model praktek keperawatan profesianal

21
Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah satu metode pelayanan keperawatan yang merupakan suatu system, struktur, proses dan nilai-nilai yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006). Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP) Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah 1. Pilar I : pendekatan manajemen (manajemen approach) Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari : a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan) Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Jenis-jenis perencanaan terdiri dari : 1. Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun. 2. Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun. 3. Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).

Upload: lisma-ria

Post on 14-Nov-2015

245 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

4

TRANSCRIPT

Model praktek keperawatan profesianal (MPKP) adalah salah satu metode pelayanan keperawatan yang merupakan suatu system, struktur, proses dan nilai-nilai yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebutModel praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).Pilar pilar dalam Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP)Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah1. Pilar I : pendekatan manajemen (manajemen approach)Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :a. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan)Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.

Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :

1. Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk 3 sampai 10 tahun.

2. Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.

3. Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.

Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).

Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan, dan tahunan.

1. Visi Di Ruang MPKP

Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk serta tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan organisasi.

Contoh visi di Ruang MPKP RSMM Bogor adalah Mengoptimalkan kemampuan hidup klien gangguan jiwa sesuai dengan kemampuannya dengan melibatkan keluarga.2. Misi Di Ruang MPKP

Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan.

Contoh misi di Ruang MPKP di RSMM Bogor adalah Memberikan pelayanan prima secara holistik meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual dengan pendekatan keilmuan keperawatan kesehatan jiwa yang professional.3. Filosofi Di Ruang MPKP

Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai kegiatan yang menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu.

Beberapa contoh pernyataan filosofi : Individu memiliki harkat dan martabat Individu mempunyai tujuan tumbuh dan berkembang Setiap individu memiliki potensi berubah Setiap orang berfungsi holistik (berinteraksi dan bereaksi terhadap lingkungan)4. Kebijakan Di Ruang MPKP

Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan.

Contoh kebijakan di ruang MPKP RSMM Bogor:Kepala Ruangan MPKP dipilih melalui fit and proper testStaf MPKP bertugas berdasarkan SK5. Rencana Jangka Pendek Di Ruang MPKP

Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana harian, bulanan dan tahunan.

Pengorganisasian di ruang MPKP terdiri dari:

1. Struktur organisasi

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organiosasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan.

Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang membawahi dua atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.

Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP

a. Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 Tim dan tiap Tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih.

b. Kepala ruangan bekerja sama dengan ketua Tim mengatur jadual dinas (pagi, sore, malam)

c. Kepala Ruangan membagi pasien untuk masing-masing Tim.

d. Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena kondisi tertentu. Kepala Ruangan dapat memindahkan Perawat Pelaksana dari Tim ke Tim yang mengalami kekurangan anggota.

e. Kepala ruangan menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan shift pagi apabila karena sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Untuk itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang ada. Sebagai pengganti Kepala Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota Tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara anggota tim.

f. Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.

g. Ketua mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana anggota Timnya.

h. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila Ketua Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat paling kompeten yang ada di dalam Tim.

i. Masing-masing Tim memiliki buku Komunikasi.

j. Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Daftar Dinas Ruangan

Daftar yang berisi jadual dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab dinas/shift

Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah berdinas pada malam hari.

3. Daftar Pasien

Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift.

Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap Tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan keperawatan pasien. Daftar pasien di Ruangan diisi oleh ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.

Klasifikasi Pasien Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien : (1) Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam (2) Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam (3) Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai berikut: 1. Kategori I : Perawatan mandiri/self care Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana. 2. Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung emosi 5 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 30 menit/shift atau 30 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi. 3. Kategori III : Perawatan total/intensive care Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus

A) Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.

1. Metode Fungsional

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang pasien.

Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada tindakan keperawatan. Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan, selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.Kelebihan : a. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik

b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

c. Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja

d. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.

e. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk tugas sederhana.

f. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yan g melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.

Kelemahan :

a. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam penerapan proses keperawatan.

b. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.

c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja

d. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.

e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat

f. Hubungan perawat dank klien sulit terbentuk

2. Metode TIM

Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000). Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien.Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan:

a. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.

b. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.

c. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok pasien.

d. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi meliputi: penu!Isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim. Kelebihan :

a. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif. b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan. c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar. d. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal. e. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara efektif. f. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan

g. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan

h. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas Kelemahan :

a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik

b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak diimplementasikan dengan total

c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.

d. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu.

e. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur.

f. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

Tanggung jawab Kepala Ruang :

a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan keperawatan.

b. Mengorganisir pembagian tim dan pasien

c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan.

d. Menjadi nara sumber bagi ketua tim.

e. Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim dalam pemberian asuhan keperawatan.

f. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,

g. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,

h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,

i. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak lanjutinya,

j. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.

k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.

