nurdina khairunnisa rra1c213001 pendidikan matematika … ilmiah.pdf · soal. 9) rangkuman gambar...
TRANSCRIPT
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 1
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 2
ARTIKEL ILMIAH
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS
KETERAMPILAN METAKOGNISI DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI
DI KELAS X SMA
OLEH:
NURDINA KHAIRUNNISA
NIM RRA1C213001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
JUNI, 2018
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 3
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS
KETERAMPILAN METAKOGNISI DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI
DI KELAS X SMA
Oleh:
Nurdina Khairunnisa1), Dewi2), Wardi3)
1) Alumni Mahasiswa Program Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
2) dan 3) Dosen Program Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
email: [email protected],
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul pembelajaran
matematika berbasis keterampilan metakognisi dalam pemecahan masalah
matematika siswa dan menguji kelayakan modul. Penelitian ini menggunakan model
pengembangan 4D yang dimodifikasi menjadi 3D.
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Muaro Jambi pada Januari 2018.
Data yang diperoleh dengan cara melihat kevalidan oleh ahli, kepraktisan
menggunakan angket respon guru dan siswa serta lembar observasi guru, dan
keefektifan menggunaakan lembar observasi siswa dan tes keterampilan metakognisi
dalam pemecahan masalah.
Pada tahap define dilakukan analisis ujung-depan, analisis siswa, analisis
materi, analisis tugas dan spesikasi tujuan pembelajaran. Tahap design merancang
modul yang menggunakan keterampilan metakognisi dan indikator pemecahan
masalah. Pada tahap development, modul divalidasi oleh tim ahli materi dan desain
diperoleh persentase 77,41% dan 72,92% dengan kriteria cukup valid/dapat
digunakan dengan revisi kecil. Sehingga modul memenuhi kriteria kevalidan.
Selanjutnya dilakukan ujicoba perorangan dan ujicoba kelompok kecil 14 siswa,
diperoleh hasil respon terhadap modul 82,22% dan 85,07%. Pada ujicoba lapangan
diperoleh respon siswa 80,53% dan hasil pengamatan aktivitas guru diperoleh rata-
rata 82,81% Sehingga modul dapat dikatakan praktis karena keseluruhan memperoleh
kriteria Sangat Baik. Sedangkan tes keterampilan metakognisi dalam pemecahan
masalah diperoleh rata-rata kelas 75,125 dengan ketuntasan klasikal 81,25% yang
berarti tuntas sehingga kelas dikatakan mampu memecahkan masalah. Hasil
pengamatan aktivitas siswa diperoleh rata-rata 79,30% dengan kategori Sangat Baik.
Sehingga modul memenuhi kriteria efektif. Dengan demikian, modul layak
digunakan karena memenuhi kriteria valid, Praktis dan efektif.
Kata Kunci: Pengembangan Modul, Keterampilan Metakognisi
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal
terpenting bagi manusia dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat dinamis. Salah
satu ilmu yang mempunyai peranan
penting dalam dunia pendidikan yaitu
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 4
matematika. Matematika di samping
dapat berkembang secara mandiri, juga
berkembang atas tuntutan keperluan
bidang-bidang lain. Oleh sebab itu,
penguasaan materi dalam matematika
perlu ditingkatkan, karena berkaitan
dan banyak digunakan untuk
memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Matematika
menekankan pada pemecahan suatu
masalah. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, siswa harus mampu
menguasai konsep-konsep matematika
untuk dapat memecahkan suatu
permasalahan dalam matematika siswa
juga dituntut untuk mampu berpikir
kritis dalam mencari dan menemukan
solusi dari permasalahan yang
diberikan. Untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran diperlukan evaluasi,
kemudian dianalisis dan diberikan
solusi pemecahannya, sehingga siswa
dapat mengetahui letak kesalahan yang
dilakukan dalam memecahkan suatu
permasalahan. Dengan diberikannya
solusi pemecahan masalah diharapkan
belajar siswa dapat meningkat.
