pembajakan adalah kegiatan merampas barang atau hak orang lain

32
Pembajakan adalah kegiatan merampas barang atau hak orang lain. Pembajakan umumnya di hubungkan dengan pembajakan kapal oleh bajak laut , walaupun sering terjadi pembajakan pesawat , bus dan kereta api . Selain itu ada juga pembajakan hak cipta yang berarti pemalsuan barang, merek, dan sebagainya. fisik@net - http://www.sains.org/haki/ Problem Pembajakan dalam Era Global Sri Katonah Acara peringatan Hari Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)) pada 26 april 2005 tampaknya menjadi momen yang sangat penting, terutama dikaitkan dengan masih maraknya aksi pembajakan dalam semua bidang (kaitan kekayaan intelektual). Indonesia kini juga lebih peduli terhadap HaKI. Paling tidak, indikasinya terlihat dari pemberlakuan UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Pemberlakuaan UU ini pada 29 Juli 2003 lalu ternyata memicu kontroversi: apakah ini menjadi surga atau justru neraka bagi konsumen dan produsen? Di tengah semangat untuk mencintai produk-produk dalam negeri, ada sentimen negatif menyatakan bahwa Indonesia adalah sarang pembajak, khususnya untuk software. Kasus ini memang sangat mencemaskan sebab aksi pembajakan di Indonesia telah merugikan negara sekitar 70-80 juta dolar AS per tahun. Bahkan yang lebih ironis, bahwa peredaran perangkat lunak asli atau legal yang beredar di Indonesia hanya sekitar 12 persen, sedang selebihnya merupakan produk bajakan. Hal ini bisa terus terjadi karena Indonesia punya nilai pangsa pasar software sekitar 101 juta dolar AS per tahun. Oleh karena itu, bagi para pembajak ini merupakan surga dan didukung oleh penegakan hukum terhadap kasus-kasus tersebut masih lemah. Sangat rasional jika pemberlakuan UU No 19 Tahun 2002 menjadi sangat dilematis dari sisi konsumen. Komitmen Mengacu fakta itu maka harus ada suatu upaya untuk meredam maraknya pembajakan, yaitu dengan penegakan HaKI. Caranya adalahdemham realisasi pelaksanaan UU No 19 Tahun 2002. Sayangnya, saat kita sedang berusaha untuk dapat meningkatkan kepedulian terhadap HaKI, ternyata justru tuduhan bahwa kita

Upload: yansusan

Post on 20-Jan-2016

149 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

TRANSCRIPT

Page 1: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

Pembajakan adalah kegiatan merampas barang atau hak orang lain.

Pembajakan umumnya di hubungkan dengan pembajakan kapal oleh bajak laut, walaupun sering terjadi pembajakan pesawat, bus dan kereta api. Selain itu ada juga pembajakan hak cipta yang berarti pemalsuan barang, merek, dan sebagainya.

fisik@net - http://www.sains.org/haki/

Problem Pembajakan dalam Era Global Sri Katonah

Acara peringatan Hari Hak Kekayaan Intelektual (HaKI)) pada 26 april 2005 tampaknya menjadi momen yang sangat penting, terutama dikaitkan dengan masih maraknya aksi pembajakan dalam semua bidang (kaitan kekayaan intelektual). Indonesia kini juga lebih peduli terhadap HaKI. Paling tidak, indikasinya terlihat dari pemberlakuan UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Pemberlakuaan UU ini pada 29 Juli 2003 lalu ternyata memicu kontroversi: apakah ini menjadi surga atau justru neraka bagi konsumen dan produsen?

Di tengah semangat untuk mencintai produk-produk dalam negeri, ada sentimen negatif menyatakan bahwa Indonesia adalah sarang pembajak, khususnya untuk software. Kasus ini memang sangat mencemaskan sebab aksi pembajakan di Indonesia telah merugikan negara sekitar 70-80 juta dolar AS per tahun. Bahkan yang lebih ironis, bahwa peredaran perangkat lunak asli atau legal yang beredar di Indonesia hanya sekitar 12 persen, sedang selebihnya merupakan produk bajakan. Hal ini bisa terus terjadi karena Indonesia punya nilai pangsa pasar software sekitar 101 juta dolar AS per tahun. Oleh karena itu, bagi para pembajak ini merupakan surga dan didukung oleh penegakan hukum terhadap kasus-kasus tersebut masih lemah. Sangat rasional jika pemberlakuan UU No 19 Tahun 2002 menjadi sangat dilematis dari sisi konsumen.

Komitmen

Mengacu fakta itu maka harus ada suatu upaya untuk meredam maraknya pembajakan, yaitu dengan penegakan HaKI. Caranya adalahdemham realisasi pelaksanaan UU No 19 Tahun 2002. Sayangnya, saat kita sedang berusaha untuk dapat meningkatkan kepedulian terhadap HaKI, ternyata justru tuduhan bahwa kita sebagai sarang pembajak makin kuat. Paling tidak, hal ini terkait dengan laporan USTR (United States Trade Representative) yang menetapkan kita sebagai negara berstatus priority watch list (PWL) dalam masalah perlindungan HaKI. Dengan status ini, USTR menilai Indonesia sebagai negara tidak memberi perlindungan yang memadai terhadap HaKI dan ini justru dianggap menyalahi prosedural ekonomi global. Lalu, bagaimana?

Dengan selesainya perundingan multilateral GATT (The General Agreement on Tariffs and Trade) di Putaran Uruguay (Uruguay Round), Desember 1993, telah lahir organisasi untuk mengurus aturan perdagangan intemasional, yaitu WTO (World Trade Organization). Selain terbentuknya WTO, kesepakatan lain yang didapat dalam Putaran Uruguay (yang kemudian diresmikan di Marakesh 1994 lalu) adalah persetujuan tentang aspek-aspek yang berhubungan dengan perdagangan dan hak kekayaan intelektual atau Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs).

Page 2: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

Indonesia telah meratifikasi persetujuan WTO melalui UU No 7 Tahun 1994. Dengan demikian, Indonesia terikat akan aturan-aturan yang dikeluarkan oleh WTO, termasuk kesepakatan TRIPs. Oleh karena itu, ketika USTR mengeluarkan laporannya maka ini menjadi aspek tantangan tersendiri, terutama dikaitkan dengan komitmen TRIPs tersebut.

Secara eksplisit, laporan USTR mengenai perlindungan kekayaan intelektual (Report on Global Intellectual Property Protection) yang diumumkan di Washington 30 april 2002 lalu justru kembali mengingatkan kita atas tuduhan sebelumnya. Pada tahun 2001 lalu, USTR juga menempatkan Indonesia pada status PWL. Oleh karena itu, sangat beralasan jika status PWL menjadi ancaman tersendiri. Jadi, tuduhan PWL secara tak langsung menjadi cambuk untuk lebih membenahi HaKI, tidak saja dalam kerangka mikro, tetapi juga makro secara berkelanjutan. Bahkan, terkait seramnya tuduhan PWL maka beralasan jika banyak negara yang masuk dalam daftar ini kemudian mengajukan tuntutan untuk mengubah klasifikasi itu, misal dengan meminta untuk dirubah dari PWL menjadi WL.

