oleh : rika astuti pulungan teknologi hasil pertanian
TRANSCRIPT
PERUBAHAN SIFAT FISIK MINYAK KEDELAI YANG BERCAMPUR DENGAN MINYAK BABI
S K R I P S I
Oleh :
RIKA ASTUTI PULUNGAN
1504310001
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
Perubahan Sifat Fisik Minyak Kedelai Yang Bercampur Dengan Minyak
Babi
Changes in the Physical Properties of Soybean Oil Mixed with Pig Oil
Oleh:
RIKA ASTUTI PULUNGAN
1504310001
ABSTRACT
Soybean oil is a vegetable oil produced from soybean seeds. Soybean oil is
one of the most widely used cooking oils. In addition, soybean oil is also used as a
drying oil (oil drying), which is oil that can harden over time during exposure to
air and form a waterproof layer. The oil content and fatty acid composition in
soybeans are influenced by varieties and the conditions in which the climate
grows. Coarse fat consists of triglycerides of 90-95%, while the rest are
phosphatides, free fatty acids, sterols and tocopherols. Pig oil is a basic food
ingredient commonly used as cooking oil or as a complement to cuisine. Pig fat
has a lower saturated fat and cholesterol content than butter. Fats in pigs need to
go through a process to become lard which can be used as food. This research
uses a factorial completely randomized design (RAL) with (2) two replications.
Factor I: Solvent Concentration (K) consists of 4 levels, namely: K1= 20%, K2=
30%, K3= 40% and K4= 50%. Factor II: Maseration Time (W) consists of 4
levels, namely: W1= 06 Hours, W2= 12 Hours, W3= 18 Hours and W4= 24
Hours. The parameters observed included specific gravity, acid number, iodine
number and total microbial test. From the results of statistical analysis on each
parameter: The effect of n-hexane concentration of soybean oil, pig oil and
soybean oil mixed with pork oil had a very significant effect (p <0.01) on specific
gravity. The effect of maceration time of corn oil, pork oil and corn oil mixed
with pork oil gave a very significant different effect (p <0.01) on specific gravity.
Keywords: Soybean oil, pork oil, n-hexane, adulteration and maceration.
ABSTRAK
Minyak kedelai merupakan minyak nabati yang dihasilkan dari
biji kedelai. Minyak kedelai merupakan salah satu minyak goreng yang paling
banyak digunakan. Selain itu, minyak kedelai juga digunakan sebagai minyak
pengering (drying oil), yaitu minyak yang mampu mengeras seiring waktu selama
terpapar dengan udara dan membentuk lapisan kedap air. Kandungan minyak dan
komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh varietas dan keadaan iklim
tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida sebesar 90-95%, sedangkan
sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan tokoferol. Minyak babi
merupakan bahan dasar makanan yang biasa digunakan sebagai minyak goreng
atau sebagai pelengkap masakan. Lemak babi memiliki kandungan lemak jenuh
dan kolesterol yang lebih rendah dari pada mentega. Lemak pada babi perlu
melalui proses pengolahan untuk dapat menjadi lemak babi yang dapat menjadi
bahan makanan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktorial dengan (2) dua ulangan.Faktor I: Konsentrasi Pelarut (K)terdiri dari 4
taraf yaitu:K1= 20%, K2= 30%, K3= 40% dan K4= 50%. Faktor II : Waktu
Maserasi (W) terdiri dari 4 taraf yaitu :W1= 06 Jam, W2= 12 Jam, W3=1 8 Jam
dan W4= 24 Jam. Parameter yang diamati meliputi bobot jenis, bilangan asam,
bilangan iodium dan uji total mikroba. Dari hasil analisis sidik statistik pada
setiap parameter:Pengaruh konsentrasi n–Heksan minyak kedelai, minyak babi
dan minyak kedelai bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda
sangat nyata (p<0,01) terhadap bobot jenis. Pengaruh waktu maserasi minyak
jagung, minyak babi dan minyak jagung bercampur minyak babi memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap bobot jenis.
Kata Kunci:Minyak kedelai, Minyak babi, n-Heksan, adulterasi dan maserasi.
RINGKASAN
Penelitian ini berjudul “Perubahan Sifat Fisik Minyak Kedelai Yang
Bercampur Dengan Minyak Babi’. Dibimbing oleh Ibu Dr.Ir. Desi Ardilla, M.Si
selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Muhammad Taufik, M.Si
selaku Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut n-Heksana terhadap perubahan
sifat fisik minyak kedelai yang bercampur dengan minyak babi. Untuk
mengetahui pengaruh waktu maserasi terhadap perubahan sifat fisik minyak
kedelai yang bercampur dengan minyak babi. Dan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi pelarut n-Heksana dan waktu maserasi terhadap pertumbuhan mikroba
minyak kedelai yang bercampur dengan minyak babi.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan (2) ulangan. Faktor 1 adalah konsentrasi n-heksan dengan simbol huruf
(K) yang terdiri dari 4 taraf yaitu K1=20%, K2=30%, K3= 40%, K4= 50%. Faktor
2 adalah waktu maserasi dengan simbol huruf (W) yang terdiri dari 4 taraf yaitu
W1= 6 jam, W2= 12 jam W3= 18 jam, W4= 24 jam. Parameter yang diamati
meliputi Bobot Jenis, Bilangan Iodium, Bilangan Asam dan Uji Total Mikroba.
Hasil analisa secara statistik pada masing-masing parameter memberikan
kesimpulan sebagai berikut :
Bobot Jenis
Pengaruh konsentrasi n–Heksan minyak kedelai, minyak babi dan minyak
kedelai bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap bobot jenis. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-
Heksan Minyak Kedelai Terhadap Bobot Jenis. Nilai tertinggi minyak kedelai
dapat dilihat pada perlakuan K4= 0,808 gr/ml dan nilai terendah dapat dilihat
perlakuan K1= 0,784 gr/ml. Pengaruh konsentrasi n-Heksan Minyak Babi
Terhadap Bobot Jenis. Nilai tertinggi minyak babi pada perlakuan K4= 0,958
gr/ml dan nilai terendah dapat dilihat perlakuan K1= 0,731 gr/ml. Pengaruh
Konsentrasi n-Heksan Terhadap Minyak Kedelai Yang Bercampur Dengan
Minyak Babi. Nilai tertinggi minyak kedelai yang bercampur dengan minyak babi
pada perlakuan K4= 0,774 gr/ml dan nilai terendah dapat dilihat pada perlakuan
K1= 0,750 gr/ml.
Waktu maserasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,05)
terhadap bobot jenis. Bobot jenis minyak kedelai yang tertinggi terdapat pada
perlakuan W4= 0,799 gr/ml dan nilai terendah dapat dilihat dari perlakuan W1=
0,793 gr/ml. Waktu maserasi pada minyak babi tertinggi pada perlakuan W4=
0,860 g/ml. Waktu maserasi pada minyak kedelai yang bercampur dengan
minyak babi nilai tertinggi pada perlakuan W4= 0,765 g/ml dan perlakuan
terreandah pada perlakuan W1= 0,759 g/ml. Pengaruh interaksi konsentrasi n-
Heksan dan waktu maserasi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (p>0,05)
bobot jenis. Sehingga pengujian selanjutnya tidak dilakukan.
Bilangan Asam
Pengaruh konsentrasi n–Heksan minyak jkedelai, minyak babi dan minyak
kedelai bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap bilangan asam. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi
n-Heksan Minyak Kedelai Terhadap Bilangan Asam. Nilai tertinggi minyak
kedelai dapat dilihat pada perlakuan K4= 0,488 mg KOH/g dan nilai terendah
dapat dilihat perlakuan K1= 0,280 mg KOH/g. konsentrasi n-Heksan minyak babi
pada bilangan asam nilai tertinggi terdapat pada perlakuan K4= 0,488 mg KOH/g
dan nilai terrendah pada konsentrasi K1= 2,455 mg KOH/g. Konsentrasi n-heksan
minyak kedelai yang bercampur dengan minyak babi. Nilai tertinggi pada
perlakuan K4= 0,243 mg KOH/g dan nilai terrendah pada perlakuan K1= 0,214 mg
KOH/g. Pengaruh interaksi konsentrasi n-Heksan dan waktu maserasi
memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (p>0,05) bilangan asam. Sehingga
pengujian selanjutnya tidak dilakukan.
Waktu maserasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,05)
terhadap bilangan asam. Waktu maserasi minyak kedelai pada bilangan asam yang
tertinggi terdapat pada perlakuan W4= 0,408 mg KOH/g dan nilai terendah dapat
dilihat dari perlakuan W1= 0,363 mg KOH/g. Waktu maserasi minyak babi pada
bilangan asam nilai tertinggi pada perlakuan W4= 2,637 mg KOH/g dan nilai
terendah pada perlakuan W1= 2,427 mg KOH/g. Waktu maserasi minyak kedelai
yang bercampur dengan minyak babi pada bilangan asam. Nilai tertinggi terdapat
pada perlakuan W4= 0,231mg KOH/g dan nilai terendah pada perlakuan W1=
0,226 mg KOH/g.
Bilangan Iodium
Pengaruh konsentrasi n–Heksan minyak Kedelai, minyak babi dan minyak
kedelai bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap bilangan iod. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi
n-Heksan Minyak Kedelai Terhadap Bilangan Iod. Nilai tertinggi minyak kedelai
dapat dilihat pada perlakuan K4= 47,125 g I2/100g dan nilai terendah dapat dilihat
perlakuan K1= 0,912 g/ml
Waktu maserasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,05)
terhadap bilangan iod. Waktu maserasi minyak kedelai pada bilangan iod yang
tertinggi terdapat pada perlakuan W4= 42,500 g I2/100g dan nilai terendah dapat
dilihat dari perlakuan W1= 37,000 g I2/100g. Waktu maserasi minyak babi pada
bilangan iodium. Nilai tertinggi pada perlakuan W4= 90,004 g I2/100g dan nilai
terendah dapat dilihat pada perlakuan W1= 86,070 gI2/100g. Waktu maserasi
minyak kedelai yang bercampur dengan minyak babi pada bilangan iodium. Nilai
tertinggi pada perlakuan W4= 32,500 gI2/100g dan nilai terendah pada perlakuan
W1= 27,750 gI2/100g. Pengaruh interaksi konsentrasi n-Heksan dan waktu
maserasi memberikan pengaruh berbeda tidak nyata (p>0,05) bilangan iod.
Sehingga pengujian selanjutnya tidak dilakukan.
Uji Total Mikroba (Total Plate Count)
Pengaruh konsentrasi n–Heksan minyak kedelai, minyak babi dan minyak
kedelai bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(p<0,05) terhadap total mikroba. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi
n-Heksan Minyak Kedelai Terhadap Total Mikroba. Nilai tertinggi minyak
kedelai dapat dilihat pada perlakuan K1= 3,561 CFU/g dan nilai terendah dapat
dilihat perlakuan K4= 3,241 CFU/g. Konsentrasi n-heksan minyak babi pada total
mikroba nilai tertinggi pada perlakuan K1= 17150,000 CFU/g dan perlakuan
terendah pada perlakuan K4= 13525,000 CFU/g. Konsentrasi n-heksan minyak
kedelai yang bercampur dengan minyak babi pada total mikroba perlakuan
tertinggi pada perlakuan K1= 4,901 CFU/g dan perlakuan terendah pada perlakuan
K4= 4,573 CFU/g.
Waktu maserasi memberikan pengaruh berbeda sangat nyata (p<0,05)
terhadap total mikroba. Waktu maserasi minyak kedelai pada Total Mikroba yang
tertinggi terdapat pada perlakuan W4= 3,443 CFU/g dan nilai terendah dapat
dilihat dari perlakuan W1= 3,376 CFU/g. Waktu maserasi minyak babi pada total
mikroba perlakuan tertinggi pada perlakuan W4= 16062,500 CFU/g dan perlakuan
terendah pada perlakuan W1= 14237,500 CFU/g. Waktu maserasi minyak kedelai
yang bercampur dengan minyak babi pada total mikroba. NilaI tertinggi pada
perlakuan W4= 4,849 CFU/g dan nilai terendah pada perlakuan W1= 4,676 CFU/g.
RIWAYAT HIDUP
Rika Astuti Pulungan, dilahirkan di Desa Sibsdoar, Kecamatan Sipirok,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 26 Januari
1997, anak keempat dari enam bersaudara dari Ayahanda Muhammad Fauzi
Pulungan dan Ibunda Mastiur Pane.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh Penulis adalah :
1. SD Negeri 104410 desa Sibadoar, kecamatan Sipirok, Kabupaten
Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara (Tahun 2003-2009).
2. SMP Negeri 1 Sipirok, kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli
Selatan, Provinsi Sumatera (Tahun 2009-2011).
3. SMA Negeri 1 Sipirok kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli
Selatan, Provinsi Sumatera Utara (Tahun 2011-2014).
4. Diterima sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara pada tahun 2015.
5. Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT. Perkebunan Nusantara
IV Unit Usaha Sawit Langkat, Kabupaten Langkat Sumatera Utara
6. Dan terakhir tahun 2019
telah menyelesaikan skripsi dengan judul “Perubahan Sifat Fisik
Minyak Kedelai Yang Bercampur Dengan Minyak Babi”.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
segala karunia dan hidayah-Nya serta kemurahan-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERUBAHAN SIFAT FISIK MINYAK
KEDELAI YANG BERCAMPUR DENGAN MINYAK BABI”.
Saya menyadari bahwa materi yang terkandung dalam skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, hal ini di sebabkan karena
terbatasnya kemampunan dan masih banyaknya kekurangan saya. Untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1
(S1) di jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan Ridho-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir studi strata 1 (S1).
2. Ayahanda Muhammad Fauzi Pulungan dan Ibunda Mastiur Pane yang
mengasuh, membesarkan, mendidik, memberi semangat, memberi kasih
sayang dan cinta yang tiada ternilai serta memberikan do’a dan dukungan
yang tiada henti baik moral maupun materil sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas akhir studi strata 1 (S1).
3. Bapak Dr. Agussani, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
4. Ibu Ir, Asritanarni Munar, M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Ir. Desi Ardilla, M. Si. selaku ketua pembimbing sekaligus Ketua
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian. Yang telah membantu dan
membimbing saya dalam menyelesaikan tugas akhir studi strata 1 (S1).
6. Bapak Dr. Muhammad Taufik.M.Si. selaku anggota pembimbing yang
telah membantu dan membimbing saya dalam menyelesaikan tugas akhir
studi strata 1 (S1).
7. Dosen–dosen Teknologi Hasil Pertanian yang senantiasa memberikan ilmu
dan nasehatnya selama di dalam maupun di luar perkuliahan.
8. Kakak, abang dan adik Nur Mala Dewi Pulungan, S.Pd., Nur Aisyah
Pulungan Amd.Keb, Abbas Parulian Pulungan S.Kom, Agus Sulaiman
Pulungan, Ricky Husein Pulungan dan Mardiana Sihombing yang selalu
memberikan semangat juga do’anya dalam menyelesaikan tugas akhir
studi strata 1 (S1).
9. Sahabat terkasih (Amelia Agustin Pulungan S.P, Nur Waridah Angriani
Nasution S.P, Widitiya Nurim Pasta, Evi Juliani S.P, Anggi Kharisma)
atas persahabatan indah yang dimulai dari awal semester 1 hingga
sekarang, yang selalu berbagi suka duka, selalu menguatkan dan
menasehati satu sama lain juga membantu saya dalam menyelesaikan
tugas akhir studi strata 1 (S1).
10. Teman-teman THP (Amelia Agustina Pulungan S.P, Nur Waridah
Angriani Nasution S.P, Widitiya Nurim Pasta, Evi Juliani S.P, Muhammad
Yunus Salam S.P) atas ketersediannya menemani saya selama beberapa
kali bertemu dosen pembimbing, juga seluruh teman-teman THP stambuk
2015 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
11. Team PKL Sawit Langkat Franssiska Putri S.P, Reza Syahputra Purba S.P,
Saddam Husein Rambe S.P. Andi Syahputra S.P, yang selalu menguatkan
dan menasehati satu sama lain juga membantu saya dalam menyelesaikan
tugas akhir studi strata 1 (S1).
12. Teman bimbingan Nur Waridah Angriani Nasution S.P, Kak Sri Dewi
Sihotang dan Irfan Kurniawan yang telah membantu selama penelitian.
13. Seluruh staf biro dan pegawai Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
14. Kakanda dan adinda stambuk 2014, 2016, 2017, 2018. Jurusan Teknologi
Hasil Pertanian yang telah banyak membantu selama ini.
