p3 diabetes mellitus
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI III
FARMAKOTERAPI SISTEM ENDOKRIN
DIABETES MELLITUS
Disusun Oleh :
Yogi Wahyono G1F008016
Winda Ariyani G1F008049
Desiainy S. Sahara G1F008051
Prima Andikacitra G1F008052
Shinta Angresti P G1F008053
Putri Dyah F G1F008054
Tri Rahayu R A G1F008057
Agung Fitriyanto G1F008064
Dike Agus Triyanto G1F008081
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2011
A. Judul
Diabetes Mellitus
B. Data Base Pasien
No. DMK : 105787xx
Nama Pasien : Ny.S
Alamat : Surabaya
Umur : 69 tahun
Tgl. MRS. : 8 Oktober 2008
Tgl. KRS : 15 Oktober 2008
Ruangan : Interna 2
Diagnosa : DM + Sepsis
Diagnosa Akhir : DM
Riwayat Penyakit : DM (+) sejak 30 tahun yang lalu, HT (-)
Riwayat Obat : (-)
C. Data Klinik Dan Laboratorium
Data Klinik
Data
KlinikData Normal
Tanggal (Oktober 2008)
8 9 13 14
Tek.Darah 120/80 mmHg 120/60 120/60 140/80 140/80
Nadi 80-100 82 84 80 80
RR 12-20 /mnt 12 x 12 x 12 x 12 x
Suhu (0 C) 36,5-370 C 37,8 36,8 37 37,1
Keluhan batuk,sesak, lemas, mual,
BB turun
batuk (-) (-)
Data Laboratorium
Parameter Data NormalTanggal (Oktober 2008)
8 11 13
Glukosa 70-110 249 206
Glukosa 2 JPP < 140 186
Kreatinin 0,6 – 1,1 0,8
BUN 5-23 10,4
AST 5 - 34 15
ALT 11 - 60 15
Bilirubin Direct < 0,30 0,6
Bilirubin Indirect < 1,10 0,16
Albumin 3,8 – 4,4 3,29
WBC 4,5-10,5 12.000 12.000 8,8
HgB 11-18 11 11 11,3
RBC 4-6 4.400.000 4,41
Trombosit 150-350 341 341
HCT 38-42 37
LED < 20 95
K 3,8 – 5,5 3,46
Na 136 - 144
D. Patofisiologi Penyakit
Penyakit kencing manis atau disebut Diabetes melitus merupakan penyakit
menahun yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi nilai normal
(hiperglikemia). Kondisi ini timbul terutama disebabkan adanya gangguan pada
metabolisme karbohidrat di dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut antara
lain disebabkan oleh adanya gangguan fungsi hormon insulin di dalam tubuh.
Pada penderita Diabetes melitus, gangguan fungsi hormon insulin, akan
menyebabkan pula gangguan pada metabolisme lemak, yang ditandai dengan
meningkatnya kadar beberapa zat turunan lemak seperti trigliserida dan kolesterol.
Peningkatan trigliserida dan kolesterol merupakan akibat penurunan pemecahan
lemak yang terjadi karena penurunan aktivitas enzim-enzim pemecah lemak, yang
kerjanya dipengaruhi oleh insulin (Gustaviani 2006).
Menurut America Diabetes Association (ADA) 2003, Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Atau dengan kata lain Diabetes melitus merupakan adanya
peningkatan kadar gula darah oleh karena defisiensi insulin yang relatif ataupun
absolut.