Jika memang klaim atas tuduhan sarang pembajak (versi USTR) benar, lalu bagaimana konsekuensi yang harus diterima dan bagaimana komitmen jalinan bilateral multilateral, terutama dikaitkan dengan tantangan era global? Sebenarnya kalau kita mau jujur bahwa tuduhan tersebut tidak saja berasal dari laporannya USTR, tetapi juga dari International Intellectual Property Alliance (IIPA) yang dalam laporannya menegaskan bahwa bajak-membajak di Indonesia pada tahun 2000 lalu meningkat tajam yaitu mencapai 90 persen. Versi IIPA, bahwa problem pelanggaranan HaKI di Indonesia sepanjang 2000 lalu telah menjadi persoalan yang sangat kritis, pelik, dan cenderung meresahkan.

Terkait hal ini maka tidak heran bila dari pihak PT Microsoft Indonesia ikut risau karena banyaknya produk Microsoft yang dibajak. Bahkan, diakui bahwa produk andalannya Windows 95 (untuk operating system) adalah yang paling banyak dibajak sedangkan untuk produk aplikasi yang sering dibajak adalah Microsoft Office 97. Alasannya pun sederhana mengapa produk Microsoft banyak yang dibajak yaitu karena memang mudah untuk dibajak seperti floopy disk. Yang pasti para pembajak menganggap membajak itu sebagai cara mudah untuk bisa lebih menghasilkan uang (karena biayanya sedikit, tidak perlu membayar program, tak perlu mengeluarkan uang untuk riset dan pengembangan, bayar promosi dan sebagainya sehingga bisa dijual dengan harga murah).

Dominasi

Tentang kerugian yang diderita akibat pembajakan ini, Microsoft Indonesia tidak pernah mendapatkan datanya. Meskipun demikian bukan berarti kerugian itu tidak bisa dihitung dan menurut data dari studi yang dilakukan oleh BSA (Business Software Alliance) bahwa nilai kerugian yang ditimbulkan akibat pembajakan piranti lunak (khusus untuk kasus di Indonesia) sekitar 197 juta dollar AS untuk semua perusahaan.

Meski Microsoft sendiri tidak menghitung langsung, tetapi tetap saja merasa dirugikan. Artinya, ada opportunity yang dihilangkan akibat tindakan yang dilakukan si pembajak. Kalau kita menggunakan data BSA, bahwa 97 persen piranti lunak di Indonesia adalah bajakan, berarti porsi kita cuma tiga persen, dan 97 persennya lainnya masuk ke kantong orang (pembajak). Dari proses wawancara lebih lanjut akhirnya diketahui bahwa salah satu faktor utama dari maraknya pembajakan software yaitu karena persepsi yang salah (terlepas dari niat awal memang membajak). Intinya, publik (yang murni tidak tahu) beranggapan bahwa kalau beli software itu menjadi miliknya. Padahal membeli software itu adalah membeli lisensi hak untuk menggunakan. Jadi, harus dibedakan antara

Page 3: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

membeli lisensi dengan membeli produk yang langsung bisa dikonotasikan sebagai milik hak pribadi.

Oleh karena itu, terkait dengan ketidaktahuan masyarakat dan juga urgensi untuk dapat menghargai HaKI sesuai aturan main era global, maka pemerintah berkompeten untuk memacu pembentukan suatu badan yang bertugas menangani penanggulangan kasus-kasus HaKI. Selanjutnya sejak 1995 dibentuk Badan Penanggulangan Pelanggaran Hak Cipta (BPPHC). Pembentukan ini merupakan suatu konsekuensi logis dari prosedur keikutsertaan kita dalam putaran Uruguay. Bahkan, sejak tahun 1974, Indonesia telah menjadi anggota World Intellectual Property Organization (WIPO).

Sayangnya lembaga ini tidak bisa berperan banyak. Paling tidak, ironisme ini bisa terlihat dari kondisi rendahnya jumlah pendaftaran untuk mendapatkan hak eksklusif dari pemerintah bagi mereka yang mempunyai karya, cipta, dan karsa untuk mendapat perlindungan hukum. Kondisi tersebut juga ditunjang dengan belum adanya institusi yang mengelola aset kekayaan intelektual secara profesional. Hal ini memang harus lebih dipacu agar nantinya bisa diminimalisasikan kasus-kasus yang terkait dengan HaKI.

Selain itu, pada 1994 lalu, pemerintah meratifikasi pembentukan WTO. Selain itu pada saat ini Indonesia telah mempunyai landasan hukum HaKI. Adapun peraturan perundangan HaKI dimaksud meliputi: UU tentang Hak Cipta (Copyright), Paten (Patent), Merek (Trademark), Desain Industri (Industrial Design), Rahasia Dagang (Trade Secret), Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Design of Circuit Layout) dan Perlindungan Varietas Tanaman.

Peliknya problem HaKI dan juga kaitannya dengan laporan publikasi USTR serta aspek kerugian negara (dikaitkan pelaksanaan UU No 19 Tahun 2002) secara tidak langsung memberikan pelajaran yang sangat berharga pada kita. Oleh karena itu kasus perseteruan pembajakan yang terjadi antara Microsoft dengan empat dealer komputer di Jakarta beberapa waktu yang lalu (PN Jakarta Pusat akhirnya memenangkan Microsoft) menjadi suatu pembuktian bahwa pelanggaran hak cipta memang harus dihukum berat (adapun ganti ruginya mencapai sekitar 4.764.608 dolar AS). Jadi, ini memang kasus yang bisa menjadi contoh agar HaKI benar-benar dihargai dan tidak seenaknya dibajak. Meski demikian, toh bajak-membajak masih saja terjadi di Indonesia (bahkan disinyalir makin subur). Jadi, wajar jika kemudian USTR dan IIPA mengeluarkan suatu penegasan atas perilaku pembajakan di Indonesia dan akhirnya kita berpredikat PWL. Artinya, inikah bukti pembenar bahwa Indonesia adalah sarang pembajak? Lalu apakah UU No 19 Tahun 2002 menjadi macan ompong?

Sumber : Republika (27 April 2005)

revisi terakhir : 20 Juni 2005

EnglishFoto  |  RSS Feed  |  Login Pelanggan

partner-pub-8455 FORID:9 Cari

Page 4: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

Beranda Nusantara Mancanegara Ekonomi & Bisnis Olahraga Hiburan Iptek Warta Bumi Artikel Rilis Pers

  

06/03/08 20:20

Page 5: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

Pembajakan Lagu Capai 500 Juta Keping

Jakarta (ANTARA News) - Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (Pappri) mengatakan jumlah lagu bajakan pada tahun 2007 mencapai 500 juta keping baik, CD, MP3 dan kaset yang menimbulkan kerugian negara sebesar Rp1 triliun.

"Kerugian negara dari pembajakan sekitar Rp1 triliun, itu dari pajaknya. Sementara kerugian artis dan produser mencapai Rp2,5 triliun. Jumlah lagu yang dibajak juga lebih besar dari tahun 2006 yang sebesar 400 juta keping," kata Ketua Badan Anti Pembajakan Pappri Binsar Silalahi usai bersama pengurus lainnya bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.

