modul akuntansi keuangan lanjutan i
DESCRIPTION
Pengampu: Kartika Hendra Titisari, SE., M Si., AktTRANSCRIPT
AKUNTANSI KEUANGAN
LANJUTAN I
Pengampu:
Kartika Hendra Titisari, SE., M Si., Akt.
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena buku ini dapat
selesai disusun dengan lancar. Adapun buku Akuntansi Keuangan Lanjutan ini
disusun dengan tujuan agar dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mahasiswa
jurusan akuntansi tentang masalah akuntansi yang bersifat khusus, yang tidak dibahas
dalam pengantar akuntansi dan akuntansi keuangan menengah. Oleh karena itu
matakuliah akuntansi keuangan lanjutan merupakan matakuliah yang diberikan
setelah mahasiswa memperoleh pemahaman dari matakuliah pengantar akuntansi dan
akuntansi menengah sehingga sangat cocok untuk mahasiswa tingkat atas.
Bobot matakuliah akuntansi keuangan lanjutan adalah sebanyak 3 SKS (3x
50 menit) dengan 14 kali tatap muka dalam satu semester. Tujuan mempelajari
Akuntansi Keuangan Lanjutan adalah agar mahasiswa mampu menerapkan teori dan
teknis akuntansi untuk masalah akuntansi khusus tersebut sesuai dengan kurikulum
berbasis kompetensi yang mengacu pada penciptaan mahasiswa yang siap
menghadapi dunia kerja maupun menciptakan pekerjaan. Akuntansi khusus antara
lain mempelajari akuntansi pendirian dan pembubaran Firma, hubungan kantor Pusat
dan Cabang, akuntansi penjualan cicilan dan konsinyasi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberi bantuan dan dorongan dalam bentuk apapun sehingga
dapat tersusun buku ini dengan lancar. Namun demikian buku ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga pintu penulis sangat terbuka bagi semua pembaca yang
memberikan kritik, saran atau masukan yang dapat memperbaiki buku ini di masa
datang.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Judul ..................................................................................................................................1 Kata Pengantar ............................................................................................................................2 Daftar Isi .............................................................................................................................3 BAB 1 PERUSAHAAN PERSEKUTUAN Pendahuluan Topik 1. Tinjauan Umum Perusahaan Persekutuan
A. Pengertian Persekutuan dan Unsur Pokok Persekutuan........................................ B. Ketentuan di dalam Perjanjian Persekutuan................................... ....................... C. Penggolongan Persekutuan ................................... ................................................... D. Karakteristik Utama Persekutuan. .......................................................................... E. Alasan Pemilihan Persekutuan atau Bentuk Badan F. Usaha lainnya.................................. ............................................................................ G. Akuntansi dalam Persekutuan..................................................................................
Latihan Soal Topik 2: Pembentukan Persekutuan
1. Pembentukan Persekutuan Baru 2. Setoran Modal Berupa Kas
a. Metode Bonus b. Metode Goodwill
3. Setoran Modal Berupa Non - Kas a. Metode Bonus b. Metode Goodwill
Latihan Soal Rangkuman Tes Formatif BAB 2: PEMBAGIAN LABA ATAU RUGI PERSEKUTUAN Topik 1: Macam-macam Metode Pembagian Laba Pendahuluan Pengertian metode pembagian laba.
1. Laba dibagi sama, 2. Laba dibagi dengan rasio tertentu, 3. Laba dibagi dengan rasio modal, 4. Laba dibagi dengan modal mula-mula, 5. Laba dibagi dengan modal awal periode, 6. Laba dibagi dengan modal akhir periode 7. Laba dibagi dengan modal rata-rata,
Topik 2: Metode Pembagian Laba Dengan Perhitugan Khusus. 1. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal 2. Laba dibagi dengan memperhitungkan Gaji dan/ atau Bonus, 3. Laba dibagi dengan memperhitungkan Bunga modal, Gaji dan/ atau Bonus, 4. Penghitungan Perubahan Metode Pembagian Laba 5. Jurnal Pembagian Laba
Soal Latihan ............................................................................................................. Rangkuman ................................................................................................................ Tes Formatif ...............................................................................................................
4
BAB 3: PERUBAHAN PEMILIKAN PERSEKUTUAN Topik 1: Perubahan Persekutuan Melalui Pembelian Hak Sekutu
A. Pengertian Perubahan vs Pembubaran Persekutuan B. Masuknya Sekutu Baru Melalui Pembelian Hak Sekutu Lama
Topik 2: Perubahan Persekutuan Dengan Pembelian Hak Sekutu Lama Metode Bonus Atau Goodwill
A. Perbandingan Metode Goodwill Dengan Metode Bonus. B. Masuknya Sekutu Baru Dengan Cara Menyetor Modal
Soal Latihan ........................................................................................................... Rangkuman ........................................................................................................... Tes Formatif ........................................................................................................... BAB 4: LIKUIDASI PERSEKUTUAN SECARA SEDERHANA
Topik 1. Likuidasi Sederhana Dengan Kondisi Sekutu Secara Pribadi Masih Mampu.
1. Semua Sekutu Modalnya Bersaldo Positif 2. Ada Sekutu yang Modalnya Bersaldo Negatif tetapi Masih dapat ditutup dengan
Hutang Perusahaan kepada Sekutu Yang Bersangkutan 3. Ada Sekutu yang Modalnya Bersaldo Negatif tetapi tidak dapat ditutup dengan
Hutang – Piutang Perusahaan kepada Sekutu. Soal Latihan ........................................................................................................... Rangkuman ........................................................................................................... Tes Formatif ........................................................................................................... BAB 5: LIKUIDASI PERSEKUTUAN SECARA BERANGSUR Topik 1. Tinjauan Umum Likuidasi Secara Bertahap/ Berangsur
a) Pengertian Likuidasi b) Tujuan likuidasi c) Asumsi dasar: Solvensi vs Insolvensi Persekutuan d) Prosedur Perhitungan Pembagian Kas
Topik 2. Program Pembagian Kas di dalam Likuidasi Bertahap/ Berangsur Program Pembagian Kas
Soal Latihan ........................................................................................................... Rangkuman ........................................................................................................... Tes Formatif ........................................................................................................... BAB 6: AKUNTANSI UNTUK PUSAT, AGEN DAN CABANG BAB 7: AKUNTANSI PENJUALAN ANGSURAN DAN KONSINYASI
5
Mempelajari matakuliah akuntansi keuangan lanjutan sama halnya dengan memplajari matakuliah akuntansi lainnya, tidak hanya dengan menghapal teori dan rumusnya tetapi harus bisa memahami dan selanjutnya dapat menerapkan penghitungan maupun pembuatan jurnal dan laporan untuk setiap kasus berbeda.
Pada bab 1 buku ini akan dibahas kedalam dua bagian (topik) yaitu:
1. Mengenai persekutuan dimulai dari seluk beluk persekutuan seperti pengertian, karakteristik, sampai dengan isi perjanjian pembentukan persekutuan (75 menit).
2. Penghitungan dan pengakuan modalsampai dengan pembuatan jurnal pada pendirian persekutuan. (75 menit).
Dengan demikian diharapkan dapat tercapai tujuan dari pempelajaran bab 1 dalam buku ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang persekutuan.
2. Mahasiswa dapat menyebutkan isi perjanjian persekutuan.
3. Mahasiswa dapat menyebutkan karakteristik persekutuan.
4. Mahasiswa dapat membedakan jenis-jenis persekutuan.
5. Mahasiswa mampu memahami aturan penjurnalan dalam persekutuan dan mampu melakukan penjurnalan.
6. Mahasiswa mampu membedakan antara penghitungan dengan metode bonus maupun metode goodwill dan mampu menyajikan jurnal maupun laporan keuangan yang diperlukan.
6
A. Pengertian Persekutuan dan Unsur Pokok Persekutuan
a. Pengertian Persekutuan
Secara umum Persekutuan dapat didefinisikan sebagai suatu gabungan atau asosiasi dari dua individu atau lebih untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha secara bersama dengan tujuan untuk memperoleh laba.
b. Unsur Pokok Persekutuan yaitu :
1. Gabungan atau asosiasi para sekutu.
Sebagai suatu asosiasi dari beberapa sekutu ( individu ) maka persekutuan tidak dapat dipisahkan dengan kesepakatan atau perjanjian, yaitu perjanjian untuk mendirikan, memiliki, dan mengelola persekutuan.
2. Pemilikan dan pengelolaan bersama.
Didalam Persekutuan harus selalu dituntut adanya kebersamaan, yaitu :
a. Persekutuan dimiliki bersama.
b. Persekutuan dikelola bersama.
c. Kalau ada risiko ditanggung bersama.
d. Kalau memperoleh laba dibagi bersama.
3. Tujuan untuk memperoleh laba.
Laba dibagi secara adil menurut rasio atau metode pembagian laba yang telah disepakati.
B. Ketentuan di dalam Perjanjian Persekutuan Perjanjian persekutuan akan berisi ketentuan-ketentuan yang disepakati oleh para
sekutu mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan persekutuan sampai pembubarannya. Isi perjanjian antara lain :
1. Ketentuan mengenai persekutuan.
2. Ketentuan mengenai sekutu.
3. Ketentuan yang berhubungan dengan modal persekutuan.
4. Ketentuan mengenai pembagian laba.
7
5. Ketentuan yang berhubungan dengan pembubaran persekutuan.
6. Ketentuan mengenai pertanggungan ( asuransi ) terhadap masing-masing sekutu.
Isi perjanjian persekutuan akan dipakai sebagai :
• Dasar pencatatan setoran modal.
• Dasar perhitungan modal.
• Dasar pembagian laba.
• Dasar pencatatan transaksi-transaksi persekutuan yang menyangkut modal.
• Dasar pembagian aktiva dalam likuidasi.
Dari uraian diatas terlihat bahwa perjanjian mempunyai peranan yang sangat penting dalam persekutuan mulai dari pendirian hingga pembubarannya.
C. Penggolongan Persekutuan Persekutuan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1. Persekutuan Firma ( Fa ), adalah :
Persekutuan yang didirikan atau diadakan untuk menjalankan perusahaan dengan menggunkan nama bersama di mana semua sekutu bertanggung jawab penuh dan biasanya ikut aktif mengelola perusahaan.
2. Persekutuan Komanditer ( cv ), adalah :
Suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk berusaha di mana salah satu atau lebih dari anggotanya bertanggung jawab terbatas.
a. Sekutu Aktif, adalah :
Sekutu yang ikut aktif mengelola perusahaan dan bertanggung jawab penuh dengan seluruh harta pribadinya.
b. Sekutu Pasif (Silent Partner), adalah :
Sekutu yang hanya menyetor modal saja tanpa ikut mengelola perusahaan.
3. Joint Stock Company, adalah : Persekutuan yang struktur modalnya terbagi atas saham-saham yang dapat dipindah-tangankan. Besarnya saham masing-masing sekutu didalam Joint Stock Company tidak menunjukkan besarnya tanggung jawab sekutu yang bersangkutan melainkan hanya menunjukkan besarnya pemilikan.
D. Karakteristik Utama Persekutuan Karakteristik utama adalah merupakan sifat utama atau ciri khas persekutuan yang meliputi:
1. Mutual Agency
Masing-masing sekutu merupakan agen ( wakil, perantara, perpanjangan tangan ) dari persekutuan.
8
2. Limited Life
Umur persekutuan adalah terbatas. Hal-hal yang mebatasi umur persekutuan antara lain perjanjian persekutuan, ketentuan hukum serta putusan pengadilan. Sewaktu-waiktu persekutuan dapat bubar karena masuknya sekutu baru, pengunduran sekutu dan sebagainya.
3. Unlimited Liability
Tanggung jawab masing-masing sekutu ( kecuali sekutu pasif ) tidak terbatas pada modal yang telah disetor saja.
4. Ownership of an Interset in a Partnership
Kekayaan yang telah disetor ke dalam persekutuan sudah bukan lagi milik sekutu penyetor, melainkan milik semua sekutu.
5. Participation on Partnership Profit
Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi persekutuan.
6. Right to Dispose of a Partnership Interest
Masing-masing sekutu mempunyai hak untuk menjual atau memindahkan haknya atas modal dan hak atas laba kepada orang lain, baik kepada anggota sekutu maupun bukan.
7. Mutual Liabiliy
Semua sekutu bertanggung jawab terhadap utang persekutuan. Jadi utang persekutuan adalah juga utang seluruh sekutu
E. Alasan Pemilihan Persekutuan Atau Bentuk Badan Usaha Lainnya
Pertimbangan untuk memilih bentuk badan usaha berupa persekutuan atau bukan adalah berdasarkan kelemahan dan kelebihan persekutuan dibandingkan bentuk badan usaha lainnya seperti perseroan terbatas dan lain-lain. Oleh karena itu perlu dibahas mengenai kelebihan dan kelemahan persekutuan.
Kelebihan Bentuk Usaha Persekutuan: 1. Bentuk persekutuan seperti firma lebih mudah dalam pendiriannya.
2. Bentuk persekutuan seperti firma juga lebih mudah dalam pembubarannya misalkan akan berubah menjadi bentuk perseroan terbatas.
3. Bentuk persekutuan juga mempunyai kebebebasan dan keluwesan dalam menentukan bentuk usahanya.
4. Kebebasan masing-masing sekutu dalam pengambilan keputusan.
5. Persekutuan hanya wajib melaporkan pajaknya tetapi bukan pembayar pajaknya karena yang membayar pajak adalah para sekutu yang memperoleh laba persekutuan. Pajaknya berupa pajak penghasilan.
9
Kelemahan Bentuk Usaha Persekutuan: 1. Tanggung jawab pribadi sekutu akan hutang perusahaan.
2. Kelangsungan hidup perusahaan biasanya terbatas karena ikut ditetukan oleh perjanjian dalam pendirian persekutuan.
3. Kesulitan dalam memindahtangankan kepentingan pemilik.
F. Akuntansi Dalam Persekutuan Pada persekutuan laba atau rugi selalu dibagi di antara para sekutu sesuai dengan metode pembagian laba yang telah disepakati. Pembagian laba adalah pemindahan saldo laba ( rugi ) persekutuan ke rekening modal masing-masing sekutu. Mengenai modal sekutu pada dasarnya merupakan keseluruhan dari hak para sekutu terhadap persekutuan. Pada umumnya hubungan ekonomis antara persekutuan dan para sekutu ditampung di dalam tiga rekening, yaitu :
1. Rekening “ Modal ”
Rekening modal menunjukkan besarnya hak modal sekutu yang bersangkutan. Modal masing-masing sekutu berasal dari setoran modal mula-mula. Selanjutnya akan bertambah dengan setoran tambahan modal dan pembagian laba serta berkurang dengan pengambilan modal dam pembgian rugi. Rekening modal akan didebit apabila berkurang dan dikredit apabila bertambah.
Aktiva- Kas Rp. XXXX
Aktiva Non Kas Rp. XXXX
Modal Sekutu A Rp. XXXX
Modal Sekutu B Rp. XXXX
Modal Sekutu C Rp. XXXX
2. Rekening “ prive ”
Rekening prive juga diselenggarakan untuk tiap-tiap sekutu. Rekening akan didebit apabila terjadi pengambilan harta persekutuan untuk sekutu. Sedangkan Rekening akan dikredit dengan bagian laba ( apabila tidak langsung ditutup ke rekening modal ).
Modal Rp. XXXX
Prive Rp XXXX
Pada akhir periode saldo rekening “ prive ” ini akan dipindah ke rekening “ modal ” sekutu yang bersangkutan yaitu :
• Ke sisi debit, apabila rekening prive bersaldo debit.
• Ke sisi kredit apabila rekening prive bersaldo kredit.
Jadi setelah tutup buku saldo rekening prive selalu nol.
3. Rekening “ Utang Kepada Sekutu ”
Rekening ini akan di debit apabila utang kepada sekutu berkurang dan di kredit
10
apabila utang kepada sekutu bertambah. Dalam hal persekutuan dilikuidasi maka saldo rekening ini ikut dipertimbangkan di dalam menghitung bagian kas sekutu yang bersangkutan. Di dalam neraca saldo disajikan pada kelompok pasiva, yaitu utang.
Kas Rp. XXXX
Utang sekutu B Rp. XXXX
4. Rekening ‘ Piutang Kepada Sekutu ”
Rekening ini didebit apabila piutang kepada sekutu bertambah dan dikredit apabila piutang kepada sekutu berkurang. Dalam hal persekutuan dilikuidasi yaitu mengurangi hak sekutu yang bersangkutan.
Didalam neraca saldo rekening disajikan dalam kelompok aktiva, yaitu piutang.
Piutang Rp. XXXX
Kas Rp. XXXX
Piutang kepada pihak ketiga:
Piutang dagang Rp. XXXX
Penjualan Rp. XXXX
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda mengerjakan latihan berikut ini !
1) Apa yang dimaksud dengan Persekutuan dalam arti luas maupun dalam arti sempit ?
2) Apa saja yang menjadi ketentuan dalam perjanjian pendirian persekutuan?
3) Sebutkan jenis persekutuan !
4) Apa yang dimaksud dengan silent partner?
5) Sebutkan karakteristik utama dari persekutuan!
11
A. Pembentukan Persekutuan Baru Yaitu merupakan pembentukan persekutuan yang samasekali baru
berdasarkan kesepatan dua orang sekutu atau lebih.
Masing-masing sekutu menyetor modal untuk mendirikan perusahaan baru yang akan dimiliki bersama. Setoran modal tersebut dapat berupa kas, aktiva nonkas atau bahkan aktiva tidak berujud seperti kemampuan lebih yang dimiliki oleh seorang sekutu diatas kemampuan sekutu yang lain. Bila aktiva berupa non-kas maka penilaian besarnya modal harus dengan persetujuan maisng-maisng sekutu agar mendapatkan nilai yang wajar dan memenuhi prinsip keadilan sehingga biasanya digunakan nilai pasarnya yang wajar. Penurunan nilai aktiva juga harus ditetapkan secara bersama.
Bila terdapat kemampuan lebih dari sekutu maka perlakuan terhadap kemampuan lebih yang dimiliki sekutu ada 2 metode pengakuan modal yaitu:
1. Metode Goodwill
2. Metode Bonus
1. Setoran Modal berupa Kas Tuan Tedjo & Tuan Bagus sepakat mendirikan usaha persekutuan firma dengan nama “ MBAGUSI ”. Sebagai setoran awal masing-masing sekutu menyetorkan sbb :
• Tedjo : Rp 240.000.000
• Bagus : Rp 200.000.000
Bagaimana pengakuan setoran modal awal pendirian persekutuan tersebut dengan menggunakan metode bonus dan metode goodwill? Buatlah juga jurnal yang diperlukan!
* Jurnal untuk Setoran Modal
Kas Rp. 240.000.000
Modal Tedjo Rp. 240.000.000
Bila dalam pendirian persekutuan tidak ada ketentuan proporsi pengakuan modal di
12
dalam perjanjian, maka proporsi pengakuan modal dengan metode bonus besarnya dibagi rata.
a. Pengakuan Modal dengan Metode Bonus
Keterangan Setoran Modal (1) Metode bonus (2) Besarnya bonus
( 1 – 2 )
Tedjo 240.000.000 220.000.000 20.000.000
Bagus 200.000.000 220.000.000 ( 20.000.000 )
Jumlah 440.000.000 440.000.000 -
* Jurnal untuk mencatat besarnya bonus
Modal Tedjo Rp. 20.000.000
Modal Bagus Rp. 20.000.000
Neraca FA. “ MBAGUSI ”
Aktiva Pasiva
Kas 440.000.000 Modal Tedjo 220.000.000
Modal Bagus 220.000.000
Jumlah 440.000.000 Jumlah 440.000.000
b. Pengakuan Modal dengan Metode Goodwill
Keterangan Setoran Modal
(1)
Metode Goodwill (2) Besarnya Goodwill
( 2 – 1 )
Tedjo 240.000.000 240.000.000 -
Bagus 200.000.000 240.000.000 40.000.000
Jumlah 440.000.000 480.000.000 40.000.000
Jurnal untuk mencatat besarnya goodwill
Goodwill Rp. 40.000.000
Modal Bagus Rp. 40.000.000
13
Neraca FA. “MBAGUSI “
Aktiva Pasiva
Kas 440.000.000 Modal Tedjo 240.000.000
Goodwill 40.000.000 Modal Bagus 240.000.000
Jumlah 480.000.000 Jumlah 480.000.000
2. Penyetoran Modal berupa Aktiva Non-Kas Bapak Boni & Alvin mendirikan usaha dengan nama “ PT. RAJASA”. Masing-masing menyetorkan modal berupa:
Boni : Kas Rp 100.000.000
Alvin : Gedung : Rp 25.000.000
: Tanah : Rp 60.000.000
Truk : Rp 75.000.000
• Jurnal untuk mencatat Penyetoran modal Boni & Alvin :
Kas 100.000.000
Modal Boni 100.000.000
Gedung 25.000.000
Tanah 60.000.000
Truk 75.000.000
Modal Alvin 160.000.000
a. Pengakuan Modal dengan Metode Bonus
Keterangan Setoran Modal (1) Metode bonus (2) Besarnya bonus
( 1 – 2 )
Boni 100.000.000 130.000.000 ( 30.000.000 )
Alvin 160.000.000 130.000.000 30.000.000
260.000.000 260.000.000 -
Jurnal untuk mencatat besarnya bonus:
Modal Alvin Rp. 30.000.000
Modal Boni Rp. 30.000.000
14
Neraca FA. RAJASA
Aktiva Pasiva
Kas 260.000.000 Modal Boni 130.000.000
Modal Alvin 130.000.000
Jumlah 260.000.000 Jumlah 260.000.000
b. Pengakuan Modal dengan Metode Goodwill
Keterangan Setoran modal (1) Metode godwill (2) Besarnya goodwill
( 2 – 1 )
Boni 100.000.000 160.000.000 60.000.000
Alvin 160.000.000 160.000.000 -
260.000.000 320.000.000 60.000.000
Jurnal untuk mancatat besarnya goodwill Goodwill Rp. 60.000.000
Modal Boni Rp. 60.000.000
B. Mengubah Pemilikan Perusahaan Perseorangan Yang Sudah Ada Pada dasarnya ada dua metode yang digunakan, yaitu metode pembukuan lama (berdasarkan pembukuan dari perusahaan sebelumnya) dan metode pembukuan baru.
Penilaian Aktiva Bersih yang Disetor
Penentuan Modal masing-masing Sekutu
Pembukuan atau akuntansinya disesuaikan dengan metode pembukuan yang digunakan.
15
SKEMA PERUBAHAN PERUSAHAAN PERORANGAN
MENJADI PERSEKUTUAN
Andi pemilik Firma “ GAYA GAUL” sebagai badan usaha ingin mendirikan persekutuan dg Bintoro
Bintoro sebagai perseorangan ingin mendirikan persekutuan
Cecep sebagai perseorangan ingin mendirikan persekutuan
Penilaian Aktiva Bersih yang disetor berdasar nilai pasarnya.
Bila nilai pasar > nilai buku.
Melihat kemungkinan perlu pengakuan gooodwill
Modal Bintoro yang untuk mendirikan persekutuan
Modal diakui sebesar nominal setoran mula-mula
Modal diakui sebesar nominal setoran mula-mula
Pemilihan metode pencatatan akuntansinya
Pendirian Persekutuan “FUNKY” dengan anggota persekutuan Andy, Bintoro dan Cecep
16
Contoh Soal Pendirian Persekutuan Yang Sudah Ada:
Pada awal tahun 1999 Tuan Omar Bakri dan Tuan Farhan sepakat mendirikan Persekutuan “AGASS JAYA MOTOR”. Tuan Omar Bakri sudah mempunyai perusahaan perseorangan yang bergerak di bidang servis dan perawatan kendaraan bermotor dan akan menggunakan aktiva bersih perusahaan perseorangan tersebut sebagai setoran modal. Tuan Farhan akan menyetor modal berupa kas sebesar Rp 250.000.00,00 untuk mendirikan persekutuan baru bersama tuan Omar yang bernama “AGASS JAYA MOTOR”. Neraca perusahaan perseorangan Tuan Omar Bakri pada saat itu adalah :
Perusahaan Dagang “AGASS”
Neraca
Per 1 Januari 1999
AKTIVA
Kas 25.000.000
Piutang dagang 30.000.000
Persediaan brg dagang 35.000.000
Tanah 28.000.000
Gedung 25.000.000
Akumulasi penyusutan 15.000.000 - 10.000.000
Mebel & peralatan 15.000.000
Akumulasi penyusutan 8.000.000 - 7.000.000 +
Total Aktiva 135.000.000
PASIVA
Utang Bank
55.000.000
Modal, Omar Bakri 80.000.000 +
Total Pasiva
135.000.000
Dalam hubungannya dengan setoran Omar Bakri tersebut telah disepakati adanya penyesuaian sebagai berikut :
1. Cadangan kerugian piutang diakui sbesar 10 % dari saldo piutang dagang.
17
2. Persediaan dinilai berdasarkan nilai pasarnya yaitu Rp 40.000.000
3. Diakuinya adanya goodwill sebesar Rp 10.000.000
4. Nilai tanah disepakati sebesar Rp 40.000.000
5. Dialuinya adanya utang biaya sebesar Rp 4.000.000
Pengakuan Modal Pendirian Persekutuan Apabila Menggunakan Buku Lama: Persediaan :
Nilai pasar.................. .....Rp 40.000.000
Nilai buku..........................Rp 35.000.000 -
Kenaikan nilai persediaan..................................Rp 5.000.000
Tanah : Nilai pasar.........................Rp 40.000.000
Nilai buku...........................Rp 28.000.000 -
Kenaikan nilai tanah...............................................Rp 12.000.000
Pengakuan goodwill...............................................Rp 10.000.000 +
Jumlah penambahan modal karena penilaian.......Rp 27.000.000
* Kerugian piutang =
10 % x Rp 30.000.000 = Rp 3.000.000
* Utang biaya = Rp 4.000.000 +
Jumlah pengurangan modal karena penilaian......Rp 7.000.000 -
Kenaikan modal Omar Bakri karena penilaian.....Rp 20.000.000
a. Untuk menyesuaikan saldo-saldo per pembukuan lama, yaitu : Persediaan ...................................Rp 5.000.000
Tanah...........................................Rp 12.000.000
Goodwill......................................Rp 10.000.000
Cadangan kerugian piutang...........................Rp 3.000.000
Utang biaya...................................................Rp 4.000.000
Modal, Omar Bakri........................ ..............Rp 20.000.000
b. Mencatat setoran Tuan Farhan : Kas..............................................Rp 250.000.000
Modal, Farhan............................................Rp 250.000.000
18
Dalam metode pembukuan lama, neraca dari persekutuan baru yang mereka dirikan merupakan gabungan antara nilai aktiva perusahaan lama + penyesuaian + setoran modal sekutu baru, yaitu sebagai berikut:
Perusahaan Dagang “AGASS JAYA MOTOR”
Neraca
Per 1 Januari 1999
AKTIVA
Kas 275.000.000
Piutang dagang 30.000.000
Cad. Kerugian Piutang 3.000.000 -
27.000.000
Persediaan brg dagang 40.000.000
Tanah 40.000.000
Gedung 25.000.000
Akumulasi penyusutan 15.000.000 - 10.000.000
Mebel & peralatan 15.000.000
Akumulasi penyusutan 8.000.000 - 7.000.000
Goodwill 10.000.000 +
Total Aktiva 409.000.000
PASIVA
Utang Bank 55.000.000
Utang biaya 4.000.000
Modal, Farhan 250.000.000
Modal, Omar Bakri 100.000.000 +
Total Pasiva 409.000.000
19
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda mengerjakan latihan berikut ini !
