaga thn 1992 oleh Kanwil Departemen Pertambangan dan Energi dilaporkan terletak di daerah Maruang-Poton ditemukan di bekas galian jalan. Namun ketika tim melacak mineralisasi tersebut dinding jalan tersebut telah diperlebar, gejala mineralisasi hanya berupa pirit dan urat kuarsa-silika tipis. Dari batuan yang tersingkap tidak nampak ada mineralisasi logam.

Hasil analisis conto di Laboratorium Dari conto endapan sungai aktif

sebanyak 10 buah, hampir semua unsur tidak menunjukkan nilai yang berarti. Angka maksimal 0,018 ppm Au, 2 ppm Ag, 81 ppm Cu, 44 ppm Pb dan 201 ppm Zn, ini terlalu rendah sehingga daerah ini kurang prospek. Demikian juga analisa terhadap 3 conto batuan yang dianalisis kimia dari daerah ini kisaran angka minimim-maximumnya hanya 18-68ppm Cu, 50-72 ppm Pb, 45-87 ppm Zn, 6-16 ppb Au dan 4–9 ppm Ag.

Analisis mineragrafi conto batuan dari daerah yang kaya akan mineral argilik, sebagian tertutup limonit staining, ada pirit tersebar dengan mineral ubahan klorit dan epidot serta urat-urat halus silika. Genesa pemineralannya diinterpretasikan adalah pirit, kalkopirit, malakhit dan oksida besi. Mineral pirit sangat halus, sebagian mengisi retakan. Sedang kalkopirit ukurannya lebih halus lagi, sebagian berubah jadi malakit dan azurit.

Dari 25 conto konsentrat dulang dapat diidentifikasi 5 jenis mineral berat yaitu epidot, zirkon, barit, garnet dan pirit.

3.2 Hasil Uji Petik di Kab. Enrekang Geologi daerah uji petik S.Noron dan di

sekitar muara S. Malua, Kec. Alla Timur, hanya ditempati batuan sedimen Formasi Toraja (Gb. 3). Dekat muara S. Noron litologinya adalah batupasir konglomeratan, selingan batulanau dan serpih, miring ke arah utara dan membentuk sinklin yang sempit.

Dari pengamatan mikroskopik nampak sebagai batuan argilaceous shale dan batulanau. Bagian bawahnya terdiri batu lanau, serpih dengan sisipan batupasir halus anggota dalam Formasi Toraja,

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 3

Page 4: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

sebarannya sangat luas, terdapat urat kuarsa dan urat-urat tipis kalsit dengan arah N

50°E/68°, berwarna bening, transparan, namun tidak terjadi pemineralan logam, kecuali ada sedikit bercak pirit dalam batupasir. Mineral ubahan adalah argilitisasi dan kloritisasi. Mineralisasi tembaga murni dan malakhit ditemukan dalam retakan batulanau-serpih, sedang malakhit didapatkan setempat pada fragmen konglomerat terkersikan lemah.

Struktur geologi yang berkembang di daerah ini adalah adanya arah jurus dan kemiringan yang berubah-ubah. Kekar yang berarah N. 155° E/78° adalah tempat terperangkapnya lempengan pipih tembaga murni pada lanau yang menyerpih di batas pelapisan batu pasir konglomeratan dengan jurus N. 255°E /28°. Nampaknya peranan struktur sangat dominan dalam mengontrol tempat kedudukan mineralisasi.

Hasil analisis conto di Laboratorium Dari 25 conto endapan sungai daerah S.

Noron, angka maximal 0,013 ppm Au dan 2 ppm Ag tidak dapat dianggap sebagai standar angka dari suatu daerah yang prospek. Demikian pula untuk logam dasar, angka maksimal hanya sebesar 85 ppm Cu, 50 ppm Pb dan 153 ppm Zn, walaupun demikian di daerah ini ditemukan tanda-tanda mineralisasi tembaga, sehingga kadar sebesar ini jelas berhubungan erat dengan pengaruh dispersi unsur Cu yang berasal dari daerah mineralisasi tembaga Curio-Noron, atau mungkin hanya cerminan dari suatu mineralisasi logam yang kecil dan sempit atau miskin kandungan logamnya, sebagaimana penyelidik Belanda menyebutkannya sebagai “Koperlei” dan Kim (1983) berpendapat bahwa mineralisasi di sini terjadi setempat (sporadis).