Besar harapan saya agar skripso ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
serta masukkan berupa kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Medan, Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................... i
RINGKASAN ............................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
Kegunaan Penelitian ......................................................................... 6
Hipotesa Penelitian ............................................................................ 6
TINJAUAN PUSTAKA
Kedelai ................................................................................................... 7
Minyak Kedelai .................................................................................... 10
Kegunaan Minyak Kedelai ................................................................... 12
Minyak Babi ......................................................................................... 12
Ekstraksi ............................................................................................... 15
Metode Ekstraksi Maserasi ................................................................... 15
Adultererai ........................................................................................... 18
Pelarut n-Heksana ................................................................................. 20
Hidrolisis Minyak Oleh Mikroba .......................................................... 22
Lemak dan Minyak .............................................................................. 23
Minyak Nabati ...................................................................................... 24
Bobot Jenis ........................................................................................... 25
Bilangan Iodium ................................................................................... 26
Bilangan Asam ..................................................................................... 26
Uji Total Mikroba (Total Plate Count) .................................................. 27
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 28
Bahan Penelitian ................................................................................... 28
Alat Penelitian .................................................................................... 28
Metode Penelitian ................................................................................. 38
Model Rancangan Percobaan ................................................................ 29
Pelaksanaan Penelitian .......................................................................... 30
Parameter Pengamatan .......................................................................... 30
Bobot Jenis ................................................................................. 30
Bilangan Iodium .......................................................................... 31
Bilangan Asam ............................................................................ 32
Uji Total Mikroba (Total Plate Count) ......................................... 32
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Jenis ........................................................................................... 39
Bilangan Asam ..................................................................................... 47
Bilangan Iodium ................................................................................... 55
Uji Total Mikroba ................................................................................. 59
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan........................................................................................... 67
Saran .................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran ....................................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. ....................................................................................................... Sta
ndar Mutu Minyak Kedela ................................................................... 10
2. ....................................................................................................... Ko
mposisi Kimia Minyak Kedelai ........................................................... 13
3. ....................................................................................................... Sifa
t Fisiko Kimia Minyak Kedelai ............................................................ 12
4. ....................................................................................................... Sifa
t Fisiko Kimia Minyak Babi ................................................................ 13
5. ....................................................................................................... Ko
mposisi Asam Lemak Minyak Babi ..................................................... 14
6. ....................................................................................................... Kad
ar Lemak Babi ..................................................................................... 15
7. ....................................................................................................... Kar
akteristik Kimia Pelarut n-Heksana...................................................... 22
8. ....................................................................................................... Per
bedaan Komposisi Asam Lemak Minyak Nabati dan Hewani .............. 25
9. ....................................................................................................... Pen
garuh Konsentrasi n-Heksana Terhadap Parameter
Minyak Kedelai ................................................................................... 35
10. ..................................................................................................... Pen
garuh Konsentrasi n-Heksan Terhadap
Parameter Minyak Babi ...................................................................... 36
11. ..................................................................................................... Pen
garuh Konsentrasi n-Heksan Terhadap Parameter Minyak
Kedelai Bercampur Minyak Babi ......................................................... 36
12. ..................................................................................................... Pen
garuh Waktu Maserasi Terhadap Parameter Minyak
Kedelai ............................................................................................... 37
13. ..................................................................................................... Pen
garuh Waktu Maserasi Terhadap Parameter Minyak Babi .................... 38
14. ..................................................................................................... Pen
garuh Waktu Maserasi Terhadap Parameter Minyak Kedelai Bercampur Minyak Babi ....................................................... 38
15. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Terhadap Bobot Jenis ............................................................. 39
16. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Babi Terhadap Bobot Jenis .................................................................. 40
17. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Kedelai Bercampur Minyak Babi Terhadap Bobot Jenis ...................... 41
18. Hasil Uji Beda Rata-
rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Terhadap Bobot Jenis ............................................................. 43
19. ..................................................................................................... Has
il Uji Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Babi
Terhadap Bobot Jenis .......................................................................... 44
20. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Bercampur Minyak Babi Terhadap Bobot Jenis ...................... 45
21. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Kedelai Terhadap Bilangan Asam ........................................................ 47
22. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Babi Terhadap Bilangan Asam ........................................................... 48
23. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Kedelai Bercampur Minyak Babi Terhadap Bilangan Asam ................ 49
24. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak
Kedelai Terhadap Bilangan Asam ....................................................... 51
25. ..................................................................................................... Has
il Uji Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Babi
Terhadap Bilangan Asam .................................................................... 52
26. ..................................................................................................... Has
il Uji Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai
Bercampur Minyak Babi Terhadap Bilangan Asam ............................. 53
27. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak
Kedelai Terhadap Bilangan Iod ........................................................... 55
28. ..................................................................................................... Has
il Uji Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Babi
Terhadap Bilangan Iod ........................................................................ 56
29. ..................................................................................................... Has
il Uji Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai
Bercampur Minyak Babi Terhadap Bilangan Iodium ........................... 57
30. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Kedelai Terhadap Uji Total Mikroba ................................................... 59
31. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Babi Terhadap Total Mikroba .............................................................. 60
32. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Kedelai Bercampur Minyak Babi Terhadap Total Mikroba .................. 61
33. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak
Kedelai Terhadap Uji Total Mikroba ................................................... 63
34. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak
Babi Terhadap Total Mikroba .............................................................. 64
35. ..................................................................................................... Has
il Uji Beda Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak
Kedelai Bercampur Dengan Minyak Babi Terhadap Uji
Total Mikroba ..................................................................................... 65
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. ......................................................................................................... Ka
cang Kedelai...........................................................................................9
2. ......................................................................................................... Mi
nyak Kedelai .........................................................................................11
3. ......................................................................................................... Mi
nyak Babi ..............................................................................................13
4. ......................................................................................................... Pr
oses Maserasi ........................................................................................16
5. ......................................................................................................... Di
agram Alir Penelitian . ............................................................................34
6. ......................................................................................................... Pe
ngaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Terhadap Bobot
Jenis .......................................................................................................40
7. ......................................................................................................... Pe
ngaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Babi Terhadap
Bobot Jenis .............................................................................................41
8. ......................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Terhadap
Bobot Jenis .............................................................................................42
9. ......................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasin Minyak Babi Terhadap Bobot Jenis ................44
10. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Terhadap Bilangan
Asam ......................................................................................................45
11. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Terhadap Bilangan Asam ........46
12. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Babi Terhadap Bilangan Asam .............48
13. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Bercampur Minyak
Babi Terhadap Bilangan Asam ...............................................................49
14. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Terhadap
Bilangan Iodium .....................................................................................50
15. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Babi Terhadap Bilangan Iodium ...........52
16. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Jagung Bercampur Minyak
Babi Terhadap Bilangan Iodium .............................................................53
17. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Terhadap Total Uji
Mikroba ..................................................................................................54
18. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Babi Terhadap Uji Total
Mikroba ..................................................................................................56
19. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Bercampur Minyak
Babi Terhadap Uji Total Mikroba ...........................................................57
20. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Terhadap
Uji Total Mikroba ...................................................................................58
21. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Babi Terhadap
Uji Total Mikroba ...................................................................................60
22. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Bercampur Minyak Babi Terhadap Total Mikroba .................................................................61
23. ....................................................................................................... Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Bercampur Minyak Babi
Terhadap Uji Total Mikroba ..................................................................62
24. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Terhadap Total Mikroba ........64
25. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Babi Terhadap Uji Total Mikroba ........65
26. ....................................................................................................... Pe
ngaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Bercampur Minyak
Babi Terhadap Uji Total Mikroba ..........................................................66
27. ....................................................................................................... Pr
eparasi Minyak Babi ...............................................................................83
28. ....................................................................................................... Pr
eparasi Minyak Kedelai ..........................................................................83
29. ....................................................................................................... Pe
nimbangan Sampel .................................................................................83
30. ....................................................................................................... Pe
nambahan n-heksan ................................................................................83
31. ....................................................................................................... M
aserasi Sampel ........................................................................................83
32. ....................................................................................................... Pe
nyaringan Sampel ...................................................................................83
33. ....................................................................................................... Pe
nimbangan picnometer Kosong...............................................................84
34. ....................................................................................................... Pe
nimbangan Bobot Jenis Sampel ..............................................................84
35. ....................................................................................................... Pe
nimbangan Sampel .................................................................................85
36. ....................................................................................................... Pe
nambahan Alkohol .................................................................................85
37. ....................................................................................................... Pe
manasan Sampel .....................................................................................85
38. ....................................................................................................... Pe
nambahan Amilum .................................................................................85
39. ....................................................................................................... Tit
rasi Minyak Sampai Muncul Warna Merah Jambu ..................................85
40. ....................................................................................................... Pe
nimbangan Sampel ................................................................................86
41. ....................................................................................................... Pe
nambahan Kloroform ..............................................................................86
42. ....................................................................................................... Pe
nambahan Iodium Bromida.....................................................................86
43. ....................................................................................................... Pe
nyimpanan Di Tempat Gelap ..................................................................86
44. ....................................................................................................... Tit
rasi dengan Na2S2O3 ..............................................................................86
45. ....................................................................................................... Ha
sil Titrasi ................................................................................................86
46. ....................................................................................................... Pe
nimbangan NA .......................................................................................87
47. ....................................................................................................... H
omogenkan dengan Magnetik Stirer ........................................................87
48. ....................................................................................................... Pr
oses Penambahan Mikroba .....................................................................87
49. ....................................................................................................... Pr
oses Penumbuhan Mikroba .....................................................................88
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. ............................................................................................................... Bob
ot Jenis Minyak Kedelai ...................................................................... 71
2. ............................................................................................................... Bob
ot Jenis Minyak Babi ........................................................................... 72
3. ............................................................................................................... Bob
ot Jenis Minyak Kedelai yang Bercampur Minyak Babi ....................... 73
4. ............................................................................................................... Bila
ngan Asam Minyak Kedelai ................................................................ 74
5. ............................................................................................................... Bila
ngan Asam Produk Minyak Babi ......................................................... 75
6. ............................................................................................................... Bila
ngan Asam Minyak Kedelai Yang Bercampur Minyak Babi ................ 76
7. ............................................................................................................... Bila
ngan Iodium Minyak Kedelai .............................................................. 77
8. ............................................................................................................... Bila
ngan Iodium Minyak Babi ................................................................... 78
9. ............................................................................................................... Bila
ngan Iodium Minyak Kedelai Yang Bercampur Dengan
Minyak Babi........................................................................................ 79
10. ............................................................................................................. Uji
Total Mikroba Minyak Kedelai ........................................................... 80
11. ............................................................................................................. Uji
Total Mikroba Minyak Babi ................................................................ 81
12. ............................................................................................................. Uji
Total Mikroba Minyak Kedelai Yang Bercampur Dengan
Minyak Babi Minyak Babi ................................................................. 82
13. ............................................................................................................. Pro
ses Ekstraksi Minyak Kedelai dan Minyak Babi .................................. 83
14. ............................................................................................................. Pen
gujian Bobot Jenis ............................................................................... 84
15. ............................................................................................................. Pen
gujian Bilangan Asam ......................................................................... 85
16. ............................................................................................................. Pen
gujian Bilangan Iodium ....................................................................... 86
17. ............................................................................................................. Pen
gujian Uji Total Mikroba (Total Plate Count) ...................................... 87
18. ............................................................................................................. Uji
Total Mikroba ..................................................................................... 88
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minyak kedelai merupakan minyak nabati yang dihasilkan dari
biji kedelai. Minyak kedelai merupakan salah satu minyak goreng yang paling
banyak digunakan. Selain itu, minyak kedelai juga digunakan sebagai minyak
pengering (drying oil), yaitu minyak yang mampu mengeras seiring waktu selama
terpapar dengan udara dan membentuk lapisan kedap air. Sehingga minyak ini
juga digunakan sebagai salah satu bahan baku tinta dan cat lukis. Kandungan
minyak dan komposisi asam lemak dalam kedelai dipengaruhi oleh varietas dan
keadaan iklim tempat tumbuh. Lemak kasar terdiri dari trigliserida sebesar 90-
95%, sedangkan sisanya adalah fosfatida, asam lemak bebas, sterol dan tokoferol
(Firman Jaya, 2008).
Minyak kedelai mempunyai kadar asam lemak jenuh sekitar 15% sehingga
sangat baik sebagai pengganti lemak dan minyak yang memiliki kadar asam
lemak jenuh yang tinggi seperti mentega dan lemak babi. Hal ini berarti minyak
kedelai sama seperti minyak nabati lainnya yang bebas kolestrol. Karena baiknya
kandungan miyak kedelai tersebut makanya bisa sering dipalsukan dengan
mencampurnya dengan minyak babi, komposisi minyak kedelai dan minyak babi
hampir sama sehingga pelaku pembuat yang sengaja mencampurkannya. Karena
bau nya sama sekali tidak ada sehinngga konsumen tidak merasa curiga.
Mutu minyak kedelai dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain dalam
proses pengolahan, penanganan, penyimpanan dan penggunaan minyak.
Perubahan dipengaruhi oleh susunan kimia dari minyak, struktur, komposisi
dan sifat fisik lemak atau minyak tersebut. Sifat fisik minyak yang sering
dijadikan parameter mutu adalah warna, aroma, berat jenis, indek refraksi
dan titik cair. Begitu banyak jenis minyak yang beredar di pasaran saat ini.
Diantaranya minyak bermerek minyak kelapa sawit, minyak kedelai dan lain lain.
Untuk itu pengamatan sifat fisik minyak ini penting untuk mengenal jenis minyak
dan untuk mengetahui adanya kerusakan dan pemalsuan (Maharani, 2016).
Sifat kimia fisika dan biokimia metabolisme dan sifat dari suatu lemak
ditentukan oleh komposisi dan posisi asam lemak yang teresterkan di dalam
molekul lemak (triasilgliserol). Walaupun 2 produk minyak nabati atau lemak
hewani memiliki komposisi asam lemak yang sama belum tentu memiliki sifat
aterogenik yang sama. Perbedaan sifat ini terjadi karena metabolismenya dan cara
mempengaruhi kadar lipoprotein kolesterol dalam darah berbeda (Afritario, 2018).
Beberapa produk minyak sering kali dipalsukan hanya untuk mendapatkan
keuntungan. Minyak kedelai dan minyak zaitun sering kali dipalsukan dari
minyak sawit. Minyak babi juga dipakai sebagai bahan campuran dalam
menggoreng makanan dan dicampurkan dengan produk minyak goreng. Beberapa
kasus di Jakarta Selatan tersebut tentunya menjadi perhatian yang khusus bagi
peneliti sehingga hal tersebut tidak terjadi. Dari beberapa permasalahan tersebut,
untuk melindungi konsumen dari penipuan, pemalsuan dan untuk menjamin
keamanan makanan (Firman Jaya, 2008).
Kasus pangan tercemar bahan tambahan yang haram seperti bakso oplosan
hingga saat ini masih banyak beredar di Indonesia. Hal ini, terbukti dengan
ditetapkanya oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) lima dendeng
dan abon yang beredar di pasaran positif mengandung babi pada awal tahun 2009.
Kasus pencampuran daging babi yang baru baru ini terjadi yakni ditemukannya
makanan yang mengandung daging sapi bercampur dengan daging babi. Dalam
hal ini, peranan mikrobiologi forensik sangat dibutuhkan dalam hal membuktikan
apakah daging sapi tercampur daging babi ataupun tidak (Rozaly, 2018).
Sertifikasi halal merupakan jaminan keamanan bagi seorang konsumen
muslim untuk dapat memilih makanan yang baik baginya dan sesuai dengan
aturan agama. Produk makanan yang memiliki sertifikat halal adalah produk yang
didalam proses pengolahannya memenuhi standar dalam keamanan dan
kebersihannya (Lada dkk, 2009).
Banyaknya pangan yang tersebar di masyarakat tanpa mengindahkan
ketentuan tentang pencantuman label halal dinilai sudah meresahkan. Terdapat
enam belas label dan iklan pangan yang tidak jujur dan/atau menyesatkan
berakibat buruk terhadap perkembangan kesehatan manusia. Sementara pelabelan
halal pangan, selama ini, baru merupakan kewajiban jika produsen/importir
menyatakan halal bagi umat Islam. Label yang dimaksud dapat berupa keterangan
nama barang, ukuran, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat
sampingan, nama dan alamat pelaku usaha, keterangan halal, serta keterangan lain
untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dibuat. Label Halal yang
merupakan tanda kehalalan.
Suatu produk biasa dicantumkan jika pelaku usaha sudah mendapatkan
sertifikat halal yang sebelumnya diterbitkan oleh LPPOM MUI, sekarang dengan
UUJP diterbitkan oleh BPJPH sebagimana ditentukan pada Pasal 33 ayat (6);
Pasal 34 ayat (1) UUJPH. Sertifikat Halal adalah pengakuan kehalalan suatu
Produk yang dikeluarkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa halal tertulis yang
dikeluarkan oleh MUI (Rizka, 2018).
Trisna (2018) telah melaporkan bahwa kahalalan suatu produk pangan
sangat penting dijadikan pertimbangan dalam mengkonsumsi produk pangan.
Untuk kategori makanan olahan kehalalan produk pangan sangat tergantung pada
halal dan haramnya bahan baku dan tambahan tentaang pangan (disingkat UU
pangan). Salah satu konsep halal dalam islam makanan tidak mengandung
‘lard’atau lemak pangan yang diturunkan dari binatang babi. Kehadiran
komponen babi ini, serendah berapapun kandungannya dalam bahan pangan, akan
membawa makanan tersebut menjadi haram untuk dikonsumsi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi pelarut n-Heksana terhadap analisis
produk olahan sosis. Mengetahui pengaruh waktu maserasi terhadap analisis
produk olahan sosis serta untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut n
Heksana dan waktu maserasi terhadap pertumbuhan mikroba pada produk olahan
sosis.
Ghozali (2018), telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Konsentrasi
n-Heksan dan Waktu Maserasi terhadap Analisis Produk Tuna Olahan yang
Bercampur Lemak Babi Konsentrasi n-heksan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata (p<0,05) terhadap parameter bobot jenis produk ikan tuna kaleng
murni. waktu maserasi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0,01)
terhadap parameter bilangan iodium produk ikan tuna kaleng murni.
Fauzia (2018) telah melaporkan bahwa pengaruh konsentrasi n-Heksan
memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata pada taraf p<0,01 terhadap
bobot jenis, bilangan iod dan total mikroba. Waktu maserasi memberikan
pengaruh yang berbeda sangat nyata pada taraf p<0,01 terhadap bobot jenis,
bilangan iod dan total mikroba. Serta pengaruh berbeda nyata pada taraf p<0,05
terhadap bilangan asam lemak babi.
Rancangan acak lengkap merupakan jenis rancangan yang paling
sederhana. Satuan percobaan yang digunakan homogen atau tidak ada faktor lain,
yang mempengaruhi respon diluar faktor yang dicoba atau diteliti. Perancangan
pelaksanaannya mudah analisis datanya sederhana. Prinsip dasar dari rancangan
percobaan yaitu pengacakan, pengulangan dan pengendalian lingkungan.