Seorang siswa dianggap
mampu memecahkan masalah jika
telah melalui beberapa tahapan.
Menurut Nurdalilah, Edi Syahputra,
dan Dian Armanto (Khairunnisa,
Rifda, 2017) mengatakan bahwa siswa
dikatakan telah mampu memecahkan
suatu masalah jika siswa telah mampu
memahami soal, mampu
merencanakan pemecahan masalah,
dan mampu melakukan perhitungan
serta memeriksa kembali perhitungan
yang telah dilakukan.
Namun pada kenyataannya,
saat peneliti melakukan wawancara
dengan salah satu guru di SMA Negeri
1 Muaro Jambi dia mengatakan bahwa
sebagian dari siswa masih memiliki
pemahaman yang rendah dalam
memecahkan masalah matematika.
Dalam memecahkan masalah siswa
masih cenderung pasif dan menunggu
jawaban yang diberikan oleh guru.
Ketika masalah disajikan dalam bentuk
lain siswa terkadang masih mengalami
kesulitan untuk menyelesaikannya.
Sehingga saat memahami masalah,
merencanakan penyelesaian masalah,
melaksanakan penyelesaian masalah,
mengecek hasil dan membuat
kesimpulan siswa masih merasa
kesulitan.
Sebenarnya ada banyak cara
yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa,
diantaranya adalah dengan
memvariasikan bahan ajar. Salah satu
bahan ajar yang dapat digunakan yaitu
modul. Modul adalah salah satu bentuk
bahan ajar berbasis cetakan yang
dirancang untuk belajar secara mandiri
oleh peserta pembelajaran karena itu
modul dilengkapi dengan petunjuk
untuk belajar sendiri. Dalam hal ini,
peserta didik dapat melakukan
kegiatan belajar sendiri tanpa
kehadiran pengajar secara langsung
(Asyhar, 2010: 214).
Di SMA Negeri 1 Muaro
Jambi, belum ada menggunakan modul
pembelajaran terlihat pada saat penulis
melakukan observasi. Namun dari
hasil observasi penulis disekolah
tersebut hanya menggunakan bahan
ajar berupa buku paket dan LKS
dimana bahan ajar yang digunakan
bisa saja tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan siswa sehingga siswa sulit
memahami materi yang disajikan
dalam bahan ajar yang digunakan
tersebut. Di SMA Negeri 1 Muaro
Jambi telah ada sejenis handout yang
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 5
dibagikan guru dua minggu sekali tapi
handout yang digunakan belum
terencana dan tidak menggunakan
model/keterampilan. Selain media
pembelajaran perlu adanya
keterampilan yang membuat siswa
sadar tentang proses berpikirnya dan
mengevaluasi dirinya sendiri terhadap
hasil proses berpikirnya, sehingga hal
tersebut akan memperkecil kesalahan
siswa dalam memahami dan
menyelesaikan masalah. Salah satunya
adalah keterampilan metakognisi.
Keterampilan metakognisi sangat erat
berkaitan dengan pemecahan masalah
sehingga di dalam keterampilan
metakognisi cocok dikaitkan dengan
pemecahan masalah yang dapat
membantu siswa dalam menyelesaikan
masalah.
Pada penelitian sebelumnya
oleh Erwinsyah (2015) yang berjudul
“Pengembangan Modul Fisika Materi
Momentum dan Impuls Berbasis
Metakognisi untuk Siswa Kelas XI
SMA PGRI Tanjung Pandan
Belitung”. Hasil kualitas modul fisika
materi momentum dan impuls berbasis
metakognisi yang telah dikembangkan
memiliki kualitas sangat baik (SB),
berdasarkan penilaian oleh dua ahli
materi dengan persentase 80,62%,
penilaian dua ahli media dengan
persentase 81,25%, dan penilaian dua
guru fisika SMA/MA dengan
persentase 77,78%. Di samping itu
berdasarkan penilaian uji pengguna
(siswa) diperoleh persentase sebesar
87,36% dengan kategori sangat baik
(SB).
