parameter nonspesifik ekstrak (fitokimia)
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM FITOKIMIA-FARMAKOGNOSIGolongan S
KELOMPOK 3 :Theresia Chanditya Fania (2443013123)
Fhilla Kanja (2443013133)
Siska Sanjiwani (2443013145)
STANDARISASISerangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi standar (kimia, biologi dan farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya.Proses menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahuluTUJUAN: agar diperoleh bentuk bahan baku atau produk kefarmasian yang bermutu, aman serta bermanfaat
Standardisasi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif
dari setiap batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga
dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif
pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan
volume permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan
terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya
ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain
secara mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.
METODE UJI EKSTRAK
PARAMETER
SPESIFIK
NONSPESIFIK
PARAMETER NON-SPESIFIK
MACAM PARAMETER NON-SPESIFIK
1. Susut pengeringan
2. Bobot jenis
3. Kadar air
4. Kadar abu
5. Sisa pelarut
6. Residu pestisida
7. Cemaran logam berat
8. Cemaran mikroba
9. Cemaran kapang, khamir dan aflatoksin
PARAMETER SUSUT PENGERINGAN
PARAMETER SUSUT PENGERINGAN
Prinsip:
Pengukuran sisa zat setelah pengeringan padatemperatur 105°C selama 30 menit atausampai berat konstan, yang dinyatakandalam nilai prosen (Depkes RI, 2000)
Tujuan:
Memberikan batasan maksimal (rentang)tentang besarnya senyawa yang hilang padaproses pengeringan (Depkes RI, 2000)
Perhitungan susut pengeringan :
Prosedur Kerja
3. Biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikatorhingga suhu kamar. Kemudian masukkan ke dalam ruang pengering, bukatutup botolnya, keringkan pada suhu 105°C hingga bobot tetap.
2. Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1-2 gram dalam botoltimbang dangkal tertutup yang sebelumnya dipanaskan pada suhu105° C selama 30 menit dan telah ditara.
1. Ekstrak diratakan di dalam botol timbang dengan menggoyangkanbotol hingga lapisan ± 5-10 mm. Jika yang digunakan ekstrak kental,ratakan dengan bantuan pengaduk.
Prosedur Kerja
5. Campurkan silika tersebut secara rata dengan ekstrak pada saat panaskemudian keringkan kembali pada suhu penetapan hingga bobot tetap.
4. Jika ekstrak sulit kering dan mencair selama pemanasan, tambah 1 gramsilika pengering yang telah ditimbang seksama setelah dikeringkan dandisimpan dalam eksikator pada suhu kamar.
6. Hitung susut pengeringan dalam nilai prosen.
PARAMETER BOBOT JENIS
PARAMETER BOBOT JENIS
Prinsip:Massa per satuan volume pada suhu kamartertentu (25°C) yang ditentukan dengan alatkhusus piknometer atau alat lainnya.
Tujuan:Memberikan batasan tentang besarnya massaper satuan volume yang merupakan parameterkhusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat(kental) yang masih dapat dituang.(Depkes RI, 2000).
Prosedur Kerja
3. Kurangkan bobot piknometer yang kosong dari berat piknometer yangtelah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh denganmembagi bobot ekstrak dengan bobot air dalam piknometer suhu 25°C.
2. Atur suhu ekstrak ± 20°C lalu masukkan ke dalam piknometer. Atur suhupiknometer yang telah diisi hinga 25°C, buang kelebihan ekstrak cair yangditimbang.
1. Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi denganmenetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan padasuhu 25°C.
PARAMETER KADAR AIR
PARAMETER KADAR AIR
Prinsip:Pengukuran kandungan air yang berada didalam bahan
Tujuan:Memberikan batasan minimal atau rentangbesarnya kandungan air di dalam bahan.
Metode:a. Cara titrasib. Cara destilasic. Cara gravimetri
a. Metode TitrasiAlat :
• Buret dilengkapi tabung pendingin untukmelindungi dari pengaruh kelembabanudara.
