natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

56
HUKUM KEKELUARGAAN ADAT

Upload: natal-kristiono

Post on 24-Jun-2015

693 views

Category:

Education


1 download

DESCRIPTION

diambil dari berbagai sumber

TRANSCRIPT

Page 1: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

HUKUM KEKELUARGAAN ADAT

Page 2: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Satuan Acara Perkuliahan

I. Susunan masyarakat Indonesiaa. Pengertian Masyarakat Hukum Adatb. Tipe-tipe Masyarakat Hukum Adat

II. Pengaruh Faktor Sosiologis terhadap perubahan garis keturunan dalam masyarakat adata. Pengaruh dan dampaknyab. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan

III. Perubahan kearah sistem bilateral pada masyarakat Indonesia

Page 3: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

I. Susunan Masyarakat IndonesiaSee : Pasal 163 IS Penggolongan

MasyarakatMasyarakat Hukum Adat kesatuan

masyarakat untuk sanggup berdiri sendiri, yaitu merupakan kesatuan hukum penguasa dan kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah & air bagi semua anggota masyarakat hukum tsb.

Cara hidup kolektif / komunal berdasarkan faham bahwa tanah dan air adalah kepunyaan bersama bagi seluruh masyarakat adat untuk eksistensi bersama.

Page 4: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Ter Haar tentang Masyarakat Adat :

1. Persekutuan manusia yang teratur, 2. menetap di suatu daerah tertentu, 3. mempunyai penguasa dan 4. mempunyai kebudayaan yang

berwujud atau tidak berwujud, 5. anggotanya hidup menurut kodrat

alam, tak seorang pun berfikir untuk membubarkan atau melepaskan diri

dari ikatan kesatuan massyarakat tsb

Page 5: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Contoh kesatuan masyarakat adat :

Desa di JawaMarga di Sumatera Selatan (karena

tempat kelahiran)Nagari di MinangkabauKuria / marga di Tapanuli Wanua di Sulawesi Selatan

-- Stop --

Page 6: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Tipe-tipe Masyarakat Hukum

Klasifikasi masyarakat hukum adat :1. Masyarakat hukum Keturunan (geneologis)2. Masyarakat hukum teritorial (wilayah)3. Masyarakat hukum Territorial-geneologis

(campuran)4. Masyarakat hukum Lainnya : Adat-Keagamaan

Exp : Geneologis, anggotanya merasa terikat dan

teratur, berdasarkan kepercayaan bahwa mereka berasal dari satu keturunan yang sama dari 1 leluhur, baik karena hubungan darah(keturunan) maupun pertalian perkawinan atau pertalian adat.

Page 7: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

I. Pembagian pertalian keturunan (geneologis) :

1. Menurut garis laki-laki (patrilineal), menghubungkan laki-laki sebagai pengikatnya alur keturunan. Contoh : Batak, Bali, Ambon.

2. Menurut garis perempuan (matrilineal), menghubungkan perempuan sebagai pengikatnya alur keturunan.contoh : Minangkabau, Kerinci, Semendo.

3. Menurut garis orang tua / bapak dan ibu (bilateral/ parental) garis keturunan ini dinilai dan diberi derajat yang sama.

Contoh : Jawa, Bugis, Dayak

Note : Keluarga “orang timur” : orangtua,keluarga bapak-keluarga

ibu,kakek- nenek,dstKeluarga “orang barat” : ayah,ibu,anak-anak.Pernikahan “barat”, : bersatunya 2 insanPernikahan “timur’ : bersatunya 2 keluarga.

Page 8: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

II. Pembagian pertalian territorial

Territorial, anggotanya merasa terikat berdsarkan suatu daerah kediaman tertentu /

kesamaan wilayah tempat tinggal bersama, baik dalam kegiatan duniawi sebagai

tempat kehidupan maupun kaitan roh leluhur sebagai pemujaan. kepentingan yang

sama, pebutuhan pokok bersama yang ditandai suatu derajat hubungan sosial.

3 macam pembagian, yaitu :a. Persekutuan Desa (kampung,dusun)b. Persekutuan Daerah (nagari-sumbar, marga-sumut,negorij-minahasa

& maluku)c. Persekutuan Wilayah (kerjasama antar klan dalam 1 daerah).

Exp :d. sekelompok orang yang hidup bersama, pandangan hidup yang

sama, cara hidup yang sama,kepercayaan yang sama,kediaman yang sama, tatanan sosial yang sama.

e. merupakan kesatuan sosial beberapa masyarakat desa, yang masing-masing tetap pada kesatuan yang berdiri sendiri, namun masih terdapat kesamaan diantara mereka.

f. kesatuan sosial yang dibentuk atas dasar kerjasama, & kepentingan bersama. Contoh :pembangunan sistem pengairan, penyelesaian perkara adat.