Dengan adanya modul yang
dikembangkan diharapkan dapat
membantu siswa dalam memahami
konsep materi yang diajarkan serta
dapat meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar, khususnya pada materi
Relasi dan Fungsi di kelas X. Alasan
penulis memilih materi ini karena
berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan sebagian besar siswa
mengalami kesulitan menemukan
permasalahan dan menentukan strategi
yang akan diselesaikan didalam soal.
Kesulitan lain yang dialami siwa yaitu
ketika menemukan bentuk soal yang
berbeda dengan soal yang pernah
diajarkan oleh guru sehingga membuat
lebih dari setengah jumlah siswa di
dalam kelas nilainya tidak dapat
mencapai KKM.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan
dilakukan merupakan penelitian
pengembangan. Model pengembangan
yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan model pengembangan
4-D (four-D Models) yang
dimodifikasi menjadi 3-D. Berikut
penjelasan model 3-D pada
pengembangan model pembelajaran
matematika berebasis keterampilan
metakognisi dalam pembelajaran
matematika. Menurut Thiagarajan,
Semmel dan Semmel (Trianto, 2014:
93-96) pertama adalah tahap Tahap
define terdiri dari analisis ujung
depan, analisis siswa, analisis materi,
analisis tugas, spesifikasi tujuan
pembelajaran. Tahap design terdiri
dari penyusunan tes awal, pemilihan
media, pemilihan format, rancangan
awal. Tahap develop terdiri dari
konsultasi, validasi ahli, revisi desain,
uji coba. Langkah selanjutnya yaitu uji
coba terbatas yaitu 2 orang guru
matematika dan 14 orang siswa yang
bukan merupakan subjek uji coba
lapangan. Selanjutnya adalah uji coba
lapangan yang dilakukan pada saat
pembelajaran di kelas.
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 6
Penelitian ini dilakukan di
SMA Negeri 1 Muaro Jambi pada
kelas X MIPA 2. Instrumen yang
digunakan adalah lembar validasi ahli
materi dan validasi desain, angket
respon guru dan siswa, lembar
observasi guru dan siswa, serta tes
keterampilan metakognisi dalam
pemecahan masalah.
Analisis data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui kevalidan yang dilihat dari
hasil validasi ahli materi dan ahli
desain, kepraktisan dilihat dari angket
respon guru dan siswa serta lembar
observasi guru, dan keefektifan dilihat
dari lembar observasi siswa dan tes
keterampilan metakognisi dalam
pemecahan masalah.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Deskripsi Hasil Pengembangan
Bahan Ajar
a. Tahap Define
Pada tahap define ini, langkah
pertama yang dilakukan yaitu, analisis
ujung-depan untuk menetapkan
masalah dasar yang diperlukan dalam
pengembangan modul. Langkah kedua
yaitu analisis siswa, berdasarkan
observasi yang dilakukan Siswa kelas
X SMA Negeri 1 Muaro Jambi terdiri
atas 10 kelas, yaitu 5 kelas X MIPA
dan 5 kelas X IPS dengan latar
belakang dan suku yang berbeda-beda
pada tiap siswa. Meskipun demikian
mereka ditempatkan secara heterogen.
Langkah ketiga, yaitu analisis materi.
Berdasarkan kurikulum 13,
kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa yaitu KD 3.6, 3.7, dan 4.7.
langkah keempat, yaitu analisis tugas.
Berdasarkan silabus K-13 kompetensi
inti dan kompetensi dasar di dapatlah
indikator pencapaian kompetensi
siswa. Langkah terakhir yaitu
spesifikasi tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pada analisis materi,
analisis tugas serta indikator
pencapaian tersebut maka terdapat
spesifikasi tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
b. Tahap Design
Pada tahap design ini, langkah
pertama yaitu penyusunan tes awal.