Jenis Diabetes melitus dikelompokkan menurut sifatnya (Gustaviani, 2006):
a) Diabetes melitus yang tergantung insulin, merupakan destruksi sel beta,
yang umumnya terjadi defisiensi insulin yang absolut. Gejala yang
menonjol yaitu sering kencing (terutama malam hari), sering lapar, dan
sering haus. Sebagian penderita Diabetes melitus tipe ini berat badannya
normal atau kurus.
b) Diabetes melitus yang tidak tergantung insulin, Diabetes melitus ini
disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin
dapat normal, rendah atau bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk
metabolisme glukosa tidak ada atau kurang. Akibat glukosa dalam darah
tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia.
c) Diabetes melitusgestasional
Tiga gejala klasik yang dialami penderita Diabetes, yaitu (Gustaviani, 2006)
a) Banyakminum(polidipsia)
b) Banyak kencing (poliuria), terutama pada malam hari
c) Banyak makan (polipagi), tetapi berat badannya tidak naik-naik.
E. Komposisi Terapi
Terapi pada kasus :
Obat Dosis Rute Tanggal (Oktober 2008)
8 9 10 11 12 13 14
Infus PZ 7tetes
/mnt
IV V V
Diet B1 2100
Kal
PO V V V
Ceftazidim 3 x 1 IV V V V V V V V
Actrapid 3x4
UI 15’
SC V V 3x6 UI
3x8
UI
V
Ranitidin 2 x1 IV V V
Pamol 3 x 1 PO V
Terapi berdasarkan hasil diskusi :
Obat Dosis Rute Tanggal (Oktober 2008)
8 9 10 11 12 13 14
Infus PZ 7 tts
/mnt
IV V V
Diet B1 2100
kal
PO V V V
Amoksisillin 3 x 1 IV V V V
Actrapid 3 x 4
UI 15’
SC V V V V V V V
Ranitidin 2 x1 IV V V
Pamol 3 x 1 PO V
Losartan 1 x 1 PO V V
F. Pembahasan Terapi yang Diberikan
1. PZ (NaCl)
a. Dosis obat
500 mL
b. Hubungan umur pasien dan obat
Sesuai, bisa digunakan untuk Tn.E
c. Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium
Ion Na dan Cl dalam darah pasien mengalami penurunan yang sangat drastis,
sehingga perlu tambahan intake dari luar
d. Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit, dan riwayat
pengobatan
Berhubungan untuk meningkatkan cairan elektrolit pasien
e. Interaksi obat-obat, obat-makanan, dan obat-jamu
Tidak ada interaksi
f. Aturan pemakaian obat
7 tetes/menit secara IV s.p.r.n. telah sesuai
g. Lama penggunaan obat untuk terapi
Sampai kadar elektrolitnya normal
h. Efek terapetik obat / indikasi obat
Hiponatremi / sindroma rendah garam, mengembalikan keseimbangan cairan
tubuh dan ion-ion tubuh terutama NaCl, pengganti cairan elektrolit
i. Efek samping obat
Demam, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena, plebitis vena, yang
meluas dari tempat penyuntikan dan ekstravasi (Anonim, 2009)
j. Harga obat
Generik
2. Diet B1
a. Dosis Obat
2100 kkal
Terdiri dari 80 gram protein, 55 gram lemak, 825 gram karbohidrat.
b. Hubungan umur pasien dan obat
Sesuai untuk pasien.
c. Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium
Sesuai, karena pasien mengalami peningkatan kadar glukosa darah.
d. Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit, dan riwayat
pengobatan
Sesuai, karena pasien mengalami DM sejak berusia 39 tahun.
e. Interaksi obat-obat, obat-makanan, obat-jamu
Tidak ada interaksi.
f. Aturan Pakai
Diberikan secara per oral dalam bentuk tablet dan ada juga yang dalam
bentuk makanan sebanyak 3 kali sehari.
g. Lama Penggunaan
Tidak ada ketentuan. Biasanya digunakan hingga tubuh pasien sanggup untuk
menyesuaikan dengan makanan yang digunakan.
h. Efek terapeutik obat / indikasi obat
Bertujuan untuk menyesuaikan makanan dengan kesanggupan tubuh untuk
menggunakannya agar pasien mencapai ketaatan faali normal dan dapat
melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasa.
i. Efek Samping Obat
Tidak ada.
j. Harga Obat
Generik.