Tanggung jawab ketua tim :

a. Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan,

b. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan oleh kepala ruangan.

c. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya,

d. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik.

e. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui konferens.

f. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya.

g. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan, h. Menyelenggarakan konferensi i. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, j. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya, k. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan, Tanggung jawab anggota tim :

a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan.

b. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan berdasarkan respon klien.

c. Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan

d. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.

e. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.

f. Memberikan laporan

3. Metode Primer. Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa konsep dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaiuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni oleh perawat primer. Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang yang diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer. Metode keperawatan primer mendorong praktek kemandirian perawat, yang ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Perawat primer bertanggung jawab untuk membangun komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet, dan anggota tim kesehatan lain. Walaupun perawat primer membuat rencana keperawatan, umpan balik dari orang lain diperlukan untuk pengkoordinasian asuhan keperawatan klien Dalam menetapkan seseorang menjadi perawat primer perlu berhati-hati karena memerlukan beberapa kriteria, di antaranya dalam menetapkan kemampuan asertif, self direction kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan baik antar berbagai disiplin ilmu. Di negara maju pada umumnya perawat yang ditunjuk sebagai perawat primer adalah seorang perawat spesialis klinik yang mempunyai kualifikasi master dalam bidang keperawatan. Karakteristik modalitas keperawatan primer adalah : a. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan

b. Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun rencana perawatan.

c. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain.

d. Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.

e. Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primerKelebihan :

a. Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan untuk pengembangan diri.

b. Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat

c. Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang hospitalisasi.

d. Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer operasional dan administrasi

e. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.

f. Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya. g. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.

h. Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan lebih banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.

i. Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara individu.

j. Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.

k. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang mengetahui semua tentang kliennya.

l. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.

m. Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.

n. Metode ini mendukung pelayanan profesional.

o. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi

Kelemahan :

a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional

b. Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akontabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.

c. Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.

d. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

e. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

Ketenagaan metode primer :

a. Setiap perawat primer adalah perawat bedside

b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer

c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

d. Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non professional sebagai perawat asisten

Tanggung jawab Kepala Ruang dalam metode primer :

a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer

b. Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer

c. Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten

d. Orientasi dan merencanakan karyawan baru

e. Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff

Tanggung jawab perawat primer : a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan

c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas

d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain

e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

f. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang

g. Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial dimasyarakat

h. Membuat jadual perjanjian klinis

i. Mengadakan kunjungan rumah

4. Metode Kasus Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas. Kelebihan :

a. Perawat lebih memahami kasus per kasus

b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi mudah.

Kekurangan :

a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab

b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama

5. Metode Modifikasi Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah: a. Model Praktek Keperawatan Profesional III

Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan b. Model praktek keprawatan profesional II

Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu.

Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan pada area spesialisnya. Disamping melakukan riset dan memanfaatkan hasil hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10)c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.

Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan. Pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer. d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula

Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem model MAKP ii diasarkan pada beberapa alasan, yaitu : a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara

b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim

c) Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akountabilitasnya terdapat pada primer.

B) Ketenagaan Keperawatan

Menurut Douglas(1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Loveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori, yaitu :

a. Perawatan minimal : memerlukan waktu 1 2 jam/24 jam terdiri atas :

a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.

b) Makan dan minum dilakukan sendiri

c) Ambulasi dengan pengawasan

d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.

e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.

f) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.

b. Perawatan intermediet : memerlukan waktu 3 4 jam/24 jam yang terdiri atas :

a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

d) Voley kateter/intake output dicatat

e) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan, memerlukan prosedur

c. Perawatan maksimal/total : memerlukan waktu 5 6 jam/24 jam :

a) Segala diberikan/dibantu

b) Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena

d) Pemakaian suction

e) Gelisah/disorientasi

Menurut Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan perawat pasien untuk dinas pagi, sore dan malam.

Waktu

KlasifikasiPagiSoreMalam

Minimal

Partial

Total0,17

0,27

0,360,14

0,15

0,300,10

0,07

0,20

Sebagai contoh :

Ruang perawatan bedah terdapat 30 pasien, yang terdiri dari 10 pasien minimal, 15 pasien partial, dan 5 pasien total. Maka jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga pagi adalah :

10 x 0,17 = 1,7

15 x 0,27 = 4,05

5 x 0,36 = 1,8

--------------------

Jumlah = 7,55 dan dibulatkan menjadi 8 orang perawat yang dibutuhkan untuk dinas pagi.

Untuk mengetahui kebutuhan aktual tenaga keperawatan diruang perawatan sebaiknya dilakukan setiap hari selama minimal 22 hari, dan dalam waktu yang sama.