Hasil analisis conto batuan untuk daerah S. Noron dari 5 conto batuan diperoleh kisaran angkanya adalah 17- 9600 ppm Cu, 30 – 99 ppm Pb, 47 – 114 ppm Zn, 2- 8 ppb Au dan 4 – 37 ppm Ag. Batuan termineralisasi tembaga murni yang mengisi retakan tersebut, yang dicirikan dari lapukan yang mengandung copper staining dan malakit, kadar kandungan tembaganya sebesar 9600 ppm. Mineral malakhit dan oksida besi nampak memanjang mengisi retakan.

Analisis mineralogi butir conto konsentrat dulang menunjukkan hanya epidot, zirkon dan pirit yang merupakan petunjuk mineralisasi.

Pengumpulan data sekunder di Kab. Tana Toraja dan Enrekang, secara garis besar data dan informasinya diperoleh dari hasil laporan penyelidikan geologi terpadu yang

telah dilakukan oleh Kanwil Departemen Pertambangan dan Energi Prov. Sul-Sel dan laporan dari Dinas Pertambangan Provinsi Sulawesi Selatan yang bekerjasama dengan Adco Murino, yaitu perusahaan konsultan dalam bidang pertambangan.

Jumlah titik lokasi potensi bahan galian di kabupaten Tana Toraja sebanyak 50 titik yang terdiri atas: lokasi mineral logam 15 titik, lokasi mineral non logam 33 titik, lokasi batu bara 2 titik. Rincian dari bahan galian tersebut, komoditinya adalah 15 titik lokasi mineral logam terdiri dari emas letakan: 2 titik, emas primer: 3 titik, besi: 2 titik, tembaga: 7 titik, timah hitam : 1 titik. Peta sebaran potensi sumber daya mineral kabupaten Tana Toraja tercantum dalam gambar 4 dan 5.

Jumlah titik lokasi potensi bahan galian di kabupaten Enrekang sebanyak 44 titik yang terdiri atas lokasi mineral logam 10 titik, lokasi miniral non logam 30 titik, lokasi batubara 4 titik. Rincian dari bahan galian tersebut, komoditinya adalah 10 titik lokasi mineral logam, terdiri dari emas letakan: 2 titik, emas: 3 titik, tembaga: 3 titik, timah hitam: 1 titik dan seng : 1 titik. (anomali endapan sungai)

Zona-zona mineralisasi logam yang telah diketahui di Kab. Tana Toraja adalah mineralisasi tipe porfiri di hulu S. Darung, dengan dua buah urat kuarsa sejajar di daerah Sassak dan Patotong, Mineralisasi logam dasar tipe volkanogenik Sangkaropi, mineralisasi logam tipe kontak metasomatik di Talimbangan dan mineralisasi tembaga murni di Uluwai. Mineralisasi yang sama juga terdapat di Curio-Noron dan Maruang-Poton. Peta zonasi tipe mineralisasi nampak dalam gbr 6.

3.3 Hasil Uji Petik di Kab. Gowa dan Takalar

Geologi daerah uji petik di Desa Batumalonro dan Desa Komara, masing-masing secara administratif termasuk Kab. Gowa dan Kab. Takalar, disusun oleh : Satuan Batugamping Pasiran Berselingan Napal berselingan batu gamping pasiran, berlapis, ketebalan 15 – 30 cm, dengan arah jurus U 2200 – U 2250 T dan kemiringan antara 50 - 150, satuan ini masuk ke dalam Formasi Tonasa. (Gbr. 7) Satuan Batutufa Halus terdapat di sebelah timur tersingkap setebal ± 300 m dari dasar sungai sampai ke puncak bukit. Batuan umumnya berwarna abu-abu putih kekuningan, berbutir halus dan agak lunak.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 4

Page 5: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

masuk ke dalam Formasi Camba. (Rab Sukamto, Sam Supriatna, 1982).

