muhammad rayhan p2da13002

31
TUGAS TERSTRUKTUR PERENCANAAN DAN AGROINDUSTRI PETERNAK “ Perencanaan Itik Pedaging Bruno Animal Duck Farm dengan Populasi per tahun 240.000 Ekor selama 10 tahun” Oleh MUHAMMAD RAYHAN P2DA13002 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN MAGISTER ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN PURWOKERTO 2013

Upload: muhammad-rayhan

Post on 10-Feb-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas perencanaan itik agroindustri peternakan

TRANSCRIPT

Page 1: Muhammad Rayhan p2da13002

TUGAS TERSTRUKTUR

PERENCANAAN DAN AGROINDUSTRI PETERNAK

“ Perencanaan Itik Pedaging Bruno Animal Duck Farm dengan Populasi per

tahun 240.000 Ekor selama 10 tahun”

Oleh

MUHAMMAD RAYHAN

P2DA13002

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

MAGISTER ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

PURWOKERTO

2013

Page 2: Muhammad Rayhan p2da13002

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sektor peternakan bertujuan antara lain untuk meningkatkan

pendapatan peternak melalui peningkatan populasi hasil ternak, guna mencukupi

kebutuhan akan pangan yang bergizi terutama protein hewani dan dalam usaha

penghematan devisa negara, penyediaan lapangan pekerjaan dan usaha dalam

rangka pengentasan kemiskinan dengan memperhatikan azas kelestarian.

Berbagai usaha komoditi ternak besar maupun ternak kecil tengah

digalakkan oleh pemerintah guna memenuhi swasembada daging tahun 2014. Hal

ini sangat memungkinkan karena Bogor memiliki potensi perternakan yang cukup

besar. Sumber daya alam akan ketersediaan pakan ternak berbahan baku hasil

pertanian seperti jagung dan bekatul padi sangat mencukupi bahkan melimpah

untuk usaha peternakan, baik yang diusahakan secara tradisional maupun modern.

Konsumsi daging di daerah Bogor umumnya berasal dari daging sapi.

Pada saat ini peningkatan permintaan daging belum dapat diimbangi oleh laju

peningkatan produksi, sehingga masih diperlukan impor daging. Impor daging

ini terutama diperlukan untuk memenuhi permintaan konsumen, hotel atau

restoran yang membutuhkan daging bermutu baik. Oleh karena itu perlu dicari

penghasil daging selain ternak ruminansia besar sebagai alternatif untuk

mempercepat upaya peningkatan produksi daging, baik untuk mengurangi

impor daging maupun sebagai konsumsi masyarakat untuk peningkatan gizi.

Salah satu alternative yang dapat ditempuh adalah dengan jalan

diversifikasi produk yaitu pemanfaatan produk-produk unggas, baik unggas yang

sudah populer (ayam ras dan buras) maupun unggas lainnya (itik dan entok).

Ternak itik sebagai salah satu sumber protein hewani memang patut

dipertimbangkan.

Meningkatnya kesadaran masyarakat pentingnya akan hidup sehat, di

negara maju yang penduduknya sebagian besar menghindari konsumsi daging

dengan kandungan lemak tinggi, telah membawa perubahan terhadap pola

konsumsi daging unggas dari ayam ras ke daging itik, sehingga mendorong

meningkatkan permintaan daging itik.

Page 3: Muhammad Rayhan p2da13002

Berternak itik juga memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan ternak

unggass yang lainnya, dimana tubuh itik lebih tahan terhadap penyakit sehingga

pemeliharaannya mudah dan kurang mengandung resiko, serta daging itik rasanya

lebih gurih dibanding daging ayam. Selain itu juga, itik memiliki efisiensi dalam

mengubah pakan menjadi daging yang baik

Bogor dapat dikatakan belum menjadikan itik sebagai moditas ternak

unggulan penghasil daging meskipun berada di Provinsi Jawa Barat yang

merupakan sentra itik terbesar. Berdasarkan data Disnakan Kabupaten Bogor

(2011), produksi daging itik di Kabupaten Bogor menunjukan angka yang masih

rendah dibandingkan dengan produksi daging ternak lainnya.

Produksi daging itik di Bogor yang rendah menyebabkan kontribusi

daging itik hadap produksi daging Kabupaten Bogor juga rendah. Pada tahun

2009 poduksi daging itik di Bogor sebesar 83,721 ton dengan kontribusi besar 0,1

persen terhadap produksi daging di Kabupaten Bogor. Pada tahun 10 mengalami

peningkatan produksi daging menjadi 85,462 ton namun kontribusi terhadap

produksi daging Kabupaten Bogor justru turun menjadi hanya 9 persen dengan

harga itik Rp 20.000 – 30.000 per ekor, sedangkan penetapan harga berdasarkan

bobot, yaitu Rp 30.000 per kg, dimana bobot rata-rata itik per ekor berumur 2

bulan adalah 1,3 kg.

Jumlah produksi daging itik di Kabupaten Bogor jauh lebih rendah

dibandingkan dengan produksi daging ternak lainnya seperti sapi, kambing,

domba, dan ayam.

Tabel Produksi dan Kontribusi Daging Ternak di Kabupaten Bogor Tahun

2009 – 2010

no Jenis

Daging

2009

(ton)

Kontribusi

(%)

2010

(ton)

Kontribusi

(%)

1 Sapi 11.153.409 12,75 10.790.992 11,39

2 Kerbau 238.800 0,27 262.268 0,28

3 Kambing 796.475 0,91 869.807 0,92

4 Domba 2.700.532 3,09 3.183.134 3,36

Page 4: Muhammad Rayhan p2da13002

5 Ayam Ras 71.540.084 81,81 78.340.100 82,68

6 Ayam Buras 934.193 1,07 1.220.336 1,29

7 Itik 83.721 0,10 85.462 0,09

jumlah 87.447.214 100,00 94.752.099 100,00

sumber: Disnakan Kabupaten Bogor 2011

Kebutuhan konsumsi daging dalam negeri terus mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun maka perlu dilakukan analisis usaha itik pedaging dengan

populasi 240.000 ekor itik selama 10 tahun.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui analisis data dalam usaha itik pedaging