Page 9: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Dengan berlakunya UU No.5 tahun 1979 ttg Pemerintahan Desa, maka ketiga macam masyarakat hukum teritorial tidak lagi bersifat formal, melainkan berubah menjadi “desa-desa adat” yang informal.

Pasal 1 nya : “…desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan NKRI,dusun..”,’..dusun adalah bagian wilayah dalam desa yang merupakan unit kerja pelaksana pemerintahan desa,..”

Analisis : lain halnya dengan masyarakat yang bersifat kekerabatan (geneologis) atau yg bersifat keagamaan,tidak begitu saja dapat diselaraskan, tanpa memperhatikan sifat-sifat ikatan kesatuannya yang khusus yang bersifat geneologis dan atau keagamaan.

Page 10: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

III. Masyarakat Hukum Geneologis-Teritorial (Campuran).Kesatuan masayarakat yang tetap dan

teratur, anggotanya terikat pada tempat kediaman dan hubungan keturunan baik pertalian darah maupun kekerabatan.

Misal : Kampung Arab-palembang,melayu-deli,minang-riau, palembang-bugis (lrg.bugis) dst..

Page 11: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

IV. Masyarakat Adat-KeyakinanKesatuan masyarakat adat yang dipengaruhi

Adanya “persekutuan pujaan /ilah”,seperti kepercayaan, dan agama.sehingga penganut kepercayaan merupakan masyarakat adat/kepercayaan.

Tujuan sesungguhnya dari masyarakat adat-keagamaan adalah untuk melestarikan adat-istiadat dan menjunjung tinggi ajaran keyakinan.

Contoh : Dunia melayu-dunia islam,minang-islam

Page 12: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN GARIS KETURUNAN DALAM MASYARAKAT ADAT

1. Faktor Pendidikan2. Faktor Perantauan3. Faktor Hidup4. Faktor Komunitas5. Faktor Ekonomi (teknologi,industrial)6. Revolusi7. Faktor Ideologi (Pancasila)8. Faktor Islam

An-nisa 22-24,larang siapa saja yg tidak boleh kawin

An-nisa 7,11,12,13,33,176,mengenai waris.9. Faktor Politis

Page 13: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

II. Hukum Adat Perkawinan (HAP)HAP adalah aturan-aturan hukum adat yang

mengatur tentang bentuk-bentuk perkawinan, cara-cara pelamaran, upacara perkawinan dan putusnya perkawinan di Indonesia.

UU No.1 tahun 1974 ttg Perkawinan hanya mengatur tentang dasar-dasar perkawinan, syarat-syarat perkawinan,pencegahan perkawinan, batalnya perkawinan, perjanjian perkawinan, hak & kewajiban suami istri, harta benda dalam perkawinan, putusnya perkawinan serta akibatnya, kedudukan anak, perwalian, ketentuan lain.

Sedangkan mengenai bentuk perkawinan, acara peminangan,pelamaran, upacara perkawinan lainnya masih dalam ruang lingkup hukum adat.

Page 14: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

1. Bentuk-bentuk PerkawinanPatrilineal Perkawinan JujurMatrilineal Perkawinan SemandaBilateral/Parental Perkawinan Bebas (mandiri)

Perkawinan Jujur- Perkawinan dengan pemberian (pembayaran)

uang atau barang jujur ;- Yang dilakukan pihak calon suami kepada pihak

calon istri ;- sebagai tanda pengganti pelepasan mempelai

wanita keluar dari kewargaan adat persekutuan hukum bapaknya ;

- pindah dan masuk kedalam persekutuan hukum suaminya.

Page 15: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

- Setelah perkawinan, maka istri berada di bawah kekuasaan kerabat suami,

- berkedudukan hukum dan menetap dengan pihak kerabat suami,begitu pula anak-anak keturunannya melanjutkan garis suaminya,

- harta yang dibawa istri dalam perkawinan dikuasai suami, kecuali ditentukan lain oleh pihak istri.

- Pembayaran jujur tidak sama dengan “mas kawin” menurut islam. uang jujur adalah kewajiban adat ketikadilakukan pelamaran dari kerabat pria kepada kerabat wanita untuk dibagi2kan kepada tua-tua kerabat. Sedangkan mas kawin adalah kewajiban agama yang harus dipenuhi pria untuk wanita.