Satuan Lava Breksi Andesitik Basal umumnya tersebar luas di daerah uji petik Desa Batumalonro dan Desa Komara, Kabupaten Takalar, bertekstur porfiritik dengan fenokris piroksen. pada tempat-tempat tertentu dimana pensesaran intensif, satuan ini terbreksikan atau terbentuk rekahan-rekahan atau “fracture”, terubah kuat, terkaolinkan dengan rekahan diisi oleh retas diorit, andesit/basal, serta urat kuarsa yang membawa mineralisasi, berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal. satuan ini masuk dalam batuan Gunungapi Baturappe – Cindako. Satuan Batuan Terobosan dijumpai di daerah uji petik mempunyai susunan bersifat basa sampai asam, seperti basal-andesit, diorit-piroksen, diorit porfir dan sienit. Umumnya batuan telah mengalami ubahan dengan intensitas lemah sampai sedang. beberapa intrusi andesit berupa stok. pada beberapa tempat batuan diorit piroksen ini diintrusi juga oleh retas-retas andesit basal, berumur akhir Miosen Akhir sampai Pliosen . Intrusi diorit porfir berlang sung pada kala Miosen Awal sampai Pliosen. (Rab Sukamto, Sam Supriatna, 1982). Batuan sienit terdapat sebagai blok-blok insitu di lereng Moncong Talalo di sekitar Kocara, intrusi ini diduga berlangsung pada kala Miosen Awal.

Ubahan-ubahan Mineral umumnya dijumpai dekat dengan daerah kontak intrusi, sesar dan disekitar mineralisasi. Jenis ubahan hidrotermal yang teramati diantaranya : Klorit + epidot + karbonat + serisit (ubahan propilitik); Kumpulan mineral ubahan kaolinit, kuarsa, klorit, pirit (argilik): Kumpulan mineral ubahan aktinolit, K. feldspar, kuarsa biotit (potassik ?), terbentuk pada kontak diorit porfiri dengan lava andesit: Kumpulan mineral ubahan epidot, klino piroksen (diopsid) ,(garnet ?), (skarn?). (Gbr. 8)

Keterdapatan mineralisasi logam tembaga, timbal dan seng ditemukan di daerah uji petik di Kabupaten Gowa terdapat di sebelah utara Talatala sampai ke S. Balang Makoret, Jene Ara-ara, Hulu Jene Binanga Puncaci, serta di S. Ribariba dan S. Dampang Kurau di komplek Moncong Bantolowe. Sedangkan mineralisasi logam besi yang berupa pasir besi berada di Kabupaten Takalar terdapat di sepanjang pantai barat pada Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Mangara bombang.

Zona mineralisasi yang menarik di Sungai Ribariba-Sungai Dampang Kurau umumnya berupa tipe tersebar dan pengisian rekahan/retakan terdiri dari mineral pirit, sfalerit, kalkopirit, galena, kovelit dan magnetit di dalam batuan tufa halus, diorit piroksen dan diorit porfiri. Hasil analisa kimia conto batuan menunjukkan kandungan unsur tertinggi, seperti : 26900 ppm Cu, 103550 ppm Pb, 245350 ppm Zn, 510 ppm Ag, 1420 ppm As, 4000 ppm Sb, 3840 ppb Au, 400 ppm Sn..