Menurut Binsar, tingginya angka pembajakan ini disebabkan beberapa hal seperti rendahnya kemampuan produksi pabrik, lemahnya penegakan hukum dan budaya masyarakat yang lebih menyukai barang bajakan.

Dijelaskannya, masyarakat saat ini masih berpihak kepada pembajak karena harganya yang lebih murah, padahal harga CD dan kaset asli sudah diturunkan.erDalam kesempatan itu, Pappri mengusulkan kepada Presiden untuk meningkatkan penegakan hukum sehingga pembajakan bisa dikurangi. (*)

COPYRIGHT © 2008

Ketentuan Penggunaan

DADANG SUGIANA BERKARYATo help them to help themselves

About MATERI KULIAH MPK I

Posted by: dankfsugiana | 2 ,Juni, 2008

TEKNIK PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN ILMIAH (KUANTITATIF)

Oleh: Dadang Sugiana

(Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung)

e-mai: [email protected].     MENULIS BAB I

Page 6: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

Bab I disebut juga sebagai Bab Pendahuluan yang isinya berupa uraian dan penjelasan mengenai latar belakang permasalahan yang diteliti, rumusan masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka berpikir, metode atau prosedur penelitian, dan jadwal pelaksanaan penelitian. Isi Bab I merupakan pedoman utama bagi peneliti baik dalam melakukan kegiatan di lapangan (mencari data) maupun dalam mengolah dan menganalisis data, serta dalam menuliskan laporan penelitiannya. Oleh karena itu, dalam menulis Bab I peneliti benar-benar harus cermat dan akurat, sehingga isi Bab-bab selanjutnya benar-benar merupakan rangkaian sistematis yang saling berkaitan, yang semuanya merujuk pada Bab I. Bagaimana menulis Latar Belakang Masalah?Uraian dalam Latar Belakang Masalah (LBM) pada prinsipnya berupa penjelasan dan penegasan tentang duduk persoalan yang diteliti dan pentingnya penelitian yang dilakukan, yang berpatokan pada kecenderungan teoretis dan kecenderungan realistis mengenai fenomena yang diteliti. Dengan demikian, dalam menyusun LBM ini peneliti perlu mengemukakan secara ringkas kecendererungan-kecenderungan teoretis apa saja yang dan kecenderungan-kecenderungan realistis apa saja yang relevan dengan fenomena atau topik penelitiannya. Dalam menguraikan kecenderungan teoretis, peneliti merujuk pada teori tertentu yang relevan dengan fenomena yang diteliti, sedangkan dalam menguraikan kecenderungan realistis peneliti merujuk pada fakta dan data awal hasil temuan (data sekunder) yang juga berkaitan dengan fenomena yang ditelitinya. Kedua kecenderungan tersebut perlu dipaparkan serta diindentifikasikan kesenjangannya (gap) agar peneliti dengan mantap dapat merumuskan permasalahan yang ditelitinya. Sebuah masalah dalam penelitian ilmiah harus dipandang sebagai kesenjangan (gap) antara aspek-aspek idealistik (teori) dengan aspek-aspek realistik (fakta atau data sekunder). Ketidakjelasan permasalahan yang diteliti seringkali disebabkan karena dalam menguraikan LBM-nya peneliti semata-mata hanya berlandaskan pada pertimbangan logikanya. Padahal dalam penelitian ilmiah yang bersifat kuantitatif, keberadaan teori adalah mutlak harus baik sebagai landasan maupun sebagai unsur ilmu yang akan diuji. Uraian dalam LBM biasanya dilakukan dalam bentuk deduksi, yakni dimulai dengan uraian-uraian yang bersifat umum dan diakhiri dengan uraian yang bersifat khusus, yakni uraian yang berkaitan langsung dengan fenomena atau masalah yang diteliti. Dalam menggambarkan kondisi objektif (aspek realistik), peneliti dapat menggunakan formulasi seperti dalam bidang jurnalisme: What (apa yang sering terjadi), Who (siapa yang terkait di dalamnya), When (kapan masalah itu terjadi), Where (di mana maslah itu muncul secara spesifik), Why (mengapa fenomena tersebut bisa muncul), dan How (bagaimana kaitannya dengan fenomena yang lain). Penggambaran tentang “apa yang diteliti atau dijelaskan”, dalam penelitian komunikasi (secara kuantitatif), tentu berkaitan dengan fenomena komunikasi, yakni

Page 7: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

segala gejala yang berkaitan dengan segala aktivitas manusia sebagai mahluk sosial dalam mengekspresikan ungkapan hatinya ketika berinteraksi dan berrelasi sosial dengan manusia-manusia lainnya, baik secara verbal maupun nonverbal, baik secara langsung maupun melalui media. Setiap gejala komunikasi atau gejala sosial itu dinyatakan dalam bentuk variabel-variabel. Variabel merupakan konsep yang memiliki variasi nilai, yang berlandaskan pada asumsi teoretis dari teori a pripori tertentu. Jadi, dalam menetapkan variabel-variabel penelitian, selain berpedoman pada realitas (fenomena) yang ada, juga harus mengacu pada teori tertentu yang dianggap relevan untuk digunakan sebagai landasan dalam mengungkapkan fenomena yang bersangkutan. Variabel-variabel yang akan diteliti, secara eksplisit harus tercermin di dalam rumusan masalah, identifikasi masalah, dan tujuan penelitian yang akan diformulasikan setelah uraian LBM. Oleh karena itu, agar variabel-variabel yang tercantum dalam ketiga subbab itu tidak terkesan ujug-ujug dan mengada-ada, maka sinyalemennya harus sudah ada pada LBM. Misalnya, kita akan mengungkapkan fenomena: “Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa tentang materi perkuliahan tertentu serta faktor-faktor apa yang berkaitan dengan fenomena itu?”. Maka yang pertama-tama harus kita jelaskan adalah bahwa tingkat pemahaman mahasiswa tentang materi perkuliahan merupakan salah satu efek dari proses belajar dan pembelajaran. Lalu, proses belajar dan pembelajaran kita tegaskan sebagai salah satu wujud proses komunikasi (komunikasi instruksional). Selanjutnya kita perlu menelusuri teori apa yang relevan untuk mengungkapkan fenomena efektivitas peroses belajar (komunikasi instruksional) itu. Misalnya, kita temukakan teori kredibilitas komunikator yang salah satu asumsi teoretisnya (proposisinya) adalah “bahwa perubahan sikap dan perilaku khalayak sasaran komunikasi dipengaruhi oleh kredibilitas komunikatornya”. Dengan demikian, variabel utama dalam penelitian itu adalah Kredibilitas Dosen (Varaiebl X) dan Tingkat Pemahaman Mahasiswa Terhadap Materi Perkuliahan (Variabel Y). Dengan masih merujuk pada teori kredibilitas, kredibilitas komunikator misalnya diartikan sebagai seperangkat penilaian komunikan pada keahlian (expertness), sifat-sifat dapat dipercaya (trustworthiness), dan daya tarik (attractiveness) yang dimiliki komunikator, sedangkan perilaku komunikan diartikan sebagai tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan yang diampaikan dosen di ruang kuliah. Dengan demikian, permasalahan yang kita teliti jelas dasar dan ruang lingkupnya, yakni di sekitar tingkat pemahaman mahasiswa dikaitkan dengan kredibilitas dosen ketika mengajar di ruang kuliah, dan ketika masalah tersebut dijabarkan ke dalam identifikasi masalah maka unsur-unsur kredibilitas yang akan tercermin di dalam identifikasi masalah (keahlian, sifat dapat dipercaya atau kejujuran, dan daya tarik dosen) jelas asal-usulnya. Selain karena jelas landasan teorinya, kelayakan permasalahan atau topik yang diteliti (secara akademik), juga ditentukan oleh penting-tidaknya penelitian yang bersangkutan dilakukan (the significance of the research) dilihat dari aspek praktis. Penelitian yang kita lakukan, selain penting atau layak secara akademik juga harus dapat memberikan kontribusi nyata secara operasional atau atau secara praktis