Percobaan faktorial (RAL) dicirikan oleh perlakuan yang merupakan komposisi
dan semua kemunnan kombinasi dari taraf-taraf dua faktor atau lebih dengan unik
percobaan yang digunakan relatif seragam (Mattjik AA dan Sumertajaya IM,
2002).
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan
pengembangan metode dalam mengidentifikasi perbedaan sifat fisik antara produk
minyak nabati yang murni dengan produk yang diadulterasikan dengan minyak
babi. Khususnya dalam menganalisis produk minyak kedelai yang bercampur
lemak babi menggunakan metode maserasi dengan memvariasikan pelarut n-
heksana dan waktu maserasi dengan mengangkat judul “Perubahan Sifat Fisik
Minyak Kedelai yang Bercampur dengan Minyak Babi”.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut n-Heksana terhadap
perubahan sifat fisik minyak kedelai yang bercampur dengan minyak babi
2. Untuk mengetahui pengaruh waktu maserasi terhadap perubahan sifat
fisik minyak kedelai yang bercampur dengan minyak babi
3. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut n-Heksana dan waktu
maserasi terhadap pertumbuhan mikroba minyak kedelai yang bercampur
dengan minyak babi
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi pada Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara
2. Untuk melihat proses adulterasi dengan pencampuran minyak kedelai
dan minyak babi
3. Untuk menambah referensi dalam penulisan tugas, skripsi atau laporan
penelitian
Hipotesa Penelitian
1. Adanya pengaruh pengaruh konsentrasi pelarut n-Heksana terhadap
perubahan sifat fisik minyak kedelai yang bercampur dengan minyak babi
2. Adanya pengaruh waktu maserasi terhadap perubahan sifat fisik minyak
kedelai yang bercampur dengan minyak babi
3. Adanya pengaruh konsentrasi pelarut n-Heksana dan waktu maserasi
terhadap pertumbuhan mikroba minyak kedelai yang bercampur dengan
minyak babi
TINJAUAN PUSTAKA
Kedelai (Glycine max l. merril)
Kedelai (Glycine max l. merril) termasuk komoditas tanaman pangan
terpenting setelah padi dan jagung. Kedelai merupakan salah satu sumber protein
yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena harganya yang
relatif terjangkau. Kebutuhan kedelai nasional akan terus meningkat seiring
dengan meningkatnya permintaan sebagai bahan baku industri pangan. Konsumsi
kedelai pada tahun 2013 sebesar 2.5 juta ton (BAPPENAS 2014) sedangkan
produksi kedelai nasional tahun 2013 sebesar 807.57 ribu ton biji kering atau
turun 4.22% dibandingkan tahun 2012 (BPS 2013). Peningkatan konsumsi kedelai
nasional tersebut sangat dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk
Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebesar 242.013 juta jiwa
(BPS 2013). Oleh karena itu, masalah konsumsi kedelai yang terus meningkat
tersebut membutuhkan adanya upaya untuk meningkatkan produktivitas nasional.
Peningkatan produktivitas kedelai nasional saat ini dihadapkan pada
berbagai tantangan, salah satunya adalah perubahan iklim. Pemanasan global
mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu di sentra-sentra produksi kedelai.
Sumarno dan Ahmad (2007) menyatakan suhu yang tinggi mengakibatkan
terjadinya aborsi polong pada tanaman kedelai sehingga berpengaruh terhadap
penurunan pertumbuhan dan produktivitas tanaman kedelai. Oleh karena itu,
untuk mengatasi permasalahan suhu tinggi tersebut diperlukan varietas kedelai
yang tahan terhadap suhu tinggi (Valentina Butar Butar, 2018).
Kedelai merupakan salah satu sumber protein nabati dan komoditas
pertanian penting Indonesia. Kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun terus
meningkat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai nasional
tahun 2014 sebanyak mencapai 892,6 ribu ton biji kering, naik 14,44 persen atau
112,61 ribu ton disbanding 2013 sebesar 779,99 ribu ton. Data dari Dewan
Kedelai Nasional menyebutkan kebutuhan konsumsi kedelai dalam negeri tahun
2014 sebanyak 2,4 juta ton sedangkan sasaran produksi kedelai tahun 2014 hanya
892,6 ribu ton. Masih terdapat kekurangan pasokan (defisit) sebanyak satu juta
ton lebih (Kementrian Pertanian, 2015).
Saat ini kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna karena bisa
digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku berbagai industri
manufaktur dan olahan. Adanya upaya penghematan devisa oleh negara
menyebabkan kedelai menjadi komoditas yang penting. Nilai impor kedelai untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri sangat besar, mencapai jutaan ton setiap
tahunnya. Upaya peningkatan produksi kedelai, baik melalui cara intensifikasi
maupun ekstensifikasi, telah dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan
kedelai dalam negeri (Adisarwanto, 2005).
Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan
yang menjadi bahan dasar banyak makanan Timur Jauh seperti kecap, tahu dan
tempe. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua
spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning,
agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max
merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang
selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara.
Dibawah ini adalah klasifikasi ilmiah dari kedelai dan gambar kedelai.
Kerajaan : Plantae
Filum : Magnoliphyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Suku : Fabaceae
Subsuku : Faboideae
Marga : Glycine (L) Merr
Spesies : Glycine max
Glycine soja
Gambar 1. Kacang Kedelai
Di Indonesia pertanaman kedelai terpusat di Jawa, Lampung, Nusa
Tenggara Barat dan Bali. Varietas-varietas kedelai yang ada di Indonesia adalah
Daphros, Orba dan T.K.5. Kedelai dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m dpi,
sedangkan ketinggian optimalnya adalah 650 m dpi. Untuk pertumbuhan kedelai
perlu suhu optimal 29,4"C, pH tanah 6,0-6,8. Kedelai dapat ditanam secara
monokultur maupun tumpang sari, di lahan kering (tegalan) maupun dilahan
bekas padi di lahan sawah. Kedelai merupakan sumber protein nabati. Rata-rata
kandungan protein biji adalah 35%, kandungan asam amino terbanyak adalah
leusin (484 mg/g N2). Kedelai dapat digunakan sebagai bahan makanan (tahu,
tempe, kecap, tauco, taoji, susu kedelai, tauge dan sebagainya.). Dalam minyak
kedelai terdapat fosfatida yang terdiri dari sekitar 2 persen lesitin dan sepalin yang
digunakan sebagai bahan pengemulsi dalam industri makanan. Lesitin digunakan
sebagai bahan pengempuk dalam pembuatan kue dan roti (Firman jaya, 2008).
Minyak Kedelai
Kadar minyak kedelai relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis
kacang-kacangan lainnya, tetapi lebih tinggi daripada kadar minyak serelia. Kadar
protein kedelai yang tinggi menyebabkan kedelai lebih banyak digunakan sebagai
sumber protein dari pada sebagai sumber minyak. Asam lemak dalam minyak
kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh. Dibawah ini disajikan pada Tabel komposisi kimia minyak kedelai,
sifat fisiko-kimia minyak kedelai dan standar mutu minyak kedelai sebagai
berikut:
Tabel 1. Standar Mutu Minyak Kedelai.
Sifat Nilai
Bilangan asam
Bilangan penyabunan
Bilangan iod
Bilangan tak tersabunkan (%)
Bahan yang menguap (%)
Indeks bias (20oC)
Bobot jenis (15,5/ 15,5oC)
Maksimum 3
Minimum 190
129-143
Maksimum 1,2
Maksimum 0,2
1,473-1,477
0,924-0,928
Sumber: (Firman Jaya, 2008).
Tabel 2. Komposisi Kimia Minyak Kedelai.
Asam Lemak Tidak Jenuh (85%)
Asam linoleat
Terdiri dari :
15-64%
Asam oleat
Asam linolenat
Asam arachidonat
11-60%
1-12%
1,5%
Asam lemak jenuh (15%), terdiri dari :
Asam palmitat
Asam stearat
Asam arschidat
Asam laurat
7-10%
2-5%
0,2-1%
0-0,1%
Fosfolipida Jumlahnya sangat kecil (trace)
Lesitin -
Cephalin -
Lipositol -
Sumber: (Firman Jaya, 2008)
Menurut The Culinary Institute of America (2011) kandungan omega-6
minyak kedelai lebih tinggi dibandingkan dengan jenis minyak asal nabati yang
lain seperti minyak jagung, minyak biji kapas dan minyak kacang tanah. Selain itu
menurut (United Soybean Board, 2011), minyak kedelai mempunyai rasa yang
natural dan hampir tidak memberikan efek aroma pada pangan yang kemudian
tidak merusak rasa alami dari pangan sehingga pangan siap untuk dikonsumsi.
Dibawah ini daat disajikan pada gambar minyak kedelai dan Tabel 3 sifat fisika
kimia minyak kedelai sebagai berikut:
Gambar 2. Minyak Kedelai
Tabel 3. Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kedelai.
Sifat Nilai
Bilangan asam
Bilangan penyabunan
Bilangan iod
Bilangan thiosianogen
Bilangan hidroksil
Bilangan Reichert Meissl
Bilangan Polenske
Bahan yang tak tersabunkan
Indeks bias (25oC)
Bobot jenis (25/ 25oC)
Titer (oC)
0,3-3,000
189-195
117-141
77-85
4-8
0,2-0,7
0,2-1,0
0,5-1,6%
1,471-1,475
0,916-0,922
22-27
Sumber: (Firman Jaya, 2008).
Kegunaan Minyak Kedelai
Minyak Kedelai yang sudah dimurnikan dapat digunakan untuk
pembuatan minyak salad, minyak goreng (cooking oil) serta segala keperluan
pangan. Lebih dari 50 persen produk pangan dibuat dari minyak kedelai, terutama
margarine dan shortening. Hampir 90 persen dari produksi minyak kedelai
digunakan dibidang pangan. Pada minyak kedelai terdapat pula vitamin–vitamin
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang salah satunya adalah vitamin E (Thoha,
2008).
Minyak Babi
Minyak babi merupakan bahan dasar makanan yang biasa digunakan
sebagai minyak goreng atau sebagai pelengkap masakan seperti layaknya lemak
sapi atau kambing, atau sebagai mentega. Kualitas rasa dan kegunaan dari lemak
babi sendiri bergantung pada bagian apa lemak tersebut diambil dan bagaimana
lemak tersebut diproses. Lemak babi memiliki kandungan lemak jenuh dan
kolesterol yang lebih rendah dari pada mentega. Lemak pada babi perlu melalui
proses pengolahan untuk dapat menjadi lemak babi yang dapat menjadi bahan
makanan. Lemak babi mengandung 3770 kJ energi per 100 gram. Titik didihnya
antara 86-113ºC tergantung pada letak lemak tersebut pada tubuh babi. Titik
asapnya 121-218ºC. Nilai iodinnya 71,97. Memiliki pH sekitar 3.4, nilai
saponifikasi 255,90, titik lelehnya 36,8 dan bobot jenisnya 0,812. Dibawah ini
dapat dilihat gambar minyak babi sebagai berikut: (Ardilla, 2018).
Gambar 3. Minyak Babi
Sifat fisika lemak babi dapat dilaksanakan dengan cara sederhana namun
mudah diterapkan sebagai penelitian awal dalam mempelajari sifat fisika dari
lemak babi yang terkandung dalam produk olahan. Sifat fisika yang diamati
meliputi; berat jenis, indeks bias, titik leleh, bilangan iodium dan bilangan
penyabunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sifat fisika Lemak
Babi hasil ekstraksi pada Produk Pangan Olahan. Dibawah ini dapat disajikan
Tabel sifat fisiko kimia minyak babi sebagai berikut: (Taufik, 2018).
Tabel 4. Sifat fisiko kimia minyak babi.
Parameter Minyak babi
Bobot jenis (g/ml 0.8940
Indeks bias 1.462
Titik leleh 1.462
Bilangan iod 72.69
Bilangan penyabunan 257.70
Sumber Gambar: (Hilda, 2014)
Lemak pada babi perlu melalui proses pengolahan untuk dapat menjadi
lemak babi yang dapat menjadi bahan makanan. Lemak babi, terdiri dari lemak
berupa trigliserida. Trigliserida terdiri dari tiga asam lemak dan persebarannya
berbeda pada masing-masing minyak. Umumnya komposisi lemak babi dan lemak
sapi tidak jauh berbeda.lemak babi memiliki kandungan lemak jenuh sebanyak
38-43% dan lemak tak jenuh sebanyak 56-62%. Lemak jenuhnya terdiri dari asam
palmitic sebanyak 25-28%, asam stearic sebanyak 11-13% dan asam myristic
sebanyak 2%. Sedangkan lemak tak jenuhnya terbagi menjadi dua, yaitu lemak
tak jenuh rantai tunggal (mono) yang terdiri dari asam oleic sebanyak 44-47% dan
asam palmitoleic sebanyak 4% dan asam lemak tak jenuh rantai banyak (PUFA)
berupa asam linoleic sebanyak 6-11% (Ismawati, 2013). Menurut Codex (2015)
minyak babi memiliki bobot jenis berkisar 0,89 gr/ml pada suhu 20°C dan
memiliki nilai bilangan asam sekitar 1,3 mg KOH/g fat. Dibawah ini dapat
disajikan Tabel 5. Komposisi asam lemak minyak babi sebagai berikut; (Gozali,
2018).
Tabel 5. Komposisi Asam Lemak Minyak Babi.
Asam Lemak Lemak Babi
Asam Kaprilat C8:0 0,01
Assm kaprat C10:0 0,04
Asam laurat C12:0 0,1
Asam Miristat C14:0 1,07
Asam Palmitoleat C16:1 1,78
Asam Palmitat C16:0 7,01
Asam Margarat C17:0 0,5
Asam Linoleat C18:2 24,94
Asam Oleat C18:1 40,74
Asam Stearat C18:0 13,95
Asam Arakidonat C20:4 0,43
Asam Eikosenat C20:1 Td
Asam Arakat C20:0 0,3
Sumber Gambar: (Hilda, 2014)
Bahaya Mengkonsumsi daging babi menurut penelitian yang telah
dilakukan oleh Wijaya (2011), ilmu pengetahuan modern telah mengungkapkan
banyak penyakit yang disebabkan karena memakan daging babi. Daging babi
merupakan penyebab utama kanker anus dan kolon. Selain itu, daging babi juga
dapat menyebabkan meningkatnya kolesterol dan memperlambat proses
penguraian protein dalam tubuh yang menyebabkan terserang kanker usus, juga
menyebabkan iritasi kulit, eksim dan rematik, selain itu juga dapat menyebabkan
pengerasan pada urat nadi, naiknya tekanan darah, serta angina pectoris. Dibawah
ini dapat disajikan Tabel 6. Kadar lemak babi sebagai berikut: (Wijaya, 2009).
Tabel 6. Kadar Lemak Babi.
Sampel Bobot sampel Kadar lemak (% w/w)
Daging babi 502,75 g 8,2
Sumber Wijaya, (2009).
Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penyaringan zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif
dan bagian tumbuhan obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.
Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tumbuhan dan hewan
memiliki perbedaan begitu pula ketebalannya sehingga diperlukan metode
ekstraksi dan pelarut tertentu untuk mengekstraksinya (Afritario, 2018).
Metode Ekstraksi Maserasi
Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature
ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan
pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan, maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperature ruangan atau kamar (Depkes RI, 2000). Maserasi
berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan melunakan. Maserasi
merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Gambar proses maserasi sebagai
berikut:
Gambar 4. Proses Maserasi
Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel
yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan
kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya
keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk
kedalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir. Selama
maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang. Upaya
ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat di dalam
cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunannya
perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak kemungkinan
terjadinya ekstraksi absolute. Kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan
penyarian kurang sempurna (Depkes RI, 2000). Metode kvensional, seperti
maserasi merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut sederhana
secara langsung, tidak didukung oleh sumber energi tambahan dan sering
digunakan di dalam laboratorium.
Teknik-teknik ini serta ekstraksi dengan metode refluks dan ekstraksi
soxhlet, adalah metode yang paling umum digunakan untuk ekstraksi senyawa
aktif yang terdapat didalam bahan (Blicharski dan Oniszczuk, 2017). Metode
maserasi tergolong sederhana dan cepat tetapi sudah dapat menyari zat aktif
simplisia dengan maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh (Wardatun et al.,
2017) menyatakan bahwa maserasi memberikan konsentrasi yang lebih tinggi
dalam mengekstrasi suatu bahan. Keuntungan dari ekstraksi maserasi adalah
prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana, metode ekstraksi tidak
dipanaskan sehingga bahan alami tidak menjadi rusak. Ekstraksi dingin
memungkinkan banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa senyawa
memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstraksi pada suhu kamar (Henny, dkk,
2017).
Ekstraksi pelarut dilakukan dengan cara dingin (maserasi). Proses
ekstraksi dengan teknik maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan
atau pengadukan pada suhu ruang. Keuntungan cara ini mudah dan tidak perlu
pemanasan sehingga kecil kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau terurai.
Pemilihan pelarut berdasarkan kelarutan dan polaritasnya memudahkan
pemisahan bahan alam dalam sampel. Pengerjaan metode maserasi yang lama
dan keadaan diam selama maserasi memungkinkan banyak senyawa yang akan
terekstraksi (Istiqomah, 2013). Proses ekstraksi lainnya dilakukan dengan cara
pemanasan, refluks yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dan
adanya pendingin balik. Ekstraksi dapat berlangsung dengan efisien dan senyawa
dalam sampel secara lebih efektif dapat ditarik oleh pelarut (Susanty, 2018).
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan.
Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri (Agoes,2007).
Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang
sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi
dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam
pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut
dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Kerugian utama dari metode
maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup
banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, beberapa
senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,
metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat
termolabil (Mukhriani, 2018).