• Labu titrasi kapasitas ± 60 ml, dilengkapi 2elektroda platina
• Sebuah pipa pengalir nitrogen
• Sebuah sumbat berlubang untuk ujung buret
• Tabung pengering
Titrasi langsung
• Masukkan ± 20 ml metanol P ke labu titrasi
• Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hinggatitik akhir tercapai
• Masukkan zat dengan cepat yang telahditimbang seksama yang diperkirakanmengandung 10-50 mg air ke dalam labutitrasi, aduk selama 1 menit.
Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang telah diketahui kesetaraan airnya.Hitung jumlah air dalam mg dengan rumus :
V x F
V : Volume pereaksi Karl Fischer pada tiitrasi keduaF : Faktor kesetaraan air
Titrasi Tidak Langsung
• Masukkan ± 20 ml metanol P ke labu titrasi• Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik
akhir tercapai• Masukkan zat dengan cepat yang telah
ditimbang seksama yang diperkirakanmengandung 10-50 mg air, campur.
• Tambahkan pereaksi Karl Fischer berlebihandan diukur seksama.
• Biarkan beberapa waktu hingga reaksisempurna.
• Titrasi kelebihan pereaksi dengan larutan bakuair-metanol.
Hitung jumlah dalam mg, air, dengan rumus :
FV1- aV2F : faktor kesetaraan air pereaksi Karl Fischer yang diukur saksamaV1 : Volume pereaksi Karl Fischer (ml)a : kadar air dalam mg tiap ml dari larutan baku air-metanol.V2 : Volume larutan baku air-metanol
(ml)
Pereaksi Karl Fischer
Lakukan pembakuan sbb : Masukkan ± 20 ml metanol mutlak P ke dalam labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer tanpa mencatat volume yang digunakan. Masukkan air yang ditimbang saksama sejumlah yang
cocok.
Tambahkan metanol mutlak P secukupnya hingga 500 ml, biarkan selama 24 jam.
Larutkan 63 g Iodium P dalam 100 ml piridina mutlak P, dinginkan dalam es, alirkan belerang dioksida P hingga bobot bertambah 32,3 g sambil
dilindungi dari pengaruh kelembaban udara.
1 ml pereaksi Karl Fischer setara dengan ± 5 mg air.
Pereaksi Karl Fischer harus disimpan di lemari pendingin pada suhu antara 2°C dan 8°C, terlindung dari cahaya.
Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer. Hitung kesetaraan air dalam mg tiap ml pereaksi. Pereaksi Karl Fischer harus dibakukan sebelum digunakan.
Larutan baku air-metanol
• Encerkan 2 ml air dengan metanol secukupnya hingga 1.000 ml
• Titrasi 25 ml larutan dengan pereaksi Karl Fischer
• Hitung kadar air dalam mg tiap ml dengan rumus : VF/25
V : volume pereaksi Karl Fischer (ml)
F : faktor kesetaraan air
b. Metode Destilasi
b.1. Alat :
• 1 labu 500 ml dihubungkan denganpendingin balik dengan pertolongan alatpenampung.
• Tabung penerima 5 ml berskala 0,1 ml.
• Pemanas, sebaiknya pemanas listrik yangsuhunya dapat diatur atau tangas minyak.
• Bagian atas labu tabung sebaiknyadibungkus dengan asbes.
b.2. Pereaksi
• Toluen. Sejumlah Toluen P, kocok dengansedikit air, biarkan memisah, buang lapisanair suling.
b.3. Prosedur Kerja
1.Bersihkan semua alat yang dipakai lalu dikeringkan dalam lemari
pengering.
2.Masukkan ekstrak yang telah ditimbang seksama yang
mengandung 2-4 ml air ke dalam labu kering.
3.Jika ektrak berupa ekstrak kental, timbang dalam sehelai
lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu.
7.
Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima, gosok dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan basahi
dengan toluen hingga tetesan turun.