Dari hasil analisa kimia conto endapan sungai aktif menunjukan nilai tinggi dari unsur 107 ppm Cu, 67 ppm Pb, 97 ppm Zn, Dari hasil analisa tersebut, maka daerah ini merupakan zona mineralisasi cukup potensial. Endapan Mineralisasi menarik lainnya di Balang Terlontang berupa tipe urat kuarsa, galena, sfalerit, stibnit, emas, perak dan kasiterit. Urat kuarsa menerobos batuan lava-andesit Hasil analisa kimia conto batuan menunjukan nilai tertinggi, antara lain : berkadar 5900 ppm Cu, 20150 ppm Pb, 232 ppm Zn, 131 ppm Ag, 1400 ppm As, 20 ppm Sb, 11670 ppb Au dan 55 ppm Sn, sedangkan dari hasil analisa kimia endapan sungai aktif menunjukan nilai tertinggi antara lain 209 ppm Cu, 781 ppm Pb, 125 ppm Zn, 11 ppb Au, 4 ppm Sb. Dari hasil analisis tersebut daerah ini menunjukan zona mineralisasi cukup potensial.

Dari hasil pemeriksaan mineralogi butir pasir besi Takalar yang berasal dari daerah Panakukang – Barombang kandungannya terdiri dari Magnetit = 53,19%, Ilmenit = trace, Hematit = trace, Piroksen = 46,52%, Amfibol = trace, Epidot; Zirkon = trace, Kuarsa = 0,27%.

Hasil pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi dan Evaluasi di Kab. Gowa dan Kab. Takalar sebagai berikut :

Di Kab. Gowa,terdapat 32 titik lokasi, dengan komoditi logam; timbal, tembaga, seng. Komoditi non logam; belerang, batuapung, bentonit, lempung, tras, oker, zeolit, batubara.Komoditi bahan bangunan; andesit, basal, diorit, pasir sungai, batu sungai.

Di Kab.Takalar; terdapat 27 titik lokasi; dengan komoditi logam; pasir besi. Komoditi non logam; lempung, oker, bentonit, besi oolit, batu gam- ping, batu setengah mulia, mineral halit (garam dapur). Komoditi bahan galian; basal, pasir sungai, batupasir, tufa, breksi, batu sungai.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 5

Page 6: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

3.4 Hasil Uji Petik di Kab. Toli-toli

Geologi Daerah Uji Petik Desa Ogowele, Kecamatan Dondo, disusun oleh Formasi Tinombo Formasi ini diterobos oleh batuan granit Kontak dengan Formasi Tinombo berupa daerah patahan yang berarah Baratdaya – Timurlaut. Setempat batuan granit diterobos oleh retas kecil dioritik terkersikan dan juga mengalami ubahan propilit mengandung pirit dan klorit. Keseluruhan batuan tersebut di atas ditutupi oleh endapan alluvial (Gambar 9).

Hasil pemeriksaan mineralogi butir terhadap konsentrat dulang ditemukan butiran emas, di daerah bagian hulu S. Ogogasang. Mineral lain yang ditemukan pada lokasi ini antara lain adalah Wolframit, kalkopirit, pirit.

Sebanyak 13 conto sedimen sungai aktip yang dianalisa kimia dari daerah ini didapat hasil sebagai berikut : Cu (8 – 75 ppm), Pb (21 – 205 ppm), Zn (30 – 214 ppm), Sb (0 – 10 ppm), Mn (287 – 548 ppm), Ag (1 – 2 ppb), Au (4 – 2119 ppb), As (0 – 50 ppb).

Gejala menarik lainnya adalah terdapatnya bongkah bongkah batuan yang dipotong oleh urat kuarsa termineralisasi, diantaranya terdapat bongkah batuan gunung api andesitik dipotong oleh urat kuarsa yang mengandung pirit, kalkopirit, galena, spalerit dan mengalami ubahan propilitik, menunjukan hasil analisa kimia Cu = 194 ppm, Pb = 3540 ppm, Au = 2 ppb. Dari hasil analisa tersebut diatas dan berdasarkan pengamatan lapangan, menunjukan bahwa di daerah Ogowele terdapat mineralisasi logam dasar (timbal, tembaga, seng) dan juga emas. Secara umum singkapan batuan dan bongkah mengalami ubahan propilitik. Diperkirakan mineralisasi tipe „epithermal low sulphidation“ telah terjadi di daerah ini yang berhubungan erat dengan batuan intrusi.