Adulterasi
Adulterasi merupakan kejahatan yang didalamnya mengandung unsur
ketidakbenaran atas sesuatu (obyek). Adulterasi pangan merupakan tindakan
kriminal di bidang pangan yang telah tersebar secara luas. Adulterasi ini dapat
berupa sebagian dari bahan tambahan, pengantian bahan baku atau-pun adulterasi
bahan makanannya sendiri. Tindakan tersebut dapat menurunkan mutu produk,
merugikan konsumen, bahkan membahayakan kesehatan konsumen (AsyantiI,
2005).
Adulterasi berasal dari bahasa inggris yaitu Adulteration, menurut Federal
Food, Drug and Cosmetic (FD&C) adulterasi merupakan campuran atau
pemalsuan pada suatu produk yang tidak memenuhi standart Adulterasi dalam
makanan sering kali hadir dalam bentuk paling bahaya karena zat terlarang yang
di tambahkan kedalam bahan pangan. Pencampuran atau adultrasi yang di
tambahkan dalam makanan karena berbagai macam alasan yang meliputi
keuntungan finansial, kecerobohan, kurangnya kesesuaian kondisi higienis
pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dan penjualan. Oleh karena itu,
konsumen tertipu atau biasanya menjadi penyebab penyakit pada masyarakat
(Abraham dkk,. 1997).
Seiring dengan kemajuan teknologi, terdapat berbagai produk pangan yang
sangat beragam, dengan kualitas dan harga yang istimewa. Hanya saja, terkadang
untuk mendapatkannya, diperlukan bahan-bahan yang diperoleh dari salah satu
atau beberapa bagian dari tubuh babi dan kemudian mencampur bagian tersebut
dengan produk olahan makanan lain. Pemalsuan makanan ini telah menjadi
masalah selama bertahun-tahun produk daging olahan. Secara khusus, daging babi
sering dicampur pada produk daging lainnya seperti daging sapi, karena harganya
lebih murah (Jimyeong dkk., 2017). Secara ekonomis, memang penggunaan bahan
babi mampu memberikan banyak keuntungan, karena murah dan mudah didapat.
Namun tentu bagi masyarakat muslim, penggunaan lemak babi yang bercampur
didalam makanan tidak dibenarkan. Bahan-bahan tersebut ketika sudah diolah
menjadi produk pangan menjadi sangat sulit untuk dikenali. Pencampran bahan
yang tidak diinginkan dalam suatu produk tertentu secara sengaja disebut
adulterasi (Gozali, 2018).
Pelarut n-Heksana
Pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan, penggunaan n-heksan
sebagai pelarut dalam ekstraksi lemak dan minyak dianggap mempunyai sifat
yang stabil serta mudah menguap, sehingga pelarut tersebut sangat baik
digunakan dalam proses ekstraksi. Heksana tidak berbahaya dibandingkan dengan
pelarut-pelarut yang lain dan tidak membentuk emulsi sebagai toluen serta tidak
membentuk peroksida yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan tidak larut
sempurna dalam air. Keefisienan heksana dengan ada atau tidak adanya air diuji
dengan percobaan yaitu dengan menambahkan sejumlah variasi air yang berbeda
hasilnya menunjukkan bahwa ketika tanpa penambahan air, keefisienan heksana
rendah sedangkan ekstraksi kedua dapat meningkatkan persen recovery kolesterol.
Senyawa polar hanya akan larut pada pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol
dan air. Senyawa non-polar hanya dapat larut pada pelarut non-polar, seperti eter,
kloroform dan n-heksana. Makanya peneliti memilih n-Heksana sebagai pelarut,
karena n-Heksana larut dengan minyak (Muharrami, 2011).
Heksana adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14.
Heksana merupakan hasil refining minyak mentah. Komposisi dan fraksinya
dipengaruhi oleh sumber minyak. Umumnya berkisar 50% dari berat rantai isomer
dan mendidih pada 60–70˚C. Seluruh isomer heksana dan sering digunakan
sebagai pelarut organik yang bersifat inert karena non-polarnya. Banyak dipakai
untuk ekstraksi minyak dari biji, misal kacang-kacangan dan flax. Re m,gbntang
kondisi distilasi yang sempit, maka tidak perlu panas dan energy tinggi untuk
proses ekstraksi minyak. Dalam industri heksana digunakan dalam formulasi lem
untuk sepatu, produk kulit dan pengatapan serta untuk pembersihan. n-heksana
juga dipakai sebagai agen pembersih produk tekstil, meubeler, sepatu dan
percetakan. Isomer heksana tidak reaktif dan digunakan sebagai secara luas
sebagai pelarut inert dalam reaksi organik karena heksana bersifat sangat tidak
polar. n-heksana dibuat dari hasil penyulingan minyak mentah dimana untuk
produk industrinya ialah fraksi yang mendidih pada suhu 65-70°C.
Heksana digunakan di laboratorium untuk mengekstrak minyak dan
lemak. n-heksana memiliki karakteristik yaitu berbentuk cairan bening yang tidak
berwarna dengan bau seperti minyak bumi. Titik nyala -9°F. Kurang padat dari air
dan tidak larut dalam air. Uap lebih berat dari pada udara. Digunakan sebagai
pelarut, cat thinner dan media reaksi kimia. Jenis Pelarut Metanol dan n-Heksana
Terhadap Aktivitas Antioksidan (Wahyu Bagio Leksono dkk) enteritidis, dan
Escherichia coli. Jenis katekin yang memiliki aktivitas antibakteri terkuat adalah
epigallocatechin (EGC). Ekstraksi dengan pelarut didasarkan pada sifat kepolaran
zat dalam pelarut saat ekstraksi. Senyawa polar hanya akan larut pada pelarut
polar seperti etanol, metanol, butanol dan air. Senyawa non-polar hanya dapat
larut pada pelarut non-polar, seperti eter, kloroform dan n-heksana. Dibawah ini
dapat disajikan pada Tabel 7. sifat-sifat kimia dari n-Heksana secara rinci dapat
dilihat dari tabel dibawah ini (Leksono dkk., 2018).
Tabel 7. Karakteristik Kimia Pelarut n-Heksana.
SIFAT KIMIA
Chemical Formula C 6H14
Flash Point -9,4°F
Lower Explosive Limit (LEL 1,2 %
Upper Explosive Limit (UEL): 7,5 %
Autoignition Temperature 437°F
Melting Point -139°F
Vapor Pressure 120 mm Hg at 68°F ; 180 mm Hg at 77°F
Vapor Density (Relative to Air) 2,97
Specific Gravity 0,659 at 68°F
Boiling Point: 156°F at 760 mm Hg
Molecular Weight 86,18 *
Water Solubility less than 1 mg/mL at 61,7°F
Sumber: (CAMEO Chemicals, 2017).
Hidrolisis Minyak Oleh Mikroba
Proses hidrolisis pada minyak atau lemak rantai pendek akan
menghasilkan asam lemak bebas yang menimbulkan bau tengik. Hidrolisis
minyak atau lemak umumnya terjadi sebagai akibat kerja enzim lipase atau
mikroorganisme lipolitik. Proses hidrolisis dipercepat oleh suhu, kadar air dan
kelembaban relatif. Sejumlah mikroorganisme telah berhasil ditumbuhkan pada
media buatan yang hanya mengandung lemak atau asam lemak dan garam mineral
termasuk garam mineral termasuk garam ammonium atau nitrat sebagai sumber
nitrogen. Kemungkinan semua mikroba yang menghasilkan enzim lipase dapat
memetabolisir lemak. Tahap pertama proses ini adalah dekomposisi gliserida
menjadi gliserol dan asam lemak. Mikroba juga dapat memecah rantai asam
lemak bebas menjadi senyawa dengan berat molekul lebih rendah dan selanjutnya
dioksidasi menghasilkan gas CO2 dan air (Ketaren, 2005)
Lemak dan Minyak
Lemak dan Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk golongan
lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, contohnya dietil eter, kloroform dan
hidrokarbon lainnya. Lemak dan Minyak dapat larut dalam pelarut yang disebut
di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut
tersebut (Herlina, 2009).
Lemak atau minyak yang ditambahkan kedalam bahan pangan, yang perlu
memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu. Sebagai contohnya yaitu
persyaratan yang digunakan untuk pembuatan mentega atau margarin yang
berbeda dengan persyaratan minyak yang dijadikan untuk shortening, minyak
goreng atau lemak (Ketaren, 2012).
Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol, dalam kedua
istilah ini yang berarti trimester dari gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan
minyak, yaitu: pada suhu kamar (250ºC) lemak berbentuk padat dan minyak
bersifat cair. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang
lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak
atau lemak dapat menhasilkan energi sebesar 9 kkal,sedangkan karbohidrat dan
protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak goreng merupakan salah satu
bahan yang ada didalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan (lemak
nabati) maupun dari lemak hewan (lemak hewani). Reaksi pembenetukan
trigliserida sebagai berikut (Ketaren, 2008).
Minyak Nabati
Minyak nabati merupakan salah satu bahan makanan yang banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Minyak nabati berasal dari bahan baku
seperti kelapa, kelapa sawit, jagung, kedelai, biji bunga matahari dan sebagainya.
Kandungan utama dari minyak nabati adalah asam lemak, yang terdiri dari asam
lemak jenuh (asam palmitat, asam stearat) dan asam lemak tak jenuh (asam oleat
atau Omega 9 dan asam linoleat atau Omega 6).
Saat ini pemanfaatan minyak nabati baik dalam skala rumah tangga,
restoran ataupun indutri sangatlah tinggi. Maka dampak pencemaran minyak
nabati pun semakin meningkat. Pemanfaatan minyak nabati secara terus-menerus
dapat menghasilkan limbah cair yang banyak pula. Limbah cair dari minyak
nabati yang terbuang, sebagian besar masih mengandung lipid. Lipid (lemak)
merupakan kelompok senyawa heterogen yang berikatan secara aktual maupun
potensial dengan asam lemak. Lemak memiliki sifat tak larut dalam air, sehingga
limbah yang mengandung lemak memiliki dampak yang cukup besar bagi
ekosistem perairan.Lapisan lipid pada permukaan atas perairan dapat menghalangi
masuknya sinar matahari dalam badan air, sehingga menyebabkan proses
fotosintesis terhambat kadar oksigen rendah, serta organisme aerobik mati. Usaha
untuk mengolah limbah minyak nabati sehingga tidak mencemari lingkungan
yakni dengan memanfaatkan agen biologis, seperti mikroorganisme pelarut atau
pendegradasi lipid (lemak) (Januar dkk., 2013). Oleh karena itu, diperlukan suatu
cara yang dianggap cukup aman dan relatif murah dalam menangani masalah
pencemaran ini, baik secara biologis, khemis, maupun fisis (Utami, 2013).
Minyak hewani merupakan lemak yang sering dimanfaatkan dalam
pengolahan pangan sebagai hasil samping contohnya adalah lemak ayam dan
babi. Lemak ayam adalah lemak yang didapat (biasanya sebagai produk
sampingan) dari rendering dan pengolahan ayam. Lemak ayam memiliki asam
linoleat yang tinggi, asam lemak omega-6. Tingkat asam linoleat antara 17,9%
dan 22,8%. Dibawah ini dapat disajikan pada Tabel 8. Perbedaan kompisisi asam
lemak minyak nabati dan hewani sebagai berikut: (Triyantini, 1997).
Tabel 8. Perbedaan Komposisi Asam Lemak Minyak Nabati dan Hewani.
Lemak atau
Minyak
Komposisi %
Palmiat Streat Oleat Linoleat
Lemak Hewani
Lard 30 - -45 5
Mentega 25 8 35 5
Lemak manusia 35 8 46 10
Minya Nabati
Kel
ap a
8 2 6 1
Jagung 10 5 45 38
Kedelai 10 - 25 55
Olive 5 5 80 7
Sumber; Fessenden, 2010.
Bobot Jenis
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting
untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per
satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa
berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan
dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan
bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat
terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki
bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya
bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol
adalah 0,81, artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara.
(Ansel, 2006).
Bilangan Iodium
Bilangan iodium dinyatakan sebagai banyaknya garam iod yang diikat
oleh 100 gram minyak atau lemak. Penentuan bilangan iodium dapat dilakukan
dengan cara hanus atau cara Kaufmaun dan cara Von Hubl atau cara Wijs
(Sudarmadji dkk, 1997). Pada cara hanus, larutan iod standarnya dibuat dalam
asam asetat pekat (glasial) yang berisi bukan saja iod tetapi juga iodium bromida.
Adanya iodium bromida dapat mempercepat reaksi. Sedang cara Wijs
menggunakan larutan iod dalam asam asetat pekat, tetapi mengandung iodium
klorida sebagai pemicu reaksi (Winarno, 1997).
Bilangan Asam
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak
dan dinyatakan dengan mg basa per 1gram minyak. Bilangan asam juga
merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini
menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat terjadi
reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan. Asam lemak
merupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid (Agoes, 2008).
Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH 0,1 N yang
digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram
minyak atau lemak. Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar
yang berasal dari hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang
baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya. Sedangkan dengan
metode Mojonnier, hasil ekstraksi kemudian diuapkan pelarutnya dan dikeringkan
dalam oven sampai diperoleh berat konstan, berat residu dinyatakan sebagai berat
lemak atau minyak dalam bahan. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai
C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil (Ketaren, 2002).
Uji Total Mikroba (Total Plate Count)
Total mikroba yang terdapat pada suatu produk pangan dapat digunakan
sebagai indikator tingkat keamanan dan kerusakkan produk. Pertumbuhan
mikroba yang tidak diinginkan menunjukkan bahwa di dalam produk pangan telah
terjadi kontaminasi dari luar ataupun karena proses pengolahan. Analisis
kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui
mutu bahan pangan tersebut. Bakteri merupakan salah satu zat pencemar yang
berpotensi dalam kerusakan makanan dan minuman. Salah satu koloni bakteri
yang terdapat pada makanan jajanan adalah Coliform. Berdasarkan survei yang
dilakukan peneliti kemungkinan adanya bakteri Coliform pada minuman
dikarenakan lokasi sumber air yang digunakan berdekatan dengan sungai yang
tercemar (kotoran manusia atau hewan, sampah, air cucian, limbah dan lain-lain)
sehingga dapat mengkontaminasi minuman. Bakteri Coliform umumnya
berhabitat di tanah dan air, sehingga memungkinkan minuman terkontaminansi
dan melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan ada label Most Probable
Number (MPN) seri 3 tabung (Fardiaz, 2004).
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara pada 11 Maret
sampai dengan 30 Maret 2019.
Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk minyak
kedelai dan lemak babi. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah
n-Heksana, Nutrient Agar (NA), Natrium Tiosulfat, Kloroform (PA), Alkohol
96%, KOH, HCl, Indikator PP, Aquades, Iodium-Bromida, Indikator Kanji,,
Larutan Jenuh KI.
Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan Adalah Erlenmeyer, Beaker Glass, Biuret,
Corong Pisah, Pipet Tetes, Pipet Ukur, Gelas Ukur, Kaca Arloji, Neraca Analitik,
Pisau, Sarung Tangan, Tabung Reaksi, Penjepit, Desikator, Inkubator, Autoklaf,
Colony Counter, Kertas saring dan Cawan Petridis.
Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap
factorial yang terdiri dari dua faktor yaitu :
Faktor I : Konsentrasi Pelarut (K) terdiri dari 4 taraf yaitu:
K1 = 20% K3 = 40%
K2 = 30% K4 = 50%
Faktor II :Waktu Maserasi (W) terdiri dari 4 taraf yaitu :
W1 = 06 Jam W3 = 18 Jam
W4 = 24 Jam W2 = 12 Jam
Banyaknya kombinasi perlakuan (Tc) adalah 4 x 4 = 16, maka jumlah
ulangan (n) adalah sebagai berikut :
Tc (n-1) ≥ 15
16 (n-1) ≥ 15
16 n-16 ≥ 15
16 n ≥ 31
n ≥ 1,937.............dibulatkan menjadi n = 2
maka untuk ketelitian penelitian, dilakukan ulangan sebanyak 2 (dua) kali.
Model Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
dengan model :
k = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana :
k : Pengamatan dari faktor K dari taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j
dengan ulangan ke-k.
µ : Efek nilai tengah
αi : Efek dari factor K pada taraf ke-i.
βj : Efek dari faktor L pada taraf ke-j.
(αβ)ij : Efek interaksi faktor K pada taraf ke-i dan faktor L pada taraf ke-j.
εijk : Efek galat dari faktor K pada taraf ke-i dan faktor L padatarafke-j
dalam ulangan ke-k.
Pelaksanaan Penelitian
Sampel yang digunakan minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai
yang bercampur dengan minyak babi 1:1 maserasi sampel dengan cara maserasi.
Persiapan Ekstraksi Sampel
1. Sampel minyak kedelai dan minyak babi disiapkan.
2. Kemudian kedua bahan tersebut ditimbang sebanyak 10 gram.
3. Lalu ditambah n-Heksan sesuai dengan perlakuan konsentrasi pelarut dan
kemudian diaduk-aduk selama 5 menit.kemudian dimaserasi sesuai waktu
perlakuan penelitian.
4. Penyaringan pertama menggunakan kain kasa.
5. Penyaringan kedua menggunakan kertas saring.
6. Setelah itu uji sesuai parameter yang diamati.
Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan dilakukan berdasarkan analisa yang meliputi
Bobot Jenis
Bobot jenis adalah perbandingan berat dari suatu volume contoh pada suhu
25°C dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Prosedur analisanya
yaitu piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Contoh minyak atau lemak
cairdisaring dengan kertas saring untuk membuang bahan asing dan fraksi air, lalu
didinginkan sampai 20-23°C. Kemudian dimasukkan ke dalam piknometer sampai
meluap dan diusahakan agar tidak terbentuk gelembung udara. Piknometer
ditutup, minyak yang meluap dan menempel di bagian luar piknometer
dibersihkan. Kemudian piknometer direndam dalam bak air pada suhu 25°C
selama 30 menit. Dengan hati-hati piknometer diangkat dari bak air dibersihkan
dan dikeringkan dengan kertas pengisap. Piknometer beserta isinya ditimbang dan
bobot contoh dihitung dari selisih bobot piknometer beserta isinya dikurangi
bobot piknometer kosong.