2. Untuk mendapatkan berbagai informasi dalam menganalisi data

peternakan

1.3. Manfaat

Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui perencanaan usaha itik pedaging dalam

kewirausahaan

2. Mahasiswa mampu menganalisis data dalam usaha itik pedaging

3. Mendapatkan berbagai informasi dalam menganalisis data peternakan

Page 5: Muhammad Rayhan p2da13002

II. LINGKUNGAN USAHA PETERNAKAN

2.1. Faktor makro

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang

berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang secara geografis terletak

antara 6’19° - 6’47° lintang selatan dan 106° 1'-107° 103' bujur timur,

dengan luas sekitar 2.301,95 km2. Secara administratif batas-batas wilayah

Kabupaten Bogor adalah seperti pada gambar.

a) Sebelah utara : Kota Depok

b) Sebelah barat : Kabupaten Lebak

c) Sebelah barat daya : Kabupaten Tangerang

d) Sebelah timur : Kabupaten Purwakarta

e) Sebelah timur laut : Kabupaten Bekasi

f) Sebelah selatan : Kabupaten Sukabumi

g) Sebelah tenggara : Kabupaten Cianjur

Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan dan 428 desa/kelurahan. Hampir

sebagian besar desa di Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai desa

swakarya yakni 237 desa dan 191 desa merupakan desa swasembada, Kabupaten

Bogor tidak memiliki desa swadaya.

Gambar Peta lokasi Kabupaten Bogor

Page 6: Muhammad Rayhan p2da13002

Dari 40 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bogor ada dua kecamatan

yang di jadikan sebagai lokasi kajian yaitu Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan

Leuwiliang. Kedua kecamatan ini merupakan kecamatan yang berbatasan antara

keduanya. Adapun secara batas-batas wilayah kedua kecamatan tersebut adalah

sebagai berikut :

Batas-batas wilayah Kecamatan Pamijahan :

a) Sebelah utara : Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang

b) Sebelah barat : Kecamatan Leuwiliang dan Nanggung

c) Sebelah timur : Kecamatan Tenjolaya

d) Sebelah selatan : Kabupaten Sukabumi

Batas-batas Kecamatan Leuwiliang :

a) Sebelah utara : Kecamatan Cibungbulang

b) Sebelah barat : Kecamatan Leuwisadeng dan Nanggung

c) Sebelah timur : Kecamatan Ciampea

d) Sebelah selatan : Kecamatan Pamijahan

Kabupaten Bogor merupakan daerah yang identik dengan sektor pertanian.

Topografi wilayah Kabupaten Bogor sangat bervariasi, yaitu berupa daerah

pegunungan di bagian selatan hingga daerah dataran rendah di sebelah utara,

daerah dataran rendah industri di sebelah timur dan daerah pegunungan,

perkebunan dan pertanian di sebelah barat. Fungsi lahan di Kabupaten Bogor

tidak hanya di jadikan sebagai pemukiman dan industri, tetapi juga masih banyak

potensi lahan yang digunakan untuk pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan

dan kehutanan. Umumnya struktur tanah di wilayah Kabupaten Bogor terdiri dari

tanah regosol dan tanah latosol dengan curah hujan antara 2500 sampai 5000 mm

per tahun.

Di Kabupaten Bogor terdapat enam Daerah Aliran Sungai (DAS) besar

yang memiliki cabang-cabang yang sangat banyak hingga 339 cabang, yaitu

meliputi Daerah Aliran Sungai Cisadane, DAS Ciliwung, DAS Cidurian, DAS

Cimanceuri, DAS Angke dan DAS Citarum. Mata pencaharian sebagian besar

masyarakat di Kabupaten Bogor masih menggantungkan diri pada sektor

pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama setelah perdagangan

Kabupaten Bogor memiliki potensi sumberdaya alam pertanian yang besar dan

Page 7: Muhammad Rayhan p2da13002

beragam, jika dikembangkan akan menjadi sebuah kekuatan untuk membangun

masyarakat dalam rangka menanggulangi kemiskinan.

Potensi sumberdaya alam pertanian yang tampak terlihat di Kabupaten

Bogor amatlah banyak diantaranya potensi pertanian untuk pengembangan padi

sawah, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Dari potensi yang ada

dan memiliki berbagai keunggulan yang khas jika dimanfaatkan dan dikelola

dengan profesional akan dapat membantu pemerintah dalam program

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor. Potensi ini dapat kita lihat pada

luasan lahan pertanian di Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor memiliki luas

lahan pertanian sebesar 149.748 Ha, luasan ini masih lebih luas jika dibandingkan

dengan luasan lahan di Kabupaten bogor untuk peruntukan yang lain seperti

perikanan, perkebunan kehutanan dan lainnya. Secara umum dapat dilihat pada

Tabel berikut.

Tabel Potensi Sumberdaya Alam Pertanian di Kabupaten Bogor

Potensi Luas (Ha)

Pertanian 149.748

Perkebunan 29.857,89

Kehutanan 108.033,69

Lainnya 29.462,43

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008

Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian yang tidak dapat

dilupakan, karena peternakan merupakan sumber protein hewani yang sangat

berguna bagi kehidupan manusia terutama bagi anak-anak yang akan

mempengaruhi tingkat kecerdasan. Melihat kondisi tersebut maka peternakan itik

ini dibangun berdasarkan faktor faktor tersebut, dengan populasi 240.000 pertahun

pada perusahaan Bruno Animal Duck farm.

2.2. Faktor mikro

Itik yang dibesarkan menjadi itik pedaging dalam konteks usaha ini adalah

khusus DOD jantan, dalam hal ini masa pemeliharaan berkisar 2 bulan, artinya

umur itik belum begitu tua dimana dagingnya relatif terasa empuk dan berbeda

dengan itik afkir yang dapat mencapai umur ±1 tahun, dimana dagingnya sudah

liat. Tujuan dari usaha ini untuk menghasilkan daging yang tidak alot dan karena

Page 8: Muhammad Rayhan p2da13002

masa pemeliharaanya lebih singkat dibanding umur itik petelur, diharapkan

menghasilkan keuntungan yang besar. Itik pedaging yang sudah berumur 2 bulan

memiliki bobot ± 1,3 kg per ekor, kemudian dijual dalam bentuk hidup atau juga

dipotong terlebih dahulu menjadi karakas.

