paracetamol

45
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan,tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupunpasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karenadisamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebihterjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasioleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampaikepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya,memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya kompak danmudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-unsur aktifnya. Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Efek analgetik parasetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral maupun secara perifer. Secara sentral parasetamol bekerja pada hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Efek samping terjadi reaksi hipersensitivitas dan pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati (Wilmana, 1995). 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana menyusun preformulasi dalam tablet paracetamol ? 2. Bagaimana menentukan metode pembuatan tablet yang tepat dengan melihat sifat sifat paracetamol ? 3. Bagaimana melakukan evaluasi (QC) terhadap tablet paracetamol yang telah jadi?

Upload: isynaaa

Post on 28-Dec-2015

128 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paracetamol

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan,tablet

merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupunpasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karenadisamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebihterjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasioleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampaikepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relatif lebih murah harganya,memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya kompak danmudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur-unsur aktifnya. 

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas. Efek analgetik parasetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral maupun secara perifer. Secara sentral parasetamol bekerja pada hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Efek samping terjadi reaksi hipersensitivitas dan pada penggunaan kronis dapat terjadi kerusakan hati (Wilmana, 1995).

1.2Rumusan masalah

1. Bagaimana menyusun preformulasi dalam tablet paracetamol ?

2. Bagaimana menentukan metode pembuatan tablet yang tepat dengan melihat sifat sifat

paracetamol ?

3. Bagaimana melakukan evaluasi (QC) terhadap tablet paracetamol yang telah jadi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui praformulasi tablet

2 Mampu menentukan metode yang cocok untuk pembuatan tablet

3 Mampu melakukan evaluasi (QC) terhadap tablet

4 Memenuhi tugas Teknologi Farmasi dari Ibu Krisna, S.Farm. Apt., selaku dosen

Teknologi Farmasi

4.1 Manfaat

Meningkatkan pengetahuan tentang pengetahuan pembuatan tablet bagi penulis dan pembaca

Page 2: Paracetamol

BAB II

2.1 Definisi tablet

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau melalui mulut (Ansel, 1989).

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (menurut Farmakope Indonesia Edisi III)

2.2 Metode Pembuatan

1. Granulasi basah

Granulasi basah adalah cara pembuatan tablet dengan mencampurkan zat aktif dan

eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dengan

jumlah yang tepat sehingga diperoleh masa lembab yang dapat digranulasi.

a. Keuntungan :

1. Memperoleh aliran yang lebih baik

2. Meningkatkan kompresibilitas

3. Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai

4. Mencegah pemisahan komponen selama proses

5. Meningkatkan distribusi keseragaman kandungan

b. Kerugian :

1. Tahap pengerjaan lebih lama

2. Banyak tahapan validasi yang harus dilakukan

3. Biaya cukup tinggi

4. Zat aktif tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan metode ini.

c. Cara pembuatan :

Dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi dan zat penghancur sampai

homogen, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna.

Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40˚ -

Page 3: Paracetamol

50˚ C (tidak lebih dari 60˚ C ). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan

ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin / lubrikan dan dicetak menjadi tablet

dengan mesin tablet. Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat

disimpan lama dibanding cara granulasi kering.

2. Granulasi kering

Granulasi kering adalah proses pembuatan tablrt dengan cara mencampurkan zat

aktif dan bahan dalam keadaan kering, untuk kemudian dikempa, lalu dihancurkan menjadi

partikel yang lebih besar, lalu dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang memenuhi

persyaratan. Prinsipnya membuat granul yang baik dengan cara mekanis, tanpa pengikat dan

pelarut.

Metode ini boleh digunakan apabila :

1. Zat aktif memiliki sifat aliran yang buruk (tidak amorf)

2. Zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab

3. Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi

a. Keuntungan :

1. Peralatan lebih sedikit dibanding granulasi basah

2. Cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan panas dan lembab

3. Tahap pengerjaan tidak terlalu lama

4. Biaya lebih efisien dibanding granulasi basah

5. Mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh karena tidak menggunakan pengikat

b. Kerugian :

1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk slug

2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna dengan seragam

3. Peroses banyak menghasilkan debu sehingga rentan terhadap kontaminasi silang

4. menghasilkan tablet yang kurang tahan lama dibanding dengan cara granulasi basah.

Misalnya antibiotik, acetosal

c. Cara pembuatan :

Dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi dan zat penghancur, bila

perlu ditambahkan zat pengikat, zat pelicin menjadi massa serbuk yang homogen, lalu

dikempa cetak pada tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slugging) yang tidak

berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran

partikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang diinginkan.

Page 4: Paracetamol

3. Cetak langsung

Cetak langsung adalah proses pembuatan tablet dengan cara pengempaan zat aktif

dan bahan tambahan secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini

digunakan apabila sifat alirannya baik, dosis kecil, rentang dosis terapi zat tidak sempit, zat

aktif tidak tahan pemanasan dan lembab. Beberapa zat seperti NaCl, NaBr, dan KCl dapat

langsung dikempa tetapi sebagian besar zat tidak dapat langsung dikempa, umumnya pengisi

yang digunakan avicel.

a. Keuntungan :

1. Lebih ekonomis

2. Lebih singkat prosesnya

3. Dapat diterapkan pada zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab

4. Waktu hancur dan disolusi lebih baik karena tidak pakai pengikat

b. Kerugian :

1. Kurang seragamnya kandungan zat aktif karena kerapatan bulk antar zat aktif dan

pengisi berbeda

2. Zat aktif dengan dosis besar tidak mudah untuk dikempa langsung

3. Sulit memilih eksipien karena harus memiliki sifat mudah mengalir, memiliki

kompresibilitas, kohesifitas, dan adhesifitas yang baik

Bahan pengisi untuk cetak langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa

mikrokristal, laktosa anhidrat,laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan

beberapa pati termodifikasi. Misalnya tablet hexamin, tablet NaCl, tablet KmnO4.

2.3 Definisi Paracetamol

Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono 2002). Parasetamol adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Wilmana, 1995). Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung (Sartono,1993). Hal ini disebabkan Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri

Page 5: Paracetamol

ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain (Katzung, 2011). Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan

asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol. Diantara ketiga obat tersebut, Parasetamol mempunyai efek samping yang paling ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya digunakan Parasetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter. Dari penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahawa kombinasi Asetosal dengan Parasetamol bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri. (Sartono 1996)

2.4 Tinjauan Farmakologi

2.4.1 Indikasi

Paracetamol umunya digunakan sebagai analgesik dan antipiretik.Umumnya di anggap sebagai anti nyeri yang paling aman untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sebagai analgesik, paracetamol bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang rasa sakit. Sebagai antipierik, paracetamol bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus (Tjay dkk,2008)

2.4.2 Farmakokinetik

Paracetamol di absorpsi melalui GIT dengan konsentrasi puncak plasma mencapai sekitar 10-60 menit dengan rute per oral. Pada penggunaan per oral parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parasetamol dimetabolisme dalam hati dan diekskresi melalui urine sebagai glukoronide dan sulfat konjugasi. Kurang dari 5% diekskresi sebagai parasetamol. Eliminasi terjadi kira-kira 1-4 jam. Ikatan protein plasma dapat diabaikan pada konsentrasi normal tetapi dapat meningkat dengan peningkatan konsentrasi (Reynolds, 1989).

2.4.3 Farmakodinamik

Efek analgesik paracetamol serupa dengan salisilat yaitumenghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Paracetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang di duga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek antiinflamasinya sangat rendah, oleh karena itu paracetamol tidak di gunakan sebagai anti reumatik. Paracetamol merupakan penghambat biosintesis prostagladin yang lemah. Efek iritasi erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asa, basa (Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Hal:238)

2.4.5 Efek Samping

Efek samping jarang terjadi lewat dosis sedang seperti mual, muntah, nyeri perut, menggigil. Dosis lebih berkepanjangan dapat mengakibatkan neutropenia, leukopenia, trombositopenia, pensilopenia, agranulositosis, reaksi hipersensitivitas, udem laring, lesi mukosa, eritemia atau ruam, udem angioneurotik dan demam. Reaksi hipersensitivitas meliputi gejala

Page 6: Paracetamol

urtikaria, disponoea, dan hipotensi, hal ini dapat terjadi setelah penggunaan parasetamol baik pada dewasa maupun anak-anak. Juga dilaporkan terdapat angioedema (Sweetman, 2002).

2.4.6 Interaksi obat

Obat Efek analgetis parasetamol diperkuat oleh kodein dan kafein. Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia tetapi pada dosis biasa tidak interaktif . Masa paruh kloramfenikol dapat sangat diperpanjang. Kombinasi dengan obat AIDS zidovudin meningkatkan resiko akan neutropenia (Tjay dkk., 2008). Pemberian bersama-sama diflusinal mengakibatkan kenaikan konsentrasi plasma. Resin penukar anion : kolesteramin menurunkan absorbsi parasetamol. Penggunaan antikoagulan dan parasetamol dalam jangka waktu yang lama

mungkin meningkatkan konsentrasi warfarin. Metoclopramide dan domperidon metoclopramis mempercepat absorbsi parasetamol (meningkatkan efek) (Anonim c, 2005).

2.4.7 Dosis

Pemakaian

Page 7: Paracetamol

BAB III

3.1 Tinjauan Bahan Aktif

Isi:

-      Nama obat jadi               - Nomor Batch

-      Bobot netto                    - Tanggal Kadaluarsa

-      Komposisi obat              - Nomor Registrasi

-      Nama pabrik                 - Cara Penyimpanan

-      Indikasi                          - bentuk sediaan

-      Kontra indikasi              - logo golongan obat

-      Dosis                              - Peringatan

-      Aturan pakai

Kemasan Sekunder     :  kotak kardus dengan tulisan nama obat jadi, bobot netto,

bentuk sediaan, komposisi obat, dosis, nama pabrik, indikasi,

kontra indikasi, efek samping, aturan pakai, no. Registrasi,

no. Batch, tanggal kadaluarsa, cara penyimpanan, logo

golongan obat.

Rancangan Brosur :

Isi:            

-    Komposisi                         - logo golongan obat

-     Dosis                                 - netto

-     Nama obat jadi                 - cara kerja obat

-     Farmakologi                      - bentuk sediaan

-     Indikasi                             - aturan pakai

-     Kontraindikasi                  - interaksi obat

Page 8: Paracetamol

-     efek samping                     - penyimpanan

-     peringatan dan perhatian  - kemasan

-     no. Registrasi                    - no. batch

-     nama pabrik

3.2 Tinjauan Bahan Tambahan

3.2.1 Bahan Pengisi

Pengisi adalah zat yang ditambahkan untuk menyesuaikan bobot dan ukuran tablet jika

dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat massa tablet, memperbaiki daya kohesi

sehingga tablet dapat dikempa dengan baik, serta mengatasi masalah kelembaban yang

mempengaruhi kestabilan zat aktif. Jumlah bahan pengisi yang dibutuhkan bervariasi,

berkisar 5-80 % dai bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet yang

diinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat tablet (campuran massa yang akan

ditablet) secara keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan pengisi.

Massa yang dibutuhkan dalam tablet adalah 0,1-0,8 g, sehingga memungkinkan untuk

dicetak. Pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan. Bhan

pengisi juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa

langsung atau untuk memicu aliran. Yang umum digunakan adalah pati dan laktosa

(Voight, 1995 : 202)

1. Avicel (HPE 5th hal 132-135

Sinonim : Mikrokristalin Selulosa

Rumus Kimia : (C6H10O5)n dimana n 220

Pemerian : Serbuk kristalin; putih; tidak berbau; tidak berasa; tersusun atas partikel-

partikel berpori; higroskopis

Fungsi : Pengisi tablet (konsentrasi 20-90% b/b); penghancur tablet (konsentrasi 5-

15% b/b); adsorben (20-90%). Dapat digunakan untuk metode kempa

langsung maupun granulasi basah.

Kelarutan : Sukar larut dalam larutan NaOH 5% b/v; praktis tidak larut dalam air, asam

encer dan sebagian besar pelarut organik

Page 9: Paracetamol

Stabilitas : Avicel stabil, meskipun higroskopis. Harus disimpan dalam wadah tertutup

baik pada tempat sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi kuat

Tabel Macam-macam bahan pengisi tablet

Tidak larut Larut

Kalsium sulfat Laktosa

Kalsium fosfat Sukrosa

Kalsium karbonat Dektrosa

Amilum Mannitol

Modifikasi amilum Sorbitol

Mikrokritalin selulosa

4. Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut filler-binders.

Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus memiliki kemampuan

meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa tablet. Filler-binders digunakan

dalam kempa langsung.

3.2.2 Pengikat tablet

Pengikat atau perekat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering dan bentuk larutan (lebih efektif). Beberapa senyawa yang dapat digunakan sebagai pengikat atau perekat antara lain : polimer alam, contohnya amilum, gom (akasia, tragakan), sorbitol, glukosa, gelatin dan natrium alginat; polimer sintetik, contohnya derivat selulosa seperti metil selulosa, karboksil metil selulosa (CMC), etil selulosa (Ethocel) poli metakrilat, polivinil pirolidon (PVP). Salah satu bahan pengikat yang sering digunakan adalah jenis pati dengan konsentrasi 5%-20%. (Voight, 1995 : 174). Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam bentuk larutan (dibuat solution, muchilago atau suspensi), namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan digranul baru ditambahkan pelarut.

1. Starch 1500 (HPE 5th hal 731-733)

Sinonim : Pregelatinized Starch

Rumus Kimia : (C9H10O5)n, n = 300-1000

Page 10: Paracetamol

Pemerian : Serbuk agak kasar sampai halus; serbuk berwarna putih sampai agak

putih; tidak berbau; memiliki rasa lemah yang khas; higroskopis

Fungsi : Pengisi tablet (5-75%); pengikat tablet (untuk kempa langsung 5-20%

atau untuk granulasi basah 5-10%) ; penghancur tablet (5-10%)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik; sedikit larut atau larut dalam

air dingin, tergantung derajat pregelatinisasi

Stabilitas : Stabil tapi higroskopis. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada

tempat sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : -

2. Gelatin (HPE 5th hal 295-298)

Pemerian : Lembaran dan granul tembus cahaya atau serbuk; seperti kaca; rapuh;

warna gading muda sampai kuning pucat ; tidak berbau; tidak berasa

Fungsi : Pengikat tablet; bahan pelapis (coating agent)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, eter dan

metanol; Larut dalam gliserin, asam dan basa, meskipun asam dan basa

kuat dapat menyebabkan pengendapan. Dalam air, gelatin

mengembang dan melunak. Larut dalam air panas membentuk gel

setelah didinginkan mencapai suhu 35-40 oC. Pada suhu > 40 oC

berbentuk sol. system gel-sol ini bersifat heat reversible.

Stabilitas : Gelatin kering stabil di udara. Larutan gelatin sabil untuk waktu lama

jika disimpan pada kondisi sejuk dan steril. Pada suhu diatas 50 oC,

larutan gelatin mengalami depolimerisasi dan dapat terjadi penurunan

kekuatan gel. Harus disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat

kering dan sejuk.

Inkompabilitas : Bereaksi dengan asam dan basa, aldehid dan gula aldehid, polimer anionik

dan kationik, elektrolit, ion logam, plasticizer, pengawet dan surfaktan.

Page 11: Paracetamol

Mengendap dengan adanya alkohol, kloroform, eter, garam merkuri

dan asam tanat

3.2.3 Glidant

1. Talk (HPE, 5th,767)

Pemakaian          : Digunakan di dalam formulasi tablet sebagai glidan dengan konsentrasi

1-10%.

