panduan dasar mpab immg
DESCRIPTION
Booklet KPKTRANSCRIPT
PANDUAN DASAR
“Insiasi Orientasi Interaksi”
MASA PEMBINAAN ANGGOTA BARU
Ikatan Mahasiswa Metalurgi ITB
BANDUNG
TIM KADERISASI IMMG
2013
Disusun Oleh:
Tim Kaderisasi IMMG 2013 I. B. Gd. Sumbranang A. W 12510009
Reza Ervin Adytia 12511010 Deden Juvenof 12511015
Ferdinand Lo 12510026
Bekerja Sama Dengan:
Anggota Ikatan Mahasiswa Metalurgi Angkatan 2011
SEKAPUR SIRIH
PENGANTAR UMUM PENULIS
Organisasi yang besar adalah organisasi yang memastikan perkembangan dari
setiap anggotanya, dan organisasi yang berkembang adalah organisasi yang siap
akan adanya perubahan. Setidaknya hal itulah yang kerap kita dengar dalam
memastikan atau dapat merefleksikan organisasi untuk kemudian dapat dikatakan
tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang besar.
Namun pada dasarnya definisi ini akan kembali kepada setiap orang yang secara
subjektif juga memiliki definisinya sendiri terkait bagaimana suatu organisasi
dikatakan telah siap berkembang menjadi organisasi yang besar. Salah satu
definisi yang mungkin secara untuh dapat penulis terima adalah dimana suatu
organisasi yang besar adalah organisasi yang secara kontinu dan relatif stabil
menjadi suatu lembaga pendidikan untuk mengembangkan potensi dan
kompetensi anggotanya serta kemudian mampu menciptakan lingkungan dimana
anggota kemudian dapat mendidik orang lain sehingga terbentuk proses saling
mendidik menjadi suatu sistem yang utuh dan berkelanjutan.
Hal tersebut di ataslah yang kemudian mendasari keinginan untuk memperkaya
diri dengan pengetahuan terkait pengembangan anggota. Dengan meninjau
kedinamisasan perkembangan organisasi kemahasiswaan kita yaitu IMMG,
menyebabkan pendidikan kader baru akan memegang peran yang sangat
signifikan terkait bagaimana IMMG kedepannya akan dijalankan. Hal ini menjadi
penting karena keinginan untuk memiliki suatu pola utuh dalam sistem yang
berulang namun berbasiskan pertimbangan yang menyeluruh dapat tercipta di
himpunan apabila terdapat generasi berkualitas yang secara berkelanjutan
tumbuh dan berkembang. Sehingga mimpi mewujudkan suatu lingkungan yang
saling mendidik dan akhirnya menciptakan suasana kondusif untuk belajar adalah
mimpi yang akan selalu hidup untuk diperjuangkan menjadi suatu identitas demi
kemajuan IMMG.
Bandung, Maret 2013
Tim Kaderisasi IMMG 2013
DAFTAR ISI
BAGIAN I PENGANTAR
1. Sekapur Sirih ....................................................................................................................................
2. Daftar Isi .............................................................................................................................................
BAGIAN II PSIKOLOGI UMUM
1. Definisi Psikologi ............................................................................................................................
2. Objek Kajian Psikologi ..................................................................................................................
3. Metode Ilmiah Mempelajari Psikologi ..................................................................................
4. Metode Pengumpulan Data Psikologi ...................................................................................
5. Teori Perkembangan Manusia .................................................................................................
6. Karakteristik Perasaan.................................................................................................................
7. Karakteristik Konasi......................................................................................................................
8. Simpati dan Empati .......................................................................................................................
9. Kelelahan ............................................................................................................................................
10. Sugesti ..................................................................................................................................................
BAGIAN III TEORI KEBUTUHAN
1. Teori Kebutuhan Maslow ...........................................................................................................
BAGIAN IV BERPIKIR SISTEM
1. Sistem Bukan Hanya Kumpulan ..............................................................................................
2. Memandang Sesuatu Lebih Menyeluruh .............................................................................
3. Memahami Perilaku Terhadap Waktu .................................................................................
4. Indikator dan Umpan Balik Sistem ........................................................................................
5. Berpikir dalam Sistem ..................................................................................................................
BAGIAN V SISTEMATIKA PERUMUSAN
1. Sistematika Konsep .......................................................................................................................
2. Sistematika Lapangan ..................................................................................................................
BAGIAN VI MPAB – INISIASI ORIENTASI INTERAKSI
1. Dulu Kini dan Nanti .......................................................................................................................
2. Harapan Massa ................................................................................................................................
3. Inovasi Yang Tak Pernah Mati ..................................................................................................
BAGIAN VII PENUTUP
PSIKOLOGI UMUM
MENGENAL DAN MENGEMBANGKAN PERSONAL
Salah satu tujuan dari organisasi adalah untuk mengembangkan anggotanya. Tidak
jarang juga kita mendengar bahwa mengembangkan organisasi adalah
mengembangkan anggotanya. Berangkat dari hal tersebut dapat dilihat bahwa
anggota adalah elemen yang paling penting yang harus ada di organisasi dan
pendidikan adalah unsur utamanya. Mengingat anggota adalah kumpulan dari
berbagai personal dengan karakternya masing – masing, maka adalah hal yang
kurang bijak untuk mengesampingkan perhatian kita terhadap kekhasan dari
masing – masing personal ini.
Berangkat dari hal tersebut, berikut akan disampaikan mengenai teori psikologi
yang akan membahas mengenai ilmu mengenai pengamatan personal,
mempelajari setiap orang special, dan berbagai pendekatan untuk menghadapi
interaksi personal yang harapannya dapat membantu terkait pengembangan
personal dari masing – masing anggota dalam suatu organisasi.
I. Definisi Psikologi
Pengertian psikologi, menurut asal katanya psikologi berasal dari bahasa
Yunani yaitu Psyche dan Logos. Psyche berarti jiwa, sukma dan roh,
sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan atau studi. Jadi pengertian
psikologi secara harfiah adalah ilmu tentang jiwa. Woodwoth dan Marquis
mengemukakan “psychology is the scientific study of the individual
activities in relation to environment”. (Psikologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari perilaku. dalam hubungan dengan lingkungannya).
Psikologi dapat disebut sebagai ilmu yang mandiri karena memenuhi syarat
berikut:
a. Secara sistematis psikologi dipelajari melalui penelitian-penelitian
ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah,
b. Memiliki struktur kelimuan yang jelas,
c. Memiliki objek formal dan material,
d. Menggunakan metode ilmiah seperti eksperimen, observasi, case
history, test and measurement,
e. Memliki terminologi khusus seperti bakat, motivasi, inteligensi,
kepribadian, dan
f. Dapat diaplikasikan dalam berbagai adegan kehidupan.
II. Objek Kajian Psikologi
Berdasar batasan ilmu, obyek psikologi adalah tingkah laku manusia,
normal maupun tidak (sakit). Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu
yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita
mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari
tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan
tidak bisa diamati secara langsung. Berkenaan dengan obyek psikologi ini,
maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari
jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan
sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
III. Metode-Metode Ilmiah dalam Mempelajari Psikologi Umum
a. Metode yang bersifat filosofis
i. Metode intuitip: dilakukan dengan cara sengaja untuk
mengadakan suatu penyelidikan atau dengan cara tidak
sengaja dalam pergaulan sehari-hari.
ii. Metode kontemplatif: dilakukan dengan jalan merenungkan
obyek yang akan diketahui dengan mempergunakan
kemampuan berpikir kita. Alat utama yang dipergunakan
adalah pikiran yang benar-benar sudah dalam keadaan
obyektif.
iii. Metode filosofis religius: digunakan dengan mempergunakan
materi-materi agama, sebagai alat utama untuk meneliti
pribadi manusia. Nilai-nilai yang terdapat dalam agama itu
merupakan kebenaran-kebenaran absolut dan pasti benar.
b. Metode yang bersifat empiris
i. Metode observasi: metode untuk mempelajari kejiwaan
dengan sengaja mengamati secara langsung, teliti, dan
sistematis.
ii. Metode introspeksi (retrospeksi): retrospeksi artinya melihat
kembali. Penyelidik melihat kembali peristiwa-peristiwa
kejiwaan yang telah terjadi dalam dirinya sendiri, dan bukan
apa yang sedang terjadi di dalam dirinya.
iii. Metode introspeksi instrumental: suatu metode introspeksi
yang dilaksanakan dengan mengadakan eksperimen-
eksperimen secara sengaja dan dalam suasana yang dibuat.
Merupakan penggabungan dari metode introspeksi dan
eksperimen, sebagai upaya untuk mengatasi sifat
subyektifitas dari metode introspeksi. Pada introspeksi
murni, hanya diri penyelidik yanng menjadi obyek, akan
tetapi pada introspeksi eksperimen, jumlah subyek terdiri
dari beberapa orang yang dieksperimentasi. Sehingga hasil
penyelidikan lebih bersifat obyektif.
iv. Metode ekstrospeksi (melihat keluar): suatu metode dalam
ilmu jiwa yang berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari
dengan sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa sendiri dengan
membandingkan gejala jiwa orang lain dan mencoba
mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa
yang ditunjukkan dari mimik dan pantomimik orang lain.
IV. Metode Pengumpulan Data
Suatu penyelidikan yang dilakukan dengan mengolah data-data yang
didapat dari kumpulan daftar pertanyaan dan jawaban (angket), bahan-
bahan riwayat hidup ataupun bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
apa yang diselidiki.
a. Metode angket-interview: metode angket ialah suatu penyelidikan
yang dilaksanakan dengan menggunakan daftar pertanyaan
mengenai gejala-gejala kejiwaan yang harus dijawab oleh orang
banyak, sehingga berdasarkan jawaban yang diperolehnya itu, dapat
diketahui keadaan jiwa seseorang.
b. Metode biografi: lukisan atau tulisan perihal kehidupan seseorang,
baik sewaktu ia masih hidup maupun sesudah meninggal.