Berbeda dengan usaha pembibitan, pada usaha pembesaran ini

memerlukan lahan yang relatif luas untuk kandang-kandang itik. Untuk skala

usaha yang cukup besar (skala menengah) dapat dilakukan sistem pola

pemeliharaan, dimana dibuat beberapa paket pemeliharaan, sehingga akan

diperoleh masa panen yang rutin reguler. Pada pembesaran itik pedaging sistem

pola pemeliharaan dapat diatur sedemikian rupa setiap bulan panen, sehingga

memerlukan jumlah itik yang lebih besar.

Berdasarkan pengamatan di Peternak , terdapat pengusaha itik pedaging

yang menggunakan sistem pola ternak, dimana sekumpulan populasi sejumlah ±

10.000 ekor dihitung dalam satu paket dan dalam satu siklus pemeliharaan (2

bulan) terdapat 4 paket sejumlah 40.000 ekor. Apabila dilakukan berulang tiap

bulan, maka dalam satu tahun akan memelihara 240.000 ekor itik. Pada skala

usaha ini dengan populasi 10.000 ekor sudah ditangani dengan tatalaksana

budidaya yang baik dan melibatkan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak.

Kebutuhan tenaga kerja dalam budidaya itik pedaging, akan disesuaikan

dengan jenis pekerjaan dan skala usaha. Pada skala usaha mikro atau jumlah

populasi itik dibawah 4.000 ekor sebagai patokan cukup dikerjakan oleh satu

orang dan apabila jumlah populasi itik lebih dari 4.000 ekor perlu beberapa tenaga

kerja yang menangani. Penambahan jumlah tenaga kerja pada jumlah populasi

besar dapat mengikuti kelipatan 4.000 ekor populasi per orang tenaga kerja, jadi

apabila jumlah populasi mencapai 6.000-10.000 ekor perlu tenaga kerja 2 orang

dan seterusnya. Sedangkan beberapa pekerjaan yang harus dilakukan oleh

peternak itik pedaging, diantaranya adalah : 1) pemberian pakan; 2) pemberian

obat- obatan; 3) pembersihan kandang; dan 4) penjualan. Usaha budidaya

pembesaran itik pedaging jantan peralatan dan perlengkapan yang digunakan

dikelompokan menurut tahap kegiatannya, adalah:

Page 9: Muhammad Rayhan p2da13002

Bangunan Kandang

Bangunan kandang dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu ; bangunan

untuk itik DOD/starter, kandang pembesaran, kandang isolasi (itik sakit),

tempat pembakaran itik mati, gudang pakan, peralatan dan obat. Konstruksi

bangunan dapat dibuat dari bahan yang ekonomis, kuat, mudah dibersihkan

dan ternak terhindar dari kecelakaan. Tata letak bangunan untuk kantor, mess

karyawan maupun kandang harus terpisah, dan untuk kandang isolasi harus ditata

supaya aliran air limbah tidak menimbulkan pencemaran penyakit.

a) Kandang Starter

DOD/bibit itik umur 1 – 4 minggu ditempatkan dalam kandang

berbentuk Boks. Kandang jenis ini dapat terbuat dari papan atau bambu

dengan lantai dari kawat kasa atau dari anyaman bambu dengan jarak

anyaman 1-1,5 cm, sehingga pada jarak tersebut kaki itik tidak

terperosok dan kotoran itik langsung dapat jatuh kebawah. Masa

pemeliharaan yaitu antara 1 – 21 hari (1 – 3 minggu). Setiap 1 m2

kandang boks akan mampu menampung DOD sebanyak 50 – 75 ekor

ekor. Contoh kandang Starter dapat dilihat pada Gambar.

Gambar Contoh Kandang Starter

b) Kandang Finisher

Kandang untuk fase finisher menggunakan sistem ranch yaitu

model kandang yang sebagian diberi atap dan sebagian lagi dibiarkan

terbuka dan hanya dibatasi pagar sekelilingnya. Sementara ruang yang

tertutup atap dengan ruang yang terbuka perlu diberi pagar pemisah serta

Page 10: Muhammad Rayhan p2da13002

pintu yang dapat dibuka atau ditutup. Pada ruang yang tertutup atap

disekat-sekat lagi, begitu juga pada ruang yang terbuka, hal ini dilakukan

untuk memisahkan itik berdasarkan kelompok umur. Untuk finisher

menggunakan tingkat kepadatan kandang dapat memuat DOD sekitar 8 –

12 ekor per meter. Budidaya itik pedaging dapat dilakukan pemanenan

tiap bulan yaitu dengan menggunakan model kandang sistem estafet. Jika

pemeliharaan satu siklus produksi sebanyak 40.000 ekor dengan pola

panen 10.000 ekor tiap dua bulan, maka harus tersedia 5 unit kandang

dengan selisih umur bibit/DOD sekitar 2 minggu. Kandang yang kosong

digunakan untuk mengistrirahatkan unit kandang yang terdiri dari 4

kandang yang selalu aktif digunakan, sehingga kandang yang kosong

digunakan dalam rangka pembersihan kandang secara bergantian. Cara

kerja model kandang sistem estafet seperti yang terlihat pada gambar.

10.000 EKOR 10.000 EKOR

10.000 EKOR 10.000 EKOR

*) Keterangan : Kandang nomor K-1 sampai K-4 selalu diisi aktif, sedangkan kandang

nomor K-5dipakai reserve didalam pengistirahatan kandang sesudah dibersihkan.

Gambar. Siklus Kandang Model Estafet

Gudang sarana produksi peternakan

Kebutuhan gudang sangat diperlukan dalam usaha budidaya itik pedaging

sebagaimana pada usaha ternak lainnya, karena dipergunakan sebagai tempat

KOSONG

Page 11: Muhammad Rayhan p2da13002

untuk menyimpan bahan baku pembantu seperti pakan ternak, obat-obatan dan

peralatan produksi lainnya.