Page 8: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

(tataran implementasi). Oleh karena itu, dalam LBM peneliti juga harus menegaskan kedua kepentingan itu secara jelas dan lugas, yang secara spesifik nantinya akan dieksplisitkan di dalam rumusan kegunaan penelitian. Bagaimana Merumuskan Masalah Penelitian? Rumusan Masalah adalah penegasan dari adanya kesenjangan antara aspek-aspek teoretis dan aspek-aspek realistis tentang fenomena yang diteliti, yang sebelumnya telah diuraikan pada LBM. Rumusan Masalah dalam penelitian ilmiah biasanya diformulasikan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Bagaimana kita membuat rumusan masalah, inilah contohnya:

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan: “Apakah ada hubungan yang signifikan antara kredibilitas dosen dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan?” atau “Bagaimana Kredibilitas dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dan bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi perkuliahannya?”

Bagaimana Menyusun Identifikasi Masalah? Identifikasi Masalah adalah penjabaran lebih lanjut dari rumusan masalah atau rincian variabel yang terkandung dalam rumusan masalah, di mana rincian variabel tersebut sinyalemennya sudah diungkapkan pada LBM. Contoh identifikasi masalah (untuk penelitian korelasional):

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka permasalahan yang diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1.      Apakah ada hunbungan yang sigfnifikan antara keahlian dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan?

2.      Apakah ada hubungan yang signifikan antara kejujuran dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan?

3.      Apakah ada hubungan yang signifikan antara daya tarik dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan?

ATAU

(untuk penelitian deskriptif) 1. Bagaimana keahlian dosen dalam proses belajar dan pembelajaran?

2.Bagaimana kejujuran dosen dalam proses belajar dan pembelajaran? 3. Bagaimana daya tarik dosen dalam proses belajar dan pembelajaran? 4. Bagaimana tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan?

Bagaimana Menulis Rumusan Tujuan Penelitian?

Page 9: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

Tujuan Penelitian adalah hasil yang ingin diperoleh dari kegiatan penelitian. Hasil apa yang harus ditegaskan, sepenuhnya mengacu pada peranyaan-peranyaan yang dirumuskan dalam Rumusan Masalah dan/atau Identifikasi Masalah. Dengan demikian, rumusan tujuan penelitian merupakan bentuk jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah dan identifikasi masalah. Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan bukan pertanyaan. Contohnya sebagai berikut:

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan tingkat signifikansi menenai:1. Hubungan antara keahlian dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan.pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahsiswa pada materi perkuliahan.3. Hubungan antara daya tarik dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan.

ATAU

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai:

1. Keahlian, kejujuran, dan daya tarik dosen dalam proses belajar dan pembelajaran di ruang kuliah.2. Tingkat pemahaman masiswa pada materi perkuliahan yang disampaikan dosen di ruang kuliah.

Rumusan tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam menentukan arauh penelitiannya dan akan sangat berimplikasi pada langkah-langkah selanjutnya. Misalnya, dlam menentukan metodologi atau prosedur penelitian, penentuan lokasi penelitian, bentuk pelaporan, distribusi laporan, dan lain-lain. Bagaimana Menulis Kegunaan Penelitian? Kegunaan penelitian adalah penegasan tentang harapan peneliti bahwa hasil yang diperoleh penelitiannya dapat memberikan manfaat atau kegunaan nyata baik secara akademik (kegunaan teoretis) maupun secara operasional (kegunaan praktis). Contoh rumusan kegunaan penelitian dapat dilihat di bawah ini:

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharpkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:1. Kegunaan TeoreitisDapat memperkaya khasanah kajian ilmiah di bidang komunikasi instruksional, khususnya yang berkaitan dengan kredibilitas dosen dalam hubungannya dengan efektivitas proses belajar dan pembelajaran di ruang kuliah.

2. Kegunaan PraktisDapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di perguruan tinggi dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar dan pembelajarannya guna lebih meningkatkan efektivitas proses belajar dan

Page 10: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

pembelajaraan, terutama dalam mengembangkan kemampuan dan fungsi para dosen dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

Rumusan kegunaan penelitian, dalam batas-batas tertentu, dapat digunakan untuk menilai kelayakan penelitian (the significance of the research) yang dilakukan, baik dari aspek teroretis (akademis) maupun dari aspek praktis (operasional). Bagaimana Menulis Kerangka Berpikir? Kerangka Berpikir atau Kerangka Pemikiran dalam sebuah penelitian kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan validitas proses penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian dalam kerangka berpikir, peneliti dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-variabel apa saja yang diteliti dan dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta mengapa variabel-variabel itu saja yang diteliti. Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu menjelaskan dan menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti, yang sinyalemennya telah dikemukakan pada LBM, sehingga variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan identifikasi masalah semakin jelas asal-usulnya. Dengan demikian, uraian atau paparan yang harus dilakukan dalam kerangka berpikir adalah perpaduan antara asumsi-asumsi teoretis dan asumsi-asumsi logika dalam menjelaskan atau memunculkan variabel-variabel yang diteliti serta bagaimana kaitan di antara variabel-variabel tersebut, ketika dihadapkan pada kepentingan untuk mengungkapkan fenomena atau masalah yang diteliti. Di dalam menulis kerangka berpikir, ada tiga kerangka yang perlu dijelaskan, yakni: kerangka teoretis, kerangka konseptual, dan kerangka operasional. Kerangka teoretis adalah uraian yang menegaskan tentang teori apa yang dijadikan landasan serta asumsi-asumsi teoretis yang mana dari teori tersebut yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti. Kerangka konseptualmerupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep apa saja yang terkandung di dalam asumsi teoretis yang akan digunakan untuk mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung di dalam fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan di antara konsep-konsep tersebut. Kerangka operasional adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa saja yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan bagaimana hubungan di antara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja yang dijadikan indikator untuk mengukur variabel-variabel yang bersangkutan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka dalam menyusun kerangka berpikir kita harus memulainya dengan menegaskan teori apa yang dijadikan landasan dan akan diuji atau digambarkan dalam penelitian kita. Lalu dilanjutkan dengan penegasan tentang asumsi teoretis (theorem) apa yang akan diambil dari teori tersebut sehingga konsep-konsep dan variabel-variabel yang diteliti menjadi jelas. Selanjutnya, kita menjelaskan bagaimana cara mengoperasionalisasikan konsep atau variabel-variabel tersebut sehingga siap untuk diukur. Proses penetapan teori serta penurunannya ke dalam bentuk konsep dan variabel sebaiknya juga dilengkapi dengan gambar kerangka penelitian.Contoh Gambar Kerangka Penelitian:

Page 11: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

FENOMENA YANG DITELITI

Kredibilitas Dosen dan Tingkat Pemahaman Mahasiswa pada Materi Kuliah

TEORI YANG DIGUNAKAN

Teori Kredibilitas Komunikator

ASUMSI TEORETIS:

Efektivitas komunikasi ditentukan kredibilitas komunikakator yang di dalamnya meliputi penilaian komunikan pada keahlian, kejujuuan, dan daya tarik yang dimiliki oleh komunikator.