Kelemahan: sifat subyektifitas.
c. Metode pengumpulan bahan: suatu metode yang dilaksanakan
dengan jalan mengumpulkan bahan-bahan terutama pengumpulan
gambar-gambar yang dibuat oleh anak-anak. Kelemahan : si
penyelidik tidak berhadapan secara langsung, dan kadang-kadang
tidak tahu situasinya pada waktu membuat hasil karya tersebut,
menginterpretasi gambaran, tulisan (graphologi) dan hasil-hasil
karya yang lain dari seseorang tidaklah mudah dan juga bersifat
subyektif.
d. Metode eksperimen: pengamatan secara teliti terhadap gejala-gejala
jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudkan untuk
menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi
individu atau kelompok dalam suatu situasi tertentu. Tujuan
eksperimen ialah untuk mengetahui sifat-sifat umum dari gejala-
gejala kejiwaan, misalnya pikiran, perasaan, kemauan, ingatan,
fantasi dll. Kelemahan: eksperimen biasanya dilaksanakan pada
benda mati yang mempunyai hukum-hukum tetap , sedang jiwa
adalah sesuatu yang hidup; tidak semua gejala kejiwaan dapat
diselidiki secara eksperimen; dalam laboratorium tidak wajar;
gejala-gejala kejiwaan sukar untuk diukur secara eksak.
e. Metode klinis: ialah nasihat dan bantuan kedokteran, yang diberikan
kepada para pasien, oleh ahli kesehatan. Metode klinis dalam
psikologi ialah kombinasi dari bantuan klinis- medis dengan metode
pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap para pasien.
Observasi dilakukan dalam ruang-ruang klinik dengan fasilitas yang
cukup, untuk meneliti segala tingkah laku pasien.
V. Teori Perkembangan Manusia
Teori perkembangan manusia tersebut ialah:
a. Teori Nativisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia itu akan
ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan
yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada
waktu dilahirkan. Menurut teori ini sewaktu individu dilahirkan
telah membawa sifat-sifat tertentu, dan sifat-sifat inilah yang akan
menentukan keadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor
lain yaitu lingkungan, termasuk di dalamnya pendidikan dapat
dikatakan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu itu.
Teori ini dikemukakan oleh Schopenhouer. Teori ini menimbulkan
pandangan bahwa seakan-akan manusia telah ditentukan oleh sifat-
sifat sebelumnya, yang tidak dapat diubah, sehingga individu sangat
tergantung kepada sifa-sifat yang diturunkan oleh orang tuanya.
b. Teori Empirisme
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu
akan ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalamannya
yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Termasuk
pendidikan yang diterima oleh individu itu. Teori ini dikemukakan
oleh John Locke, juga dikenal dengan teori tabularasa, yag
memandang keturunan atau pembawaan tidak mempunyai peranan.
c. Teori Konvergensi
Teori ini merupakan teori gabungan (konvergensi) dari kedua teori
tersebut di atas, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William
Stern baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan
mempunyai peranan yang penting di dalam perkembangan individu.
Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang
dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan
(termasuk pengalaman dan pendidikan) yang merupakan faktor
eksogen. Penelitian dari W. Stern memberikan bukti tentang
kebenaran dari teorinya. W. Stern mengadakan penelitian dengan
anak-anak kembar di Hamburg. Dilihat dari segi faktor endogen atau
faktor genetik anak yang kembar mempunyai sifat-sifat keturunan
yang dapat dikatakan sama. Anak-anak tersebut dipisahkan dari
pasangannya dan ditempatkan pada pengaruh lingkungan yang
berbeda satu dengan yang lain.
VI. Karakteristik Perasaan
a. Bersangkut paut dengan gejala pengenalan. Perasaan yang
berhubungan dengan peristiwa persepsi, merupakan reaksi
kejiwaan terhadap stimulus yang mengenainya. Ada yang mengalami
keadaan sangat menyenangkan, tetapi sebaliknya juga ada yang
biasa saja, dan bahkan mungkin ada yang mengalami perasaan yang
kurang senang. Dengan demikian, sekalipun stimulusnya sama,
tetapi perasaan yang ditimbulkan oleh stimulus tersebut dapat
berlain-lainan.
b. Perasaan bersifat subjektif, lebih subjektif bila dibandingkan dengan
peristiwa-peristiwa kejiwaan yang lain. Sekalipun stimulusnya sama,
perasaan yang ditimbulkan dapat bermacam-macam sifatnya sesuai
dengan keadaan masing-masing individu.
c. Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang yang
tingkatannya tidak sama. Walaupun demikian ada sementara ahli
yang mengemukakan bahwa perasaan senang dan tidak senang
hanyalah merupakan salah satu demensi saja dari perasaan.
VII. Karakteristik Konasi
Konasi, kehendak, hasrat, kemauan yaitu suatu tenaga, suatu kekuatan yang
mendorong kita supaya bergerak dan berbuat sesuatu.
Ciri-ciri hasrat:
a. Hasrat merupakan "motor" penggerak perbuatan dan kelakuan
manusia.
b. Hasrat berhubungan erat dengan tujuan tertentu, baik positif atau
negative. Positif berarti mencapai barang sesuatu yang dianggap
berharga dan berguna baginya. Sedang negative berarti menghindri
sesuatu yang tidak mempunyai harga/berguna baginya.
c. Hasrat selamanya tidak berpisah dari gejala mengenal (kognisi) dan
perasaan (emosi). Dengan kata lain : hasrat tidak dapat di pisah-
pisahkan dengan pekerjaan jiwa yang lain.
d. Hasrat diarahkan kepada penyelenggaraan suatu tujuan, maka
didalam hasrat terdapat bibit-bibit penjelmaan kegiatan.
Ciri-ciri kemauan:
a. Gejala Kemauan merupakan doromgan dari dalam yang khusus
dimiliki oleh manusia.
b. Gejala Kemauan berhubungan erat dengan satu tujuan. Kemauan
mendorong timbulnya perhatian dan minat, serta merndorong gerak
aktifitas kearah tercapainya tujuan.
c. Gejala Kemauan sebagai pendorong timbulnya perbuatan kemauan
yang didasarkan atas pertimbangan, baik pertimbangan akal atau
pikiran, yang menentukan benar salahnya perbuatan kemauan
maupun pertimbangan perasaan yang menentukan baik buruknya
atau halus tidaknya perbuatan kemauan.
d. Dalam Kemauan tidak hanya terdapat pertimbangan pikir dan
perasaan saja, melainkan seluruh pribadi memberikan
pertimbangan, memberikan pengaruh dan memberikan corak pada
perbuatan kemauan.
e. Pada perbuatan kemauan bukanlah tindakan yang bersifat
kebetulan, melinkan tindakan yang di sengaja dan terarah pada
tercapainya suatu tujuan.
f. Kemauan menjadi pemersatu dari semua tingkah laku manusia dan
mengkoordinasikan segenap fungsi kejiwaan menjadi bentuk
kerjasama yang supel harmonis.
VIII. Simpati dan Empati
Merupakan suasana hati yang berhubungan dengan orang lain. Simpati
adalah perasaan ketertarikan terhadap orang lain yaitu kecenderungan
untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang sedang dirasakan orang
lain karena adanya daya tarik terhadap orang lain tersebut (feeling with
another person). Simpati dapat timbul karena persamaan cita-cita,
penderitaan yang sama dan sebagainya. Sedangkan perasaan kebencian
terhadap orang lain adalah disebut sebagai antipati dan gejalanya sama
dengan simpati berupa tindakan yang tidak berdasar sesuatu yang logis.
Antipati yaitu merupakan penolakan atau bersifat negatif.
Empati adalah kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan
oarng lain andaikata dia dalam situasi orang lain. Faktor yang
menyebabkannya karena didorong oleh emosi yang seolah-olah ikut
mengambil bagian dari apa yang dirasakan orang lain (feeling into a person
thing).
IX. Kelelahan
Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya efisiensi,
performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh
untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.
Kelelahan fisik adalah kelelahan yang disebabkan karena ketegangan organ.
Adapun yang mengartikan kelelahan fisik yaitu kelelahan yang disebabkan
oleh kelelahan jasmani. Sedangkan kelelahan psikis adalah kelelahan yang
disebabkan oleh kelelahan rohani. Kelelahan psikis adalah kelelahan
psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologis, kerja yang monoton atau
lingkungan kerja yang menjemukan dan pekerjaan yang bertumpuk-
tumpuk.
X. Sugesti
Yang dimaksud dengan sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari
diri sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya
diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Karena itu
segesti dapat dibedakan (1) auto sugesti, yaitu sugesti terhadap diri sendiri,
sugesti yang datang dari dalam diri individu yang bersangkutan, dan (2)
hetero sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.
Sugesti merupakan kata pungut dalam Bahasa Indonesia dari Bahasa
Inggris suggestion. Sugesti adalah proses psikologis dimana seseorang
membimbing pikiran, perasaan, atau perilaku orang lain.
TEORI KEBUTUHAN
MEMPERTIMBANGANKAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
Cara paling mudah untuk membuat seseorang melakukan sesuatu adalah dengan
membuat mereka mau melakukannya adalah sebuah quote yang sering
dibicarakan pada sebuah training atau kuliah mengenai pengembangan dan
optimalisasi pemberdayaan sumberdaya manusia. Hal ini tentu tak semudah
sebagaimana membicarakannya karena pada penerapannya adalah sangat sulit
bahkan untuk memulainya saja. Berbagai metode dan bentuk pendekatan telah
dikembangkan untuk mewujudkan keidealan suatu kegiatan yang membutuhkan
motivasi personal dari setiap pihak yang terlibat, namun pada akhirnya semua tak
semudah membalikkan telapak tangan karena justru team building membutuhkan
cukup waktu untuk dialokasikan sebelum benar – benar menjalankan tugas demi
kesuksesan bersama.
Bekerja dalam tim memang tidak semudah bekerja individu, banyak pihak
dilibatkan sehingga variasi minat, kemampuan, karakter, dan sifat personal lainnya
akan meningkat. Hubungan antar personal pun akan menjadi penting untuk
diperhatikan sehingga dapat seutuhnya menjadi satu bekerja dalam tim dengan
satu tujuan. Bekerja dalam tim memang bagaikan pedang bermata dua, kadang
pekerjaan akan nampak lebih ringan namun kadang menjadi semakin berat. Hal ini
dikarenakan personal yang dilibatkan memang lebih banyak sehingga peluang
konflik ataupun peluang untuk bekerjasama akan sangat menentukan
keberjalanan selama pekerjaan berlangsung.