8.Setelh air dan toluen memisah sempurna, baca volume air. Hitung kadar
air dalam persen.
4.Masukkan ±200 ml toluen ke dalam labu. Hubungkan alat. Tuang toluen
melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.
5.
Setelah toluen mulai mendidih, suling dgn kecepata ±2 tetes per detik, hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan
hingga 4 tetes per detik.
6.
Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluen. Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima
pendingin hingga suhu kamar.
c. Metode Gravimetri
Masukkan ± 10 gram ekstrak dan timbangseksama dalam wadah yang telah ditara.Keringkan dalam suhu 105°C selama 5 jamdan ditimbang.
Lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.
PARAMETER KADAR ABU
PARAMETER KADAR ABU
Prinsip
Bahan dipanaskan pada tempertur dimana senyawaorganik dan turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik
(Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampaiterbentuknya ekstrak
(Depkes RI,2000)
PROSEDUR KERJA
1. Penetapan Kadar Abu
2. Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut DalamAsam
Penetapan Kadar Abu (1)
Masukkan ekstrak ke dalam krus silikat, ratakan
Gerus ekstrak, timbang saksama 2g – 3g ekstrak
Memijarkan dan menara krus silikat
Penetapan Kadar Abu (2)
Saring melalui kertas saring bebas abu
Jika arang tidak dapat dihilangkan, tambahkanair panas
Pijarkan perlahan hingga arang habis, dinginkan, timbang
Penetapan Kadar Abu (3)
Pijarkan hingga bobot tetap
Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan
Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalamkrus yang sama
Penetapan Kadar Abu (4)
Hitung kadar abu terhadap bahan yang dikeringkan di udara
Timbang
PerhitunganPenetapan Kadar Abu :
Penetapan Kadar Abu Yang TidakLarut dalam Asam (1)
Saring melalui krus kaca masir / kertas saring bebasabu
Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam krus
Didihkan abu yang diperoleh dari penetapan kadarabu dalam 25ml asam sulfat encer P selama 5 menit
Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larutdalam Asam (2)
Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asamterhadap bahan yang telah dikeringkan
Pijarkan hingga bobot tetap, timbang
Cuci dengan air panas
Perhitungan Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut dalam Asam :
PARAMETER SISA PELARUT
PARAMETER SISA PELARUT
PrinsipMenentukan kandungan sisa pelarut tertentu(yang memang ditambahkan) yang secara umumdengan kromatografi gas (Depkes RI, 2000)
TujuanMemberikan jaminan bahwa selama proses tidakmeninggalkan sisa pelarut yang memangseharusnya tidak boleh ada(Depkes RI, 2000)
PROSEDUR KERJA
1. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
2. Cara Kromatografi Gas- Cair
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(1)
• Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masingmonografi, lakukan penetapan dengan caradestilasi
• Untuk sebagian besar ekstrak cair dan tingtura
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(2)
• Destilat yang keruh dapat dijernihkan dengandengan pengocokan menggunakan talk P ataukalsium kabornat P, saring.
• Suhu filtrat diatur dan kandungan etanolditetapkan dari bobot jenis.