RUMUSAN MASALAH:

Apakah ada hubungan yang signifikan antara kredibilitas dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan yang disampaikan oleh dosen di ruang kuliah?

VARIABEL Y

TINGKAT PEMAHAMAN MAHASISWA PADA MATERI KULIAH

VARIABEL X; KREDIBILITAS DOSEN

X1: Keahlian Dosen

X2: Kejujuran Dosen

X3: Daya Tarik Dosen

Page 12: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

 

Walaupun dalam kerangka berpikir itu harus terkandung kerangka teoretis, kerangka konseptual, dan kerangka operasional, tetapi cara penguraian atau cara pemaparannya tidak perlu kaku dibuat per subbab masing-masing. Hal yang penting adalah bahwa isi pemaparan kerangka berpikir merupakan alur logika berpikir kita mulai dari penegasan teori serta asumsinya hingga munculnya konsep dan variabel-variabel yang diteliti.

Agar peneliti benar-benar dapat menyusun kerangka berpikir secara ilmiah (memadukan antara asumsi teoretis dan asumsi logika dalam memunculkan variabel) dengan benar, maka peneliti harus intens dan eksten menelurusi literatur-literarur yang relevan serta melakukan kajian terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang ₀relevan, sehingga uraian yang dibuatnya tidak semata-mata

Page 13: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

berdasarkan pada pertimbangan logika (tidak sekadar ngecap). Untuk itu, dalam menjelaskan kerangka teoretisnya, peneliti mesti merujuk pada literatur atau referensi serta laporan-laporan penelitian terdahulu.

Bagaimana Merumuskan Hipotesis Penelitian?

Begitu selesai menyusun kerangka berpikir (kerangka pemikiran), langkah berikutnya yang harus dilakukan peneliti adalah merumuskan hipotesis (terutama jika penelitiannya dirancang sebagai sebuah penelitian eksplanatif; untuk penelitian deskriptif tidak perlu ada hipotesis). Hipotesis adalah dugaan sementara yang bersifat tentatif yang diambil dari hasil penelaahan terhadap asumsi-asumsi teoretis ketika menyusun kerangka pemikiran.

Hipotesis dalam penelitian terbagi ke dalam dua jenis: Hipotesis Teoretis atau Hipotesis Nol (Ho) dan Hipotesis Penelitian atau Hipotesis Kerja (Hi). Hipotesis Nol dirumuskan dalam kalimat negatif : “Tidak ada hubungan yang signifikan antara kredibilitas dosen dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi kuliah”, sedangkan Hipotesis Kerja dirumuskan dalam kalimat positif: “Ada hubungan yang signifikan antara kredibilitas dosen dengan tingkat pemahaman mahsiswa pada materi kuliah”. Selanjutnya, hipoteis kerja (Hi) perlu dijabarkan ke dalam sub-subhipotesis sesuai dengan banyaknya identifikasi masalah penelitian atau banyaknya subvariabel yang akan dihubungkan satu sama lain. Misalnya, hipotesis kerja (Hi) di atas dijabarkan kedalam subhipotesis sebagai berikut:

H1: Ada hubungan yang signifikan antara keahlian dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahsiswa pada materi kuliah yang disampaikan dosen di kruang kuliah.

H2: Ada hubungan yang signifikan antara kejujuran dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahsiswa pada materi perkuliahan yang disampaikan dosen di ruang kuliah.

H3: Ada hubungan yang signifikan antara daya tarik dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan yang disa,paikan dosen di ruang kuliah.

Bagaimana Menyusun Operasionalisasi Variabel?

Variabel-variabel yang akan diteliti, yang tercermin di dalam identifikasi masalah, bagan kerangka penelitian, atau dalam rumusan hipotesis, selanjutnya harus dioperasionalisasikan agar variabel-variabel tersebut dapat diukur dengan tepat sehingga aspek validitas dan reliabilitas pengukurannya terjamin. Mengoperasionalisasikan variabel berarti memberikan penjelasan secara operasional bagaimana variabel-variabel itu didefinisikan (diberikan batasan), indikator-indikator apa yang digunakan untuk mengukurnya, tingkat atau skala pengukuran apa yang digunakan, dan bagaimana cara pengukurannya. Oleh karena itu, dalam mengoperasionalisasikan variabel maka langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:

Page 14: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

1. Mendefinisikan secara operasional seluruh variabel yang akan diteliti atau diukur. Definisi operasional adalah batasan pengertian tentang variabel yang diteliti yang di dalamnya sudah mencerminkan indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur variabel yang bersangkutan. Definisi operasional berbeda dengan definisi konseptual. Definisi konseptual adlah batasan pengertian tentang konsep yang masih bersifat abstraks yang biasanya merujuk pada definisi yang ada pada buku-buku teks. Namun demikian, sebaik-baiknya definisi operasional adalah definisi yang merujuk atau berlandaskan pada definisi konseptual. Contoh definisi konseptual: “Kredibilitas Komunikator adalah seperangkat penilaian komunikan terhadap sifat-sifat yang dimiliki oleh komunikator, menyangkut keahlian, kejujuran, dan daya tarik”. Sedangkan contoh definisi operasional adalah: “ Keahlian dosen dalam mengajar adalah penilaian mahasiswa tentang kemampuan dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan, menjawab pertanyaan mahasiswa, memberikan contoh-contoh konkret, dan penguasaan dosen terhadap materi perkuliahan yang disampaikannya.

2. Menginventarisasi dan mendefinisikan indikator-indikator. Inventarisasi indikator yang akan digunakan untuk mengukur variabel dapat ditelusuri dari definisi operasional yang sudah dibuat. Sebagai contoh, untuk menginventarisasi indikator-indikator yang akan digunakan untuk mengukur keahlian dosen dalam proses belajar dan pembelajaran, kita dapat menemukan indikator: kemampuan dosen dalam menyampaikan materi perkuliahan, kemampuan dosen dalam menjawab pertanyaan mahasiswa, kemampuan dosen dalam memberikan contoh konkret, dan pemahaman dosen mengenai materi perkuliahan yang disampaikannya. Jika indikator-indikator itu masih memungkinkan menyebabkan penafsiran yang berbeda-beda, maka indikator tersebut perlu juga untuk didefenisikan lebih lanjut.