1. Apa yang dimaksud dengan“Ownership of an Interest in a Partnership”?
2. Apa yang dimaksud dengan “Right to Dispose of Partnership Interest”?
3. Sebutkan cara pembentukan persekutuan !
4. Apa perbedaan pembentukan persekutuan antara metode goodwill dengan metode bonus?
5. Tiga Tiga orang yaitu Doni, Endah (keduanya bekas foto model) dan Ferdy 1991 mendirikan persekutuan yang usahanya berupa foto studio bernama “ MODEL “. Mereka menyetorkan modal, masing-masing:
Doni Rp. 12.500.000 dan kursi dengan nilai buku Rp. 3.000.000 dan nilai pasar Rp. 5000.000.
Endah Rp. 15.000.000 dan peralatan foto dengan nilai buku Rp. 2500.000 dan nilai pasarnya Rp. 4500.000.
Ferdy Rp. 2000.000 dan Ruko dengan nilai buku Rp 20.000.000 namun nilai pasarnya Rp. 23.000.000.
Berapakah besarnya setoran modal yang diakui bila persekutuan yang akan didirikan menggunakan metode bonus? Buatlah laporan pengakuan setoran dan jurnal untuk setiap transaksi yang berkaitan dengan setoran modal tersebut dan neracanya setelah ada pemberian bonus!
6. Tiga orang yaitu Andi, Beni, dan Cindy pada tahun 1991 mendirikan persekutuan yang usahanya berupa café bernama “ MOGE “. Mereka menyetorkan modal sebesar:
Andi Rp. 10.500.000 dan kursi dengan nilai buku Rp. 3000.000 dan nilai pasar Rp. 4000.000.
Beni Rp. 13.000.000 dan peralatan dapur dengan nilai buku Rp. 2500.000 dan nilai pasarnya Rp. 4500.000.
Cindy Rp. 1000.000 dan tanah dan bangunan dengan nilai buku Rp 19.000.000 namun nilai pasarnya Rp. 21.000.000.
Berapakah besarnya setoran modal yang diakui bila persekutuan yang akan didirikan menggunakan metode goodwill? Buatlah laporan pengakuan setoran, jurnal untuk setiap transaksi yang berkaitan dengan setoran modal tersebut dan neracanya setelah ada pengakuan goodwill!
7. Perhatikan neraca dari perusahaan dagang di bawah ini!
20
Perusahaan dagang “ ASTAGANAGA”
Neraca
Per 1 Januari 2000
AKTIVA
1. Kas
2. Piutang Dagang
3. Persediaan Brg. Dagangan.
4. Tanah
5. Gedung
6. Akumulasi Penyusutan.
7. Peralatan dan Mebel
8. Akumulasi penyusutan
Total Aktiva
Rp. 40.000.000
Rp. 15.000.000
Rp. 20.000.000
Rp. 12.000.000
Rp. 30.000.000
Rp. 35.000.000
Rp. 35.000.000
Rp. 30.000.000
Rp. 25.000.000
Rp. 8.000.000
Rp. 163.000.000
PASIVA
1. Hutang Bank
2. Modal, Tn Burhan
Total Pasiva
Rp. 75.000.000
Rp. 88.000.000
Rp. 163.000.000
Pada tahun 1996 Tuan Burhan dan Tuan Teddy sepakat untuk mendirikan persekutuan, sedangkan Tuan Burhan sebelumnya telah memiliki perusahaan perorangan dengan neraca seperti diatas dan Tuan Teddy akan menyetorkan modal berupa kas sebesar Rp. 170.000.0000. Bila kemudian terdapat beberapa hal untuk penyesuaian berikut:
1. Cadangan kerugian piutang perlu diakui sebesar 10% dari saldo piutang dagang.
2. Persediaan dinilai dari nilai pasarnya sebesar Rp. 50 juta,
3. Diakui adanya goodwill yang timbul dari usaha yang dijalankan selama ini sebsar Rp. 15 juta.
4. Nilai tanah dinilai kembali seharga Rp. 45 juta. Diakui adanya hutang gaji sebesar Rp 7 juta.
Buatlah system pencatatan secara lengkap untuk mendirikan persekutuan “RUKUN” dengan metode pembukuan lama (berdasarkan neraca perusahaan “ASTAGANAGA” milik Tuan Burhan).
21
Pengakuan setoran modal dengan metode bonus maka penghitungannya = total modal sekutu dibagi banyaknya sekutu. Besarnya bonus = sebelum memperoleh bonus dikurangi setelah memperoleh bonus.
Pengakuan setoran modal dengan metode goodwill maka penghitungannya modal masing-masing sekutu dinaikkan sebesar setoran modal tertinggi sehingga besarnya goodwill = setelah pengakuan goodwill dikurangi modal masing-masing sebelumnya.
Pembentukan persekutuan dimana salah satu sekutunya sudah mempunyai perusahaan sebelumnya:
o Pencatatan akuntansinya dengan metode pembukuan lama maka harus melakukan penyesuaian terhadap penilaian kembali aktiva non-kasnya, kemudian langsung menambahkan dalam neracanya.
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan !
1) Berikut ini yang bukan merupakan prinsip pemilikan dan pengelolaan bersama,adalah:
A. Pemilikan bersama dari persekutuan
B. Bila ada resiko ditanggung bersama
C. Bila memperoleh laba dibagi bersama
D. Silent Partner tidak memperoleh laba, hanya gaji saja.
2) Pernyataan berikut ini yang bukan merupakan ketentuan yang diatur di dalam perjanjian persekutuan adalah:
A. Ketentuan mengenai Sekutu
B. Ketentuan mengenai Pembagian Hutang.
C. Ketentuan mengenai Pembagian Laba
D. Ketentuan mengenai Permodalan
3) Karakteristik persekutuan adalah umurnya terbatas, hal ini disebut juga:
A. Unlimited Liability
B. Mutual Liability
C. Limited Life
D. Mutual Agency
22
4) Karakteristik persekutuan yang menyebutkan “ Participation on Partnership Profit”, artinya adalah:
A. Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi persekutuan.
B. Kekayaan yang disetor ke dalam sekutu sudah bukan lagi milik sekutu penyetor.
C. Tanggung jawab masing-masing sekutu tidak terbatas, kecuali sekutu pasif sebatas modal saja.
D. Masing-masing sekutu berpartisipasi sebagai agen (wakil).
5) Karakteristik persekutuan yang menyebutkan “Mutual Liability”, artinya adalah:
A. Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi persekutuan.
B. Kekayaan yang disetor ke dalam sekutu sudah bukan lagi milik sekutu penyetor.
C. Tanggungjawab terhadap utang persekutuan adalah pada sekutu-sekutunya.
D. Tanggung jawab masing-masing sekutu tidak terbatas, kecuali sekutu pasif sebatas modal saja.
6) Yang menyebabkan modal persekutuan dicatat disisi kredit adalah:
A. Penambahan Piutang
B. Penambahan modal dan pembagian laba
C. Transaksi Prive
D. Penambahan hutang
7) Berikut ini pernyataan yang benar mengenai cara mendirikan persekutuan dengan mengubah pemilikan perusahaan perseorangan yang sudah ada:
A. Pengakuan Aktiva Bersih yang disetor.
B. Pembukuan Hutang masing-masing sekutu
C. Penentuan modal masing-masing sekutu
D. Penilaian Modal masing-masing sekutu
8) Yang menyebabkan rekening Prive di dalam persekutuan dicatat disisi debet adalah, kecuali:
A. Penerimaan laba persekutuan
B. Pembayaran gaji sebagai pembagian laba
23
C. Pembayaran bonus sebagai pembagian laba
D. Bagian rugi yang harus ditanggung sekutu
9) Apabila Avin dan Huges mendirikan persekutuan Gono-Gini dengan perbandingan modal 1: 3 dengan total modal Rp. 600 juta apabila kemudian masuk sekutu baru Reza yang menyetor modal Rp. 240 juta maka besarnya modal bila diakui dengan metode bonus adalah sebesar:
A. Rp. 240 juta
B. Rp. 300 juta
C. Rp. 270 juta
D. Rp. 280 juta
10) Apabila Avin, Huges dan Reza yang mendirikan persekutuan Gono-Gini tersebut diatas modalnya diakui dengan metode goodwill atas masuknya Reza sebagai sekutu baru maka besarnya goodwill Reza adalah:
A. Rp. 50 juta
B. Rp. 60 juta
C. Rp. 40 juta
D. Rp. 55 juta
24
Karakteristik utama yang kelima dari persekutuan adalah participation in partnership profit maka laba rugi persekutuan harus dibagi kepada para sekutu secara adil, artinya adil dalam pembagian laba kepada masing-masing sekutu disesuaikan dengan kontribusinya baik berupa waktu, modal dan kemampuan pribadi dalam menghasilkan laba.
Di samping itu adil juga berarti tidak ada perbedaan yang mencolok dari besarnya masing-masing bagian rugi-laba yang diberikan kepada sekutu. Oleh karena itu diperlukan metode penghitungan untuk pembagian laba-rugi yang disepakati bersama. Selanjutnya metode-metode yang dapat digunakan akan dibahas ke dalam dua bagian atau topik, yaitu:
1. Macam-macam Metode Pembagian Laba
2. Metode Pembagian Laba dengan Penghitungan Khusus
Tujuan yang ingin didapat dari pembelajaran dari materi ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami prinsip pembagian laba-rugi persekutuan dan latar belakangnya.
2. Mahasiswa dapat menyebutkan dan memahami 3 metode yang dapat digunakan dalam pembagian laba-rugi persekutuan.
3. Mahasiswa dapat menghitung, menjurnal serta menyusun laporan pembagian laba dengan masing-masing metode yang ada.
25
A. Pengertian Metode Pembagian Laba Metode pembagian laba adalah metoda atau cara yang digunakan untuk dasar penghitungan pembagian laba. Ada berbagai macam Metode Pembagian Laba yang digunakan:
1. Laba dibagi sama.
2. Laba dibagi dengan rasio tertentu.
3. Laba dibagi menurut perbandingan modal.
4. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal dan sisanya dapat dibagi menurut metode 1,2, atau 3.
5. Laba dibagi dengan memperhitungkan gaji dan atau bonus dan sisanya dibagi menurut metode 1,2 atau 3.
6. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal serta gaji dan atau bonus dan sisanya dibagi menurut metode 1,2 atau 3.
1. Laba Dibagi Sama
Masing-masing sekutu selalu mendapatkan bagian laba yang sama.
Misalnya : A = Rp 51.000.000
B = Rp 54.000.000
C = Rp 45.000.000
Jumlah Rp 150.000.000
Maka dengan metode pembagian laba yang dibagi rata masing-masing sekutu mendapatkan laba Rp 50.000.000 ( 150.000.000 / 3 ).
2. Laba Dibagi Dengan Rasio Tertentu
26
Misalnya : Sekutu A = Rp 51.000.000
Sekutu B = Rp 54.000.000
Sekutu C = Rp 45.000.000
Rp 150.000.000
Laba atau rugi persekutuan dibagi dengan rasio 3 : 4 : 3, dengan laba Rp 5.000.000
Maka : Sekutu A = 30 % x Rp 5.000.000 = Rp 1.500.000
Sekutu B = 40 % x Rp 5.000.000 = Rp 2.000.000
Sekutu C = 30 % x Rp 5.000.000 = Rp 1.500.000
3. Laba Dibagi Dengan Rasio Modal yang jenisnya antara lain: a. Modal Mula-mula adalah modal masing-masing sekutu pada saat persekutuan
berdiri. Modal Awal Periode adalah saldo modal pada awal periode yang bersangkutan. Pada umumnya saldo modal masing-masing sekutu setiap periodenya mengalami perubahan karena berbagai macam sebab, seperti :
a) Setoran modal.
b) Penarikan modal.
c) Pemindahan saldo rekening prive.
d) Bagian laba.
e) Pembebanan bagian rugi.
b. Modal Akhir Periode adalah saldo rekening “ Modal “ pada akhir periode sebelum pemindahan saldo rekening “ prive “ dan pembagian laba atau rugi. Pada umumnya saldo modal akhir ini setiap periodenya juga mengalami perubahan.
c. Modal Rata-rata adalah modal rata-rata masing-masing sekutu selama satu periode.
d. Dalam menghitung besarnya modal rata-rata ini ada 2 faktor yang diperhitungkan, yaitu saldo modal dan jangka waktu, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Modal rata-rata = Σ ( modal x waktu )
27
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda mengerjakan latihan berikut ini !
1. Perhatikan rekapitulasi saldo modal sekutu D, O dan I di bawah ini untuk menjawab soal no. 1 sampai dengan 4!
Sekutu Periode Saldo Modal
Sekutu D
1/1-1999
1/5-1999
1/9-1999
Rp. 64.000.000
Rp. 70.000.000
Rp. 75.000.000
Sekutu O
1/1-1999
1/7-1999
Rp. 64.000.000
Rp. 74.000.000
Sekutu I
1/1-1999
1/4-1999
1/8-1999
Rp. 60.000.000
Rp. 70.000.000
Rp. 80.000.000
Laba yang dibagi pada akhir tahun 1999 adalah sebesar Rp 25.000.000
2. Berdasarkan tabel di atas hitunglah pembagian rugi-laba persekutuan DOI berdasarkan saldo modal awal!
3. Berdasarkan tabel di atas hitunglah pembagian rugi-laba persekutuan DOI berdasarkan saldo modal akhir!
4. Bila ada tambahan informasi sebagai berikut:
Bunga modal 10%, Gaji perbulan D, O, I masing-masing Rp. 600.000, Rp. 600.000, dan Rp. 750.000, Bonus 5% untuk D karena prestasi kerjanya. Pembagian laba perusahaan pada akhir tahun 1999 meningkat menjadi Rp. 50.000.000, maka:
Hitunglah pembagian laba mereka setelah bunga modal, gaji dan bonus mereka dengan metode rasio modal rata-rata.
Buatlah laporan perubahan modal bila diketahui prive D, O, I masing-masing Rp. 5.000.000, Rp. 6.500.000, dan Rp. 6.500.000.
5. Buatlah jurnal dari semua transaksi akuntansi dari soal no. 3 dan laporan perubahan modalnya!
28
Langkah pengerjaan soal 3 latihan 1: Hitung rasio modal rata-ratanya dengan melihat periodenya
Hitung bunga modal masing-masing = prosentase x Jml modal rata-ratanya.
Hitung gaji disetahunkan untuk masing-masing sekutu.
Buatlah daftar perhitungan pembagian laba yang disusun mulai dari bunga modal, gaji sampai pada bonus, kemudian ketiganya dijumlahkan.
Laba perusahaan total dikurangi jumlah tersebut kemudian sisanya dibagi sebesar rasio modal rata-ratanya.
29
Dalam metode ini, semua faktor yang menentukan besarnya andil masing-masing sekutu di dalam menghasilkan laba atau rugi. Perubahan metode pembagian laba ini harus disetujui oleh para sekutu. Metode pembagiannya adalah sebagai berikut :
1. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal
2. Laba dibagi dengan memperhitungkan Gaji dan/ atau Bonus
3. Laba dibagi dengan memperhitungkan Bunga modal, Gaji dan/ atau Bonus
4. Penghitungan Perubahan Metode Pembagian Laba
5. Jurnal Pembagian Laba
1. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal Dalam metode ini, bunga modal dan sisanya dibagi menurut metode laba dibagi rata, rasio tertentu, atau rasio modal. Bunga dapat dihitung berdasarkan rasio modal sebagai berikut: Persediaan
1. Modal mula-mula Aktiva tetap
2. Modal awal periode
3. Modal akhir periode
4. Modal rata-rata
5. Kelebihan modal diatas jumlah tertentu.
Besarnya bagian laba masing-masing sekutu adalah sama dengan bunga modal ditambah bagian sisanya. Apabila setelah diperhitungkan bunga tersebut menjadi minus, yang berarti rugi, maka besarnya bagian laba masing-masing sekutu adalah sama dengan bunga modal dikurangi dengan bagian sisa rugi. Bunga modal ini hanya sebagai alat pembagian laba saja, sehingga tidak mempengaruhi besarnya laba
2 Laba dibagi dengan memperhitungkan Gaji dan/ atau Bonus
Di dalam metode ini laba yang ada dikurangi gaji dan atau bonus terlebih dahulu baru kemudian sisanya dibagi menurut laba dibagi rata, rasio tertentu atau metode rasio modal.
30
sehingga sisa tersebut dapat positif maupun negatif. Bila negatif berarti mengalami rugi riil meskipun sebenarnya ada laba namun setelah dikurangi gaji dan bonus menjadi rugi karena gaji dan bonusnya terlalu besar. Gaji biasanya dihitung dalam satuan waktu satu tahun (disetahunkan) sedangkan bonus dihitung dengan prestasi atau berdasarkan setoran modalnya.
3. Laba dibagi dengan memperhitungkan Bunga Modal, Gaji dan/ atau Bonus Dalam metode ini pertama-tama laba dikurangi bunga modal, gaji dan bonus (gabungan metode 1 dan 2) kemudian sisanya dibagi menurut metode laba dibagi rata, rasio tertentu atau metode rasio modal. Dalam metode ini, semua faktor yang menentukan besarnya andil masing-masing sekutu di dalam menghasilkan laba atau rugi. Perubahan metode pembagian laba ini harus disetujui oleh para sekutu.
Contoh Soal: Firma “ABC” didirikan oleh Tn A, Tn B dan Tn C pada awal Pebruari 2000. Pada saat pendirian rekening modal masing-masing anggota tampak pada neraca awal sebagai berikut:
Firma “ABC” Neraca awal
01 Pebruari 2000
Kas
Piutang dagang
Aktiva lancar lain-lain
Aktiva tetap
17.000.000
8.000.000
5.000.000
22.000.000
Hutang dagang
Hutang lain-lain
Modal Tn A
Modal Tn B
Modal Tn C
6.000.000
1.000.000
20.000.000
10.000.000
15.000.000
Jumlah 52.000.000 Jumlah 52.000.000
Setelah didirikan, mutasi modal masing-masing anggota adalah sebagai berikut :
a. Tanggal 01 April 2000 , Tn B menyetorkan kekayaan kepada Firma sebesar Rp 4.000.000,00
b. Tanggal 03 Mei 2000, Tn A mengambil modalnya untuk keperluan pribadi sebesar Rp 5.000.000,00
c. Tanggal 01 Juli 2000 Tn C menyetorkan kekayaannya kepada Firma sebesar Rp 3.000.000,00. Sedangkan Tn B mengambil modal sebesar Rp 3.000.000,00
d. Tanggal 05 nopember 2000 Tn A menyetorkan uang sebear Rp 6.000.000,00 sedangkan Tn C mengambil modal sebesar Rp 4.000.000,00
Setelah menjalankan usahanya , Firma “ABC” pada akhir tahun 2000 memperoleh laba sebesar Rp 75.000.000,00
Sedangkan daftar gaji dan bonus sebagai berikut :
31
Nama Anggota Gaji/Bln Bonus
Tn A
Tn B
Tn C
400.000
350.000
500.000
6,4% dari laba
1.800.000
3.650.000
Dan bunga modal rata-rata untuk masing-masing anggota sebesar 9 %.
Buatlah jurnal pembagian laba/rugi jika didasarkan atas :
a. Laba rugi dibagi sama
b. Laba rugi berdasarkan perbandngan 1:2:3
c. Laba rugi dibagi sesuai dengan perbandingan modal awal
d. Laba rugi dibagi sesuai dengan perbandingan modal akhir
e. Laba rugi dibagi sesuai dengan perbandingan modal rata-rata
f. Laba rugi dibagi sama setelah dikurangi gaji dan bonus
g. Laba rugi dibagi sama setelah dikurangi bunga modal rata - rata
Bahasan : a. Laba rugi dibagi sama
Hak atas laba masing-masing anggota : 75.000.000 : 3 = 25.000.000
Jurnal pembagian laba rugi :
Laba rugi 75.000.000
Modal A
Modal B
Modal C
25.000.000
25.000.000
25.000.000
b. Laba rugi dibagi berdasarkan perbandingan 1:2:3
Anggota Hak atas laba
A
B
C
1/6 X 75.000.000 = 12.500.000
2/6 X 75.000.000 = 25.000.000
3/6 X 75.000.000 = 37.500.000
Jurnal pembagian laba rugi :
Laba rugi 75.000.000
Modal A
Modal B
Modal C
12.500.000
25.000.000
37.500.000
32
c. Laba rugi dibagi sesuai dengan perbandingan modal awal
Anggota So. Mo. awal Rasio L/R Hak atas laba
A B C
20.000.000
10.000.000
15.000.000
20/45
10/45
15/45
20/45 X 75.000.000=33.333.333,3
10/45 X 75.000.000=16.666.666,7
15/45 X 75.000.000=25.000.000
Jurnal pembagian laba rugi :
Laba rugi 75.000.000
Modal A
Modal B
Modal C
33.333.333,3
16.666.666,7
25.000.000
d. Laba rugi dibagi sesuai dengan perbandingan modal akhir
Mencari modal akhir masing-masing anggota:
Modal A
Tgl Keterangan Mutasi Saldo
Debet Kredit
1 / 2
3 / 5
5 / 11
Set. Mo.awal
Prive
Set. uang
5.000.000
20.000.000
6.000.000
20.000.000
15.000.000
21.000.000
Modal B
Tgl Keterangan Mutasi Saldo
Debet Kredit
1 / 2
2 / 3
1 / 7
Set. Mo.awal
Set. Kekayaan
Pengambilan 3.000.000
10.000.000
4.000.000
10.000.000
14.000.000
11.000.000
Modal C
Tgl Keterangan Mutasi Saldo
Debet Kredit
1 / 2
1 / 7
5 / 11
Set. Mo.awal
Set. Kekayaan
Pengambilan 4.000.000
15.000.000
3.000.000
15.000.000
18.000.000
14.000.000
33
Anggota So. Mo. akhir
Rasio L/R
Hak atas laba
A B C
21.000.000
11.000.000
14.000.000
21/ 46
11 / 46
14 / 46
21/46 X 75.000.000=34.239.130,43
21/46 X 75.000.000=17.934.782,55
14/46 X 75.000.000=22.826.086,95
Jurnal pembagian laba rugi :
Laba rugi 75.000.000
Modal A
Modal B
Modal C
34.239.130,43
17.934.782,55
22.826.086,95
e. Laba rugi dibagi sesuai dengan perbandingan modal rata-rata :
Modal A
Masa mo. ditanamkan
Jlh bulan Mo. Yg ditanamkan
Jlh mo. Dlm jk waktu
penanaman
1 / 2 – 3 / 5
3 /5 – 5 / 11
5 / 11 – 31 / 12
3
6
2
20.000.000
15.000.000
21.000.000
60.000.000
90.000.000
42.000.000
11 bulan 192.000.000
Modal rata- rata
17.454.540
Modal B
Masa mo. Ditanamkan
Jlh bulan Mo. Yg ditanamkan
Jlh mo. Dlm jk waktu
penanaman
1 / 2 – 2 / 4
2 / 4 – 1 / 7
1 / 7 – 31 / 12
2
3
6
10.000.000
14.000.000
11.000.000
20.000.000
42.000.000
66.000.000
11 bulan 128.000.000
Modal rata- rata 11.636.360
Modal C
34
Masa mo. Ditanamkan Jlh bulan Mo. Yg ditanamkan
Jlh mo. Dlm jk waktu
penanaman
1 / 2 – 1 / 7
1 / 7 – 5 / 11
5 / 11 – 31 / 12
5
4
2
15.000.000
18.000.000
14.000.000
75.000.000
72.000.000
28.000.000
11 bulan 175.000.000
Modal rata- rata 15.909.090
Anggota Mo.rata-rata Hak atas laba
A
B
C
17.454.540
11.636.360
15.909.000
7.454.540/44.999.990 X 75.000.000 =12.424.236,08
11.636.360/44.999.990 X 75.000.000=19.393.937,63
15.909.000/44.999.990 X 75.000.000=26.515.005,83
Jurnal pembagian laba rugi :
Laba rugi 75.000.000
Modal A
Modal B
Modal C
12.424.236,08
19.393.937,63
26.515.005,83
f. Laba rugi dibagi sama setelah dikurangi gaji dan bonus
A B C Jumlah
Gaji (11 bulan)
Bonus
4.400.000
4.800.000
3.850.000
1.800.000
5.500.000
3.650.000
13.750.000
10.250.000
Jumlah 9.200.000 5.650.000 9.150.000 24.000.000
Sisa laba 17.000.000 17.000.000 17.000.000 51.000.000
Sisa laba : 75.000.000 – 24.000.000 = 51.000.000
Jurnal pembagian laba rugi :
Laba rugi 75.000.000
Modal A
Modal B
Modal C
26.200.000
22.650.000
26.150.000
35
g. Laba rugi dibagi sama setelah dikurangi bunga modal rata-rata
A B C Jumlah
Bunga mo. rata-rata(9%)
1.570.900 1.047.200 1.431.800 4.049.800
Sisa laba 23.650.066,67 23.650.066,67 23.650.066,67 70950200
Total 25.220.966,67 24.697.266,67 25.081.866,67 75.000.000
Sisa laba : 75.000.000 – 4.049.800 = 70.950.000
Jurnal pembagian laba rugi :
Laba rugi 75.000.000
Modal A
Modal B
Modal C
25.220.966,67
24.697.266,67
25.081.866,67
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda
mengerjakan latihan berikut ini !