3. Ceftazidimea. Dosis
IV 500 mg – 2 gram setiap 8-12 jam (sediaan vial=1gram), jadi pada kasus ini terjadi overdose karena pada terapi pada kasus ceftazidime diberikan 3x1 gram. Sedangkan dosis maksimum = 2 gram.
b. Hubungan obat dengan umurCeftazidim dapat digunakan pada pasien berumur 69 tahun
c. Hubungan obat dengan data lab dan data klinikBB turun, WBC meningkat (120.000), yang dimungkinkan pasien tersebut mengalami infeksi, suhu badan pada hari 1 meningkat (37,80C).
d. Hubungan obat dengan riwayatTidak ada
e. InteraksiTidak ada interaksi obat dalam terapi
f. Aturan pakaiDigunakan secara IV sediaan vial = 1 gram 2 x sehari
g. Lama penggunaanSampai kadar WBC normal
h. IndikasiDigunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan bawah, kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi tulang dan sendi, septikemia dengan mekanisme menghambat sintesis mukopeptida pada dinding sel bakteri.
i. ESOFlebitis pada pemberian secara IV, demam
j. Harga obatgenerik
4. Actrapida. Dosis
0,5-1 IU/KgBB/harib. Hubungan obat dengan umur
Actrapid dapat digunakan pada pasien berumur 69 tahunc. Hubungan obat dengan data lab dan data klinik
Pasien mengalami hiperglikemi sehingga pasien perlu insulind. Hubungan obat dengan riwayat
Sesuai, karena pasien mengalami riwayat DM selama 30 tahune. Interaksi
Dapat menurunkan efek hipoglikemi insulin : kentrasepsi oral, kortikosteroid, diltiazem, smoking, epinephrine, hormon tiroidDapat meningkatkan efek hipoglikemi insulin : alkohol, b-blocker, MAO inhibitor, salisilat, tetrasiklin.
f. Aturan pakai3 x sehari 4 UI 30 menit sebelum makan secara SC
g. Lama penggunaanSampai nilai glukosa darah normal
h. IndikasiUntuk terapi DM, hiperglikemi, resistensi insulin.
i. ESOHipoglikemi
j. Harga obatBrandname
5. Ranitidin p.o.
a. Dosis obat
Dosis penggunaan ranitidin untuk pasien dewasa adalah 50mg/2ml.
b. Hubungan umur pasien dan obat
Ranitidin telah sesuai digunakan pada pasien dengan usia 69 tahun.
c. Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium
Pemberian ranitidin disesuaikan dengan keluhan pasien, yaitu mual.
d. Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan riwayat
pengobatan
Tidak ada hubungan antara penggunaan ranitidin dengan riwayat pasien,
penyakit dan pengobatan
e. Interaksi obat-obat, obat-makanan, dan obat jamu
Hindari konsumsi alkohol, kopi, dan teh (kafein).
Tidak ada interaksi antara. ranitidin dengan obat lain yang digunakan karena
hanya memiliki interaksi dengan warfarin, ketokonazole, tiazolam,
midazolam, glipizid
f. Aturan pemakaian obat
Ranitidin digunakan melalui intravena sebanyak 2x sehari 1 ampul. 1 ampul =
50 mg/2ml
g. Lama penggunaan obat untuk terapi
Ranitidin digunakan sampai pasien tidak mengeluhkan mual lagi. Dalam
kasus ranitidin telah sesuai yaitu digunakan 2 hari pada hari I dan II.
h. Efek terapetik obat / indikasi obat
Ranitidin merupakan antagonis reseptor H2 sehingga dapat mengurangi
sekresi asam lambung, sehingga mampu mengobati mual yang disebabkan
oleh kelebihan asam lambung atau mual karena gastroesofageal
i. Efek samping obat
Kardiovaskular : bradikardi, asystole, atrioventrikular blok
Gastrointestinal : Konstipasi.
j. Harga obat
Generik.