Uji Petik Desa Nalu, Kecamatan Baolan. Keadaan geologinya ditempati lempung

merah termalihkan, merupakan bagian dari Formasi Tinombo, berumur Oligosen hingga Miosen Awal. Batuan ini dipotong oleh urat-urat kuarsa dengan ketebalan 5 – 10 cm, diisi oleh oksida mangan dan bercak galena, beberapa urat kuarsa bertekstur sugary Sebagian besar rekahan diisi oleh oksida mangan dan limonit. Pada struktur “bedding” dengan arah N 230° E pada bagian-bagian tertentu diisi oleh galena.

Ubahan terkersikan ditemukan pada batuan ini terdapat pada zona breksiasi yang membentuk “ boudinage “, mengandung pirit

sangat halus. Selain itu ditemukan juga ubahan argilik.

Salah satu dari 3 conto batuan Daerah Nalu yang dianalisa kimia, menunjukkan unsur Au. (7 – 22 ppb), Cu (28 – 167 ppm), Pb (55 – 65 ppm), Zn (28 – 311 ppm), Mn (720 – 8400 ppm), Sb (2 – 6 ppb), Ag (4 – 29 ppb) dan As (16 – 26 ppb). Lokasi terlihat dalam Gbr.10.

Analisis mineragrafi pada conto urat kuarsa menunjukkan hasil yang, hanya mengandung pirit dan oksida besi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa di daerah ini indikasi mineralisasi logam, potensinya kurang prospek.

Geologi daerah Uji Petik Daerah Pasir Putih, Kecamatan Dondo ditempati Tufa pasiran Formasi Tinombo, berumur Oligosen hingga Miosen Awal Batuan ini dipotong oleh urat kuarsa berstruktur “ banded “ terdapat oksida mangan berupa “ stain “. Urat kuarsa ini dipotong oleh urat-urat lain yang mengisi rekahan, di beberapa tempat di bagian dasar singkapan terjadi breksiasi dengan dengan kuarsa sebagai fragmen dan lempung ubahan sebagai pengikat. Sketsa penampang geologinya Gbr. 11.

Hasil analisa kimia batuan berkadar unsur emas (Au) = 5 ppb dan mangan (Mn) = 150 ppm. Analisis mineragrafi menunjukkan bahwa conto urat kuarsa hanya mengandung pirit dan oksida besi. sedang Hasil analisa PIMA menunjukkan adanya ubahan filik-serisitik dan pada daerah breksiasi ditemukan fragmen urat kuarsa yang dibungkus oleh “ clay alteration “,berdasarkan kadar logam dalan batuan mengindikasikan mineralisasi logam di daerah ini kurang prospek.

Daerah Uji Petik Kayu Lompa, Kecamatan Dondo, (Gbr. 12)

Geologi daerah ini ditempati oleh endapan sungai (alluvial) yang terdiri dari lumpur, pasir, kerikil dan bongkah batuan. Pada pengecekan dengan melakukan pendulangan ditiga lokasi ditemukan adanya mineralisasi emas, berupa urat-urat kuarsa yang terperangkap pada batuan malihan dengan arah N 275° - 285° E dengan kemiringan 75° - 80°. Urat-urat kuarsa pada Formasi Tinombo juga terdapat disekitar desa Sibaluton.

Emas plaser ditemukan dalam conto konsentrat dulang dari aliran S.Tungkuan dan S.Gindopo, daerah Kayu Lompa, memperlihatkan butiran-butiran emas berukuran FC sampai dengan CC (300 – 1200 mikron), dengan bentuk batas tepi menyudut

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 6

Page 7: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

tumpul tak beraturan sampai dengan membulat tanggung yang menunjukkan kesan

transportasi belum jauh.

3.5 Hasil Uji Petik di Kab. Donggala

Uji Petik Daerah S. Fiura, Desa Kalora, Kec. Warawola (Gbr. 13).