1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pembagian laba atau rugi persekutuan!
2. Apa yang kita lakukan terkait dengan besarnya kerugian apabila persekutuan menderita kerugian?
3. Sebutkan metode-metode yang dapat dipergunakan untuk pembagian laba tanpa memperhitungkan bunga modal dan gaji!
4. Apabila masing-masing sekutu kontribusi modalnya ke persekutuan besarnya sama maka metode apa yang tepat digunakan untuk pembagian laba?
5. Sebutkan macam-macam dasar rasio modal yang digunakan untuk membagi laba!
6. Apa perbedaan antara modal mula-mula dengan modal awal, jelaskan! Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda mengerjakan latihan berikut ini !
7. Apa kelebihan dan kelemahan metode modal rata-rata dalam rasio pembagian laba?
8. Apabila pembagian laba persekutuan memperhitungkan bunga modal maka apa saja tahapan yang harus dilakukan dalam menghitung laba masing-masing sekutu?
9. Apabila pembagian laba persekutuan memperhitungkan bunga modal dan gaji maka apa saja tahapan yang harus dilakukan dalam menghitung laba masing-masing sekutu?.
36
RANGKUMAN 1. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal Dalam metode ini, bunga
modal dan sisanya dibagi menurut metode laba dibagi rata, rasio tertentu, atau rasio modal. Besarnya bagian laba masing-masing sekutu adalah sama dengan bunga modal ditambah bagian sisanya.
2. Laba dibagi dengan memperhitungkan Gaji dan/ atau Bonus Di dalam metode ini laba yang ada dikurangi gaji dan atau bonus terlebih dahulu baru kemudian sisanya dibagi menurut laba dibagi rata, rasio tertentu atau metode rasio modal.
3. Laba dibagi dengan memperhitungkan Bunga Modal, Gaji dan/ atau Bonus Dalam metode ini pertama-tama laba dikurangi bunga modal, gaji dan bonus (gabungan metode 1 dan 2) kemudian sisanya dibagi menurut metode laba dibagi rata, rasio tertentu atau metode rasio modal.
37
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang ada!
1) Pernyataan yang benar mengenai pembagian laba pada persekutuan:
A. Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi persekutuan.
B. Kekayaan yang disetor ke dalam sekutu sudah bukan lagi milik sekutu penyetor sehingga laba harus ditanamkan ke persekutuan lagi.
C. Tanggung jawab masing-masing sekutu tidak terbatas, kecuali sekutu pasif sebatas modal saja sehingga yang berhak mendapat laba hanya sekutu aktif.
D. Masing-masing sekutu berpartisipasi sebagai agen (wakil) sehingga bagian laba masing-masing harus sama.
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang ada!
1) Pernyataan yang benar mengenai pembagian laba pada persekutuan:
A. Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi persekutuan.
B. Kekayaan yang disetor ke dalam sekutu sudah bukan lagi milik sekutu penyetor sehingga laba harus ditanamkan ke persekutuan lagi.
C. Tanggung jawab masing-masing sekutu tidak terbatas, kecuali sekutu pasif sebatas modal saja sehingga yang berhak mendapat laba hanya sekutu aktif.
D. Masing-masing sekutu berpartisipasi sebagai agen (wakil) sehingga bagian laba masing-masing harus sama.
6) Faktor yang tidak mempengaruhi saldo modal adalah:
A. Setoran modal
B. Prive
C. Bagian laba atau rugi
D. Piutang
38
7) Kelemahan menggunakan rasio modal awal dalam pembagian laba adalah:
A. Belum memperhitungkan transaksi lain kecuali modal.
B. Mendorong orang untuk menyetor modal di awal lebih besar kemudian menariknya lagi pada pertengahan periode.
C. Rasio modal awal kurang adil untuk sekutu yang antusias pada pendirian persekutuan.
D. Rasio modal awal kurang adil dalam pembagian resiko rugi para sekutunya.
8) Kelemahan menggunakan rasio modal akhir sama dengan kelemhan modal awal dalam pembagian laba karena:
A. Modal awal sama dengan modal mula-mula
B. Karena modal akhir dirata-rata sama dengan modal awal.
C. Modal akhir juga merupakan modal awal periode berikutnya.
D. Modal awal dan akhir harus sama besarnya.
9) Sekutu Amir menyetor modal Rp.196.500.000 dalam masa 1/5/2005 sampai dengan 1/8/2005 dari total modal Rp. 200.000.000 sedangkan total laba yang dibagikan akhir tahun Rp. 45.000.000 maka bagian laba Amir adalah:
A. Rp. 11.053.125
B. Rp. 12.337.500
C. Rp. 11.075.000
D. Rp. 13.187.500
10) Sekutu Rafli menyetor modal periode 1/1/2005 Rp. 60.000.000 dari total modal sekutu Rp. 200.000.000 sedangkan total laba yang dibagikan akhir tahun Rp. 20.000.000, bunga modal 8% dan gaji Rp. 750.000/ bulan maka bagian laba Rafli bila menggunakan adalah:
A. Rp. 3.560.000
B. Rp. 3.500.000
C. Rp. 2.500.000
D. Rp. 3.400.000
--ooOOOoo--
39
Seperti telah kita ketahui bahwa karakteristik persekutuan adalah umur yang
terbatas (limited life). Oleh karena itu sesuai karakteristik tersebut maka persekutuan sebagai asosiasi awal yang didirikan dengan tujuan tertentu, kegiatannya dapat berakhir disebabkan oleh beberapa hal, yaitu antara lain:
1. Bubar karena sesuai dengan perjanjian persekutuan, misal: jangka waktu persekutuan telah habis, tujuan persekutuan telah tercapai, masuknya sekutu baru, pengunduran diri sekutu (disertai penjualan hak sekutu yang bersangkutan kepada sekutu baru), dan persekutuan dilikuidasi.
2. Bubar karena berdasarkan UU yang berlaku sehingga secara otomatis persekutuan bubar, misal: sekutu meninggal dunia, persekutuan dilikuidasi sesuai KUHD pasal 47.
3. Bubar karena putusan pengadilan, misal perselisihan antar sekutu maupun sekutu dengan pihak luar, perusahaan mengalami pailit dan lain-lain.
Modul ini akan membahas mengenai perubahan kepemilikan persekutuan dikarenakan pembelian sebagian hak sekutu lama oleh sekutu baru dan perubahan persekutuan dengan masuknya sekutu baru yang dapat dinilai goodwill dan bonusnya.
Dengan mempelajari modul ini dengan baik dan benar, diharapkan Anda dapat :
1. Mengerti dan memahami perubahan persekutuan
2. Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi berubahnya persekutuan.
3. Mampu menghitung, menjurnal dan membuat laporan perubahan modal setelah pembelian hak sekutu lama oleh sekutu baru.
4. Mampu menghitung, menjurnal dan membuat laporan perubahan modal setelah pembelian hak sekutu lama oleh sekutu baru
40
A. Masuknya Sekutu Baru Melalui Pembelian Hak Sekutu Lama Seseorang dapat menjadi anggota baru dalam persekutuan dengan jalan
membeli hak sekutu lama. Hal ini ssesuai dengan karakteristik persekutuan yaitu Right to Dispose of a Partnership Interest yang artinya masing-masing sekutu mempunyai hak untuk menjual atau memindahkan haknya atas modal dan hak atas laba kepada orang lain, baik kepada anggota sekutu maupun bukan.
Dalam pembelian hak sekutu lama terdapat lima kasus yang mungkin terjadi, yaitu:
1. Membeli sebagian hak seorang sekutu
2. Membeli seluruh hak seorang sekutu.
3. Membeli sebagian hak beberapa orang sekutu.
4. Membeli seluruh hak beberapa orang sekutu.
5. Membeli sebagian hak seluruh anggota sekutu.
a. Harga jual-beli = Nilai buku
b. Harga jual-beli > Nilai buku
c. Harga jual-beli < Nilai buku
Menggunakan pendekatan:
- metode goodwill negatif
- metode bonus
41
Contoh Soal: 1. Perhatikan tabel berikut ini!
Persekutuan PQRS & modal
Proses masukya
sekutu T
Laba dan proporsi pembagian rugi-laba
P. 80.000.000
Q. 100.000.000
R. 140.000.000
S. 120.000.000
beli 40 % hak sekutu Q seharga 55.000.000
Laba yang dibagi =
Rp. 80.000.000
proporsi 15 : 25 : 30 : 30
Dari tabel tersebut maka bagaimana jurnal dan laporan komposisi perubahan modal serta laba-ruginya?
Jawaban di bawah ini:
1. Jurnal untuk pencatatan masuknya modal T Modal Q 40.000.000
Modal T 40.000.000
B. Komposisi perubahan modal (dalam jutaan)
Keterangan P Q R S T Total
Sebelum masuknya T 80 100 120 140 - 440
Masuknya T - (40) - - 40 -
Setelah T masuk 80 60 120 140 40 440
C. Komposisi perubahan laba (dalam jutaan)
Keterangan P(15) Q(25) R(30) S (30) T Total
Sebelum masuknya T 12 20 24 24 - 80
Masuknya T - (8) - - 8 -
Setelah T masuk 12 12 24 24 8 80
2. Terkait dengan soal 1, apabila masuknya sekutu T dengan cara membeli seluruh hak sekutu Q seharga Rp 110.000.000 maka bagaimana jurnal dan laporan perubahan komposisi modal serta laba-ruginya?
42
Jawaban:
Jurnal untuk pencatatan masuknya modal T Modal Q 100.000.000
Modal T 100.000.000
Komposisi perubahan modal
Keterangan P Q R S T Total
Sebelum masuknya T 80 100 120 140 - 440
Masuknya T - (100) - - 100 -
Jumlah 80 - 120 140 100 440
Komposisi perubahan laba
Keterangan
P(15)
Q(25)
R(30)
S (30)
T
Total
Sebelum masuknya T 12 20 24 24 - 80
Masuknya T - (20) - - 20 -
Setelah T masuk 12 0 24 24 20 80
3. Terkait dengan soal 1, apabila masuknya sekutu T dengan cara membeli seluruh hak sekutu Q dan R seharga Rp. 245.000.000 maka bagaimana jurnal dan laporan perubahan komposisi modal serta laba-ruginya?
Jurnal untuk pencatatan masuknya modal T dengan membeli 50% dari modal sekutu P dan Q adalah sebagai berikurt: Modal P 40.000.000
Modal Q 50.000.000
Modal T 90.000.000
Komposisi perubahan modal
Keterangan P Q R S T Total
Sebelum masuknya T 80 100 120 140 - 440
Masuknya T (40) (50) - - 90 -
Jumlah 40 50 120 140 90 440
43
Komposisi perubahan laba
Keterangan P(15) Q(25) R(30) S (30) T Total
Sebelum masuknya T 12 20 24 24 - 80
Masuknya T (6)* (10)** - - 16 -
Setelah T masuk 6 10 24 24 16 80
*50% x 12.000.000 = 6.000.000
**50% x 20.000.000 = 10.000.000
Jurnal untuk pencatatan masuknya modal T dengan membeli 100% modal dari sekutu Q dan R adalah sebagai berikut: Modal Q 100.000.000
Modal R 120.000.000
Modal T 220.000.000
Komposisi perubahan modal
Keterangan P Q R S T Total
Sebelum masuknya T 80 100 120 140 - 440
Masuknya T (100) (120) - 220 -
Jumlah 80 0 0 140 220 440
Komposisi perubahan laba
Keterangan P(15) Q(25) R(30) S (30) T Total
Sebelum masuknya T 12 20 24 24 - 80
Masuknya T - (20) (24) - 44 -
Setelah T masuk 12 0 0 24 44 80
44
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda mengerjakan latihan berikut ini !
1. Persekutuan NIKU merupakan perusahaan merk dagang sepatu yang sedang berkembang pesat. Sekutu baru (E) hendak bergabung ke dalam NIKU dengan jalan membeli seluruh hak sekutu U seharga 165.000.000 dengan rasio pembagian laba-rugi persekutuan NIKU sebesar 20 : 25 : 25: 30.
Keterangan N I K U
Rasio 20 25 25 30
Modal 80.000.000 120.000.000 120.000.000 140.000.000
Laba dibagi 100.000.000
Terkait dengan informasi di atas maka:
a) Buatlah laporan perubahan komposisi modal & laba-ruginya !
b) Buatlah jurnal yang terkait dengan transaksi di atas!
2. Persekutuan DOKU merupakan perusahaan merk dagang sepatu yang sedang berkembang pesat. Sekutu baru (Y) dan hendak bergabung ke dalam DOKU dengan jalan membeli seluruh hak sekutu U seharga 168.000.000 dengan rasio pembagian laba-rugi persekutuan NIKU sebesar 20 : 25 : 25: 30.
Keterangan D O K U
Rasio 20 25 25 30
Modal 80.000.000 120.000.000 120.000.000 150.000.000
Laba dibagi 100.000.000
Terkait dengan informasi di atas maka:
a. Buatlah laporan perubahan komposisi modal & laba-ruginya !
b. Buatlah jurnal yang terkait dengan transaksi di atas!
c. Bila ada sekutu N yang hanya membeli 50% dari hak sekutu O (seharga 75.000.000) untuk bergabung dengan DOKU maka buatlah juga laporan perubahan komposisi modal dan laba-ruginya!
3. Apabila DOKU memerlukan tambahan modal yang cukup besar (sekutu tidak mampu lagi menambah setoran modalnya) sehingga mereka masing-masing menjual sebagian haknya (25% dari seluruh hak persekutuan) kepada sekutu baru (Y) seharga Rp. 130.000.000 maka terkait dengan informasi dan transaksi diatas:
a. Buatlah laporan perubahan komposisi modal & rugi labanya dengan
45
pengakuan goodwill !
b. Buatlah jurnal yang terkait dengan transaksi di atas!
4. Romeo dan mempunyai saldo masing-masing Rp. 145.000.000 dan Juliet membagi modal sama rata pada tahun 1995. Pada awal tahun 1996 sepakat menerima Harry dengan modal yang harus disetor Rp. 175.000.000. Bila bonus dari sekutu lama juga akan diperoleh sebesar Rp. 8.000.000, maka hitunglah :
c. Penilaian setoran modal berdasarkan metode goodwill sekutu lama !
d. Penilaian setoran modal berdasarkan metode goodwill sekutu baru !
e. Penilaian setoran modal berdasarkan metode bonus sekutu lama !
f. Penilaian setoran modal berdasarkan metode bonus sekutu baru !
A. Perbandingan Metode Goodwill Dengan Metode Bonus Di dalam perubahan pemilikan persekutuan melalui pembelian sebagian hak dari seluruh anggota persekutuan maka pemahaman terhadap penggunaan metode bonus dan penggunaan metode goodwill harus kita dapatkan terlebih dahulu.
a). Modal masing-masing sekutu.
Secara absolut jumlah modal sekutu di dalam metode goodwill dan metode bonus berbeda, akan tetapi secara prosentase sama karena dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini:
1. Pembagian laba. Bila pembagian laba memperhatikan modal masing-masing seklutu maka metode bonus dan goodwill akan berbeda namun bila pembagian laba tidak memperhatikan modal masing-masing sekutu maka kedua metode tersebut akan sama.
2. Pembagian aktiva di dalam likuidasi Besarnya bagian kas masing-masing sekutu sangat tergantung pada saldo
46
modal masing-masing sekutu dan rasio pembagian rugi-laba. Mengenai saldo modal akan tergantung pada 3 hal, yaitu:
• Saldo modal sesaat setelah masuknya sekutu baru.
• Transaksi modal setelah masuknya sekutu baru.
• Rasio pembagian rugi-laba.
Apabila setelah masuknya sekutu baru tidak terjadi transaksi modal dan pembagian laba atau rugi dilakukan tanpa memperhatikan jumlah modal maka metode bonus dan goodwill akan menghasilkan pembagian kas yang sama.
b). Rasio Pembagian Rugi-Laba Apabila laba-rugi dibagi dengan rasio tertentu maka metode bonus dan
goodwill akan menghasilkan rasio yang sama. Oleh karena itu penggunaan metode bonus dan goodwill akan menghasilkan pembagian laba (rugi) yang sama.
B. Masuknya Sekutu Baru Dengan Cara Menyetor Modal Cara lain untuk menjadi anggota baru dalam persekutuan adalah dengan jalan
menyetorkan modal. Besarnya setoran modal persekutuan tidak selalu sama dengan besarnya setoran sekutu baru karena hal ini dipengaruhi oleh:
• Keadaan persekutuan sebelum masuknya sekutu baru
• Setoran modal sekutu baru.
Berdasarkan kasus yang mungkin terjadi terhadap masuknya sekutu baru melalui penyetoran modal ternyata dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu sebagai berikut:
1. Tanpa membentuk bonus maupun goodwill.
2. Bonus untuk sekutu lama
3. Bonus untuk sekutu baru.
4. Goodwill untuk sekutu lama
5. Goodwill untuk sekutu baru.
6. Goodwill untuk sekutu lama dan sekutu baru.
47
Kelompok
Modal Sekutu Lama
Modal Sekutu Baru (MSB) dan jumlah Setoran Modal (JSM)
Tanpa bonus dan goodwill
Membentuk bonus Untuk sekutu lama
Untuk sekutu baru
Membentuk goodwill 1. Untuk sekutu lama
2. Untuk sekutu baru
3. Untuk sekutu lama dan baru
Tetap
Berubah
Bertambah
Berkurang
Bertambah
Tetap
Bertambah
MSB = JSM
MSB ≠ JSM
MSB < JSM
MSB > JSM
MSB = JSM
MSB >JSM
MSB >JSM
Contoh soal: Perhatikan data pada tabel di bawah ini!
persekutuan PQRS & modal
Proses masukya
sekutu S
Laba dan proporsi pembagian rugi-laba
P.80.000.000 Q.100.000.000
R.140.000.000
S.120.000.000
beli 40 % hak seluruh sekutu PQRS seharga 120.000.000
Laba yang dibagi =
Rp. 120.000.000
proporsi 10 : 20 : 30 : 40
Hitungkah besarnya goodwill negatif dan pengaruhnya terhadap persekutuan yang baru!
Penghitungan besarnya goodwill negatif atau badwill: NP = 100 % x 120.000.000 = 300.000.000
40 %
Nilai Buku 440.000.000)
Goodwill negatif (140.000.000)
48
Perhitungan dengan metode goodwill P. 10 % x 140.000.000 = 14.000.000
Q, 20 % x 140.000.000 = 28.000.000
R. 30 % x 140.000.000 = 42.000.000
S. 40 % x 140.000.000 = 56.000.000 +
140.000.000
Jurnal untuk mencatat goodwill yang dihilangkan : Modal P 14.000.000
Modal Q 28.000.000
Modal R 42.000.000
Modal S 56.000.000
Goodwill 140.000.000
Penghitungan modal P. 10% x 120.000.000 = 12.000.000
Q. 20% x 120.000.000 = 24.000.000
R. 30% x 120.000.000 = 36.000.000
S. 40% x 120.000.000 = 48.000.000
* jurnal untuk pencatatan masuknya modal T Modal P 12.000.000
Modal Q 24.000.000
Modal R 36.000.000
Modal S 48.000.000
Modal T 120.000.000
Komposisi perubahan modal
Keterangan P Q R S T Total
Sebelum masuknya T 80 100 120 140 - 440
Goodwill ( 14 ) ( 28 ) ( 42 ) ( 56 ) - ( 140 )
Masuknya T ( 12 ) ( 24 ) ( 36 ) ( 48 ) 120 -
Jumlah 54 48 42 36 120 300
49
Komposisi perubahan laba
Keterangan P Q R S T Total
Sebelum masuknya T 12 24 36 48 - 120
Masuknya T ( 4,8 ) ( 9,6 ) ( 14,4 ) ( 19,2 ) 48 -
Setelah T masuk 7,2 14,4 21,6 28,8 48 120
2. Jika terdapat informasi berikut ini:
Persekutuan ABCD
dan modal
Proses masukya
sekutu E
Laba dan proporsi pembagian rugi-laba
A. 80.000.000
B. B.100.000.000
C. 140.000.000
D. 120.000.000 +
440.000.000
beli 40 % hak seluruh
sekutu ABCD seharga 190.000.000
Laba yang dibagi =
Rp. 0.000.000
proporsi 10 : 15 : 40 : 35
Tentukan komposisi perubahan modal & laba dengan metode goodwill.
Jawab: NP = 100 % x 190.000.000 = 475.000.00
40 %
Nilai buku = 440.000.000
Goodwill = 35.000.000
Pembagian goodwill bagi sekutu:
1. A. 10 % x 35.000.000 = 3.500.000
2. B. 15 % x 35.000.000 = 5.250.000
3. C. 40 % x 35.000.000 = 14.000.000
4. D. 35 % x 35.000.000 = 12.250.000
50
Jurnal untuk mencatat goodwill yang diterima : Goodwill 35.000.000
Modal A 3.500.000
Modal B 5.250.000
Modal C 14.000.000
Modal D 12.250.000
Komposisi perubahan modal
Keterangan A B C D E Total
Sebelum E masuk 80 100 140 120 - 440
Goodwill 3,5 5,25 14 12,25 - 35
Masuknya E ( 9 ) ( 28,5 ) ( 76 ) ( 66,5 ) 190 -
Setelah E masuk 64,5 76,75 78 65,75 190 475
Komposisi perubahan laba
Keterangan A B C D E Total
Sebelum E masuk 18 27 72 63 - 180
Masuknya E ( 7,2 ) ( 10,9 ) ( 28,8 ) ( 25,2 ) 72 -
Setelah E masuk 10,8 16,2 42,2 37,8 72 180
2) Contoh Soal: Masuknya Sekutu Baru dengan Jalan Menyetor modal Tommy dan Sandy mempunyai saldo masing-masing Rp. 110.000.000 dan membagi modal sama rata pada tahun 1998. Pada awal tahun 1999 sepakat menerima Primus dengan modal yang harus disetor Rp. 150.000.000.
Bila bonus dari sekutu lama juga akan diperoleh sebesar Rp. 5.000.000, maka hitunglah
1. Penilaian setoran modal berdasarkan metode goodwill sekutu lama !
2. Penilaian setoran modal berdasarkan metode goodwill sekutu baru !
3. Penilaian setoran modal berdasarkan metode bonus sekutu lama !
4. Penilaian setoran modal berdasarkan metode bonus sekutu baru !
51
Jawab: 1) Penilaian berdasarkan goodwill untuk sekutu lama
Data berikut ini dalam juta :
Sekutu Sebelum
penilaian
ulang
Penilaian
ulang
Setelah
penilaian
ulang
Investasi
baru
Modal
setelah
transfer
Tommy 110 40 150 - 150
Sandy 110 40 150 - 150
Primus - - - 150 150
Jumlah 220 80 300 150 450
2) Penilaian berdasarkan goodwill untuk sekutu baru
Data berikut ini dalam juta :
Sekutu Sebelum
penilaian
ulang
Investasi
baru
Modal
setelah
transfer
Tommy 110 - 110
Sandy 110 - 110
Primus - 163,33* 163,33
Jumlah 220 163,33 383,33
Ket : *) (Rp 150.000.000- Rp. 110.000.000)/3 + Rp. 150.000.000 = Rp 163.333.333
3) Sistem penilaian berdasarkan bonus untuk sekutu lama
Data berikut ini dalam juta :
Sekutu Sebelum
penilaian
ulang
Investasi
baru
Modal
setelah
transfer
Tommy 110 13,33* 123,33
Sandy 110 13,33 123,33
Primus - 123,33 123,33
Jumlah 220 149,99 369,99
Ket : *) (Rp. 150.000.000 - Rp. 110.000.000)/ 3 = 40.000/3 =13.333,33
52
4) Sistem penilaian berdasarkan bonus untuk sekutu baru
Bila bonus didapat dari sekutu lama untuk sekutu baru maka juga akan diperoleh bonus sebesar Rp. 5.000.000 untuk sekutu baru dimana merupakan transfer dari masing-masing sekutu lama sebesar Rp. 2.500.000 maka perhitungannya bonus adalah sebagai berikut:
Data berikut ini dalam juta :
Sekutu Sebelum
penilaian
ulang
Investasi
baru
Modal
setelah
transfer
Tommy 110 (2,5)* 107,5*
Sandy 110 (2,5) 107,5
Primus - 155 155
Jumlah 220 150 370
Ket *) Rp. 5.000.000/2 = Rp. 2.500.000
**) Rp. 110.000.000 – Rp. 2.500.000
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda
mengerjakan latihan berikut ini !
1). Apabila persekutuan bubar apakah berarti bubarnya perusahaan ? Jelaskan!.
2). Sebutkan 3 penyebab utama bubarnya persekutuan !.
3). Apa saja yang termasuk dalam faktor bubarnya persekutuan karena sesuai dengan perjanjian persekutuan ?.
4). Sebutkan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan persekutuan bubar karena putusan pengadilan!.
5). Apa perbedaan antara perubahan persekutuan dengan perbubaran persekutuan!.
6). Sebutkan 4 cara perubahaan persekutuan dengan masuknya sekutu Baru!.
7). Sebutkan 5 macam cara pembelian hak sekutu lama oleh sekutu baru!.
8). Apa saja kemungkinan yang terjadi dalam transaksi jual beli sebagian dari Hak-hak seruluh anggota sekutu!.