Perlengkapan yang digunakan secara langsung

• Tempat air minum

• Tempat pakan ternak

• Ember

• Lampu

• Kabel Listrik

• Sekop pembersih kotoran

• Sapu lidi

Bibit Itik/DOD

Pada usaha budidaya pembesaran itik jantan di Kabupten Bogor banyak

yang menggunakan itik tegal dengan ciri – ciri sebagai berikut:

1. warna bulu cokelat muda sampai cokelat tua; paruh dan kaki berwarna hitam;

2. pada itik jantan ada 1-2 bulu ekor yang melengkung ke atas dengan warna

paruh dan kakinya lebih hitam dibandingkan dengan itik betina. Adapun ciri-

ciri DOD yang baik :

DOD jantan dicirikan pada kloaka ada organ kecil berbentuk jarum Berat

DOD minimal 40 gr/ekor

Kondisi DOD sehat dan terbebas dari penyakit unggas (a.I: Avian

Influenza Fowl Pox, Avian Chlamydiasis Salmonellosis (S.pullorum;

S,enteridis), Aspergilosis Cocidiosis) dan penyakit unggas lainnya yang

ditetapkan.

Tidak cacat fisik atau terluka.

Untuk pengadaan DOD pengusaha pembesaran membeli kepada usaha

penetasan itik. DOD dibeli oleh peternak ketika berumur 3 – 7 hari (rata-rata 1

minggu) dan dibudidayakan dengan cara digemukan (fatting) selama 2 – 3 bulan

(60-75 hari).

Pakan ternak

Pakan yang dibutuhkan untuk pembesaran itik pedaging jantan berbeda

pada setiap fasenya. Pakan buatan pabrik belum ada yang khusus untuk itik

pedaging, sehingga menggunakan pakan untuk ayam broiler dengan standar mutu

Page 12: Muhammad Rayhan p2da13002

pakan yaitu SNI 01-3908-2006. Pada fase Starter, jenis pakannya menggunakan

BR-1 yaitu untuk umur itik 1 –21 hari. Pertumbuhan maksimal pada fase

starter, perlu ditunjang dengan pemberian pakan yang mengandung protein tinggi,

yaitu berkisar antara 20-25%. Sedangkan pada fase finisher umur 21 – 90 hari

menggunakan konsentrat untuk ayam broiler finisher. Kadar protein yang

dibutuhkan antara 16-22% dan energi metabolisme sekitar 2900-3000 kkal/kg.

Pemberian pakan setiap harinya didasarkan pada kondisi pertumbuhan

bobot itik, pada fase starter diperkirakan 3 gram sampai 23 gram per ekor

per hari dan pada fase finisher diperkirakan 24 gram sampai dengan 73 gram per

ekor per hari.

Obat-Obatan

Kebutuhan obat-obatan selama pemeliharaan pembesaran itik

pedaging yaitu dari fase starter sampai ke fase finisher (12 minggu) adalah

sekitar 1 % dari total pakan. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan

tindakan pengamanan penyakit yaitu :

Memproteksi lokasi agar tidak mudah dimasuki binatang lainnya;

Melakukan disinfektan kandang dan peralatan;

Melakukan pembersihan terhadap kandang yang habis dikosongkan

maupun sebelum dimasukkan ternak baru ke dalamnya;

Menjaga kebersihan dan sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan;

Mempunyai sistem penghapus hama yang baik bagi lalu lintas

kendaraan, orang dan peralatan yang keluar masuk komplek

peternakan maupun pintu masuk kandang, gudang pakan dll;

Menyarankan karyawan untuk menggunakan pakaian kerja dan

tidak melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan penularan

penyakit dari satu kelompok ke kelompok lain;

Tidak memperkenankan setiap orang keluar masuk komplek

perkandangan yang memungkinkan penularan suatu penyakit;

Tidak memperbolehkan itik yang menderita penyakit menular atau

bangkai itik, peralatan dari bahan yang berasal dari kandang yang

bersangkutan tidak diperbolehkan dibawa keluar komplek

Page 13: Muhammad Rayhan p2da13002

peternakan melainkan harus segera dimusnahkan dengan cara

dibakar atau dikubur;

Melakukan tindakan pencegahan (vaksinasi)

Melaporkan segera terhadap setiap terjadi kasus penyakit terutama

yang dianggap/diduga penyakit menular kepada Instansi/Dinas yang

membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan;

Membantu Pemerintah dalam usaha pencegahan dan pemberantasan

penyakit menular.

2.3. DAMPAK LINGKUNGAN

Dampak postif

Dampak positif dari budidaya itik pedaging diantaranya adalah

dapat menciptakan efek ganda (multifier effect) bagi jenis usaha lainnya

seperti usaha yang bergerak di sektor hulu (backward linkage) antara lain

usaha penetasan DOD dan usaha pakan ternak, sampai usaha yang

bergerak sektor hilir (forward linkage) seperti pedagang pengepul, jasa

angkutan, usaha pemotongan, warung makan, restoran dan lain-lain. Dari

semua kegiatan usaha yang terlibat dari hulu sampai hilir tentunya mampu

menciptakan lapangan pekerjaan dan juga pendapatan, sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan bagi para pelaku yang terlibat pada usaha ini.

Dampak positif bagi pemerintah daerah, yaitu dapat menunjang

peningkatan PAD melalui pembayaran pajak dan perijinan atau retribusi.

Pertumbuhan sentra- sentra usaha budidaya itik pedaging di beberapa

tepat juga dapat menjadikan itik pedaging salah satu komoditas

unggulan daerah, sehingga berdampak pada pengembangan ekonomi

wilayah. Selain itu juga dapat menjadi klaster usaha budidaya itik,

karena usaha ini memiliki keterkaitan dari hulu sampai hilir.

Dampak negatif

Setiap kegiatan ekonomi selain menimbulkan dampak positif,

kadangkala dapat juga menimbulkan dampak kerugian bagi lingkungan.

Dalam konteks budidaya itik pedaging ada beberapa dampak negatif yang

ditimbulkan, diantaranya adalah :

Page 14: Muhammad Rayhan p2da13002

a) Air limbah dari ranch yang dibuang ke saluran pembuangan umum

atau sungai, dimana dibagian hilir dimanfaatkan untuk kehidupan

masyarakat, akan dapat menimbulkan dampak penyakit kulit.