Stratigrafi batuan yang terdapat didaerah ini disusun oleh : Formasi Tinombo, diperkirakan berumur Eosen Tengah hingga Atas (Bouwer, 1934). Batuan intrusi yang ditemukan didaerah S. Fiura didominasi oleh batuan diorit kuarsa, diperkirakan berumur Miosen. Dan Endapan Molasa,

Struktur patahan ditemukan di mura S. Fiura yang berarah Baratlaut – Tenggara, merupakan sesar utama di daerah penyelidikan. Struktur patahan lainnya dapat diamati di S.Yola dengan arah baratdaya – timurlaut.

Dari hasil analisis kimia 2 conto bongkah yang mengandung urat kuarsa termineralisasi berkadar : : (Au = 66500 ppb, Cu = 400 ppm, Pb = 89000 ppm, Zn = 810 ppm); dan ( Au = 91 ppb, Cu = !60 ppm, Pb = 201 ppm, Zn = 16600 ppm.

Berdasarkan PIMA conto batuan mengalami ubahan filik dan potasik..

Di daerah S. Yola ditemukan bongkah batupasir dipotong oleh urat kuarsa mengandung pirit, oksida tembaga, berdasarkan temuan ini dapat disimpulkan bahwa di daerah ini terdapat mineralisasi logam dasar dan emas.

Hasil pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi dan Evaluasi di Kab. Donggala dan Kab. Toli-toli sebagai berikut :

Jumlah titik lokasi potensi bahan galian di kabupaten Donggala sebanyak 82 titik yang terdiri atas: lokasi mineral logam 19 titik, lokasi mineral non logam 62 titik, lokasi batu bara 1 titik. Rincian dari bahan galian logamt, komoditinya adalah 19 titik lokasi mineral logam terdiri dari emas : 7 titik, tembaga: 6 titik, timah hitam : 6 titik. Peta sebaran potensi sumber daya mineral logam kabupaten Donggala tercantum dalam gambar 14.

Jumlah titik lokasi potensi bahan galian di kabupaten Toli-toli sebanyak 11 titik yang terdiri atas lokasi mineral logam 6 titik dan lokasi mineral non logam 5 titik. Rincian dari bahan galian mineral logam, komoditinya adalah 6 titik lokasi mineral logam, terdiri dari emas: 3 titik, molibdenum : 1 dan timah hitam: 2 titik. Peta sebaran potensi sumber

daya mineral logam kabupaten Toli-toli tercantum dalam gambar 15.

4. KESIMPULAN

a) Dari pengumpulan data dan informasi sekunder yang dituangkan dalam peta digital (GIS), tabel lokasi dan tabel sumber daya mineral, sebaran titik lokasi keterdapatan bahan galian mineral logam dan non logam untuk masing – masing kabupaten, diperoleh hasil lokasi-lokasi baru keterdapatan bahan galian mineral sehingga telah memperkaya Bank data yang ada di Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral.

b) Hasil inventarisasi potensi bahan galian logam menunjukkan adanya beberapa lokasi mineralisasi yang sudah dilakukan eksplorasi rinci sampai studi kelayakan, namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut, oleh karena kemungkinan kurang ekonomis/cadangannya relatif kecil untuk dikembangkan.

c) Hasil penyelidikan Uji petik di daerah utara Talatala sampai ke S. Balang Makoret, Jene Ara-ara, Hulu Jene Binanga Puncaci, serta di S. Ribariba, S. Dampang Kurau dan Balang Terlontang, Kec. Polobangkeng Utara, Kab. Gowa, daerah Ogowele, Kec. Dondo, Kab. Toli-toli dan S. Fiura. Desa Kalora, Kec. Warawola, Kab. Donggala prospek untuk dilakukan eksplorasi tindak lanjut.

d) Potensi bahan galian yang prospek untuk di kembangkan dalam waktu dekat hampir di setiap Kabupaten dan sebagai penyumbang PAD adalah bahan galian industri seperti pasir sungai, gamping, marmer dan bahan bangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Malik, H. 1999 Neraca Sumber Daya Alam Spetial Daerah (NSAD) Propinsi DATI I Sulsel T.A. 1998-1999, Pemda Tk.1 Sulsel