Perhitungan bobot jenis dengan rumus :
Bilangan Iodium
Bilangan Iodium adalah jumlah iod yang dapat diikat oleh 100 gram
lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan
bereaksi dengan iod atau senyawa senyawa iod. Prosedurnya ialah lemak
ditimbang sebanyak 5 gram kemudian masukkan kedalam Erlenmeyer. Lalu
ditambahkan 10 ml kloroform dan tambahkan 25 ml pelarut iodium-bromida dan
disimpan ditempat gelap selama 30 menit.Kemudian ditambahkan 10 ml larutan
KI 15% dan tambahkan 50 ml aquades yang telah dididihkan. Lalu titrasi dengan
Na2S2O3 dan tambahkan indikator kanji. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan
hilangnya warna biru dengan amilum.
Perhitungan bilangan Iod dengan rumus:
Keterangan :
V1 adalah volume titrasi contoh uji, dinyatakan dalam mililiter.
V2 adalah volume titrasi blangko, dinyatakan dalam mililiter.
W adalah berat contoh uji, dinyatakan dalam gram.
Bilangan Asam
Minyak/lemak yang akan diuji ditimbang 10-20 gram didalam erlenmeyer
200 ml. Lalu ditambahkan 50 ml alkohol 95 persen, kemudian dipanaskan selama
10 menit dalam penangas air sambil diaduk. Larutan ini kemudian dititrasi dengan
KOH 0,1 N dengan indikator PP 1 persen didalam alkohol, sampai tepat terlihat
warna merah jambu. Setelah itu dihitung jumlah milligram KOH yang digunakan
untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak.
Keterangan :
A = jumlah ml KOH untuk titrasi
N = normalitas larutan KOH
G= bobot contoh
Uji Total Mikroba (Total Plate Count)
Prosedur perhitungan jumlah bakteri menurut modifikasi Fardiaz (1993)
ialah sebagai berikut: Semua peralatan disterilkan dengan menggunakan
autoklafpada tekanan 15psi selama 15 menit pada suhu 121°C.Ditimbang NA
(Nutrient Agar) dan masukkan ke dalam Erlenmeyer dan diberi Aquades sebanyak
250ml setelah itu homogenkan dengan magnet putar (Magnetic Stirer)selanjutnya
direbus sampai larut dan disterilkan dengan autoclave pada tekanan 15psi dengan
suhu 121ºC selama 15 menit. Lalu siapkan larutan pengencer 0,9% NaCl, masing-
masing pengenceran tingkat pertama 90ml dan mulut Erlenmeyer ditutupi
alumunium foil, sedangkan untuk tingkat pengenceran kedua dan ketiga masing-
masing diambil 9ml NaCl 0,9% kemudian dimasukkan ke dalam tabung hush
yang dilengkapi dengan penutup. Semua larutan pengenceran disterilkan dengan
autoclave dengan suhu 121ºC tekanan 15psi selama 15 menit.
Sampel ditimbang 10 gram secara aseptis kemudian dimasukkan ke dalam
90ml NaCl 0,9% steril sehingga diperoleh larutan dengan tingkat pengenceran 10-
1. Dari pengenceran 10
-1 dipipet 1ml ke dalam tabung reaksi 2, kemudian
homogenkan sehingga diperoleh pengenceran 10-2
.Dari setiap pengenceran
diambil 1ml pindahkan ke cawan petri steril yang telah diberi kode untuk tiap
sampel pada tingkat pengenceran tertentu.Kemudian ke dalam semua cawan petri
dituangkan secara aseptis NA sebanyak 15–20 ml. Setelah penuangan, cawan petri
digoyang perlahan-lahan sambil diputar 3 kali ke kiri, ke kanan, lalu ke depan, ke
belakang, kiri dan kanan, kemudian didinginkan sampai agar mengeras.Setelah
NA padat dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37ºC. Setelah
masa inkubasi berakhir, dilakukan perhitungan jumlah bakteri dan jumlah bakteri
dikalikan dengan 1 per pengenceran (Evan et al., 2017). Perhitungan jumlah
koloni menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus :
Total Mikroba= Jumlah Koloni Bakteri x 1/ Pengenceran
Gambar 5. Diagram Alir Proses Ekstraksi Minyak Kedelai dan Minyak Babi
Minyak kedelai dan minyak babi
disiapkan
Aduk kedua bahan selama 5 menit
Lama Ekstraksi (W)
W1= 6 Jam
W2= 12 Jam
W3= 18 Jam
W4= 24 Jam
Konsentrasi (K)
K1= 20 %
K2= 30 %
K3= 40 %
K4= 50 %
Ekstraksi dengan n-Heksan dan
maserasi sesuai perlakuan penelitian
Proses penyaringan 1 menggunakan
kain kasa
Proses penyaringan 2 menggunakan
kertas saring
Bobot Jenis
Bilangan Asam
Bilangan Iodium
Total Mikroba
Pengujian Parameter
Timbang sebanyak 5 gram
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian dan uji statistik minyak kedelai, secara umum
menunjukkan bahwa konsentrasi n-heksana berpengaruh terhadap parameter yang
diamati. Data rata-rata hasil pengamataan berpengaruh konsentrasi n-heksan
terhadap masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pengaruh Konsentrasi n-Heksana Terhadap Parameter Minyak Kedelai
Konsentrasi
n-
Heksan %
Bobot Jenis
g/ml
Bilangan Asam
mgKOH/g
Bilangan
Iod
g I2/100g
Total
Mikroba
LogCFU/g
20% 0,784 0,263 27,500 3,561
30% 0,792 0,339 36,250 3,478
40% 0,800 0,406 44,500 3,365
50% 0,808 0,473 51,000 3,241
Berdasarkan Tabel 9. dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi n-heksan
terhadap bobot jenis dengan nilai tertinggi pada K4= 0,808 g/ml dan terendah K1=
0,784 g/ml bilangan asam dengan nilai tertinggi pada K4= 0,473 mgKOH/g dan
nilai terendah K1= 0,263 mgKOH/g, bilangan iodium nilai tertinggi pada K4=
51,000 g I2/100g dan terendah pada K1= 27,000 g I2/100g mengalami kenaikan
sedangkan pada total mikroba nilai tertinggi pada K1= 3,561 logCFU/g dan
terendah pada K4= 3,241 logCFU/g mengalami penurunan.
Sedangkan untuk minyak babi tersendiri dilihat dari hasil penelitian dan
uji statistik secara umum menunjukkan bahwa konsentrasi n-heksan berpengaruh
terhadap parameter yang diamati. Data rata-rata hasil pengamatan pengaruh
interaksi n-heksan terhadap masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Terhadap Parameter Minyak Babi
Konsentrasi
n-
Heksan %
Bobot Jenis
g/ml
Bilangan Asam
mgKOH/g
Bilangan
Iod
g I2/100g
Total Mikroba
LogCFU/g
20% 0,731 2,455 85,245 17150,000
30% 0,780 2,496 87,847 16125,000
40% 0,869 2,581 89,084 14850,000
50% 0,958 2,665 90,416 13525,000
Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi n-Heksan
minyak babi terhadap bobot jenis nilai tertinggi pada K4= 0,958 g/ml dan nilai
terendah pada K1= 0,731 g/ml, bilangan asam nilai tertinggi pada K4= 2,665
mgKOH/g dan nilai terendah pada K1= 2,455 mgKOH/g dan bilangan iodium
nilai tertinggi pada K4= 90,416 gI2/100g dan nilai terendah pada K1= 85,245 g
I2/100g mengalami kenaikan sedangkan parameter uji total mikroba nilai tertinggi
pada K1=17150,000 LogCFU/g dan nilai terendah pada K4=13525,000 LogCFU/g
mengalami penurunan.
Sedangkan untuk minyak kedelai yang bercampur minyak babi tersendiri
dilihat dari hasil penelitian dan uji statistik secara umum menunjukkan bahwa
konsentrasi n-Heksan berpengaruh terhadap parameter yang diamati. Data rata-
rata hasil pengamatan pengaruh interaksi n-Heksan terhadap masing-masing
parameter dapat dilihat pada Tabel 11
Tabel 11. Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Terhadap Parameter Minyak Kedelai
Bercampur Minyak Babi.
Konsentrasi
n-
Heksan %
Bobot Jenis
g/ml
Bilangan Asam
mgKOH/g
Bilangan
Iod
g I2/100g
Total
Mikroba
LogCFU/g
20% 0,750 0,214 21,500 4,901
30% 0,758 0,223 26,625 4,868
40% 0,766 0,233 32,625 4,738
50% 0,774 0,243 40,125 4,573
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi n-Heksan
minyak babi terhadap bobot jenis nilai tertinggi pada K4= 0,774 g/ml dan nilai
terendah pada K1= 0,750 g/ml, bilangan asam nilai tertinggi pada K4= 0,243
mgKOH/g dan nilai terendah pada K1= 0,214 mgKOH/g dan bilangan iodium
nilai tertinggi pada K4= 40,125 g I2/100g dan nilai terendah pada K1= 21,500 g
I2/100g mengalami kenaikan sedangkan parameter uji total mikroba nilai tertinggi
pada K1=4,901 logCFU/g dan nilai terendah pada K4=4,573 logCFU/g mengalami
penurunan.
Waktu maserasi minyak kedelai setelah diuji secara statistik memberi
pengaruh yang berbeda terhadap parameter yang diamati. Data rata-rata hasil
pengamatan disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Pengaruh Waktu Maserasi Terhadap Parameter Minyak Kedelai
Waktu
Maserasi
Bobot Jenis
g/ml
Bilangan Asam
mgKOH/g
Bilangan
Iod
g I2/100g
Total
Mikroba
LogCFU/g
6 Jam 0,793 0,363 37,000 3,376
12 Jam 0,795 0,380 39,000 3,403
18 Jam 0,797 0,395 40,000 3,424
24 Jam 0,799 0,408 42,000 3,443
Berdasarkan Tabel 12. Dapat dilihat bahwa pengaruh waktu maserasi
minyak kedelai terhadap bobot jenis nilai tertinggi pada W4= 0,799 g/ml dan nilai
terendah pada W1= 0,793 g/ml, bilangan asam W4=0,408 mgKOH/g dan nilai
terendah pada W1= 0,363 mgKOH/g, bilangan iodium nilai tertinggi pada W4=
42,000 g I2/100g dan nilai terendah pada W1= 3,443 g I2/100g dan total mikroba
nilai tertinggi pada W4= 3,443 LogCFU/g dan nilai terendah pada W1= 3,376
LogCFU/g mengalami kenaikan.
Sedangkan untuk minyak babi tersendiri dilihat dari hasil penelitian dan
uji statistik secara umum menunjukkan bahwa waktu maserasi berpengaruh
terhadap parameter yang diamati. Data rata-rata hasil pengamatan pengaruh waktu
maserasi terhadap masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Pengaruh Waktu Maserasi Terhadap Parameter Minyak Babi
Waktu
Maserasi
Bobot Jenis
g/ml
Bilangan Asam
mgKOH/g
Bilangan
Iod
g I2/100g
Total
Mikroba
LogCFU/g
6 Jam 0,798 2,427 86,070 14237,500
12 Jam 0,825 2,552 87,847 15525,000
18 Jam 0,846 2,580 88,672 15825,000
24 Jam 0,860 2,637 90,004 16062,500
Berdasarkan Tabel 13. Dapat dilihat bahwa pengaruh waktu maserasi
minyak kedelai terhadap bobot jenis nilai tertinggi pada W4= 0,860 g/ml dan nilai
terendah pada W1= 0,798 g/ml, bilangan asam W4=2,637 mgKOH/g dan nilai
terendah pada W1= 2,427 mgKOH/g, bilangan iodium nilai tertinggi pada W4=
90,004 g I2/100g dan nilai terendah pada W1= 86,070 g I2/100g dan uji total
mikroba nilai tertinggi pada W4= 16062,500 logCFU/g dan nilai terendah pada
W1= 14237,500 logCFU/g mengalami kenaikan.
Tabel 14. Pengaruh Waktu Maserasi Terhadap Parameter Minyak Kedelai
Bercampur Minyak Babi
Waktu
Maserasi
Bobot Jenis
g/ml
Bilangan Asam
mgKOH/g
Bilangan
Iod
g I2/100g
Total
Mikroba
LogCFU/g
6 Jam 0,795 0,226 27,750 4,676
12 Jam 0,761 0,227 29,500 4,753
18 Jam 0,763 0,229 31,125 4,801
24 Jam 0,765 0,231 32,500 4,849
Berdasarkan Tabel 14. Dapat dilihat bahwa pengaruh waktu maserasi
minyak kedelai terhadap bobot jenis nilai tertinggi pada W1= 0,795 g/ml dan nilai
terendah pada W4= 0,765 g/ml mengalami penurunan sedangkan bilangan asam
W4=0,231 mgKOH/g dan nilai terendah pada W1= 0,226 mgKOH/g, bilangan
iodium nilai tertinggi pada W4= 32,500 g I2/100g dan nilai terendah pada W1=
27,750 g I2/100g dan uji total mikroba nilai tertinggi pada W4= 4,849 logCFU/g
dan nilai terendah pada W1= 4,676 logCFU/g mengalami kenaikan.
Pengujian dan pembahasan masing-masing parameter yang diamati
selanjutnya akan dibahas satu per satu.
Bobot Jenis
Pengaruh Konsentrasi n-Heksan
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 1, 2 dan 3) dapat dilihat bahwa
pengaruh konsentrasi n–Heksan minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai
bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap bobot jenis. Tingkat perbedaan tersebut telah diuji dengan uji
beda rata-rata dan dapat dilihat pada Tabel 15, 16 dan 17.
Tabel 15. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Kedelai Terhadap Bobot Jenis
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 K 0,05 0,01
- - - 20 0,784 d D
2 0,00150 0,00206 30 0,792 b C
3 0,00157 0,00217 40 0,800 c B
4 0,00161 0,00222 50 0,808 a A
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada
taraf p<0,01.
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan
K2, K3 dan K4. K2 berbeda sangat nyata dengan K3 dan K4. K3 berbeda nyata
dengan K4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan K4= 0,808 g/ml dan nilai
terendah dapat dilihat perlakuan K1= 0,784 g/ml untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 6. Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Terhadap Bobot Jenis
Perbandingan 1;1.
Tabel 16. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Babi
Terhadap Bobot Jenis
Jarak LSR perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 K 0,05 0,01
- - - 20 0,731 d D
2 0,00563 0,00774 30 0,780 c C
3 0,00591 0,00814 40 0,860 b B
4 0,00606 0,00834 50 0,958 a A
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa K1 berbeda sangat nyata
dengan K2, K3 dan K4. K2 berbeda nyata dengan K3 dan berbeda sangat nyata
dengan K4. K3 berbeda nyata dengan K4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada
perlakuan K4= 0,958 g/ml dan nilai terendah dapat dilihat perlakuanK1=0,731g/ml
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Babi Terhadap Bobot Jenis
Perbandingan 1:1.
Tabel 17. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Kedelai Bercampur Minyak Babi Terhadap Bobot Jenis
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 K 0,05 0,01
- - - 20 0,750 d D
2 0,00150 0,00207 30 0,758 c C
3 0,00158 0,00217 40 0,766 b B
4 0,00162 0,00223 50 0,774 a A
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan
K2, K3 dan K4. K2 berbeda nyata dengan K3 dan berbeda sangat nyata dengan K4.
K3 berbeda nyata dengan K4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan K4=
0,774 g/ml dan nilai terendah dapat dilihat perlakuan K1= 0,750 g/ml untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Bercampur Minyak
Babi Terhadap Bobot Jenis Perbandingan 1:1.
Berdasarkan Gambar 6, 7 dan 8 dapat dilihat bahwa konsentrasi n-heksan
terhadap bobot jenis minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai yang
bercampur minyak babi. Semakin banyak konsentrasi pelarut n-Heksan yang
digunakan maka bobot jenis semakin tinggi. Hal ini kemungkinan besar terkait
dengan sifat pelarut n-heksan yang non polar. Dengan adanya air, minyak dapat
terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dapat dipercepat dengan
adanya basa, asamdan enzim-enzim. Hidrolisis dapat menurunkan mutu minyak
kedelai. Kandungan air dalam minyak mampu mempercepat kerusakan minyak.
Air yang ada dalam minyak dapat juga dijadikan sebagai media pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat menghidrolisis minyak (Dian, 2018) telah
menyatakan bahwa pemilihan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi minyak
atau lemak adalah berdasarkan tingkat kepolarannya. Kepolaran menunjukkan
kekuatan daya tarik menarik antara molekul. Jika dua zat memiliki daya tarik
antara molekul yang sama atau memiliki kepolaran yang sama maka keduanya
akan saling melarutkan atau dikatakan bercampur (misscible). Hal dikarenakan
banyaknya komponen yang terkandung dalam minyak kedelai dan bercampur
dengan zat-zat yang terdapat dalam minyak babi. Besar kecil nilai bobot jenis
sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-kompenen yang terkandung
didalamnya. Maka dari itu, apabila semakin besar yang terkandung dalam minyak,
maka semakin besar pula nilai bobot jenisnya.