Berdasarkan hasil dari tahap
pendefinisian maka untuk mengetahui
kemampuan awal peserta didik maka
disusun tes awal berupa soal-soal yang
berhubungan dengan materi relasi dan
fungsi yang telah mereka pelajari.
Langkah selanjutnya yaitu
pemilihan media, berdasarkan analisis
materi relasi dan fungsi serta
keterbatasan alat dan kemampuan
teknologi guru disimpulkan media
pembelajaran yang sesuai adalah
media cetak berupa Modul.
Langkah selanjutnya yaitu
pemilihan format. berdasarkan struktur
modul menurut Depdiknas (Asyhar,
2010: 229-234) terdiri dari 3 bagian
yaitu bagian pembuka, bagian inti, dan
bagian penutup. Bagian pembuka
terdapat judul, daftar isi, peta
informasi, daftar tujuan kompetensi,
dan tes awal. Pada bagian inti terdapat
pendahuluan/tinjauan umum materi,
hubungan dengan materi atau pelajaran
yang lain, uraian materi, penugasan,
dan rangkuman. Bagian penutup
terdapat glossary atau daftar istilah, tes
akhir, dan indeks. Langkah terakhir
yaitu membuat rancangan awal
Berdasarkan hasil analisis dan
spesifikasi tujuan pembelajaran. pada
tahap define serta penyusunan tes awal
lalu pemilihan media dan format,
peneliti melanjutkan dengan membuat
rancangan awal Modul Pembelajaran
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 7
Matematika Berbasis Keterampilan
Metakognisi dalam Pembelajaran
Matematika pada Materi Relasi dan
Fungsi di Kelas X SMA. Setelah
melakukan rancangan awal selanjutnya
hasil desai dievaluasi oleh ahli materi
dan ahli desain. Setelah melakukan
revisi adapun hasil akhir desain yang
divalidasi untuk dilanjutkan ke tahap
pengembangan adalah sebagai beikut:
1) Judul
Gambar 1. Judul
Bagian judul didesain
sedemikian menarik agar memberi
kesan awal yang baik kepada pembaca.
Cover depan didesain menggunakan
Microsoft Word 2007 yang terdiri dari
judul modul, dan identitas siswa
2) Daftar Isi
Gambar 2. Daftar isi
Aturan daftar isi disusun
berdasarkan aturan yang berlaku
namun ditambahkan desain yang lebih
menarik.
3) Peta Informasi
Gambar 3. Peta Informasi
Peta informasi dijabarkan
sesuai dengan kegiatan belajar, agar
tergambar jelas pembagian sub materi.
4) Daftar Tujuan Kompetensi
Gambar 4. Daftar Tujuan Kompetensi
Kompetensi inti, kompetensi
dasar, dan indikator pembelajaran
menggunakan shape yang berbeda
pada tiap bagiannya untuk memberi
kesan menarik.
5) Tes Awal
Gambar 5. Tes Awal
Tes awal digunakan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa
dimana diberikan gambar untuk
menarik perhatian siswa.
6) Pendahuluan/tinjauan umum materi
Gambar 6. Pendahuluan
Pada pendahuluan berisi
gambaran umum materi, manfaat
materi, harapan peserta didik, dan
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 8
petunjuk penggunaan modul yang
disatukan dalam satu shape yang sama.
7) Uraian Matei
Gambar 7. Uraian Materi
Uraian materi ada 4 bagian
sesuai dengan kegiatan belajar yang
ada. Dimana setiap kegiatan belajar
menggunakan gambar yang berbeda
yang membantu siswa mengetahui
contoh dalam kehidupan sehari-hari
Gambar 7. Uraian Materi
Di setiap uraian materi
mempunyai contoh soal, di saat
mengerjakan soal terdapat
keterampilan metakognisi dan
pemecahan masalah. Keterampilan
metakognisi berupa pertanyaan-
pertanyaan yang shape berwarna hijau
sedangkan pemecahan masalah
menggunakan shape biru muda.
Menggunakan warna shape yang
berbeda agar siswa dapat
membedakannya.
