naskah komprehensif tn.sutrisno-remed

55
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. S.T. Jenis kelamin : Laki-laki Tempat / Tanggal Lahir : Blora / 6 September 1984 Usia : 28 tahun Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) Pekerjaan : Prada TNI AD Status pernikahan : Belum menikah Alamat : Asrama Cendrawasih – Jakarta Timur Tanggal masuk RSPAD : 5 Desember 2012 Tanggal keluar RSPAD : 28 Desember 2012 (perawatan selama 24 hari) Datang diantar oleh : Anggota Kesatuan II. RIWAYAT PSIKIATRI Riwayat diperoleh melalui: - Autoanamnesis di Poliklinik Jiwa RSPAD Gatot Subroto pada tanggal 5 Desember 2012, selama perawatan di Bangsal Amino RSPAD Gatot Subroto pada tanggal 6, 8 dan 11 Desember 2012 - Alloanamnesis dari anggota kesatuan (Tn.A.S., umur 24 tahun, Bintara Kesehatan Kesdam, pendidikan terakhir 1

Upload: danu

Post on 15-Apr-2016

240 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

yayaya

TRANSCRIPT

Page 1: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S.T.

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat / Tanggal Lahir : Blora / 6 September 1984

Usia : 28 tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA)

Pekerjaan : Prada TNI AD

Status pernikahan : Belum menikah

Alamat : Asrama Cendrawasih – Jakarta Timur

Tanggal masuk RSPAD : 5 Desember 2012

Tanggal keluar RSPAD : 28 Desember 2012 (perawatan selama 24 hari)

Datang diantar oleh : Anggota Kesatuan

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat diperoleh melalui:

- Autoanamnesis di Poliklinik Jiwa RSPAD Gatot Subroto pada tanggal 5

Desember 2012, selama perawatan di Bangsal Amino RSPAD Gatot Subroto

pada tanggal 6, 8 dan 11 Desember 2012

- Alloanamnesis dari anggota kesatuan (Tn.A.S., umur 24 tahun, Bintara

Kesehatan Kesdam, pendidikan terakhir SMA, tinggal di asrama Kramat Djati)

pada tanggal 5 Desember 2012 di Poliklinik RSPAD Gatot Subroto

- Alloanamnesis dari anggota kesatuan (Tn.C.S., umur 24 tahun, Prada Kesdam,

pendidikan terakhir SMA, tinggal satu kamar dengan pasien di asrama

Cendrawasih) saat kunjungan ke asrama Kesatuan Cendrawasih pada tanggal 8

Desember 2012

- Catatan rekam medis RSPAD Gatot Subroto.

1

Page 2: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

A. Keluhan Utama

Pasien gelisah sejak 1 hari sebelum masuk RSPAD Gatot Subroto.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Selama kurang lebih 1 bulan sebelum masuk RSPAD, pasien sering

terlihat tertawa sendiri. Pasien tertawa sendiri saat sedang duduk, jalan,

berkumpul bersama teman-teman kesatuan atau akan tidur padahal tidak ada

kejadian di sekitarnya yang lucu dan membuat orang lain tertawa. Ketika

ditanyakan mengapa pasien tertawa sendiri, pasien mengatakan ia mendengar

suara yang bersumber dari dalam hati dan terdengar sampai ke telinganya. Suara

itu adalah suara orang laki-laki dan perempuan yang mengatakan ada Ksatria

Naga dan pasien bisa menjadi Ksatria Naga sehingga pasien tertawa karena

menganggap hal itu lucu. Suara tersebut didengar setiap hari terutama bila pasien

sendiri dan dirasakan mengganggu oleh pasien.

Selain tertawa sendiri, pasien juga sering menghabiskan waktu sendirian

sambil melamun dan merokok. Pasien sering melamun sambil memegangi

kepalanya saat sedang duduk. Pasien mengatakan kepalanya terasa sakit seperti

dibor dan dipompa seperti ada kekuatan gaib yang memasuki kepalanya sehingga

ia sering memegang dan menggaruk kepala supaya rasa sakitnya berkurang.

Pasien sering menggaruk puncak kepalanya sehingga sejak kurang lebih 1 minggu

sebelum dirawat terdapat benjolan yang keras, berukuran 2x2cm, berwarna merah

dan terasa nyeri bila dipegang.

Sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu perawatan diri pasien semakin

buruk. Pasien jarang mandi, sikat gigi dan ganti pakaian. Pasien lebih banyak

merokok dan tidak mau makan. Apabila disuruh makan, pasien kadang marah dan

memuntahkan makanannya lalu meminta rokok. Pasien tidak mau menuruti

perintah teman satu angkatan dan adik angkatannya untuk mengerjakan perawatan

diri dan makan. Setelah diperintah oleh atasan yang tinggal di asrama, pasien baru

mau melaksanakannya karena harus melaksanakan perintah atasannya.

Pasien masih bisa melaksanakan kegiatan di asrama, tetapi kadang-kadang

harus disuruh. Setiap hari pasien mengikuti apel pagi dan sore. Kegiatan

2

Page 3: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

kebersihan seperti menyapu dan mengepel lantai kadang dikerjakannya sendiri,

tetapi lebih sering setelah disuruh atasannya. Pasien lebih banyak menghabiskan

waktu untuk melamun, tidur dan merokok. Pasien lebih senang bila sendirian tidur

di kamarnya daripada berkumpul dengan teman-teman kesatuannya.

Pasien gelisah sejak 1 hari sebelum dibawa ke RSPAD Gatot Subroto.

Pasien mengatakan gelisah sehingga ia tidak bisa tidur dan mondar mandir di

kamarnya. Teman-teman kamar pasien merasa terganggu karena pasien terus

mondar mandir dan tidak dapat diam sepanjang malam. Pasien mengatakan tidak

mendengar suara-suara yang menyuruhnya mondar mandir.

Obat pasien yang biasanya diminum selama ini adalah Quetiapine XR

1x300mg malam, Risperidone 2x2 mg dan Trihexyphenidyl 2x2 mg sudah habis

sejak 1 hari sebelum pasien dibawa ke RSPAD Gatot Subroto. Obat habis karena

anggota kesatuan yang selama ini membawa pasien kontrol sedang dinas di luar

kota dan keesokan harinya yaitu Rabu, 5 Desember 2012 adalah jadwal kontrol

pasien. Menurut anggota kesatuan, selama ini pasien tidak meminum obatnya

secara teratur, kadang harus dengan pengawasan anggota kesatuan yang tinggal

bersama pasien.

Pasien diantar ke RSPAD Gatot Subroto oleh anggota kesatuan

Cendrawasih dengan mobil kesatuan. Pasien biasanya diantar kontrol oleh teman

kesatuannya dengan menggunakan motor. Pasien sempat memberontak dan ingin

melompat keluar mobil dalam perjalanan menuju RS karena ia mengetahui akan

dirawat inap di RS, namun pasien dapat ditenangkan oleh anggota kesatuan.

Saat berada di Poli dan Bangsal RSPAD Gatot Subroto, pasien terlihat

bingung dan tegang. Pasien sering menunduk, jarang melihat atau berkontak

dengan pemeriksa. Ekspresi wajah pasien tegang dan sering menggerakkan mulut

dan rahangnya. Pasien lebih banyak diam, lambat dalam menjawab, sering baru

menjawab pertanyaan setelah dipanggil namanya beberapa kali, menjawab tidak

sesuai pertanyaan dan tertawa sendiri.

Pasien juga sering menjawab “tidak tahu, tidak apa-apa, tidak ada apa-apa,

tidak perlu dijawab, iya apa, hmm bagaimana” dalam waktu yang lama setelah

pertanyaan diajukan sambil tertawa sendiri. Pasien sering mengulang pertanyaan

3

Page 4: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

pemeriksa serta sering mengulang kata-kata seperti “berat badan, berat badan,

berat badan”. Tangan pasien hampir selalu memegang dan menggaruk kepalanya.

Tidak didapatkan adanya peningkatan suasana perasaan, pertambahan

energi dan minat pada pasien selama 1 minggu maupun penurunan suasana

perasaan, berkurangnya energi dan minat pada pasien selama 2 minggu sebelum

dan saat gangguan saat ini.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien pertama kali mengalami gangguan jiwa pada tahun 2009 (usia 25

tahun). Kurang lebih 2 bulan sebelum gangguan, pasien baru putus dari pacarnya

karena pacar pasien memilih lelaki lain sebagai suaminya. Pasien sangat

menyayangi pacarnya dan merasa kecewa karena pacarnya memilih lelaki lain.