6. Pamol (Paracetamol)
a. Dosis obat
Dosis lazim penggunaan pamol adalah 500-1000 mg 3x sehari sesudah
makan, maksimal 4 gram/hari, pada penyakit kronis maksimal 2,5 gram/hari
(Tjay, 2007). Dosis yang digunakan dalam kasus adalah 3x500 → Sesuai
b. Hubungan umur pasien dan obat
Pamol sesuai diberikan pada Ny.S yang berumur 69 tahun
c. Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium
Penggunaan pamol telah sesuai karena suhu tubuh pasien mengalami
peningkatan yaitu 37,8˚ C (diatas normal)
d. Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit, dan riwayat
pengobatan
Tidak ada hubungan dari penggunaan pamol dengan riwayat pasien, penyakit
dan pengobatan
e. Interaksi obat-obat, obat-makanan, dan obat-jamu
- Interaksi dengan etanol : pada penggunaan berlebih meningkatkan efek
hepatotoksik
- Jamu yang mengandung kumarin : Meningkatkan efek antikoagulan
f. Aturan pemakaian obat
Pamol digunakan 3x sehari 1 tablet (500 mg) diberikan setelah makan
g. Lama penggunaan obat untuk terapi
Pamol digunakan sampai suhu tubuh normal kembali, pada kasus ini lebih
baik diberikan hanya pada hari 1 saja.
h. Efek terapetik obat / indikasi obat
Pamol merupakan obat golongan analgesik dan antipiretik dengan cara
menghambat sisntesis protaglandin pada SSP. Parasetamol diduga
menghambat isoenzim COX-3, suatu varian dari COX-1. COX-3 ini hanya
ada di obat. (Tjay, 2007)
i. Efek samping obat
Hipersensitifitas, dan kelainan darah, menyebabkan kerusakan dihati /
hepatotoksik, jika digunakan jangka panjang atau digunakan 5 kali dosis
normal
j. Harga obat
Brandname
SARAN
1. Penggunaan antibiotik ceftazidim diganti menjadi amoksisilin karena pasien
tidak mengalami sepsis, yang dicurigai dengan gejala lemas, mual, BB turun
serta peningkatan nilai WBC hingga 12.000 (normal 4,5-10,5) namun pada
diagnosis akhir tidak ada sepsis hanya DM saja. Sehingga diganti antibiotik
yang berspektru luas seperti golongan β-laktam spektrum luas, serta untuk
menghindari terjadinya resistensi.
Amoksisilin
a. Dosis obat
Dosis amoksisilin yang dipakai yaitu sediaan tablet 500mg 3x sehari
setelah makan telah sesuai
b. Hubungan umur pasien dan obat
Amoksisilin telah sesuai digunakan pada pasien dengan usia 69 tahun.
c. Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium
Pemberian amoksisilin telah sesuai, karena untuk mengatasi infeksi yang
terjadi.
d. Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit, dan riwayat
pengobatan
Tidak ada hubungan antara penggunaan amoksisilin dengan riwayat
pasien, penyakit dan pengobatan
e. Interaksi obat-obat, obat-makanan, dan obat-jamu
Efek meningkat dengan disulfiram dan probenesid.
Penurunan efek dengan tetrasiklin dan kloramfenikol.
Berpotensi fatal Meningkatkan efek antikoagulan oral
f. Aturan pemakaian obat
Penggunaan amoksisilin telah sesuai, yaitu 3x sehari 1tablet 500mg
sesudah makan
g. Lama penggunaan obat untuk terapi
Amoksisilin digunakan selama 3 hari, atau sampai kadar WBC nya
normal.
h. Efek terapetik obat / indikasi obat
Amoksisilin merupakan antibiotik golongan β-laktam spektrum luas.