Terhadap air tanah diperkirakan dapat mempengaruhi tingkat baku

mutu air minum

b) Suara itik dalam jumlah banyak dapat menimbulkan kegaduhan,

hal ini dapat mengganggu lingkungan masyarakat sekitar ranch.

c) Kotoran itik sebagaimana kotoran hewan lainnya umumnya dapat

menimbulkan udara sekitar menjadi bau.

Solusi untuk mengatasi dampak tersebut

Sebelum dilakukan kegiatan usaha budidaya itik pedaging,

terlebih dahulu harus dilakuan penelitian terhadap lingkungan untuk

mengidentifikasi kemungkinan – kemungkinan munculnya dampak

negatif. Dari hasil identifikasi terhadap dampak, negatif yang mungkin

timbul dapat dicari solusi penanganannya, antara lain ;

a) Air limbah yang tercampur kotoran itik dapat terlebih dahulu

diberi perlakuan (treatment) pada kolam yang kedap air agar

tidak merembes ke air tanah, kemudian kedalam air limbah diberi

bakteri pengurai limbah seperti starbio. Setelah limbah berkurang

kadarnya atau hilang, air tersebut baru dialirkan ke perairan umum.

b) Suara gaduh itik yang dapat mengganggu ketenangan masyarakat

dapat dihindari dengan menempatkan ranch yang jauh dari lokasi

pemukiman.

c) Bau kotoran itik yang menimbulkan polusi udara dapat dikurangi

dengan penambahan bakteri atau campuran kapur, dan juga posisi

ranch harus jauh dari lokasi pemukiman.

Page 15: Muhammad Rayhan p2da13002

III. SATUAN TERNAK DAN KOEFISIEN TEKNIS

3.1. Satuan ternak

Ternak itik memiliki memiliki nilai konversi dalam satuan ternak (ST).

sebagai alat penghubung antara bobot badan dan daya tampugn pakan, jadi 1 ST

setara dengan 100 ekor itik. Populasi ternak itik di perusahaan Bruno duck farm

40.000 dalam satu siklus, dalam satu tahun populasi itik mencapai 228.000 ekor.

Dihitung perpaket sebanyak 10.000 ekor jadi populasi dalam satuan ternak (ST)

persiklus sebanyak 400 ST, per tahun 2.280 ST, perpaket sebanyak 100 ST.

Satuan ternak digunakan Satuan Ternak digunkan untuk menghitung daya

tampung pakan ternak suatu padang rumput atau daya tampung sisa hasil usaha

tani suatu areal lahan pertanian terhadap jumlah ternak, dan untuk perhitungan

berbagai masukkan dan keluaran fisik.

Masukkan Fisik : rumput, hijauan dan pakan ternak lainnya, luas kandang, luas

padang rumput, jumlah air minum, obat, perkawinan ternak, dan tenaga buruh.

Keluaran Fisik : Jumlah pupuk kandang, jumlah bobot badan, dan tenaga kerja

ternak.

3.2. Koefisien teknis

NO URAIAN JUMLAH KETERANGAN

1 periode proyek 10 tahun

2 perkiraan panen perbulan 2 paket

3 jumlah populasi per paket 10,000 ekor

4 umur budidaya persiklus 2 bulan

5 jumlah paket per siklus 4 paket

6 jumlah populasi per siklus 40,000 ekor

7 jumlah siklus pertahun 6 siklus

8 jumlah populasi pertahun 240,000 ekor

9 kebutuhan awal bibit DOD

jantan

10,000 ekor

10 harga DOD per ekor 8,000 ekor

11 FCR 1,73

12 Kebutuhan pakan per ekor

a. starter (pemeliharaan 21

hari)

Konsentrat 0,54 kg

Page 16: Muhammad Rayhan p2da13002

b. Finisher (pemeliharaan 39

hari)

Konsentrat (kg) 1,95 kg

13 harga per kg

a. Konsentrat 7,000

b. konsentrat 6,000

14 obat-obatan % dari total

pakan

1%

15 upah koor. Budidaya ob

perbulan

2 2,000,000

16 upah karyawan budidaya ob

per bulan

10 1,500,000

16 harga jual itik per kg 30,000 bulan

17 mortalitas/ siklus 5% bulan

18 rata rata bobot bebek per

ekor

1,5 kg

19 discont faktor 15%

Page 17: Muhammad Rayhan p2da13002

IV. PROYEKSI FISIK DAN FINANSIAL

4.1. Biaya investasi

NO URAIAN KAPASITAS/

UKURAN UNIT SATUAN

HARGA PER UNIT (Rp)

Nilai (Rp) Umur Ek . (Th) Penyusutan per

10 tahun

1 perijinan(IUP, HO, DII) 1 Ls 1,000,000 1,000,000 10 100,000

2 sewa lahan 5 tahun 100m X 100m 10,000 m2 150,000 1,500,000,000 10 150,000,000

3 kandang

a. starter 12 X 12 m 5 unit 3,000,000 15,000,000 10 1,500,000

b. finisher 42 X 20 m 5 unit 16,000,000 80,000,000 10 8,000,000

4 gudang peternakan 4 X 3 m 3 unit 4,200,000 12,600,000 10 1,260,000

5 pagar peternakan 3,000 meter larik 5,000 15,000,000 10 1,500,000

6 peralatan peternakan

a. tempat minum itik 150 buah 30,000 4,500,000 10 450,000

b. tempat pakan itik 150 buah 35,000 5,250,000 10 525,000

c. ember 15 buah 15,000 225,000 10 22,500

d. sekop 7 buah 25,000 175,000 10 17,500

f. lampu 20 buah 30,000 600,000 10 60,000

g. kabel listrik 350 meter 5,000 1,750,000 10 175,000

h. timbangan 4 buah 400,000 1,600,000 10 160,000

i. suplai air

1. pompa air 4 buah 500,000 2,000,000 10 200,000

2. selang air 300 meter 8,000 2,400,000 10 240,000

Page 18: Muhammad Rayhan p2da13002

3. pipa air/ paralon 150 buah 20,000 3,000,000 10 300,000

4. kran 30 buah 15,000 450,000 10 45,000

5. tangki penampungan air 4 buah 1,200,000 4,800,000 10 480,000

7 alat transportasi

a. kendaraan pick up 1 buah 50,000,000 50,000,000 10 5,000,000

b. sepeda motor 1 buah 9,000,000 9,000,000 10 900,000

8 peralatan kantor

a. unit komputer dan printer 4 buah 5,000,000 20,000,000 10 2,000,000

b meja dan rak 4 buah 2,000,000 8,000,000 10 800,000

TOTAL 92,638,000 1,737,350,000 173,735,000

1,911,085,000

4.2. Total biaya

NO KOMPONEN BIAYA SATUAN

HARGA

PER

SATUAN

PER DUA BULAN PER TAHUN

JUMLAH NILAI (Rp) JUMLAH NILAI (Rp)