Pengaruh Waktu Maserasi
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 3, 4 dan 5) dapat dilihat bahwa
pengaruh waktu maserasi minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai
bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap bobot jenis. Tingkat perbedaan tersebut telah diuji dengan uji
beda rata-rata dan dapat dilihat pada Tabel 18, 19 dan 20.
Tabel 18. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai
Terhadap Bobot Jenis
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 0,793 a D
2 0,00150 0,00206 12 0,795 b C
3 0,00157 0,00217 18 0,797 c B
4 0,00161 0,00222 24 0,799 d A
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3 dan W4. W2 berbeda sangat nyata dengan W3 dan W4. W3 berbeda
sangat nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan
W4=0,999g/ml dan nilai terendah dapat dilihat pada perlakuan W1=0, 793 g/ml
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Terhadap Bobot Jenis.
Tabel 19. Hasil Uji Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Babi Terhadap
Bobot Jenis
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 0,798 d D
2 0,00563 0,00774 12 0,825 c C
3 0,00591 0,00814 18 0,846 b B
4 0,00606 0,00834 24 0,860 a A
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa W1 berbeda sangat nyata dengan
W2, W3 dan W4. W2 berbeda sangat nyata dengan W3 dan W4. W3 berbeda sangat
nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan W4= 0,860g/ml dan
nilai terendah dapat dilihat pada perlakuan W1=0,798g/ml untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Pengaruh Waktu Maserasin Minyak Babi Terhadap Bobot Jenis.
Tabel 20. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai
Bercampur Minyak Babi Terhadap Bobot Jenis
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 0,759 d D
2 0,00150 0,00207 12 0,761 c C
3 0,00158 0,00217 18 0,763 b B
4 0,00162 0,00223 24 0,765 a A
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 20 dapat dilihat bahwa W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3 dan W4. W2 berbeda sangat nyata dengan W3 dan W4. W3 berbeda
sangat nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan W4=0,765
g/ml dan nilai terendah dapat dilihat pada perlakuan W1=0,759 g/ml untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Bercampur Minyak Babi
Terhadap Bobot Jenis.
Berdasarkan Gambar 9, 10 dan 11 dapat dilihat bahwa waktu maserasi
terhadap bobot jenis minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai yang
bercampur minyak babi. Perlakuan waktu maserasi sangat berpengaruh terhadap
hasil bobot jenis. Bobot jenis memiliki massa zat yang besar maka kemungkinan
bobot jenisnya juga menjadi lebih besar. Jika volume zat besar maka bobot
jenisnya akan berpengaruh, tergantung pula dari massa zat itu sendiri. Bobot
molekulnya serta kekerasan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
Maka dapat disimpulkan jika semakin lama waktu maserasi maka semakin tinggi
pula nilai bobot jenis yang diperoleh (Dian, 2018) telah menyatakan bahwa
semakin lama waktu maserasi, maka semakin tinggi nilai bobot jenis yang
dihasilkan. Dalam proses ekstraksi dengan metode maserasi, waktu ekstraksi
menentukan banyaknya zat aktif yang dapat terdipusi keluar. Zat aktif dapat
berasal dari minyak kedelai maupun minyak babi tersebut, sehingga berpengaruh
terhadap bobot jenis yang dihasilkan.
Pegaruh Interaksi Antara Konsentrasi n-Heksan dan Waktu Maserasi
Terhadap Bobot Jenis
Dari daftar analisis sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara
konsentrasi n-Heksan dan waktu maserasi memberikan pengaruh berbeda tidak
nyata (p>0,05) bobot jenis. Sehingga pengujian selanjutnya tidak dilakukan.
Bilangan Asam
Pengaruh konsentrasi n-Heksan
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 5, 6 dan 7) dapat dilihat bahwa
pengaruh konsentrasi n–Heksan minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai
bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap bilangan asam. Tingkat perbedaan tersebut telah diuji dengan
uji beda rata-rata dan dapat dilihat pada Tabel 21, 22 dan 23.
Tabel 21. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Kedelai Terhadap Bilangan Asam
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 K 0,05 0,01
- - - 20 0,280 d D
2 0,00750 0,01032 30 0,355 c C
3 0,00787 0,01085 40 0,423 b B
4 0,00807 0,01112 50 0,488 a A
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan
K2, K3 dan K4. K2 berbeda sangat nyata dengan K3 dan K4. K3 berbeda nyata
dengan K4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan K4= 0,488 mgKOH/g dan
nilai terendah dapat dilihat perlakuan K1= 0,280 mgKOH/g untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Terhadap Bilangan
Asam Perbandingan 1:1.
Tabel 22. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Babi
Terhadap Bilangan Asam
Jarak LSR perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 K 0,05 0,01
- - - 20 2,455 c C
2 0,08438 0,11616 30 2,496 c C
3 0,08859 0,12206 40 2,581 b B
4 0,09084 0,12516 50 2,665 a A
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan
K2, K3 dan K4. K2 berbeda nyata dengan K3 dan berbeda sangat nyata dengan K4.
K3 berbeda nyata dengan K4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan K4=
2,665 mgKOH/g dan nilai terendah dapat dilihat perlakuan K1= 2,455 mgKOH/g
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Babi Terhadap Bilangan
Asam Perbandingan 1:1.
Tabel 23. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Kedelai Bercampur Minyak Babi Terhadap Bilangan Asam
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 K 0,05 0,01
- - - 20 0,214 d D
2 0,00111 0,00153 30 0,223 c C
3 0,00116 0,00160 40 0,233 b B
4 0,00119 0,00165 50 0,243 a A
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 23. dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata
dengan K2, K3 dan K4. K2 berbeda nyata dengan K3 dan berbeda sangat nyata
dengan K4. K3 berbeda nyata dengan K4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada
perlakuan K4= 0,243 mgKOH/g dan nilai terendah dapat dilihat perlakuan K1=
0,214 mgKOH/g untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Bercampur Minyak
Babi Terhadap Bilangan Asam.
Berdasarkan Gambar 12, 13 dan 14 dapat didilihat bahwa bilangan asam
minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai yang bercampur minyak babi
dapat dilihat bahwa bilangan asam yang diperoleh dari perlakuan 20% sampai
perlakuan 50% mengalami peningkatan. Pada konsentrasi 20% bilangan asam
berada pada titik 0,214 mgKOH/g sampel. Kemudian terrjadi peningkatan sampai
pada konsentrasi 50% menjadi 0,243 mgKOH/g sampel. Semakin banyak
konsentrasi pelarut maka bilangan asam akan semakin meningkat. Bilangan asam
juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan
asam dipegrunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat
dalam lemak dan terjadinya hidrolisis (Gozali, 2018) telah menyatakan bahwa
Semakin banyak pelarut yang digunakan dalam ekstraksi, maka semakin
meningkat bilangan asam yang dihasilkan. Konsentrasi memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap bilangan asam. Konsentrasi pelarut sangat
mempengaruhi hasil, terutama terhadap nilai transfer massa. Dengan banyaknya
rendemen yang dihasilkan, maka akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
peningkatan bilangan asam minyak kedelai, karena minyak yang terhidolisis akan
semakin banyak pula.Bilangan asam yang semakin tinggi dapat mempengaruhi
mutu minyak kedelai. Semakin tinggi nilai bilangan asam maka mutu minyak
semakin rendah. kadar asam lemak tidak jenuh yang tinggi di dalam minyak ikan
menyebabkan minyak ini sangat rentan untuk teroksidasi berbagai faktor
mempengaruhi oksidasi lipid terutama tingkat ketidak jenuhan, oksigen, cahaya,
suhu, prooksidan dan antioksidan.
Pengaruh Waktu Maserasi
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 10, 11 dan 12) dapat dilihat bahwa
pengaruh waktu maserasi minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai
bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap bilangan asam. Tingkat perbedaan tersebut telah diuji dengan
uji beda rata-rata dan dapat dilihat pada Tabel 24, 25 dan 26.
Tabel 24. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai
Terhadap Bilangan Asam
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 0,363 d D
2 0,00750 0,01032 12 0,380 c C
3 0,00787 0,01085 18 0,395 b B
4 0,00807 0,01112 24 0,408 a A
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 24. dapat dilihat bahwa W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3 dan W4. W2 berbeda sangat nyata dengan W3 dan W4. W3 berbeda
sangat nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan W4= 0,408
mgKOH/g dan nilai terendah dapat dilihat pada perlakuan W1=0,363 mgKOH/g
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Terhadap Bilangan Asam.
Tabel 25. Hasil Uji Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Babi Terhadap
Bilangan Asam
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 2,427 a A
2 0,08438 0,11616 12 2,552 b B
3 0,08859 0,12206 18 2,580 c C
4 0,09084 0,12516 24 2,637 C C
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 25. dapat dilihat bahwa W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3 dan W4. W2 berbeda sangat nyata dengan W3 dan W4. W3 berbeda
sangat nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan W4= 2,637
mgKOH/g dan nilai terendah dapat dilihat pada perlakuan W1=2,427 mgKOH/g
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Babi Terhadap Bilangan Asam.
Tabel 26. Hasil Uji Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai
Bercampur Minyak Babi Terhadap Bilangan Asam
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 0,226 d D
2 0,00111 0,00153 12 0,227 c C
3 0,00116 0,00160 18 0,229 b B
4 0,00119 0,00165 24 0,231 a A
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 26 dapat dilihat bahwa W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3 dan W4. W2 berbeda sangat nyata dengan W3 dan W4. W3 berbeda
sangat nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan W4= 0,231
mgKOH/g dan nilai terendah dapat dilihat pada perlakuan W1=0,226 mgKOH/g
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Bercampur Minyak Babi
Terhadap Bilangan Asam.
Berdasarkan Gambar 15, 16 dan 17 dapat dilihat bahwa waktu maserasi
terhadap bilangan asam minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai yang
bercampur minyak babi. Bahwa semakin tinggi waktu maserasi maka semakin
tinggi hasil yang didapat. Semakin tinggi angka bilangan asam maka besar
menunjukkan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisa minyak
kedelai karena proses pengolahan yang kurang baik. Semakin tinggi angka
bilangan asam maka semakin rendah kualitasnya, sebaliknya jika angka bilangan
asamnya rendah maka kualitas minyak tersebut bagus dan layak untuk dikonsumsi
(Gozali, 2018) telah menyatakan bahwa Bilangan asam meningkat seiring dengan
lamanya waktu maserasi. Lamanya waktu maserasi sejalan dengan lamanya masa
penyimpanan terhadap minyak yang dihasilkan. Oleh karena itu, semakin lama
waktu maserasi, maka kemungkinan untuk terjadinya hidrolisis oleh
mikroorganisme akan semakin meningkat, reaksi hidrolisis dapat disebabkan oleh
lipase yang berasal dari mikroorganisme, serta adanya sejumlah air yang
terkandung dalam minyak tersebut.
Pegaruh Interaksi Antara Konsentrasi n-Heksan dan Waktu Maserasi
Terhadap Bilangan Asam
Dari daftar analisis sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara
konsentrasi n-Heksan dan waktu maserasi memberikan pengaruh berbeda tidak
nyata (p>0,05) bilangan asam. Sehingga pengujian selanjutnya tidak dilakukan.
Bilangan Iodium
Pengaruh Konsentrasi n-Heksan
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 13, 14 dan 15) dapat dilihat bahwa
pengaruh konsentrasi n–Heksan minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai
bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (p>0,05)
terhadap bilangan iod. Sehingga tidak di lakukan uji beda rata-rata.
Pengaruh Waktu Maserasi
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 13, 14 dan 15) dapat dilihat bahwa
pengaruh waktu maserasi minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai
bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap bobot jenis. Tingkat perbedaan tersebut telah diuji dengan uji
beda rata-rata dan dapat dilihat pada Tabel 27, 28 dan 29.
Tabel 27. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai
Terhadap Bilangan Iod
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 37,000 d D
2 1,50000 2,06500 12 39,250 c C
3 1,57500 2,17000 18 40,500 b B
4 1,61500 2,22500 24 42,500 a A
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3 dan W4. W2 berbeda sangat nyata dengan W3 dan W4. W3 berbeda
sangat nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan W4= 42,500
g I2/100g dan nilai terendah dapat dilihat pada perlakuan W1=37,000 g I2/100g
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Terhadap Bilangan
Iodium.
Tabel 28. Hasil Uji Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Babi Terhadap
Bilangan Iodium
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 86,070 a A
2 1,34934 1,85759 12 87,847 b B
3 1,41680 1,95204 18 88,672 c C
4 1,45279 2,00152 24 90,004 c C
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3 dan W4. W2 berbeda sangat nyata dengan W3 dan W4. W3 berbeda
sangat nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan W4= 90,004
g I2/100g dan nilai terendah dapat dilihat pada perlakuan W1=86,070 g I2/100g
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Babi Terhadap Bilangan Iodium.
Tabel 29. Hasil Uji Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai
Bercampur Minyak Babi Terhadap Bilangan Iodium
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 27,750 d D
2 0,62187 0,85610 12 29,500 c C
3 0,65296 0,89963 18 31,125 b B
4 0,66954 0,92244 24 32,500 a A
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p<0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 29. dapat diketahui bahwa W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3 dan W4. W2 berbeda sangat nyata dengan W3 dan W4. W3 berbeda
sangat nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan W4= 32,500
g I2/100g dan nilai terendah dapat dilihat pada perlakuan W1=27,750 g I2/100g
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Bercampur Minyak Babi
Terhadap Bilangan Iodium.
Berdasarkan Gambar 18, 19 dan 20 dilihat bahwa pengaruh waktu
maserasi terhadap bilangan iod minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai
yang bercampur minyak babi. Waktu maserasi sangat berpengaruh dengan nilaai
bilangan iodium. Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu
menyerap sejumlah iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Besarnya jumlah
iod yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh.
Bilangan iod dalam setiap asam lemak berbeda. Tingginya tingkat ketidak
jenuhan minyak menyebabkan minyak semakin mudah teroksidasi. Apabila
minyak mudah teroksidasi maka tigkat ketidak jenuhannya semakin berkurang
karena ikatan rangkapnya sudah putus sehingga bilangan iodnya semakin kecil.
Dari penelitian yang dilakukan hasil bilangan iodium nya masih menunjukkan
nilai yang standar (Dian, 2018) telah menyatakan bahwa ikatan rangkap asam
lemak tak jenuh dapat mengikat oksigen sehingga membentuk peroksida yang
menyebabkan terjadinya ketengikan. Angka iodium yang rendah menunjukkan
bahwa minyak tersebut sudah jenuh, dimana minyak yang jenuh memiliki ikatan
tunggal yang mudah pecah sehingga minyak tersebut menjadi rusak.
Pengaruh Interaksi Antara Konsentrasi n-Heksan dan Waktu Maserasi
Terhadap Bilangan Iodium
Dari daftar analisis sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara
konsentrasi n-Heksan dan waktu maserasi memberikan pengaruh berbeda tidak
nyata (p<0,05) terhadap bilangan iod. Sehingga pengujian selanjutnya tidak
dilakukan.
Uji Total Mikroba (Total Plate Count)
Pengaruh Konsentrasi n-Heksan
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 16, 17 dan 18) dapat dilihat bahwa
pengaruh konsentrasi n–Heksan minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai
bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda tidak nyata (p<0,05)
terhadap total mikroba. Sehingga tidak di lakukan uji beda rata-rata.
Tabel 30. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Kedelai Terhadap Uji Total Mikroba
Jarak LSR perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 K 0,05 0,01
- - - 20 3,561 a A
2 0,01215 0,01673 30 3,478 b B
3 0,01276 0,01758 40 3,365 c C
4 0,01308 0,01802 50 3,241 d D
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Pada Tabel 30 dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan K3,
dan K4 serta berbeda tidak nyata dengan K2. K2 berbeda sangat nyata dangan K3
dan K4. K3 berbeda tidak nyata dengan K4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada
perlakuan K1= 3,561 logCFU/g dan nilai terendah dapat dilihat perlakuan K4=
3,241 logCFU/guntuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21. Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Terhadap Uji Total
Mikroba Perbandingan 1:1.
Tabel 31. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Babi
Terhadap Total Mikroba
Jarak LSR perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 K 0,05 0,01
- - - 20 17150 c C
2 735,80313 1012,95565 30 16125 c C
3 772,59329 1064,46187 40 14850 b B
4 792,21471 1091,44131 50 13525 a A
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 31 dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan
K3, dan K4 serta berbeda tidak nyata dengan K2. K2 berbeda sangat nyata dangan
K3 dan K4. K3 berbeda sangat nyata dengan K4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada
perlakuan K1= 17150 logCFU/g dan nilai terendah dapat dilihat perlakuan K4=
13525 logCFU/g untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Babi Terhadap Uji Total
Mikroba Perbandingan 1:1.
Tabel 32. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak
Kedelai Bercampur Minyak Babi Terhadap Total Mikroba
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 K 0,05 0,01
- - - 20 4,901 a A
2 0,02698 0,03714 30 4,868 b B
3 0,02833 0,03903 40 4,738 c C
4 0,02904 0,04002 50 4,573 d D
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Pada Tabel 32. dapat dilihat bahwa K1 berbeda sangat nyata dengan K3,
dan K4 serta berbeda tidak nyata dengan K2. K2 berbeda sangat nyata dangan K3
dan K4. K3 berbeda tidak nyata dengan K4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada
perlakuan K1= 4,901 logCFU/g dan nilai terendah dapat dilihat perlakuan K4=
4,573 logCFU/g untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Pengaruh Konsentrasi n-Heksan Minyak Kedelai Bercampur Minyak
Babi Terhadap Uji Total Mikroba Perbandingan 1:1.