Setelah putus dari pacarnya, pasien terlihat sering melamun, jarang berkumpul

bersama teman-temannya dan sering tidak mengerjakan tugasnya sampai selesai.

Pada pagi hari sebelum gangguan pertama, pasien mendapat banyak tugas

dari senior sehingga pasien merasa lelah. Saat tidur malam, pasien merasa

kepalanya sakit seperti dibor dan ditusuk berkali-kali. Keesokan paginya pasien

mengatakan mendengar suara-suara orang yang tidak ada wujudnya, menyuruh

pasien jalan atau lari-lari di lapangan padahal sudah bukan waktunya latihan dan

pasien mengikutinya. Anggota kesatuan yang lain melihat pasien berlari di

lapangan padahal bukan waktu latihan sehingga menyuruh pasien berhenti berlari.

Pasien sering tertawa dan bicara sendiri juga menjawab tidak sesuai pertanyaan.

Pasien kabur dari Kesatuan di Merauke selama 3 hari. Alasan kabur karena

pasien mengikuti perintah suara tanpa wujud yang menyuruhnya terus berjalan

atau berlari sampai keluar asrama. Setelah berhasil ditemukan, pasien dirawat di

RS Merauke selama 2 hari namun tidak ada perbaikan dan dipindahkan ke RS

Jayapura selama 2 hari. Obat yang didapat adalah Haloperidol 2x5mg dan

Chlorpromazine 1x100mg malam. Karena kurang fasilitas dan tidak ada perbaikan

maka pasien dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto Jakarta.

4

Page 5: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Pasien dirawat selama 2 bulan di RSPAD dan mendapat obat Risperidone

2x3mg, Haloperidol 2x5mg, Trihexyphenidyl 3x2mg dan Amitriptyline 1x25mg

malam. Sepulang perawatan, pasien lebih tenang, suara-suara yang menyuruh

pasien jalan atau lari sudah tidak didengar sepanjang hari seperti sebelum

perawatan, sudah tidak sering tertawa dan bicara sendiri juga dapat menjawab

sesuai pertanyaan.

Pasien kemudian ditempatkan di Asrama Kesdam Cendrawasih yang

merupakan perwakilan Kesatuan Merauke. Alasan penempatan di Jakarta supaya

pasien lebih dekat dengan keluarga di Blora dan dekat dengan tempat kontrol di

RSPAD Gatot Subroto. Pasien “diistirahatkan”, tidak bekerja sebagai angkatan

yang membawa senjata dan bagian angkutan tapi hanya melakukan tugas

kebersihan di asrama.

Pasien dapat melakukan tugasnya dengan baik, komunikasi dan hubungan

dengan teman maupun atasan baik. Pasien mengikuti aktivitas di asrama dan

sering berkumpul dengan teman-teman kesatuannya bila ada waktu luang. Pasien

tidak minum obatnya dengan teratur karena merasa sudah sembuh yaitu sudah

tidak mendengar suara orang tanpa wujud setiap hari.

Pada tahun 2010 (usia 26 tahun) pasien dirawat di RSPAD Gatot Subroto.

Kurang lebih 3 hari sebelum dirawat pasien gelisah, mondar mandir, sering

tertawa dan bicara sendiri juga tidak bisa tidur karena mendengar suara orang

tanpa wujud yang mengajak pasien berbicara tentang Ksatria Naga. Selama 1

bulan perawatan pasien mendapat Risperidone 2x2mg, Trifluoperazine 2x10mg,

Carbamazepine 2x200mg dan Trihexyphenidyl 2x2mg.

Sepulang perawatan pasien lebih tenang, suara-suara yang mengajak

pasien bicara berkurang, tidur lebih nyenyak, bicara dan tertawa sendiri

berkurang. Di asrama pasien masih dapat mengerjakan tugas kebersihan dengan

baik, pasien masih ikut aktivitas dan berkumpul dengan anggota kesatuan lainnya,

namun pasien lebih sering menghabiskan waktunya dengan duduk sendiri dan

merokok. Pasien tidak kontrol dan minum obat dengan teratur karena merasa

bosan.

5

Page 6: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Pada tahun 2011 (usia 27 tahun) pasien kembali dirawat di RSPAD Gatot

Subroto selama 2 bulan. Selama 1 bulan sebelum dirawat, pasien tidak minum

obatnya karena bosan dan lebih banyak merokok. Pasien tidak bisa tidur sejak

kurang lebih 1 bulan sebelum dirawat. Pasien mengatakan setiap hari ada suara

wanita yang mengajaknya berbicara bahwa pasien bisa menjadi Ksatria Naga

terutama saat pasien sendiri sehingga pasien sering bicara dan tertawa sendiri

karena menganggap hal tersebut lucu.

Pasien juga mengatakan kepalanya sakit sekali seperti dibor sehingga

pasien harus memegangi atau menggaruknya supaya rasa sakit hilang. Hampir

sepanjang hari pasien merasa sakit di seluruh kepalanya seperti ada kekuatan dari

luar yaitu kekuatan gaib yang masuk ke kepalanya. Sebelum dirawat pasien tidak

teratur minum obat karena merasa kepalanya tetap saja sakit setelah minum obat.

Saat perawatan pasien mendapat Risperidone 2x2mg, Clozapine 1x100mg malam

dan Trihexyphenidyl 2x2mg. Pasien juga menjalani pemeriksaan Magnetic

Resonant Imaging (MRI) kepala dengan hasil parenkim intrakranial normal.

Pulang perawatan kondisi pasien sudah lebih tenang, bisa tidur, bicara dan

tertawa sendiri juga suara-suara berkurang. Tugas kebersihan asrama jarang

dikerjakan, sehingga atasan sering memerintahnya namun hasil kerjanya masih

baik. Komunikasi dan hubungan dengan teman atau atasan berkurang. Pasien

sudah jarang ikut aktivitas dan berkumpul dengan anggota kesatuan lain, lebih

banyak diam, duduk dan mondar mandir sambil merokok sehingga tidak

mengerjakan tugas kebersihannya lagi.

Selama beberapa kali episode tidak didapatkan suasana perasaan yang

meningkat dengan pertambahan energi disertai aktivitas dan minat berlebihan

selama 1 minggu maupun suasana perasaan depresi, kehilangan minat dan

berkurangnya energi selama 2 minggu.

2. Kondisi Medik Umum

Pasien pernah dirawat selama 3 hari di RS Merauke pada tahun 2008 (usia 24

tahun) karena sakit malaria saat pasien bertugas di Papua. Sejak pulang perawatan

6

Page 7: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

sampai saat ini sakit malaria pasien tidak pernah kambuh lagi. Tidak ada riwayat

penurunan kesadaran dan kejang selama perawatan dan sesudahnya.

3. Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol

Pasien merupakan perokok aktif sejak pasien SMA (usia 17 tahun). Pasien

biasanya menghabiskan 1 bungkus rokok setiap hari. Sejak pasien pindah ke

asrama Cendrawasih dapat menghabiskan 2 bungkus rokok setiap hari.

Sejak pasien sebagai tentara dan bila ada acara kumpul dengan teman-teman

angkatan, pasien kadang minum bir Bintang 1 botol. Dalam 1 tahun kira-kira

minum bir sebanyak 3 kali. Terakhir kali minum bir tahun 2011. Penggunaan bir

tidak menyebabkan ketergantungan atau intoksikasi. Tidak ada riwayat

penggunaan zat psikoaktif lainnya.

III. Riwayat Kehidupan Pribadi

A. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara dan merupakan anak yang

diharapkan oleh kedua orang tuanya. Pasien dikandung selama sembilan bulan,

tidak ada penyulit selama kehamilan dan persalinan. Pasien lahir normal

dengan bantuan bidan di Puskesmas, berat badan lahir cukup dan langsung

menangis.

B. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai anak seusianya. Orang tua tidak

membedakan kasih sayang antara pasien dengan saudaranya. Pasien mendapat

air susu ibu (ASI) sampai usia 2 tahun. Tinggal bersama dengan orang tua dan

saudara perempuannya. Saat kecil pasien diasuh oleh ibunya. Riwayat

imunisasi lengkap tidak diketahui.

C. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (4-11 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai anak seusianya. Hubungan

pasien cukup dekat dengan kedua orang tua dan saudaranya. Tidak ada

7

Page 8: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

perbedaan kasih sayang dari orang tua kepada anak-anaknya. Hubungan pasien

lebih dekat dengan ibu dibandingkan ayahnya.

Pasien masuk sekolah mulai Taman Kanak (TK), bersekolah dekat rumah

sehingga pergi sendiri dan tidak ada rasa cemas perpisahan. Pasien adalah anak

yang mudah bergaul dan memiliki banyak teman baik di lingkungan rumah

maupun sekolahnya. Hubungan dengan guru dan teman-teman di sekolah

maupun lingkungan rumahnya baik.

D. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja

Pasien tinggal bersama dengan orang tua dan saudara perempuannya.

Pasien merupakan anak yang mudah bergaul, memiliki banyak teman di

lingkungan rumah dan sekolahnya. Pasien memiliki beberapa orang teman

dekat di lingkungan rumah dan sekolahnya.

Pasien aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya seperti Praja

Muda Kirana (Pramuka), Palang Merah Remaja (PMR), dan karate. Pasien

menjadi anggota dan menyukai kegiatan ekstrakurikuler tersebut walaupun

cukup melelahkan.

E. Masa Dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Pasien sekolah dari tingkat TK sampai tamat bangku SMA. Prestasi sekolah

pasien dalam batas rata-rata dan selalu naik kelas. Pasien mengatakan tidak

terlalu menyukai pelajaran sekolah, tetapi pasien aktif dalam kegiatan

ekstrakurikuler sekolahnya. Cita-cita pasien ingin menjadi tentara.

2. Riwayat Pekerjaan

Setelah lulus SMA, pasien bekerja membantu pekerjaan orang tuanya

bertani di sawah atau menggembalakan domba. Kadang-kadang pasien

menghabiskan waktunya di rumah yaitu makan, merokok dan tidur atau

berkumpul bersama teman-teman di lingkungan rumahnya.

8

Page 9: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Pada tahun 2005 (usia 21 tahun) pasien mendaftar tentara di Kesatuan

Blora dan lulus seleksi. Pasien mengikuti pelatihan lanjutan di Gombong

selama 3 bulan dan selama 3 bulan berikutnya di Klaten. Setelah itu pasien

ditempatkan di Kesatuan Blora.

Pada tahun 2006 (usia 22 tahun) pasien pindah ke Papua karena

ditugaskan bekerja di Kesatuan Merauke. Selama di Merauke pasien bertugas

di bagian angkutan. Kegiatan pasien mulai pukul 08.00 sampai 15.00 setiap

hari yaitu melakukan perawatan mesin dan mobil-mobil angkutan kesatuan.

3. Riwayat Perkawinan

Pasien belum menikah.

4. Agama

Pasien beragama Islam dan taat beribadah. Pendidikan agama didapatnya dari

keluarga dan sekolah. Menurut pasien agama merupakan penuntun hidup yang

harus dijalankan. Sejak mengalami gangguan, pasien kadang tidak

menjalankan ibadah agama secara rutin.

5. Aktivitas Sosial

Pasien aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh kesatuannya. Pasien

senang bila berkumpul dengan teman-teman kesatuannya. Pasien dapat

bertukar cerita dengan teman-temannya tersebut.

6. Situasi Kehidupan Sekarang

Setelah pasien mengalami gangguan jiwa di Merauke, pasien dirujuk ke

RSPAD Gatot Subroto untuk perawatannya. Pasien tidak mengetahui

penyakitnya dan setelah pulang perawatan pasien tidak kembali bertugas di

Kesatuan Merauke.

Pasien ditugaskan di Kesatuan Cendrawasih Jakarta Timur yang

merupakan perwakilan Kesatuan Merauke di Papua. Alasan penempatan ini

supaya pasien lebih dekat dengan keluarga yang dapat mengontrol pengobatan

9

Page 10: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

pasien dan agar pasien lebih dekat dengan tempat kontrol di RSPAD Gatot

Subroto.

Di asrama Kesatuan Cendrawasih pasien melaksanakan tugas kebersihan

setiap hari. Pasien tinggal dalam satu kamar bersama-sama dengan teman

kesatuan lainnya. Pasien tinggal dalam kamar dengan 12 orang teman lainnya.

Hubungan pasien dengan teman-temannya baik dan pasien memiliki 1 orang

teman yang dekat dan menjadi pengawas minum obat bagi pasien sejak

pertama kali pasien mengalami gangguan.

Keluarga pasien sangat jarang mengunjungi pasien di Jakarta. Komunikasi

keluarga di Blora dengan pasien melalui telepon genggam. Bila ada waktu libur

atau bila pasien ingin bertemu keluarganya maka pasien pulang ke Blora

dijemput oleh iparnya, tetapi biaya transportasi ditanggung oleh pasien.

Keluarga kurang memperhatikan keadaan pasien selama ini karena alasan

biaya. Pihak Kesatuan Cendrawasih banyak membantu pasien dalam

kebutuhan sehari-hari dan pengobatan pasien selama ini. Gaji pasien sebagian

ditransfer kepada keluarga, sisanya untuk biaya hidup sehari-hari dan membeli

obat yang mahal dan persediaannya terbatas di RSPAD Gatot Subroto.

7. Riwayat Hukum

Tidak didapatkan adanya riwayat pelanggaran hukum.

8. Riwayat Psikoseksual

Pasien pernah mempunyai pacar saat ia bertugas di Kesatuan Merauke. Setelah

putus dari pacarnya, pasien tidak mempunyai pacar lagi. Pasien belum pernah

melakukan hubungan seksual dengan pacarnya maupun dengan perempuan

lain.

10

Page 11: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

9. Riwayat Keluarga

Genogram

Keterangan:

: Laki-laki : Perempuan

: Pasien

Pasien adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayah pasien tamat

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan bekerja sebagai petani beras. Ibu

pasien tamat Sekolah Dasar (SD) dan bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ayah

pasien merupakan pekerja keras dan ingin agar anak-anaknya berhasil. Ibu

pasien merupakan orang yang pendiam dan sabar.

Hubungan pasien lebih dekat dengan ibu dibandingkan dengan ayahnya.

Pasien lebih senang bercerita kepada ibunya. Hubungan pasien dengan adik

perempuannya baik. Pasien cukup dekat dengan keponakan perempuannya.

Sejak pasien bekerja sebagai tentara, ia tidak tinggal bersama keluarganya

tetapi tinggal di asrama. Pasien merasa hal ini biasa saja karena memang 11

Page 12: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

tugasnya sebagai tentara sehingga tinggal terpisah dari keluarga. Saat ini ayah

dan ibu pasien tinggal bersama anak perempuan (adik pasien) dan menantu

laki-laki serta cucu perempuannya. Adik pasien bekerja di pabrik rokok dan

suaminya bekerja di bank bagian penarikan.

Tidak didapatkan riwayat gangguan jiwa, hipertensi, diabetes melitus

maupun penyakit genetik lain dalam keluarga pasien.

10.Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya

Pasien mengatakan apakah benjolan di kepalanya dapat dioperasi supaya sakit

kepala pasien dapat sembuh. Pasien mengatakan dirinya sudah empat kali

dirawat di RSPAD karena sakit kejiwaan yaitu mendengar suara-suara dan

tidak meminum obat secara teratur selama ini karena tidak mengetahui

penyebab sakitnya selama ini. Pasien mengatakan kecewa karena pacarnya

memilih orang lain sebagai suaminya bukan pasien.

11.Persepsi Keluarga tentang Diri dan Kehidupan Pasien

Keluarga kurang memperhatikan kondisi pasien sejak sakit. Keluarga jarang

sekali menengok pasien di Jakarta karena alasan biaya. Keluarga masih belum

bisa menerima sepenuhnya karena pasien mengalami gangguan jiwa. Anggota

kesatuan berharap agar pasien bisa sembuh seperti saat pertama bekerja di

Papua dan supaya karirnya tetap baik.

12.Impian, Fantasi, dan Nilai-nilai

Pasien tidak dapat mengungkapkan impian, fantasi dan nilai-nilai.