9). Metode apa saja yang dapat digunakan apabila Harga jual-Beli < Nilai Buku!.
10). Apabila masuknya sekutu baru dengan cara menyetor modal maka dapat dikelompok
menjadi 6, sebutkan 6 pengelompokan tersebut !.
53
Dalam pembelian hak sekutu lama terdapat lima kasus yang mungkin terjadi, yaitu:
1. Membeli sebagian hak seorang sekutu
2. Membeli seluruh hak seorang sekutu.
3. Membeli sebagian hak beberapa orang sekutu.
4. Membeli seluruh hak beberapa orang sekutu.
5. Membeli sebagian hak seluruh anggota sekutu.
a. Harga jual-beli = Nilai buku
b. Harga jual-beli > Nilai buku
c. Harga jual-beli < Nilai buku
Menggunakan pendekatan:
- metode goodwill negatif
- metode bonus
Kelompok
Modal Sekutu Lama
Modal Sekutu Baru (MSB) dan jumlah Setoran Modal (JSM)
Tanpa bonus dan goodwill
Membentuk bonus Untuk sekutu lama
Untuk sekutu baru
Membentuk goodwill 1. Untuk sekutu lama
2. Untuk sekutu baru
3. Untuk sekutu lama dan baru
Tetap
Berubah
Bertambah
Berkurang
Bertambah
Tetap
Bertambah
MSB = JSM
MSB ≠ JSM
MSB < JSM
MSB > JSM
MSB = JSM
MSB >JSM
MSB >JSM
54
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!
1) Bubarnya persekutuan diikuti dengan bubarnya perusahaan disebut:
A. Akuisisi
B. Likuidasi
C. Merger
D. Konsolidasi
2) Di bawah ini tidak dapat dikategorikan sebagai disolusi (bubarnya persekutuan tidak diikuti bubarnya perusahaan induk) adalah:
A. Merger
B. Privatisasi
C. Aliansi
D. Akuisisi
3) Berikut ini yang bukan merupakan penyebab bubarnya persekutuan, yaitu:
A. Persekutuan bubar karena masuknya sekutu baru
B. Persekutuan bubar karena dilikudasi
C. Persekutuan bubar karena mengalami kerugian
D. Persekutuan bubar karena jangka waktu persekutuan habis.
4) Penyebab bubarnya persekutuan yang termasuk dalam kategori bubarnya karena berdasarkan Undang-Undang adalah:
A. Sekutu meninggal dunia.
B. Pengunduran diri sekutu secara resmi.
C. Persekutuan dirubah menjadi PT.
D. Tujuan Persekutuan yang tertuang dalam perjanjian telah tercapai.
5) Seseorang dapat menjadi sekutu baru dari persekutuan yang telah berdiri dengan cara:
A. Mendaftar dan membuat perjanjian
B. Membeli hak sekutu lama baik seorang, sebagian dari beberapa sekutu atau sebagian dari seluruh sekutu.
C. Menyetor modal mula-mula.
D. Memberi pinjaman kredit kepada persekutuan.
55
6) Harga transaksi atas pembelian hak sekutu lama oleh sekutu baru akan dicatat sebagai berikut:
A. Harga transaksi sebesar harga perolehan
B. Harga transaksi sebesar harga pasar
C. Harga transaksi sebesar harga terendah (Low Cost).
D. Harga transaksi sebesar harga buku
7) Berikut ini pernyataan yang benar adalah:
A. Jual beli hak sekutu cukup disetujui oleh sekutu-sekutu yang dibeli haknya.
B. Aturan main pembelian hak sekutu lama oleh sekutu baru sudah diatur dalam perjanjian.
C. Sangat memungkinkan sekutu baru membeli 100% dari hak-hak seluruh sekutu.
D. Pada saat sekutu baru membeli hak sekutu lama telah dihitung dahulu ruginya yang mengurangi modal.
8) Bila diketahui Persekutuan “ MNOX” membagi laba atau rugi dengan rasio 20: 35: 25:20, sedangkan saldo modal persekutuan tersebut pada akhir tahun 2000 adalah sebagai berikut:
Modal M, Rp. 60.000.000
Modal N, Rp. 105.000.000
Modal O, Rp. 75.000.000
Modal X, Rp. 60.000.000
Sekutu I masuk kedalam persekutuan MNOX dengan jalan membeli 50% hak N dan O baik atas modal maupun hak rugi laba sebesar Rp. 100.000.000 maka komposisi modal setelah masuknya I sebagai anggota sekutu adalah:
A. M= Rp. 60 juta, I = 90 juta , N= 52,5 juta, O =37,5 juta dan X = 60 juta.
B. M= Rp. 50 juta, I = 90 juta , N= 52,5 juta, O =37,5 juta dan X = 60 juta.
C. M= Rp. 60 juta, I = 90 juta , N= 50,5 juta, O =35,5 juta dan X = 50 juta.
D. M= Rp. 60 juta, I = 80 juta , N= 52,5 juta, O =35,5 juta dan X = 60 juta.
9) Terkait data no.8 maka apabila I membeli hak sekutu 25% hak sekutu M, N dan O maka struktur modalnya setelah masuknya I seabgai sekutu baru adalah :
A. M= Rp. 50 juta, I = 90 juta , N= 52,5 juta, O =37,5 juta dan X = 60 juta.
B. M= Rp. 45 juta, I = 90 juta , N= 52,5 juta, O =37,5 juta dan X = 60 juta.
C. M= Rp. 60 juta, I = 90 juta , N= 50,5 juta, O =35,5 juta dan X = 50 juta.
D. M= Rp. 60 juta, I = 80 juta , N= 52,5 juta, O =35,5 juta dan X = 60 juta.
56
10) Terkait data no.8 maka apabila I membeli hak sekutu 30% hak seluruh sekutu maka struktur modalnya setelah masuknya sekutu I adalah sebagai berikut :
A. M= Rp. 50 juta, I = 90 juta , N= 52,5 juta, O =37,5 juta dan X = 60 juta.
B. M= Rp. 45 juta, I = 90 juta , N= 52,5 juta, O =37,5 juta dan X = 60 juta.
C. M= Rp. 60 juta, I = 90 juta , N= 50,5 juta, O =35,5 juta dan X = 50 juta.
D. M= Rp. 60 juta, I = 80 juta , N= 52,5 juta, O =35,5 juta dan X = 60 juta.
57
Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dan operasional perusahaan juga sudah tidak menguntungkan sehingga terjadi pengunduran diri semua sekutu dan pembubaran perusahaan persekutuan.
Perbedaan Likuidasi dengan Perubahan Persekutuan: Likuidasi terjadi apabila semua sekutu mengundurkan diri dan persekutuan dibubarkan, serta aktiva non-kasnya dijual.
Perubahan persekutuan terjadi apabila:
i. Sekutu berkurang, hal ini terjadi bila seorang sekutu atau beberapa sekutu mengundurkan diri.
ii. Sekutu bertambah, hal ini terjadi apabila ada seorang sekutu atau beberapa sekutu yang masuk ke dalam persekutuan.
Proses Likuidasi ada 4 (Empat) tahapan, yaitu:
1. Tahap menghitung dan membagi laba atau rugi persekutuan sampai saat likuidasi (berupa ratio pembagian laba). Pembagian laba dilakukan sesuai dengan metode pembagian laba. Tahap ini hanya diperlukan apabila likuidasi tidak dilakukan pada awal atau akhir periode.
2. Menguangkan (menjual) semua aktiva selain kas. Tahap yang kedua ini disebut Realisasi. Apabila nilai realisasi aktiva non-kasnya lebih kecil dibanding nilai bukunya maka kerugian harus ditanggung semua sekutu dengan mengurangkan modalnya. Sebaliknya bila nilai realisasi aktiva non-kasnya lebih besar dibanding nilai bukunya maka keuntungkan akan menambah modal semua sekutu sesuai ratio pembagian labanya. Rugi-laba tersebut diakui sebagai rugi laba realisasi.
3. Melunasi semua hutang persekutuan
58
Setelah penjualan aktiva non-kas (realisasi) maka hasilnya akan menambah kas, kemudian kas ini sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata harus digunakan terlebih dahulu untuk:
a. Melunasi hutang kepada pihak ketiga (bukan sekutu)
Hutang pihak ketiga harus diprioritaskan untuk dilunasi terutama hutang pihak ketiga yang jumlahnya besar terlebih dahulu.
b. Melunasi hutang sekutu
Setelah semua utang kepada pihak ketiga dilunasi maka menyusul pelunasan hutang sekutu yang biasanya bila hanya hutang pada seorang sekutu maka dilakukan bersama-sama dengan pengembalian modal pada likuidasi sederhana. Apabila hutang lebih dari satu sekutu maka dilakukan pelunasan dengan prioritas sekutu yang modalnya lebih besar.
Apabila terbukti modalnya tidak cukup untuk melunasi hutang maka sekutu yang bersangkutan harus membayar hutang dengan harta pribadi.
4. Membagi sisa kas yang masih ada kepada para sekutu
Sisa kas dibagikan setelah hutang kepada pihak ketiga dan sekutu dilunasi.
Tujuan pembagian sisa kas ini adalah:
i. Untuk mengembalikan modal kepada para sekutu sebagai wujud pembagian hak kepada sekutu. Pengembalian modal ini sebesar modal bersih (modal setelah dikurangi laba-rugi realisasi dan hutang) masing-masing sekutu.
ii. Untuk melindungi kepentingan sekutu dikarenakan tanggung jawab sekutu tidak terbatas maka apabila kas memungkinkan biasanya pembayaran utang kepada sekutu dilakukan bersama-sama dengan pengembalian modal kepada sekutu.
Menurut cara pembagian kasnya, likuidasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Likuidasi Sekaligus/ Sederhana , yaitu likuidasi yang pembagian kasnya dilakukan serentak karena realisasi non-aktivanya sekaligus.
2. Likuidasi Bertahap/ Berangsur, yaitu likuidasi yang dilakukan sesuai tersedianya kas walaupun realisasinya belum tuntas.
Sasaran dan tujuan mahasiswa mempelajari likuidasi sederhana adalah:
1. Mahasiswa mengerti dan memahami pengertian likuidasi.
2. Mahasiswa dapat membedakan antara likuidasi dengan perubahan persekutuan.
3. Mahasiswa dapat menyebutkan proses likuidasi.
4. Mahasiswa dapat membedakan antara likuidasi sederhana dengan likuidasi berangsur.
5. Mahasiswa dapat memahami per kasus likuidasi sederhana baik kondisi sekutu yang mampu maupun sekutu dalam keadaan tidak mampu.
6. Mahasiswa mampu menghitung dan membuat laporan likuidasi sederhana dalam beberapa kasus.
7. Mahasiswa mampu membuat jurnal untuk berbagai kasus likuidasi sederhana.
59
Pengertian Likuidasi Sederhana (Simple Liquidation)
Likuidasi sekaligus/ sederhana sering disebut sebagai likuidasi serentak karena pembagian kasnya dilakukan serentak untuk semua sekutunya. Disamping itu sering disebut juga sebagai likuidasi tunggal karena realisasi non aktivanya hanya sekali saja dan menyeluruh. Pembagian kas dilakukan hanya seklai saja yaitu setelah semua aktiva non-kasnya terjual dan hutang kepada pihak ketiga maupun kepada sekutu telah dilunasi.
Asumsi dasar: Solvensi vs Insolvensi Persekutuan Likuidasi akan terjadi pada persekutuan yang solven dan tidak solven (insolven). Persekutuan dianggap tidak solven apabila aktiva tercatat tidak memadai untuk melunasi kewajiban persekutuan yang ada. Hal ini merupakan pendekatan entirtas terhadap masalah insolvensi.
Dari segi hokum insolvensi persekutuan dilihat dari sisi agregat/ kumpulan yaitu persekutuan yang dinyatakan tidak solven jika harta masing-masing sekutu ditambah harta persekutuan tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban persekutuan.
Terdapat 5 kemungkinan yang akan terjadi di dalam likuidasi sederhana/ sekaligus, yaitu: a. Semua sekutu modalnya bersaldo positif.
b. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif tetapi dapat ditutup dengan utang kepada sekutu yang bersangkutan.
c. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun tidak dapat ditutup dengan utang-piutang sekutu yang bersangkutan.
d. Kondisi Khusus: Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun sekutu yang harus menyetor modal secara pribadi dalam keadaan tidak mampu.
e. Kondisi Khusus: Kas yang ada tidak cukup untuk melunasi Utang kepada pihak ketiga.
60
Pada topik 1 akan dibahas likuidasi sederhana dengan 3 kemungkinan diatas dimana semua sekutu dalam keadaan mampu, kemudian pada topik kedua dibahas mengenai likuidasi sederhana dalam keadaan khusus yaitu sekutu dalam keadaan tidak mampu dan realisasi yang terlalu kecil sehingga kas tidak cukup melunasi hutang kepada pihak ketiga.
1) Saldo Semua Sekutu Setelah Realisasi Bernilai Positif.
Di dalam kasus normal biasanya nilai realisasi lebih kecil daripada nilai bukunya namun kerugian akibat realisasi tidak begitu besar sehingga saldo masing-masing sekutu setelah realisasi bernilai positif semua.
Langkah-langkah:
a. Realisasi nilai aktiva non-kas.
b. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.
c. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.
d. Pelunasan hutang sekutu dan pembagian kas sekaligus
Contoh soal likuidasi 4. 1:
Firma “GHI”
NERACA
Per 31 Desember 2000
Kas
Piutang
Persediaan
Aktiva Tetap
10.000.000
30.000.000
30.000.000
40.000.000
Hutang dagang
Hutang bank
Hutang kepada A
Modal G
Modal H
Modal I
15.000.000
25.000.000
10.000.000
20.000.000
15.000.000
25.000.000
Jumlah aktiva 110.000.000 Jumlah hutang dan modal 110.000.000
G, H dan I bersepakat membagi laba rugi dengan perbandingan 30 % : 20 % : 50 %. Karena adanya ketidakcocokan , mereka bersepakat untuk melikuidasi Firmanya setelah tanggal 01 Januari 2001. Aktiva-aktiva non kas direalisasikan dengan rincian sebagai berikut :
1.
- Persediaan berhasil dijual denganharga Rp 40.000.000,00
- Aktiva tetap berhasil dijual dengan harga Rp 30.000.000,00
- Piutang dagang dapat ditagih sebesar Rp 25.000.000,00
61
2.
- Piutang dagang hanya dapat ditagih sebesar Rp 15.000.000,00
- Aktiva tetap dijual dengan harga Rp 25.000.000,00
- Persediaan laku dijual sebesar Rp 8.000.000,00
- Anggota yang defisit mampu membayar
3.
Idem Nomor 2. Tapi anggota yang defisit tidak mampu membayar.
Diminta : 1. Buatlah laporan likuidasi Firma
2. Buatlah jurnal-jurnal yang diperlukan
Bahasan :
62
63
Jurnal realisasi :
Kas
Modal G
Modal H
Modal I
95.000.000
1.500.000
1.000.000
2.500.000
Piutang dagang
Persediaan
Aktiva tetap
30.000.000
30.000.000
40.000.000
Jurnal pelunasan hutang :
Hutang dagang
Hutang bank
Hutang pada A
15.000.000
25.000.000
10.000.000
Kas 50.000.000
Jurnal pembagian kas :
Modal G
Modal H
Modal I
18.500.000
14.000.000
22.500.000
Kas 55.000.000
2) Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi dapat ditutup dengan utang kepada sekutu yang bersangkutan
Rugi realisasi yang cukup besar dapat menyebabkan saldo milik sekutu bernilai negatif (defisit) sesudah realisasi. Apabila persekutuan memiliki hutang kepada salah seorang sekutu tersebut, maka defisit sekutu tersebut dapat ditutup dengan hutang persekutuan kepada sekutu.
Langkah-langkah:
1. Realisasi nilai aktiva non-kas.
2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.
3. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.
4. Penutupan defisit dengan pembayaran sebagian hutang sekutu.
5. Pelunasan hutang sekutu.
6. Pembagian kas.
Contoh : ..............Meneruskan informasi pada contoh soal 4.1
64
65
Jurnal realisasi :
Kas
Modal G
Modal H
Modal I
48.000.000
15.600.000
10.400.000
26.000.000
Piutang dagang
Persediaan
Aktiva tetap
30.000.000
30.000.000
40.000.000
Jurnal pelunasan hutang :
Hutang dagang
Hutang bank
Hutang pada A
15.000.000
25.000.000
10.000.000
Kas 50.000.000
Jurnal setoran dari anggota yang defisit :
Kas 1.000.000
Modal I 1.000.000
Jurnal pembagian kas :
Modal G
Modal H
4.400.000
4.600.000
Kas 9.000.000
3) Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi tidak dapat ditutup dengan utang kepada sekutu yang bersangkutan
Rugi realisasi yang cukup besar dapat menyebabkan saldo milik sekutu bernilai negatif (defisit) sesudah realisasi. Apabila defisit lebih besar daripada hutang persekutuan kepada salah seorang sekutu tersebut, maka defisit sekutu tersebut dapat ditutup dengan sebagian hutang namun akhirnya harus ditutup sekutu yang defisit tersebut dengan setoran kas.
Langkah-langkah: 1. Realisasi nilai aktiva non-kas.
2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya
3. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga
66
4. Penutupan defisit dengan pembayaran sebagian hutang sekutu.
5. Pembagian kas dari selisih antara modal bersih dengan penutupan defisit yang dibebankan kepada masing-masing sekutu sesuai prosentase yang telah dikurangi prosentase sekutu tidak mampu.
67
Jurnal realisasi :
Kas
Modal G
Modal H
Modal I
48.000.000
15.600.000
10.400.000
26.000.000
Piutang dagang
Persediaan
Aktiva tetap
30.000.000
30.000.000
40.000.000
Jurnal pelunasan hutang :
Hutang dagang
Hutang bank
Hutang pada A
15.000.000
25.000.000
10.000.000
Kas 50.000.000
Jurnal pembebanan anggita yang defisit :
Modal G
Modal H
600.000
400.000
Modal I 1.000.000
Jurnal pembagian kas :
Modal G
Modal H
3.800.000
4.200.000
Kas 8.000.000
68
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda mengerjakan latihan berikut ini !
1. Apa pengertian dari likuidasi?
2. Apa arti asumsi dasar solvensi dan insolvensi? Jelaskan
3. Sebutkan 4 tahap dalam proses likuidasi!
4. Apa yang dimaksud dengan realisasi?.
5. Sebutkan 2 macam likuidasi dan jelaskan masing-masing jenis likuidasi tersebut berdasarkan pembagian kasnya!.
6. Didalam likuidasi sekaligus/ sederhana terdapat 5 kemungkinan kondisi modal bersih masing- masih sekutu sebutkan!.
7. Apa yang harus dilakukan oleh para sekutu Apabila ada sekutu yang bersaldo negatif namun sekutu masih dalam kondisi mampu?
8. Jelaskan perbedaan antara sekutu yang dalam kondisi mampu dengan sekutu dalam kondisi tidak mampu!
9. Sebutkan 2 kasus yang dapat menunjukkan bahwa sekutu dianggap dalam kondisi tidak mampu!
10. Apabila sekutu yang harus menyetor modal secara pribadi dalam keadaan tidak mampu maka apa yang harus dilakukan sekukan sekutu lainya?
11. Bagaimana likuidasi dilakukan apabila kas yang ada tidak cukup untuk melunasi utang kepada ketiga ?
12. Proses apa saja yang harus dilalui sebelum melakukan penghitungan modal bersih dalam kondisi sekutu yang tidak mampu!.
13. Menutup modal bersih persekutuan, hutang pihak ketiga, hutang sekutu yang tidak dapat ditutup dengan kas maka harus ditutup dengan harta pribadi sekutunya. Hal ini termasuk karakteristik apa dalam persekutuan?
69
Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dan operasional perusahaan sehingga harus dibubarkan. Menurut cara pembagian kasnya, likuidasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Likuidasi Sekaligus/ Sederhana , yaitu likuidasi yang pembagian kasnya dilakukan
serentak karena realisasi non-aktivanya sekaligus.
a. Semua sekutu modalnya bersaldo positif.
b. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif tetapi dapat ditutup dengan utang kepada sekutu yang bersangkutan.
c. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun tidak dapat ditutup dengan utang-piutang sekutu yang bersangkutan.
d. Kondisi Khusus: Sekutu Secara Pribadi tidak mampu
2. Likuidasi Bertahap/ Berangsur, yaitu likuidasi yang dilakukan sesuai tersedianya kas walaupun realisasinya masih bertahap/ belum tuntas.
3. Likuidasi Sederhana dengan kondisi khusus ada 2 kondisi yaitu:
a. Sekutu Yang harus Menutup Modal Negatif Dengan Asset Pribadi dalam Kondisi tidak Mampu (Insolven) maka defisit sekutu tersebut dapat ditutup dengan modal sekutu lainnya yang masih mampu.
b. Kas Yang Ada Tidak Mampu Untuk Melunasi Hutang kepada pihak ketiga, maka hutang kepada pihak ketiga dapat ditutup dengan setoran kas sekutu yang mampu atau ditutup dengan hutang persekutuan kepada salah satu sekutu.
70
71
72
73
Likuidasi seperti telah dijelaskan sebelumnya merupakan proses pembubaran persekutuan ditandai penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dan operasional perusahaan juga sudah tidak menguntungkan sehingga terjadi pengunduran diri semua sekutu dan pembubaran perusahaan persekutuan.
Di dalam penjualan aktiva non-kas ini dalam kenyataannya tidak mudah karena banyak pihak persekutuan maupun pihak pembeli tidak mau rugi sehingga harus setiap aktiva yang akan dijual diperhitungkan dengan akurat dan teliti. Dengan demikian membutuhkan waktu lama sehingga likuidasi untuk sementara bisa dilakukan dengan aktiva non-kas yang telah diketahui harganya secara pasti, kemudian baru menyusul realisasi aktiva non-kas yang lain pada periode berikutnya. Oleh karena itu likuidasi dilakukan secara bertahap/ berangsur dalam kurun waktu berbulan-bulan bahkan sampai
satu tahun.
Ada dua metode pembagian kas yang digunakan :
1. Pembagian kas tanpa program kas
2. Pembagian kas dengan program kas
Dengan membaca bab ini Diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran materi ini, yaitu:
1. Membuka wawasan dan pemahaman mahasiswa tentang pengertian likuidasi bertahap
2. Membuka wawasan dan pemahaman mahasiswa tentang pentingnya likuidasi ber.tahap
3. Mahasiswa dapat membedakan antara likuidasi sederhana dengan likuidasi bertahap.
4. Mahasiswa mampu menyebutkan kembali urutan-urutan proses likuidasi bertahap baik urutan perhitungan kas maupun program pembagian kasnya.
5. Mahasiswa mampu melakukan praktek penghitungan kas dan program pembagian kas sampai dengan penjurnalannya.
74
A. Pengertian Likuidasi Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dan operasional perusahaan juga sudah tidak menguntungkan
B. Tujuan likuidasi Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan kerugian minimum
dari realisasi aktiva.
Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.
Untuk membagikan uang tunai dan tunai dan aktiva lain yang tidak dapat dicairkan kepada masing-masing sekutu dengan cara yang adil.
Tujuan fungsi akuntansi yang terkait dengan likuidasi adalah untuk menyajikan informasi yang memadai agar aktiva dapat dibagikan secara adil kepada kreditor dan sekutu dengan memperhatikan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian terjadi pergeseran dari pengukuran rugi laba periodic menjadi penentuan realisasi keuntungan dan kerugian.
C. Asumsi dasar: Solvensi vs Insolvensi Persekutuan Likuidasi akan terjadi pada persekutuan yang solven dan tidak solven (insolven). Persekutuan dianggap tidak solven apabila aktiva tercatat tidak memadai untuk melunasi kewajiban persekutuan yang ada. Hal ini merupakan pendekatan entirtas terhadap masalah insolvensi.
Dari segi hokum insolvensi persekutuan dilihat dari sisi agregat/ kumpulan yaitu persekutuan yang dinyatakan tidak solven jika harta masing-masing sekutu ditambah harta persekutuan tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban persekutuan.
D. Pengertian likuidasi Berangsur Yaitu likuidasi yang nilai realisasi non-kasnya diketahui secara bertahap sehingga realisasinya juga dilakukan secara berangsur. Proses realisasi kadang memakan waktu lama karena memerlukan prediksi dan proyeksi yang akurat untuk harga realisasi. Oleh karena itu pembagian kas dapat dilakukan sebelum selesainya realisasi. Setelah
75
semua hutang kepada pihak ketiga berarti ada sisa kas lagi yang dapat dibagi dan menjadi hak sekutu.
Kemudian untuk menentukan besarnya pembagian kas ada dua cara, yaitu:
1. membuat perhitungan pembagian
2. membuat program pembagian kas.
Perhitungan pembagian kas Prosedur yang harus dilakukan dalam perhitungan pembagian kas:
a. Mencatat realisasi aktiva non kas yang berhasil dijual
b. Membebankan laba atau rugi akibat realisasi aktiva non kas kepada modal masing-masing anggota
c. Melunasi hutang-hutang dengan menggunakan kas yang ada
d. Apabila ada sebagian aktiva non kas yang belum berhasil dijual, maka dianggap suatu kerugian dan membebankan kerugian tersebut kepada para anggota
e. Apabila ada biaya likuidasi yang timbul , biaya tersebut dibebankan kepada para anggota sesuai dengan perbandingan pembagian laba rugi
f. Membagikan kas yang ada sebagai pengembalian modal kepada anggota-anggota yang mempunyai rekening modal bersaldo kredit ( tidak defisit ).
Contoh : Fa. “ABCD”
Neraca
per 31 Desember 2000
Kas
Piutang
Persediaan
Aktiva tetap
80.000.000
20.000.000
200.000.000
700.000.000
Hutang dagang
Hutang pada Tn A
Hutang pada Tn B
Modal A ( 30 % )
Modal B ( 20 % )
Modal C ( 25 % )
Modal D ( 25 % )
25.000.000
75.000.000
50.000.000
200.000.000
175.000.000
215.000.000
260.000.000
1.000.000.000 1.000.000.000
Likuidasi Firma dilakukan secara berangsur yang terdiri dari tahapan sebagai berikut:
a. Januari 2001
- Piutang berhasil ditagih sebesar Rp 17.500.0000,00
- Aktiva tetap yang harga pokoknya Rp 250.000.000,00 berhasil dijual seharga Rp 300.000.000,00
76
b. Maret 2001
- Persediaan yang harga pokoknya Rp 180.000.000,00 laku dijual seharga Rp 225.000.000,00
c. Mei 2001
- Sisa persediaan yang belum tertagih dihapuskan
- Piutang yang belum ditagih dihapuskan
- Sisa aktiva tetap laku dijual seharga Rp 400.000.000,00
Bahasan : Realisasi tahap I
Realisasi piutang 17.500.000
Realisasi aktiva tetap 300.000.000
Kas hasil realisasi 317.500.000
Laba realisasi aktiva tetap : ( 300.000.000 – 250.000.000 ) = 50.000.000
Dibagikan kepada anggota :
A = 30 % X 50.000.000 = 15.000.000
B = 20 % X 50.000.000 = 10.000.000
C = 25 % X 50.000.000 = 12.500.000
D = 25 % X 50.000.000 =12.500.000
Jurnal realisasi tahap I :
Kas 317.500.000
Piutang dagang
Aktiva tetap
Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
17.500.000
250.000.000
15.000.000
10.000.000
12.500.000
12.500.000
Pelunasan hutang – hutang Firma
Hutang dagang
Hutang pada A
Hutang pada B
25.000.000
75.000.000
50.000.000
Kas 150.000.000
77
Aktiva non kas yang belum terjual dianggap sebagai kerugian : Aktiva non kas 920.000.000
Yang terealisasi 267.500.000
Yang belum terealisasi 652.500.000
Modal A (30%)
Modal B (20%)
Modal C (25%)
Modal D (25%)
Saldo 1 jan
Laba realisasi I
200.000.000
15.000.000
175.000.000
10.000.000
215.000.000
12.500.000
260.000.000
12.500.000
Rugia aktiva non kas belum realisasi
215.000.000
(195.750.000)
185.000.000
(130.500.000)
227.500.000
(163.125.000)
272.500.000
(163.125.000)
Saldo 31 Jan. 19.250.000 54.500.000 64.375.000 109.375.000
Membagikan kas yang ada :
Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
19.250.000
54.500.000
64.375.000
109.375.000
Kas 247.500.000
Realisasi tahap II
Realisasi persediaan 225.000.000
Harga pokok persediaan 180.000.000
Laba realisasi 45.000.000
Jurnal realisasi tahap II:
Kas 225.000.000
Persediaan
Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
180.000.000
13.500.000
9.000.000
11.250.000
11.250.000
78
Aktiva non kas yang belum terjual dianggap sebagai kerugian : Aktiva non kas 652.500.000
Yang terealisasi 180.000.000
Yang belum terealisasi 472.500.000
Modal A (30%)
Modal B (20%)
Modal C (25%)
Modal D (25%)
Saldo 1 jan
Pembagian tahap I
200.000.000
(19.250.000)
175.000.000
(54.500.000)
215.000.000
(64.375.000)
260.000.000
(109.375.000)
Bagian laba realisasi
Tahap I
Tahap II
180.750.000
15.000.000
13.500.000
120.500.000
10.000.000
9.000.000
150.625.000
12.500.000
11.250.000
150.625.000
12.500.000
11.250.000
Rugi aktiva non kas belum realisasi
209.250.000
(141.750.000)
139.500.000
(94.500.000)
174.375.000
(118.125.000)
174.375..000
(118.125.000)
Saldo 31 Maret 67.500.000 45.000.000 56.250.000 56.250.000
Membagikan kas yang ada :
Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
67.500.000
45.000.000
56.250.000
56.250.000
Kas 225.000.000
Realisasi tahap III
Piutang yang belum tertagih 2.500.000
Persediaan yang belum terjual 20.000.000
Dihapuskan 22.500.000
Realisasi aktiva tetap 400.000.000
Harga pokok Aktiva tetap 450.000.000
Rugi realisasi 50.000.000
79
Total kerugian : 22.500.000 + 50.000.000 = 72.500.000
Jurnal realisasi tahap III :
Kas
Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
400.000.000
21.750.000
14.500.000
18.125.000
18.125.000
Piutang dagang
Persediaan
Aktiva tetap
2.500.000
20.000.000
450.000.000
Modal A (30%)
Modal B (20%)
Modal C (25%)
Modal D (25%)
Saldo 1 jan
Pembagian th 1 Pembagian th. II
200.000.000
(19.250.000)
(67.500.000)
175.000.000
(54.500.000)
(45.000.000)
215.000.000
(64.375.000)
(56.250.000)
260.000.000
(109.375.000)
(56.250.000)
Bagian laba realisasi
Tahap I
Tahap II
Tahap III
113250.000
15.000.000
13.500.000
(21.750.000)
75.500.000
10.000.000
9.000.000
(14.500.000)
94.375.000
12.500.000
11.250.000
(18.125.000)
94.375.000
12.500.000
11.250.000
(18.125.000)
Saldo 31 Mei 120.000.000 80.000.000 100.000.000 100.000.000
Membagikan kas yang ada :
Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
120.000.000
80.000.000
100.000.000
100.000.000
Kas 400.000.000
Proses realisasi kadang memakan waktu lama karena memerlukan prediksi dan proyeksi yang akurat untuk harga realisasi. Oleh karena itu pembagian kas dapat dilakukan sebelum selesainya realisasi. Setelah semua hutang kepada pihak ketiga berarti ada sisa kas lagi yang dapat dibagi dan menjadi hak sekutu.
Kemudian di dalam likuidasi berangsur setelah melakukan penghitungan pembagian kas kemudian membuat program pembagian kas.
I. Program Pembagian Kas Prosedur penyusunan rencana (program) pembagian kas adalah sebagai berikut:
1. Menghitung saldo modal bersih masing-masing sekutu. Besarnya saldo modal bersih masing-masing sekutu sama dengan:
Saldo awal rekening modal xxxx
Ditambah:
- Hutang kepada sekutu xxxx +
Jumlah xxxx
Dikurangi:
- Saldo debit rekening prive xxxx
- Saldo piutang kepada sekutu xxxx +
xxxx –
Modal Bersih xxxx
2. Menghitung kemampuan masing-masing sekutu untuk menanggung rugi persekutuan, besarnya rugi maksimal sebesar modal bersih dikalikan prosentase rasio pembagian laba sekutu yang bersangkutan.
3. Menyusun urutan (ranking) kemampuan masing-masing sekutu di dalam menanggung rugi dan menghitung selisih antar ranking tersebut.
4. Menyusun urutan prioritas pembagian kas dan besarnya bagian kas untuk masing-masing sekutu:
2
a. Prioritas pertama, yaitu sekutu yang berada di ranking Satu.
Besarnya bagian kas prioritas pertama = rasio rugi-laba X selisih antara ranking 1 dengan ranking 2.
b. Prioritas kedua, yaitu sekutu yang berada di ranking satu dan dua.
Besarnya bagian kas prioritas kedua = rasio rugi-laba X selisih antara ranking 2 dengan ranking 3.
c. Prioritas terakhir, yaitu semua sekutu yang berada di ranking 1 sampai ranking terakhir.
Besarnya bagian kas prioritas terakhir = rasio rugi-laba X kemampuan ranking terakhir.
Contoh : Soal sama dengan di pembagian kas tanpa program kas.
Bahasan : Menghitung kemampuan untuk menanggung rugi maksimum (KMRM) masing-masing
anggota firma
Keterangan Modal A Modal B Modal C Modal D
Saldo modal
Piutang kepada Fa.
200.000.000
75.000.000
175.000.000
50.000.000
215.000.000 260.000.000
Jumlah investasi
Dibagi: rasio laba/rugi
275.000.000
30%
225.000.000
20%
215.000.000
25%
260.000.000
25%
KMRM 916.666.666,7 1.125.000.000 860.000.000 1.040.000.000
Menyusun urutan prioritas pembayaran kas kepada anggota
Nama anggota
KMRM Urutan Prioritas
A
B
C
D
916.666.666,7
1.125.000.000
860.000.000
1.040.000.000
3
1
4
2
3
4
5
Jurnal realisasi tahap I :
Kas 317.500.000
Piutang dagang
Aktiva tetap
Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
17.500.000
250.000.000
15.000.000
10.000.000
12.500.000
12.500.000
Pelunasan hutang – hutang Firma
Hutang dagang
Hutang pada A
Hutang pada B
25.000.000
75.000.000
50.000.000
Kas 150.000.000
Prioritas I :
Modal B 17.000.000
Kas 17.000.000
Prioritas II :
Modal B
Modal D
24.666.666,66
30.833.333,33
Kas 55.500.000
Prioritas III :
Modal A
Modal B
Modal D
17.000.000
11.333.333,33
14.166.666,68
Kas 42.500.000
Prioritas IV untuk semua anggota : Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
39.750.000
26.500.000
33.125.000
33.125.000
Kas 132.500.000
6
Jurrnal realisasi tahap II:
Kas 225.000.000
Persediaan
Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
180.000.000
13.500.000
9.000.000
11.250.000
11.250.000
Prioritas pembayaran telah selesai kas yang ada untuk semua anggota :
Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
67.500.000
45.000.000
56.250.000
56.250.000
Kas 225.000.000
Jurnal realisasi tahap III :
Kas
Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
400.000.000
21.750.000
14.500.000
18.125.000
18.125.000
Piutang dagang
Persediaan
Aktiva tetap
2.500.000
20.000.000
450.000.000
Kas yang ada untuk semua anggota : Modal A
Modal B
Modal C
Modal D
82.500.000
55.000.000
131.250.000
131.250.000
Kas 400.000.000
7
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda
mengerjakan latihan berikut ini !
1). Apa yang dimaksud dengan likuidasi berangsur?
2). Apa tujuan dari likuidasi berangsur?.
3). Jelaskan perbedaan antara asumsi dasar solvensi dan insolvensi persekutuan!.
4). Proses apa saja yang harus dilalui sebelum melakukan pembagian Kas !.
5). Sebutkan 2 cara pembagian Kas di dalam likuidasi berangsur !.
6). Bagaimana tahapan dan prosedur perhitungan Pembagian Kas ?.
7). Apa pengertian rugi potensial yang maksimal dalam prosedur perhitungan Pembagian Kas?
8). Apa saja isi dari program pembagian Kas ?.
9). Bagaimana penyusunan prioritas pada program pembagian Kas dilakukan ?.
10). Apa yang harus dilakukan dalam pembagian Kas apabila modal bersh sekutu defisit ?.
Likuidasi Berangsur yaitu likuidasi yang nilai realisasi non-kasnya diketahui secara bertahap sehingga realisasinya juga dilakukan secara berangsur.
Proses realisasi kadang memakan waktu lama karena memerlukan prediksi dan proyeksi yang akurat untuk harga realisasi. Oleh karena itu pembagian kas dapat dilakukan sebelum selesainya realisasi. Di dalam likuidasi berangsur terdapat dua peristiwa penting, yaitu:
1. Membuat perhitungan pembagian kas
2. Membuat program pembagian kas.
8
1) Hal-hal berikut ini merupakan alasan dilakukannya likuidasi berangsur, kecuali:
A. Reliasasi total aktiva non-kasnya yang akan terjadi dinilai terlampau kecil.
B. Realisasi harus diperhitungan secara tepat (akurat) sehingga memakan waktu lama.
C. Mencari keuntungan realisasi.
D. Menghindari kerugian yang terlampau besar.
2) Berikut ini yang bukan merupakan tujuan dari likuidasi berangsur adalah:
A. Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.
B. Untuk memperoleh modal bersih yang menguntungkan bagi sekutu-sekutunya.
C. Untuk mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan kerugian minimum dari realisasi aktiva yang diperhitungkan secara akurat.
D. Untuk membagikan uang tunai dan non-tunai serta aktiva lain yang tidak dapat dicairkan kepada masing-masing sekutu dengan cara yang adil.
3) Untuk menentukan besarnya bagian kas masing-maisng sekutu di dalam likuidasi berangsur dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
A. Perhitungan pembagian kas dan program pembagian kas
B. Perhitungan pembagian tanggungan hutang dan program pembagian modal.
C. Perhitungan pembagian modal dan program pembagian kas
D. Perhitungan pembagian laba dan program pembagian modal
4) Berikut ini merupakan tahap perhitungan pembagian kas di dalam likuidasi berangsur, kecuali:
A. Menghitung saldo modal bersih masing-masing sekutu setelah pelunasan hutang pada pihak ketiga.
B. Menghitung rugi potensial yang maksimal dan membagi rugi potensial
C. Menghitung saldo modal bersih masing-masing sekutu setelah diperhitungkan rugi potensial.
D. Menyusun ranking (urutan) kemampuan masing-masing sekutu di dalam menanggung rugi dan menghitung selisih antar ranking tersebut.
9
1
2
AKUNTANSI UNTUK PUSAT, AGEN, DAN CABANG
Tujuan Pembelajaran :
1. Memahami pengertian Agen dan Cabang serta hubungannya dengan Kantor Pusat
2. Mengerti prosedur akuntansi untuk mencatat transaksi pengiriman kekayaan antar cabang
3. Membuat rekonsiliasi antara Kantor Pusat dan Cabang
4. Menyusun Laporan Keuangan Gabungan antara Kantor Pusat dengan Cabangnya
Pembahasan dalam bab ini meliputi : 1. Akuntansi untuk pusat dan agen
• Metode laba dicatat terpisah
• Metode laba dicatat secara tidak terpisah
2. Akuntansi untuk pusat dan cabang
• Pengiriman uang antar cabang
• Pengiriman barang antar cabang
• Pengiriman barang ke cabang di nota diatas harga pokok
• Barang yang di nota di atas harga pokok, belum semuanya habis terjual pada akhir periode
3. Pengiriman kekayaan antar cabang
4. Rekonsiliasi antar pusat dan cabang
5. Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan antara pusat dan cabang
BAB 6
3
Pengertian Agen dan Cabang
Agen : merupakan tempat penjualan produk milik pusat dan tidak perlu dipisahkan pengelolaan manajemen maupun pencatatan akuntansinya. Semua kebijakan dan catatan akuntansi dikelola langsung oleh pusat, sedangkan agen tugasnya hanya mencari pembeli.
Cabang: pengelolaan manajemen serta pencatatn akuntansinya perlu diadakan pemisahan dan dalam melaksanakan kebijakan yang ditentukan oleh pusat , cabang mempunyai kebbasan untuk melaksanakannya. Sebagai pertanggungjawaban , cabang diwajibkan membuat laporan keuangan setiap periode tertentu yang dilaporkan pada pusat.
Akuntansi untuk Pusat dan Agen
Pengawasan dana yang diberikan kepada suatu agen, hampir sama pelaksanaannya dengan sistem pengisian kas kecil yang biasanya menggunakan sistem dana bersaldo tetap. Persediaan barang di agen hanya berupa sampel dan jika ada pesanan di kirim langsung ke kantor pusat untuk dimintakan persetujuan.
Metode pencatatan :
1. Laba atau rugi dicatat secara terpisah
2. Laba atau rugi dicatat secara tidak terpisah
Contoh : PT. “ASHARY” Malang membuka agen penjualan di Solo. Berikut adalah transaksi yang terjadi selama bulan Januari 2003 antara kantor pusat dan agen.
02 Januari
10 Januari
15 Januari
25 Januari
31 Januari
Pengiriman sample kepada agen senilai Rp 5.000.000,00
Pengiriman uang tunai untuk modal kerja Rp 1.000.000,00
Penjualan melalui agen Rp 30.000.000,00 dan harga pokoknya Rp 20.000.000,00
Agen mengeluarkan biaya promosi Rp 500.000,00 ; biaya penyimpana Rp 100.000,00 dan biaya lain – lain Rp 300.000,00
Biaya gaji dan komisi Rp 3.000.000,00
Diminta :
Catatlah transaksi-transaksi di atas
4
Bahasan : 02 Jan.
10 Jan.
15 Jan.
25 Jan.
31 Jan.
Persd. Sample agen Solo 5.000.000
Pengrm. Brg kepada agen Solo 5.000.000
Modal kerja agen Solo 1.000.000
Kas 1.000.000
Piutang dagang 30.000.000
Penjualan agen Solo 30.000.000
HPP agen Solo 20.000.000
Persd. Barang 20.000.000
By. Promosi agen Solo 500.000
By. Penyimp. Agen Solo 100.000
By. Lain-lain agen Solo 300.000
Kas 900.000
By. Gaji dan komisi agen Solo 3.000.000
Kas 3.000.000
Jr. Penutup :
Penjualan agen Solo 30.000.000
By. Promosi agen Solo 500.000
By. Penyimp. Agen Solo 100.000
By. Lain-lain agen Solo 300.000
By. Gaji dan komisi agen Solo 3.000.000
HPP agen Solo 20.000.000
Laba agen Solo 6.100.000
Laba agen Solo 6.100.000
Laba / Rugi 6.100.000
Persd. Sample agen Solo 5.000.000
Pengrm. Brg kepada agen Solo 5.000.000
Modal kerja agen Solo 1.000.000
Kas 1.000.000
Piutang dagang 30.000.000
Penjualan agen Solo 30.000.000
By. Promosi 500.000
By. Penyimp. 100.000
By. Lain-lain 300.000
Kas 900.000
By. Gaji dan komisi 3.000.000
Kas 3.000.000
5
Akuntansi untuk Pusat dan Cabang Otonomi cabang :
1. Menyelenggarakan pembukuan
2. Dapat membeli sendiri barang dagangan dari pihak ketiga ntuk memenuhi permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh kantor pusat
3. Melakukan aktivitas penjualan
Sistem :
1. Setralisasi : diperlakukan sama dengan agen
2. Desentralisasi : dianggap sebagai unit usaha yang berdiri sendiri
Hubungan antara kantor pusat dan cabang akan tampak pada rekening timbal balik ( Reciprocal Account ), yaitu rekening buku besar yang diselenggarakan oleh masing-masing pihak. Penggunaan rekening timbal balik sebagai berikut :
1. Di kantor pusat terdapat rekening “R/K Kantor Cabang”
Debit untuk mencatat :
a. Pengiriman uang atau barang dropping) ke kantor cabang
b. Pembebanan biaya kepada kantor cabang
c. Pengakuan laba dari operasi kantor cabang
Kredit untuk mencatat :
a. Penerimaan uang dari kantor cabang
b. Penerimaan kiriman barang atau pengembalian barang dari kantor cabang
c. Pengakuan rugi dari operasi kantor cabang
2. Di kantor cabang terdapat rekening “R/K Kantor Pusat”
Debit untuk mencatat :
a. Pengiriman atau setoran uang kepada kantor pusat
b. Pengembalian atau pengiriman barang ke kantor pusat
c. Rugi operasi cabang pada saat penutupan untuk dilaporkan kepada kantor pusat
Kredit untuk mencatat :
a. Penerimaan kiriman uang dari kantor pusat
b. Penerimaan dropping barang dari kantor pusat
c. Laba operasi cabang pada saat peutupan untuk dilaporkan kepada antor pusat
6
Contoh : Untuk memperluas daerah pemasarannya PT “ASHARY” membuka kantor cabang pada awal bulan September. Berikut transaksi yang teradi selama bulan September :
01 September
05 September
15 September
20 September
24 September
27 September
29 September
30 September
Modal kerja untuk kantor caban Rp20.000.000,00
Dropping barang dagangan seni Rp10.000.000,00
Kantor cabnag membeli alat perlengkapan kantor Rp 300.000,00
Penjualan oleh kantor cabang :
- Tunai Rp 3.000.000,00
- Kredit Rp 4.000.000,00
Penerimaan piutang Rp 2.000.000,00
Biaya – biaya oleh kantor cabang :
- Biaya penjualan Rp 250.000,00
- Biaya promosi Rp 300.000,00
- Gaji karyawan Rp 1.000.000,00
- Biaya telepon dan listrik Rp 500.000,00
Biaya – biaya operasi yang dibebankan oleh kantor pusat :
- Biaya angkut dan pengiriman Rp 100.00000
- Biaya asuransi Rp 800.00000
- Biaya bank Rp100.000,00
Persediaan barang yang ada di cabang senilai Rp 4.000.000,00
Diminta :
Catatlah transaksi di atas pada pembukuan kantor pusat dan kantor cabang.
Bahasan :
7
Tanggal Kantor Pusat Kantor Cabang
01 Sept.
05 Sept.
15 Sept.
20 Sept.
24 Sept.
27 Sept.
29 Sept.
30 Sept.
R/K- Kantor cabang 20.000.000
Kas 20.0000.000
R/K-Kantor cabang 10.000.000
Pengirm. Brg ke cabang 10.000.000
R/K-Kantor cabang 1.000.000
Biaya angkut 100.000
Biaya asuransi 800.000
Pendapatan bunga 100.000
Penyesuaian & Tutup buku:
1. Mencatat persd. Brg di gudang
2. Menutup rek. Penj. Ke R/L
Kas 20.000.000
R/K- Kantor pusat 20.000.000
Penrm. Brg dr pusat 10.000.000
R/K-Kantor pusat 10.000.000
Alat perlengk. Kantor 300.000
Kas 300.000
Kas 3.000.000
Piutang dagang 4.000.000
Penjualan 7.000.000
Kas 2.000.000
Piutang dagang 2.000.000
Biaya penjualan 250.000
Biaya promosi 300.000
Gaji karyawan 1.000.000
Biaya telepon & listrik 500.000
Kas 2.050.000
Biaya angkut 100.000
Biaya asuransi 800.000
Biaya bunga 100.000
R/K-Kantor pusat 1.000.000
Persediaan brg dagangan 4.000.000
R/L 4.000.000
Penjualan 7.000.000
R/L 7.000.000
8
3. Pemindahan rek. By ke R/L
4. Pemindahan So. Rugi cabang ke pusat
5. Pengakuan rugi cabang oleh pusat
R/L cabang 2.050.000
R/K_Kantor pusat 2.050.000
6. Pemindahan R/L cabang ke R/L pusat
R/L 2.050.000
R/L cabang 2.050.000
R/L 11.000.000
Rugi 2.050.000
Pengrm. Brg dr pusat 10.000.000
By. Penjualan 250.000
By. Promosi 300.000
Gaji kary. 1.000.000
By. Telepon & listrik 500.000
By. Angkut 100.000
By. Asuransi 800.000
By. Bunga 100.000
R/K-Kantor pusat 2.050.000
R/L 2.050.000
Pengiriman kekayaan selain barang dagangan ke kantor cabang
Kantor pusat Kantor Cabang
Aktiva tetap – Kantor cabang xx
Aktiva tetap xx
Aktiva tetap xx
Aktiva tetap – Kantor pusat xx
Untuk Investasi Jangka panjang
Inv tetap – Kantor cabang xx
AT/Shm./Srt berharga xx
AT/Shm/Surat berharga xx
Inv. Tetap dari kantor pusat xx
Pengiriman Kekayaan Antar Cabang Perkembangan kantor pusat memungkinkan ntuk mempunyai kantor cabang lebih dari satu, sehingga tidak tertutup kemungkinan aka terjadi transaksi antara cabang yang satu dengan cabang lainnya.
9
Bentuk transaksi :
- Pengiriman uang (transfer uang) antar cabang
- Pegiriman barang antar cabang
- Pengiriman barang ke cabang di nota di atas arga pokoknya
Pengiriman Uang antar Cabang Pencatatan dilakukan oleh masing-masing pihak yaitu cabang penerima akan mengkredit “R/K-Kantor pusat” dan cabang pengirim akan mendebit “R/K-Kantor pusat”. Sedangkan untuk kantor pusat sendiri akan engkredit “R/K-Kantor cabang pengirim” dan mendebit “R/K-Kantor cabang penerima”.
Contoh:
Perusahaan “Ashary”mepunyai kantor pusat di Malang dan membuka cabnag di dua kota, yaitu cabang Surabaya dan cabang Solo. Kantor pusat Malang memerintahkan kantor cabang Surabaya untuk mengirimkan uang sejumlah Rp 5.000.000,00 kepada kantor cabang Solo untuk memperluas pemasarannya.
Cb. Pengirim Cb. Penerima Kantor Pusat
R/K-Kantor pusat 5.000.000
Kas 5.000.000
Kas 5.000.000
R/K-Kt pusat 5.000.000
R/K-Kt. cb. Solo 5.000.000
R/K-Kt.cb. Sby 5.000.000
Pengiriman Barang antar Cabang Perlakuan ongkos angkut :
1. Ongkos angkut barang dari cabang pengirim ke cabang penerima, terlebih dahulu di bayar oleh cabang engirim dan nantinya akan diperhitungkan sebagai beban kantor pusat.
2. Cabnag penerima akan dibebani ongkos angkus sebesar ongkos angkut apabila barang tersebut langsung dikirim dari kantor pusat, bukan sebesar ongkos angkut dari cabang pengirim.
3. Apabila teradi selisih ongkos angkut antar abang pengirimm ke cabang penerima dengan ongkos angkut dari kantor pusat langsung ke cabang penerima dibebankan ke kantor pusat dan dicatat dalam rekening “Selisih Ongkos Angkut Barang Antar Cabang”.
Contoh :
Kator pusat Malang mengirimkan barang dagangannya ke kantor cabangnya di Surabaya dengan harga pokok Rp 1.000.000,00 dan ongkos kirimnya sebesar Rp 50.000,00. Kantor pusat meerintahkan kepada kantor cabang Surabaya untuk mengirimkan barang ke kantor cabang Solo untuk mmenuhi permintaan yang endadak senilai Rp 1.000.000,00. Kantor cabang Surabaya engeluarkan ongkos kirim Rp 75.000,00. Jika kantor pusat mengirim langsung ongkos kirim sebesar Rp 60.000,00.
10
Bahasan :
11
Perlakuan selisih ongkos angkut dalam laporan keuangan :
1. Kantor pusat : diperlakukan sebagai engurang R/L cabang yang menerima barang yang terakhir
2. Gabungan : diperlakukan sebagai biaya penjualan atau biaya administrasi dan umum.
Pengiriman Barang ke Cabang di Nota di atas Harga Pokoknya
Tujuan : untuk menutup sebagian ongkos pegurusan dan ongkos pengawasan serta menutup biaya-biaya administrasi yang menyangkut hubungan antara kantor pusat dan kantor cabang.
Selisih yang ada antara “harga pokok”menurut pusat dengan”harga nota” untuk cabang, dicatat ke dalam rekening Cadangan Kenaikan Harga Cabang” pada buku kantor pusat.
Contoh :
Kantor pusat mengirimkan barang dagangan kepada kantor cabang dicatat sebesar 20 % di atas harga pokoknya. Harga pokok barang Rp 5.000.000,00. Diakhir peride dilaporkan barang habis terjual dengan harga Rp .000.000,00
Bahasan : Keterangan Kantor Pusat Kantor Cabang
1. Penjualan ke kt. Cabang
2. Penjualan oleh cabang
Laba : Rp 3.000.000,00
3. Penyesuaian
Penjualan 9.000.000
HPP 5.000.000
Laba sbnnya 4.000.000
Yg dilprkan 3.000.000
Kekurangan lb 1.000.000
4. Menutup R/L cabang ke R/L
R/K-Kt.Cb. 6.000.000
Pengrm.brg ke cb. 5.000.000
Cad. Kenaikan hrg
brg cabang 1.000.000
R/K-Kt. Cabang 3.000.000
R/LKt. Cabang 3.000.000
Cad.kenikan hrg
brg cabang 1.000.000
R/L-Kt.cabang 1.000.000
R/L-Kt cabang 4.000.000
R/L 4.000.000
Penr.brg dr pst 6.000.000
R/k-Kt.pusat 6.000.000
R/L 3.000.000
R/K-Kt.pusat 3.000.000
12
Jika Akhir Periode belum Terjual Seluruhnya
Perlu dilakukan penyesuaian rekening “Cadangan Kenaikan Harga Barang cabang” ; Harga Pokok ; dan Laba yang Dilaporka oleh Cabang.
Contoh :
Idem contoh diatas tapi di akhir periode yang terjual sebesar Rp 3.000.000,00 dengan mendapatkan laba Rp 500.000,00.
Bahasan : Harga pokok brg yang terjual sebenarnya :
(100/120) X Rp 3.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
Laba sebenarnya :
(Rp 3.000.000,00 + Rp 500.000,00) – Rp 2.500.000,00 = Rp 1.000.000,00
Kenaikan harga barang yang telah terjual :
Rp 3.000.000,00 – Rp 2.500.000,00 = Rp 500.000,00 Keterangan Kantor pusat Kantor Cabang
1. laporan laba di akhir periode Rp 500.000,00
2. Penyesuaian terhadap rekening “Cadangan kenaikan harga barang cabang” dan laba cabang
3. Menutup rekening R/L cabang yang sebenarnya ke rekening rugi laba
R/K-Kantor Cabang 500.000
R/L – cabang 500.000
Cad.kenikn harga brg cabang 500.000
R/L-Cabang 500.000
R/L Cabang 1.000.000
R/L 1.000.000
R/L 500.000
R/L-kantor pusat 500.000
Rekonsiliasi Antara Kantor Pusat dan Cabang Tujuan rekonsiliasi : untuk mencocokkan catatan transaksi antara dua pihak yang memiliki hubungan bisnis yang rutin. Agar rekening “R/K – Kantor pusat” pada buku cabang dan “R/K – Kantor Cabang” pada buku pusat menunjukkan saldo yang sama besarnya.
Jurnal koreksi harus dibuat untuk membenarka pembukuan milik masing-masing pihak. Jurnal penyesuaian dan rekonsiliasi dibuat sebelum disusun laporan keuangan gabungan.
Contoh :
PT “ASHARY” Malang empunyai cabang perusahaan di kota Solo. Pada saat akan disusun Laporan Keuangan gabungan antara kantor pusat dan cabangnya, terjadi ketidaksamaan saldo antara rekening “R/K – Kantor Pusat” di buku cabang dan rekening “R/K – Kantor Cabang “ dibuku pusat.
Data keuangan dan transaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
13
1. Saldo rekening “R/K-Pusat” sebesar Rp 432.000.000,00 sedangkan saldo “R/K-cabang” sejumlah Rp 450.000.0000 masing-masing per tanggal 31 Desember 2000.
2. Kantor cabang mengirimkan cek dengan no. 270698 pada tanggal 30 Desember 2000 sebesar Rp 15.000.000,00 dan cek ini baru diterima pada tanggal 5 Januari 2001.
3. Kantor pusat mengirimkan barang dagangan kepada cabang pada tanggal 25 Desember 2000. Harga pokok barang dagangan tersebut adalah Rp 25.000.000,00 dan harga transfer ke cabang sebesar Rp 30.000.000,00. Barang dagangan ini baru diterima oleh cabang pada tanggal 10 januari 2001.
4. Biaya iklan sejumlah Rp 10.000.000,00 yang dibebankan kepada cabang oleh pusat keliru dicatat leh cabang sebesar Rp 8.000.000,00
5. Seorang langganan kantor pusat telah eluasi hutangnya melalui kantor cabang sebesar Rp 20.000.000,00 dan pelunasan ini ternyata belum diberitahukan kepada kantor pusat.
Bahasan :
Jurnal penyesuaian dan rekonsiliasi :
1. Kas (dalam perjalanan) 15.000.000
R/K – Kantor cabang 15.000.000
3. Barang dari pusat (dalam
perjalanan
30.000.000
R/K – Kantor pusat 30.000.000
3. Biaya Iklan 2.000.000
R/K – Kantor pusat 2.000.000
4. R/K – Kator cabang 20.000.000
Piutang dagang 20.000.000 Dan cabang akan mencatat :
Kas 20.000.000
R/K – Kantor pusat 20.000.000
14
PT “ASHARY”
REKONSILIASI KANTOR PUSAT DAN CABANG
PER 31 DESEMBER 2000 No. Keterangan R/K - Pusat
(Buku Cabang)
R/K – Cabang
(Buku Pusat)
1
2
3
4
5
So. 31 Desember 2000
JP. No. 1
JP. No. 2
JP. No. 3
JP. No. 4
423.000.000
30.000.000
2.000.000
450.000.000
(15.000.000)
20.000.000
455.000.000 455.000.000
Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan antara Pusat dan Cabang
Pada akhir periode akuntansi, kantor pusat dan kantor cabang wajib menyusun Laporan Keuangan (neraca dan rugi laba) dari operasinya selama satu periode.
Masing-masing akan membuat Laporan Keuangan secara individual dan kemudian kantor pusat wajib embuat Laporan Keuagan gabungan.
Dalam menyusun Laporan Keuangan gabungan, semua transaksi antara pusat dan cabang dibatalkan dan kekayaan serta hutang cabang dan pusat dijadikan satu.
Langkah – langkah penyusunan neraca gabungan :
a. Mengeliminasi saldo rekening “R/K – Kantor pusat” dengan “R/K – Kantor cabang dan saldo rekening hutang dengan piutang antara kantor pusat dan cabang yang ada pada neraca individual kantor pusat maupun kantor cabang
b. Menggabungkan saldo rekening-rekening aktiva dan rekeningrekening yang ada dalam neraca individual kantor pusat dan cabangnya.
Langkah-langkah penyusunan Rugi Laba gabungan :
a. Mengeliminasi saldo rekening “pengiriman barang dari pusat” dengan rekening-rekening pendapatan dan biaya yang terjadi antara pusat dancabang
b. Menggabngkan saldo rekening-rekening pendapatan dan laba di luar usaha, rekening-rekening biaya dan rugi di luar usaha yang terdapat dala laporan rugi laba individual kantor pusat dan cabang.
15
Contoh :
Berikut adalah neraca dan rugi laba milik kantor pusat dancabangnya pada akhir tahun 2000.
Kantor Pusat
Neraca
31 Desember 2000
Kas
Piutang
Persediaan
R/K Cabang
Aktiva tetap
Aktiva lain-lain
16.200.000
9.720.000
6.000.000
15.800.000
80.000.000
13.080.000
Hutang dagang
Hutang lain-lain
Modal saham
Laba yang ditahan
5.200.000
15.000.000
100.000.000
20.600.000
Total Aktiva 140.800.000 Total pasiva 140.800.000
Kantor Pusat
Laporan Rugi Laba
31 Desember 2000
Penjualan
Harga pokok penjualan :
Persediaan awal
Pembelian
Barang tersedia untuk dijual
Pengiriman barang ke cabang
Persediaan akhir
Harga pokok penjualan
Laba kotor operasi
Biaya-biaya operasi:
Biaya administrasi
Biaya penjualan
Biaya operasi lain-lain
Total biaya operasi
Laba bersih operasi
6.000.000
13.500.000
19.500.000
(1.500.000)
(6.000.000)
2.000.000
3.000.000
1.600.000
39.200.000
12.000.000
27.200.000
6.600.000
20.600.000
16
Kantor Cabang
Neraca
31 Desember 2000
Kas
Piutang
Persediaan
Aktiva tetap
9.200.000
4.500.000
600.000
3.120.000
Hutang dagang
Hutang gaji
R/K - pusat
920.000
700.000
15.800.000
Total Aktiva 17.420.000 Total pasiva 17.420.000
Kantor Cabang
Laporan Rugi Laba
31 Desember 2000
Penjualan
Harga pokok penjualan :
Persediaan awal
Penerimaan barang dari pusat
Pembelian
Barang tersedia untuk dijual
Persediaan akhir
Harga pokok penjualan
Laba kotor operasi
Biaya-biaya operasi:
Biaya gaji
Biaya administrasi
Biaya penjualan
Biaya penyusutan
Total biaya operasi
Laba bersih operasi
0
1.500.000
10.400.000
11.900.000
(600.000)
300.000
220.000
380.000
400.000
19.000.000
11.300.000
7.700.000
1.300.000
6.400.000
17
Kertas Kerja Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan adalah sebagai berikut:
18
Kertas Kerja Penyusunan Rugi Laba Gabungan
Kantor Pusat dan Kantor Cabang
31 Desember 2000
19
Jurnal eliminasi :
R/K – Pusat 15.800.000
R/K – Cabang 15.800.000
Pengiriman barang ke cabang 1.500.000
Penerimaan barang dari pusat 1.500.000
Laporan Keuangan Gabungan :
Kantor Pusat dan Kantor Cabang
Neraca
31 Desember 2000
Kas
Piutang
Persediaan
Aktiva tetap
Aktiva lain-lain
11.800.000
14.220.000
20.200.000
83.120.000
13.080.000
Hutang dagang
Hutang lain-lain
Hutang gaji
Modal saham
Laba yang ditahan
6.120.000
15.000.000
700.000
100.000.000
20.600.000
Total Aktiva 142.420.000 Total pasiva 142.420.000
20
Kantor Pusat dan Kantor Cabang
Laporan Rugi Laba
31 Desember 2000
Penjualan
Harga pokok penjualan :
Persediaan awal
Pembelian
Barang tersedia untuk dijual
Persediaan akhir
Harga pokok penjualan
Laba kotor operasi
Biaya-biaya operasi:
Biaya administrasi
Biaya penjualan
Biaya penyusutan
Biaya gaji
Biaya operasi lain-lain
Total biaya operasi
Laba bersih operasi
6.000.000
23.900.000
31.400.000
(6.600.000)
2.300.000
3.220.000
380.000
400.000
1.600.000
58.200.000
23.300.000
34.900.000
7.900.000
27.000.000
21
Soal :
1. Perusahaan minuman “AQUARIES” yang berkantor pusat di Jakarta mempunyai cabang di kota Semarang dan Surabaya. Berikut ini adalah transaksi yang terjadi diantara kantor pusat dengan cabang selama satu bulan :
a. Tanggal 2 Januari engirim sejulah uang tunai kepada cabang Semarang untuk pegisian dana sejulah Rp 4.500.000,00 sedangkan untuk cabang Surabaya sebesar Rp 5.000.000,00
b. Tanggal 15 anuari pegirima aktiva tetap untuk eralata kantor cabang Searang yang sudah harus diganti seharga Rp 750.00000
c. Tanggal 16 Januari pengiriman barang ke cabang Surabaya sebesar Rp 4.000.000,00
d. Tanggal 22 Januari sebagian uang dikirimkan ke cabang Semarang yaitu sejumlah Rp 2.000.00000 dikirimkan ke cabang Surabaya atas perintah kantor pusat.
e. Tanggal 26 Januari cabang Semarang menyetorkan sejumlah uang Rp 1.000.000,00 ke kantor pusat.
f. Tanggal 28 Januari pengiriman barang ke cabang Semarang di nota 20 % di atas harga pokoknya. Harga pokok barang tersebut adalah Rp 2.000.000,0
g. Tanggal 31 Januari cabang Semarang menerima kiriman barang dari cabang Surabaya sebesar Rp 500.000,00 atas perintah kantor pusat. Ongkos angkut dari Surabaya ke Semarang adalah Rp 50.000,00 sedangkan bila dikirim dari pusat Rp 25.000,00
Berdasarkan transaksi-transaksi di atas :
a. Buatlah jurnal pada buku kantor pusat
b. Jurnal pada buku kantor cabang Semarang
c. Jurnal pada buku kantor cabang Surabaya
2. PT. “ABC” yang mempunyai kantor pusat di kota Z mempunyai sebuah cabang di kota X. Cabang X diberi kebebasann untuk dapat membeli barang daganagn dari pihak luar.
Dibawah ini adalah beberapa rekening neraca saldo pada tanggal 31 Desember 2000 antara kantor pusat dan kantor cabang.
Rekening Kantor pusat Kantor cabang
Penjual
Pengiriman barang ke cabang
Pembelian
Persediaan awal
Penerimaan barang dari pusat
Biaya operasi
Laba di luar usaha
1.200.000
160.000
700.000
400.000
280.000
44.000
600.000
110.000
300.00
192.000
120.000
Informasi lain yang ada adalah :
22
Persediaan per 31 Desember 2000 adalah :
- Di kantor pusat Rp 400.000,0
- Di kantor cabang Rp 200.00000 ( 10 % dari luar perusahaan)
Berdasarkan inforasi di atas, buatlah :
a. Kertas kerja penyusunan laporan rugi laba gabungan dengan disertai penyesuaian dan eliminasinya
b. Laporan rugi laba gabungan antara pusat dan cabang
3. Berikut ini neraca milik kantor pusat dan cabang – cabangnya untuk periode yang berakhir 31 Desember 2000 :
Rekening Pusat Cabang A
Cabang B
Cabang C
Kas
Persediaan
Aktiva lancar lain-lain
Aktiva tetap
R/K-Cabang A
R/K –Cabang B
R/K-cabang C
Hutang
R/K-Pusat
Modal saham
Laba ditahan
420.000
900.000
451.000
2.000.000
400.000
920.000
500.000
469.000
4.000.000
1.122.000
60.000
600.000
266.000
526.000
400.000
440.000
239.000
400.000
159.000
920.000
80.000
300.000
533.000
413.000
500.000
Berdasarkan data rekening-rekening neraca kantor pusat dan cabang-cabangnya di atas, buatlah :
a. Kertas kerja penyusunan neraca gabungan
b. Jurnal eliminasi yang ada
c. Neraca gabungan kantor pusat dan cabang-cabangnya
23
AKUNTANSI PENJUALAN ANGSURAN DAN KONSINYASI
Akuntansi Penjualan Angsuran Dalam dunia perdagangan, banyak terdapat perusahaan – perusahaan negeri maupun swasta yang menjual produk – produknya secara cicilan/angsuran. Misalnya perumnas yang menjual rumah – rumah kepada masyarakat. Dealer menjual kendaraan – kendaraan bermotor atau mobil secara kredit.
1.1 Pengertian
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian bahwa sebagian harta atau seluruh harga barang yang dijual akan dibayar secara bertahap (berangsur – angsur) oleh si pembeli dengan tenggang waktu tertentu. Karena sifat pembayaran secara berangsur – angsur, ada kemungkinan si penjual akan menanggung resiko. Resiko tersebut, misalnya si pembeli tidak melunasi sisa angsurannya. Untuk melindungi kepentingan si penjual atas kemungkinan resiko tersebut, maka jual beli secara angsuran sering berdasarkan atas perjanjian. Perjanjian tersebut antara lain :
1. Kontrak perjanjian bersayarat
Menurut perjanjian ini, hak milik atas barang ditahan sementara oleh si penjual sampai seluruh angsuran dilunasi.
2. Hak milik jaminan dengan hipotik
Menurut perjanjian ini, hak milik atas barang dapat diserakan kepada si pembeli. Tetapi bagian yang belum dilunasi, harus digadaikan atau dihipotikkan.
BAB 7
TOPIK 1
24
3. Hak milik diserahkan kepada pihak ketiga.
Dalam hal ini, hak milik atas barang untuk sementara diserahkan kepeda pihak ketiga tau suatu lembaga jaminan. Barang tersebut akan disimpan sampai seluruh angsurannya lunas. Setelah pembayarannya lunas, maka lembaga jaminan yang akan menyerahkan hak mili atas barang tersebut kepada si pembeli.
Dalam perjanjian jual beli secara angsuran, apabila pembeli tidak dapat melanjutkan angsuranya, maka barang tersebut akan diambil kembali oleh si penjual. Dalam hal ini, si penjual harus memperhatikan resiko ekmungkinan kerugian. Misalnya, nilai sisa barang lebih rendah dari nilai yang diperhitungkan saat kontrak jual beli ditandatangani. Oleh kerena itu , dalam jail beli secara angsuran, si penjual harus memperhatikan factor – factor berikut ini :
1. Pembayaran uang muka ( down payment ) harus cukup untuk menutup kemungkinan rugi sebagai turunnya nilai barang sebagai periode angsuran.
2. Jarak antar angsuran dengan angsuran berikutnya tidak terlalu lama.
3. Jumlah angsuran harus cukup untuk menutup kemungkinan rugi akibat penurunan niali barang selama jangka waktu tiap – tiap angsuran.
1.2 Pencatatan Transaksi Penjualan Angsuran Pencatatan transaksi dalam penjualan angsuran ada dua jenis, yaitu pencatatan transaksi penjualan angsuran aktiva tetap bergerak dan pencatatan transaksi penjualan angsuran aktiva bergerak.
1.2.1 Transaksi penjualan angsuran aktiva tidak bergerak Dalam penjualan angsuran untuk barang tidak bergerak biasanya pada saat kontrak jual beli ditandatangani, akan diikuti dengan pembayaran pertama (uang muka). Sedangkan barang yang dijual tersebut, dijadikan jaminan hipotek bagi sisa harga jual yang belum dilunasi. Sebagai ilustrasi, di bawah ini ada contoh mengenai jual beli secara angsuran:
Perusahaan real estate pada tanggal 1 Agustus 2000 menjual rumah kepada Tuan Tejo dengan harga Rp 75.000.000,00. Harga pokok rumah seharga Rp 45.000.000,00. Pada saat penjualan, perusahaan real estatemenerima pembayaran pertama sebesar Rp 15.000.000,00. Sisanya sebesar Rp 60.000.000,00 disetujui akan dihipotikkan.Sisa tersebut akan dilunasi dalam 20 kali angsuran tengah tahunan @ Rp 3.000.000,00 ditambah bunga 12% setahun. Bunga dihitung dari sisa angsuran yang belum dibayar. Komisi dan biaya penjualan lainnya yang dikeluarkan sebesar Rp 2.250.000,00 telah dibayar.
Diminta : Membuat jurnal sampai dengan akhir tahun 2001.
A. Laba diakui pada saat penjualan angsuran 1. Pada tanggal 1 Agustus 2000 dijual rumah seharga Rp 75.000.000,00 dengnan
harga pokok sebesar Rp 45.000.000,00.
Jurnal :
25
Piutang dagang Rp 75.000.000,00
Rumah Rp 45.000.000,00
Laba kotor penjualan rumah Rp 30.000.000,00
2. Penerimaan uang muka sebesar Rp 15.000.000,00, sisanya hipotik (tanggal 1 Agustus 2000).
Jurnal :
Kas Rp 15.000.000,00
Piutang hipotik RP 60.000.000,00
Piutang dagang Rp 75.000.000,00
3. Pembayaran komisi dari biaya penjualan lainnya Rp 2.250.000,00 (tanggal 1 Agustus).
Jurnal :
Beban penjualan Rp 2.250.000,00
Kas Rp 2.250.000,00
4. Jurnal penyesuaian (31 Desember) untuk bunga berjalan selama 5 bulan (tanggal 1 Agustus sampai 31 Desember).
5/12 x 12% x Rp 60.000.000,00 = Rp 3.000.000,00
Jurnal :
Bunga yang masih harus diterima Rp 3.000.000,00
Pendapatan bunga Rp 3.000.000,00.
5. Jurnal penutup (31 Desember)
Laba kotor penjualan rumah Rp. 30.000.000
Pendapatan bunga Rp. 3.000.000
Beban penjualan Rp. 2.250.000
Ikhtisar laba rugi Rp. 30.750.000
6. Jurnal pembalik (tanggal 1Januari 2001)
Pendapatan bunga Rp. 3.000.000
Bunga yang masih harus diterima Rp. 3.000.000
7. Tanggal 1 Februari, penerima angsuran dan bunga 6 bulan
Angsuran Rp. 60.000.000 : 20 = Rp. 3.000.000
Bunga 6/12 x 12% x 60.000.000 = Rp. 3.600.000
Jurnal :
26
Kas Rp. 6.600.000
Piutang hipotik Rp. 3.000.000
Pendapatan bunga Rp. 3.600.000
8. Tanggal 1 Agustus, penerimaan angsuran dan bunga selama 6 bulan
Angsuran Rp. 3.000.000
Bunga 6 bulan : 6/12x 12%x Rp. 57.000.000 = Rp. 3.420.000
Jurnal :
Kas Rp. 6.420.000
Piutang hipotik Rp. 3.000.000
Pendapatan bunga Rp. 3.420.000
9. Jurnal penyesuaian bunga berjalan (31 Desember) selama lima bulan, yaitu 1 Agustus sampai 31 Desember
2/12 x 12% x Rp. 54.000.000 = Rp. 2.700.000
Jurnal :
Bunga yang masih harus diterima Rp. 2.700.000
Pendaptan bunga Rp. 2.700.000
10. Jurnal penutup (31 Desember)
Jurnal :
Pendapatan bunga Rp. 9.720.000
Ikhtisar laba rugi Rp. 9.720.000
B. Laba diakui sesuai penerimaan 1. Pada tanggal 1 Agustus 2000 dijual rumah seharga Rp 75.000.000,00 dengan
harga pokok sebesar Rp 45.000.000,00.
Jurnal :
Piutang dagang Rp 75.000.000,00
Rumah Rp 45.000.000,00
Laba kotor penjualan rumah Rp 30.000.000,00
2. Penerimaan uang muka sebesar Rp 15.000.000,00, sisanya hipotik (tanggal 1 Agustus 2000).
Jurnal :
Kas Rp 15.000.000,00
Piutang hipotik RP 60.000.000,00
Piutang dagang Rp 75.000.000,00
27
3. Pembayaran komisi dari biaya penjualan lainnya Rp 2.250.000,00 (tanggal 1 Agustus).
Jurnal :
Beban penjualan Rp 2.250.000,00
Kas Rp 2.250.000,00
4. Jurnal penyesuaian (31 Desember) untuk bunga berjalan selama 5 bulan (tanggal 1 Agustus sampai 31 Desember).
5/12 x 12% x Rp 60.000.000,00 = Rp 3.000.000,00
Jurnal :
Bunga yang masih harus diterima Rp 3.000.000,00
Pendapatan bunga Rp 3.000.000,00.
5. Realisasi laba kotor (31 Desember)
Rp. 30.000.000 x 100% = 40%
Rp. 75.000.000
40% x Rp. 15.000.000 = Rp. 6.000.000
Jurnal :
Laba kotor belum direalisasai Rp. 6.000.000
Laba kotor yang direalisasi Rp. 6.000.000
6. Jurnal penutup (31 Desember)
Laba kotor direalisasi Rp. 6.000.000
Pendapatan bunga Rp. 3.000.000
Beban penjualan Rp. 2.250.000
Ikhtisar laba rugi Rp. 6.750.000
7. Jurnal pembalik (tanggal 1Januari 2001)
Pendapatan bunga Rp. 3.000.000
Bunga yang masih harus diterima Rp. 3.000.000
8. Tanggal 1 Februari, penerima angsuran dan bunga 6 bulan
Angsuran Rp. 60.000.000 : 20 = Rp. 3.000.000
Bunga 6/12 x 12% x 60.000.000 = Rp. 3.600.000
Jurnal :
Kas Rp. 6.600.000
Piutang hipotik Rp. 3.000.000
Pendapatan bunga Rp. 3.600.000
28
9. Tanggal 1 Agustus, penerimaan angsuran dan bunga selama 6 bulan
Angsuran Rp. 3.000.000
6
Bunga 6 bulan : ----- x 12%x Rp. 57.000.000 = Rp. 3.420.000
12
Jurnal :
Kas Rp. 6.420.000
Piutang hipotik Rp. 3.000.000
Pendapatan bunga Rp. 3.420.000
10. Jurnal penyesuaian bunga berjalan (31 Desember) selama lima bulan, yaitu 1 Agustus sampai 31 Desember
2
--- x 12% x Rp. 54.000.000 = Rp. 2.700.000
12
Jurnal :
Bunga yang masih harus diterima Rp. 2.700.000
Pendaptan bunga Rp. 2.700.000
11. Realisasi laba kotor
Rp. 30.000.000 x 100% = 40%
Rp. 75.000.000
Jurnal :
40% x Rp. 6.000.000 = Rp. 2.400.000
Laba kotor belum direalisasai Rp. 2.400.000
Laba kotor yang direalisasi Rp. 2.400.000
12. Jurnal penutup (31 Desember)
Jurnal :
Laba kotor direalisasi Rp. 2.400.000
Pendapatan bunga Rp. 9.720.000
Beban penjualan Rp. 2.250.000
Ikhtisar laba rugi Rp. 9.870.000
29
1.2.2 Transaksi penjualan angsuran aktiva bergerak Prosedur yang digunakan untuk mencatat penjualan barang bergerak secara angsuran sama dengan prosedur untuk penjualan barang yang tak bergerak secara angsuran. Akan tetapi prosedur tersebut harus dibedakan antara penjualan barang bergerak biasa (baik secara tunai maupun kredit) dengan penjualan barang bergerak secara angsuran.
Berikut ini adalah suatu contoh pencatatan penjualan angsuran barang bergerak :
Contoh 1: 1. Penjualan angsuran Rp. 9.000.000 dengan persentase laba kotor 40%.
Jurnal :
Piutang penjualan angsuran Rp. 9.000.000
Penjualan angsuran Rp. 9.000.000
2. Diterima dari penagihan angsuran Rp. 4.800.000
Jurnal :
Kas Rp. 4.800.000
Piutang penjualan angsuran Rp. 4.800.000
3. Penyesuaian untuk pencatatan harga pokok penjualan angsuran 60% x Rp. 9.000.000 = Rp. 5.400.000
Jurnal :
Harga pokok penjualan angsuran Rp. 5.400.000
Pengiriman barang penjualan angsuran Rp. 5.400.000
4. Jurnal penutup penjualan angsuran dan pencatatan laba kotor
Penjualan angsuran Rp. 9.000.000
Harga pokok penjualan angsuran Rp. 5.400.000
Laba kotor yan belum direalisasi Rp. 3.600.000
5. Pencatatan laba kotor yang direalisasi dari hasil penagihan piutang angsuran 40% x Rp. 4.800.000 = Rp. 1.920.000
Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 1.920.000
Laba kotor yang direalisasi Rp. 1.920.000
6. Jurnal penutup pengiriman barang penjualan angsuran
Pengiriman barang penjualan angsuran Rp. 5.400.000
Persediaan Rp. 5.400.000
7. Jurnal penutup laba kotor yang direalisasi ke ikhtisar laba rugi
Laba kotor yang direalisasi Rp. 1.920.000
Ikhtisar laba rugi Rp. 1.920.000
30
Contoh 2 : PT. “AGUNG”NERACA Per 31 Januari 2000(dalam ribuan rupiah)
Kas
Piutang regurler
Piutang penjualan angsuran
Th 1999 Rp. 300.000.000
Th 1998 Rp. 80.000.000 +
Persediaan barang dagangan
Aktiva tetap Rp. 1.175.000
Akum. Penys. Rp. 380.000-
Jumlah aktiva
Rp. 625.000
Rp. 100.000
Rp. 380.000.000
Rp. 600.000.000
Rp. 795.000
Rp. 2.500.000
Utang dagang
Utang lain – lain
Laba kotor belum direalisasi
Th 1999 Rp. 90.000
Th 1998 Rp. 20.000 +
Modal sendiri Rp. 1.500.000
Laba ditahan Rp. 140.000+
Jumlah pasiva
Rp. 650.000
Rp. 100.000
Rp. 110.000
Rp. 1.640.000
Rp. 2.500.000
Transaksi dan Jurnal yang telah dibuat : 1. Penjualan :
Tunai Rp. 1.000.000.000
Kredit Rp. 850.000.000
Angsuran Rp. 600.000.000
Jurnal :
Kas Rp. 1.000.000.000
Piutang dagang Rp. 850.000.000
Piutang penjualan angsuran Rp. 600.000.000
Penjualan Rp. 1.850.000.000
Penjualan angsuran Rp. 600.000.000
2. Pembeklian secara kredit barang dagangan sebesar Rp. 2.500.000
Jurnal :
Pembelian Rp. 2.500.000.000
Utang dagang Rp. 2.500.000.000
31
3. Penerimaan kas berasal dari
Piutang dagang Rp. 800.000.000
Penjualan angsuran :
Tahun 1998 Rp. 60.000.000
Tahun 1999 Rp. 200.000.000
Tahun 2000 Rp. 300.000.000 +
Rp. 560.000.000 +
Total Rp. 1.360.000.000
Jurnal :
Kas Rp. 1.360.000.000
Piutang dagang Rp. 800.000.000
Piutang penjualan th 1998 Rp. 60.000.000
Piutang penjualan th 1999 Rp. 200.000.000
Piutang penjualan th 2000 Rp. 300.000.000
4. Pengeluaran kas selama tahun 2000 untuk pembayaran :
Utang dagang Rp. 2.550.000.000
Pemotongan pembelian (Rp. 100.000.000) -
Rp. 2.450.000.000
Beban usaha Rp. 405.000.000 +
Total pengeluaran kas Rp. 2.885.000.000
Jurnal :
Utang dagang Rp. 2.550.000.000
Beban usaha Rp. 405.000.000
Kas Rp. 2.885.000.000
Potongan pembelian Rp. 100.000.000
5. Penyusutan aktiva tetap Rp. 95.000.000
Jurnal :
Beban penyusutan aktiva tetap Rp. 95.000.000
Akumulasi penyusutan aktiva tetap Rp. 95.000.000
32
6. Tanggal 31 Desember 2000
a. Pencatatan harga pokok penjualan angsuran tahun 2000 (laba kotor 35%sehingga harga pokoknya 65%) = 65% x Rp. 600.000.000 = Rp. 390.000.000
Jurnal :
Harga pokok penjualan angsuran Rp. 390.000.000
Penjualan angsuran Rp. 390.000.000
b. Menutup penjualan angsuran, harga pokok penjualan, dan mencatat laba kotor.
Jurnal :
Penjualan angsuran Rp. 600.000.000
Harga pokok penjualan angsuran Rp. 390.000.000
Laba kotor penjualan angsuran belum direalisasi Rp. 210.000.000
c. Pencatatan laba kotor penjualan angsuran yang direalisasi :
Tahun 2000 = 35% x Rp. 300.000.000 = Rp. 105.000.000
Tahun 1999 = 30% x Rp. 200.000.000 = Rp. 60.000.000
Tahun 1998 = 25% x Rp. 60.000.000 = Rp. 15.000.000
Jurnal :
Laba kotor penjualan angsuran belum direalisasi Rp. 180.000.000
Laba kotor penjualan angsuran direalisasi Rp. 180.000.000
d. Menutup persediaan awal, pembelian, pemotongan pembelian, dan pengiriman penjualan angsuran.
Jurnal :
Ikhtisar laba rugi Rp. 2.610.000.000
Pengiriman barang penjualan angsuran Rp. 390.000.000
Potongan pembelian Rp. 100.000.000
Persediaan barang dagangan Rp. 600.000.000
Pembelian Rp. 2.500.000.000
e. Menutup persediaan akhir (31 Desember 2000)
Misalnya persediaan akhir yang ada sebesar Rp. 1.210.000.000
Jurnal :
Persediaan barang dagangan Rp. 1.210.000.000
Ikhtisar laba rugi Rp. 1.210.000.000
33
f. Menutup penjualan reguler
Jurnal :
Penjualan Rp. 1.850.000.000
Ikhtisar laba rugi Rp. 1.850.000.000
g. Menutup laba kotor penjualan angsuran yang direalisasi tahun 2000 dan tahun sebelumnya.
Jurnal :
Laba kotor penjualan angsuran direalisasi Rp. 180.000.000
Ikhtisar laba rugi Rp. 180.000.000
h. Menutup beban – beban
Ikhtisar laba rugi Rp. 500.000.000
Beban usaha Rp. 405.000.000
Beban penyusutan aktiva tetap Rp. 95.000.000
i. Memindahkan ikhtisar laba rugi ke laba ditahan.
Jurnal :
Ikhtisar laba rugi Rp. 130.000.000
Laba ditahan Rp. 130.000.000
Dari transaksi – transaksi tersebut, dapat disusun laporan keuangan tahun 2000 sebagai berikut :
34
PT “AGUNG”Laporan Laba Rugi Periode 31 Desember 2000(dalam ribuan rupiah)
Keterangan Penjualan angsuran
(Rp)
Penjualan tunai & kredit
(Rp)
Jumlah (Rp)
Penjualan
Persediaan awal 600.000
Pembelian 2.500.000
Potongan pembelian ( 100.000)
Pembelian bersih 2.400.000 +
Persediaan untuk dijual 3.000.000
Persediaan akhir (1.210.000)
Harga pokok penjualan
Laba kotor penjualan
Laba kotor penjualan angsuran belum direalisir
Realisasi laba kotor penjualan
Akhir tahun 1999 dan 1998
Beban usaha
Laba bersih sebelum pajak
600.0000
(390.000)
210.000
(105.000)
105.000
1.850.000
(1.400.000)
450.000
-
450.000
2.450.000
(1.790.000)
660.000
(105.000)
555.000
75.000 +
630.000
500.000
130.000
PT. “AGUNG”NERACA Per 31 Desember 2000(dalam ribuan rupiah)
Kas
Piutang dagang
Piutang angsuran
Th 2000 Rp. 300.000
Th 1999 Rp. 100.000
Th 1998 Rp. 20.000 +
Persediaan barang dagangan
Aktiva tetap Rp. 1.175.000
Akum. Penys. Rp. 475.000-
Jumlah aktiva
Rp. 130.000
Rp. 150.000
Rp. 420.000
Rp. 1.210.000
Rp. 700.000
Rp. 2.610.000
Utang dagang
Utang lain – lain
Laba kotor belum direalisasi
Th 2000 Rp. 105.000
Th 1999 Rp. 90.000
Th 1998 Rp. 20.000 +
Rp 215.000
Realisasi laba kotor Rp 75.000 -
Modal sendiri Rp. 1.500.000
Laba ditahan Rp. 240.000+
Jumlah pasiva
Rp. 600.000
Rp. 100.000
Rp. 140.000
Rp. 1.770.000
Rp. 2.610.000
35
PT. “AGUNG”Laporan Perubahan Laba Ditahan 31 Desember 2000(dalam ribuan rupiah)
Laba yang ditahan 1 Januari 2000 Rp. 140.000
Laba bersih Rp. 130.000 +
Laba yang ditahan 31 Desember 2002 Rp. 270.000
1.3 Cara Pengakuan Laba Kantor Pada Penjualan Angsuran Ada dua cara untuk menetapkan laba kotor pada penjualan angsuran, yaitu :
1. Laba kotor dianggap terjadi pada periode penjualan
2. Laba kotor dianggap terjadi sesuai dengan periode diterimanya angsuran menurut cara ini, ada tiga pilihan yang harus ditempuh, yaitu :
a. Penerimaan angsuran – angsuran pertama – tama digunakan untuk menutup harga pokok barang yang dijual. Jika harga pokok barang yang dijual sudah tutup, maka penerimaan angsuran – angsuran berikutnya dianggap sebagai laba.
b. Penerimaan angsuran – angsuran pertama – tama dianggap sebagai penerima laba kotor. Jika seluruh laba kotor menurut kontrak penjualan sudah terpenuhi, maka penerimaan angsuran – angsuran berikutnya dianggap sebagai pembayaran harga pokok dari barang yang dijual.
c. Penerimaan angsuran – angsuran dianggap sebagain sebagai pembayaran harga pokok dari barang yang dijual. Sedangkan sebagian lagi dianggap sebagai realisasi laba kotor.
1.4 Pembatalan Penjualan Angsuran Dalam penjualan angsuran , tidak jarang seorang pembeli menghentikan pembayaran sisa angsuran. Oleh karena itu perusahaan akan menarik kembali hipotiknya sebesar sisa yang belum dilunasi untuk memiliki kembali barang tersebut. Dengan demikian kontrak jual beli secara angsuran dianggap dibatalkan atau dihentikan. Jurnal yang dibuat mengenai pemilikan kembali rumah yang telah dijual, pencatatannya tergantung dari metode penetapan laba kotor penjualan.
Factor – factor yang harus diperhatikan dalam pembatalan kotrak dan pembalian barang yang dijual adalah :
1. Pembayaran yang telah diterima
2. Harga taksiran barang yang dijual pada saat pengembalian barang tersebut.
3. Sisa penjualan yang belum dilunasi
4. Saat pengakuan laba, laba dicatat pada saat kontrak penjualan atau laba dicatat sebanding dengan penerimaan angsuran.
36
Sedangkan perhitungan – perhitungan yang harus diperhatikan dan dilakukan dalam pencatatan penjualan secara angsuran adalah :
1. Menghapus piutang yang belum dilunasi
2. Meghapus saldo laba kotor yang belum direalisasi.
3. Mencatat penerimaan kembali barang yang dijual.
4. Mencatat pengembalian uang kas apabila penjual harus mengembalikan sebagian dari angsuran atau pembayaran yang telah diterima.
Misalnya dalam contoh dimuka, tuan Tego selaku pembeli tidak dapat membayar angsurannya pada tanggal 1 Februari 2002. Perusahaan real estate akan mengambil kembali rumah yang bersangkutan dan mengembalikan piutang hipotik yang belum dibayar. Taksiran nilai pasar rumah Rp. 42.750.000, maka perusahaan real estate akan membuat jurnal sebagai berikut :
A. Metode laba kotor (dicatat pada saat penjualan)
Rumah Rp. 42.750.000
Rugi kepemilikan kembali rumah Rp. 11.250.000
Piutang hipotik Rp. 54.000.000
B. Metode laba kotor (dicatat sesuai dengan penerimaan)
Rumah Rp. 42.750.000
Laba kotor belum direalisasi Rp. 21.600.000
Piutang hipotik Rp. 54.000.000
Laba pemilikan kembali rumah Rp. 10.350.000
Perhitungan :
A. Laba dicatat pada saat penjualan
Jumlah yang diterima Rp. 21.000.000
Harga pokok rumah Rp. 45.000.000
Taksiran nilai pasar Rp. 42.750.000 -
Rugi penurunan nilai rumah (Rp. 2.250.000) -
Laba bersih Rp. 18.750.000)
Laba sebelum pemilikan kembali yang diakui (Rp. 30.000.000) -
Rugi akibat pemilikan kembali (Rp. 11.250.000)
B. Laba dicatat sesuai dengan penerimaan
Jumlah yang sudah diterima Rp. 21.000.000
Rugi penurunan nilai rumah (Rp. 2.250.000) -
Laba bersih Rp. 18.750.000
37
Laba sebelum pemilikan kembali yang sudah direalisasi
= Rp. 6.000.000 + Rp. 2.400.000 (Rp. 8.400.000) -
Laba pemilikan kembali Rp. 10.350.000
Dalam contoh diatas, pembeli tidak dapat melunasi sisa angsurannya pada tanggal 1 Februari 2002. Oleh karena itu, bunga hipotik sebesar Rp. 2.750.000 tidak jadi diterima dan harus dianggap sebagai kerugian. Bunga hipotik diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :
15
--- x 12% x Rp. 54.000.000 = Rp. 2.700.000
12
Yaitu bunga yang masih diterima pada akhir tahun 2001.
1.5 Tukar Tambah Pada Penjualan Angsuran Perusahaan menjual barang – barangnya secara angsuran, kadang – kadang bersedia menerima barang – barang bekas pakai. Barang – barang bekas tersebut sebagai bagian dari harga barang – barang baru yang akan dijualnya dengan agsuran. Jadi, barang – barang baru yang dijual dengan angsuran, akaan ditukarkan dengan barang – barang bekas dan sisa dari harga dari barang – barang baru tersebut diterima dalam beberapa angsuran.
Dalam tukar tambah ini, biasanya penjual akan memberikan penilaian atas barang bekas yang diterimanya sebagai uang muka. Dalam hal ini, harus dibedakan antara harga menurut tukar tambah dengan nilai barang bekas sebagai taksiran harga pokoknya. Selisih antara dua nilai tersebut dicatat sebagai “cadangan selisih harga pertukaran”
Contoh : Suatu barang yang harga pokoknya Rp. 3.375.000 dijual secara angsuran dengan harga Rp. 5.000.000. Dalam penjualan ini, diterima barang bekas yang dihargai Rp. 1.500.000. Agar barang bekas tersebut laku dijual, maka harus diperbaiki. Taksiran biaya perbaikan barang bekas sebesar Rp. 100.000. Setelah diperbaiki, diharapkan dapat dijual dengan harga Rp. 1.375.000. Penjual mengharapkan akan memperoleh laba kotor dari penjualan kembali barang bekas 20%.
Penyelesaian :
Nilai tukar dan kelebihan niali tukar dihitung sebagai berikut :
Harga barang bekas saat pertukaran Rp. 1.500.000
Harga pokok berang bekas :
Harga setelah diperbaiki Rp. 1.375.000
Biaya perbaikan Rp. 100.000
Taksiran laba kotor :
20% x Rp. 1.375.000 Rp. 275.000 +
(Rp. 375.000) -
Nilai barang bekas saat penukaran (Rp. 1.000.000) -
Cadangan selisih harga pertukaran Rp. 500.000
38
Jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi pertukaran tersebut adalah :
Barang bekas Rp. 1.000.000
Cadangan selisih harga pertukaran Rp. 500.000
Piutang penjualan angsuran Rp. 3.500.000
Penjualan harga angsuran Rp. 5.000.000
Harga pokok penjualan angsuran Rp. 3.375.000
Barang bekas Rp. 3.375.000
Persetase laba kotor penjualan angsuran dihitung sebagai berikut :
Rp. 3.375.000
Harga pokok barang baru = -------------------------------------- x 100% = 75%
(Rp. 5.000.000 – Rp. 500.000)
Persentase laba kotor penjualan angsuran = 100% - 75% = 25%
1.6 Perhitungan Bunga Pada Penjualan Angsuran Dalam penjualan angsuran, biasanya diperhitungkan bunga yang dibayar bersama – sama dengan angsuran pokok. Bunga ini dapat dihitung dengan empat metode, antara lain :
1. Long – end interest
Long – end interest adalah bunga dihitung dari saldo piutang sebagai pinjaman pokok oleh si pembeli.
2. Short – end interest
Short – end interest adalah bunga dihitung dari tiap angsuran masing – masing sejak tanggal penjualan sampai tanggal pembayaran.
3. Pembayaran periodic yang sama besarnya
Dalam setiap pembayaran, terdiri dari bunga yang dihitung dari saldo pokok pinjaman dan sebagian dari pokok yang terutang.
4. Pembayaran secara periodic dan bunga dihitung dari pokok pinjaman
Contoh :
Pada tanggal 30 Juni 2001 dijual peralatan secara angsuran dengan harga Rp. 8.000.000. Pembayaran uang muka sebesar Rp. 2.000.000. Sisanya dibayar 6 kali angsuran bulanan dengan tingkat bunga 12% setahun.
39
Penyelesaia :
Berikut ini adalah ilustrasi dari keempat cara pembayaran dan pencatatan atas bunga seperti di atas :
Harga jual Rp 8.000.000,00
Uang muka Rp 2.000.000,00
Piutang angsuran Rp 6.000.000,00
Angsuran (diangsur 6 kali angsuran) Rp. 1.000.000
1.6.1 Long – end interest Berikut ini adalah contoh tabel penjualan secara angsuran : (dalam rupiah)
Tanggal Bunga 1%
per bulan Pembayaran
pokok angsuran
Jumlahpembayaran(pokok + bunga)
Saldo pokok pinjaman
-
-
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
-
2.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
-
2.000.000
1.060.000
1.050.000
1.040.000
1.030.000
1.020.000
1.010.000
8.000.000
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
-
2001 Juni 30
Juni 30
Juli 31
Agust 31
Sept 30
Okt 31
Nov 30
Des 31
210.000 8.000.000 8.210.000 -
Penjelasan tabel : (perhitungan bunga 1% per bulan)
1. Juli
Bunga : 1/12 x 12% x Rp. 6.000.000 = Rp. 60.000
2. Agustus
Bunga : 1/12 x 12% x Rp. 5.000.000 = Rp. 50.000, dan seterusnya
Jurnal yang dibuat oleh penjual :
1. Tanggal 30 Juni 2001
a. Piutang angsuran Rp. 8.000.000
Penjualan angsuran Rp. 8.000.000
b. Kas Rp. 2.000.000
Piutang angsuran Rp. 2.000.000
40
2. Tanggal 31 Juli 2001
Kas Rp. 1.060.000
Piutang angsuran Rp. 1.000.000
Pendapatan bunga Rp. 60.000
3. Tanggal 31 Agustus
Kas Rp. 1.050.000
Piutang angsuran Rp. 1.000.000
Pendapatan bunga Rp. 50.000
Jurnal yang dibuat oleh pembeli :
1. Tanggal 30 Juni 2001
a. Peralatan Rp. 8.000.000
Utang angsuran Rp. 8.000.000
b. Utang angsuran Rp. 2.000.000
Kas Rp. 2.000.000
2. Tanggal 31 Juli 2001
Utang angsuran Rp. 1.000.000
Beban bunga Rp. 60.000
Kas Rp. 1.060.000
3. Tanggal 31 Agustus 2001
Utang angsuran Rp. 1.000.000
Beban bunga Rp. 50.000
Kas Rp. 1.050.000
Pos jurnal untuk bulan – bulan berikutnya sama dengan diatas, hanya besar bunga dan pembayaran pokok dan bunga berbeda.
1.6.2 Short – end interest Berikut ini adalah contoh tabel penjualan secara angsuran : (dalam rupiah)
41
Tanggal Bunga 1% per bulan
Pembayaran pokok angsuran
Jumlahpembayaran(pokok + bunga)
Saldo pokok pinjaman
-
-
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
-
2.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
-
2.000.000
1.010.000
1.020.000
1.030.000
1.040.000
1.050.000
1.060.000
8.000.000
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
-
2001 Juni 30
Juni 30
Juli 31
Agust 31
Sept 30
Okt 31
Nov 30
Des 31
210.000 8.000.000 8.210.000 -
Penjelasan tabel :
Bunga dihitung tiap angsuran sejak penjualan :
1. Juli (1 bulan)
1
Bunga : ---- x 12% x Rp. 1.000.000 = Rp. 10.000
12
2. Agustus (2 bulan)
2
Bunga : ---- x 12% x Rp. 1.000.000 = Rp. 20.000, dan seterusnya
12
Jurnal yang dibuat oleh penjual adalah :
1. Tanggal 31 Juli 2001 bunga yang masih ahrus diperhitungakan selama 6 bulan
6
Bunga ------- x 12% x Rp. 1.000.000 = Rp. 60.000
12
Jurnal :
Piutang bunga angsuran Rp. 60.000
Pendapatan bunga Rp. 60.000
2. Tanggal 31 Juli 2001 peneriman angsuran
Jurnal :
42
Kas Rp. 1.010.000
Piutang angsuran Rp. 1.000.000
Piutang bunga angsuran Rp. 10.000
3. Tanggal 31 Agustus 2001 bunga yang masih harus diperhitungkan selama 5 bulan
5
Bunga ------- x 12% x Rp. 1.000.000 = Rp. 50.000
12
Jurnal :
Piutang bunga angsuran Rp. 50.000
Pendapatan bunga Rp. 50.000
4. Tanggal 31 Agustus 2001
Kas Rp. 1.020.000
Piutang angsuran Rp. 1.000.000
Piutang bunga angsuran Rp. 20.000
Jurnal yang dibuat oleh pembeli adalah :
1. Tanggal 31 Juli 2001 bunga yang masih ahrus diperhitungakan selama 6 bulan
6
Bunga ------- x 12% x Rp. 1.000.000 = Rp. 60.000
12
Jurnal :
Beban bunga Rp. 60.000
Utang bunga angsuran Rp. 60.000
2. Tanggal 31 Juli 2001 peneriman angsuran
Jurnal :
Utang angsuran Rp. 1.000.000
Utang bunga angsuran Rp. 10.000
Kas Rp. 1.010.000
3. Tanggal 31 Agustus 2001 bunga yang masih harus diperhitungkan selama 5 bulan
5
Bunga ------- x 12% x Rp. 1.000.000 = Rp. 50.000
12
43
Jurnal :
Beban bunga Rp. 50.000
Utang bunga angsuran Rp. 50.000
4. Tanggal 31 Agustus 2001
Utang angsuran Rp. 1.000.000
Utang bunga angsuran Rp. 20.000
Kas Rp. 1.020.000
Dan seterusnya.
1.6.3 Pembayaran periodik yang sama besarnya Pembayaran periodic yang sama besar, maksudnya adalah jumlah angsuran sama besarnya. Jumlah angsuran tersebut terdiri dari bunga pokok. Jumlah itu disebut “ANUITAS”.
Contoh :
Misal untuk soal diatas, apabila pembayaran angsuran sama besar, yaitu sebesar Rp. 6.000.000, maka besar anuitas adalah :
A = Rp. 6.000.000 x 0,172548368 = Rp. 1.035.290,208
= Rp. 1.035.000 (dibulatkan ke bawah)
(dalam rupiah) Tanggal Bunga
1% per bulan
Pembayaran pokok angsuran
Jumlahpembayaran(pokok + bunga)
Saldo pokok pinjaman
-
-
60.000
50.000
40.000
30.000
20.000
10.000
-
2.000.000
975.000
985.000
995.000
1.005.000
1.015.000
1.025.000
-
2.000.000
1.035.000
1.035.000
1.035.000
1.035.000
1.035.000
1.035.000
8.000.000
6.000.000
5.025.000
4.040.000
3.045.000
2.040.000
1.025.000
-
2001 Juni 30
Juni 30
Juli 31
Agust 31
Sept 30
Okt 31
Nov 30
Des 31
210.000 - 8.210.000 -
Jurnal yang dibuat oleh penjual adalah
44
Tanggal 31 Juli 2001
Kas Rp. 1.035.000
Pendapatan bunga Rp. 60.000
Piutang angsuran Rp. 975.000
Dan seterusnya
Jurnal yang dibuat oleh pembeli adalah :
Tanggal 31 Juli 2001
Utang angsuran Rp. 975.000
Beban bunga Rp. 60.000
Kas Rp. 1.035.000
Dan seterusnya
1.6.4 Pembayaran secara periodik bunga dihitung dari pokok pinjaman Bunga tiap bulan 1/12 x 12% x Rp. 6.000.000 = Rp. 60.000
Tabel pembayaran secara periodiknya adalah sebagai berikut :
(dalam rupiah) Tanggal Bunga 1%
per bulan Pembayaran pokok angsuran
Jumlahpembayaran(pokok + bunga)
Saldo pokok pinjaman
-
-
60.000
60.000
60.000
60.000
60.000
60.000
-
2.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
-
2.000.000
1.060.000
1.060.000
1.060.000
1.060.000
1.060.000
1.060.000
8.000.000
6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
-
2001 Juni 30
Juni 30
Juli 31
Agust 31
Sept 30
Okt 31
Nov 30
Des 31
360.000 8.000.000 8.360.000 -
45
1. Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian bahwa sebagian harta atau seluruh harga barang yang dijual akan dibayar secara bertahap (berangsur – angsur) oleh si pembeli dengan tenggang waktu tertentu.