Berdasarkan Gambar 21, 22 dan 23. dapat dilihat bahwa pengaruh
konsentrasi n-Heksan terhadap uji total mikroba minyak kedelai, minyak babi dan
minyak kedelai yang bercampur minyak babi. Penambahan konsentrasi n-heksana
sebagai pelarut. Semakin sedikit konsentrasi n-heksan yang digunakan maka
semakin banyak mikroba yang akan tumbuh. Sebaliknya jika konsentrasi n-heksan
yang digunakan semakin banyak maka pertumbuhan mikrobanya akan semakin
rendah. Penambahan air pada saat pembuatan media agar juga mempengaruhi
pertumbuhan mikroba (Rozali, 2018) telah menyatakan bahws dapat diketahui
konsentrasi n-heksan terhadap jumlah mikroba. Semakin sedikit konsentrasi
pelarut n-heksan yang digunakan maka jumlah mikroba semakin meningkat pula
yaitu pada konsentrasi 20%. Hal ini menyebabkan air yang digunakan sebagai
campuran pelarut makin tinggi sehingga memungkinkan pertumbuhan bakteri
pembusuk dan mikroba semakin meningkat. Stabilitas dan kualitas pangan
dipengaruhi secara langsung oleh kadar air.
Waktu Maserasi
Dari daftar sidik ragam (Lampiran 16, 17 dan 18) dapat dilihat bahwa
pengaruh waktu maserasi minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai
bercampur minyak babi memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata
(p<0,01) terhadap uji total mikroba. Tingkat perbedaan tersebut telah di uji
dengan uji beda rata-rata dan dapat dilihat pada Tabel 33, 34 dan 35.
Tabel 33. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai
Terhadap Total Mikroba
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 3,376 d D
2 0,01215 0,01673 12 3,403 c C
3 0,01276 0,01758 18 3,424 b B
4 0,01308 0,01802 24 3,443 a A
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 33 dapat dilihat bahwa W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3 dan W4. W2 berbeda nyata dengan W3 dan W4. W3 berbeda tidak
nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat pada perlakuan W4= 3,443
logCFU/ml dan nilai terendah dapat dilihat pada perlakuan W1=3,376 logCFU/ml
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24. Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Terhadap Total Mikroba.
Tabel 34. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Babi
Terhadap Total Mikroba
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 14237,5 a A
2 735,80313 1012,95565 12 15525,0 b B
3 772,59329 1064,46187 18 15825,0 c C
4 792,21471 1091,44131 24 16062,5 c C
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 34. dapat dilihat bahwa W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3 dan W4. W2 berbeda tidak nyata dengan W3 dan berbeda sangat
nyata dengan W4. W3 berbeda tidak nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat
pada perlakuan W4=16062,5 logCFU/g dan nilai terendah dapat dilihat pada
perlakuan W1=14237,5 logCFU/g untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
25.
Gambar 25. Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Babi Terhadap Uji Total Mikroba.
Tabel 35. Hasil Uji Beda Rata-rata Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai
Bercampur Dengan Minyak Babi Terhadap Uji Total Mikroba
Jarak LSR Perlakuan
Rataan Notasi
0,05 0,01 W 0,05 0,01
- - 6 4,676 d D
2 0,02698 0,03714 12 4,753 c C
3 0,02833 0,03903 18 4,801 b B
4 0,02904 0,04002 24 4,849 a A
Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom notasi menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf p>0,05 dan berbeda sangat nyata pada taraf
p<0,01.
Berdasarkan Tabel 35 dapat dilihat bahwa W1 berbeda sangat nyata
dengan W2, W3 dan W4. W2 berbeda tidak nyata dengan W3 dan berbeda sangat
nyata dengan W4. W3 berbeda tidak nyata dengan W4. Nilai tertinggi dapat dilihat
pada perlakuan W4=4,849 logCFU/g dan nilai terendah dapat dilihat pada
perlakuan W1=4,676 logCFU/g untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
26.
Gambar 26. Pengaruh Waktu Maserasi Minyak Kedelai Bercampur Minyak Babi
Terhadap Total Mikroba.
Berdasarkan Gambar 24, 25 dan 26 dapat dilihat bahwa pengaruh waktu
maserasi terhadap total mikroba minyak kedelai, minyak babi dan minyak kedelai
yang bercampur minyak babi. Pada pengujian total mikroba terhadap waktu
maserasi dimana dari waktu yang rendah yaitu 6 jam mengalami penuurunan
sedangkan waktu yang paling tinggi yaitu 24 jam mengalami kenaikan. Semakin
lama waktu maserasi maka petumbuhan mikroba akan semakin me ingkat.
Pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim membutuhkan kadar air. Semakin
banyak air maka mikroba yang tumbuh akan semakin banyak sebaliknya semakin
sedikit air yang digunakan maka akan semakin sedikit mikroba yang akan tumbuh
(Dian, 2018) menyatakan bahwa konsentrasi n-heksan dan pengaruh maserasi
terhadap total mikroba mengalami kenaikan dan penurunan. Adapun penambahan
aquades dan kadar air pada bahan yang mempengaruhi total mikroba selama
waktu maserasi sehingga semakin lama waktu maseasi, total mikrroba pun
semakin meningkat. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan produk lebih
mudah mengalami kerusakan,
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Perubahan Sifat Fisik
Minyak Kedelai Yang Bercampur Dengan Minyak Babi dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Konsentrasi n-heksan memberi pengaruh berbeda nyata pada taraf
(p<0,05) terhadap bobot jenis dan berbeda sangat nyata pada taraf
(p<0,01) bilangan iodium, bilangan asam, dan total mikroba pada minyak
kedelai yang bercampur dengan minyak babi.
2. Waktu maserasi memberi pengaruh berbeda nyata pada taraf (p<0,01)
bobot jenis, bilangan iodium, bilangan asam dan total mikroba pada
minyak kedelai yang bercampur dengan minyak babi.
Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar mengembangkan penelitian
ini dengan menggunakan berbagai ekstraksi yang lebih efisien dan menamhkaban
parameter pengujiannya seperti angka peroksida, bilangan penyabunan, titik leleh
dan titik cair.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2005, Kedelai. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Abraham, dkk. 1997. An Outbreak Of Food Poisoning In Tamil Nadu Associaatcd
With Yersinia Enterocolotica. Indian J. Med.Res, 106: 465-468.
Afritario, M. I. 2018. Pengaruh Konsentrasi n-Heksana dan Berat Sampel Pada
Analiis Lemak Sapi (Bos taurus) Terhadap Produk Pangan
Olahan.(Skripsi). Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.
Ansel, H. C. 2006. Pengantar Bentuk Sediaan Farnasi. Univwesitas Indonesia.
Jakarta.
Ardilla, D. dkk. 2018. Studi Awal: Analisis Sifat Fisika Lemak Babi Hasil
Ekstraksi Pada Produk Pangan Olahan. Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara. Medan.
AsyantiI, H. 2005. Modus Pemalsuan Makanan Studi Eksploratif Berbasis
Internet. Universitas Katolik Soeguapranata. Semarang.
Fahreny, D. 2018. Pengaruh Konsentrasi n-Heksana dan Waktu Maserasi Pada
Analisis Produk Nugget Ayam Olahan Yang Bercampur Lemak Babi.
(Skripsi). Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.
Fauzia, E. R. 2018. Pengaruh Konsentrasi n-Heksana dan Waktu Maserasi Pada
Analisis Produk Lemak Babi Olahan. (Skripsi). Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.
Fardiaz, Srikandi. 2004. Mikrobiologi Pangan 1. PT. Gramedia PustakaUtama
Jakarta.
Firman, Jaya. 2008. Minyak Kedelai firman jaya.lecture.ub.id.ac.id/files/2008/10/
minyak-kedelai.doc. Diakses Desember 2018..
Gozali, A.. 2018. Pengaruh Konsentrasi n-Heksana dan Waktu Maserasi Pada
Analisis Produk Tuna Olahan Yang Bercampur dengan Lemak Babi.
(Skripsi). Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.
Henny. dkk. 2017. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi
terhadao Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol (Syzygium
malaccense L.). akademia Farmasi Samarinda. Samarinda.
Hilda, Laely. 2014. Analisis Kandungan Lemak Babi Dalam Produk Pangan Di
Padang Sidipuan Secara Kualitatif dengan Menggunakan Gas
Kromotografi (GC), tesis). Padang Sidimpuan.
Kementerian Pertanian. 2015. Modul Pemberdayaan dalam Upaya Khusus
Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Tahun 2015. Kerjasama
Kementerian Pertanian RI dengan Perguruan Tinggi. Jakarta. 34 hal.
Ketaren, S, 2002. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan Cetakan
Pertama, UI-Press, Jakarta.
Ketaren, S. 2005. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI Press.
Jakarta.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan
Pertama. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Ketaren, S. 2012. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press,
Jakarta
Lada, S, Tanakinjal, H, G, Amin, H. 2009. Predicting intention to choose halal
products using theory of reasoned action. International Journal Islamic
and Middle Eastern Finance and Management, 2(1).
Leksono, W, Bagio, dkk. 2018. Jenis Pelarut Metanol Dan N-Heksana Terhadap
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Gelidium sp. Dari Pantai Drini
Gunungkidul. Yogyakarta.
Maulana, Gibran. 2017. Catatan Komisi IX Soal Temuan Zat Babi di 2 Varian Mie
Samyang. DetikNews.
Maharani, S. 2016. Minyak Goreng Curah Dilarang Beredar. Retrieved
September.8,2016,fromhttps://m.tempo.co/read/news/2016/02/06/0587427
59/maret-minyak-goreng-curah-dilarang beredar. Diakses Desember 2018.
Muharrami, L. K. 2011. Penentuan Kadar Kolesterol Dengan Metode
Kromatografi Gas. Agrointek Volume 5, No. 1 Maret 2011.
Mukhriani. 2018. Ekstraksi Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin. Makassar.
Matjjik, AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan. Jilid I. Bogor:IPB
Press
Rizka, S. K, Yeti L. P, Neneng. H. 2018. Produk Roti dalam Pola Konsumsi
Pangan dan Keberadaan Label Halal dalam Keputusan Konsumsi
Masyarakat (Kasus: Kota Bogor). Bogor.
Rozali, Mariany. 2018. Analisis Mikrobiologi Forensik Total Mikroba Sosis Sapi
yang Bercampur Lemak Babi dalam Rangka Kehalalan Produk. Jurusan
Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan. Medan.
Suprapto., H. 2001. Bertanam Kedelai. PT; Penebar Swadaya. Jakarta
Susanty. 2018. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Refluks Terhadap
Kadar Fenolik dari Ekstraksi Tongkol Jagung (Zea mays L.). Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Jakarta.
Taufik, M. dkk. 2018. Studi Awal: Analisis Sifat Fisika Lemak Babi Hasil
Ekstraksi Pada Produk Olahan. Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. Medan.
Thoha, M. Yusuf, Arfan Nazhri S,. 2008. Pengaruh Suhu Waktu dan Konsentrasi
Pelarut pada Ekstraksi Minyak Kacang Kedelai Sebagai Penyedia
Vitamin E. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Trisna Siregar, R. 2018. Pengaruh Konsentrasi n-Heksana dan Waktu Maserasi
Pada Analisis Produk Lemak Sapi Olahan Yang Bercampur Lemak Babi.
(Skripsi). Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.
Triyantini, Abubakar, Bintang IAK, Antawidjaja T. 1997. Studi Komperatif
Preferensi, Mutu Dan Gizi Beberapa Jenis Daging Unggas. Jurnal. Ilmu
Ternak Da
Utami, TP. 2013. Konversi minyak goreng curah ke kemasan sederhana.
Kementrian Perdagangan Indonesia, Pusdiklat Perdagangan.
http://www.kemendag.go.id/pusdiklat/news/wawasan/33.Diakses
November 2018
Valentina Butar Butar, D. Iskandar Lubis. 2018. Respon Genotipe Tanaman
Kedelai (Glycine max L. Merrill) dari Berbagai Negara Terhadap
Kondisi Lingkungan Tumbuh Kebun IPB Sawah Baru. IPB. Bogor.
Wijaya, Tony. 2009. Analisis Structural Equation Modelling untuk Penelitian
Menggunakan AMOS. Yogyakarta: Universitas Atmajaya.
Winarno. F.G . 1997. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Lampiran 1. Bobot Jenis Minyak Kedelai (g/ml)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 0,780 0,782 1,56 0,78
K1W2 0,782 0,784 1,57 0,78
K1W3 0,784 0,786 1,57 0,79
K1W4 0,786 0,788 1,57 0,79
K2W1 0,788 0,790 1,58 0,79
K2W2 0,790 0,792 1,58 0,79
K2W3 0,792 0,794 1,59 0,79
K2W4 0,794 0,796 1,59 0,80
K3W1 0,796 0,798 1,59 0,80
K3W2 0,798 0,800 1,60 0,80
K3W3 0,800 0,802 1,60 0,80
K3W4 0,802 0,804 1,61 0,80
K4W1 0,804 0,806 1,61 0,81
K4W2 0,806 0,808 1,61 0,81
K4W3 0,808 0,810 1,62 0,81
K4W4 0,810 0,812 1,62 0,81
25,47
Rataan
0,80
Tabel Analisis Sidik Ragam Bobot Jenis
SK db JK KT F hit.
F.05 F.01
Perlakuan 15 0,003 0,000 90,667 ** 2,35 3,41
K 3 0,003 0,001 426,667 ** 3,24 5,29
P Lin 1 0,003 0,003 1280,000 ** 4,49 8,53
P kuad 1 0,000 0,000 0,000 tn 4,49 8,53
P Kub 1 0,000 0,000 0,000 tn 4,49 8,53
W 3 0,000 0,000 26,667 ** 3,24 5,29
K Lin 1 0,000 0,000 80,000 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 -5,115 -5,115 -2557599,000 tn 4,49 8,53
K Kub 1 5,115 5,115 2557599,000 ** 4,49 8,53
K x W 9 0,000 0,000 0,000 tn 2,54 3,78
Galat 16 0,000 0,000
Total 31 0,003
Keterangan:
FK = 20,28
KK = 0,178%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 2.Bobot Jenis Minyak Babi (g/ml)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 0,70 0,70 1,400 0,700
K1W2 0,72 0,72 1,440 0,720
K1W3 0,74 0,75 1,490 0,745
K1W4 0,76 0,76 1,520 0,760
K2W1 0,75 0,75 1,500 0,750
K2W2 0,77 0,77 1,540 0,770
K2W3 0,79 0,79 1,580 0,790
K2W4 0,81 0,81 1,620 0,810
K3W1 0,82 0,82 1,640 0,820
K3W2 0,85 0,85 1,700 0,850
K3W3 0,87 0,89 1,760 0,880
K3W4 0,89 0,89 1,780 0,890
K4W1 0,92 0,92 1,840 0,920
K4W2 0,95 0,97 1,920 0,960
K4W3 0,97 0,97 1,940 0,970
K4W4 0,98 0,98 1,960 0,980
26,630
Rataan
0,832
Tabel Analisis Sidik Ragam Bobot Jenis
SK db JK KT F hit.
F.05 F.01
Perlakuan 15 0,253 0,017 600,881 ** 2,35 3,41
K 3 0,235 0,078 2786,481 ** 3,24 5,29
P Lin 1 0,230 0,230 8187,756 ** 4,49 8,53
P kuad 1 0,005 0,005 169,000 ** 4,49 8,53
P Kub 1 0,000 0,000 2,689 tn 4,49 8,53
W 3 0,018 0,006 211,074 ** 3,24 5,29
K Lin 1 0,017 0,017 619,756 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 -5,511 -5,511 -195939,556 tn 4,49 8,53
K Kub 1 5,511 5,511 195953,022 ** 4,49 8,53
K x W 9 0,001 0,000 2,284 tn 2,54 3,78
Galat 16 0,000 0,000
Total 31 0,254
Keterangan: FK = 22,16
KK = 0,637%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 3. Bobot Jenis Minyak Kedelai yang Bercampur Minyak Babi (g/ml)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 0,746 0,748 1,49 0,75
K1W2 0,748 0,750 1,50 0,75
K1W3 0,750 0,752 1,50 0,75
K1W4 0,752 0,754 1,51 0,75
K2W1 0,754 0,756 1,51 0,76
K2W2 0,756 0,758 1,51 0,76
K2W3 0,758 0,760 1,52 0,76
K2W4 0,760 0,762 1,52 0,76
K3W1 0,762 0,764 1,53 0,76
K3W2 0,764 0,766 1,53 0,77
K3W3 0,766 0,768 1,53 0,77
K3W4 0,768 0,770 1,54 0,77
K4W1 0,770 0,772 1,54 0,77
K4W2 0,772 0,774 1,55 0,77
K4W3 0,774 0,776 1,55 0,78
K4W4 0,776 0,778 1,55 0,78
24,38
Rataan
0,76
Tabel Analisis Sidik Ragam Bobot Jenis
SK db JK KT F hit.
F.05 F.01
Perlakuan 15 0,003 0,000 90,667 ** 2,35 3,41
K 3 0,003 0,001 426,667 ** 3,24 5,29
P Lin 1 0,003 0,003 1280,000 ** 4,49 8,53
P kuad 1 0,000 0,000 0,000 tn 4,49 8,53
P Kub 1 0,000 0,000 0,000 tn 4,49 8,53
W 3 0,000 0,000 26,667 ** 3,24 5,29
K Lin 1 0,000 0,000 80,000 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 -4,950 -4,950 -2474775,000 tn 4,49 8,53
K Kub 1 4,950 4,950 2474775,000 ** 4,49 8,53
K x W 9 0,000 0,000 0,000 tn 2,54 3,78
Galat 16 0,000 0,000
Total 31 0,003
Keterangan:
FK = 18,58
KK = 0,186%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 4.Bilangan Asam Minyak Kedelai (mgKOH/gOil)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 0,260 0,270 0,530 0,265
K1W2 0,270 0,280 0,550 0,275
K1W3 0,280 0,290 0,570 0,285
K1W4 0,290 0,300 0,590 0,295
K2W1 0,320 0,330 0,650 0,325
K2W2 0,340 0,350 0,690 0,345
K2W3 0,360 0,370 0,730 0,365
K2W4 0,380 0,390 0,770 0,385
K3W1 0,390 0,400 0,790 0,395
K3W2 0,410 0,420 0,830 0,415
K3W3 0,430 0,440 0,870 0,435
K3W4 0,440 0,450 0,890 0,445
K4W1 0,460 0,470 0,930 0,465
K4W2 0,480 0,490 0,970 0,485
K4W3 0,490 0,500 0,990 0,495
K4W4 0,500 0,510 1,010 0,505
12,360
Rataan
0,386
Tabel Daftar Analisis Sidik Ragam Bilangan Asam
SK db JK KT F hit.