IV. STATUS MENTAL (Tanggal 6 Desember 2012 pukul 10.00 WIB;

perawatan hari kedua)

1. Deskripsi Umum

Penampilan

Laki-laki sesuai usia, perawakan kurus, terdapat benjolan di puncak kepala

pasien, perawatan diri kurang: belum ganti pakaian, kuku kuning, badan bau,

12

Page 13: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

ekspresi wajah bingung dan tegang, kontak mata kurang adekuat, tampak

gerakan-gerakan bibir dan rahang, kadang tertawa sendiri, tangan memegang

dan menggaruk benjolan di kepalanya.

Perilaku dan Aktivitas Motorik

Pasien banyak diam dan menunduk saat wawancara, bengong dan tampak

tidak peduli dengan sekitar. Perilaku halusinatorik, tampak gerakan bibir dan

rahang pasien yang berulang-ulang, kadang gerakan tersebut hilang. Tangan

pasien sering memegang dan menggaruk benjolan di kepalanya. Gelang

identitas pasien di tangan kiri dilepas dengan tangan kanan pasien.

Badan tampak kaku saat berjalan, ayunan tangan berkurang, tremor pada

kedua tangan. Pasien tidak mau dipegang tangannya oleh pemeriksa saat

sedang dilakukan pemeriksaan terhadap anggota tubuhnya.

Sikap Terhadap Pemeriksa

Pasien bersikap kurang kooperatif terhadap pemeriksa selama wawancara.

Pasien bersikap pasif, tidak akan berbicara jika tidak ditanya terlebih dahulu,

menjawab singkat, banyak mengatakan “tidak tahu, tidak ada apa-apa, tidak

perlu dibicarakan”.

Pasien juga tidak mau dipegang anggota badannya saat dilakukan

pemeriksaan. Tetap melepaskan gelang identitasnya padahal sudah diberi

informasi tentang pentingnya gelang identitas dan sudah dipersuasi untuk tetap

memakai gelangnya.

2. Mood dan Afek

Mood : kosong; pemeriksa kurang dapat merabarasakan suasana alam

perasaan pasien dan dari observasi tidak didapatkan suatu kondisi

mood tertentu

Afek : datar; ditunjukkan oleh tidak ada atau hampir tidak adanya

ekspresi wajah tertentu, wajah tidak bergerak, berkurangnya

gerakan tubuh untuk mengekspresikan apa yang hendak

disampaikan dan intonasi suaranya yang monoton atau datar

13

Page 14: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Keserasian : kurang serasi; pasien kadang tertawa sendiri saat sedang diam

atau mengatakan “ya bagaimana” sambil tersenyum sendiri

3. Pembicaraan

Pembicaraan tidak spontan, kemiskinan bicara, menjawab pertanyaan

dalam waktu lama, menjawab setelah dipanggil namanya berkali-kali, kadang

tidak menjawab sesuai pertanyaan. Banyak mengatakan “tidak tahu, tidak apa-

apa, tidak ada apa-apa, tidak perlu dijawab, iya apa, hmm bagaimana”.

Sering mengulang perkataan pemeriksa, mengulang kata berkali-kali:

“berat badan, berat badan, berat badan”, volume suara cukup, artikulasi jelas,

intonasi datar, berlogat Jawa.

4. Gangguan Persepsi

Pasien menyangkal adanya halusinasi auditorik dan visual pada saat

pemeriksaan. Saat ditanyakan apakah ada yang menyuruh menggaruk

kepalanya, apakah ada yang mengajak bicara saat ini dan apakah melihat dan

mendengar ada suara orang tanpa wujud yang mengajak bicara saat ini, pasien

menjawab “tidak ada”.

Terdapat riwayat halusinasi auditorik yang mengajak pasien bicara dan

mengatakan hal lucu kepada pasien tentang Ksatria Naga serta halusinasi

auditorik yang menyuruh pasien jalan atau lari-lari keliling lapangan.

5. Pikiran

Proses dan Bentuk Pikir

Blocking: pasien sering tiba-tiba diam sebelum selesai bicara, setelah diam

pasien tidak ingat apa yang telah dikatakan dan menanyakan kembali

kepada pemeriksa

Perseverasi: pasien mengulangi terus kata “berat badan” setelah pemeriksa

menanyakan berat badannya dan saat pemeriksa menanyakan hal

lain pasien terus mengulang kata “berat badan”

14

Page 15: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Isi pikir

Terdapat kemiskinan ide pada pasien karena pembicaraannya sangat

minimal. Pasien memiliki preokupasi pada kepalanya sehingga sering

memegang dan menggaruk kepalanya.

Terdapat waham bizarre yaitu pasien mengatakan seluruh kepalanya sangat

sakit seperti ditusuk oleh bor dan dipompa oleh kekuatan gaib dari luar yang

masuk sehingga kepalanya harus dipegang atau digaruk.

6. Sensorium dan Kognisi

Kesadaran

Compos mentis, Glasgow Coma Scale=15.

Orientasi

Waktu : baik; pasien mengetahui saat pemeriksaan adalah pagi hari

Tempat : baik, pasien mengetahui dirinya berada di RSPAD Gatot Subroto

dan dirawat di Bangsal Amino

Orang : baik, pasien mengenali pemeriksa, anggota kesatuan yang

mengantarnya dan pasien lain yang duduk di dekatnya.

Daya Ingat

Daya ingat jangka panjang : baik; pasien dapat menceritakan tentang masa

kecilnya dan ingat bahwa dirinya dirawat di RS

ini sejak 3 tahun yang lalu

Daya ingat jangka sedang : baik; pasien mengatakan dalam satu bulan terakhir

dirinya berada di asrama Kesatuan Cendrawasih

Daya ingat jangka pendek : baik; pasien mengatakan sudah sarapan dan habis

Daya ingat segera : baik; Pasien dapat mengulang menyebutkan 3

kata: bola, kursi, sepatu. Pasien diminta

mengingatnya, diberi tahu bahwa nanti akan

ditanyakan lagi. Kemudian setelah menanyakan

hal yang lain, pemeriksa meminta pasien

mengulangi 3 kata yang sudah disebutkan. Pasien

dapat menyebutkannya kembali.

15

Page 16: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Konsentrasi dan Perhatian

Kurang baik. Pasien tidak dapat mengikuti wawancara sepenuhnya dengan

baik. Tidak dapat berkonsentrasi yaitu tidak dapat menjawab pertanyaan

dengan baik. Tidak dapat mengeja kata WAHYU atau DUNIA dari belakang

ke depan, tidak dapat melakukan perhitungan 100-7-7-7-7.

Kemampuan membaca dan menulis

Pasien dapat membaca PEJAMKAN MATA ANDA dengan baik walaupun

agak lambat, tetapi pasien tidak melakukan perintah tersebut. Pasien tidak

dapat menulis kata apalagi kalimat.

Kemampuan visuospasial

Pasien belum menirukan gambar segi lima bersinggungan seperti yang

dicontohkan pemeriksa. Tidak dapat menyebutkan jalan dari asrama ke RS.

Pikiran Abstrak

Kurang, pasien tidak dapat menyebutkan persamaan diantara dua benda seperti

persamaan “apel dan jeruk” dan tidak dapat mengerti arti ungkapan seperti

‘keras kepala”.

Intelegensia dan Kemampuan informasi

Pasien belum menjawab siapa nama presiden dan wakil presiden RI saat ini,

hari kemerdekaan RI, nama stasiun televisi.

7. Kemampuan Pengendalian Impuls

Saat wawancara kemampuan pengendalian impuls kurang baik. Pasien banyak

menunduk dengan tangan terus memegang dan menggaruk kepalanya. Gelang

identitas pasien dilepas padahal sudah dipersuasi tentang kegunaan gelang

supaya pasien tetap memakainya.

8. Daya Nilai dan Tilikan

Daya nilai sosial dan uji daya nilai

Daya nilai sosial baik karena pasien tidak mengganggu pasien lain yang

dirawat; uji daya nilai belum dapat dinilai karena pasien belum menjawabnya.

16

Page 17: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Penilaian realita

Terganggu karena adanya perilaku halusinatorik pada pasien. Beberapa kali

menggerakkan bibir dan rahangnya, tidak berespons terhadap orang lain di

sekitarnya, lebih banyak menunduk ke bawah tampak melamun sambil tertawa

sendiri.

Tilikan

Derajat empat; pasien mengatakan dirinya mengalami gangguan jiwa karena

pernah mendengar suara-suara yang saat ini sudah tidak didengarnya lagi tetapi

tidak tahu penyebab gangguan tersebut.