8) Penugasan
Gambar 8. Penugasan
Setiap kegiatan belajar siswa
terdapat penugasan yang mempunyai
shape garis biru yang sama dan
mempunyai tempat untuk menjawab
soal.
9) Rangkuman
Gambar 9. Rangkuman
Kesimpulan terdapat di setiap
kegiatan belajar pada modul yang
menggunakan shape biru dan shape
pink untuk kesimpulan.
10) Glossarry atau daftar istilah
Gambar 10. Glossarry
Glossary ini dapat digunakan
siswa untuk mengingatkan siswa
kembali tentang konsep pembelajaran.
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 9
11) Tes
Gambar 11. Tes
Tes ini menggunakan shape
kotak dengan garis berwarna orange
putus-putus, background berwarna
hijau terang serta dilengkapi dengan
judul halaman yang menggunakan
shape background hijau disertai
dengan gambar yang mewakilinya
dengan tulisan berwarna hitam dan
garis berwarna hitam pula.
Menggunakan banyak warna agar
terlihat lebih menarik.
12) Indeks
Gambar 12. Indeks
Indeks perlu diberikan dalam
modul supaya pembelajar mudah
menemukan topik yang ingin
dipelajari.
c. Tahap Development
1) Validasi Ahli
Sebelum semua angket
diberikan kepada ahli materi, ahli
desain, angket respon untuk guru dan
siswa serta lembar validasi untuk guru
dan siswa semua diberikan kepada ahli
instrumen untuk dilihat apakah sudah
sesuai atau belum. Setelah diberikan,
ternyata angket harus direvisi lagi tapi
hanya angket untuk ahli materi yang
beberapa aspek kurang cocok
digunakan.
Setelah itu diberikan kepada
ahli materi dan ahli desain berupa
angket. Untuk hasil validasi ahli materi
diperoleh skor persentase sebesar
77,41% dengan kriteria cukup valid
atau dapat digunakan dengan revisi
kecil. Sedangkan untuk validasi desain
diperoleh persentase sebesar 72,92%
dengan kriteria cukup valid atau dapat
digunakan dengan revisi kecil.
2. Uji Coba
Uji coba pengembangan
dilakukan oleh dua tahap. Pertama uji
coba terbatas oleh 2 orang guru dan 14
siswa non subjek. Untuk angket respon
guru terhadap penggunaan modul
diperoleh skor persentase sebesar
82,22% dengan kriteria sangat baik,
untuk uji coba terhadap 14 orang siswa
diperoleh skor sebesar 85,07% dengan
kriteria sangat baik sesuai dengan
kriteria kevalidan (Akbar, 2013).
Kedua, uji coba lapangan yang
dilaksanakan pada siswa kelas X SMA
yang diawali memberikan tes awal,
kemudian proses pembelajaran
menggunakan modul sebanyak 4 kali
pertemuan. Selanjutnya dilakukan tes
untuk melihat tes keterampilan
metakognisi siswa dan memberikan
angket respon kepada siswa. Untuk tes
keterampilan metakognisi dalam
pemecahan masalah tes keterampilan
metakognisi dalam pemecahan
masalah diperoleh skor rata-rata kelas
sebesar 75,125 dengan jumlah siswa
tuntas sebanyak 26 orang, sehingga
diperoleh ketuntasan klasikal sebesar
81,25% yang berarti tuntas. untuk
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 10
persentase angket respon siswa
sebesar 83,89% dengan kriteria sangat
baik.
2. Pembahasan
Penelitian pengembangan ini
bertujuan untuk mengembangkan
modul yang berbasis keterampilan
metakognisi dalam pemecahan
masalah siswa, serta melihat kelayakan
dari modul yang dikembangkan
tersebut. Modul yang dikembangkan
yaitu berupa modul yang berbasis
keterampilan metakognisi dalam
pemecahan masalah matematika
materi relasi dan fungsi.
Penelitian ini menggunakan
model pengembangan 4-D yang telah
dimodifikasi menjadi 3-D yaitu terdiri
dari define (pendeinisian), design
(perencanaan), dan develop
(pengembangan),
Tahap define (Pendefinisian)
langkah-langkahnya menurut (Trianto,
2014: 93), yaitu analisis ujung-depan
diketahui bahwa dari hasil tes
pemecahan masalah di kelas X SMA
Negeri 1 Muaro Jambi tersebut masih
rendah dan belum ada upaya secara
khusus untuk meningkatkan cara
menjawab siswa menggunakan
pemecahan masalah tersebut dalam
pembelajaran. Selanjutnya analisis
siswa, Dari hasil dari analisis siswa
memiliki latar belakang dan suku yang
berbeda-beda pada tiap siswa.
Meskipun demikian siswa tidak
dikelompokkan sesuai latar belakang
dan suku. Namun, siswa dikelompok
secara heterogen pada setiap kelas.
Kemudian analisis materi, pada
langkah ini peneliti memperhatikan
silabus Kurikulum K13 dimana
kurikulum ini digunakan di SMA
Negeri 1 Muaro Jambi. dengan
menghasilkan beberapa indikator. Lalu
analisis tugas, disusun berdasarkan
kompetensi inti dan kompetensi dasar
tersebut tugas siswa dalam
pembelajaran diarahkan untuk dapat
memenuhi indikator pencapaian
kompetensi.
Tahap akhir yang dilakukan
pada bagian define (pendefinisian) ini
yaitu membuat spesifikasi tujuan
pembelajaran.
Tahap design (Perancangan),
ada beberapa langkah, yaitu pemilihan
media. Media yang dipilih dalam
penelitian kali ini yaitu modul, modul
yang maksudkan dalam tahap ini
adalah membuat siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran serta
membuat siswa lebih mandiri dalam
proses pembelajaran
Setelah ditentukan pemilihan
media modul untuk menemukan
konsep, selanjutnya dalam tahap
design adalah pemilihan format.
Format penulisan yang penulis pilih
adalah Asyhar (2013: 230-235) yaitu
modul berisi tentang pertama bagian
pembuka terdiri dari judul, peta
informasi, daftar tujuan kompetensi.
Bagian kedua yaitu bagian inti terdiri
dari pendahuluan, hubungan dengan
materi lain, uraian materi, penugasan
dan rangkuman.Bagian terakhir yaitu
bagian ketiga yaitu bagian penutup
terdiri dari glossary atau daftar istilah,
tes akhir dan indeks.
Tahapan terakhir dari tahap
design adalah perancangan awal atau
pembuatan draft A. Penulis memilih
Microsoft Word 2007 sebagai software
yang digunakan untuk membuat isi
buku. Untuk background gambar
sampul, penulis desain dengan
berbantuan internet, beberapa gambar
dalam isi materi juga berasal dari cara
yang sama atau dari gambar penulis
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 11
sendiri atau gambar yang dibuat
dengan fitur yang disediakan dalam
Microsoft Word 2007. Perpaduan
gambar dan teks penulis tata
sedemikian rupa dalam Microsoft
Word 2007 sehingga diperoleh
rancangan awal modul.
Tahapan selanjutnya adalah
tahap development (pengembangan).
Tahap ini terdiri dari kegiatan validasi
ahli materi, validasi desain, validasi
instrumen yang akan digunakan, revisi,
dan pelaksanaan uji coba.
2. Kelayakan Modul
a. Kevalidan Modul
Kevalidan diukur melalui
angket validasi ahli materi dan ahli
desain. Penilaian ahli validasi materi
dan ahli desain berturut-turut adalah
77,41% dan 72,92% dengan kriteria
cukup valid atau dapat digunakan
dengan revisi kecil.
b. Kepraktisan
Untuk melihat kriteria
kepraktisan dapat dilihat dari uji coba
perorangan terhadap penggunaan
modul diperoleh skor persentase
sebesar 82,22% dengan kriteria sangat
baik, untuk ujicoba terhadap 14 orang
siswa diperoleh skor sebesar 85,07%
dengan kriteria sangat baik, sedangkan
untuk ujicoba lapangan diperoleh
respon siswa dengan persentase
sebesar 83,89% dengan kriteria sangat
baik. Serta pengamatan aktivitas guru
diperoleh rata-rata persentase sebesar
82,81% dengan kriteria Sangat Baik.
c. Keefektifan
Untuk hasil pengamatan
aktivitas siswa berdasarkan lembar
observasi diperoleh rata-rata sebesar
79,30% dengan kriteria Sangat Baik.