A BIAYA VARIABEL

1 DOD (Bibit) Jantan Ekor

8,000

40,000

320,000,000

240,000

1,920,000,000

2 Pakan

a. Starter

Konsentrat Kg

7,000

21,600

151,200,000

129,600

907,200,000

b. Finisher

1.Konsentrat Kg

Page 19: Muhammad Rayhan p2da13002

6,000 78,000 468,000,000 468,000 2,808,000,000

3 Obat-obatan ternak Ekor

200

996

199,200

8,136

1,627,200

Sub total biaya variabel

939,399,200

5,636,827,200

B BIAYA TETAP

1 Tenaga kerja (OB)

a. koordinator budidaya SPV

2,000,000

2

4,000,000

12

24,000,000

b. karyawan budidaya CARETAKER

1,500,000

10

15,000,000

48

72,000,000

2 Biaya Operasi lainnya

a. Listrik Bulan

500,000

1

500,000

b. Pemeliharaan kandang dll Bulan

80,000

141

11,280,000

1,692

135,360,000

3 Biaya Transportasi

a. bensin Bulan

6,500

360

2,340,000

4,320

28,080,000

b. Perawatan Bulan

1,200,000

12

14,400,000

4 Biaya Adminstrasi

a. suplies ATK Bulan

100,000

1

100,000

12

1,200,000

Sub total biaya tetap

33,220,000

275,040,000

TOTAL BIAYA

OPERASIONAL

972,619,200

5,911,867,200

Page 20: Muhammad Rayhan p2da13002

4.3. Proyeksi dari tahun ke 0 – 10

Tahun ke 0

SIKLUS BULAN MINGGU (PAKET) Dod yang dibeli Mortalitas (5%) itik hidup jumlah itik panen (ekor) panen (1,3 Kg/ekor)

1 10,000 500 9,500 9,500

2 10,000 500 9,500 19,000

1 10,000 500 9,500 28,500

2 10,000 500 9,500 38,000

1 10,000 500 9,500 47,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 57,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 66,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 76,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 85,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 95,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 104,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 114,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 123,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 133,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 142,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 152,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 161,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 171,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 180,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 190,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 199,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 209,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 218,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 228,000 9,500 12,350

TOTAL 240,000 12,000 228,000 2,850,000 190,000 247,000

PADA TAHUN KE 0

1

2

3

1

2

3

4

5

6

masa penggemukan itik 2 bulan

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Page 21: Muhammad Rayhan p2da13002

Tahun 1-10

BULAN MINGGU Dod yang dibeli Mortalitas (5%)itik hidup jumlah itik panen (ekor)panen (1,3 Kg/ekor)

1 10,000 500 9,500 9,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 19,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 28,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 38,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 47,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 57,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 66,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 76,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 85,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 95,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 104,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 114,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 123,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 133,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 142,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 152,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 161,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 171,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 180,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 190,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 199,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 209,000 9,500 12,350

1 10,000 500 9,500 218,500 9,500 12,350

2 10,000 500 9,500 228,000 9,500 12,350

TOTAL 240,000 12,000 228,000 2,850,000 228,000 296,400

11

12

5

6

7

8

9

10

1

2

3

4

PADA TAHUN KE 1 - 10

Page 22: Muhammad Rayhan p2da13002

4.4. Analisis biaya

No Nilai Ket Jumlah TOTAL

COST RESUME A FIX COST

Nilai Investasi 1,737,350,000

Biaya tetap 275,040,000

2,012,390,000

B TOTAL COST

275,040,000

5,636,827,200

5,911,867,200

C TOTAL MODAL YANG DIKELUARKAN

Nilai Investasi 1,737,350,000

275,040,000

5,636,827,200

7,649,217,200

INCOME (REVENUE/ PENERIMAAN)PENJUALAN ITIK

produksi itik tahun

294,000

harga 39,000 11,466,000,000

TOTAL PENJUALAN

11,466,000,000

NET INCOME (BENEFIT) 5,554,132,800

TOTAL

daging /

ekor/Kg (1,3)

TOTAL

Item Jumlah

TOTAL

Biaya Tetap

Biaya Variabel (Operasional)

TOTAL

Biaya Tetap

Biaya Variabel (Operasional)

Page 23: Muhammad Rayhan p2da13002

4.5. Proyeksi ekonomi

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 total penerimaan 11,466,000,000 12,612,600,000 13,873,860,000 15,261,246,000 16,787,370,600 18,466,107,660 20,312,718,426 22,343,990,269 24,578,389,295 27,036,228,225

2 modal awal

11,466,000,000 12,612,600,000 13,873,860,000 15,261,246,000 16,787,370,600 18,466,107,660 20,312,718,426 22,343,990,269 24,578,389,295 27,036,228,225

1 investasi 1,737,350,000.00

2 total biaya 5,911,867,200 5,911,867,200 6,503,053,920 7,153,359,312 7,868,695,243 8,655,564,768 9,521,121,244 10,473,233,369 11,520,556,706 12,672,612,376 13,939,873,614

5,911,867,200 5,911,867,200 6,503,053,920 7,153,359,312 7,868,695,243 8,655,564,768 9,521,121,244 10,473,233,369 11,520,556,706 12,672,612,376 13,939,873,614

5,554,132,800 6,109,546,080 6,720,500,688 7,392,550,757 8,131,805,832 8,944,986,416 9,839,485,057 10,823,433,563 11,905,776,919 13,096,354,611

3 tax (Pajak) 555,413,280.00 610,954,608.00 672,050,068.80 739,255,075.68 813,180,583.25 894,498,641.57 983,948,505.73 1,082,343,356.30 1,190,577,691.93 1,309,635,461.13