Misalnya rata-rata perawat yang diperlukan di Ruang Bedah menurut perhitungan Douglas adalah 10 orang perawat, maka jumlah yang diperlukan pada ruang tersebut adalah

a. Perawat shift : 10 orang

b. Libur cuti : 5 orang

c. Ketua tim : 3 orang

d. Kepala Ruangan : 1 orang

Jumlah = 19 orang

Terdapat pula cara lain dalam perhitungan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus yang dikembangkan Arndt dan huckabay, 1975 (Gillies, 1994) yang selanjutnya secara populer disebut Formula Gillies, yaitu dengan komponen yang dipertimbangkan dalam perhitungan :

a. Penentuan Rata-rata jam perawatan yang diperlukan pasien setiap hari

b. Rata-rata sensus harian pasien.

c. jumlah hari/tahun = 365 hari,

d. Rata-rata hari libur perawat setiap tahun = 140 hari.

e. Jumlah jam kerja perawat setiap hari.

f. Jam perawatan yang dibutuhkan pertahun

g. Jam perawatan yang diberikan oleh masing-masing perawat pertahun

h. Jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang rawat.

Rumus :

a X b X c f

------------- = ----- = h

(c-d) eg

Contoh :

a = 4

b = 20

e = 8

4 x 20 x 365 29.200

--------------- = ---------- = 16.20 dibulatkan 16 Perawat shift (pagi, sore, malam)

(365 140) 8 1800

Catatan : penentuan jumlah rata-rata jam perawatan pasien dengan mempertimbangkan :

1. Minimal care : 1-2 jam/24 jam

2. Moderate care/partial care : 3 - 4 jam/24 jam

3. Total care : 5 6 jam/24 jam.

C) Pengendalian Model Praktik Keperawatan ProfesionalPada pelaksanaan MPKP kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran :

1) Layanan mutu umum

a. penghitungan lama hari rawat (BOR)

BOR (bed occupancy rate) adalag prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baaik adalah 80-90 %.

Rumus perhitungan BOR

Jumlah hari perawatan

X 100 %

Jumlah tempat tidur X jumlah persatuan waktu

Keterangan

Jummlah hari perawatan adalah julah total pasien dirawat dalam satu hari jumlah hari dalam satu satuan waktu

Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya 28-1 hari, tergantung jumlah hari dalam bulan

b) Penghitungan rata-rata lama dirawat (ALOS)

ALOS (avarage lenght of stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efesiensi, juga dapat emberikan gambaaran mutu pelayanan. Secara umum ALOS ideal 6-9 hari.

Rumus perhitungan ALOS :

Rumus : jumlah hari perawatan pasien keluar x 100 %

Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Keterangan :

Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu peiode waktu

Jumlah pasien keluar ( hidup+mati ) adalah jumlah pasien yang pulang atau meninggal dalam satu periode tertentu

c) Penghitugan lama tempat tidur tidak terisi (TOI)

TOI (turn over interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini tidak dapat memberikan gambaran tingkat efesiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong 1- hari

Rumus penghitungan TOI :

Rumus : (jumlah TT x hari ) hari perawatan RS X 100 %

Jumlah pasien keluar (hidup + mati )

Keterangan :

Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki

Hari perawatan : jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan mati

Jumlah pasien keluar (hidup + mati ) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal

2) Indikator Mutu Khusus

a. Kejadian Infeksi Nosokomial

Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul selama dalam perawatan dirumah sakit.

b. Kejadian Cedera

Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam perawatan yang disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya. Indikator ini dapat menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnya tidak ada kasus pasien yang cedera

c. Kondisi Pasien a) Audit dokumentasi asuhan keperawatan Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan mpkp.

b) Survey masalah baru

Survey masalah keperawatan adalah survey dengan standart nanda untuk pasien baru opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu (satu bulan). c) Kepuasan pasien dan keluarga

Kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Survey kepuasan yang dilakukan diruang mpkp adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain. d. Kondisi sdm

a) Kepuasan tenaga kesehatan (perawat dan dokter)

Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

Busono, Presidentyas Bimo Tri. 2010. Evaluasi Penerapan Model Praktek Keperawatan

Profesional di ruang Maranata I Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.Undergraduate

thesis, Semarang: Universitas Diponegoro.

Douglas, LM. (1984) , the Effevtive Nurse Leader and Menager, Second edition, St. Louis, the CV Mosby.Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi & Praktek Keperawatan Profesional .Jakarta : EGC

Rantung, Fredna Robot, Rivelino Hamel. 2013. Perbedaan Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan Ruangan SP2KP dan non-SP2KP di Irina A dan Irina F RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.Supit, Desire Farlind. 2011. Efektivitas Penerapan Model Praktek Keperawatan Profesional

Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Advent Bandung. Undergraduate

thesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada