pada usus halus tikus yang diberi probiotik dan enteropathogenic
Post on 12-Jan-2017
232 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA
1. Usus halus
Usus halus merupakan bagian dari saluran pencernaan manusia yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus halus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat nutrisi menuju hati melalui vena porta.
Dinding usus halus melepaskan lendir yang melumasi isi usus dan air yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna. Dinding usus
halus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang membantu proses pencernaan
(Guyton et al. 2002).
Usus halus manusia terdiri atas beberapa lapisan, yaitu lapisan mukosa,
lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan lapisan serosa (David et al.
2006). Usus halus pada manusia dan hewan (mamalia dan unggas) memiliki
lipatan mukosa yang disebut vili (Gambar 1). Vili usus halus manusia memiliki
tinggi 0.5-1.5 mm, terbentuk di permukaan mukosa. Vili tersusun atas kumpulan
sel epitel silindris sebaris yang berjejer dan jaringan ikat longgar lamina propria.
Sel epitel manusia memiliki mikrovili di permukaannya dengan panjang 1 m dan
diameter 0.1 m. Mikrovili berfungsi untuk menyerap nutrisi (Jonqueira &
Carneiro 2005). Kerusakan mikrovili dan atropi vili usus halus dapat
mengganggu penyerapan nutrisi (malabsorbtion syndrome). Di bagian bawah
vili, baik pada manusia maupun hewan (mamalia dan unggas) terdapat kripta dan
kelenjar Liberkun yang terdiri atas stem sel, sel goblet, sel Panet, dan
enteroendokrin sel (Jonqueira & Carneiro 2005; Samuelson 2007).
Usus halus berukuran sangat panjang, pada manusia bisa mencapai 5 m
yang terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum
adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung (Jonquiera &
Carneiro 2005). Duodenum merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz. Duodenum merupakan
organ retroperitoneal yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum.
Setelah duodenum, terdapat jejunum dan ileum yang digantungkan dalam tubuh
dengan mesenterium. Sedikit sulit untuk membedakan jejunum dan ileum secara
makroskopis.
5
Secara histologis, duodenum pada manusia maupun hewan memiliki jumlah
vili yang banyak, tinggi, dan berbentuk seperti lembaran daun. Duodenum juga
memiliki kripta dan kelenjar Liberkun dengan jumlah dan keadaan yang paling
baik. Selain itu, terdapat kelenjar submukosa (Brunner). Jejunum hampir mirip
dengan duodenum tetapi vilinya lebih kecil dan lebih sedikit. Di jejunum tidak
terlalu nampak adanya kelenjar submukosa (Brunner) namun jejunum memiliki
banyak sel goblet pada permukaan vilinya. Ileum adalah bagian akhir dari usus
halus, bentuk vilinya seperti ibu jari dengan jumlah kelenjar Liberkun yang
sedikit. Ileum memiliki lebih sedikit sel goblet namun dilengkapi dengan jaringan
limfatik yang besar yaitu daun Peyer (Jonqueira & Carneiro 2005; Samuelson
2007).
Gambar 1 Histologi usus halus (Samuelson 2007).
Tinggi vili usus halus menurun dari duodenum sampai ke distal ileum.
Epitel silindris vili usus selalu mengalami pergerakan dari bagian kripta menuju
apeks vili. Sel epitel di apeks vili akan mengalami apoptosis kemudian terlepas.
Pada hewan coba tikus telah diketahui bahwa lifespans sel epitel vilinya berkisar
39.4-49.4 jam (Qi et al. 2008). Sel epitel vili mengandung filamen aktin dan
6
miosin yang berfungsi untuk pergerakan mikrovili, serta mengandung jaringan
terminal sebagai reseptor perlekatan mikroba (Inamoto et al. 2008).
Sejak lahir, usus halus pada manusia dan hewan terus ditantang oleh antigen
terutama dari kontaminasi makanan. Karena permukaan usus halus yang sangat
luas (akibat involusi kompleks kripta dan vili), saluran usus halus rentan sebagai
tempat kolonisasi dan masuknya agen patogen. Beberapa patogen menyerang
permukaan epitel dan yang lain menyerang hingga menembus epitel. Pertahanan
fisik pada usus halus manusia dan hewan di antaranya adalah lapisan epitel,
mikroflora normal, dan lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir di
permukaan mukosa akan mencegah patogen menyerang epitel (David et al. 2006).
2. Mikroflora usus halus
Terkait fungsinya, usus halus manusia dan hewan memiliki komponen
mikroflora normal yang menunjang proses pencernaan makanan. Keseimbangan
mikroflora normal usus halus sangat penting untuk menjaga kesehatan saluran
pencernaan. Usus halus manusia mengandung sekitar 100 spesies bakteri sebagai
mikroflora. Mikroflora ini dapat tumbuh pada kondisi aerob maupun anaerob dan
berkoloni pada bagian-bagian tetentu dari organ pencernaan manusia (Turroni
2009). Pada hewan tikus, telah dilaporkan jumlah populasi mikroflora normal
pada usus halusnya sebesar 1014
cfu (colony forming unit), terdiri atas 0-105
cfu di
jejunum dan 103-10
9 cfu di ileum (Qi et al. 2008).
Kolonisasi mikroflora usus halus pada manusia maupun hewan dimulai
segera setelah lahir. Ada beberapa kontribusi dari mikroflora normal usus
terhadap pertahanan tubuh, misalnya mencegah kolonisasi patogen dengan
bersaing mendapatkan tempat dan nutrisi penting. Selain itu, mikroflora tersebut
juga dapat memproduksi zat yang menghambat maupun membunuh bakteri
patogen (David et al. 2006). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikroflora
usus yang seimbang dapat menstimulasi sistem imun, memproduksi enzim
pencernaan, dan membantu mengontrol pembentukan radikal bebas (Dutcosky et
al. 2006).
Kegagalan kolonisasi atau disregulasi mikroflora normal usus diduga
sebagai penyebab utama banyaknya penyakit pada saluran pencernaan manusia
7
maupun hewan. Komposisi mikroflora normal usus pada manusia dapat
dipengaruhi oleh usia, makanan, kontaminasi bakteri, dan kondisi tubuh (stres)
(David et al. 2006). Menurut Lourens-Hattingh dan Viljoen (2001), mikroflora
pada usus individu dewasa relatif stabil, namun akan kembali berubah seiring
bertambahnya usia. Oleh sebab itu, keseimbangan mikroflora ini perlu tetap
dijaga.
3. Probiotik dan BAL
Istilah probiotik pertama kali dikemukakan oleh Lilley dan Stiwell yang
mendefinisikan probiotik sebagai senyawa yang dihasilkan mikroba untuk
menstimulasi pertumbuhan mikroba lainya. Kemudian definisi probiotik
berkembang menjadi organisme atau senyawa yang memiliki kontribusi terhadap
keseimbangan mikroflora saluran pencernaan. Definisi lainya dari probiotik
adalah sediaan sel mikroba hidup atau komponen dari sel mikroba yang memiliki
pengaruh menguntungkan terhadap kesehatan dan kehidupan inangnya (Salminen
et al. 1999). Definisi probiotik terbaru dikeluarkan oleh FAO/WHO (2006), yaitu
mikroorganisme hidup yang jika diberikan dalam jumlah memadai akan
memberikan manfaat kesehatan bagi inangnya, atau ketika dikonsumsi dalam
jumlah yang cukup sebagai bagian dari pangan, akan memberikan manfaat
kesehatan bagi inangnya.
Probiotik dapat berupa bakteri gram positif, negatif, khamir, dan fungi.
Probiotik biasanya dimasukkan ke dalam pangan fermentasi yang berbasis susu.
Probiotik dapat dijadikan alternatif untuk mengobati infeksi saluran pencernaan
dan untuk mencegah diare. Manfaat kesehatan dari probiotik, yaitu
kemampuannya memelihara keseimbangan mikroflora normal usus, menghambat
bakteri patogen, dan meningkatkan sistem imun (Rolfe 2000).
Probiotik yang umum dipakai pada produk pangan komersial adalah
golongan bakteri asam laktat (BAL) (FAO/WHO 2006). BAL adalah bakteri
gram positif yang bersifat mikroaerofilik, tidak berspora, dan mampu
memfermentasi karbohidrat menjadi asam laktat. Bentuk BAL beragam, ada yang
berbentuk batang dan ada yang berbentuk koki. Jenis BAL yang sering digunakan
8
pada produk pangan komersial, yaitu Lactobacillus dan Bifidobacterium (Saulnier
et al. 2009; Miyazaki et al. 2010).
Probiotik dikembangkan sebagai pangan yang mendukung kesehatan
manusia. Fungsinya untuk pencegahan dan pengobatan penyakit di saluran
pencernaan seperti diare, gastroenteritis, laktosa intoleran, dan kanker kolon (Yan
& Polk 2008). BAL dari genus Lactobacillus dan Bifidobacteria telah terbukti
memiliki efek sebagai probiotik pada manusia. Beberapa Lactobacillus dapat
menghambat bakteri patogen, seperti E. coli, Salmonella Enteritidis, dan Vibrio
cholera (Liong 2007).
Yan dan Polk (2008) mengemukakan manfaat probiotik bagi saluran
pencernaan, yaitu; (1) meningkatkan pencernaan dan penyerapan nutrisi, (2)
memelihara keseimbangan mikroflora usus, (3) mengatur crosstalk antara epitel
usus dengan sistem imun, dan (4) mengatur fungsi imun. Berdasarkan penelitian
Harimurti dan Rahayu (2009), probiotik dapat meningkatkan tinggi dan lebar vili
pada usus halus ayam broiler sebagai hewan percobaanya. Hal ini disebabkan
oleh peningkatan asam lemak rantai pendek dari hasil fermentasi oleh probiotik.
Asam lemak rantai pendek beperan dalam stimulasi perbanyakan sel epitel usus
karena asam lemak ini merupakan komponen fosfolipid membran sel.
4. Potensi BAL sebagai probiotik pada saluran pencernaan
Aktivitas probiotik BAL sangat penting dalam mengatur keseimbangan
ekosistem saluran pencernaan. Menurut Naidu dan Clemens (20