- Uang jujur tidak boleh dihutang,mas kawin boleh dihutang.

Page 16: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

- Dalam perkawinan jujur, berlaku adat “pantang cerai”, jadi senang-susah selama hidupnya istri dibawah kekuasaan suami

- Jika suami wafat, maka istri harus melakukan perkawinan dengan saudara suami (leviraat,anggau(sumsel),lakoman(batak),nyikok(lampung))

- Jika istri wafat, maka suami harus kawin lagi dengan saudara istri (sororat,kawin tungkat (pasemah),nuket (lampung))

- Bila tidak ada saudara/saudari suami/istri, maka digantikan orang lain diluar kerabat.

Page 17: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Perkawinan Semanda- Calon suami dan kerabatnya tidak melakukan

pemberian uang jujur kepada pihak wanita, justru sebaliknya berlaku pelamaran dari pihak calon istri dan kerabatnya.

- Setelah perkawinan, maka suami berada di bawah kekuasaan kerabat istri dan berkedudukan hukumnya bergantung pada bentuk perkawinan semenda yang berlaku, yaitu (Hilman Hadikusuma) :a. semanda Raja-raja ;b. semanda Lepas ;c. semanda Bebas ;d. semanda Nunggu ;e. Semanda Ngangkite. semenda Anak Dagang.

Page 18: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

a. Semenda Raja-raja, artinya suami istri berkedudukan seimbang baik di pihak istri maupun pihak suami.

b. Semanda Lepas, artinya suami mengikuti kediaman istri.

c. Semanda Bebas, artinya suami tetap pada kerabat orang tuanya,hanya sebagai “urang sumando”.

d. Semanda Nunggu, suami istri berkediaman kerabat istri sampai adik istri (ipar) mandiri/menikah.

e. Semanda Ngangkit, artinya suami mengambil istri untuk dijadikan penerus keturunan pihak ibu suami dikarenakan ibu suami tidak mempunyai anak perempuan.

f. Semanda Anak Dagang atau Semanda Burung, artinya suami tidak menetap di tempat istri melainkan datang sewaktu-waktu,kemudian pergi lagi.

Page 19: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Prakteknya di daerahRejang-Bengkulu, 2 istilah :1. Semanda Beradat, dimana pihak pria membayar uang adat

kepada kerabat wanita menurut martabat adatnya, 2. Semanda Tak Beradat, Pihak pria tidak membayar uang adat

dan biaya apapun, karena semua biaya perkawinan ditanggung semua pihak wanita (“temakep burung terbang” suami dianggap sebagai burung yg ditangkap,”masen utang”,suami mengabdi di tempat istri sebagai pembayar utang).

Di Lampung “semanda nabuh beduk”: suami datang ketika magrib,pergi ketika subuh”, “semenda iring beli”, suami sebagai pengabdi istri karena terhitung berhutang uang adat.

Sejak berlakunya UU No.1 tahun 1974, adat semacam ini tidak berlaku lagi.

Pada umumnya dalam perkawinan Semenda,kekuasaan istri lebih berperan, lelaki hanya sebagai “ngijam jago”,atau pemberi bibit saja, dan kurang tanggung jawab dalam keluarga.

Page 20: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Perkawinan Bebas (mandiri)- Berlaku pada masyarakat adat sistem parental.- Dimana pihak kerabat suami maupun istri tidak banyak lagi

campur tangan dalam keluarga rumah tangga suami–istri.- Sistem ini seperti tujuan UU No.1/1974, dimana kedudukan dan

hak suami-istri berimbang sama. Suami adalah kepala rumah tangga, dan istri sebagai ibu rumah tangga.

- Setelah perkawinan, suami-istri memisah (mencar,mentas) dari kekuasaan orang tua dan keluarga masing-masing dan hidup mandiri.

- Orang tua hanya memberikan bekal (sangu) dengan harta pemberian atau harta warisan sebagai harta bawaan dalam perkawinan.

- Sebelum perkawinan orang tua masing-masing pihak memberikan nasehat,petunjuk dalam memilih jodoh.

- Setelah menikah, orang tua hanya mengawasi kehidupan mereka berumah tangga.

- Dalam perkawinan ini dapat terjadi “pantang cerai”, “kawin gantung” namun bukanlah suatu keharusan, hanya kebiasaan saja.Ditinjau dari segi hukum dan per-UU-an juga merupakan pelanggaran hukum perkawinan nasional.

Page 21: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Bentuk Perkawinan Lainnya1. Perkawinan Campuran

dimana terjadi perkawinan antara dua suku, adat dan agama yang dianut.