Amoksisilin digunakan untuk : Pengobatan THT, kulit dan struktur kulit,
saluran pernapasan bagian bawah, dan infeksi gonore akut tanpa
komplikasi yang disebabkan oleh organisme tertentu.
i. Efek samping obat
Hiperaktif, agitasi, insomnia, pusing, ruam makulopapular, dermatitis
eksfoliatif, urtikaria, vaskulitis hipersensitif, diare, mual, muntah, anemia,
trombositopenia, leukopenia,agranulositosis. Berpotensi fatal:
hipersensitivitas neuromuskular; kolitis pseudomembran.
j. Harga obat
Generik
2. Penggunaan actrapid disamakan dosisnya yaitu sebesar 3x4 UI, pada tanggal 10
dan 13 Oktober 2008 dosis yang digunakan dinaikkan menjadi 3x6 UI dan 3x8
UI. Hal ini tidak perlu dilakukan sebab dengan dosis 3x4 UI sudah dapat
menurunkan kadar glukosa darah yang ditunjukkan dalam data laboratorium,
selain itu peningkatan dosis dikhawatirkan dapat menyebabkan hipoglikemi.
3. Pasien mengalami kenaikan tekanan darah pada tanggal 13 dan 14 Oktober
2008 sebesar 140/80 mmHg, namun tidak diberikan obat anti hipertensi.
Sehingga perlu diberikan obat penurun tekanan darah. Alternatif pilihan obat
anti hipertensi untuk pasien DM adalah golongan ACEI dan ARB. Karena
pasien mengeluhkan batuk maka obat yang dipilih adalah golongan ARB yaitu
losartan.
Losartan
a. Dosis obat
Dosis penggunaan ranitidin Losartan untuk penderita DM adalah 50mg 1x
sehari dan dosis maksimalnya 100mg sehari.
b. Hubungan umur pasien dan obat
Losartan telah sesuai digunakan pada pasien dengan usia 69 tahun.
c. Hubungan pengobatan dengan data klinik dan laboratorium
Pemberian losartan dikarenakan pasien memiliki tekanan darah 140/80
pada hari ke-6dan7 yang menunjukan Ny.S menderita hipertensi stage 1.
d. Hubungan pengobatan dengan riwayat pasien, penyakit dan riwayat
pengobatan
Pasien diberikan losartan yang merupakan golongan ARB yang tidak
memiliki efek samping batuk, karena pasien mengeluhkan batuk pada har
ke1 dan 2.
e. Interaksi obat-obat, obat-makanan, dan obat jamu
Efek hipotensif dari losartan oleh diuretik dan antihipertensi lainnya.
Inhibitor ACE meningkatkan resiko hiperkalemia secara bersamaan,
ciclosporin, diuretik hemat kalium dan suplemen K. Efek hipotensif dan
peningkatan risiko gangguan ginjal bila digunakan dengan NSAID.
Berpotensi fatal: Risiko toksisitas litium dengan menggunakan losartan.
f. Aturan pemakaian obat
Losartan digunakan 1x sehari 50mg telah sesuai
g. Lama penggunaan obat untuk terapi
Losartan digunakan pada hari ke 13 dan 14, dan digunakan saat tekanan
darah pasien meningkat(hipertensi).
h. Efek terapetik obat / indikasi obat
Losartan merupakan obat golongan angiotensin reseptor bloker (ARB)
obat ini selektif menghambat vasokontriksi dan efek sekresi aldosteron
dengan cara memblok reseptor AT sehingga AT II tidak dapat berikatan
dengan reseptor sehingga TD menurun. Obat ini digunakan untuk
pengobatan hipertensi dan DM nefropati tipe 2.
i. Efek samping obat
Sakit kepala, pusing, nyeri punggung, mialgia, gangguan saluran
pernafasan, asthenia /kelelahan, hipotensi dosis pertama, ruam,
angioedema, neutropenia, gangguan GI, elevasitransien enzim hati,
gangguan fungsi ginjal, gangguan rasa dan hiperkalemia.
j. Harga obat
Generik.