Mengingat hal tersebut, perhatian terhadap personal dari suatu komunitas dalam
hal ini adalah tim kerja atau mungkin nantinya dikembangkan dalam sekala
organisasi atau munkin cakupan yang lebih luas menjadi sesuatu yang harus
mendapat prioritas. Analisis tiap personal adalah hal penting yang harus dilakukan
mengingat setiap orang special dan memiliki kebutuhan dan kepentingannya
masing – masing. Apabila hal ini dapat dilakukan, keberhasilan dalam kerjasama
bahkan pengembangan personal bukanlah sebuah wacana belaka.
Mengingat bahwa setiap orang memiliki kebutuhan dan kepentingannya masing –
masing, tentu juga akan mengingatkan kita terhadap naluriah seorang manusia
cenderung akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dan memprioritaskan
kepentingannya masing – masing terlepas dari pemahaman ideal mengenai
kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Kebutuhan adalah suatu motivasi
yang tidak terhindarkan dari seseorang untuk berusaha melakukan sesuatu,
ambillah contoh makan, demi mengisi perut seseorang bahkan berani mengambil
resiko untuk mengerjakan sesuatu yang diluar kebiasaan.
Berangkat dari hal tersebut, tentunya untuk menggerakkan seseorang dalam
menjalankan sesuatu, kita semestinya juga mempertimbangkan motivasi mereka
dalam menjalankan pekerjaan tersebut mengingat hal ini langsung bersentuhan
dengan kualitas kinerja orang tersebut. Maka dari itu mengingat salah satu
motivasi tertinggi adalah kebutuhan maka berikut adalah suatu teori kebutuhan
yang akan dipaparkan demi kehadiran dasar untuk menganalisis kebutuhan
seseorang.
TEORI KEBUTUHAN MASLOW
Teori tingkat kebutuhan Maslow dikemukakan pertama kali oleh Abraham Maslow
pada tahun 1943. Teori ini mengatakan bahwa kebutuhan fisiologis, kebutuhan
akan rasa aman, rasa kepemilikan, rasa penghargaan serta aktualisasi diri
merupakan pola yang menggambarkan motivasi pada diri manusia. Tingkat
kebutuhan Maslow sering dijelaskan menggunakan bentuk segitiga dengan
kebutuhan yang paling mendasar berada di tingkat paling bawah dan kebutuhan
aktualisasi diri sebagai tingkat yang paling atas. Namun Maslow sendiri tidak
pernah menjelaskan hal ini harus dianalogikan dengan segitiga sebagai media
penjelasannya.
Maslow mengatakan
kebutuhan fisiologi,
rasa aman, rasa
kepemilikan, rasa
ingin dihargai dan
aktualisasi diri
sebagai deficiency
needs atau sering
disingkat “d-needs”.
Jika d-needs ini tidak
terpenuhi, maka
seseorang akan
cenderung untuk selalu merasa cemas dan tegang. Sebaliknya, jika kebutuhan yang
paling mendasar telah terpenuhi maka akan muncul keinginan untuk memenuhi
tingkat kebutuhan diatasnya. pada dasarnya pemikiran manusia itu sangatlah
kompleks dan dapat memproses berbagai hal dalam waktu yang bersamaan,
sehingga berbagai tingkat kebutuhan Maslow dapat terjadi secara bersamaan.
Namun disini hanya akan dibahas mengenai dasar motivasi dan urutan kebutuhan
menurut Maslow.
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan fisik yang harus dipenuhi seseorang
agar dirinya bisa bertahan hidup. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka
tubuh manusia tidak dapat bekerja dengan normal. Contohnya air dan
makanan, tanpa terpenuhinya ini maka manusia tidak dapat bertahan
hidup. Jadi kebutuhan ini sangat penting dan harus selalu terpenuhi.
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman
Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, maka seorang individu cenderung
memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman. Ketika
seseorang tidak memiliki rasa aman maka dia akan mengalami stres atau
trauma. Kebutuhan ini biasanya telihat pada diri anak-anak, karena mereka
memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk merasa aman.
kebutuhan akan rasa aman ini meliputi:
Keamanan Personal
Keamanan Finansial
Kesehatan
3. Kebutuhan Rasa Kepemilikan
Setelah kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman terpenuhi,
kebutuhan yang akan muncul selanjutnya adalah kebutuhan untuk
memiliki. Kebutuhan ini juga terlihat sangat kuat pada anak-anak. Tidak
terpenuhinya kebutuhan ini akan berdampak pada kemampuan seseorang
untuk membina hubungan antarpersonal yang bersifat emosional, seperti:
Pertemanan
Hubungan Dengan Lawan Jenis
Keluarga
Menurut Maslow, manusia harus mempunyai rasa memiliki dan dimiliki
dalam suatu komunitasnya. Hal ini dikarenakan manusia butuh untuk
mencintai dan dicintai oleh sesamanya. Kebanyakan orang menjadi
kesepian, cemas, dan depresi ketika meraka tidak memiliki rasa
kepemilikan ini. kebutuhan akan rasa kepemilikan ini dapat melampaui dua
kebutuhan sebelumnya tergantung pada tekanan yang dialami
komunitasnya.
4. Kebutuhan Untuk Dihargai
semua manusia butuh untuk dihargai. Hal ini dikarenakan pada dasarnya
manusia memiliki harga diri dan kehormatan diri. manusia selau ingin
diterima dan dihargai oleh orang lain. kurangnya rasa penghargaan atas diri
sendiri (self-esteem) akan berdampak pada keseimbangan tingkat
kebutuhan. orang-orang yang kurang menghargai dirinya sering mencari
ketenaran untuk meningkatkan penghargaan orang lain pada dirinya.
Namun ketenaran ini tidak akan meningkatkan self-esteem pada orang
tersebut jika dia belum menerima dirinya apa adanya.
5. Aktualisasi Diri
"Apa yang seorang bisa lakukan, ia harus melakukanya." Kutipan ini
membentuk dasar dari kebutuhan untuk aktualisasi diri. Tingkat kebutuhan
mengacu pada potensi seseorang dan bagaimana potensi itu digunakan.
Maslow menggambarkan tingkat ini sebagai keinginan seseorang untuk
mencapai segala sesuatu yang dia bisa capai. Individu dapat melihat atau
mengaktualisasikan dirinya dengan spesifik. Misalnya, seseorang memiliki
keinginan yang kuat untuk menjadi orangtua yang ideal. Orang lain
berkeinginan untuk menjadi atletis. Bagi yang lain, aktualisasi diri itu dapat
dinyatakan dalam lukisan, gambar, atau penemuan. Seperti yang disebutkan
sebelumnya, Maslow percaya bahwa untuk memahami tingkat kebutuhan,
orang tidak harus hanya mencapai kebutuhan sebelumnya, tapi
menguasainya.
Maslow mengatakan bahwa kebutuhan manusia ini tidak terpisah (saling lepas)
satu sama lain, namun malah saling berkaitan dengan erat. Dimana satu kebutuhan
berpengaruh pada kebutuhan-kebutuhan lainnya. Sehingga sekali lagi dapat
disimpulkan bahwa mengingat kebutuhan seseorang yang akan berbeda – beda,
pada dasarnya akan menggiring kita kembali kepada kesimpulan bahwa tidak ada
metode yang lebih baik daripada memahami bahwa setiap orang adalah special
sehingga kita harus meletakkan perhatian untuk setiap individu.
Analisis kebutuhan ini dikembangkan dengan mempertimbangkan bagaimana
kemudian kita dapat memaksimalkan potensi seseorang dalam mengoptimalkan
kemampuan personalnya untuk kemudian mengembangkan kinerjanya demi
maksimalnya ketercapaian tujuan bersama. Oleh karena itu, pertimbangan untuk
penjaminan terpenuhinya atau minimal pertimbangan terkait penugasan dengan
analisis kebutuhan sumberdaya dan tenaga kerja dapat diprioritaskan.
Seperti yang dijelaskan oleh teori ini, apabila kebutuhan yang dibawahnya belum
terpenuhi atau dirasa belum optimal, kebutuhan di atasnya akan relatif sulit untuk
dipenuhi, dan kebutuhan ini bukan merupakan suatu hal yang parsial untuk
diperhatikan namun merupakan suatu kesinambungan dalam keutuhan sistem
kehidupan. Sehingga untuk mengotimalkan potensi seseorang dimana kebutuhan
akan itu ada pada tingkatan yang lebih atas, maka analisis kebutuhan dibawahnya
harus diperhatikan sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan ataupun
merasa tidak teroptimalkan.
DASAR BERPIKIR SISTEM
PENDIDIKAN DALAM INTERAKSI
Mengingat bahwa tindakan manusia dalam suatu komunitas ataupun dalam
interaksi sosialnya bahkan kehidupan pribadinya akan selalu membentuk suatu
sistem yang saling berhubungan, adalah kemudian menjadi hal yang secara
mendasar harus diperhatikan. Pengembangan di bidang pendidikan anggota juga
akan membutuhkan dasar pemikiran ini bahwa dalam pendidikan, kita akan
bekerja dalam sistem yang cukup kompleks sehingga pemahaman terkait sistem
sangat butuh untuk diperkenalkan. Hal ini menjadi penting agar setiap tindakan
dan penganganan terhadap suatu tantangan selalu menjadi solusi dengan makin
mendekatkan terhadap pencapaian tujuan bukan sebaliknya malah menghasilkan
tindakan yang kontraproduktif.
BERPIKIR SISTEM
I. Sistem Bukan Hanya Kumpulan Dari Sesuatu
Sistem bukanlah hanya sekedar kumpulan sesuatu. Sebuah sistem adalah
kesatuan saling berhubungan dari beberapa elemen yang tersusun dalam
suatu bentuk tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem harus disusun oleh 3 hal yaitu
elemen, keterkaitan dan tujuan. Sebagai contoh, elemen dari sistem
pencernaan antara lain gigi, ensim, lambung, dan usu. mereka dihubungkan
sebagai suatu sistem aliran makanan. Fungsi dari sistem ini adalah untuk
mencerna makanan sehingga nutrisi dalam makan dapat diserap oleh tubuh
dan sisanya akan dikeluarkan oleh tubuh.