Kelarutan           : praktis tidak larut dalam dilute acids and alkalis, pelarut organik dan air

pH                        : 6,5 -10 untuk dispersi 20% b/v

Stabilitas dan Penyimpanan : Stabil, dapat disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160°C

tidak lebih dari sejam, juga dapat disterilkan dengan otilen oksida atau

penyinaran gamma.

OTT                      : Senyawa ammonium kuatener

2. Starch (HPE, 5th,725)

Pemakaian : 5-10 %, merupakan glidan yang paling umum digunakan. Pemakaiannya

disesuaikan dengan jenis starch, tekanan pengempaan, dan kandungan

air massa cetak

Kelarutan       : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan dalam air dingin

pH                   : 5,5-6,5 pada 25°C (2% w/v aqueous dispersion of corn starch)

Stabilitas dan Penyimpanan : Penyimpanan di tempat yang sejuk, kering, dan dalam

wadah kedap udara.

OTT : -

Keamanan          : Starch merupakan senyawa makanan yang dapat dimakan yang dikenal

secara luas keamanannya.

Page 12: Paracetamol

Perhatian khusus : Simpan dalam tempat yang bersih, kering, dan ruang berventilasi baik.

Sebelum digunakan, harus dikeringkan pada suhu 80-90 °C untuk

menghilangkan air yang terabsorpsi.

3.3.4 Disintegran

Fungsinya untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan pencernaan. Bahan ini dapat menarik air ke dalam tablet, mengembang, dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-bagian. Bahan ini sangat menentukan kelarutan obat selanjutnya sehingga dapat tercapai bioavailabilitas yang diharapkan. (Lachman, 1994 : 702). Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti amylum glikoat, senyawa selulosa, dan bahan-bahan lain yang memperbesar atau mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan tablet setelah masuk ke dalam saluran pencernaan. Amilum digunakan dengan konsentrasi 5% umumnya cocok untuk membantu penghancuran. (Ansel, 1989 : 263)

1. Starch 1500 (HPE 5th hal 731-733)

Sinonim : Pregelatinized Starch

Rumus Kimia : (C9H10O5)n, n = 300-1000

Pemerian : Serbuk agak kasar sampai halus; serbuk berwarna putih sampai agak

putih; tidak berbau; memiliki rasa lemah yang khas; higroskopis

Fungsi           : Pengisi tablet (5-75%); pengikat tablet (untuk kempa langsung 5-20%

atau untuk granulasi basah 5-10%) ; penghancur tablet (5-10%)

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik; sedikit larut atau larut dalam

air dingin, tergantung derajat pregelatinisasi

Stabilitas : Stabil tapi higroskopis. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada

tempat sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : -

Sodium starch glycolate (primogel, explotab) (HPE, 5th,701)

Merupakan serbuk dengan aliran yang baik yang digunakan sebagai penghancur

pada pembuatan tablet dengan metode kempa langsung atau granulasi basah. Meskipun

keefektifan kebanyakan penghancur dipengaruhi oleh eksipien hidrofobik seperti lubrikan,

Page 13: Paracetamol

tetapi tidak berlaku untuk keefektifan primogel. Meningkatnya tekanan kompresi tablet juga

tidak mempengaruhi waktu hancur.

(HOE h.581)

Pemerian : serbuk yang memiliki laju alir baik, putih sampai agak putih, tidah

berbau dan tidak berasa.

Pemakaian : Konsentrasi yang biasa digunakan di dalam formulasi tablet adalah

antara 2-8% dengan konsentrasi optimum 4%., walaupun dalam banyak

kasus, 2% sudah cukup.

Kelarutan : Larut sebagian di dalam etanol (95%), praktis tidak larut air.

pH                   : 3-5 atau 5,5-7,5 untuk larutan dispersi 3,3%

Stabilitas dan Penyimpanan : Stabil, disimpan di wadah yang tertutup baik terhindar

cahaya

OTT      : asam askorbat

2. Metil selulosa (HPE, 5th,462)

Merupakan polimer selulosa rantai panjang yang rata-rata memiliki dua gugus

hidroksi pada setiap unit heksosa yang termetilasi. Variasi bahan di pasaran berbeda dalam

tingkat substitusi dan panjang rantai selulosanya. Metilselulosa dengan viskositas besar biasa

digunakan dalam formulasi tablet sebagai penghancur.

Pemakaian : Sebagai disintegran digunakan 2-10%

Kelarutan : Larut dalam air dingin tetapi tidak larut dalam air panas. Tidak larut

dalam eter, alkohol, kloroform, dan larutan jenuh garam. Larut dalam

asam asetat glasial dan dalam campuran alkohol dan kloroform dengan

perbandingan sama.

pH           : 5,5-8 untuk suspensi 1% b/v.

Stabilitas dan Penyimpanan : Serbuk metilselulosa stabil walaupun sedikit higroskopis.

Disimpan di tempat kering dengan wadah trtutup baik.

Page 14: Paracetamol

OTT : aminakrine hidroklorida, kolesterol, merkuri klorida, merkuri klorida,

fenol, resorsinol, asam tanat, dan perak nitrat. (OTT ditunjukkan oleh

kekeruhan dan hilangnya viskositas).

3. CMC-Na (HPE, 5th,120)

Kelarutan : praktis tidak larut di dalam aseton, etanol, eter, dan toluene. Mudah

terdispersi di dalam air membentuk larutan koloid.

pKa : 4,3, larutan 1% dalam air mempunyai pH 6-8,5. Stabil pada rentang pH

5-10. viskositas musilago CMC Na menurun drastis pada pH di bawah 5

atau pH di atas 10.

Stabilitas dan Penyimpanan : Pada kondisi kelembaban tinggi, CMC-Na dapat menyerap

sejumlah air. Pada sediaan tablet hal tersebut berkaitan dengan

penurunan kekerasan tablet dan peningkatan waktu hancur.

OTT : Larutan asam kuat, garam besi terlarut dan logam lain seperti aluminium,

raksa, dan seng, juga dengan xantan gum. Pengendapan dapat terjadi

pada pH di bawah 2 dan ketika dicampurkan dengan etanol (95%).

4. Avicel (HPE, 5th,134)

Avicel yang digunakan merupakan avicel yang tidak terdispersi di dalam air, dapat

digunakan sebagai pengikat, pengisi, penghancur, dan pelincir pada sediaan tablet.

Avicel jika dikombinasi dengan starch lebih efektif daya disintegrasinya

Kekurangan avicel adalah kecenderungannya untuk membentuk muatan listrik dan

meningkatkan kandungan lembab, terkadang menyebabkan pemisahan pada saat

granulasi. Hal ini dapat diatasi dengan mengeringkan avicel untuk menghilangkan

lembab.

Pada saat digranulasi basah, dikeringkan, kemudian dikompres, tablet yang terbentuk

tidak hancur secepat saat tidak terbasahi.(Lachman Tablet, 175)

Pemakaian : Sebagai penghancur tablet digunakan 5-15%

Kelarutan : Tidak larut dalam air, pelarut asam dan pelarut organik lainnya, agak

sukar larut dalam NaOH (1:20).

pH stabilitas : 5,5 – 7

Page 15: Paracetamol

Stabilitas dan Penyimpanan : stabil, higroskopis, simpan dalam wadah tertutup rapat.

OTT : senyawa oksidator kuat, zat sensitif lembab (c/ aspirin, penisilin,

vitamin), kecuali avicel dikeringkan sampai kandungan lembabnya

kurang dari 1 % dan diperlakukan di ruangan kelembaban rendah. HCl,

HgCl, AgNO3, fenol, asam tanat.

3.3.5 Lubrikan

· Lubrikan Murni

Lubrikam murni adalah zat yang digunakan untuk mengurangi gesekan antara

granul dengan dinding cetakan selama pengempaan dan pengeluaran tablet.

Lubrikan dapat bekerja dengan dua mekanisme, yaitu fluid lubrication dan

boundary lubrication. Fluid lubrication bekerja dengan memisahkan kedua

permukaan granul dan dinding. Sedangkan boundary lubrication bekerja karena

adanya penempelan dari bagian molekular yang mempunyai rantai karbon panjang.

Berdasarkan kelarutannya dalam air, lubrikan dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

- Lubrikan larut air

Lubrikan ini umumnya hanya digunakan jika tablet harus sangat larut air

(misalnya tablet effervesen) dan tergantung dari karakter disolusi yang

diinginkan. Beberapa contoh senyawa yang dapat digolongkan sebagai

lubrikan larut air antara lain : natrium benzoat, natrium asetat, natrium klorida,

natrium oleat, natrium lauril sulfat, magnesium lauril sulfat, asam borat,

Karbowax 4000, Karbowax 6000, polietilenglikol.

- Lubrikan tidak larut air

Lubrikan ini lebih efektif daripada yang larut air dan digunakan pada

konsentrasi yang lebih rrendah. Beberapa contoh senyawa yang dapat

digolongkan sebagai lubrikan tidak larut air antara lain : magnesium stearat,

kalsium stearat, natrium stearat, asam stearat, talk.

Pertimbangan pemilihan lubrikan tergantung pada cara pemakaian, tipe tablet,

sifat disintegrasi dan disolusi yang diinginkan, sifat fisika-kimia serbuk atau granul

dan biaya.

Water Soluble Lubricant Water Insoluble Lubricant

Page 16: Paracetamol

Jenis Kadar (%) Jenis Kadar (%)

Asam borat 1 Logam (Mg, Ca, Na)

stearat

¼-2

Sodium klorida 5 Asam stearat ¼-2

DL-leusin 1-5 Sterotex ¼-2

Carbowax 4000/6000 1-5 Talk 1-5

Sodium oleat 5 Waxes 1-5

Sodium benzoat 5 Stearowet 1-5

Sodium asetat 5 Gliseril behapate

(Compritol888);

dapat pula sebagai

pengikat;

dikombinasi dengan

Mg-stearat untuk

mengurangi

resiko sticking dan

caping.

Sodium lauril sulfat 1-5

Mg-lauril sulfat 1-2

Sodium

benzoat+sodiumasetat

1-5

(Lachman Tablets, 113-114)

1. Asam Stearat (HPE, 5th,731)

Page 17: Paracetamol

Pemakaian : Digunakan di dalam formulasi sediaan tablet sebagai lubrikan pada

konsentrasi 1-3%

Kelarutan            : sangat larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform dan eter, larut

dalam etanol, heksana, dan propilenglikol, dan praktis tidak larut air.