9. Taraf dapat Dipercaya

Pasien dapat dipercaya.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT (6 Desember 2012;

perawatan hari kedua)

Status Interna

Keadaan : baik

Kesadaran : Compos mentis, Glasgow Coma Scale=15

Status Gizi : normoweight; BB=65 kg, TB=175 cm, IMT=21,22

Tanda-tanda Vital

o Tekanan Darah : 120/80 mmHg

o Frekuensi Nadi : 84 x/menit

o Frekuensi Nafas : 20 x/menit

o Suhu : 36,8oC

Kulit : sawo matang, tampak ada bekas luka lecet di

lengan kiri

Kepala : abses pada puncak kepala diameter 2x2cm

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

THT : tidak ada sekret hidung dan telinga

Leher : Jugularis Venous Pressure (JVP) normal,

limfonoduli tidak teraba membesar17

Page 18: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Toraks : Jantung: suara S1, S2, tidak ada suara gallop dan

murmur

Paru: suara pernapasan vesikuler, tidak ada ronkhi

dan wheezing

Abdomen : datar, soepel, hepar dan lien tidak teraba

membesar, bising usus positif normal

Ekstremitas : tremor di tangan, kekakuan ekstremitas, gerakan

ekstremitas yang melambat, tampak kaki kering,

kuku kuning dan kotor

Status Neurologis

Tanda Rangsang Meningeal : negatif

Tanda-tanda efek ekstrapiramidal

- Tremor : tremor tangan

- Akatisia : negatif

- Bradikinesia : positif

- Cara berjalan : tampak kaku dan ayunan lengan berkurang

- Keseimbangan : baik

- Rigiditas : ekstremitas atas, saat sedang diperiksa pasien

menolak tidak mau dipegang tangannya

Pemeriksaan Penunjang (7 Desember 2012; perawatan hari ketiga)

Laboratorium: Hematologi dan kimia klinik dalam batas normal

Bermakna: SGOT (AST) = 50 U/L (< 35 U/L)

Pemeriksaan Psikiatri Tambahan (6 Desember 2012; perawatan hari kedua)

Instrumen terlampir

PANSS: 139

Skala ESRS: gerakan ekspresif otomatis, bradikinesia, rigiditas, tremor tangan

Faktor risiko bunuh diri: rendah

18

Page 19: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

(8 Desember 2012; perawatan hari keempat)

MMSE: 26

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 28 tahun, beragama Islam, suku

Jawa, status belum menikah, bekerja sebagai Prada TNI AD di Kesatuan

Cendrawasih, pendidikan terakhir tamat SMA, diantar ke Poli Jiwa RSPAD Gatot

Subroto oleh anggota Kesatuan dengan keluhan utama gelisah sejak 1 hari

sebelum dibawa ke RSPAD Gatot Subroto.

Selama kurang lebih 1 bulan pasien mendengar halusinasi auditorik tipe

commenting yang mengatakan tentang Ksatria Naga dan pasien bisa menjadi

Ksatria Naga sehingga pasien tertawa sendiri. Pasien sering melamun, terdapat

waham bizarre yaitu merasa kepalanya sakit seperti dibor dan dipompa oleh

kekuatan gaib dari luar sehingga harus digaruk untuk mengurangi sakitnya. Sejak

1 minggu yang lalu terdapat defisit perawatan diri. Pasien gelisah, tidak bisa tidur,

mondar mandir sepanjang malam sejak 1 hari sebelum dibawa ke RSPAD Gatot

Subroto.

Obat yang biasa diminum pasien yaitu Quetiapine XR 1x300mg malam,

Risperidone 2x2 mg dan Trihexyphenidyl 2x2 mg sudah habis sejak 1 hari

sebelum pasien dibawa ke RSPAD Gatot Subroto karena anggota Kesatuan yang

selama ini membawa pasien kontrol sedang dinas di luar kota. Tidak didapatkan

gejala afektif sebelum dan saat gangguan saat ini.

Pasien mengalami gangguan jiwa sejak 3 tahun lalu dan setiap tahun

kambuh dengan gejala hampir sama seperti episode gangguan saat ini. Terdapat

kemunduran progresif dari fungsi pasien sehari-hari. Tidak didapatkan gejala

afektif pada setiap episode gangguan. Riwayat kepatuhan minum obat buruk

karena kurangnya tilikan dan pengetahuan tentang penyakit, keterbatasan

ekonomi, kurang dukungan keluarga dan pelaku rawat.

Pada pemeriksaan didapatkan seorang laki-laki sesuai usia, perawatan diri

kurang, ekpresi wajah tegang dan bingung, kontak mata tidak adekuat. Sikap

19

Page 20: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

kurang kooperatif terhadap pemeriksa. Psikomotor perilaku halusinatorik, gerakan

stereotipik rahang dan bibir juga tangan memegang kepala.

Bicara tidak spontan, menjawab lambat, tidak sesuai pertanyaan,

mengulang kata-kata, menjawab dengan kata berulang. Mood kosong dengan afek

datar, tidak serasi. Proses pikir blocking dan perseverasi. Isi pikir miskin ide,

preokupasi pada kepalanya, waham bizzare. Gangguan persepsi saat ini disangkal,

terdapat riwayat halusinasi auditorik commenting dan commanding. RTA

terganggu dengan tilikan derajat empat.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, status gizi

normoweight, tanda vital baik, status internus abses pada daerah kepala dengan

diameter 2x2cm, status neurologis ditemukan gejala parkinsonisme.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan pemeriksaan, pada pasien ditemukan riwayat gejala dan perilaku

yang bermakna menimbulkan penderitaan maupun hendaya dalam kehidupan

pasien. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasien mengalami gangguan

jiwa.

1. Aksis I

Berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak ditemukan adanya tanda-tanda

gangguan mental organik (F0) maupun kejadian yang dapat menjadi

pencetusnya. Pasien pernah dirawat karena sakit malaria tetapi setelah pulang

rawat sampai saat ini sakit malaria pasien tidak pernah kambuh dan bukan

penyebab gangguan mentalnya. Tidak pernah terdapat penurunan kesadaran

maupun kejang pada pasien. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan

zat (F1) dapat disingkirkan karena konsumsi alkohol tidak menyebabkan

ketergantungan maupun intoksikasi.

Pasien memiliki gejala psikotik yang jelas. Gejala yang ditemukan adalah

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus, waham menetap yang

tidak wajar, arus pikiran yang terputus yang berakibat pembicaraan tidak

relevan; gejala-gejala negatif seperti apatis, pembicaraan yang terhenti, dan

respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, yang mengakibatkan

20

Page 21: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; suatu

perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari

beberapa aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat,

tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan

penarikan diri secara sosial berlangsung selama 1 bulan.

Pada pasien ditemukan riwayat halusinasi auditorik berupa suara

beberapa orang yang mengatakan tentang Ksatria Naga dan pasien bisa

menjadi Ksatria Naga. Saat pemeriksaan pasien mengatakan tidak mendengar

suara-suara tersebut, tetapi terdapat perilaku halusinatorik yaitu pasien banyak

menunduk, melamun, menggerakkan rahang dan bibir berulang-ulang dan

kadang tertawa sendiri. Terdapat waham bizarre berupa kepala terasa sakit

seperti dibor dan dipompa oleh kekuatan gaib dari luar sehingga sering

dipegang dan digaruk oleh pasien sampai terdapat abses di kepalanya.

Terdapat gejala negatif pada pasien berupa pendataran afek, kurangnya

dorongan kehendak, kurangnya spontanitas dan arus percakapan yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja

sosial.

Pasien pertama kali mengalami gangguan jiwa pada usia 25 tahun. Tidak

terdapat gangguan mood manik atau depresi yang menyertai gejala pasien. Dari

kriteria tersebut maka diagnosis pasien adalah skizofrenia paranoid dengan

pola perjalanan penyakit episodik dengan kemunduran progresif (F20.01).

Diagnosis banding pada pasien ini adalah Skizofrenia tak terinci episodik

dengan kemuduran progresif (F20.31). Pada pasien, ditemukan gejala lebih dari

1 tipe skizofrenia tanpa gambaran predominasi yang jelas untuk suatu

kelompok diagnosis yang khas.

Ditemukan adanya gejala-gejala parkinsonisme berupa muka topeng,

bicara monoton, bradikinesia, rigiditas ekstremitas dan tremor tangan. Pasien

didiagnosis mengalami parkinsonisme sekunder akibat obat lain (G21.1).