Berdasarkan contoh tersebut kita dapat melihat bahwa sebuah kesatuan
yang aktif dari suatu mekanisme berhubungan dengan integrasi. Sistem
dapat berubah, beradaptasi, merespon, mencapai tujuan, ataupun
mengatasi masalah. Sistem dapat disusun baik oleh benda – benda hidup,
mati, ataupun kombinasi dari keduanya. Sistem dapat mengatur diri sendiri
dan juga sering memperbaiki dirinya sendiri namun tetap dalam batasan
tertentu. Beberapa dari sistem selelu berevolusi ada juga yang tetap pada
kondisi awalnya.
II. Memandang Sesuatu Lebih Menyeluruh
Elemen dari suatu sistem mungkin merupakan adalah hal yang paling
mudah untuk diperhatikan karena banyak dari elemen mudah dilihat dan
dirasakan. Elemen dari sebuah pohon adalah akar, dahan, batan, dan daun.
Apabila kita melihat lebih secara detail, kita akan melihat sel, pembuluh,
klorofil, dan hal lain. Ketika kita sibuk melihat hanya kepada elemennya
saja, kita tidak akan pernah kehabisa hal untuk menjadi daftar yang harus
diamati lebih dalam karena suatu elemen dapat dipecah menjadi sub-
elemen, dan sub-elemen kemudian dapat dipecah lagi menjadi sub-sub-
elemen dan begitu seterusnya. Hal ini kemudian akan membuat seseorang
lepas dari penglihatannya terkait mengamati sistem dan tidak dapat
melihat hutan sebagai kumpulan pohon.
Namun sebelum kita jauh membicarakan sebuah sistem, akan lebih baik
ketika kita membicarakan terlebih dahulu bagaimana suatu elemen saling
berhubungan satu sama lain. sebagai contoh kembali kepada suatu pohon.
Hubungan antar elemen pada suatu pohon merupakan aliran fisik dan
reaksi kimia yang merupakan kesatuan proses metabolism dalam pohon.
Prosesnya berjalan cukup sederhana dimana sinyal akan dikirimkan dari
suatu sensor kemudian akan direspon oleh reseptor. Sebagai contoh ketika
daun kekurangan air pada suatu hari yang panas, sinyal akan dikirimkan
kemudian direspon oleh akar yang kemudian akan menyerap air lebih
banyak. Begitu juga sebaliknya apabila akar tidak dapat menyerap lebih
banyak air, daun akan merespon dengan menutup pori – pori sehingga
tidak lebih banyak menguapkan air.
Mengamati hubungan antar elemen mungkin akan menjadi lebih sulit relatif
terhadap hanya mengamati elemennya saja. Hal ini tentu juga akan makin
tidak mudah untuk mengamati tujuan dari suatu sistem. Melihat hubungan
berarti tidak hanya sekedar mengamati secara fisik. Begitu juga dengan
pengamatan secara sistem, hal terbaik yang dapat dilakukan hanya
memperhatikan bagaimana perilaku dari sistem tersebut. Sehingga untuk
mengamati suatu sistem, mekanisme yang kita gunakan bukan hanya
mengamati secara fisik, tapi perlu waktu untuk kemudian mendalami
perilakunya untuk baru kemudian menyimpulkan tujuan dari sistem
tersebut.
Mengingat bahwa sistem dapat juga merupakan kumpulan dari sistem yang
lain, hal itu menyebabkan akan memungkinkan untuk hadirnya tujuan
dalam suatu tujuan. Kita ambil contoh suatu universitas dengan tujuan
mendidik generasi muda yang mungkin di dalamnya akan ada mahasiswa
yang memiliki tujuan untuk mendapatkan nilai yang baik. Kemungkinan
adanya tujuan dalam tujuan juga memiliki suatu dampak tertentu dan tidak
selalu positif. Mungkin saja tujuan di dalam tujuan dapat saling membangun
namun bisa juga saling bersinggungan dan berpotensi konflik. Berdasar
dari hal tersebut, selain memastikan kita memahami seluruh sistem bukan
hanya elemen tertentu serta memastikan sistem berjalan optimal mencapai
tujuan, kita juga harus memastikan terjadinya harmonisasi antar tujuan dan
sistem yang menyusun suatu sistem yang lebih besar sehingga berjalan
lebih optimal dan tidak saling meniadakan.
Dalam mempelajari sistem, kita juga telah mempelajari penyusun dari suatu
sistem yaitu elemen, hubungan, dan tujuan dari sistem tersebut. Ketiga hal
tersebut tidak hanya dibedakan dalam bagaimana kita mempelajarinya,
namun juga bagaimana dampaknya ketika masing – masing hal penunjang
ini diubah. Mengubah elemen tidak akan memberi dampak yang cukup
signifikan. Ambillah contoh mengganti satu pemain dalam pertandingan
sepak bola, tidak akan memberikan perubahan yang begitu besar. Apabila
kita mengubah hubungan antar pemain, mungkin perubahan yang
dihasilkan akan menjadi jauh lebih besar. Hal ini terjadi ketika kita
merubah taktik permainan. Kemudian apabila kita merubah tujuan
permaian dari menang menjadi kalah, tentu hal ini akan memberi pengaruh
yang lebih besar. Namun, ketika kita merubah sistem permainan bola itu
sendiri, akan terjadi banyak perubahan yang sangat memengaruhi
keseluruhan penunjang lainnya. Berdasarkan contoh tersebut,
perubahandari masing – masing faktor juga berbeda secara dampak, fokus
kepada elemen, tidaklah memberi dampak yang besar, namun akan lebih
baik ketika kita dapat memandang lebih luas kepada sistem karena
perubahannya akan berdampak sangat signifikan.
III. Memahami Perilaku Terhadap Waktu
Indikator adalah dasar dari setiap sistem dan merupakan elemen dati
sistem yang dapat diukur pada jangka waktu tertentu. Sebuah indikator
tidak selalu merupakan bentuk secara fisik, salah satu contoh dari indikator
adalah jumlah air dalam bak atau semangat seseorang. Indikator berubah
seiring dengan waktu melalui serangkaian aliran aktivitas. Indikator adalah
sesuatu yang netral dan dapat berubah nilainya naik ataupun turun
tergantung akan input maupun outputnya. Salah satu contoh adalah sistem
bak mandi dengan aliran keran mengisi dan bocor di dasar bak. Ketika
aliran masuk dengan bocor sama debitnya, tidak akan terjadi kenaikan
volume air dalam bak. Namun ketika bocor di dasar disumbat maka
ketinggian air akan mengingkat dan apabila keran dimatikan serta sumbat
dibuka maka ketinggian air akan menurun.
Dari contoh tersebut, indikator adalah sesuatu yang kita gunakan untuk
kemudian menyatakan suatu proses yang saling berhubungan. Peningkatan
dan penurunannya bergantung kepada bagaimana indikator lain
memengaruhi. Sehingga untuk melihat dan kemudian merekayasanya kita
tidak boleh hanya sekedar melihat kepada satu titik misal ketinggian air
dalam bak saja. Kita lebih baik dapat melihatnya secara keseluruhan bahwa
meningkatkan ketinggian air bukah hanya dengan meningkatkan debit air
masuk namun dapat juga dengan mengurangi debit air keluar. Namun
berdasarkan prosesnya, adalah hal yang pasti bahwa setiap indikator
memerlukan waktu untuk berubah yang kemudian menjelaskan mengapa
kemudian suatu sistem memerlukan waktu dalam mencapai tujuannya.
Waktu yang diperlukan dalam perubahan ini justru memberikan manfaat
kepada kita terkait kesempatan untuk kemudian memelajari bagaimana
sistem ini akan berjalan sehingga peluang untuk kesuksesan dapat
ditingkatkan dan peluang untuk kerugian dapat diminimalisir.
Indikator adalah juga mewakili suatu proses sebab akibat dalam hubungan
yang saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain dengan berbagai
dampak. Salah satu contohnya adalah indikator tingkat kerajinan belajar
dan tingkat nilai ujian. Secara ideal indikator yang pertama akan
memengaruhi indikator yang kedua saling positif. Ketika indikator pertama
meningkat maka secara umum indikator kedua akan mengingkat. Hal inilah
yang kemudian menjadikan indikator adalah sesuatu yang kemudian harus
diperhatikan oleh para pengambil keputusan dengan kemudian melihat
kepada keseluruhan sistem sehingga pencapaian tujuan dapat ditingkatkan.
IV. Indikator dan Umpan Balik Sistem
Kembali kepada contoh tingkat kerajinan belajar dengan tingkat nilai ujian.
Umpan balik dari indikator pertama tentunya akan berdampak terhadap
nilai dari indikator kedua. Hal inilah yang kemudian kita lihat sebagai
umpan balik. hubungan seperti ini kita sebut sebagi umpan balik satu arah
dengan hubungan linier. Namun hubungan indikator tidak selalu
berhubungan linier dan hanya melibatkan dua indictor. Pelibatan indikator
mungkin saja memiliki lebih dari satu sebab untuk satu akibat ataupun satu
sebab untuk lebih dari satu akibat. Hal ini bergantung kepada sedalam apa
kita akan menganalisis indikator tersebut.
Mengingat hubungan antar indikator yang dapat melibatkan banyak
indikator, bentuk pengembangan pola hubungannyapun dapat dalam
berbagai bentuk. Berikut bentuk – bentuk pola hubungan indikator antara
lain adalah:
1. Linier yaitu hubungan dimana satu atau lebih memengaruhi satu
indikator atau beberapa indikator namun tidak memengaruhi balik
indikator. Sebagai contoh apabila indikator A meningkat, indikator
B meningkat, kombinasi keduanya menyebabkan indikator C juga
meningkat. Namun peningkatan dari C tidak lantas dapat
meningkatkan indikator A ataupun B.
2. Loop Reinforcing adalah bentuk umpan balik dari indikator yang
kemudian saling memengaruhi dalam bentuk makin menguatkan
ataupun makin melemahkan. Salah satu contohnya adalah ketika
indikator A meningkat maka indikator B meningakat.
Meningkatnya indikator B kemudian akan menginkatkan indikator
C yang secara langsung meningkatkan nilain indikator A dan proses
berlanjut saling menguatkan.
3. Loop Balance adalah bentuk umpan balik dari indikator yang
kemudian saling menyeimbangkan satu sama lain. sebagai contoh
adalah ketika indikator A meningkat maka indikator B meningkat
dan ketika indikator B meningkat indikator A menurun dan begitu
seterusnya. Sehingga sistem akan selalu berjalan seimbang, naik
dan kemudian turun lalu kembali naik.
V. Berpikir Dalam Sistem
Berpikir sistem tentunya akan melibatkan bentuk rekayasa dari indikator
yang kemudian menyusun sistem yang perubahannya akan memberikan
dampak yang besar. Bentuk cara berpikir ini lah yang sebaiknya
dikembangkan pada setiap organisasi atau proses persiapan sesuatu
sehingga kelak akan dihasilkan pencapaian tujuan yang optimal. Pemikiran
ini dibangun untuk mengembangkan budaya berpikir sistematis dan
mampu memahami keterkaitan antar elemen sehingga untuk menjawab
suatu tantangan, kita dapat memilih alternative solusi yang paling tepat
dengan dampat yang paling baik.
Pengembangan teori ini kemudian akan kembali kepada kondisi mengingat
optimalnya sistem juga bergantung kepada bagaimana kita menganalisis
keadaan dan kemudian menyesuaikan secara sistem sehingga seoptimalnya
pencapaian tujuan dapat dicapai.
SISTEMATIKA BERPIKIR
KONSEP DASAR PERUMUSAN MPAB
Pada era modern seperti sekarang ini, bentuk dan pola kegiatan kehidupan
manusia sudah sangat banyak mengalami perubahan relatif terhadap bagaimana
kita menjalani kehidupan beberapa puluhan tahun yang lalu. Kesibukan kian
meningkat dan kebutuhan akan efektivitas dari setiap proses dalam kehidupan
menjadi titik yang sangat diperhatikan dewasa ini. Berdasarkan hal tersebut serta
untuk memenuhi kebutuhan, berbagai macam teori pun mulai dirancang dengan
harapan dapat membatu merumuskan langkah strategis untuk optimalisasi
kegiatan sehingga kehidupan berjalan lebih efektif.
Penyelenggaraan kegiatan bahkan organisasi pun tidak luput dari sentuhan
bantuan teori. Teori mekanisme penyelenggaraan kegiatan dan rumah tangga
organisasi kini sangat mudah untuk diakses. Berbagai bentuk dan versi teori
ditawarkan seolah menjadi komuditas perdagangan yang menampilkan berbagai
keunggulan yang dimiliki masing – masing teori. Namun dari seluruh bentuk teori
yang ada, tahapan penyelenggaraan yang pasti selalu ada dan hampir selalu
menjadi fokus adalah tahapan perencanaan. Tahapan ini dinilai menjadi faktor
yang memberikan kontribusi terbesar dalam kesuksesan suatu penyelenggaraan
sehingga harus dioptimalkan.
Perencanaan yang baik tentunya akan menghasilkan peluang kesuksesan
keberjalanan acara ataupun organisasi yang relatif tinggi. Tahapan perencanaan
adalah tahapan dimana seluruh ide dihimpun dan setiap peluang dianalisis
sehingga menjadi konsep utuh yang dapat diaplikasikan. Dalam suatu
perencanaan, gambaran umum akan menjadi suatu cerita yang saling
berkesinambungan secara sistem dengan targer akhir yaitu pencapaian tujuan.
Perencanaan dimulai dengan penggambaran umum kegiatan ataupun elemen
dasar keberjalanan organisasi yang akan kita pegang untuk jangka waktu tertentu.
Gambaran umum ini yang kemudian kita rangkai secara sistematis dengan
memperhatikan logika dan penjabaran alur yang sesuai. Loncatan logika ataupun
kemunculan hal yang tidak sistematis diupayakan untuk diminimalisir. Urutan
logika adalah kunci kesuksesan pada tahapan ini.
Setelah secara utuh merumuskan secara sistematis rangkaian gambaran umum,
maka kita masuk kepada pemberian detail ke setiap elemen gambaran umum.
Detail inipun harus tetap memperhatikan kerunutan setiap langkah sehingga tidak
ada loncatan logika. Kesinambungan antar detail pada antar elemen gambaran
umum juga merupakan indikator untuk menilai apakah perumusan kita sudah
cukup menyeluruh atau belum secara sistem. Karena melalui kesinambungan
detail, kita akan dengan mudah seolah – olah mensimulasikan perencanaan
tersebut ke dalam teknis sejak dari pikiran.
Kesuksesan teknis di lapangan juga bergantung pada seberapa matang konsep
yang kita susun. Dengan konsep yang menyeluruh, detail, dan sistematis, akan
sangat mudah untuk mereka yang dilapangan membayangkan bagaimana
keberjalanan teknis serta peluang gangguan yang akan muncul. Dengan
kelengkapan data ini, berbagai alternative dapat dipersiapkan sebelum turun ke
lapangan dan seluruh kebutuhan dapat dipenuhi sebelum akhirnya kegiatan benar
– benar dieksekusi. Berangkat dari hal tersebutlah mengapa perencanaan menjadi
faktor utama penunjang kesuksesan keberjalanan sesuatu.
Berbasiskan dari hal di atas, dapat kita tinjau kembali bahwa perencanaan
sistematis adalah kunci kesuksesan suatu kegiatan. Mengingat pentingnya suatu
kegiatan, perencanaan bukanlah suatu harga yang percuma apabila
dipertimbangkan dengan kepuasan ketercapaian tujuan. Hal inilah yang kemudian
mendasari bahwa perencanaan yang baik adalah hal mutlak yang harus
dipersiapkan pada suatu bentuk kaderisasi. Mengingat urgensi event kaderisasi
yang begitu menentukan dalam jangka panjang, perencanaan bisa jadi adalah
faktor utama penentu kesuksesan ketercapaian target profil kader yang dicita –
citakan bersama. Sehingga kebutuhan akan pemahaman perencanaan sebaiknya
ditanamkan sejak awal dan diimplementasikan sedini mungkin.
Bercermin pada urgensinya, berikut akan disampaikan rekomendasi dasar bentuk
perumusan suatu event kaderisasi. Secara umum konsep dasar sistematika
berpikir dalam perencanaan suatu event kaderisasi adalah sebagai berikut ini:
Proses di samping adalah suatu proses berulang
yang kontinyu dan berulang. Kehadiran suatu
sistematika tidak akan lepas dari sistematika elemen
sistem yang lain. Namun pada dasarnya ketiak kita
fokus kepada satu elemennya saja, pemahaman
terkait hal ini akan relatif lebih mudah karena
sisasnya secara sistem akan hanya bentuk
pengulangan.
Input Ideal adalah tahapan dimana kita menghimpun
berbagai sumber referensi yang merumuskan
bagaimana ideal dari suatu profil yang ingin dicapai
dari event kaderisasi tersebut. Input ideal dapat
dikatan sebagai sebuah kebutuhan terkait profil
kompetensi kader yang ingin dicapai.
Input ideal ini adalah dasar acuan yang akan
memberikan kita arahan capaian event kaderisasi
tersebut. Beberapa contoh dari sumber referensi input ideal ini adalah basis
organisasi, arahan, tantangan masa depan, kondisi historis kaderisasi calon kader,
dsb.
Tujuan adalah tahapan setelah formulasi dari seluruh input ideal terumuskan.
Tujuan ini dapat juga dikatakan sebagai output yang ingin dicapai paling tidak
setelah event kaderisasi ini berjalan. Tujuan biasanya lahir dari penggabungan
antara seluruh inputan dasar dan peninjauan feasibilitas metode yang kita pilih
dalam hal ini event kaderisasi yang akan kita jalankan. Kriteria dari tujuan yang
baik juga harus diperhatiakan dalam perumusan ini mengingat dari sinilah
kesuksesan event kaderisasi ini akan kita tinjau dan akan menjadi analisis
Input Ideal
Tujuan
Materi
Metodologi
Metode
Implementasi
Evaluasi
Follow Up
keberjalanan sistem berikutnya sehingga menjadi tahapan yang akan memainkan
peran relatif besar dan memerlukan waktu yang relatif lama terkait penentuan
tujuan yang seideal mungkin.
Perumusan materi adalah perumusan hal – hal dasar yang diperlukan untuk
kemudian dapat menunjang ketercapaian dari tujuan tersebut. Materi – materi ini
apabila disatukan adalah suatu langkah strategis pencapaian tujuan. Mengingat
hal tersebut, sistematika perumusan materi juga harus diperhatikan untuk
kemudian dapat membentuk suatu sistem yang utuh dan detail sehingga optimal
dalam menunjang pencapaian tujuan. Pengembangan elemen dari masing – masing
materi sangat menyesuaikan kebutuhan dan kondisi dimana event akan
dieksekusi.
Metodologi adalah bentuk penjabaran tahapan dalam implementasi dari
penyampaian materi. Metodologi lebih kepada alur penyampaian yang kita
rekomendasikan untuk dilaksanakan di lapangan. Dapat dikatakan bahwa
metodologi adalah bentuk elemen dasar penyusun materi yang tentunnya akan
mempertimbangkan berbagai macam kondisi. Sehingga untuk melihat keutuhan
dan kelengkapan sistem, merangkai seluruh metodologi akan menjadi alternative
untuk meninjau apakah sudah cukup detail atau belum.
Metode adalah tahapan perumusan dimana kita akan memilih bagaimana cara kita
untuk menyampaikan materi berikut dengan metodologinya. Berbagai alternative
metode sebaiknya dihadirkan disini sehingga kreativitas akan menjadi faktor
penting untuk dihadirkan. Teknik brainstorming mungkin akan cukup membantu.
Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode adalah kesesuaian dengan
analisis kondisi dari setiap elemen yang memiliki peran di event kaderisasi ini.
Salah satu elemennya apabila kita ambil contoh adalah peserta dan panitia. Kondisi
psikologis dan karakter peserta adalah hal yang wajib dipertimbangkan dalam
pemilihan metode begitu juga kesiapan panitia. Ketepatan pemilihan metode akan
menjadi penentu kesuksesan dari ketersampaian materi, sehingga menjadi sangat
krusial apabila pemilihan metode ini tidak diperhatikan dengan baik.
Metode dalam pengembangannya juga memiliki elemen – elemen yang menunjang.
Mengingat bahwa metode lebih masuk ke ranah teknis, maka metode inilah yang
akan kita ukur kesuksesannya dengan beberapa indikator dan parameter.
Keutuhan sistem materi metodologi dan metode dari kesatuan tujuan harus tetap
dijaga sehingga sistem dapat berjalan optimal.
Implementasi adalah tahapan eksekusi dari kesiapan perumusan tahapan di
atasnya. Pada tahap implementasi, setiap peran akan menjalankan tugasnya
masing – masing sehingga tingkat pemahaman akan tujuan serta materi adalah hal
yang perlu diperhatikan. Namun pemahaman ini bukanlah satu – satunya
prasyarat, namun lebih kepada yang harus diprioritaskan. Hal ini mengindikasikan
bahwa sebelum akhrinya benar – benar turun ke lapangan, akan muncul
kebutuhan baru terkait implementasi dan harus dipenuhi sebelum benar – benar
terjun ke lapangan.
Evaluasi merupakan tahapan setelah implementasi. Tahapan ini akan meninjau
bagaimana keberjalanan di lapangan dalam hal ini metode serta pencapaiannya.
Hasil pencapaian di lapangan kemudian yang dibenturkan dengan indikator serta
parameter yang telah dirumuskan sebelumnya pada hirarki sistem sebelumnya.
Hal ini menjadi penting mengingat kaderisasi adalah proses kontinu sehingga
pencapaian pada tahapan satu akan berpengaruh pada tahapan yang lain serta
seluruh kesatuan sistem dalam jangka panjang.
Follow Up merupakan tahapan tindak lanjut menanggapi hasil pembenturan
evaluasi dengan ideal capaian metode yang terlah dirumuskan. Pada tahapa ini
akan dilakukan perencanaan strategis mengenai langkah – langkah yang akan
ditempuh menanggapi hasil implementasi. Bentuk langkahnya akan meninjau
kembali kondisi dan melihat kembali kebutuhan. Dengan mengingat hal tersebut
proses akan berulang dan berjalan pada tahapan utama kembali.
Namun, sistematika ini tidaklah hal yang kaku untuk harus dilaksanakan,
pengembangan dan dinamisasi adalah hal mutlak yang harus diperhatikan.
Sehingga pengembangan konsep akan sangat bergantung pada bagaimana
gambaran dasar kondisi dan kebutuhan di lingkungan tempat akan
diimplementasikannya event kaderisasi ini.
Serupa dengan perencanaan konsep, perencanaan teknis pun pada dasarnya akan
mengikuti sistematika tertentu. Dari dasar metode yang dikemukakan di konsep
serta alur yang dihasilkan, maka akan muncul kebutuhan akan suatu rangkaian
implementasi yang kita kenal dengan acara. Dari sinilah kemudian perencanaan
teknis dimulai, berikut adalah sistematikannya:
Tahapan rangkaian acara adalah tahapan
perumusan mengenai bagaimana rangkaian
implementasi metode akan dijalankan. Hal ini yang
membuat pada dasarnya mereka yang bekerja di
teknis harus juga memahami konsep dasarnya
sehingga pertimbangan ini telah masuk di awal
perumusan.
Setelah tahapan awal ini, kemudian akan
dilanjutkan dengan analisis kegiatan dimana akan
ditinjau masing – masing gambaran umum dari
kegiatan yang kemudian disusun alurnya. Kegiatan
ini tidak hanya inti dari implementasi, namun juga
mencakup kegiatan – kegiatan pendukung yang
akan hadir masuk dalam rangkaian metode tadi.
Analisis kegiatan dilakukan untuk mendapatkan
gambara umum alur berpikir lapangan yang dasar.
Proses selanjutnya adalah penentuan durasi yang menjadi faktor penting. Berbagai
pertimbangan lapangan harus dimasukkan ke dalam tahapan ini. Efektivitas
ketersampaian materi juga sangat bergantung pada tahapan penentuan waktu.
Tahapan ini juga dapat dijadikan tahapan peninjauan ulang feasibilitas gambaran
Rangkaian Acara
Analisis Kegiatan
Penentuan Durasi
Alokasi Sumberdaya
Detail Teknis
umum kegiatan sehingga dapat meninjau ulang dan kemudian disesuaikan
kembali. Dari penentuan durasi, kemudian akan langsung kepada penentuan
alokasi sumberdaya. Proses ini juga dapat meninjau proses di atasnya terkait
feasibilitasnya. Pengalokasian sumberdaya memiliki peran pembagian peran dan
tugas ketika nanti di lapangan.
Tahapan terakhir adalah tahapan dimana penambahan detail pada setiap
gambaran umum alur acara. Detail ini akan – akan seolah bercerita mengenai
teknis dilapangan nanti. Detail ini apabila dibayangkan akan seolah
mensimulasikan secara utuh kesatuan acara. Apabila ada yang terlewat, tahapan
ini akan kembali meninjau ulang dan penyesuaian harus dilakukan.
Namun sekali lagi, seluruh konsep adalah hanya dasar semata. Karena pada
hakekatnya pengembangan adalah hal yang pasti ada, dinamisasi adalah hal yang
wajar, karena pendidikan adalah proses kontinu dan fleksible, bukan proses kaku
yang harus dipaksakan sehingga menjadi penting untuk tetap fokus kepada tujuan
bukan kepada metodenya saja.
Bandung, Maret 2013
Tim Kaderisasi IMMG 2013
MASA PEMBINAAN ANGGOTA BARU
INISIASI ORIENTASI INTERAKSI
Organisasi kemahasiswaan adalah suatu organisasi yang berbasiskan kepada
tanggungjawab akan pengembangan anggotanya. Dalam hal ini pendidikan atas
dasar kekeluargaan terhadap elemen terpenting dari keberadaan organisasi ini
sudah semestinya menjadi perhatian yang paling diutamakan dalam keberjalanan
rumah tangga organisasi. Keberadaan organisasi yang pada asal mulanya
direalisasikan atas dasar kesadaran untuk mendidik diri tentunya jangan sampai
memyimpang kemudian menuju arah yang tidak sesuai dengan hakekat
pendidikan itu sendiri.
Pendidikan dalam organisasi kemahasiswaan seperti yang telah dikatakan di atas
adalah pendidikan yang tumbuh atas dasar kesadaran untuk mendidik diri
mengingat pendidikan di bangku kuliah tidak lantas praktis mengembangkan dan
memberikan bekal seutuhnya untuk kemudian siap terjun ke masyarakat sebagai
seorang sarjana yang ideal. Maka dari itu, pendidikan di dalam suatu organisasi
kemahasiswaan yang di dalamnya terdapat anggota akan menjalankan fungsi
pendidikannya oleh dari dan untuk anggota itu sendiri dengan tetap
mengedepankan transfer nilai untuk mencetak generasi penerus yang tentunya
diupayakan untuk selalu lebih baik.
Pendidikan yang melibatkan suatu bentuk dari, oleh, dan untuk anggota tentunya
akan mebawa kita kepada suatu pembagian peran yang dalam hal ini akan
memiliki tanggungjawab dan hak masing – masing yang tentunya juga telah
disepakati mengingat kebutuhan dan kondisi yang ada. Bentuk tanggungjawab dan
hak ini disesuakan atas juga pengalaman anggota itu sendiri selama berkecimpung
di kegiatan himpunan. Basis saling mendidik tentunya akan mengedepankan basis
pengalaman ini sehingga akan muncul suatu penjenjangan terkait pengembangan
potensi diri dan kader dalam suatu organisasi kemahasiswaan.
Tahapan awal adalah tahapan yang justru paling menentukan dalam suatu proyek,
karena tahapan awal adalah tahapan perencanaan. Hal ini pun berlaku dalam suatu
organisasi kemahasiswaan. Tahapan awal adalah salah satu tahapan yang paling
krusial untuk dilalui yang akan menentukan bagaimana kader organisasi tersebut
kedepannya. Hal ini yang kemudian akan membuat fase awal ketika bergabung
dibina menjadi anggota baru adalah fase yang harus memiliki perhatian khusus
karena akan berdampak besar untuk perkembangan organisasi.
IMMG sebagai salah satu organisasi yang kini berkembang pesat di lingkungan
kemahasiswaan ITB tentunya masih memerlukan banyak pengembangan dan
pembangunan di berbagai aspek. Hal ini kemudian menyebabkan kebutuhan akan
kader yang baik dan memiliki kualitas yang mumpuni adalah suatu target yang
selalu harus dikejar. Pengembangan anggota serta peningkatan kualitas atmosfer
kegiatan demi perkembangan himpunan sudah selayaknya untuk selalu menjadi
prioritas.
Berdasarkan hal di atas, sudah semestinya muncul motivasi untuk kemudian
menggelar suatu fasa awal masa pembinaan anggota baru yang akan
memperkenalkan dan menginisiasi perkembangan dari calon kader IMMG. Kualitas
dan kapasitas dari pengkader dan peserta kader harus kembali ditinjau untuk
kemudian dipastikan dapat menjalankan proses ini dengan maksimal sehingga
harapannya pencapaian tujuan dari proses kontinu ini akan kian membaik dan
mencapai titik optimalnya. Pengawasan kinerja dan ketersampaian nilai harus
menjadi prioritas sehingga kelak kader – kader hasil proses ini kelak akan
memiliki kapabilitas yang cukup baik untuk kemudian berkontribusi maksimal
untuk kemajuan IMMG.
Masa Pembinaan Anggota Baru, Dulu Kini Dan Nanti
Pada dasarnya pandangan dari seseorang mengenai bagaimana keberjalanan
sebelumnya sebagai pengalaman, kondisi sekarang sebagai suatu modal, dan
harapan sebagai suatu tantangan adalah suatu media pembelajaran yang sangat
efektif terutama untuk calon pengkader lapangan yang akan paling banyak terlibat
di momentum terbaik ini. Berikut beberapa yang mereka sampaikan sebagai
pelaku momentum sebelumnya:
1. Narasumber 1
“Evaluasi kemarin untuk pelaksanaan acara kurang di legalisasi, izinnya
kurang dikarenakan proposal telat diajukan kepada kaprodi. untuk kondisi
massa, sudah cukup antusias dengan osjur, namun dalam pelaksanaannya
banyak massa yang tidak berani untuk mengambil resiko. Ketika ingin
dilakukan metode yang keras, massa tidak setuju. Sebaliknya ketika
metodenya tidak keras, massa menuntut untuk menggunakan metode yang
keras. Untuk kondisi panitia, masih banyak kekurangan pada divisi materi
dan metode. Pada saat mengkonsep osjur, kebanyakan tim materi dan
metodenya tidak datang, namun pada saat hari H, justru banyak
berkomentar, karna banyak massa yang tidak mengerti konsepnya,
akhirnya bang zela turun langsung.”
“Saran untuk panitia seharusnya mengkonsepnya osjur dimulai sebelum
libur. Prinsip osjur metalurgi yang dulu digunakan sebenernya dapat
dianalogikan seperti membentuk seorang jendral, maksudnya orang yang
biasa, tidak terlalu gagah, namun ketika berperang, orang tersebut maju
paling depan. Dari sini dapat diambil maknanya yaitu, yang diinginkan
dengan metode yang tidak keras, namun outputnya bagus.”
“Harapan untuk kedepan harus mencari cara membuat orang lain menjadi
segan, bukan takut. Salah satu caranya adalah dengan menjadi role model.”
2. Narasumber 2
“Evaluasi untuk pelaksanaan kegiatan osjur kurang baik karena perizinan
telat. Perizinan telat ini dikarenakan pengajuan proposal yang telat pula.
Hal ini mengakibatkan kacaunya timeline osjur yang telah dibuat di awal.
Untuk kondisi panitia, tim materi dan metode tidak melakukan analisis
kondisi secara kontinu, sehingga metode yang dilakukan tidak tepat guna.
Kontrol yang dilakukan panitia terhadap massa berjalan kurang sehingga
massa tidak tercerdaskan seluruhnya mengenai konsep osjur yang
dilakukan.”
“Saran untuk kedepannya sedapat mungkin menarik inputan dari prodi
agar legalitas menjadi lebih mudah. Menjelaskan kepada prodi untuk apa
perlu ada kaderisasi. Persiapan tim materi dan metode harus dari awal
dalam mengkonsep osjur 2012 nanti sehingga timeline bisa diatur dari awal
dan penyimpangan dapat diminimalisir. tim materi dan metode juga harus
memiliki komitmen tinggi, jangan sampai meninggalkan tugas yang belum
selesai. Seluruh panitia harus belajar bagaimana cara mengkader orang
dengan kondisi yang berbeda-beda.”
“Harapan untuk kedepan semoga dalam osjur 2012 nanti dapat terbentuk
kader-kader IMMG yang memiliki etika serta etos kerja tinggi.”
3. Narasumber 3
“Evaluasi tahun kemarin kurang maksimal karena ada desakan prodi untuk
kita segera dilantik padahal kita belum siap. Desakan dari prodi sangat
dadakan dan baru terjadi pada tahun kita. Salah satu langkah yang bisa kita
tempuh, yaitu membuat plan B apabila prodi mendesak osjur untuk segera
selesai. Pada saat osjur kita persiapan kita kurang matang, sehingga setelah
diberi jahim, dari 2011 sudah malas dan 2010 juga kurang mengikat kita
untuk selalu berkomitmen. Kebutuhan 2011 dulu yang kurang adalah pola
thinking dan doing (pemikir dan pelaksana) akan tetapi tidak memahami
setiap esensi dan makna dari tugas yang diberikan. Juga kurang berani
berpendapat saat interaksi.”
“Saran untuk kedepan sebelum membuat materi, sebaiknya kita harus cari
inputan dulu ke 2012, misal dengan cara mengumpulkan 2012 sewaktu
sudah pengumuman penjurusan, atau bisa juga dengan pwngambilan
beberapa sampel untuk diajak mengobrol. Yang kita tinjau biasanya
keterkenalan mereka dengan angkatan, pemahaman mereka tentang teknik
metalurgi dan yang lainnya. Metode dan materi yang dibuat seharusnya
runtun akan tetapi dalam keberjalannya bisa fleksibel tergantung
kebutuhan angkatan.”
4. Narasumber 4
“Saran untuk kedepan jika ingin mengonsep osjur kita harus benar-benar
paham osjur itu apa, dasar melakukannya apa, apa output yang ingin
dihasilkan, apa parameter yang ingi ndicapai. Osjur itu sendiri adalah
gerbang kaderisasi, kaderisasi tidak selalu harus osjur.Tapi osjur adalah
kaderisasi awal.Kenapa harus ada kaderisasi? Kaderisasi adalah proses
pewarisan nilai-nilai. Nilai-nilai yang ingin diturunkan di kaderisasi adalah
nilai-nilai dari lembaga itu sendiri. Yang perlu ditekankan disini adalah kita
harus paham benar untuk mengeksekusi yang namanya osjur itu dari
berbagai aspek.”
5. Narasumber 5
“Saran untuk mengonsep osjur yang baik itu harus dilihat dari 2 sisi, yaitu
secara administrative legal dan secara acara formal. Kaderisasi itu tidak
sama dengan ospek, tapi ospek itu awalan dari kaderisasi. Kita harus dapat
berpikir sistem dan diagram alirnya. Ada input, proses, cek ketersampaian
materi, output, jika output tidak sesuai masuk ke input lagi. Osjur adalah
proses, dan apapun kegiatan yang ada di himpunan itu adalah proses.
Outpunya adalah alumni IMMG. kita dapat beracuan pada RUK IMMG
dengan melihat RUK KM. Namun jika ingin dari awal, kita harus mengerti
dari awal pula tentang apa itu manusia, pendidikan, sosial, dan kenapa
harus seperti ini dan seperti itu. Otomatis kita harus memiliki dasar teori
dan kajian. Dimana itu akan menentukan materi dan metode. Sebenarnya
metode itu sangat banyak. Sehingga kita tidak boleh terjebak oleh ospek itu
harus berbentuk forum, ada danlap, ada agitasi, ada mentor, dll. Jika ingin
berbeda bagus, namun efek negatifnya kita harus mencari metode baru dan
pelatihan yang berkualitas untuk panitia.”
6. Narasumber 6
“Saran untuk kedepannya tentunkan status 2012 nanti apakah setara atau
tidak, karena menentukan metode yang akan dilakukan. Perlu dilakukan
analisis kondisi yang mendalam dalam menentulkan materi dan metode.
Kesalahan yang paling sering dilakukan oleh panitia adalah telah, dan tidak
mengikuti briefing pada hari-H. Coba juga lihat 2012 per individu. Sering
tanyakan contoh treatment untuk invidu atau angkatan kepada senior
karena senior sudah pasti lebih berpengalaman.”
7. Narasumber 7
“Evaluasi kemarin adalah kepemilikan massa IMMG atas osjur masih sangat
kurang. Persiapan panitia yang kurang, contohnya seperti tidak ada TFT
bagi panitia, materi siap 2 jam sebelum eksekusi. Komitmen panitia kurang,
hilang di tengah-tengah jalan. Tidak ada sosialisasi materi dan metode ke
massa IMMG seluruhnya. Briefing sangat mepet dengan eksekusi di hari H,
sehingga ada beberapa massa IMMG yang berlaku tidak sesuai teklap yang
telah disetujui bersama. Bang cocen merasa bahwa osjur juga merupakan
sarana kaderisasi bagi 2010, tetapi tidak semua 2010 bisa merasakan
kaderisasi tersebut. Kadang-kadang ditekan oleh kekuatan senior.”
8. Narasumber 8
“Saran untuk kedepan persiapan harus dari jauh – jauh hari karena
kebanyakan panitia diforsir menjelang hari H. Ketika bertemu mama
kaprodi, jangan terlalu menulis kegiatan acara secara mendetail, tetapi garis
besarnya saja. Ide untuk kunjungan industri sudah bagus, itu dapat
digunaka sebagai alasan kaderisasi yang lebih baik. Sebelum bertemu mama
kaprodi, persiapan harus matang, harus siap berargumen.”
9. Narasumber 9
“Evaluasi pada tahun lalu, metalmorphosis banyak yang akhirnya diubah
oleh dosen. Kesalahan ada pada panitia yang tidak survey terlebih dahulu
ke dosen-dosen, sampai akhirnya banyak rencana yang tidak terlaksana
atau tidak berjalan dengan baik. Seharusnya didiskusikan dulu dengan
dosen agar dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masing-masing pihak.
Untuk tim materi dan metode, harus ekstra kerja keras pada hari H-nya.
Mendiskusikan konten materi yang meliputi pertama tama adalah
menyusun visi-misi, kemudian menentukan tujuan, seterusnya
merumuskan materi, setelah materi ini terbentuk maka dapat ditentukan
metode apa yang cocok untuk kaderisasi ini, kemudian menentukan
parameter ketercapaian. Saran terhadap mamet, data kader harus masuk
semua sesuai dengan parameter ketercapaian yang sudah dibentuk.
Kekurangan data ini pada mamet tahun lalu adalah data kader yang masuk
hanya sekitar 30 %, sehingga parameter ketercapaian tersebut tidak dapat
dipenuhi dengan baik. Untuk mamet sendiri harus banyak berpikir tujuan
osjur untuk apa dan jangan pernah berhenti bertanya kenapa, karena osjur
ini konsen kepada hal-hal yang mendasar.”
“Untuk masalah merumuskan materi, harus mengerti perbedaan antara
dasar (cenderung seperti latar belakang) dan landasan (hukum). Namun
jangan terlalu lama berpikir tentang itu, karena memang tidak ada solusi
untuk hal tersebut, cukup mengerti perbedaannya apa dan bagaimana.
Untuk materi osjur sendiri harus banyak dikaji dan harus banyak mengerti
isinya, bukan hanya mamet yang harus mengerti, namun seluruh massa
harus mengerti, terlebih lagi para pengkadernya yang terlibat langsung.
Kekurangan pada tahun lalu adalah pengkadernya hanya mengerti di
permukaan saja, tidak menguasai luar dalam, sehingga kaderisasi tidak
berjalan dengan maksimal, banyak performa yang dirasa kurang.
Seharusnya hal ini dapat diantisipasi dengan datangnya semua pengkader
pada saat kajian materi dan metode, sehingga banyak masukan juga yang
dapat dipertimbangkan oleh tim mamet, tapi sampai saat ini hal tersebut
susah dicapai karena ketika rapat mamet semua pengkader belum tentu
sadar akan kepentingan diskusi dengan tim materi dan metode ini.
Untuk metode, dari dulu dulu monoton sama, coba untuk mencari
bagaimana mengubah metodenya sesuai dengan dinamisasi yang terjadi
sekarang. Perkaya metode yang ada. Pikirkan trend yang terjadi dari masa
ke masa, dilihat dari kader sekarang.”
“Harapan kedepan sedapat mungkin mengintegrasikan keprofesian
metalurgi kepada kader. Misalkan saja, seperti amisca yang memakai
hitungan dengan istilah kimia, atau seperti HMM yang membuat tempat
sampah yang dapat dibuka dengan kaki. Disamping itu, keterlibatan massa
dalam osjur harus banyak dan distribusi semangatnya harus merata pada
tiap tiap orang, serta harus terjaga dari waktu ke waktu. Dapat mengatasi
kendala terbesar, yaitu liburan. Dengan adanya kadwil sekarang ini, dapat
dimanfaatkan untuk mengkaji inputan yang masuk, secara umum seperti
apa karakter sang kader ini, jadi analisis kondisinya harus kontinu. Jika
ingin bekerja dengan cepat, perbanyak mempelajari konsepsi KM dan
konsepsi IMMG, serta studi banding ke himpunan lain atau bahkan ke
universitas lain juga.”
Harapan Massa Himpunan untuk MPAB Kedepan
Pengharapan adalah tantangan dan cita – cita yang akan diupayakan tercapai dari
suatu proses, hal itulah yang juga akan ditemui pada MPAB kedepan. Proses yang
akan menentukan keberlanjutan kepentingan banyak pihak tentunya akan
menghasilkan keberagaman harapan yang menanti untuk dijawab, maka berikut
harapan dari massa IMMG:
I. Terkait Pengkader Aktif (Angkatan 2011)
a. Pengkader sebaiknya dapat menjadi contoh ataupun role model
yang baik untuk peserta kader, karena bagaimanapun penerjemahan
materi paling baik adalah melalui contoh.
b. Pengkader sedapat mungkin memiliki integritas yakni mengatakan
apa yang dia lakukan dan melakukan apa yang telah dikatakan
sehingga apapun pesan yang disampaikan oleh pengkader dapat
diterima seutuhnya oleh peserta kader
c. Adapun jumlah pengkader sebaiknya ditingkatkan kehadirannya
ketika pertemuan kader nantinya. Hal ini mengingat jumlah peserta
kader yang meningkat drastic direncanakan tahun ini sehingga
diperlukan pemilihan metode yang seefeitif mungkin dengan
mengotimalkan seluruh sumberdaya yang tersedia tentunya. Jangan
sampai melakukan metode yang akhirnya menciderai kualitas
moment kaderisasi ini.
II. Terkait Peserta Kader (Angkatan 2012)
a. Angkatan 2012 diharapkan memiliki kekompakan dan kebersamaan
yang baik dalam internal angkatannya sehingga ketika menghadapi
persoalan dapat dnegan mudah dipecahkan. Selain itu hal ini dapat
menjadi modal ketika bergabung seutuhnya ke dalam sistem
himpunan yang tentunya berinteraksi dengan angkatan lain.
b. Angkatan 2012 diharapkan memiliki pemahaman tentang ilmu
metalurgi umum mengingat ketika masuk jurusan, pengetahuan
akan jurusan tersebut mengingat bidang kita metalurgi adalah
menjadi tanggungjawab utama. Pengembangan penyampaian materi
di aspek ini harus diperhitungkan sehingga proses ini juga
bermanfaat untuk kader secara akademik.
c. Angkatan 2012 diharapkan sedapat mungkin memprioritskan masa
kaderisasi awalnya mengingat urgensi tersampaikannya materi dan
pengawasan perkembangan mereka yang sangat tinggi demi
kebaikan bersama.
d. Angkatan 2012 memiliki rasa bangga akan IMMG sebaiknya
dikembangkan mengingat totalitas kontribusi dan loyalitas biasanya
akan tumbuh ketika rasa bangga akan identitas itu ada. Hal inilah
yang diperlukan mengingat kebutuhan akan perkembagnan
himpunan saat ini sangat tinggi sehingga keterlibatan anggota sangat
diperlukan.
e. Angaktan 2012 diharapkan memiliki nilai sopan santun yang baik
mengingat sebagai kader himpunan yang akan membawa identitas
himpunan dan himpunan sebgai lembaga pendidikan, maka
pengembangan sopan santun kader harus diperhatikan. Apalagi
mengingat kader akan berinteraksi dengan pihak yang kebih luas
sehingga aspek ini akan menjadi sangat penting. Citra himpunan dan
kepercayaan stakeholder lain akan dinilai dari setiap kualitas kader,
sehingga memastikan hal dasar seperti sopan santun ini sepertianya
bukanlah hal yang tidak rasional.
III. Terkait Metode MPAB Kedepan
a. Usahakan untuk mengurangi penggunaan metode agitasi dalam hal
ini marah – marah yang tidak seutuhnya perlu.
b. Memberikan tugas yang memupuk kebersamaan dan kekompakan
dari internal angkatan 2012.
c. Sebaiknya selalu fokus kepada output yang diinginkan tercapai serta
hadirkan bentuk osjur yang berkesan.
d. Jangan setengah-setengah, ambil keputusan dalam penggunaan
metode lalu jalankan dengan totalitas.
e. Adakan seleksi kader yang lebih ketat dalam hal ini tentukan
parameter pencapaian, sepakati, kemudian laksanakan.
f. Sebaiknya disuasanakan pemahaman untuk sering berkunjung ke
himpunan karena proses pendidikan lanjut berlangsung di sini.
g. Usahakan untuk menciptakan budaya disiplin dengan tegas tidak
hanya untuk peserta namun juga untuk panitia.
h. Usahakan untuk melaksanakan seluruh kegiatan dalam legalitas
sehingga proses dapat dijalankan optimal.
i. Harap tetap mempertimbangkan jadwal akademik dan sehingga
dapat berjalan beriringan.
j. Sebaiknya dibangun pemahaman ketika menerima sesuatu
berbasiskan kesadaran bukan hanya atas paksaan belaka.
k. Dll.
Inovasi adalah Hal yang Esensial
Memiliki pemahaman secara internal adalah suatu hal yang sangat penting untuk
dikembangkan terutaman untuk kemudian menganalisis bagaimana kebutuhan
dan solusi untuk pemecahan tantangan internal. Begitu juga halnya dengan masa
pembinaan anggota baru, pemahaman terkait kebutuhan internal adalah prasyarat
utama untuk kemudian menggelar seremoni sakral ini. Namun bukan berarti kita
harus kemudian menutup diri terhadap perkembangan luar. Pembelajaran ada
dimana – mana, dan akses informasi semakin luas sehingga ada baiknya kita juga
meluangkan waktu untuk kemudian belajar keluar sehingga pengayaan terkait
pengetahuan untuk kepentingan peningkatan kualitas secara internal dapat
diwujudkan. Maka dari itu berikut disampaikan beberapa bentuk metode dari
pihak luar yang layak untuk dikembangkan di himpunan.
1. Pembiasaan pemaparan acara ke massa himpunan
2. Tugas membuat majalah keilmuan
3. Penugasan yang banyak untuk pendekatan angkatan
4. Penggunaan sistem point untuk follow up kader
5. Tahapan osjur dengan pengenalan baru kemudian pelantikan
6. Belajar dan menciptakan lagu untuk himpunan
7. Membuat video angkatan
8. Dll.
Masa menjadi mahasiswa adalah masa untuk kita belajar dan mengembangkan
diri, informasi dan pembelajaran dapat diakses dengan mudah sehingga adalah
suatu kesia –siaan ketika potensi ini tidak dimaksimalkan. Informasi yang
tersedian di beberapa paragraph di atas memiliki banyak peluang untuk
pembelajaran lebih lanjut yang disediakan dari kekurangan yang tidak akan
pernah luput. Informasi di atas mungkin tidak lengkap, namun semoga itu dapat
memotivasi untuk kemudian dapat dikembangkan. Jangan berhenti belajar karena
hidup adalah tentang mengembangkan diri.
PENUTUP
CATATAN UNTUK LEMBAR BARU
Hal yang paling pasti terjadi adalah suatu perubahan. Dinamisasi adalah
pembelajaran. Bahkan kita tidak seutuhnya dapat merencanakan sesuatu di atas
kertas, karena kepastian hanya hadir ketika kita sudah di lapangan. Pembelajaran
berbasiskan sistem, menganalisis kebutuhan dan kondisi, dan memperimbangkan
personal sebagai ciptaanNya yang special adalah segelintir aspek yang
menentukan perkembangan organisasi.
Pintu pembelajaran sedang lebar terbuka, lembaran sederhana ini bukan panduan
namun hanya sekedar pijakan untuk berangkat ke titik yang lebih tinggi.
“Merdeka dan berkembanglah kau disana, karena kau adalah awal akan hadirnya
kejayaan diatas pertiwi.”
Sekian booklet ini kami susun, semoga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin serta
dikembangkan untuk setinggi – tingginya manfaat bagi orang banyak.
Bandung, Maret 2013
Tim Kaderisasi IMMG 2013
#catatan