Bustanudin Syam, 1995 Eksplorasi Pendahuluan Bahan Galian Emas, Daerah Baraka Kabupaten Enrekang Propinsi Sulsel

Djumhani dan H. Pudjowaluyjo, 1974, Laporan Lima Tahun Pelita Tahap I, Bagian Proyek Pemetaan Dan Penyelidikan Mineral Di Daerah Sulawesi Selatan Blok 5, 1967 – 1974, Arsip DSDM, tidak diterbitkan.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 7

Page 8: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

Darwis Falah, 1995 Laporan Penyelidikan Geologi Terpadu Kabupaten DATI II

Enrekang Propinsi Sulsel, Proyek Pertambangan dan Energi Sulsel dan Tenggara

Darwis.ES, dkk 1991;Laporan Penyelidikan Geologi Terpadu Untuk Pengembngan Wilayah Daerah Kab. Takalar Sul.Sel.

Darwis ES.dkk,1993;Laporan Penyelidikan Geologi Terpadu Untuk Peng embangan Wilayah Daerah Kab. Gowa.Kanwil DPE.Sul.Sel.

Kusbini dkk, 1992 Laporan Penyelidikan Geologi Terpadu Kabupaten DATI II Tana Toraja Propinsi Sulsel, Ujungpandang

Kusbini,2001; Laporan Eksplorasi dan Optimalisasi Pemanfaatan Zeolit Untuk Industri, Sub.Dinas Pertamb Umum. DPE. Sul.Sel.

Purnomo Kridoharto, H.1996; Informasi Potensi Bahan Galian dan Geologi Untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah Kab. Takalar, Kanwil DPE.Sul.Sel dan Sul.Tenggara.

Machali. A.M. dkk, 1983, Laporan Pendahuluan Penyelidikan Logam Dasar di Daerah Uluwai, Sulawesi Selatan, Tahun Anggaran 1982-1983, Direktorat Sumber daya Mineral.

Muh. Sutar dkk, 1999. Pemetaan Zonasi Pertambangan Guna Mendukung Konservasi Bahan Galian dan Tata Ruang Wilayah Pertambangan Kabupaten Tator, Propinsi Sulsel. Proyek Pengembangan Pertambangan dan Energi Sulawesi Selatan

Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Donggala, Dinas Pertambangan, Januari 1998, Potensi dan Prospek Usaha Pertambangan Bahan Galian Di Kabupaten Donggala.

Sukamto. Rab, 1975, Peta Geologi Indonesia, Lembar Ujungpandang, Skala 1 : 1000.000, Direktorat Geologi Bandung

Rab.Sukamto, H.Sumadirdja, T.Suptandar, S.Hardjoprawiro dan D.Sudana, 1973, Peta Geologi Tinjau Lembar Palu, Sulawesi, sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Sutisna, DT. Manurung Y,.Zulkifli MD, 1983. Laporan Penyelidikan Pendahu luan Terhadap Mineral Logam Dasar di Daerah Takalar, Gowa, Jeneponto, Sul.Sel..Dit.Sumber Daya Mineral.

Sabtanto Joko Suprapto, 1999, Eksplorasi Geokimia Regional Bersistem Daerah Lembar Tolitoli-A Kab.Donggala dan Buol Tolitoli Prop.Sulawesi Tengah, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.

S.Hadiwijoyo, D.Sukarna & K.Sutisna, 1993, Geologi Lembar Pasangkayu, Sulawesi, sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung

Untung Triono, dkk, 1996, Eksplorasi Endapan Batubara di Daerah Enrekang dan sekitarnya, Kabupaten Enrekang, Propinsi Sulawesi Selatan, Direktorat Sumber daya Mineral

Yaya Sunarya dkk, 1980. Penelitian Stratigrafi dan Studi Orientasi Geokimia Endapan Bijih Tipe Kuroko di daerah Sangkaropi, Kecamatan Sesean, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Direktorat Sumber daya Mineral.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 8

Page 9: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 9

Page 10: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 10

Page 11: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 11

Page 12: Hasil Kegiatan Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Mineral Logam di

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 9 - 12