4. Pamol hendaknya digunakan pada hari pertama pasien masu RS karena suhu
tubuh pasien naik sebesar 37,8°C, sedangkan pada terapi tidak diberi.
G. Terapi Non Farmakologi
Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologi yang
sangat direkomendasikan bagi penyandang diabetes. Terapi gizi medis ini pada
prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status
gizi diabetisi dan melakukan modifikasi det berdasarkan kebutuhan individual.
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan
berikut:
a. Memberikan semua unsur makanan esensial
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c. Memenuhi kebutuhan energi
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
Beberapa faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan perubahan
pola makan, antara lain: tinggi badan, BB, status gizi, status kesehatan, aktivitas
fisik, dan faktor usia. Selain itu juga terdapat faktor fisiologis seperti masa
kehamilan, masa pertumbuhan, gangguan pencernaan pada usia tua, dan lain-lain.
Masalah lain juga perlu diperhatikan, seperti: masalah status ekonomi,
lingkungan, kebiasaan atau tradisi di dalam lingkungan yang bersangkutan serta
kemampuan petugas kesehatan yang ada.
Jenis bahan makanan
Karbohidrat. Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat
kompleks (khususnya yang berserat tinggi) seperti roti gandum-utuh, nasi beras
tumbuk, sereal dan pasta/mi yang berasal dari gandum yang masih mengandung
bekatul. Sebagai sumber energi, karbohidrat yang diberikan pada diabetisi tidak
boleh lebih dari 55-65% dari total kebutuhan energi sehari, atau tidak boleh lebih
dari 70% jika dikombinasi dengan pemberian asam lemak tidak jenuh rantai
tunggal. Pada setiap karbohidrat terdapat kandungan energi sebesar 4 kilokalori.
Rekomndasi pemberian karbohidrat:
a. Kandungan total kalori pada makanan yang mengandung karbohidrat,
lebih ditentukan oleh jumlahnya dibandingkan dengan jenis karbohidrat itu
sendiri
b. Dari total kebutuhan kalori per hari 60-70% diantaranya berasal dari
sumber karbohidrat
c. Jumlah serat 25-50 gram per hari
d. Jumlah sukrosa sebagi sumber energi tidak perlu dibatasi, namun jangan
sampai lebih dari total kalori per hari
e. Sebagai pemanis dapat digunakan pemanis non kalori, seperti sakarin,
aspartame, acesulfan, dan sukralosa
f. Penggunaan alcohol harus dibatasi tidak boleh leboh dari 10 gram/hari
g. Fruktosa tidak boleh lebih dari 0 gram/hari
h. makanan yang mengandung sukrosa tidak perlu dibatasi
Protein. Jumlah kebutuhan protein yang direkomndasikan sekitar 10-15% dari
total kalori per hari. Protein mengandung energi sebesar 4 kilokalori/gram.
Rekomendasi pemberian protein:
a. kebutuhan protein 15-20% dari total kebutuhan energi per hari
b. pada keadaan kadar glukosa darah yang terkontrol, asupan protein tidak
akan mempengaruhi konsentrasi glukosa darah
c. Pada keadaan kadar gliukosa darah tidak terkontrol, pemberian protein
sebesar 0,8-1,0 mg/kg BB/hari
d. Pada gangguan fungsi ginjal, jumlah asupan protein diturunkan sampai
0,85 gram/kg BB/hari dan tidak kurang dari 40 gram
e. Jika terdapat komplikasi kardiovaskular, maka sumber protein nabati lebih
dianjurkan dari protein hewani
Lemak. Lemak mempunyai kandungan energi sebesar 9 kilokalori per gramnya.
Pembatasan asupan lemak jenuh dan kolesterol sangat disarankan bagi diabetisi
karena terbukti dapat memperbaiki profil lipid tidak normal yang sering dijumpai
pada diabetes. Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (MUFA) merupakan salah
satu asam lemak yang dapat memperbaiki kadar glukosa darah dan profil lipid.