F.05 F.01
Perlakuan 15 0,200 0,013 267,133 ** 2,35 3,41
K 3 0,191 0,064 1271,000 ** 3,24 5,29
P Lin 1 0,190 0,190 3808,800 ** 4,49 8,53
P kuad 1 0,000 0,000 4,000 tn 4,49 8,53
P Kub 1 0,000 0,000 0,200 tn 4,49 8,53
W 3 0,009 0,003 60,333 ** 3,24 5,29
K Lin 1 0,009 0,009 180,000 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 -2,968 -2,968 -59357,750 tn 4,49 8,53
K Kub 1 2,968 2,968 59358,750 ** 4,49 8,53
K x W 9 0,001 0,000 1,444 tn 2,54 3,78
Galat 16 0,001 0,000
Total 31 0,201
Keterangan:
FK = 4,77
KK = 1,831%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 5. Bilangan Asam Minyak Babi (mgKOH/gOil)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 2,417 2,416 4,833 2,417
K1W2 2,467 2,468 4,935 2,468
K1W3 2,468 2,467 4,935 2,468
K1W4 2,468 2,467 4,935 2,468
K2W1 2,244 2,244 4,488 2,244
K2W2 2,468 2,468 4,936 2,468
K2W3 2,693 2,468 5,161 2,581
K2W4 2,693 2,693 5,386 2,693
K3W1 2,468 2,468 4,936 2,468
K3W2 2,468 2,693 5,161 2,581
K3W3 2,693 2,468 5,161 2,581
K3W4 2,693 2,693 5,386 2,693
K4W1 2,468 2,693 5,161 2,581
K4W2 2,693 2,693 5,386 2,693
K4W3 2,693 2,693 5,386 2,693
K4W4 2,693 2,693 5,386 2,693
81,572
Rataan
2,549
Tabel Daftar Analisis Sidik Ragam Bilangan Asam
SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 15 0,503 0,034 5,294 ** 2,35 3,41
K 3 0,209 0,070 10,986 ** 3,24 5,29
P Lin 1 0,204 0,204 32,269 ** 4,49 8,53
P kuad 1 0,004 0,004 0,578 tn 4,49 8,53
P Kub 1 0,001 0,001 0,113 tn 4,49 8,53
W 3 0,188 0,063 9,901 ** 3,24 5,29
K Lin 1 0,172 0,172 27,222 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 -7,739 -7,739 -1222,995 tn 4,49 8,53
K Kub 1 7,755 7,755 1225,476 ** 4,49 8,53
K x W 9 0,106 0,012 1,861 tn 2,54 3,78
Galat 16 0,101 0,006
Total 31 0,604
Keterangan: FK = 207,94
KK = 3,121%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 6. Bilangan Asam Minyak Kedelai Yang Bercampur Minyak Babi
(mgKOH/gOil)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 0,210 0,215 0,43 0,213
K1W2 0,212 0,212 0,42 0,212
K1W3 0,214 0,214 0,43 0,214
K1W4 0,216 0,216 0,43 0,216
K2W1 0,220 0,220 0,44 0,220
K2W2 0,222 0,222 0,44 0,222
K2W3 0,224 0,224 0,45 0,224
K2W4 0,226 0,226 0,45 0,226
K3W1 0,230 0,231 0,46 0,231
K3W2 0,232 0,232 0,46 0,232
K3W3 0,234 0,234 0,47 0,234
K3W4 0,236 0,236 0,47 0,236
K4W1 0,240 0,243 0,48 0,242
K4W2 0,242 0,242 0,48 0,242
K4W3 0,244 0,244 0,49 0,244
K4W4 0,246 0,246 0,49 0,246
7,31
Rataan
0,23
Tabel Daftar Analisis Sidik Ragam Bilangan Asam
SK db JK KT F hit.
F.05 F.01
Perlakuan 15 0,004 0,000 248,135 ** 2,35 3,41
K 3 0,004 0,001 1204,371 ** 3,24 5,29
P Lin 1 0,004 0,004 3611,571 ** 4,49 8,53
P kuad 1 0,000 0,000 1,400 tn 4,49 8,53
P Kub 1 0,000 0,000 0,143 tn 4,49 8,53
W 3 0,000 0,000 34,619 ** 3,24 5,29
K Lin 1 0,000 0,000 101,080 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 -1,732 -1,732 -1583797,029 tn 4,49 8,53
K Kub 1 1,732 1,732 1583799,806 ** 4,49 8,53
K x W 9 0,000 0,000 0,562 tn 2,54 3,78
Galat 16 0,000 0,000
Total 31 0,004
Keterangan:
FK = 1,67
KK = 0,458%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 7.Bilangan Iodium Minyak Kedelai (gIod/100g)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 24 25 49,000 24,500
K1W2 26 27 53,000 26,500
K1W3 28 29 57,000 28,500
K1W4 30 31 61,000 30,500
K2W1 32 33 65,000 32,500
K2W2 35 36 71,000 35,500
K2W3 37 38 75,000 37,500
K2W4 39 40 79,000 39,500
K3W1 41 42 83,000 41,500
K3W2 43 44 87,000 43,500
K3W3 45 46 91,000 45,500
K3W4 47 48 95,000 47,500
K4W1 49 50 99,000 49,500
K4W2 51 52 103,000 51,500
K4W3 53 48 101,000 50,500
K4W4 55 50 105,000 52,500
1274,000
Rataan
39,813
Tabel Analisis Sidik Ragam Bilangan Iodium
SK db JK KT F hit. F.05 F.01
Perlakuan 15 2634,875 175,658 87,829 ** 2,35 3,41
K 3 2491,375 830,458 415,229 ** 3,24 5,29
P Lin 1 2480,625 2480,625 1240,313 ** 4,49 8,53
P kuad 1 10,125 10,125 5,063 * 4,49 8,53
P Kub 1 0,625 0,625 0,313 tn 4,49 8,53
W 3 127,375 42,458 21,229 ** 3,24 5,29
K Lin 1 126,025 126,025 63,013 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 3270,500 3270,500 1635,250 ** 4,49 8,53
K Kub 1 -3269,150 -3269,150 -1634,575 tn 4,49 8,53
K x W 9 16,125 1,792 0,896 tn 2,54 3,78
Galat 16 32,000 2,000
Total 31 2666,875
Keterangan: FK = 50.721,13
KK = 3,552%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 8. Bilangan Iodium Minyak Babi (gIod/100g)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 82,739 84,515 167,254 83,627
K1W2 86,038 83,501 169,539 84,770
K1W3 85,531 83,754 169,285 84,643
K1W4 89,338 86,546 175,884 87,942
K2W1 84,262 86,292 170,554 85,277
K2W2 87,815 87,053 174,868 87,434
K2W3 90,353 89,338 179,691 89,846
K2W4 90,353 87,307 177,660 88,830
K3W1 85,531 87,815 173,346 86,673
K3W2 89,591 88,576 178,167 89,084
K3W3 90,353 89,084 179,437 89,719
K3W4 91,876 89,845 181,721 90,861
K4W1 88,322 89,084 177,406 88,703
K4W2 90,607 89,591 180,198 90,099
K4W3 91,114 89,845 180,959 90,480
K4W4 92,891 91,876 184,767 92,384
2820,736
Rataan
88,148
Tabel Analisis Sidik Ragam Bilangan Iodium
SK db JK KT F hit.
F.05 F.01
Perlakuan 15 193,297 12,886 7,962 ** 2,35 3,41
K 3 116,301 38,767 23,954 ** 3,24 5,29
P Lin 1 112,228 112,228 69,345 ** 4,49 8,53
P kuad 1 3,221 3,221 1,990 tn 4,49 8,53
P Kub 1 0,852 0,852 0,526 tn 4,49 8,53
W 3 65,022 21,674 13,392 ** 3,24 5,29
K Lin 1 63,776 63,776 39,407 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 15477,856 15477,856 9563,620 ** 4,49 8,53
K Kub 1 -15476,610 -15476,610 -9562,850 tn 4,49 8,53
K x W 9 11,974 1,330 0,822 tn 2,54 3,78
Galat 16 25,895 1,618
Total 31 219,191
Keterangan: FK = 248.642,24
KK = 1,443%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 9. Bilangan Iodium Minyak Kedelai Yang Bercampur Dengan Minyak
Babi (gIod/100g)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 20 19 39,00 19,50
K1W2 21 21 42,00 21,00
K1W3 22 22 44,00 22,00
K1W4 24 23 47,00 23,50
K2W1 24 25 49,00 24,50
K2W2 26 26 52,00 26,00
K2W3 27 28 55,00 27,50
K2W4 29 28 57,00 28,50
K3W1 31 30 61,00 30,50
K3W2 32 31 63,00 31,50
K3W3 33 34 67,00 33,50
K3W4 35 35 70,00 35,00
K4W1 37 36 73,00 36,50
K4W2 39 40 79,00 39,50
K4W3 41 42 83,00 41,50
K4W4 43 43 86,00 43,00
967,00
Rataan
30,22
Tabel Analisis Sidik Ragam Bilangan Iodium
SK db JK KT F hit.
F.05 F.01
Perlakuan 15 1649,969 109,998 319,994 ** 2,35 3,41
K 3 1542,844 514,281 1496,091 ** 3,24 5,29
P Lin 1 1531,406 1531,406 4455,000 ** 4,49 8,53
P kuad 1 11,281 11,281 32,818 ** 4,49 8,53
P Kub 1 0,156 0,156 0,455 tn 4,49 8,53
W 3 101,094 33,698 98,030 ** 3,24 5,29
K Lin 1 100,806 100,806 293,255 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 1849,500 1849,500 5380,364 ** 4,49 8,53
K Kub 1 -1849,213 -1849,213 -5379,527 tn 4,49 8,53
K x W 9 6,031 0,670 1,949 tn 2,54 3,78
Galat 16 5,500 0,344
Total 31 1655,469
Keterangan:
FK = 29.221,53
KK = 1,940%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 10. Uji Total Mikroba Minyak Kedelai (Log CFU/ml)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 3,54 3,52 7,060 3,530
K1W2 3,56 3,54 7,100 3,550
K1W3 3,58 3,56 7,140 3,570
K1W4 3,60 3,59 7,190 3,595
K2W1 3,44 3,43 6,870 3,435
K2W2 3,49 3,47 6,960 3,480
K2W3 3,50 3,49 6,990 3,495
K2W4 3,51 3,49 7,000 3,500
K3W1 3,35 3,34 6,690 3,345
K3W2 3,36 3,35 6,710 3,355
K3W3 3,38 3,37 6,750 3,375
K3W4 3,39 3,38 6,770 3,385
K4W1 3,20 3,19 6,390 3,195
K4W2 3,23 3,22 6,450 3,225
K4W3 3,27 3,24 6,510 3,255
K4W4 3,30 3,28 6,580 3,290
109,160
Rataan
3,411
Tabel Daftar Analisis Sidik Ragam Total Mikroba
SK Db JK KT F hit.
F.05 F.01
Perlakuan 15 0,485 0,032 246,476 ** 2,35 3,41
K 3 0,463 0,154 1176,952 ** 3,24 5,29
P Lin 1 0,460 0,460 3505,543 ** 4,49 8,53
P kuad 1 0,003 0,003 24,381 ** 4,49 8,53
P Kub 1 0,000 0,000 0,933 tn 4,49 8,53
W 3 0,019 0,006 49,460 ** 3,24 5,29
K Lin 1 0,019 0,019 147,505 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 -3,898 -3,898 -29702,000 tn 4,49 8,53
K Kub 1 3,899 3,899 29702,876 ** 4,49 8,53
K x W 9 0,002 0,000 1,989 tn 2,54 3,78
Galat 16 0,002 0,000
Total 31 0,487
Keterangan: FK = 372,37
KK = 0,336%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 11. Uji Total Mikroba Minyak Babi (Log CFU/ml)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 16700 15000 31700 15850
K1W2 17800 17300 35100 17550
K1W3 16800 17800 34600 17300
K1W4 18100 17700 35800 17900
K2W1 15600 14100 29700 14850
K2W2 16500 16100 32600 16300
K2W3 16000 16900 32900 16450
K2W4 17600 16200 33800 16900
K3W1 14000 13500 27500 13750
K3W2 14600 15100 29700 14850
K3W3 14900 15800 30700 15350
K3W4 15600 15300 30900 15450
K4W1 12100 12900 25000 12500
K4W2 13400 13400 26800 13400
K4W3 13800 14600 28400 14200
K4W4 13100 14900 28000 14000
Total
493200,000
Rataan
15412,500
Tabel Daftar Analisis Sidik Ragam Total Mikroba
SK Db JK KT F hit.
F.05 F.01
Perlakuan 15 75975000,000 5065000,000 10,525 ** 2,35 3,41
K 3 59245000,000 19748333,333 41,035 ** 3,24 5,29
P Lin 1 59049000,000 59049000,000 122,699 ** 4,49 8,53
P kuad 1 180000,000 180000,000 0,374 tn 4,49 8,53
P Kub 1 16000,000 16000,000 0,033 tn 4,49 8,53
W 3 15887500,000 5295833,333 11,004 ** 3,24 5,29
K Lin 1 13340250,000 13340250,000 27,720 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 515870912,500 515870912,500 1071,940 ** 4,49 8,53
K Kub 1 -513323662,500 -513323662,500 -1066,647 tn 4,49 8,53
K x W 9 842500,000 93611,111 0,195 tn 2,54 3,78
Galat 16 7700000,000 481250,000
Total 31 83675000,000
Keterangan: FK = 7.601.445.000,00
KK = 4,501%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 12. Uji Total Mikroba Minyak Kedelai Yang Bercampur Dengan Minyak
Babi Minyak Babi (Log CFU/ml)
PERLAKUAN UI UII Total Rataan
K1W1 4,81 4,87 9,680 4,840
K1W2 4,89 4,89 9,780 4,890
K1W3 4,93 4,89 9,820 4,910
K1W4 4,98 4,95 9,930 4,965
K2W1 4,76 4,80 9,560 4,780
K2W2 4,83 4,81 9,640 4,820
K2W3 4,90 4,94 9,840 4,920
K2W4 4,94 4,96 9,900 4,950
K3W1 4,63 4,62 9,250 4,625
K3W2 4,70 4,77 9,470 4,735
K3W3 4,78 4,79 9,570 4,785
K3W4 4,81 4,80 9,610 4,805
K4W1 4,46 4,46 8,920 4,460
K4W2 4,53 4,60 9,130 4,565
K4W3 4,60 4,58 9,180 4,590
K4W4 4,67 4,68 9,350 4,675
Total
152,630
Rataan
4,770
Tabel Daftar Analisis Sidik Ragam Total Mikroba
SK db JK KT F hit.
F.05 F.01
Perlakuan 15 0,675 0,045 69,601 ** 2,35 3,41
K 3 0,534 0,178 275,354 ** 3,24 5,29
P Lin 1 0,498 0,498 770,482 ** 4,49 8,53
P kuad 1 0,034 0,034 53,261 ** 4,49 8,53
P Kub 1 0,002 0,002 2,320 tn 4,49 8,53
W 3 0,130 0,043 67,084 ** 3,24 5,29
K Lin 1 0,128 0,128 198,270 ** 4,49 8,53
K Kuad 1 8,001 8,001 12368,314 ** 4,49 8,53
K Kub 1 -7,999 -7,999 -12365,332 tn 4,49 8,53
K x W 9 0,011 0,001 1,856 tn 2,54 3,78
Galat 16 0,010 0,001
Total 31 0,686
Keterangan:
FK = 728,00
KK = 0,533%
** = sangat nyata
tn = tidak nyata
Lampiran 14. Proses Ekstraksi Minyak Kedelai dan Minyak Babi
Gambar 27. Preparasi Minyak Babi Gambar 28. Preparasi Minyak Kedelai
Gambar 29, Penimbangan Sampel Gambar 30. Penambahan h-heksan
Gambar 31. Maserasi Sampel Gambar 32. Penyaringan Sampel
Lampiran 14. Pengujian Bobot Jenis
Gambar 33. Penimbangan picnometer Kosong
Gambar 34. Penimbangan Bobot Jenis Sampel
Lampiran 15. Pengujian Bilangan Asam
Gambar 35. Penimbangan Sampel Gambar 36. Penambahan Alkohol
Gambar 37. Pemanasan Sampel Gambar 38. Penambahan Amilum
Gambar 39. Titrasi Minyak Sampai Muncul
Warna Merah Jambu
Lampiran 16. Pengujian Bilangan Iodium
Gambar 40. Penimbangan Sampel Gambar 41. Penambahan Kloroform
Gambar 42. Penambahan Iodium Bromida Gambar 43. Penyimpana Di Tempat
Gelap
Gambar 44. Titrasi dengan Na2S2O3 Gambar 45 . Hasil Titrasi
Lampiran 17. Pengujian Uji Total Mikroba (Total Plate Count)
Gambar 46. Penimbangan NA Gambar 47. Homogenkan dengan Magnetik
Stirer
Gambar 48. Proses Penumbuhan Mikroba
Lampiran 18. Uji Total Mikroba
Minyak Kedelai + Minyak babi + Minyak kedelai bercampur minyak babi.