• Lakukan semua pekerjaan dengan hati-hatiuntuk mengurangi kehilangan etanol olehpenguapan
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(3)
Untuk mencegah buih dalam cairan selamadestilasi
– tambahkan asam kuat : asam fosfat P, asam sulfat P, atau asam tanat P
– penambahan larutan kalsium klorida P sedikit berebih, atau parafin P atau minyak silikon sebelum destilasi
Cegah gejolak selama destilasi denganpenambahan keping-keping berpori dari bahanyang tidak larut
Ex : silikon karbida P, atau manik-manik
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(4)
1
• Pipet tidak kurang dari 25ml cairan uji ke dalam alatdestilasi yang sesuai
2
• Catat destilasi hingga diperoleh destilat ± 2 ml lebihkecil dari volume cairan uji yang dipipet
3
• Atur suhu destilat hingga sama dengan suhu padawaktu pemipetan
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol30% atau kurang
4• Tambahkan air secukupnya hingga volume sama dengan
volume cairan uji
5• Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25C seperti yang
tertera pada Penetapan Bobot Jenis
6• Hitung presentase dalam volume dari etanol dalam cairan
menggunakan Tabel Bobot Jenis dan Kadar Etanol
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol 30% atau kurang
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(5)
1
• Pipet ± dua kali volume cairan uji ke dalam alatdestilasi yang sesuai
2
• Kumpulkan destilat hingga ± 2 ml lebih kecil daridua kali volume cairan uji yang dipipet
3• Atur suhu sama dengan cairan uji
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebihdari 30%
4
• Tambahkan air secukupnya hingga volume dua kali volume cairan uji yang dipipet, campur, dan tetapkan bobot jenis
5
• Kadar etanol dalam volume destilat, sama dengan setengahkadaar etanol dalamcairan uji etanol atau kurang
6
• Pipet 25ml cairan uji, masukkan ke dalam coorng pisah, tambahkan air volume sama
7
• Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25 heksana P dan kocok kocok untuk mengekstraksi zat mudahmenguap lain yang mengganggu
8• Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua
9• Ulangi ekstrak dua kali, tiap kali dengan 25ml heksana P.
Ekstraksi kumpulan larutan heksana P tiga kali
– tiap kali dengan 10 ml larutan jenuh natriumklorida P
Destilasi kumpulan larutan garam
– tampung destilat hingga sejumlah volume mendekati volume cairan uji semula
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanollebih dari 30%
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(6)
1
• Encerkan cairan uji dengan air hingga kadar etanol lebih kurang25%
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanollebih dari 50%
2
• Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25 heksana P dan kocok kocok untuk mengekstraksi zat mudahmenguap lain yang mengganggu
3• Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua
4• Ulangi ekstrak dua kali, tiap kali dengan 25ml heksana P.
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(7)
Jika hanya mengandung minyak atsiri dan hasil destilasikeruh
– perlakuan dengan pelarut heksana P seperti diatas tidakdilakukan, destilat dapat dijernihkan dan dapat digunakanuntuk penetapan bobot jenis dengan mengocok denganheksana P lebih kurang seperlima bagian volume atau denganpenyaringan melalui lapisan tipis talk
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanollebih dari 50%
Cara Kromatografi Gas-Cair
• Alat kromatografi gas dilengkapi dengan detektor ionisasinyala dan kolom kaca 1,8m X 4mm berisi fase diam S3 dengan ukuran partikel 100 mesh hingga 120 mesh
• Gunakan nitrogen P atau helium P sebagai gas pembawa
• Sebelum digunakan kondisikan kolom semalam pada suhu235 °C alirkan gas pembawa dengan laju aliran lambat
• Atur aliran gas pembawa dan suhu (lebih kurang 120 °C) sehingga baku internal asetonitril tereluasi dalam waktu 5 menit sampai 10 menit
• D= Faktor pengenceran larutan uji I• Ru= Perbandingan respons puncak etanol dan asetonitril
dalam larutan uji II• Rs= Perbandingan respons puncak etanol dan asetonitril
dalam larutan baku II
PARAMETER SISA PESTISIDA
PARAMETER SISA PESTISIDA
PrinsipMenentukan sisa kandungan pestisida yang mungkin sajapernah ditambahkan atau mengkontaminasi pada bahansimplisia pembuatan ekstrak (Depkes RI, 2000)
TujuanMemberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandungpestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya(toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
MetodeKLT dan kromatografi gas cair
Sisa Pestisida (1)
Jika kandungan kimia pengganggu analisis yang besifat non polar relatif kecil seperti pada ekstrakyang diperoleh dengan penyari air atau etanolberkadar kurang dari 20%
– menggunakan metode KLT secara langsung tanpamelalui tahap pembersihan lebih dahulu
– menggunakan kromatografi gas jika tidak terdapatkandungan kimia dengan unsur N (klorofil, alkaloid dan amina non polar lain)
Sisa Pestisida (2)
Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol berkadartinggi dan tidak mengandung senyawa nitrogen non polar
– menggunakan metode KLT atau kromatografi gas secaralangsung tanpa pembersihan
Jika tidak dapat dilakukan karena banyaknya kandungankimia pengganggu
– dilakukan pengujian sesuai metode baku.