Sehingga modul yang dikembangkan
memenuhi kriteria efektif sesuai
dengan skala persentase lembar
observasi (Agusmawan, 2013).
Selanjutnya untuk tes keterampilan
metakognisi dalam pemecahan
masalah diperoleh skor rata-rata kelas
sebesar 75,125 dengan jumlah siswa
tuntas sebanyak 26 orang, sehingga
diperoleh ketuntasan klasikal sebesar
81,25% tuntas. Menurut Tampubolon
(2013: 144) mengatakan suatu kelas
dikatakan telah mampu dalam
pemecahan masalah matematika secara
klasikal apabila terdapat 80% siswa
dalam kategori tinggi sehingga dengan
jumlah siswa 26 orang tinggi dengan
persentase 81,25% telah mampu
memcahkan masalah.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Cara mengembangkan modul
pembelajaran matematika berbasis
keterampilan metakognisi dalam
pemecahan masalah matematika pada
materi relasi dan fungsi di
dikembangkan dengan model 4-D
yang telah dimodifikasi menjadi 3-D
yaitu define (Pendefinisian), design
(perancangan), dan development
(pengembangan).
Pengembangan modul
pembelajaran matematika berbasis
keterampilan metakognisi dalam
pemecahan masalah matematika
dinyatakan memilikai kualitas baik.
Karena telah memenuhi kriteria
kevalidan, kepraktisan, dan
keefektifan.
2. saran
a. Guru perlu mengembangkan modul
pembelajaran dengan menggunakan
suatu pendekatan atau model atau
keterampilan pembelajaran lain
yang dapat meningkatkan
pemecahan masalah matematika
siswa.
Nurdina Khairunnisa RRA1C213001 Pendidikan Matematika FKIP UNJA Page 12
b. Guru perlu mengembangkan modul
serupa untuk materi lain untuk
meningkatkan pemecahan masalah
siswa dengan menggunakan
keterampilan metakognisi.
DAFTAR PUSTAKA
Agusmawan, dkk. 2013. Upaya Guru
Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa dalam Pembelajaran PKN
dengan Menggunakan Peta
Konsep di Kelas IV SDN 1 Bale.
Jurnal Kreatif Tadulako Online
6(1). ISSN 2354-614.
Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat
Pembelajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Asyhar, Rayanda. 2010. Kreatif
Mengembangkan Media
Pembelajaran. Jambi: Gaung
Persada Press..
Erwinsyah. 2015. Pengembangan
Modul Fisika Materi Momentum
dan Impuls Berbasis
Metakognisi untuk Siswa Kelas
XI SMA PGRI Tanjung Pandan
Belitung. Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan.
2(1).
Khairunnisa, Rifda dan Setyaningsih
Nining. 2017. Analisis
Metakognisi Siswa Dalam
Pemecahan Masalah Aritmatika
Sosial Ditinjau Dari Perbedaan
Gender. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
ISSN: 2502-6526.
Penyusun, Tim. 2018. Panduan
Penulisan Skripsi. Jambi:
Universitas Jambi.
Trianto. 2014. Model Pembelajaran
Terpadu, Konsep, Strategi dan
Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Tampubolon, Panusan. 2013.Upaya
Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan
Pemahaman Matematika Siswa
Melalui Strategi Kooperatif Tipe
TGT. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Pendidikan
Sains VII, Vol 4, Nomor 1.
Medan: Universitas Negeri
Medan.