Beda adat Misal : Batak “marsileban”, pria/wanita yang bukan warga adat

harus diangkat dan dimasukkan lebih dahulu ke sebagai warga adat batak dalam “dalihan na tolu” pria (hula-hula),wanita (namboru).

Serupa dengan “ngakuk menulung” di Lampung.Beda Agama :Islam : pria muslim-wanita non-muslim, BOLEH

pria non muslim-wanita muslim, TIDAK BOLEHKatolik : perbedaan agama antara pria-wanita BOLEH, asalkan

dengan perjanjian bahwa suami/istri yang katolik harus mendidik & menjadikan anak-anaknya katolik.

Nasional : salah satu calon harus mengalah. Berdasarkan UU Perkawinan,perkawinan sah bila menurut agama nya.

Page 22: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

ADAT PELAMARAN- Adat Pelamaran ialah :adanya pelamaran

dari pihak yang satu ke pihak yang lain.- UU No.1 tahun 1974 tidak mengatur

mengenai pelamaran, berarti bilamana pria dan wanita sepakat melangsungkan perkawinan dapat saja memberitahukannya kepada Pegawai Pencatat Perkawinan sebagaimana diatur dalam Bab II Pasal 2-9 PP No.9 tahun 1975, tanpa melibatkan orang tua.

- Tetapi menurut adat, cara demikian dalam pandangan masyarakat tercela.

Page 23: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Sebagaimana Ter Haar :”..perkawinan itu bertautan dengan

urusan kerabat,urusan keluarga, urusan masyarakat, urusat martabat, dan urusan pribadi..”

Dua jalur jenjang perkawinan menurut adat :

Jenjang Perkawinan

Pekerjaan anak-anak / Pekerjaan Orang TuaLampung : rasan sanakPasemah : rasan budak

Rejang : asen titik

Keinginan anak-anak dilanjutkan oleh orang tua(rasan mude di tuekhi)

Page 24: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Cara melamar :- Penjajakan : Pihak yang akan melamar mengirim

utusan-perantara kepada pihak yang akan dilamar.- Pelamaran secara resmi oleh keluarga/kerabat

kepada pihak wanita dengan membawa “tanda lamaran”.

- “tanda lamaran” biasanya terdiri dari : 1. sirih pinang (tepak sirih), 2. mas kawin, 3. mas adat (uang jujur), 4. bahan makanan matang (dodol,wajik,reginang,dll), 5. bahan pakaian dan perhiasan, - Melalui juru bicara memperkenalkan kerabat dan

hubungannya (kedua belah pihak).- Tanda lamaran tersebut diteruskan kepada tua-tua

adat keluarga/kerabat wanita.

Page 25: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

- Perundingan, yang dibicarakan :

1. Besarnya uang adat dan/atau mas kawin 2. Besarnya uang permintaan (biaya perkawinan dan lain-lain) 3. Bentuk Perkawinan dan kedudukan suami-istri setelah perkawinan. 4. Perjanjian-perjanjian perkawinan, selain taklik- talak 5. kedudukan harta perkawinan (harta bawaan) 6. acara dan upacara adat perkawinan 7. waktu dan tempat upacara * Note : tidak semua acara & upacara tersebut akan

dilaksanakan oleh para pihak yang akan melaksanakan perkawinan, tergantung pada keadaan, kemampuan para pihak dan masyarakat adat bersangkutan.

Page 26: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Acara & Upacara PerkawinanAcara Perkawinan Pada umumnya acara perkawinan adat telah

meresepsi hukum perkawinan berdasarkan ketentuan agama.

Islam Ijal Kabul, bapak/wali mempelai wanita dan pempelai pria dan dua orang saksi dalam majelis.

Katolik mempelai wanita dan pria mengucapkan janji perkawinan dihadapan pendeta/pasteur di gereja.

Budha mempelai wanita dan pria mengucapkan janji perkawinan dihadapan altar vihara suci sang Budha/Bodisatwa dan bhikkunni/khikkuhu/sumanera.

Hindu mempelai pria-wanita melaksanakan upacara beakala dimuka sanggar (natar) dengan pemberkatan (mejaya-jaya) oleh Brahmana.

Page 27: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Upacara Perkawinan, menurut ketentuan dan tata cara masing-masing adat atau kesepakatan.

Ibaratnya : “..semakin besar upacara, semakin

banyak makanan, semakin lama upacara, semakin tinggi pandangan dam martabat keluarga dalam perkawinan..”