2. Aksis II

Tidak ada diagnosis karena tidak ditemukan ciri kepribadian yang khas pada

pasien.

21

Page 22: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

3. Aksis III

Abses pada daerah kepala dengan diameter 2x2cm. Gejala parkinsonisme:

muka topeng, bradikinesia, rigiditas ekstremitas dan tremor tangan.

4. Aksis IV

Pasien memiliki masalah ketidakpatuhan meminum obat selama ini.

Penyebabnya adalah karena pasien kurang memiliki tilikan terhadap

penyakitnya, kurang pengetahuan terhadap penyakit dan pengobatan, tidak ada

keluarga pasien yang mendampingi pasien dalam minum obat karena pasien

tinggal di asrama, keluarga tinggal jauh jarang menengok pasien karena

keterbatasan ekonomi, ada obat yang mahal dan persediaan terbatas di RS

sehingga pasien harus membeli sendiri, anggota kesatuan tidak sepenuhnya

bisa menjadi pelaku rawat bagi pasien sehingga obat habis dan pasien tidak

kontrol ke poli.

5. Aksis V

Menggunakan skala Global Assessment of Functioning (GAF), GAF Current

sebesar 30 menunjukkan disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai,

tidak mampu berfungsi hampir di semua bidang. GAF highest level of past

year (HLPY) pasien yaitu kondisi terbaik pasien selama 1 tahun terakhir

didapatkan sebesar 40. Hal ini menunjukkan beberapa disabilitas berat dalam

realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : Skizofrenia paranoid episodik dengan kemunduran progresif

(F20.01) DD/ Skizofrenia tak terinci episodik dengan

kemuduran progresif (F20.31) dengan Parkinsonisme sekunder

akibat obat lain (G21.1)

Aksis II : tidak ada diagnosis

Aksis III : abses pada daerah kepala dengan diameter 2x2cm;

Parkinsonisme: muka topeng, bradikinesia, rigiditas ekstremitas

dan tremor tangan

22

Page 23: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Aksis IV : ketidakpatuhan meminum obat karena pasien kurang memiliki

tilikan terhadap penyakitnya, kurang pengetahuan terhadap

penyakit dan pengobatan, tidak ada keluarga pasien yang

mendampingi pasien dalam minum obat karena pasien tinggal di

asrama, keluarga tinggal jauh jarang menengok pasien karena

keterbatasan ekonomi, ada obat yang mahal dan persediaannya

terbatas di RS sehingga pasien harus membeli sendiri, anggota

kesatuan tidak sepenuhnya bisa menjadi pelaku rawat bagi pasien

sehingga obat habis dan pasien tidak kontrol ke poli.

Aksis V : Global Assessment of Functioning Current=30, Highest Level of

Past Year (HLPY)=40

IX. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik

Parkinsonisme

Abses at regio kepala

2. Psikologik

Wajah yang tampak bingung dan tegang

Psikomotor perilaku halusinatorik

Gerakan stereotipik rahang, bibir, tangan

Gangguan proses pikir berupa blocking, perseverasi

Gangguan isi pikir yaitu miskin ide, waham bizarre

Gangguan persepsi berupa riwayat halusinasi auditorik commenting dan

commanding

Pembicaraan tidak spontan, menjawab lama, mengulang kata

Mood kosong dengan afek datar, tidak serasi

RTA terganggu

Tilikan derajat 4

Gangguan pengendalian impuls

3. Sosiokultural

23

Page 24: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Tinggal di asrama jauh dari keluarga

Kurang dukungan keluarga karena kurang pengetahuan, tinggal jauh dari

pasien dan masalah ekonomi

Anggota kesatuan belum dapat sepenuhnya menjadi pelaku rawat bagi

pasien

Persediaan obat pasien habis, tidak diantar kontrol; persediaan obat terbatas

di RSPAD

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad malam

Quo ad sanationam : dubia ad malam

Hal-hal yang meringankan prognosis:

Faktor pencetus yang jelas

Awitan akut

Riwayat premorbid baik dalam sosial dan pekerjaan

Masih ada dukungan dari pihak Kesatuan

Respons terhadap pengobatan baik

Hal-hal yang memberatkan prognosis:

Awitan usia muda

Belum menikah

Sering kambuh

Tilikan derajat 4

Tidak ada remisi selama 3 tahun terapi

Riwayat kontinuitas terapi yang buruk

Banyaknya psikopatologi (gangguan proses, bentuk, isi pikir, persepsi,

pembicaraan, mood dan afek, psikomotor, dll)

Masalah ekonomi

Dukungan keluarga yang buruk

24

Page 25: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Belum optimalnya pelaku rawat

Banyak merokok

Efek samping obat

XI. PENATALAKSANAAN

a. Rawat inap untuk mengatasi gejala akut dan untuk memastikan bahwa pasien

mendapatkan pengobatan.

b. Terapi Farmakologi:

Risperidone 2x2 mg

Trihexyphenidyl 2x2 mg

Alternatif injeksi antipsikotik jangka panjang

c. Asuhan Gizi

Diet makanan biasa.

d. Saran

Konsul bagian Bedah untuk tata laksana abses di daerah kepala.

e. Terapi Non-Farmakologis:

1. Kepada pasien

Memberikan edukasi pada pasien mengenai penyakit dan gejala-gejala

yang ada

Memberikan informasi tentang pentingnya minum obat, manfaat obat dan

kontrol berobat secara teratur

Memberikan informasi tentang efek samping obat dan pentingnya untuk

segera memberitahu dokter apabila muncul efek samping tersebut terutama

yang tidak menyenangkan untuk pasien seperti timbul rasa mengantuk

sehingga tidak dapat beraktifitas

Manajemen pengobatan yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan

pasien mengelola pengobatannya

Psikoterapi suportif kepada pasien yaitu mendukung setiap perkembangan

pasien dengan memberikan pujian

Melatih kemampuan perawatan diri (memperhatikan mandi, sikat gigi,

kebersihan kuku, kepala) dan kemampuan hidup mandiri pasien (pasien

25

Page 26: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

diberi motivasi untuk segera memberi tahu anggota kesatuan bila obat

akan habis, anggota kesatuan lain bisa menemani pasien kontrol ke poli)

Melatih keterampilan sosial pasien dalam berkomunikasi dengan orang

lain (kontak mata, terima kasih, tidak pergi sebelum komunikasi selesai)

Mengajak pasien membuat jadwal harian dan menggunakan waktu luang

untuk melakukan kegiatan yang disenanginya

Terapi okupasional selama perawatan di bangsal dengan melakukan tugas

kebersihan untuk melatih pasien kembali agar bisa berfungsi seperti

sebelumnya di asrama

Kunjungan asrama untuk menilai faktor-faktor yang mungkin menjadi

potensi penyelesaian masalah maupun potensi stressor

2. Kepada anggota kesatuan (teman asrama, bintara kesehatan, pimpinan)

Memberikan informasi dan edukasi kepada anggota kesatuan tentang

kondisi pasien, penyakit yang dideritanya, perjalanan penyakit, serta

prognosis

Memberikan informasi tentang manfaat obat, pentingnya minum obat dan

kontrol berobat secara teratur

Memberikan informasi tentang efek samping obat

Memberikan edukasi tentang pentingnya dukungan pelaku rawat yaitu

dalam pendampingan minum obat untuk mencegah kekambuhan pada

pasien

Memberi penjelasan kepada pelaku rawat bahwa perilaku pasien yang

terjadi merupakan bagian dari penyakitnya

Memberikan pelatihan kepada anggota kesatuan tentang penanganan

pasien gangguan jiwa dalam fase akut.