2. Pencatatan transaksi dalam penjualan angsuran ada 2, yaitu :
a. Transaksi penjualan angsuran aktiva tidak bergerak
b. Transaksi penjualan angsuran aktiva bergerak.
3. Cara pengakuan laba kotor dalam penjualan angsuran ada 2, yaitu
a. Laba kotor dianggap terjadi pada periode penjualan.
b. Laba kotor dianggap terjadi sesuai dengan periode diterimanya angsuran.
4. Faktor – factor yang harus diperhatikan dalam pembatalan kontrak dan pengembilan barang yang dijual adalah :
a. Pembayaran yang telah diterima
b. Harga taksiran barang yang dijual pada saat pengembalian barang tersebut.
c. Sisa peminjaman yang belum dilunasi
d. Saat pengakuan laba, laba dicatat pada kontrak penjualan atau laba dicatat sebanding dengan penerimaan angsuran.
5. Tukar tambah pada penjualan angsuran adalah pembeli menyerahkan barang bekas untuk pembayaran barang yang dibelinya dan sisanya diangsur.
6. Metode perhitungan bunga pada penjualan angsuran ada 4, yaitu :
a. Long – end interest
b. Short – end interest
c. Pembayaran periodic yang sama besarnya
d. Pembayaran secara periodic dan bunga dihitung adari pokok penjualan
RANGKUMAN
46
Soal – soal Latihan 1. PT. Galaxy menjual real estate dengan harga Rp. 50.000.000. Uang muka yang
diterima Rp. 10.000.000. Sisanya diangsur 40 kali angsuran bulanan. Harga pokok rumah Rp. 40.000.000. Apabila laba kotor diakui saat terjadinya kotrak penjualan muka, jumlah laba kotor yang dipindahkan ke perkiraan ikhtisar laba rugi adalah :
a. Rp. 2.000.000 d. Rp. 8.000.000
b. Rp. 4.000.000 e. Rp. 10.000.000
c. Rp. 6.000.000
2. PT. Agung Sedayu menetapkan laba kotor atas penjualan angsuran 30% dari harga jual dan diakui sebanding dengan penerimaan angsuran. Dalam suatu periode terjadi penjualan sebesar Rp. 600.000.000. Sedangkan angsuran yang diterimam Rp. 250.000.000, maka laba kotor yang dapat direalisasikan adalah :
a. Rp. 75.000.000 d. Rp. 135.000.000
b. Rp. 105.000.000 e. Rp. 180.000.000
c. Rp. 115.000.000
3. Sebuah perusahaan menjual kendaraan bermotor dengan harga Rp. 12.000.000. Harga pokok Rp. 8.000.000. Uang muka Rp. 2.000.000. Sisanya diangsur dalam 20 kali angsuran bulanan. Apabila laba kotor diatas penjualan angsuran diakui sebanding dengan penerimaan angsuran, maka jurnal untuk mencatat penjualan angsuran tersebut diatas adalah :
a. Kas Rp. 2.000.000
Piutang angsuran Rp. 10.000.000
Penjualan angsuran Rp. 12.000.000
b. Kas Rp. 2.000.000
Piutang angsuran Rp. 10.000.000
Penjualan angsuran Rp. 8.000.000
Laba kotor belum direalisasi Rp. 4.000.000
c. Kas Rp. 2.000.000
Piutang angsuran Rp. 10.000.000
Penjualan angsuran Rp. 12.000.000
Harga pokok penjualan angsuran Rp. 8.000.000
Sediaan Rp. 8.000.000
d. Piutang Rp. 12.000.000
Penjualan Rp. 12.000.000
47
Kas Rp. 2.000.000
Piutang penjualan Rp. 10.000.000
Piutang Rp. 12.000.000
e. Kas Rp. 2.000.000
Piutang Rp. 10.000.000
Penjualan angsuran Rp. 12.000.000
4. Sebuah perusahaan menetapkan laba kotor atas penjualan angsuran 35% dari harga jual dan diakui sebanding dengan penerimaan angsuran. Total penjualan dalam suatu periode berjumlah Rp. 2.450.000. Total penerimaan angsuran Rp. 600.000. Jurnal penyesuaian untuk mencatat laba kotor yang dapat direalisasikan adalah
a. Laba kotor yang belum direalisai Rp. 210.000
Laba kotor yang direalisasi Rp. 210.000
b. Laba kotor yang direalisasi Rp. 210.000
Laba kotor yang belum direalisasikan Rp. 210.000
c. Laba kotor yang direalisasikan Rp. 390.000
Laba kotor yang belum direalisasikan Rp. 390.000
d. Laba kotor yang direalisasi Rp. 210.000
Ikhtisar laba rugi Rp. 210.000
e. Laba kotor yang direalisasi Rp. 390.000
Ikhtisar laba rugi Rp. 390.000
5. Sebuah perusahaan real estate menjual sebuah rumah secara angsuran dengan harga Rp. 300.000.000. Laba kotor yang diharapkan dari penjualan angsuran 40% dari harga jual. Harga pokok rumah adalah :
a. Rp. 120.000.000 d. Rp. 180.000.000
b. Rp. 140.000.000 e. Rp. 200.000.000
c. Rp. 160.000.000
6. Data piutang penjualan angsuran pada sebuah penjualan adalah sebagai berikut :
1 Januari 20002 31 Desember 2002
piutang tahun 2001 Rp. 30.000.000 Rp. 10.000.000
2002 Rp. 8.000.000 Rp. 2.000.000
Rp. 30.000.000
48
Penjualan kotor penjualan angsuran tahun 2002 Rp. 21.000.000
2001 Rp. 9.000.000
2000 Rp. 2.000.000
Jumlah laba kotor yang direalisasi dalam tahun 2002 berjumlah :
a. Rp. 10.500.000 d. Rp. 26.000.000
b. Rp. 17.500.000 e. Rp. 32.000.000
c. Rp. 18.000.000
7. Toko elektronik menjual TV secara angsuran dengan harga Rp. 3.000.000. Harga pokok TV sebesar Rp. 2.000.000. Uang muka Rp. 750.000, sisanya diangsur dalam 9 kali angsuran bulanan. Atas jumlah angsuran yang terutang dibebani bunga 12% setahun, dibayar bersama dengan angsuran. Jumlah yang diterima pada angsuran ke dua adalah :
a. Rp. 272.500 d. Rp. 265.000
b. Rp. 270.000 e. Rp. 267.000
c. Rp. 267.500
8. Pada tanggal l1 Oktober 2002 dijual sepeda motor dengan harga Rp. 18.500.000. Uang muka Rp. 6.500.000. Sisanya diangsur setiap dua bulan selama satu tahun dengan tingkat bunga 12% dengan metode menggunakan shiort – end interest. Bunga pada angsuran ke tiga adalah :
a. Rp. 24.000 d. Rp. 8.000
b. Rp. 16.000 e. Rp. 4.000
c. Rp. 12.000
9. Pada tanggal 1 Maret 2000 dijual rumah secara angsuran kepada Andalas dengan harga Rp. 100.000.000. Uang muka Rp. 2.000.000. Sisanya diangsur 6 bulan. Bunga atas sisa pinjaman 12% setahun. Harga pokok rumah Rp. 60.000.000. Setelah pembayaran angsuran ke 4, pembeli tidak melanjutkan angsurannya. Rumah tersebut dikembalikan dengan taksiran harga pada saat itu Rp. 55.000.000. Laba atas penjualan rumah diakhiri sebanding dengan penerimaan angsuran. Laba rugi diatas pemilikan kembali rumah tersebut adalah :
a. Rp. 8.600.000 rugi d. Rp. 22.200.000 rugi
b. Rp. 10.600.000 laba e. Rp. 26.200.000 laba
c. Rp. 22.200.000 laba
10. Pada tanggal 1 Oktober 2002 PT. Suzuki Motor menjual sebuah mobil secara angsuran dengan harga jual Rp. 300.000.000. Harga pokok Rp. 240.000.000. Dalampenjualan tersebut diterima sebuah mobil bekas denganharga yang disetujui Rp. 80.000.000. Agar mobil bekas itu laku dijual, maka harus diperbaiki terlebih dahulu dengan biaya perbaikan Rp. 10.000.000. Setelah diperbaiki diperkirakan dapat laku dijual Rp. 75.000.000. Laba normal atas penjualan mobil bekas 20%
49
dari harga jual. Dalam tukar tambah ini PT. Suzuki Motor akan memperoleh atau menderita
a. Laba Rp. 30.000.000 d. Rugi Rp. 40.000.000
b. Rugi Rp. 30.000.000 e. Laba Rp. 40.000.000
c. Laba Rp. 15.000.000
Essai 1. Perusahaan real estate “Griya Indah” menjual 100 unit rumah secara angsuran
dengan harga jual Rp. 180.000.000 per unit. Harga pokok rumah per unit Rp. 150.000.000. Pembayaran pertama sebesar Rp. 30.000.000 per unit. Pembayaran dilakukan pada saat kontrak ditandatangai yaitu per 1 Nopember 2000. Sedangkan sisanya digadaikan dan diangsur setiap triwulan selama 5 tahun. Angsuran tersebut ditambah dengan bunga 15% per tahun. Bunga dihitung dari sisa pokok pinjaman. Dari data tersebut, buatlah jurnal yang diperlukan untuk tahun 2000 dan tahun 2001 dengan asumsi laba diakui sebanding dengan penerimaan angsuran.
2. Sebuah perusahaan real estate menjual rumah secara angsuran dengan harga jual Rp. 300.000.000. Harga pokok rumah Rp. 240.000.000 per unit. Pada tanggal 1 Maret 2001 terjual sebuah rumah dengan pembayaran uang muka Rp. 60.000.000. Saat itu juga, sisanya diangsur setiap catur wulan selama 5 tahun dengan bunga 15%. Setelah angsuran yang kelima (Desember 2002), pembeli memberitahukan bahwa ia tidak mampu lagi melanjutkan pembayaran angsuran. Rumah tersebut kemudian ditarik kembali dengan memberikan potongan kepada pembeli sebesar 5% dari jumlah angsuran yang sudah disetor. Pada saat itu, rumah ditaksir mempunyai nilai sebesar Rp. 200.000.000. Laba diakui sebanding dengan penarikan angsuran :
Diminta :
a. Membuat jurnal 1 Maret 2001
b. Membuat jurnal penerimaan angsuran sampai dengan angsuran ke empat
c. Membuat jurnal penarikan kembali dan perhitungannya.
3. Pada tanggal 30 April 2000 tuan Adi Membeli sebuah minibus secara angsuran dengan harga Rp. 72.000.000. Tuan Adi membayar uang muka Rp. 32.000.000. Edangkan sisanya dibayar dalam 10 bulan angsuran. Angsuran pertama dibayar pada akhir Mei 2000.
Diminta :
a. Dengan asumsi tuan Adi membayar angsuran bulanan sebesar Rp. 4.000.000. angsuran ini ditambah dengan bunga 12% setahun dari saldo utang yang belum dibayar. Susunlah daftar pembayaran bunga dan pokok selama 10 tahun (long – end interest).
b. Dengan asumsi tuan A membayar angsuran bulanan sebesar Rp. 4.000.000. Angsuran ini ditambah bunga dari tiap angsuran untuk waktu lamanya
50
utang. Susunlah daftar pembayaran bunga dan pokok yang terutang (short – end interest).
c. Dengan asumsi tuan Adi membayar anuitas tiap bulan yang sama besarnya, yaitu Rp. 4.110.800. Berdasarkan suku bunga 6% setahun susunlah daftar pembayaran anuitas selama 10 bulan.
4. PT. Sumber Motor menjual mobil secara angsuran. Pada tanggal 1 Februari 1999 sebuah mobil dengan harga jual Rp. 250.000.000. Harga pokok mobil tersebut Rp. 200.000.000. Dalam transakasi tersebut diterima sebuah mobil bekas dengan harga pertukaran Rp.60.000.000. Agar mobil tersebut dapat terjual cepat, harus diadakan perbaikan. Biaya perbaikan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 900.000. Laba normal yang diharapkan dari harga jual mobil bekas sebesar 20%. Transaksi harga jual mobil bekas Rp. 92.500.000. Sisa piutang akan diangsur 19 kali angsuran dua bulanan dengan bunga 12% setahun. Dengan asumsi laba dicatat sebanding dengan penerimaan angsuran, kalian diminta untuk :
a. Membuat jurnal 1 Februari 1999
b. Membuat jurnal penerimaan angsuran selama tahun 1999
c. Membuat jurnal penyesuaian dan penutupan 31 Desember 1999
5. Pada tanaggal 5 Januari 2000 dijual sebuah rumah dengan harga Rp. 50.000.000. Harga pokok rumah tersebut Rp. 35.000.000. Pada saat kontrak jual beli ditandatangani, diterima uang muka Rp. 10.000.000. Sisanya ditandatangai oleh hipotik 12% setahun. Hipotik tersebut harus diangsur selama 5 tahun setiap semester, yaitu setiap tanggal 1 Mei dan 1 Nopember. Biaya – biaya yang telah dibayar waktu penjualan Rp. 1.000.000
Diminta :
a. Laba dicatat saat penjualan
b. Laba dicatat sebanding dengan penerimaan angsuran
6. PT. Sinar Jaya menjual barang dagangan, baik secara kredit maupun secara tunai. Data akhir tahun 2002 PT. Sinar Jaya sebagai berikut :
Persediaan barang dagangan Rp. 4.000.000
Piutang dagang Rp. 30.000.000
Piutang angsuran 2001 Rp. 16.000.000
Utang dagang Rp. 25.000.000
Laba yang ditangguhkan Rp. 4.000.000
Dalam tahun 2002 terdapat transaksi sebagai berikut :
a. Pembelian barang dagangan secara tunai Rp. 15.000.000, dan secara kredit Rp. 25.000.000.
b. Penjualan barang dengan secara tunai Rp. 10.000.000, secara kredit Rp. 30.000.000. Harga pokok barang dagangan Rp. 22.500.000
51
c. Penerimaan kas dari :
Piutang dagang Rp. 40.000.000
Piutang angsuran 2001 Rp. 10.000.000
Piutang angsuran 2002 Rp. 20.000.000
d. Pengeluaran kas :
Utang dagang Rp. 15.000.000
Beban – beban Rp. 350.000
e. Persediaan barang dagangan 31 Desember 2002 Rp. 6.500.000
Diminta :
a. Jurnal yang diperlukan tahun 2002 (jurnal umum, jurnal penyesuaian, dan jurnal penutup)
b. Menyusun laporan laba rugi tahun 2002
7. PT. Extra adalah sebuah perusahaan dagang. Perusahaan Extra menjual barang dagangannya secara angsuran. Selama 3 tahun terakhir, yaitu tahun 2000, 2001, dan 2002 perusahaan menghendaki laba kotor sebesar 20% untuk tahun 2000, 25% untuk tahun 2001, dan 30% untuk tahun 2002. Pada akhir tahun 2001 buku besar piutang penjualan angsuran menunjukkan saldo :
Penjualan tahun 2000 Rp. 400.000.000
Penjualan tahun 2001 Rp. 150.000.000
Penjualan tahun 2002 Rp. 600.000.000
Penerimaan piutang angsuran :
Tahun 2000 Rp. 300.000.000
Tahun 2001 Rp. 250.000.000
Tahun 2002 Rp. 100.000.000
Darai data tersebut di atas hitunglah :
a. Laba kotor yang direalisasi akhir tahun 2002
b. Laba kotor yangbelum direalisasi pada tahun 2002 apabila laba kotor penjualan angsuran dihitung sebanding dengan penerimaan angsuran.
8. Berikut ini adalah neraca PT. Agung pada akhir tahun 2000 beserta tranasksinya pada tahun 2001 :
Transaksi 20001 :
a. Pembelian tunai Rp. 24.750.000
Kredit Rp. 56.450.000
52
b. Penjualan tunai Rp. 29.750.000
Kredit Rp. 69.250.000
Angsuran Rp. 2.750.000
c. Penerimaan kas
Penjualan angsuran tahun 2001 Rp. 1.500.000
Penjualan angsuran tahun 2002 Rp. 600.000
Penjualan angsuran tahun 1999 Rp. 400.000
Penjualan kredit Rp. 67.500.000
d. Pengeluaran kas untuk :
Pembayaran utang dagang Rp. 56.900.000
Beban administrasi dan umum Rp. 7.850.000
Beban penjualan Rp. 9.250.000
PPN dan utang PPN Rp. 875.000
e. Beban penyusutan gedung tahun 2001 Rp. 50.000
f. Persediaan barang dagangan 31 Desember 2001 Rp. 1.475.000
g. Laba kotor yang diharapkan :
Penjualan angsuran tahun 2001 = 4%
Penjualan angsuran tahun 2000 = 30 %
Penjualan angsuran tahun 1999 = 25%
h. PPN 25% dari laba sebelum pajak. PT. AGUNGNERACA Per 31 Desember 2000(dalam ribuan rupiah)
Kas
Piutang dagang
Piutang angsuran 2000
Piutang angsura 1999
Persediaan barang dagangan
Aktiva tetap :
Gedung Rp.750.000
Akum. Penys. Rp. 250.000-
Tanah
Aktiva lain – lain
20.000
675.000
800.000
500.000
945.000
500.000
200.000
125.000
3.765.000
Utang dagang
Utang wesel
Utang PPN
Laba kotor belum direalisasi
Penjualan angsuran :
Th 2000 Rp. 240.000
Th 1999 Rp. 125.000 +
Modal saham Rp.750.000
Laba ditahan Rp. 425.000+
850.000
1.300.000
75.000
365.000
1.175.000
3.765.000
Diminta : a. Buatlah jurnal atas transaksi - transaksi tersebut diatas.
53
Akuntansi Penjualan Konsinyasi
Penyerahan barang oleh pemilik kepada pihak lain yang bertindak sebagai agen penjual, tetapi hak atas barang tersebut tetap berada di tangan pemilik sampai barang tersebut dijual oleh agen penjual.
Konsinyor (Consignor) Pihak yang memiliki barang.
Konsinyi (Consignee) Pihak yang mengusahakan penjualan barang.
Alasan Konsinyor 1. Memungkinkan produsen memperoleh daerah pemasaran yang lebih luas, terutama :
barang baru, barang mahal, harga berfluktuasi
2. Memperoleh spesialis penjualan
3. Harga jual eceran dapat dikendalikan
Alasan Konsinyi 1. Terlepas dari resiko kegagalan penjualan barang
2. Resiko kerusakan fisik dan fluktuasi harga dapat dihindari
3. Kebutuhan modal kerja berkurang
Kontrak Kerja (Hak & Kewajiban Konsinyi) Hak Konsinyi :
1. Berhak memperoleh penggantian biaya dan imbalan penjualan
2. Berhak menawarkan garansi atas barang tersebut
Kewajiban Konsinyi :
1. Harus melindungi barang konsinyasi
2. Harus menjual barang konsinyasi
3. Harus memisahkan secara fisik barang konsinyasi dengan barang dagangan lainnya
4. Mengirimkan laporan berkala mengenai kemajuan penjualan barang konsinyasi
TOPIK 2
54
Akuntansi Konsinyasi 1. Transaksi konsinyasi harus diikthisarkan terpisah dan laba atas masing-masing
konsinyasi harus dihitung terpisah dari laba penjualan reguler
2. Transaksi konsinyasi harus disatukan dengan transaksi lain Akuntansi untuk Konsinyasi yang telah selesai :
Pihak Konsinyi (PT.Z) : Transaksi Laba Terpisah Laba Disatukan
06/06/X0 :
Pengiriman 10 unit brg dengan harga pokok Rp. 50.000/unit.
Memo : diterimanya 10
unit barang
Memo : diterimanya 10
unit barang
06/06/X0:
Biaya angkut ke konsinyi Rp. 60.000
06/06 s/d 20/07/X0 :
Biaya Angkut konsinyi ke konsumen Rp. 25.000
Kons.Masuk-PT.X Rp.25
Kas Rp. 25
PT. X Rp.25
Kas Rp. 25
06/06 s/d 20/07/X0 :
Penjualan 10 unit barang @ Rp. 85.000 dengan komisi 20%
Kas Rp. 850
Kons. Masuk-X Rp.850
Kas Rp.850
Penjualan Rp. 850
Pembelian Rp. 680
PT. X Rp. 680
20/07/X0 :
Komisi penjualan (20% dari Rp. 850.000)
Kons.Masuk-X Rp.170
Kom.Penj.Kons.Rp.170
20/07/X0 :
Pengiriman uang hasil penjualan ke konsinyor
Kons.Masuk-X Rp.655
Kas Rp.655
PT. X Rp. 655
Kas Rp. 655
55
Pihak Konsinyor (PT. X) : Transaksi Laba Terpisah Laba Disatukan
06/06/X0 :
Pengiriman 10 unit brg dengan harga pokok Rp. 50.000/unit.
Kons.Kel-PT.Z Rp.500
Peng.kons. Rp.500
Memo : dikirimkan 10
unit barang dng
HJ Rp. 85, kom.
20%
06/06/X0:
Biaya angkut ke konsinyi Rp. 60.000
Kons.Kel-PT.Z Rp. 60
Bi. Angkut Rp. 60
06/06 s/d 20/07/X0 :
Biaya Angkut konsinyi ke konsumen Rp. 25.000
06/06 s/d 20/07/X0 :
Penjualan 10 unit barang @ Rp. 85.000 dengan komisi 20%
20/07/X0 :
Komisi penjualan (20% dari Rp. 850.000)
20/07/X0 :
Pengiriman uang hasil penjualan ke konsinyor
Kas Rp.655
Kons.Kel.-PT.ZRp.195
Kons.Kel-PT.Z Rp. 850
Kons.Kel-PT.Z Rp. 95
Laba Kons. Rp. 95
Kas Rp. 655
PengangkutanRp. 25
Komisi Rp. 170
Penjualan Rp. 850
56
Akuntansi untuk Konsinyasi yang tidak selesai :
Pihak Konsinyi (PT.Z) : Transaksi Laba Terpisah Laba Disatukan
06/06/X0 :
Pengiriman 10 unit brg dengan harga pokok Rp. 50.000/unit.
Memo : diterimanya 10
unit barang
Memo : diterimanya 10
unit barang
06/06/X0:
Biaya angkut ke konsinyi Rp. 60.000
06/06 s/d 30/06/X0 :
Biaya Angkut konsinyi ke konsumen Rp. 25.000
Kons.Masuk-PT.X Rp.25
Kas Rp. 25
PT. X Rp.25
Kas Rp. 25
06/06 s/d 30/06/X0 :
Penjualan 6 unit barang @ Rp. 85.000 dengan komisi 20%
Kas Rp. 510
Kons. Masuk-X Rp.510
Kas Rp.510
Penjualan Rp. 510
Pembelian Rp. 408
PT. X Rp. 408
30/06/X0 :
Komisi penjualan (20% dari Rp. 510.000)
Kons.Masuk-X Rp.102
Kom.Penj.Kons.Rp.102
30/06/X0 :
Pengiriman uang hasil penjualan ke konsinyor
Kons.Masuk-X Rp.383
Kas Rp.383
PT. X Rp. 383
Kas Rp. 383
57
Pihak Konsinyor (PT. X) : Transaksi Laba Terpisah Laba Disatukan
06/06/X0 :
Pengiriman 10 unit brg dengan harga pokok Rp. 50.000/unit.
Kons.Kel-PT.Z Rp.500
Peng.kons. Rp.500
Memo : dikirimkan 10
unit barang dng
HJ Rp. 85, kom.
20%
06/06/X0:
Biaya angkut ke konsinyi Rp. 60.000
Kons.Kel-PT.Z Rp. 60
Bi. Angkut Rp. 60
06/06 s/d 30/06/X0 :
Biaya Angkut konsinyi ke konsumen Rp. 25.000
06/06 s/d 30/06/X0 :
Penjualan 6 unit barang @ Rp. 85.000 dengan komisi 20%
30/06/X0 :
Komisi penjualan (20% dari Rp. 510.000)
30/06/X0 :
Pengiriman uang hasil penjualan ke konsinyor
Kas Rp.383
Kons.Kel.-PT.ZRp.127
Kons.Kel-PT.Z Rp. 510
Kons.Kel-PT.Z Rp. 57
Laba Kons. Rp. 57
Kas Rp. 383
PengangkutanRp. 15
Komisi Rp. 102
Brg. Kons. Rp. 10
Penjualan Rp. 510
Brg.Kons. Rp. 224
L/R Rp.200
Bi. Angkut Rp. 24
Perhitungan Pembebanan Biaya : Total Bi. 6 Unit Bi. 4 Unit
Biaya Konsinyor :
HPP Konsinyasi
Angkutan ke konsinyi
Biaya Konsinyi :
Biaya angkut
Komisi
Rp. 500.000
Rp. 60.000
Rp. 25.000
Rp. 102.000
Rp. 300.000
Rp. 36.000
Rp. 15.000
Rp. 102.000
Rp. 200.000
Rp. 24.000
Rp. 10.000
Total : Rp. 687.000 Rp. 453.000 Rp. 234.000
58
Perkiraan Rekening Konsinyasi Keluar PT. Z :
06/06 Pengiriman
06/06 Pengangkutan
30/06 Bi. angkut Rp. 25
Komisi Rp.102
30/06 Laba
Rp. 500.000
Rp. 60.000
Rp. 127.000
Rp. 57.000
30/06 penjualan 6 unit
30/06 HPP 4unit Rp.200
Angkutan Rp. 24
Bi.Angkut Rp. 10
Rp. 510.000
Rp. 234.000
Rp. 744.000 Rp. 744.000
01/07 Saldo HPP 4 unit Rp. 234.000