Page 28: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

HARTA PERKAWINANHarta Perkawinan = Harta Bersama & Harta Bawaan.Patrilineal : Istri tunduk dalam sistem kekerabatan suamiSehingga semua harta perkawinan dikuasai suami

sebagai kepala keluargaJadi harta bersama, harta bawaan (hadiah & waris),

dan harta pusaka (peninggalan), penguasaan pengaturannya dipegang oleh suami yang dibantu istri sebagai pendamping.

Jika terjadi perceraian, dan istri meninggalkan tempat kedudukan suaminya, berarti istri melanggar adat dan tidak berhak menuntut bagian dari harta bersama,harta bawaan ataupun membawa anaknya pergi.

Page 29: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Matrilineal :Karena bentuk perkawinan nya “semanda”, tanpa

membayar uang “jujur”, maka terdapat pemisahan kekuasaan terhadap harta perkawinan.

Harta Pusaka milik kerabat dipegang pada “Mamak Kepala Waris”.suami-istri hanya hak mengusahakan dan menikmati hasil panen terhadap bidang tanah.

Harta Bersama, suami-istri bersama-sama menguasainya.

Harta Bawaan, dikuasai masing-masing pihak.

Parental/Bilateral :Harta Bersama, dikuasai bersama suami-istriHarta bawaan, dikuasai masing-masing pihak,

kecuali dalam hal kedudukan suami-istri tidak sejajar.

Misal : di Jawa”manggih kaya”, dimana suami kaya dan istri miskin. Di Pasundan “nyalindung kagelung” dimana istri kaya,suami miskin.

Page 30: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Menurut UU No.1 tahun 1974 Pasal 35 & 36,“..Harta Bersama ialah harta benda yang

diperoleh selama perkawinan..”Terhadap Harta Bersama suami-istri dapat

menggunakannya atas persetujuan kedua belah pihak.

Terhadap Harta Bawaan, masing-masing pihak mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya, sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Hukum Adat : Kedudukan harta perkawinan dipengaruhi oleh susunan masyarakat adatnya, bentuk perkawinan yang berlaku dan jenis hartanya.

Page 31: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Hukum Adat Kekerabatan

HAK ialah hukum adat yang mengatur kedudukan pribadi sebagai anggota kerabat, orang tua=anak,anak=kerabat,perwalian anak berdasarkan pertalian darah (keturunan), pertalian perkawinan dan pertalian adat.

TUGAS MANDIRI :Bagaimana hubungan hukum antara

anak tiri, anak angkat, anak asuh & anak akuan

dengan orang tua, kerabat menurut hukum adat…?

(kumpul ketika mid)

Page 32: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

HUKUM ADAT WARISPengertian Umum :Aturan-aturan hukum adat yang mengatur

tentang bagaimana harta peninggalan atau harta

warisan diteruskan atau dibagi dari pewaris kepada

ahli waris dari generasi ke generasi selanjutnya.

Ter Haar :Hukum Waris Adat ialah aturan hukum yang mengatur tentang cara, bagaimana dari

masa ke masa proses penerusan dan peralihan harta kekayaan yang berwujud / tidak berwujud

dari generasi ke generasi.

Page 33: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Pewarisan : proses penerusan harta warisan / harta peninggalan dari pewaris kepada ahli waris.

Dengan demikian, 3 unsur hukum waris, yaitu:1. Adanya harta warisan / harta peninggalan2. Adanya pewaris yang meninggalkan hartanya3. Adanya ahli waris yang meneruskan kepengurusan

atau yang menerima bagiannya.

Ket :4. Harta Warisan, kekayaan pewaris yang akan dibagi-

bagi kepada ahli waris. Harta peninggalan, kekayaan pewaris yang tidak dibagi-bagi kepada ahli waris.

Harta warisan berwujud : bangunan, perlengkapan, harta pusaka, harta perkawinan.

Harta warisan tak berwujud : gelar adat, hutang, amanat (wasiat), perjanjian.

Page 34: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Prof. Hazairin : “..hukum waris adat mempunyai corak tersendiri

dari alam pikiran masyarakat tradisional dengan

bentuk kekerabatan yg sistem keturunannya patrilineal, matrilineal, maupun parental, walaupun pada

bentuk kekerabatan yang sama belum tentu berlaku

sistem kewarisan yang sama..”

Page 35: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

SISTEM KEWARISAN

A. Sistem Kolektif apabila para ahli waris mendapatkan

harta peninggalan yang diterima mereka secara kolektif (bersama) dari pewaris yang tidak terbagi-bagi secara perseorangan. Para pewaris hanya diperbolehkan untuk memakai, megusahakan atau mengolah dan menikmati hasilnya.

contoh : Tanah Pusaka, barang pusaka, sawah pusaka, rumah gadang.

pada masa sekarang boleh ditransaksikan atas persestujaun bersama ahli waris /kerabat.