Pemberian MUFA pada diet diabetisi dapat menurunkan kadar trigliserida,
kolesterol total, kolesterol VLDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL.
Sedangakan asam lemak tidak jenuh rantai panjang (PUFA) dapat melindungi
jantung, menurunkan kadar trigliserida, memperbaiki agregasi trombosit. PUFA
ini mengandung omega 3 yang dapat menurunkan sintesis hati dan meningkatkan
aktivitas enzim lipoprotein lipase yang dapat menurunkan kadar VLDL di
jaringan perifer, sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol LDL. Rekomendasi
pemberian lemak:
a. Batasi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, jumlah
maksimal 10% dari total kebutuhan kalori per hari
b. Jika kadar kolesterol LDL≥ 100 mg/dl, asupan lemak jenuh diturunkan
sampai maksimal 7% dari total kalori per hari
c. Konsumsi kolesterol maksimal 300 mg/hari, jika kadar kolesterol LDL
≥100 mg/dl, maka maksimal kolesterol yang dapat dikonsumsi 200
mg/hari
d. Batasi asupan lemak bentuk trans
e. Konsumsi ikan seminggu 2-3 kali untuk mencukupi kebutuhan assam
lemak tidak jenuh rantai panjang
f. Asupan asam lemak tidak jenuh rantai panjang maksimal 10% dari asupan
kalori per hari
G. Monitoring
1. Monitoring kadar glukosa darah setelah pemakain insulin melalui:
GDP dengan pemeriksaan tiap 1 bulan sekali, gula darah 2 JPP setiap 1 bulan
sekali, HBA1C setiap 3 bulan sekali.
2. Monitor nilai:
-tekanan darah setelah pemakaian losartan.
-WBC setelah penggunaan amoksisilin.
-elektrolit tubuh seperti K setelah pemakaian PZ.
3, Monitoring tanda-tanda vital seperti suhu setelah pemakaian pamol
-asupan nutrisi yang diperlukan melalui diet B1.
-monitoring efek samping penggunaan obat seperti flebitis karena infus, alergi
pada tempat injeksi insulin, hipoglikemia karena pemakaian insulin,
monitoring keadaan jantung, ginjal dan kemungkinan komplikasi lain dari DM.
H. . KIE (Konsultasi,Informasi dan Edukasi kepada pasien)
1. Memberikan informasi tentang obat baik mengenai nama obat, dosis, aturan pakai, dan cara penggunaan obat.
2. Memberikan informasi kepada pasien dimana diabetes cenderung mengalami kondisi dimana kadar gula darah terlalu rendah (hipoglikemia) akibat penggunaan obat diabetes atau karena kurang makan. Kondisi ini dapat membuat pasien merasa gemetar, pusing, berkeringat dingin, lapar, sakit kepala, kulit pucat, emosi labil, sulit memusatkan perhatian, bingung atau rasa kesemutan disekeliling mulut.
3. Memberikan informasi, instruksi, dan peringatan kepada pasien dan keluarganya tentang efek terapi dan efek samping yang mungkin timbul selama pegobatan.
4. Memberikan informasi kepada pasien untuk senantiasa mengimbangi terapi farmakologi dengan terapi non farmakologi untuk menunjang proses pemulihan.
5. Memberikan informasi kepada pasien dimana jika diabetes semakin memburuk selama terapi, maka anjurkan pasien untuk kontrol kembali ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Drug Information Handbook. Ohio: Lexy comps.
Gustaviani, R. (2006) Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. IN ARU W. SUDOYO, D. (Ed.) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. IV ed. Jakarta, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Mansjoer, A. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Penerbit UI.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner & Suddarth volume 2. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru, W.dkk. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi keempat. Jakarta: Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalm FK UI