pembahasan prosedural antihistamin

5
Pembahasan : Ummu Faurikhah 260110100139 Percobaan pada kali ini bertujuan untuk mengamati kerja dari suatu obat golongan antiinflamasi dalam menginhibisi kondisi inflamasi pada hewan percobaan. Prinsip percobaan kali ini yaitu persentase radang yang dihitung persatuan waktu selama 60 menit. Persentase radang adalah persentase yang menandakan besarnya radang pada tikus, dituliskan dalam rumus sebagai berikut : % radang= vt vo vo × 100 % Persentase radang didapatkan dengan membandingkan selisih antara volume setelah diinjeksi obat (vt ) dengan yang belum diinjeksi obat ( vo ) berbanding volume yang belum diinjeksi obat ( vo ). Makin besar persentase radang makin besar volume perubahan tikus akibat radang. Prinsip percobaan selanjutnya adalah persentase inhibisi obat uji dalam menekan atau menghambat radang akibat respon inflamasi, dituliskan dalam rumus sebagai berikut : % hibisi= % radang kontrol% radang obat uji % radang kontrol × 100 %

Upload: ummu-faurikhah

Post on 19-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan prosedural antihistamin

Pembahasan : Ummu Faurikhah 260110100139

Percobaan pada kali ini bertujuan untuk mengamati kerja dari suatu obat

golongan antiinflamasi dalam menginhibisi kondisi inflamasi pada hewan percobaan. Prinsip

percobaan kali ini yaitu persentase radang yang dihitung persatuan waktu selama 60 menit.

Persentase radang adalah persentase yang menandakan besarnya radang pada tikus,

dituliskan dalam rumus sebagai berikut :

% radang= vt−vovo

×100 %

Persentase radang didapatkan dengan membandingkan selisih antara volume

setelah diinjeksi obat (vt ) dengan yang belum diinjeksi obat ( vo ) berbanding volume yang

belum diinjeksi obat ( vo ). Makin besar persentase radang makin besar volume perubahan

tikus akibat radang. Prinsip percobaan selanjutnya adalah persentase inhibisi obat uji dalam

menekan atau menghambat radang akibat respon inflamasi, dituliskan dalam rumus sebagai

berikut :

%∈hibisi=%radang kontrol−%radangobat uji%radang kontrol

×100 %

Persentase inhibisi tersebut bertujuan untuk mengetahui perbedaan berbagai

efek kerja obat uji dalam menginhibisi radang. Makin besar konsentrasi persentase inhibisi

maka kamin besar pula kemampuan obat dalam menginhibisi radang.

Prosedur dalam percobaan kali ini dimulai dengan membagi praktikan menjadi

4 kelompok. Hewan percobaan yang digunakan dalam pengujian kali ini yaitu tikus putih

karena tikus putih memiliki ukuran yang besar. Hal tersebut dibutuhkan dalam proses

pengukuran volume kaki tikus yang terkena radang didalam alat plethysmometer

Page 2: Pembahasan prosedural antihistamin

menggunakan air raksa. Kaki tikus yang lebih besar dibandingkan tikus dianggap lebih

mampu untuk menekan raksa sehingga terjadilah hukum archimedes.

Disiapkan 12 tikus yang dibagi ke dalam 4 kelompok sehingga masing-

masing kelompok mendapatkan 3 tikus. Tikus yang digunakan adalah tikus jantan. Dalam

pengujian efek obat yang berpengaruh terhadap perilaku hewan uji, tikus jantan lebih dipilih

sebagai hewan uji karena tidak terpengaruh oleh hormon. Kemudian setiap tikus pada setiap

kelompoknya diberi tanda agar mudah dikenali dengan warna yang berbeda. Diberikan juga

tanda batas pada kaki kiri belakang untuk setiap tikus, penandaan tersebut bertujuan agar

pemasukan kaki kedalam air raksa setiap kali selalu sama. Dilakukan penimbangan terhadap

tikus dengan menggunakan neraca ohauss. Sebelum digunakan, neraca perlu dikalibrasi

terlebih dahulu agar hasil penimbangan yang diperoleh tepat dan meminimalkan kesalahan

yang mungkin terjadi saat penimbangan. Pada saat menimbang, alat timbangan harus benar-

benar bersih, bebas dari kotoran-kotoran yang mungkin dikeluarkan oleh tikus

sebelumnya.Hal ini dimaksudkan agar berat yang didapat benar-benar merupakan berat tikus

itu sendiri. Karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap dosis obat yang diberikan pada

tikus. Dari penimbangan diperoleh hasil untuk setiap tikusnya yaitu untuk tikus pertama yaitu

162 gram ( aspirin ), untuk tikus kedua yaitu 116 gram ( Piroksisam ) dan untuk tikus ketiga

yaitu 153,5 gram ( kontrol negatif ).

Setelah diketahui berat dari masing-masing tikus, kemudian

dilakukan pengkonversian dosis untuk mendapatkan dosis yang sesuai untuk setiap tikusnya.

Hal ini dilakukan agar dosis obat yang diberikan terhadap tikus sesuai dengan berat

badannya. Dosis yang tidak tepat akan mengakibatkan tidak didapatnya efek yang diinginkan.

Konversi dosis hewan percobaan dilakukan dengan membandingkan berat badan hewan

percobaan dengan berat badan hewan percobaan standar dan dikalikan dengan faktor

konversi sesuai dengan rute pemberian obatnya. Berat badan tikus standar sekitar 200 gram.

Karena obat yang diberikan pada tikus dilakukan secara peroral dan subkutan maka faktor

konversinya adalah 2 ml untuk perolal dan 1 ml untuk subkutan. Konversi dosis untuk tikus

dihitung dengan menggunakan rumus :

dosis peroral mencit= Berat badanmencit nyataBerat badanmencit standar

×2ml

Page 3: Pembahasan prosedural antihistamin

dosis subkutanmenci t= Berat badanmencit nyataBerat badanmencit standar

×1ml

Dari hasil konversi, banyaknya obat yang diberikan secara peroral untuk setiap

mencit adalah 1,62 ml untuk mencit pertama, 1,16 ml untuk mencit kedua, 1,525 ml untuk

mencit ketiga. Dari hasil konversi, banyaknya obat yang diberikan secara subkutan untuk

setiap mencit adalah 0,809 ml untuk mencit pertama, 0,53 ml untuk mencit kedua, 0,7625 ml

untuk mencit ketiga.

Setelah dilakukan konversi, pada tahap pendahuluan volume kaki tikus diukur

dan dinyatakan sebagai volume dasar. Pada setiap kali pengukuran volume, tinggi cairan

raksa pada alat diperiksa dan dicatat sebelum dan sesudah pengukuran. Setelah itu tikus

diberi obat dan larutan kontrol secara peroral. Obat yang diujikan adalah aspirin dan

piroksisam. Kedua obat uji tersebut mempunyai efek dalam mengahambat inflamasi. Setelah

disuntikan obat uji dan kontrol, volume kaki tikus yang sudah ditandai diukur volumenya dan

dinyatakan sebagai Vo. Selanjutnya larutan karagenan disuntikan di bagian telalah pak kaki

kiri tikus secara subkutan. Karagenan adalah obat yang merangsang terjadinya inflamasi.

Volume kaki yang diberikan karagenan diukur setiap 15 menit sekali selama satu jam.

Perbedaan volume kaki untuk setiap jam diukur dan dinyatakan dalam vt.

Setelah didapatkan data pengamatan, hasil yang didapatkan selanjutnya

diperhitungkan dalam persentase radang dang persentase inhibisi.