Agar memudahkan penelusuran kembali jika adamasalah analisis
– Lakukan penomoran dan perincian terhadap analisisdisesuaikan dengan buku aslinya.
PARAMETER CEMARAN MIKROBA
Parameter Cemaran Mikroba
Prinsip
Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen secara analisis mikrobiologis ( Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandungmikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan karenaberpengaruh terhadap kestabilan ekstrak dan berbahaya(toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
Metode
ALT dan uji nilai duga terdekat (MPN) coliform.
ALT (Angka Lempeng Total) digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel. Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai.
Media yang digunakan :
- PCA (Plate Count Agar)
Pereaksi yang digunakan :
- PDF (Pepton Dilution Fluid)
- FCDSLP (Fluid Casein Digest Soy Lecihitin Polysorbate)
- Parafin cair (Minyak mineral)
- Tween 80 dan 20
Peralatan khusus :
- Stomacher (blender)
- Alat hitung koloni
Prosedur Kerja ALT
Buat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai dengan yang diperlukan.
Hasil homogenisasi dipipet pengencaran 10-1 sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang berisi pengenceran PDF pertama hingga
pengencaran 10-2, dikocok hingga homogen.
Siapkan 5 buah tabung atau lebih yang telah diisi dengan 9 ml pengenceran PDF.
Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji blangko (kontrol).
Tiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media PCA (45±1°C), cawan petri digoyang dan diputar hingga suspensi tersebar
merata.
Setiap pengencaran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan dibuat duplo.
Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 24-48 jam dengan posisi terbalik.
Satu cawan hanya diisi 1 ml pengenceran dan media agar, dan cawan yang lain diisi pengencer dan media.
Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) Coliform
Pengertian :
Pertumbuhan bakteri coliform setelah cuplikan diinokulasikan pada media cair yang sesuai, adanya reaksi fermentasi dan pembentukan gas di dalam tabung durham.
Pereaksi yang digunakan :
- PDF (Pepton Dilution Fluid)
- MCB (Mac Conkey Broth)
- BGLB (Brilliant Green Lactose Bile Broth
- EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
- VRBA (Violet Red Billie Agar)
- Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP)
Medium
- Trypton Broth
- Simmon’s Citrate Agar
- Nutrient Agar
Peralatan :
- Stomacher atau blender atau cawan mortir
- Pipet ukur
- Tabung durham
Prosedur Kerja
Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10ˉ6.
Hasil homogenisasi pada penyiapan dipipet 1 ml pengenceran 10ˉ1 ke dalam tabung PDF pertama diperoleh suspensi dengan
pengenceran 10ˉ2, dikocok sampai homogen.
Siapkan 5 tabung reaksi berisi 9 ml PDF.
Uji Prakiran
Setelah 24 jam dicatat dan diamati adanya gas yang terbentukdi dalam tiap tabung, kemudian inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam dan dicatat tabung-tabung yang menunjukkangas positif.
Tiap tabung dimasukkan 1 ml suspensi pengenceran, kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam.
Siapkan 3 tabung berisi 9 ml MCB yang dilengkapi tabungdurham.
Uji Konfirmasi
Jumlah tabung yang positif gas dicatat dan hasil pengamatan tersebutdirujuk ke tabel Nilai Duga Terdekat (NDT)/Minimal Presumtif Number
(MPN), angka yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah baktericoliform dalam tiap gram.
Seluruh tabung diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam, dilakukanpengamatan terhadap pembentukan gas.