Page 36: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

B. Sistem Mayorat, harta pusaka yang tidak terbagi hanya dikuasai (hak pakai,mengolah, mengambilhasil) anak tertua, dengan kewajiban mengurus dan memelihara adik-adiknya sampai mereka dapat berdiri sendiri (walaupun telah menikah).

Contoh : Lampung, Papua, SemendoC. Sistem Individual, harta warisan dapat

dibagi-bagi dan dimiliki secara perseorangan artinya setiap ahli waris berhak memakai, mengolah, mengambil hasil, mentransaksikan harta warisan tersebut.

Page 37: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Dalam perkembangan nya :Kolektif (Patrilineal)Mayorat (matrilineal) Indivual (parental)

Sehingga, harta pewarisan dapat dibagi-bagi sebelum pewaris wafat dan sesudah wafat.

Pewaris masih hidup (lintiran,Jawa), dilakuakan dalam bentuk penunjukkan dalam bentuk hibah-wasiat, penunjukan batas tanah, jenis barang berupa pesan tertulis/tak tertulis kepada para ahli warisnya.

Di Aceh,wasiat tidak boleh melebihi dari 1/3 jumlah warisan, apabila lebih 1/3 bagian yg lebih ditarik kembali ketika pewaris wafat.

Pewaris dewasa dan anak kecil :Untuk ahli waris dibawah umur (kecil) waris gantung,di

kuasai orangtuanya yangg masih hidup atau saudaranya.Untuk ahli waris dewasa, dibagi dengan mempertimbangkan

kebutuhannya.

Page 38: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Pembagian waris :1. Kesamaan kuantitas (jumlah) antar pria dan

wanita.2. Kuantitas waris pria 2x lebih banyak dari wanita3. Berdasarkan jenis warisannya Adat di Aceh dan Banten : Rumah diwariskan kepada perempuan Tanah diwariskan kepada anak lelaki.4. Berdasarkan masih sayang / kerukunan keluarga

“..Sengketa pembagian waris diusahakan jalan damai dan kekeluargaan..”

maksud filosofinya ialah :a. agar perjalanan dan ketenangan arwah pewaris

di alam baka terjaga dan b. tidak terganggu hubungan kekerabatan antar

ahli waris.

Page 39: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Hukum Adat Hukum NasionalTradisi dalam bidang Ekonomi :Ekonomi Perladangan tolong-menolong:Pembukaan ladang pertanian, secara

bersama-sama warga menebang pohon, menebas semak belukar, membakar rumput, membentuk tanah, membuat sistem pengairan, setelah itu tanah dibagi-bagi kepada perserta pembukaan lahan. Misalnya : Subak di Bali, Nulong di Sumbawa.

Sumbangan pada warga yang hajatan, berduka, berburu di hutan,

Page 40: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Usaha Perorangan :

1. Beri-memberi2. Pakai-memakai : tukar guling (tukar

barang tanpa nilai tambah)3. Jual-beli : panjer, jual komisi4. Titip-menitip : titip curah5. Hutang-piutang, adat tidak mengenal

bunga hutang atas kelalaian, tetapi mengenal sistem tanggung-menanggung atau adanya jaminan pribadi/benda.

6. Kerja-mengerjakan : bagi hasil

Page 41: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Hak-hak atas tanah1. Membuka tanah diwali dengan memberi tanda, dapat

berupa dari potongan bambu, pohon ditegakkan di tanah sehingga nampak dari jauh.

2. Apabila tanah tersebut ditanami (diusahakan), maka terjadilah hak pakai/hak mengusahakan tanah.

3. Untuk menjadikan hak milik atas tanah tersebut, kama tanah harus terus diusahakan.

4. Apabila tanah tersebut tidak diusahakan lagi, tapi masih terdapat “tanda”, maka yang berlaku adalah hak atas pohon (hak mengambil hasil atas apa yang telah ditanam).

5. Apabila tanah telah menjadi belukar dan “tanda” pun tak terlihat jelas, maka hak milik atas tanah tersebut hilang, namun masih mempunyai “hak utama” untuk mengusahakannya kembali.

6. “hak utama ‘akan kembali pada hak ulayat ( hak nagari,marga,desa) bila tanah telah menjadi hutan.