6,467,280,480 7,114,008,528 7,825,409,381 8,607,950,319 9,468,745,351 10,415,619,886 11,457,181,874 12,602,900,062 13,863,190,068 15,249,509,075

4,998,719,520 5,498,591,472 6,048,450,619 6,653,295,681 7,318,625,249 8,050,487,774 8,855,536,552 9,741,090,207 10,715,199,227 11,786,719,150

No itemsTahun

PEMASUKAN

Total Cash Inflow

PENGELUARAN

Total

surplus

Total Cash Outflow

Cumulatif Finish Chas

Page 24: Muhammad Rayhan p2da13002

4.6. Proyeksi ekonomi dengan discount faktor

15 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472

82,296,035,846 9,970,833,600 9,536,386,860 9,122,062,950 8,726,380,463 8,346,680,662 7,982,898,341 7,635,550,856 7,304,250,419 6,987,636,077 6,683,355,617

46,418,240,555 5,623,947,105 5,378,901,848 5,145,206,668 4,922,025,992 4,707,860,188 4,502,672,477 4,306,754,667 4,119,888,030 3,941,304,936 3,769,678,643

39,864,216,989 4,829,873,883 4,619,427,791 4,418,729,202 4,227,060,523 4,043,133,860 3,866,917,628 3,698,662,433 3,538,180,432 3,384,812,378 3,237,418,860

35,877,795,290 4,346,886,495 4,157,485,012 3,976,856,282 3,804,354,470 3,638,820,474 3,480,225,865 3,328,796,190 3,184,362,389 3,046,331,140 2,913,676,974

1,737,350,000

34,140,445,290

1.17

Total PV Benefit

Total PV Cost

PV of Net Cash Flow

Total PV of Profit

Investment

NPV

PBP

Discount Factor (15%)

Page 25: Muhammad Rayhan p2da13002

V. KELAYAKAN USAHA

5.1. Analisa pasar dan pemasaran

Aspek pasak

o Permintaan

Makanan berbahan dasar daging itik saat ini sedang

digemari terutama di kota-kota besar sekitar Indonesia. Untuk

daerah Jakarta saja sangat banyak tempat makan/restoran yang

menawarkan menu makanan berbahan dasar daging itik. Masalah

yang dihadapi oleh para pengelola tempat restoran adalah

ketersediaan daging itik yang terbatas, karena selama ini masih

banyak yang mengandalkan pasokan dari itik petelur afkir atau itik

jantan yang jumlahnya relatif tidak stabil. Sehingga seringkali

pasokan bahan baku terganggu atau bisa mendapatkan bahan baku

daging itik akan tetapi jumlahnya tidak sesuai dengan permintaan.

Tabel. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Tahun 2007 – 2009

(Dalam ribuan ton)

*) Sumber : Dirjen Peternakan, 2009

Uraian 2007 2008 2009

Produksi 1.382,7 1.430,8 1.463,0

Import 90,5 100,1 100,1

Ekspor 0,1 0,2 0,2

Kebutuhan Dalam Negeri 1473,1 1530,7 1562,9

Konsumsi 1413,7 1469,2 1500,1

Konsumsi Per Kapita

- Kg/Tahun 6,72 6,43 6,48

- Kg/ Hari 17,1 17,61 17,76

- Kalori/Hari 43,51 44,13 44,47

- Protein/Hari 2,96 3,05 3,07

- Lemak/Hari 3,42 3,45 3,48

Page 26: Muhammad Rayhan p2da13002

o Penawaran

Secara nasional kebutuhan akan komoditas daging itik

terus meningkat. Berikut ini adalah perkembangan produksi

daging itik tahun 2007 – 2009 :

Tabel 4.3. Produksi Itik Pedaging di Indonesia Tahun 2007-2009

No

.

Tahun

Jumlah

(ton)

Persentase (%)

Keteranga

n 1.

2009

17.000,4

6,2%

Kenaikan

2.

2008

16.000,9

33,3%

Penurunan

3.

2007

24.000,1

*) Sumber : Dirjen Peternakan 2009

Aspek pemasasran

o Harga

Terdapat dua bentuk penjualan itik pedaging, yaitu

diperhitungkan berdasarkan harga per ekor dan diperhitungkan

berdasarkan harga per kg. Perhitungan transaksi berdasarkan

harga per ekor telah banyak dilakukan oleh masyarakat pada

umumnya. Dalam pola penjualan per ekor harga relatif

tergantung pada ukuran besarnya itik, dan kadang kala terdapat

pertimbangan yang tidak prinsip misalnya karena terdapat jenis

bulu yang masih muda pada bagian tertentu, padahal

ukurannya cukup memenuhi syarat itik dewasa. Perhitungan

harga per ekor dirasakan tidak praktis dan dapat menyebabkan

kekeliruan untuk usaha budidaya itik dengan skala lebih besar

(skala menengah). Alternatif lain perhitungan harga yaitu

dengan mengacu pada bobot itik dalam kilogram, dimana

perhitungan harga dengan bobot ini dirasakan akan lebih fair.

Harga itik berdasarkan satuan ekor berkisar antara Rp 25.000

– 33.000 per ekor, sedangkan penetapan harga berdasarkan

bobot, yaitu Rp 30.000 per kg, dimana bobot rata-rata itik per

ekor berumur 2 bulan adalah 1,3 kg dengan harga Rp. 39.000.

Page 27: Muhammad Rayhan p2da13002

o Lembaga Pemasaran

Jalur pemasaran itik pedaging di Kabupaten Bogor saat ini

terdapat dua bentuk, yaitu 1) peternak menjual itik pada

pengepul, kemudian pengepul menjual itik tersebut dipasar

unggas atau ke pemakai langsung seperti ke restoran-

restoran. Jalur pemasaran itik pola ini, dilakukan oleh

pengepul yang mendatangi langsung para peternak itik. Jalur

pemasaran pola 2) peternak skala mikro dan kecil telah

tergabung dalam suatu kemitraan dengan pengusaha yang lebih

besar (skala menengah). Pada jalur pemasaran pola ini

peternak dapat mengantar itik nya sendiri yang akan dijual

atau Bandar pembeli menghubungi para peternak. Pada jalur

pemasaran ini terdapat jaminan keakuratan ukuran bobot dan

relatif tidak ada kecurangan. Bagan di bawah ini menunjukkan

jalur pemasaran itik pedaging dari pengusaha hingga ke

konsumen akhir melalui beberapa lembaga pemasaran seperti

produsen, eksportir, grosir, pedagang kecil dan pengecer.