Stabilitas dan Penyimpanan : Stabil, simpan di wadah yang kering dan tertutup rapat

OTT              : Logam hidroksida dan senyawa oksidator. Asam stearat dilaporkan

dapat menyebabkan pitting pada tablet salut film.

Sebagai bahan pelincir yang sangat menonjol adalah talk karena dapat

sekaligus memenuhi ketiga fungsi yaitu sebagai pelincir, anti lengket dan pelicin.

Pada umumnya talk ditambahkan sebanyak 2% ke dalam granulat siap pakai.

(Voight, 1995 : 205).

3.3.6 Anti Adherant

Antiadheren adalah zat yang digunakan untuk mencegah menempelnya

massa tablet pada punch dan untuk mengurangi penempelan pada dinding cetakan.

Bahan ini sangat diperlukan untuk zat-zat yang mudah menempel, seperti vitamin

E. Talk, magnesium stearat dan amilum jagung merupakan material yang memiliki

sifat antiadheren yang sangat baik.

Tabel Antiadheren yang biasa digunakan

Jenis Antiadheren Konsentrasi (%b/b)

Talk 1-5

Magnesium stearat < 1

Amilum jagung 3-10

Colloidal silica 0,1-0,5

DL-Leucine 3-10

Natrium lauril sulfat < 1

Page 18: Paracetamol

1. Cab-O-Sil (HPE, 5th,188)

Pemakaian    : Sebagai antiadheren dipakai dengan konsentrasi 0,1-0,5 %

Kelarutan       : praktis tidak larut dalam pelarut organik, air, dan asam kecuali asam

hidroflorat, larut dalam larutan alkali hidroksida panas. Membentuk

dispersi koloid dengan air.

pH                  : 3,5-4,4 (4% w/v aqueous dispersion)

Stabilitas dan Penyimpanan : Higroskopis. Penyimpanan di tempat yang sejuk dan kering

OTT   : Dietilstilbestrol

2. Sodium Lauril Sulfat (HPE, 5th,687)

Pemakaian       : Sebagai antiadheren tablet konsentrasi yang digunakan <1%

Kelarutan     : Larut dalam air, (giving an opalescent solution), praktis tidak larut

kloroform dan eter.

pH               : 7-9,5 dalam larutan 1% b/v

Stabilitas dan Penyimpanan : Stabil dalam kondisi normal. Larutan dengan pH di bawah

2,5 dapat memicu hidrolisis menghasilkan lauril alkohol

dan sodium bisulfat. Simpan di wadah yang kering dan

tertutup baik.

OTT : Surfaktan kationik

3. Talk (HPE, 5th,767)

Pemakaian           : Digunakan di dalam formulasi tablet sebagai antiadheren dengan

konsentrasi 1-10%.

Kelarutan       : praktis tidak larut dalam dilute acids and alkalis, pelarut organik dan air

pH                     : 6,5 -10 untuk dispersi 20% b/v

Stabilitas dan Penyimpanan : Stabil, dapat disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160°C

tidak lebih dari sejam, juga dapat disterilkan dengan otilen

oksida atau penyinaran gamma.

OTT : Senyawa ammonium kuatener

Page 19: Paracetamol

4. Starch (HPE, 5th,725)

Pemakaian : 3-10 %, merupakan antiadheren yang paling umum digunakan.

Pemakaiannya disesuaikan dengan jenis starch, tekanan pengempaan,

dan kandungan air massa cetak

Kelarutan     : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan dalam air dingin

pH                  : 5,5-6,5 pada 25°C (2% w/v aqueous dispersion of corn starch)

Stabilitas dan Penyimpanan : Penyimpanan di tempat yang sejuk, kering, dan dalam

wadah kedap udara.

OTT : -

Perhatian khusus : Simpan dalam tempat yang bersih, kering, dan ruang berventilasi baik.

Sebelum digunakan, harus dikeringkan pada suhu 80-90 °C untuk

menghilangkan air yang terabsorpsi.

3.3 Pertimbangan Pemilihan Formulasi

.

Page 20: Paracetamol

BAB IV

FORMULASI & PEMBUATAN

4.1 Penyusunan formula

4.1.1 Formula 1

Digunakan supertab alasannya karena memberikan banyak keuntungan karena selain sebagai pengisi pada granulasi basah dan cetak langsung dapat berfungsi sebagai sebagai self-lubrikan dan mampu memberikan daya integrasi yang lebih tinggi sehingga memungkinkan produksi skala besar dengan metode kempa langsung. Pemilihan super tab mampu memberikan daya sdhesi pada massa serbuk pada tablet kempa serta menamabah daya kohesi sebagai bahan pengisi.

Pemilihan Talcum dalam formulasi digunakan sebagai glidan. Karena talcum memiliki ukuran pratikel yang kecil dengan luas permukaan spesifik yang besar memberi keuntungan karekteristik sifat alir baik dari serbuk kering untuk di cetak langsung

Pemilihan asam stearat sebagai lubrikant untuk mempercepatliran bahan dlm corong ke dalam rongga cetakan sehingga mengurangi gesekan selama pengempaan tablet. Dan berguna untuk mencegah melekatanya massa tablet pd punch dan cetakan. Penambah lubrikant yang berlebihan akan menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet.