Tabung yang menunjukkan uji prakiraan positif dipindahkan 1 sengkelitke dalam tabung berisi 10 ml BGLB yang telah dilengkapi tabung durham.
PARAMETER CEMARAN KAPANG, KHAMIR DAN AFLATOKSIN
PARAMETER CEMARAN KAPANG, KHAMIR DAN AFLATOKSIN
Prinsip
Menentukan adanya jamur secaramikrobiologis dan adanya aflatoksin denganKLT (Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidakmengandung cemaran jamur melebihi batasyang ditetapkan karena berpengaruh padastabilitas ekstrak dan aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
Uji Angka Kapang dan KhamirPengertian :• Pertumbuhan kapang dan khamir setelah
diinokulasikan pada media yang sesuai dandiinkubasikan pada suhu 20-25ºC.
Pereaksi/Media Khusus:Media- Potato Dextrose Agar (PDA)- Czapek Dox Agar (CDA) atau Malt Agar- Air suling Agar 0,05% (ASA)- Kloramfenikol 100 mg/liter media
Peralatan :
- Lemari aseptik
- Stomacher atau blender
- Pipet ukur mulut lebar
Prosedur Kerja
Dari maisng-masing pengenceran dipipet 0.5 ml, dituangkanpada permukaan PDA, segera digoyang sambil diputar agar
suspensi tersebar merata dan dibuat duplo
Dipipet 1 ml pengenceran 10-1ke dalam tabung ASA pertamahingga diperoleh pengenceran 10̄ ², dan dikocok sampaihomogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-4
Siapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9 ml ASA
Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur yang tumbuh, pengamatan terakhir pada inkubasi 7 hari.
Ke dalam cawan petri lainnya dituangkan media danpengencer,kemudian dibiarkan memadat. Seluruh cawan petri
diinkubasi pada suhu 20-25ºC selama 5-7 hari.
Untuk mengetahui sterilitas media dan pengenceran, dilakukan ujiblangko, ke dalam satu cawan petri dituangkan media dan
dibiarkan memadat.
Uji Cemaran AflatoksinPengertian :
Pemisahan isolat aflatoksin secara kromatografilapis tipis
Pereaksi :Media dan pengenceran Media Yeast Extract
Sucrose Broth (YES)
Peralatan :- Lemari aseptik- Lampu Ultra Violet- Mikropipet 10 ml
Prosedur Kerja
Ambil media biakan menggunakan pipet pasteur dandimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil atau vial.
Tabung diinokulasikan pada suhu 25ºC selama satu minggudalam posisi miring untuk mendapatkan permukaan yang luas.
Biakan diautoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit, biakandibiarkan sampai dingin.
Kultur Aspergillus flavus hasil isolat dan identifikasi dari ekstrakdiinokulasikan pada permukaan media YES.
Kromatografi Lapis Tipis• Lempeng : Silika gel (Lempeng pralapis)
Kiesel gel 60, Merck
• Baku Aflatoksin : – Merupakan campuran siap pakai terdiri dari 0,5 ug, Aflatoksin B1 ; 1,5
ug, Aflatoksin B2 ; 5,0 ug, Aflatoksin G1 ; 1,5 ug, Aflatoksin G2 dalamlarutan campuran benzene : acetonitril (98:2) (Sigma Chemical Company)
• Eluen :– Campuran kloroform : aseton : n-heksan (85:15:20)
• Jarak rambat : 10 cm
• Penampak bercak– Bercak berwarna biru atau hijau kebiruan setelah lempeng diletakkan
dibawah cahaya ultraviolet (366 nm), menandakan aflatoksin positif.
Temu Hitam
MMI Jilid II (1978)
CURCUMA AERUGINOSA Roxb.Zingiberaceae
• Kadar abu. Tidak lebih dari 6,1%
• Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari2,4%
• Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 19,6%
• Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 2,4%
• Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%
• Penetapan kadar. Lakukan penetapan kadar menurut cara yang tertera pada Penetapan kadar minyak atsiri
MMI Jilid II (1978)
TERIMA KASIH