3. Menentukan tingkat atau skala pengukuran yang akan digunakan, apakah digunakan skala nominal, ordinal, interval, atau rasio. Penentuan skala pengukuran ini penting dilakukan terutama jika penelitian kita dirancang sebagai sebuah penelitian eksplanatif (misalnya penelitian korelasional), sebab akan menentukan uji statistik inferensial yang mana yang sesuai untuk digunakan dalam menguji hipotesis penel;itian yang telah dirumuskan.

4. Menentukan cara atau mekanisme pengukuran variabel, yaklni menentukan alat atau instrumen apa yang akan digunakan serta bagaimana cara penggunaannya. Misalnya, kita akan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner atau angket, dan kita harus menjelaskan mengapa instrumen itu yang dipilih dan bagaimana cara penggunaannya.

Bagaimana Menyusun Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen?

Apabila instrumen penelitaian, misalnya, kuesioner atau angket, yang kita gunakan disusun sendiri dan belum terbukti validitas dan reliablitasnya, maka instrumen itu harus diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Validitas instrumen menyangkut tingkat ketepatan alat ukur itu untuk digunakan mengukur apa yang akan kita ukur. Sedangkan reliabilitas instrumen menyangkut tingkat ketetapan hasil pengukuran yang diperoleh jika instrumen tersebut digunakan beruiang-ulang pada waktu dan tempat yang berbeda.

Page 15: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

Banyak pilihan untuk menetukan validitas instrumen penelitian, misalnya validitas konstruk, validitas isi, validitas prediktif, validitas eksternal, dan lain-lain. Begitupula mekanisme uji reliabilitas instrumen (Silakan baca buku-buku metode penelitian kuantitatif yang ada di lemari buku Anda!).

Bagaimana Menyusun Metodologi atau Prosedur Penelitian?

Prosedur atau metode peneliian adalah cara-cara yang ditempuh atau digunakan dalam melakukan kegiatan penelitian. Untuk menentukan prosedur penelitian apa dan bagaimana mengimplementasikannya, kita dapat berpedoman pada identifikasi masalah dan tujuan penelitian yang sebelumnya sudah dirumuskan.

Hal-hal yang perlu ditegasdkan dalam uraian metodologi atau prosedur penelitian meliputi: desain atau rancangan dan metode penelitian, jenis data dan sumber data yang digunakan, teknik pengumpulan data yang digunakan, teknik analisis data yang digunakan, dan populasi penelitian serta teknik sampling yang digunakan, dan (mungkin juga) jadwal dan lokasi penelitian.

Contoh uraian prosedur penelitian (secara ringkas):

Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian survei yang bersifat eksplanatori atau eksplanatif dengan menggunakan metode korelasional. Pengunaan desain dan metode tersebut didasarkan pada tujuan penelitian, yakni ingin menemukan tingkat signifikansi antara kredibilitas dosen dalam proses belajar dan pembelajaran dengan tingkat pemahaman mahasiswa pada materi perkuliahan. Untuk mengukur variabel-variabel yang diteliti, digunakan dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Data Primer bersumber langsung dari responden penelitian dan pihak-pihak yang relevan, sedangkan data sekunder bersumber pada dokumentasi serta referensi-referensi yang relevan. Untuk memperoleh data primer digunakan teknik pengumpulan data berupa penyebaran kuesioner kepada seluruh responden, wawancara tak berstruktur dengan pihak-pihak terkait, dan observasi nonpartisipatori dalam kegiatan yang menjadi objek penelitian. Untuk menentukan responden sebagai sumber utama data primer, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fikom Unpad yang secara resmi terdaftar pada semester genap tahun 2007/2008, sedangkan untuk menentukan sampel penelitian (responden) digunakan teknik sampling random sederhana (simple random sampling technique). Berdasarkan data pada Sub Bagian Pendidikan Fikom Unpad, jumlah mahasiswa yang terdaftar resmi pada semester genap 2007/2008 sebanyak 7.824 orang. Dengan demikian, ukuran populasi penelitian(N populasi) ini adalah 7.824 orang. Penentuan ukuran sampel (n sampel) digunakan perhitungan dengan rumus Slovin. Selanjutnya data yang berhasil djaring melalui instrumen penelitian akan dianalisis baik dengan menggunakan analisis statistik deskriptif (untuk menggambarkan variabel demi variabel) maupun dengan menggunakan statistik inferensial (untuk menguji hipotesis). Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus uji Korelasi Rank Spearman (Spearman’s Rank Order Correlation). Penentuan uji ini didasarkan pada skala pengukuran yang digunakan, yakni skala ordinal. Adapun kriteria pengujian hipotesisnya adalah: Tolak Ho jika rs hasil perhitungan sama dengan rs pada Tabel Harga Kritis untuk rs pada derajat kebebasab df = n-2 dan taraf signifikansi α = 0,01 untuk tes dua arah. Dalam beberapa hal akan juga digunakan kriteria: Tolak Ho jika nilai t hasil perhitungan sama dengan atau lebih besar daripada

Page 16: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

nilai t pada Tabel Harhga-harga Kritis untuk t pada df = n -2 dan taraf signifikansi α = 0,01 untuk tes dua arah.

Dalam tataran konkret, uraian prosedur atau metode penelitian hendaknya disusun per subpokok bahasan masing-masing item, secara jelas dan komprehensif. Jadi, perlu ada sub bahasan tentang: desain dan metode penelitian, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, populasi dan teknik sampling, teknik analisis data, dan lain-lain.

B. MENULIS BAB II

Bab II biasanya diberi judul TINJAUAN PUSTAKA atau TINJAUAN TEORETIS, yang isinya memaparkan aspek-aspek teoretis tentang fenomena atau masalah yang diteliti. Kekeliruan yang seringkali dilakukan oleh peneliti dalam menulis Bab II ini adalah bahwa peneliti sering terjebak untuk menguraikan segala hal ikhwal yang berasal dari referensi tanpa memperhatikan relevansinya. Ada anggapan bahwa semakin banyak kutipan yang ditampilkan semakin baik isi Bab II, semakin tebal halamannya semakin keren. Hal ini jelas KELIRU!!!. Isi Bab II bukan merupakan book report atau book review atau pamer kutipan, tetapi harus merupakan pemaparan yang lebih menegaskan kerangka pemikiran peneliti dalam memunculkan variabel-variabel yang ditelitinya serta konteks penelitiannya. Oleh karena itu, isi pemaparan Bab II selayaknya dimulai dengan pemaparan tentang teori yang dijadikan landasan dalam penelitian secara lebih komprehensif daripada apa yang sudah dipaparkan dalam kerangka pemikiran.Seluruh uraian pada Bab II harus lebih bersifat teoretis dengan tanpa atau sedikit sekali memasukkan unsur logika peneliti.

Dengan demikian, sumber rujukan pokok dalam menulis Bab II adalah referensi atau literatur . Referensi atau literatur yang digunakan bisa berupa buku-buku teks, laporan penelitian terdahulu, situs internet, tulisan pada jurnal ilmiah, artikel di media massa, dan dokumentasi tertulis lainnya.