7. Namun apabila yang ditanam diatas tanah adalah tanaman keras dan menjadi kebun, maka yang ada hanya “hak menumpang”.

Page 42: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

1. Jelaskan ciri masyarakat hukum adat menurut Ter Haar..?

2. Jelaskan klasifikasi masyarakat hukum adat..?

3. Jelaskan pembagian harta perkawinan dan pembagian harta waris menurut bentuk-bentuk perkawinan dalam hukum adat..?

4. Jelaskan kedudukan anak asuh, anak tiri, anak akuan, anak angkat..dalam pembagian waris menurut bentuk-bentuk perkawinan adat,..?

Page 43: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Hukum Pelanggaran AdatHukum pelanggaran adat / hukum pidana

adat / hukum adat delik / adatdelichten recht ialah :1. Aturan-aturan hukum adat yang mengatur

peristiwa atau perbuatan kesalahan 2. yang berakibat terganggunya

keseimbangan masyarakat3. Sehingga perlu tindakan penyelesaian

(punishment) agar keseimbangan masyarakat tidak terganggu/kembali normal.

Peristiwa Delik Adat Penyelesaian

Keseimbangan Dalam Masyarakat

Page 44: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

Pengertian Pelanggaran Adat (adat delichten recht)

Van Vollenhoven :“..Perbuatan yang tidak boleh dilakukan walaupun pada

kenyataannya peristiwa tersebut hanya berupa kesalahan kecil (dimaklumi)..”

Ter Haar :“..setiap gangguan dari suatu pihak terhadap keseimbangan,

dimana setiap pelanggaran itu dari suatu pihak atau dari kelompok orang berwujud maupun tak berwujud, berakibat menimbulkan suatu reaksi adat sehingga keseimbangan dalam kehidupan (manusia maupun yang ghaib) harus dipulihkan kembali.

Sanksi : dapat berupa hukuman yang diberikan dalam upacara adat,

sehingga ada yg dikenal dengan “ hukuman pasung, arak-arakan,

sesajean, ruwat desa/bersih desa, dst,..”

Page 45: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

SIFAT HUKUM PELANGGARAN ADAT

Secara umum sifatnya : a. Tradisional magis religiusb. Menyeluruh & menyatukanc. Non Pra Existented. Tidak menyama-ratakane. Terbuka & lenturf. Pelanggaran tata tertibg. Harus ada aduanh. Reaksi & Koreksii. Pertanggungjawaban kesalahan (ability)j. Wilayah tertentu

Page 46: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

a. Tradisional magis & religius

Perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan mengganggu keseimbangan masyarakat yang bersifat turun-temurun dan dikaitkan dengan dengan keyakinan dan kepercayaan, tidak saja dianggap mengganggu keseimbangan kosmis (alam, manusia, makhluk lain) melainkan juga akibat buruk dari yang ghaib.

Peristiwa pelanggaran adat itu menurut alam pikiran yang tradisional yang bersifat kosmis yang menempatkan kehidupan manusia itu berkaitan dengan alam, makhluk lain, yang diagungkan (tuhan/dewa).

Misalnya : anak patuh pada kehendak orang tuaAdik tidak boleh mendahului kakaknya menikahLelaki dan wanita dilarang berzinaUpacara adat sebelum panen padi,..dst

Page 47: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

b. Menyeluruh dan MenyatukanMenyeluruh & menyatukan artinya tidak memisah-misah

antara pelanggaran bersifat pidana (publik) ataupun perdata

(privat), begitu juga tidak dibedakan apakah perbuatan kesalahan tersebut

termasuk kesengajaan atau kelalaian, tidak juga membedakan antara

pelaku (dader), kesemuanya disatukan sebagai suatu rangkaian

peristiwa yang mengganggu keseimbangan dan keseluruhannya

dijadikan satu dalam penyelesaiannya di peradilan adat.

Note : Pembagian Pelaku dalam pidana, yaitu :1. Pelaku Utama (plichetiger,dader),2. Turut Melakukan (mededader)3. Membantu Melakukan (medeplichtiger)4. Penggas/penghasut (uitloker)

Page 48: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

c. Non Pra-Existente

Artinya, apakah ada peraturan yang telah ditetapkan dahulu ataukah belum ada aturannya, apabila akibat perbuatan itu menggangu keseimbangan masyarakat, maka pelaku perbuatan pelanggaran adat tersebut dapat di hukum.