XII. DISKUSI

Diagnosis skizofrenia paranoid ditegakkan atas dasar adanya gejala

riwayat halusinasi auditorik tipe commenting dan commanding, perilaku

26

Page 27: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

halusinatorik, waham bizarre, dan gejala-gejala negatif pada pasien. Pasien

pertama kali mengalami gangguan jiwa pada usia 25 tahun.1,2

Penatalaksanaan pada pasien mencakup terapi farmakologi dan non-

farmakologi. Terapi farmakologi dengan memberikan antipsikotik atipikal

Risperidone. Antipsikotik diberikan karena pasien memiliki gejala psikotik dan

sebelumnya memiliki riwayat pengobatan yang berespons baik dengan

Risperidone. Antipsikotik atipikal digunakan pada pasien ini karena efektivitasnya

baik, efek samping minimal dan dapat memperbaiki fungsi kognitif.3

Risperidone merupakan lini pertama yang dapat diberikan pada hampir

setiap pasien dengan gejala psikotik. Risperidone memiliki bioavailabilitas

sebesar 70% dimetabolisme di hati menjadi 9-hidroksi risperidon. Setelah ditelan,

kadar puncak Risperidone akan dicapai dalam 1 jam dan kadar puncak

metabolitnya dalam waktu 3 jam. Waktu paruh Risperidone dan metabolitnya

berkisar antara 20 jam sehingga dapat diberikan sekali sehari.3,4

Steady state dicapai setelah 5 hari pemberian. Kecepatan atau jumlah obat

yang diabsorpsi tidak dipengaruhi adanya makanan dalam usus. Risperidone

memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor dopamin D2 dan reseptor

serotonin 5-HT2. Walaupun memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor

dopamin D2, kejadian efek samping ekstrapiramidal cukup rendah. Pemberian

Trihexyphenidyl pada pasien ini ditujukan untuk meminimalisasi adanya efek

samping ekstrapiramidal.4

Rencana pemberian Haloperidol Decanoat (injeksi jangka panjang) dapat

dipikirkan berdasarkan pada pertimbangan ketidakpatuhan minum obat yang

menimbulkan gangguan berulang. Haloperidol Decanoat diberikan dari dosis 50

mg setiap 3-4 minggu karena dilepas secara lambat dalam pembuluh darah dan

memiliki waktu paruh yang panjang.5

Terapi non-farmakologi juga berperan penting pada pasien. Intervensinya

berupa psikoterapi suportif, psikoedukasi dan rehabilitasi psikiatri. Psikoterapi

suportif memberi perhatian dan dukungan kepada pasien supaya pasien merasa

aman, diterima dan dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien

27

Page 28: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

yang mengalami gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita,

gangguan proses pikir, serta gangguan dalam berinteraksi dengan orang lain.6

Rehabilitasi psikiatri bertujuan membantu orang-orang dengan gangguan

psikiatri untuk meningkatkan kemampuan mereka supaya tetap berfungsi dengan

baik dalam kehidupannya. Prinsip dari program ini adalah berfokus pada masalah

yang dihadapinya (pekerjaan, tempat tinggal, pendapatan) dengan perhatian pada

pilihan dan tujuan pribadi. Intervensi ditujukan pada pelatihan ketrampilan (baik

formal atau seringkali belajar dari pengalaman) dan modifikasi lingkungan untuk

memperoleh hasil yang efektif.7,8

Ketrampilan sosial adalah perilaku, verbal dan non-verbal yang digunakan

untuk berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Beberapa contohnya adalah

kontak mata saat berkomunikasi, senyum saat menyapa orang lain, berjabat

tangan ketika bertemu orang lain, mengekspresikan pendapat, berterima kasih,

meminta maaf dan memberi respons emosi yang tepat.9,10

Gambar 1. Vicious cylces defisit ketrampilan sosial www.virtualmedicalcentre.com

Ketrampilan ini secara statistik memperbaiki aktivitas dan kemampuan

kerja seseorang. Number needed to treat (NNT) setidaknya ada 3 kasus yang

memerlukan intervensi ini untuk meningkatkan fungsi sosial seseorang. Hasil

meta-analisis bahwa latihan ketrampilan sosial memiliki pengaruh kuat, positif

pada perilaku, self-rated assertiveness, dan berkurangnya angka hosipitalisasi.11

28

Page 29: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Beberapa hal yang diharapkan dapat meningkatkan fungsi pasien secara

sosial yaitu melatih kemampuan perawatan diri (memperhatikan mandi, sikat gigi,

kebersihan kuku, kepala) dan kemampuan hidup mandiri (pasien diberi motivasi

untuk segera memberi tahu anggota kesatuan bila obat akan habis supaya anggota

kesatuan lain bisa menemani pasien kontrol ke poli). Pasien juga dilatih untuk

membuat jadwal harian supaya lebih teratur dan mengisi waktu luang sesuai

dengan minat dan hal yang menyenangkan (main bola, musik).12

Terapi okupasional yang merupakan bagian dari rehabilitasi psikiatri

efektif dilakukan pada orang dengan skizofrenia dengan kriteria: a) ingin bekerja,

b) memiliki riwayat pekerjaan sebelumnya, c) jarang dirawat di RS, atau d)

memiliki kecakapan kerja yang baik. Sejak mengalami gangguan pertama kali,

pasien bekerja di bidang kebersihan asrama dan kecakapan kerjanya baik, tetapi

kurang lebih 1 tahun terakhir tidak melakukan pekerjaannya setiap hari.13

Bekerja tidak hanya memenuhi kebutuhan finansial tetapi juga

mengembalikan pengalaman, membuat seseorang berperan dalam masyarakat,

meningkatkan harga diri dan kualitas kehidupan meskipun sebagian besar orang

dengan gangguan psikiatri berat menilai pekerjaan dengan imbalan adalah satu-

satunya tujuan.13,14

Hasil meta-analisis menyatakan psikoedukasi mengurangi angka

kekambuhan dan hospitalisasi sebanyak 20% jika pasien juga diikutsertakan dan

intervensi keluarga (anggota kesatuan, karena pasien tinggal di asrama dan

keluarga di luar kota) dilakukan selama lebih dari 3 bulan. Randomized Trials

menunjukkan kombinasi intervensi keluarga dan terapi obat yang adekuat

mengurangi angka kekambuhan sebanyak 1 tahun.12,15,16

Rekomendasi terbaru Schizophrenia Patient Outcomes Research Team

(PORT) bahwa intervensi keluarga merupakan komponen penting yang dilakukan

sedikitnya dalam waktu 9 bulan meliputi “edukasi penyakit, intervensi krisis,

dukungan emosional, dan pelatihan bagaimana melakukan koping dengan gejala

penyakit dan masalah terkait.” Hal yang perlu diperhatikan psikiater dalam

bekerja sama dengan keluarga penderita gangguan psikiatri: 1) memahami

29

Page 30: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

pengalaman keluarga terhadap gangguan mental penderita, 2) melibatkan keluarga

dalam terapi dan rehabilitasi, 3) memahami intervensi dan dukungan keluarga

yang sesuai, 4) memahami kebutuhan akan keluarga (figur keluarga yang disegani

oleh penderita gangguan psikiatri).12

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.

Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik. Jakarta; 1993: 105-109, 111-113.

30

Page 31: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

2. Lewis S, Escalona R, Keith SJ. Phenomenology of Schizophrenia. Kaplan and

Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 9th Edition. Lippincott

Williams and Wilkins; 2009: 1434-1450.

3. Stahl MS. Antipsychotic Agents. Stahl’s Essential Psychopharmacology. 3rd

Edition. Cambridge University Press; 2008: 327-452.

4. Lehman AF et al. Treatment Recommendations for Patients with

Schizophrenia. APA Practice Guideline for Treatment of Patients with

Schizophrenia. 2nd Edition; 2004: 22-29.

5. Prior TI. Avoiding Relaps in Schizophrenia: Non-compliance and the Use of

Long-acting Injectables. Available in www.medscape.com.

6. Faith BD, Lisa D. Schizophrenia: Psychosocial Treatment. Kaplan and

Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 8th Edition. Lippincott

Williams and Wilkins; 2007: 1456-1466.

7. Corrigan PW, Mueser KT, Bond GR, Drake RE, Solomon P. Principles and

Practice of Psychiatric Rehabilitation. An Empirical Approach. The Guildford

Press. 2008: 50-75; 115-136; 379-398.

8. Twamley EW, Jeste DV, Lehman AF. Vocational Rehabilitation in

Schizophrenia and Other Psychotic Disorder: A Literature Review and Meta-

Analysis of Randomized Controlled Trials. Lippincott Wiliams&Wilkins.

2003; 191(8): 515-523.

9. Bowie CR, McGurk SR, Mausbach B, Patterson TL, Harvey PD. Combined

Cognitive Remediation and Functional Skills Training for Schizophrenia:

Effects on Cognition, Functional Competence, and Real-Word Behavior. Am J

Psychiatry. 2012.

10. Virtual Medical Centre. Social Skills Training. Available in

www.virtualmedicalcentre.com.