Peternak PENGEPUL Peternak

PEDAGANG BESAR

KONSUMEN AKHIR

Bagan Jalur Pemasaran Itik pedaging

Page 28: Muhammad Rayhan p2da13002

5.2. Analisis finansial

Pemasukan

Produksi itik

(ekor)

Produksi

daging per

ekor (Kg)

harga

(Rp/Ekor)

Jumlah

Penerimaan

294.000 1,3 39.000 11.466.000.000

TOTAL PEMASUKAN 11.466.000.000

NET INCOME (BENEFIT)

Laba = total pemasukan – total biaya

= 11.466.000.000 – 5.911.867.200

= 5.554.132.800

Rentabilitas

= 72,61 % dengan suku bunga bank 10,3%

R/C Ratio =

=

= 1,94

BEP ( Break Event Point)

Biaya variabel satuan =

=

= Rp. 19.173,88 /ekor

Page 29: Muhammad Rayhan p2da13002

BEP dalam produk =

=

= 13.871,91 ekor

BEP dalam Rupiah

=

=

= 541.004.486,95,-

Payback period = (

)

= 1 +(

)

= 1,17 tahun

Pembahasan analisis usaha

a) Biaya Tetap dan Biaya variabel

Biaya tetap adalah pengeluaran bisnis yang bergantung pada tingkat

barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Biaya tetap adalah

biaya yang umumnya selalu konstan, bahkan di masa sulit. Biaya tetap

tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan dalam aktivitas operasi

sampai pada kondisi tertentu, kondisi dimana sesuai dengan kapasitas

yang tersedia. Total biaya tetap Bruno Animal Duck farm sebesar Rp

275.040.000,-

Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang umumnya berubah-

ubah sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan, makin

besar pula biaya yang harus dikeluarkan. Biaya operasional berkaitan

dengan volume dan dibayar per barang atau jasa yang diproduksi. Biaya

operasional adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

Page 30: Muhammad Rayhan p2da13002

perubahan volume kegiatan. Berdasarkan data yang diperoleh, biaya

operasional Bruno Animal Duck sebesar Rp. 5.636.827.200,-

b) Pendapatan

Berdasarkan perhitungan data yang diperoleh total pendapatan Bruno

Animal Duck sebesar Rp 11.466.000.000,- dan dapat dikatakan usaha

tersebut sudah untung karena pendapatan lebih besar dari total biaya yang

dikeluarkan. Pendapatan disebut juga pemasukan dari seseorang warga

masyarakat sebagai hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang

dimilikinya. Harga faktor produksi ditentukan oleh tarik menarik, antara

penawaran dan permintaan.

c) Efisiensi Biaya

Efisiensi biaya dapat menunjukan kemampuan untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan dengan benar. Manajer yang dapat meminimumkan biaya

biaya penggunaan sumber-sumber daya untuk mencapai keluaran yang

telah ditentukan atau dapat memaksimumkan keluaran. Berdasarkan data

perhitungan efisiensi biaya sebesar 1,94 yang artinya setiap pengeluaran

1000 rupiah dapat menghasilkan penerimaan sebesar 940 rupiah maka

dapat disimpulkan biaya yang dikeluarkan efisien karena R/C > 1.

d) Rentabilitas (IRR)

Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan

laba selama periode tertentu. Indikator pengukuran rentabilitas umumnya

menggunakan rasio rentabilitas ekonomi. Berdasarkan data perhitungan

diperoleh nilai rentabilitas sebesar 72.61%. Nilai rentabilitas dibandingkan

dengan bunga bank dan diketahui bunga bank yang berlaku saat ini untuk

swasta sebesar 10,3% , maka dapat disimpulkan usaha peternakan itik

pedaging Bruno Animal Duck farm efisien atau layak untuk dijalankan

karen nilai rentabilitas lebih besar dari bunga bank.

e) Titik Impas (Break Event Point)

Berdasarkan perhitungan diperoleh BEP dalam produk sebesar 9.464,

artinya usaha tersebut mampu berjalan apabila minimal bisa menjual atau

menghasilkan produk itik sebanyak 13.871,91 ekor dan BEP dalam rupiah

sebesar Rp 541.004.486,95,- artinya usaha tersebut mampu berjalan

Page 31: Muhammad Rayhan p2da13002

apabila pendapatan minimal sebesar Rp 541.004.486,95,- maka dapat

disimpulkan usaha peternakan itik pedaging Bruno Animal Duck farm

menguntungkan.

f) NPV

Net Present Value (NPV)

Nilai sekarang bersih atau Net Present Value (NPV), merupakan

selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaankas

bersih di masa yang akan datang. kriteria nilai sekarang bersih (NPV)

didasarkan atas konsep pendiskontoan selaruh arus kas ke nilai sekarang.

Dengan mendiskontokan semua arus kas masuk dan keluar selama umur

proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka

bersihnya, akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama

yaitu harga (Pasar) saat ini. Jadi telah diketahui faktor nilai waktu dari

uang dan (selisih) besar arus kas masuk dan keluar. Hal ini sangat

membantu pengambilan keputusan untuk menentukan pilihan. NPV

menunjukkan nilai Lump-sum yang dengan arus diskonto tertentu

memberikan angka seberapa besar nilai usaha (Rp) tersebut pada saat ini.

Nilai NPV perusahaan Bruno Animal Duck farm sebesar Rp

34.140.445.290.

g) Payback Period

Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu pengembalian biaya

investasi yang merupakan nilai kumulatif dari arus penerimaan (benefit).

Semakin cepat suatu rencana usaha dapat mengembalikan biaya investasi

maka semakin cepat pula suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan.

Pada usaha itik petelur ini, PBP diperoleh 1.17, hal ini menunjukan bahwa

mampu mengembalikan seluruh investasi yang telah di tanam pada tahun

ke-1 bulan ke-2.