Pemilahan starch sebagai disintegran banyak digunakan di dalam formulasi sediaan tablet oral, merupakan bahan nontoksik dan noniritasi. Merupakan disintegran yang baik dan ditambahkan dalam campuran kering (dalam fasa dalam dan atau fasa luar pada metoda granulasi kering atau kempa langsung, atau dalam fasa luar pada metoda granulasi basah

No. Nama Bahan

Fungsi % rentang pemakaia

n

% yang dibuat

Jumlah tiap

tablet

Jumlah 1000 tablet

1. Bahan aktif 50 % 50 mg 50 g

2. Bahan Pengisi 30-80% qs(36%) 36 mg 36 g

3. - Lubrikan 1 – 3 % 2 % 2 mg 2 g

4. Glidant

Antiadheran

1-10%

2-10%

5% 5 mg 5 g

5. Disintegran 5-15% 7% 7 mg 7 g

Page 21: Paracetamol

4.1.2 Cara Pembuatan formula 1

4.2.1 Formula 2

IPCALAT

Super Tab, Talcum, Starch 1500, Asam Stearat

No.

Nama Bahan

Fungsi % rentang pemakaian

% yang

dibuat

Jumlah tiap

tablet

Jumlah 1000 tablet

1. Asam askorbat

Bahan aktif 50 % 50 mg 50 g

2. Starch 1500

Disintegran 5-15% 8 % 8 mg 8 g

3. Mg stearat Lubrikan 0,25-5%. 2 % 2 mg 2 g

4. Talc Glidant 1-10% 5% 5 mg 5 g

5. Avicel PH 102

Pengisi 20-90% 35 % 35 mg 35 g

Page 22: Paracetamol

4.2.3 Cara Pembuat

an

4.3.1 Formula 3

4.3.2

Starch 1500, Magnesium Stearat, Talc, Avicel PH 102

No.

Nama Bahan

Fungsi % rentang pemakaian

% yang

dibuat

Jumlah tiap

tablet

Jumlah 1000 tablet

1. Asam askorbat

Bahan aktif 50 mg 50 g

2. Manitol Pengisi 10-90% 41,5 %

41,5 mg 41,5 g

3. Sodium lauril sulfat

- Lubrikan

- anti adherant

1-2%

< 1

2 % 2 mg 2 g

4. Talc Glidant 1-10% 6% 6 mg 6 g

5. Orange Flavour

Flavouring agent 0,5 % 0.5mg 0.5 g

Page 23: Paracetamol

BAB V

Manitol, Sodium Lauril Sulfat, Talc, Orange Flavour

Page 24: Paracetamol

RANCANGAN EVALUASI TABLET

5.1 Keseragaman Ukuran (FI III hal.6)

a. Cara Evaluasi :

Diambil 10 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya satu per satu

menggunakan jangka sorong, kemudian dihitung rata-ratanya. Adapun

ketelitian jangka sorong adalah 0,05 mm. Penulisan hasil tiga angka di

belakang koma dengan satuan cm (centimeter).

b. Persyaratan :

Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 13

kali tebal

tablet.

c. Cara Menghitung :

diameter = lebar tablet + tebal tablet

d. Alat : jangka sorong

5.2 Keseragaman Bobot (FI III hal.7)

a. Cara Evaluasi :

Mengambil 20 tablet, ditimbang satu per satu dengan timbangan analitik.

Kemudian menghitung bobot rata-rata tiap tablet.

b. Persyaratan :

Saat ditimbang tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan

kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari

harga yang ditetapkan kolom B.

Bobot rata-rataPenyimpangan bobot rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang

26 mg – 150 mg

151 mg – 300 mg

Lebih dari 300 mg

15 %

10%

7,5%

5%

30%

20%

15%

10%

c. Cara Menghitung : Bobot A−Bobot Rata−rata

Bobot Rata−rata x 100%

Page 25: Paracetamol

d. Pengambilan Kesimpulan :

5.3 Uji Kerapuhan (FI IV hal.)

a. Cara Evaluasi :

Mengambil 20 tablet, ditimbang 20 tablet sekaligus. Masukkan ke dalam

Friabilator 20 tablet sebelah kanan dan 20 tablet sebelah kiri. Kemudian diputar

dengan kecepatan 25 rpm dalam waktu . Setelah itu tablet dikeluarkan lalu

dibersihkan dan ditimbang lagi.

b. Persyaratan :

Untuk tablet konvensional adalah kurang dari 0,5-1%

Selisihnya tidak ≤ 80%

c. Cara Menghitung : bobot tablet akhirbobot tablet awal

x 100%

d. Alat : Friabilator

e.

5.4 Uji Kekerasan (FI IV hal.)

a. Cara Evaluasi :

Mengambil 20 tablet, lalu diletakkan pada tempat diantara dua baja yang

bergerak. Jalankan alat, amati angka yang tertera pada alat. Apabila tablet telah

pecah, maka angka pada alat akan berhenti. Angka yang tertera dalam satuan

Newton. Persyaratan kekerasan untuk tablet konvensional adalah 4-8 kg,

sedangkan untuk tablet hisap > 10 kg.

b. Persyaratan :

untuk tablet konvensional 4 – 8 kg

untuk tablet hisap > 10 kg

c. Cara Menghitung : -

d. Alat : Hardness Tester.