11. Benton MK, Schroeder HE. Social Skills Training with Schizophrenics: A

Meta-aanalytic Evaluation. Journal of Consulting and Clinical Psychology.

1990; 58(6): 741-747.

31

Page 32: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

12.Corrigan PW, Mueser KT, Bond GR, Drake RE, Solomon P. Principles and

Practice of Psychiatric Rehabilitation. An Empirical Approach. The Guildford

Press. 2008: 210-231; 234-262.

13.Twamley EW, Jeste DV, Lehman AF. Vocational Rehabilitation in

Schizophrenia and Other Psychotic Disorder: A Literature Review and Meta-

Analysis of Randomized Controlled Trials. Lippincott Wiliams&Wilkins.

2003; 191(8): 515-523.

14.Lehman AF. Vocational Rehabilitation in Schizophrenia. Schizophrenia

Bulletin. 2010; 21(4): 645-656.

15. Dixon LB, Lehman AF. Family Intervensions for Schizophrenia.

Schizophrenia Bulletin. 1995; 21(4): 631-643.

16. Pitschel-Walz G, Leucht S, Bäuml J, Kissling W, Engel RR. The Effect of

Family Interventions on Relapse and Rehospitalization in Schizophrenia-A

Meta-analysis. Schizophrenia Bulletin. 2001; 27(1): 73-92.

KURVA PERJALANAN PENYAKIT

32

Rawat RSPAD

Page 33: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

FOLLOW UP

Tanggal 6 Desember 2012 (H-2) 8 Desember 2012 (H-4)

33

2009 25 tahun

201026 tahun

201127 tahun

2012 28 tahun

Pertama sakit; stressor: putus dengan pacar; halusinasi auditorik commanding, bicara dan tertawa sendiri; kabur dari Kesatuan Merauke; dirawat di RS Merauke 2 hari dan Jayapura 2 hari; Haloperidol 2x5mg, Chlorpromazine 1x100mg malam; rujuk ke RSPAD dirawat 2 bulan; Risperidone 2x3mg, Haloperidol 2x5mg, Trihexyphenidyl 3x2mg, Amitriptyline 1x25mg malam; “diistirahatkan” kerja kebersihan di Kesatuan Cendrawasih Jakarta

Halusinasi auditorik, gelisah, mondar mandir, bicara dan tertawa sendiri; dirawat 1 bulan di RSPAD; Risperidone 2x2mg, Trifluoperazine 2x10mg, Carbamazepine 2x200mg dan Trihexyphenidyl 2x2mg; kerja, komunikasi baik, duduk sendiri dan banyak merokok

Halusinasi auditorik, tertawa dan bicara sendiri, kepala sakit seperti dibor, defisit perawatan diri, tidak mau makan, banyak merokok, gelisah, mondar mandir, tidak bisa tidur

Halusinasi auditorik, tidak bisa tidur, tertawa dan bicara sendiri, kepala sakit seperti dibor; rawat RSPAD 2 bulan; Risperidone 2x2mg, Clozapine 1x100mg malam, Trihexyphyenidyl 2x2mg; kerja jarang dikerjakan, harus disuruh, komunikasi kurang, makin sering mondar mandir sambil merokok

Page 34: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Suyektif:Pasien mengatakan dirawat pertama kali 3 tahun lalu di RS ini. Banyak diam dan menunduk, tangan memegang kepala berulang kali karena merasa sakit dan gerakan rahang berulang. Menjawab pertanyaan lama, jawaban singkat berulang “tidak tahu, tidak apa-apa, bagaimana”, mengulang kata “berat badan, berat badan”. Kadang tertawa sendiri.

Pasien mengatakan sudah 3 hari dirawat dan keadaanya lebih tenang. Pasien tidur nyenyak, kepala sudah tidak terlalu sakit. Pasien sudah lebih cepat dalam menjawab pertanyaan. Masih terlihat pasien tertawa sendiri.

Penampilan

laki-laki sesuai usia, kurus, perawatan diri buruk, wajah bingung dan tegang, kontak mata kurang adekuat

laki-laki sesuai usia, kurus, baju sudah ganti dan bersih, ekspresi wajah tidak terlalu tegang, kontak mata kurang adekuat

Sikap/

Psikomotor

kurang kooperatif/ perilaku halusinatorik, gerakan stereotipik tangan dan rahang; parkinsonisme: tremor, rigiditas, bradikinesia

kooperatif/ perilaku halusinatorik, gerakan stereotipik rahang dan tangan; parkinsonisme: tremor, rigiditas, bradikinesia

Pembicaraantidak spontan, miskin pembicaraan, menjawab lama, singkat, berulang, mengulang kata-kata

kurang spontan, menjawab lebih cepat dari sebelumnya, sudah jarang mengulang kata-kata

Mood/ Afek kosong/ datar, tidak serasi kosong/ datar, tidak serasi

Proses/ isi pikir blocking, perseverasi/ miskin ide, preokupasi pada kepalanya, waham bizzare

blocking/ miskin ide, preokupasi pada kepalanya, waham bizzare

Persepsi tidak didapatkan halusinasi tidak didapatkan halusinasi

RTA/Insight terganggu/ derajat 4 terganggu/ derajat 4

Tata laksana

Risperidone 2x2mgTrihexyphenidyl 2x2mgDiet biasaPsikoterapi suportif

Risperidone 2x3mgTrihexyphenidyl 2x2mgDiet biasaPsikoterapi suportifRencana untuk membuat jadwal harian dan mulai ketrampilan sosial

Tanggal 11 Desember 2012 (H-7) 27 Desember 2012 (H-23)

34

Page 35: Naskah Komprehensif Tn.sutrisno-remed

Suyektif: Pasien mengatakan tidurnya nyenyak. Mengatakan mendengar orang-orang berbicara kepada pasien tentang Ksatria Naga, tapi saat ini sudah tidak didengar lagi. Pasien diam sambil menggerakan rahangnya berulang-ulang. Masih terlihat pasien tertawa sendiri. Benjolan di kepala sudah mengecil.

Pasien mengatakan keadaannya sudah baik, tidak apa-apa lagi. Tidur nyenyak, tidak gelisah, tidak mendengar suara-suara, kepala masih sakit. Pasien ingin pulang dan mengikuti kegiatan di asramanya. Pasien mengatakan minum obat membuat keadaannya lebih baik. Pasien tahu dirinya mengalami sakit kejiwaan dan akan minum obat teratur. Pasien kadang diam dan tertawa sendiri. Tidak ada benjolan di kepalanya.

Penampilanlaki-laki sesuai usia, kurus, baju bersih, ekspresi wajah masih tegang, kontak mata kurang adekuat

laki-laki sesuai usia, kurus, baju bersih, ekspresi wajah tidak terlalu tegang, kontak mata lebih adekuat

Sikap/

Psikomotor

kooperatif/ perilaku halusinatorik, gerakan stereotipik rahang, gerakan tangan berkurang; parkinsonisme: tremor, rigiditas, bradikinesia

kooperatif/ perilaku halusinatorik berkurang, gerakan stereotipik rahang, parkinsonisme: tremor dan rigiditas berkurang

Pembicaraankurang spontan, miskin pembicaraan, menjawab lebih cepat, singkat

kurang spontan, menjawab lebih banyak dan lebih cepat dari sebelumnya

Mood/ Afek kosong/ datar, tidak serasi kosong/ datar, tidak serasi

Proses/ isi pikir blocking/ miskin ide, preokupasi pada kepalanya, waham bizzare

blocking/ miskin ide, preokupasi pada kepalanya, waham bizzare

Persepsi tidak didapatkan halusinasi tidak didapatkan halusinasi

RTA/Insight terganggu/ derajat 4 terganggu/ derajat 4

Tata laksana

Risperidone 2x3mgTrihexyphenidyl 2x2mgDiet biasaPsikoterapi suportif dengan memuji perkembangan pasien (sudah mandi, mau berkumpul dengan pasien lain)Melatih pasien untuk lebih mandiri dalam perawatan diri, membuat jadwal harian dan melatih pasien agar lebih banyak memakai waktunya melakukan kegiatan bersama pasien lain

Risperidone 2x3mgTrihexyphenidyl 2x2mgDiet biasaPsikoterapi suportifPsikoedukasi pelaku rawat yaitu teman asrama pasien tentang pengobatan pasien secara teraturRencana pulang

35