Dengan kata kali, sifat Non Pra Existente tidak seperti adagium

Montesquieu yang dianut oleh hukum pidana sebagaimana diatur

dalam Pasal 1 KUHPidana (WvS), S.1951-732, yaitu “ Nullum delicum

nulla poena sine praevia lege poenali (tiada suatu delik melainkan atas

kekuatan aturan pidana di dalam undang-undang yang telah ada lebih

dahulu dari perbuatan ”). terjemaha bebas : Tiada suatu perbuatan (delik) yang dapat dihukum apabila

tidak ada peraturan yang mengatur mengenai perbuatan itu.

Page 49: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

d. Tidak men-sama rata-kan

Jenis dan sifat sanksi Terhadap pelaku pelanggaran adat berbeda-beda, hal ini didasarkan pada struktur statusnya dalam masyarakat adat.

Contoh : Pelaku yang mempunyai kedudukan strata, pengetahuan,kesolehan, akan memperoleh sanksi yang lebih berat dibandingkan dengan orang biasa.

Note : Berbeda dengan sanksi mensamaratakan yang dianut dalam KUHPidana maupun KUHPerdata barat.

Hukum Adat = Keadilan ProporsionalHukum Barat = Keadilan “Seimbang”

Page 50: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

e. Terbuka & Lentur (fleksible/dinamis)Hukum adat tidak menolak perubahan dan perkembangan

masyarakatnya dimana aturan adat itu berlaku, asalkan tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang hidup dalam komunitas adat tersebut.

Contoh :Dahulu Warna Merah pada pakaian adat Toraja hanya untuk

keluarga raja-raja.Dahulu tarian adat hanya bagi kalangan bangsawan, sekarang

dapat diadakan siapapun.Dalam “simbur tjahaja” yang berlaku di Sum-Sel, bila lelaki

dan perempuan yang telah baligh mandi telanjang bersama tanpa memakai petalasan (main mandi) maka ia dihukum denda 12 ringgit. namun saat ini hanya berupa teguran atau dianggap gila.

Page 51: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

f. Terjadinya Pelanggaran AdatArtinya, pelanggaran adat terjadi bila tata tertib

adat setempat dilanggar atau karena suatu pihak merasa dirugikan sehingga keseimbangan masyarakat

terganggu.

Jika pelanggaran adat terjadi, namun keseimbangan masyarakat setempat tidak terganggu, maka

perbuatan tersebut tergolong pelanggaran adat yang tidak mempunyai akibat hukum, sehingga pelaku

pelanggaran cukup diperingatkan agar tidak berbuat lagi.

Page 52: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

g. Pelanggaran Adat = Delik Aduan

Untuk menyelesaikan tuntutan dari pihak

yang merasa dirugikan harus ada pengaduan,

berupa pemberitahuan dan permintaan untuk

diselesaikan kepada kepala adat.

Tanpa adanya pengaduan, pemeriksaan tuntutan tidak dilakukan.

Page 53: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

h. Reaksi dan Koreksi

Ketika terjadi pelanggaran adat, pertanggungjawaban kesalahan bukan hanya dapat dikenakan kepada pribadi pelaku saja, melainkan juga keluarga dan/atau masyarakat-kepala adatnya.

Contoh :- Paksaan menikah bagi gadis yang telah cemar

kehormatan nya.- Mengadakan selamatan, qurban untuk

membersihkan lingkungan/tempat tertentu dari pengaruh ghaib.- Diasingkan/dibuang dari kelompok masyarakat

dalam jangka waktu tertentu.

Page 54: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

i. Pertanggungjawaban kesalahan

Dalam hukum barat yang menjadi pokok sanksi atas pelanggaran

(delik) yaitu :a. Perbuatan itu terbukti kesalahannya dan dapat dihukum

(strafbaarfeit) ;b. Pelakunya (plegher /dader) dapat

mempertanggungjawabkannya.

“SANKSI ATAS PERBUATAN”

Sedangkan dalam hukum pelanggaran adat, yang menjadi pokok

sanksi ialah :c. bagaimana solusi akibat dari perbuatan pelanggaran

adat itu, sehingga hukum adat tidak mengenal perbedaan sanksi antara kesengajaan ataupun kelalaian seperti hukum barat.

d. Siapa yang harus bertanggung jawab atas akibat itu.

“SANKSI ATAS AKIBAT”

Page 55: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

j. Tempat Berlakunya

Keberlakuan hukum pelanggaran adat terbatas pada lingkungan masyarakat adat tertentu (tidak menyeluruh sama).

“Lain Padang Lain Ilalang, Lain Lubuk Lain Ikannya”

“Lain masyarakat adat lain pula delik adatnya dan lain pula cara penyelesaiannya”

Page 56: Natal kristiono mata kuliah hukum adat kekeluargaan dan delik adat

SEKIAN, TERIMA KASIH