Sebagai contoh, isi pemaparan pada Bab II dapat disusun sebagai berikut:

2.1 Konsep Dasar Kredibilitas Komunikator

2.2 Asumsi-asumsi Teoretis dalam Teori Kredibilitas

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar dan Pembelajaran

2.4 Proses Belajar dan Pembelajaran Sebagai Kegiatan Komunikasi Instruksional

2.5 Peran dan Fungsi Pengajar dalam Mewujudkan Efektivitas Belajar Mengajar

dan seterusnya.

C. MENULIS BAB III

Dalam penelitian kuantitatif, isi Bab III pada umumnya berisi uraian mengenai objek penelitian, sehingga diberi judul Gambaran Umum tentang Objek Penelitian (misalnya, Gambaran Umum Proses Belajar dan Pembelajaran di Fikom Unpad). Subpokok bahasannya, dapat dimulai dengan

Page 17: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

menguraikan sejarah keberadaan objek yang diteliti, karakteristik umum dan karakteristik khusus objek yang diteliti, sarana dan prasarana, aspek sumber daya manusia, dan lain-lain.

Namun demikian, isi Bab III ada kalanya bukan sekadar memaparkan gambaran umum objek yang diteliti tetapi juga memaparkan metodologi penelitian. Jika ini yang dipilih, maka uraian metodologi penelitian yang sudah diuraikan pada Bab I harus dijelaskan pada Bab III, dengan lebih menekankan pada aspek implementatisinya secara nyata dalam proses penelitian kita. Awas, jangan sampai terjebak pada tindakan sekadar untuk memindahkan teori metodologi dari buku-buku ke dalam uraian metodologi dalam penelitian kita. Pemaparan metodologi pada Bab III ini benar-benar harus berupa penjelasan tentang langkah-langkah konkret yang kita lakukan dalam melaksanakan kegiatan penelitian kita.

MENULIS BAB IV

Uraian pada Bab IV biasanya berisi deskripsi dan pembahasan hasil penelitian yang diperoleh. Pendeskripsian yang dilakukan menyangkut data hasil penelitian, baik data mengenai responden maupun data mengenai hasil pengukuran variabel-variabel yang diteliti.

Penggambaran data karakteristik responden perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang bagaimana keadaan responden penelitian kita, yang boleh jadi diperlukan untuk mengelaborasi data hasil pengukuran variabel-variabel yang diteliti jika sekiranya terdapat data yang memerlukan penjelasan dan penafsiran lebih lanjut. Sementara itu pendeskripsian data hasil pengukuran variabel (data penelitian) diperlukan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang variabel-variabel yang diteliti, satu demi satu, sehingga dapat dilakukan analisis dan interpretsi secara parsial sebagai bahan utama untuk nanti membuat analisis data secara menyeluruh dan menyimpulkan hasil penelitian.

Setelah dilakukan deskripsi data, khususnya untuk penelitian eksplanatif yang mengharuskan adanya pengujian hipotesis, analisis data dan pembahasan hasil penelitian perlu dilakukan dengan menggunakan analisis statistik inferensial. Di sini dipaparkan bagaimana proses dan hasil pengujian statistik inferensial itu, apakah terjadi penolakan hipotesis atau sebaliknya.

Bagaimana cara melakukan analisis deskriptif?

Analisis deskriptif dilakukan pada data hasil pengolahan statistik deskriptif, yang biasanya dipresentasikan pada tabel-tabel distribusi frekuensi, baik tabel tunggal maupun tabel silang.Tabel tunggal adalah tabel yang berisi data hasil pengukuran satu variabel, sedangkan tabel silang adalah tabel yang berisi data hasil pengukuran dua variabel atau lebih.

Selanjutnya, data yang dipresentasikan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi perlu dideskripsikan secara naratif (dengan catatan: tidak harus berupa pengulangan dari isi tabel), yakni memaparkan secara sistematik bagaimana hasil pengukuran variabel-varlabel yang diteliti. Lalu dilakukan analisis, yakni mengupas atau mengkritisi data dengan menggunakan konsep-konsep atau asumsi teoretis yang sudah diungkapkan pada Bab II (Tinjauan Pustaka). Apa yang tercantum pada Bab II adalah

Page 18: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

aspek idealitas (teoretis), sedangkan data yang dihasilkan adalah aspek realitas dari fenomena yang diteliti. Dengan demikian, menganalisis data berarti membandingkan secara kritis data hasil temuan dengan asumsi-asum teoretis. Selanjutnya, berikan interpretasi atas data yang dianilisis tersebut, sehingga peneliti memperoleh kesimpulan secara parsial. Analisis deskriptif dilakukan terhadap setiap variabel, satu demi satu secara sistematis.

Bagaimana cara melakukan analisis statistik inferensial?

Analisis statistik inferensial, sebagaimana telah diungkapkan di bagian terdahulu, adalah pemaparan, pengupasan, dan penafsiran data sehubungan dengan pengujian hipotesis. Data hasil pengujian hipotesis melalui uji statistik inferensial perlu dipaparkan dan dianalisis apa maknanya, lalu bahas dengan asumsi-asumsi teoretis yang sudah ada pada Bab II. Hasil pemaknaan itulah yang harus dijadikan bahan utama dalam pembahasan dan penyimpulan.

Bagaimana Menetapkan Pokok Bahasan?

Sistematika bahasan pada Bab IV seyogyanya disusun berdasarkan urutan dalam menjawab identifikasi masalah atau tujuan penelitian. Oleh karena itu, jika penelitian kita mengandung tiga tujuan penelitian, maka isi pokok bahasan pada Bab IV setidak-tidaknya mengandung tiga pokok bahasan tersebut, yang boleh jadi sebelumnya diawali dengan pokok bahasan mengenai karakteristik responden penelitian.

D. MENULIS BAB V

Bab V biasanya berisi kesimpulan dan saran penelitian. Berapa banyak kesimpulan penelitian yang harus dibuat? Apa saja yang harus disimpulkan? Berapa banyak saran yang harus diajukan? Apa saja yang harus disarankan? Hal-hal itu seringkali menjadi pertanyaan klasik peneliti ketika akan mulai menulis Bab V.

Banyaknya kesimpulan dan apa yang harus dsimpulkan tergantung pada jumlah dan isi tujuan penelitian, sedangkan isi kesimpulannya tergantung pada hasil penelitian dan pembahasan yang ada pada Bab IV. Sedangkan saran penelitian, aspeknya harus merujuk pada rumusan kegunaan penelitian yang sudah diungkapkan pada Bab I dan isinya tergantung pada isi kesimpulan penelitian. JIka kesimpulan dan saran penelitian itu disusun seperti yang dikemukakan di atas, maka tidak ada alasan bagi orang lain untuk menuduh bahwa kesimpulan penelitian kita mengada-ngada, atau saran yang kita ajukan adalah saran sok tahu. Oke, selamat bekerja!

Buku-buku yang dianjurkan untuk dibaca:

1. Jalaluddin Rakhmat, 1995, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.

Page 19: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

2. Arthur Asa Berger, 2000, Media and Communication Research Methods, Thousand Oaks, London, New Delhi: Sage Publications, Inc.

3. Bridget Somekh and Cathy Lewin, 2005, Research Methods in The Social Sciences, London, Thousand Oaks, New Delhi: Sage Publications, Inc.

4. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES.

5. Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: P.T. Radjagrafindo Persada.

6. Racmat Kriyantono, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ditulis dalam MPK KUANTITATIF | Tag: dadang, fikom, komunikasi, metode, penelitian, populasi, riset, sampel, sugiana, teknik, unpad

« KONSEP DASAR METODE PENELITIAN KOMUNIKASI(KUANTITATIF)

POPULASI DAN TEKNIK SAMPLING »

Tanggapan

1.

mau tanya masalah definisi deskriptif kuantitatif dan sumber bukunya itu apa saja,maaf ya pak kalau saya ganggu aktifitas bapak soale ini buat skripsi saya.terima kasih

o

By: ryan on 20 ,Juni, 2008 at 9:55 pm

2.

Bapak… mudah2an artikel bapak bikin saya jadi semangat bikin bab1… =}ngerasa gak enak ajah… padahal setaun yang lalu udah dikasih mpk 3 sks…tapi tetep aja ya…anak2 bapak memang jenius…hehehe….

makasih ya pak…

o

Page 20: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

By: Lisye Octaviana on 27 ,Juni, 2008 at 11:50 am

3.

terimakasih pa, sudah cukup membantu saya. tapi, saya masih bingung uji statistik deskriptifnya. saya kan sekarang mengambil judul “Kualitas Pelayanan Di Kantor Infokom Kota Sukabumi Terhadap Kepuasan Rekan Pers”, nah di situ menggunakan statistik deskriptif, kan pa? nah saya masih bingung statistiknya. soalnya, waktu Drs. Asep Suryana, M.Si menjelaskan di semester sebelumnya, saya bingung penjelasannya pa. saya tunggu penjelasannya ya pak…..oya, sampai berjumpa di kampus pa…..Hidup Pa Dadang yang IS THE BEST N BEST OF THE BEST FOR ME!!!

o

By: NPM 2101-1106-0031 on 8 ,Juli, 2008 at 3:40 am

4.

Pak, hatur nuhun pisan ya atas keterangan2 yang Bapak berikan. Semoga content di tiap folder dapat di tambah lagi ya Pak. Terus berkarya Pak agar melalui blog ini, kami (mahasiswa) dapat belajar lebih banyak lagi secara online. Jika memungkinkan dilakukan kuliah praktris via online (YM) agar dapat bertanya langsung dimanapun kami berada dengan schedule yang ditampilkan melalui blog ini.

o

By: NOVA on 12 ,Juli, 2008 at 2:16 am

5.

wah..pak..saya baru tau kalo bapak punya blog. keren pak! apalagi blog bapak ini berisikan tentang metode-metode penelitian. coba saya tau dari dulu ya pak. siapa tau bisa sebagai daftar pustaka saya sebelum membuat skripsi

o

By: resty on 17 ,Juli, 2008 at 11:56 am

Page 21: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

6.

sebagai mahasiswa pemalas yg baca buku mata kuliah tapi kalo ada blog gini jadi enak bacanya hehe…baca ahkebetulan saya dapat ajaran bapak di semester pendek sekrng hehe…makasih pak

o

By: iyeng dahaga on 20 ,Juli, 2008 at 4:03 pm

7.

salut bwt dosen kita ini..berguna sekali untuk skripsi yang sedang saya kerjakan, bnyak hal yang tidak didapat dari pembimbing skripsi.bikin juga dong pak blog khusus konsultasi diluar materi kuliah. ex: tentang pekerjaan, cara mengajar dosen, konsultasi bila mahasiswa mengalami masalah administrasi di kampus, dlltrims

o

By: 210111060125 on 22 ,Juli, 2008 at 2:31 pm

8.

Wah hatur nuhun pisan pak, ini sangat membantu saya yang lagi kebingunan bikin Proposal Usmas utk yang kedua kali, proposal usmas pertama saya keburu kena cekal/sudah jenuh (Semiotika Barthesian) oleh Kebijakan jurusan Mankom Unpad Ext, jadi banting setir ajah milih yg kuantitatif tapi masih sekitar analisis isi.Pak Dadang kalo bisa upload lagi karya atau guide ttg penelitian baik kualitatif/kuantitatif yg lebih lengkap, biar kita mahasiswa fikom khususnya lebih semangat lg mencontek eh salah mencari rujukan(:

o

By: Budi Permana on 23 ,September, 2008 at 11:39 am

9.

Page 22: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

assalamualaikum pa dadang.. saya anak wali bapak nih.. bagus nih blognya informatif banget..

o

By: luzman on 4 ,Oktober, 2008 at 6:08 am

10.

TQ pak Dadang. Semoga dosen2 lain pada melek teknologi juga! Yang jelas sya dukung bapak jadi Dekan hehehe…..Semoga bapak mendengar kritik dan saran mahasiswa yg pada nulis disini.

o

By: sandya on 8 ,Oktober, 2008 at 2:13 pm

11.

pak, saya mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di jakarta. saya ingin bertanya tentang pengukuran variabel. mohon kiranya bapak sudi memberikan penjelasan secara rinci mengenai pengukuran variabel…terima kasih pak.

o

By: arief on 14 ,Oktober, 2008 at 3:06 am

12.

Blog Pak Dadang sungguh memikat untuk dibaca, isinya sangat bermanfaat, sayang sekali skripsi saya dah selesai Pak.. walo begitu, saya sudah bookmark URLnya neh, nanti saya bagiin ke anak2…

Salam hormat and keep posting aja..

Salam sukses…!!!

o

By: armygera on 3 ,Nopember, 2008 at 7:46 pm

Page 23: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

13.

SAYA MENDUKUNG Pak. DADANG Menjadi DEKAN UNPAD……!!!!!!

Andaikan Dosen Semua Seperti Bapak kayanya Fikom Akan MAJU…..!!!

o

By: Denny Martono on 20 ,Nopember, 2008 at 2:34 am

14.

Silakan, semoga bermanfaat. Saya juga aktif di multiply, tag saya: dankfs.

o

By: dankfsugiana on 31 ,Desember, 2008 at 12:26 pm

15.

Iya, mudah-mudahan bukunya segera terbit. Lagi dipersiapkan.

o

By: dankfsugiana on 31 ,Desember, 2008 at 12:29 pm

16.

assalamu’alaikum pak

Saya mau mangucapkan banyak terima kasih kepada Bapak,karena hanya baru bapak yang memberi cara-cara menyusun laporan ilmiah

o

By: Hilman Nurmandiyana on 4 ,Januari, 2009 at 10:55 pm

Page 24: Pembajakan Adalah Kegiatan Merampas Barang Atau Hak Orang Lain

17.

asssalamualaikum wr wbr

saya banyak terbantu dan terpandu oleh situs inisemoga dapat memudahkan dan memperlancar penyelesaian tugas tugas saya di fakultas tercinta.

saya memohon kepada Allah aza wajalla kiranya dari setiap manfaat yang didapat oleh setiap orangyang membuka situs ini tercurah pahala kepada orang pemilik situs ini. amin.

o

By: sudradjat laksana on 19 ,Januari, 2009 at 9:56 pm