5.5 Uji Waktu Hancur (FI III hal.7)

a. Cara Evaluasi :

Masukkan 5 tablet ke dalam tabung keranjang, diturun-naikkan keranjang

secara teratur sebanyak 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak

ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari

Page 26: Paracetamol

zat penyalut. Jika tablet tidak memenuhi persyaratan maka diulangi

menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun.

b. Persyaratan :

Untuk tablet tanpa selaput dibutuhkan waktu 15 menit

Untuk tablet dengan selaput dibutuhkan waktu 30-60 menit

c. Cara Menghitung :

dengan stopwatch

d. Alat : disintegrator

5.6 Uji Keseragaman kandungan

a. Cara Evaluasi :

Mengambil ± 30 tablet. Dari 30 tablet tersebut, tetapkan kadar 10 tablet satu

per satu sesuai dengan cara yang tertera pada penetapan kadar dalam

monografi, kecuali dinyatakan lain

b. Persyaratan :

Tidak lebih dari 1 tablet dari 30 tablet ada di luar 85.0% atau 115.0%

Tidak ada 1 tabletpun yang di luar rentang 75.0% atau 125.0%

Simpangan Baku Relatif tidak lebih besar dari 7.8%

c. Cara Menghitung : Simpangan baku relatif = simpanganbaku

rata−rata x 100%

5.7 Uji Disolusi

Masukkan sejumlah volume media disolusi sesuai monografi, alat dipasang

dan biarkan media hingga mencapai suhu 37O - 0,50O C. Masukkan 1 tablet kedalam

alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan, dan jalankan alat pada laju

kecepatan seperti yang tercantum pada monografi.

Dalam interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah

pertengahan antara media disolusi dan bagian atas keranjang atau dayung, tidak

kurang dari 1 cm dari dinding wadah. Lakukan penetapan kadar sesuai monografi.

Page 27: Paracetamol

PENUTUP

Kesimpulan

Pada praformulasi hingga formulasi bahan obat vitamin c ini dapat

disimpulkan bahwa proses formulasi serta Evaluasi sediaan tablet vitamin c

disimpulkan menggunakan metode kempa langsung. Pada proses granulasi serta

evaluasinya didapat hasil yang sangat baik, sehingga layak untut k dilanjutkan

penempaan sebagai tablet.

Pada proses pembuaatan setelah tablet jadi dilakukan evaluasi sediaan tablet

dengan masing masing persyaratan yg tertera.

Untuk itu perlu diadakan pengkajian ulang dimana letak permasalahan yang

menyebabkan hasil yang tidak memenuhi syarat tersebut

Page 28: Paracetamol

PT. INDAH JAYAKediri- Indonesia

KOMPOSISI : Tiap tablet mengandung :Vitamin C50 mg

ATURAN PAKAIDosis anak-anak : 3 bulan – 1 tahun : sekali 50 mg, sehari 150 – 200 mg1 – 6 tahun : sekali 50 – 100 mg, sehari 150 – 400 mg6 – 12 tahun : sekali 200 – 300 mg, sehari 0,6 – 1.2 gDosis Dewasa :Sekali 500 mg, sehari 500 mg – 1,5 g

Indikasi, Kontra indikasi, efek samping, interaksi obat, peringatan dan perhatian : Lihat dalam brosur

PT. INDAH JAYAKediri - Indonesia

Indikasi, Kontra indikasi, efek samping, interaksi obat, peringatan dan perhatian : Lihat dalam brosur

Simpan Di Tempat Sejuk (150250 C) Dan KeringNetto : 50 Tablet @ 50 mg

Reg. No. DBL P18722207629A1Batch No. : LH 9474Exp. Date : Aug 2017

LAMPIRAN

Page 29: Paracetamol
Page 30: Paracetamol

Reg. No. DBL P18722207629A1Batch No. : LH 9474Exp. Date : Aug 2017

PT. INDAH JAYAKediri - Indonesia

Page 31: Paracetamol

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Rowe, Raymond C; Sheskey, Paul J; Quinn, Marian E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipient

Sixth Edition. Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. USA.

Buhler, Volker. 1998. Generic Drug Formulation. BASF Fine Chemical.

Niazi, Safaraz K. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Over-

The-Counter Products volume 5. CRC Press. London, New York, Washington DC.

Page 32: Paracetamol

MAKALAH

TABLETASI VITAMIN C

Disusun Oleh :

1. DIMAS HUSADA (30312027 )

2. EKA AYU A. ( 30312039 )

3.ERNA KUSTIYANINGSIH ( 30312040 )

4. ISYNA LATIFATUR R.( 30312042 )

PROGRAM STUDI D III FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2014

Page 33: Paracetamol

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmad, taufik, dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas menyusun Makalah dengan judul “Tabletasi Vitamin C” ini tepat pada

waktunya.

Pembuatan Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu

guru mata pelajaran praktikum Teknologi Farmasi dan untuk menambah pengetahuan kami

tentang bab formulasi pembuatan tablet.

Penulisan Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak yang

telah membantu dan tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Krisna Kharisma,S.Farm. Apt., selaku pembimbing dalam penyusunan Makalah ini.

2. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil ini

tidak luput dari kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan khususnya kepada Ibu

pembimbing supaya memberikan kritik maupun saran dan bimbingan yang bersifat

membangun demi sempurnanya Makalah berikutnya.

Demikian Makalah ini kami buat, kami berharap semoga dapat memberikan manfaat

bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya tentang Tabletasi dan

Formulasi Vitamin C.

Kediri, Mei 2014

Penyusun

Page 34: Paracetamol