model pengelolaan sampah berbasis komunitas di …

193
i MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI KAWASAN HETEROGEN KOTA PALU Community-Based Solid Waste Management Models in The Heterogeneus Region of Palu DISERTASI ARYAN GAFUR P0800311029 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

i

MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI KAWASAN HETEROGEN KOTA PALU

Community-Based Solid Waste Management Models in The

Heterogeneus Region of Palu

DISERTASI

ARYAN GAFUR P0800311029

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

Page 2: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

ii

DISERTASI

MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS

DI KAWASAN HETEROGEN KOTA PALU

Disusun dan diajukan oleh

ARYAN GAFUR Nomor Pokok P0800311029

Menyetujui Komisi Penasehat,

Prof. Dr. Ir. Mary Selintung, M.Sc Promotor

Prof. Dr. Ir. H. Muh. Ramli Rahim, M. Eng

Ko-Promotor

Dr. Ir. Johannes Patanduk, MS.

Ko-Promotor

Mengetahui

Ketua Program Studi S3 Teknik Sipil Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. H. M. Wihardi Tjaronge, ST. M. Eng

Page 3: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

iii

PRAKATA

Puji syukur senantiasa dihaturkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penelitian dan penulisan disertasi

yang berjudul Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Di Kawasan

Heterogen Kota Palu ini dapat tersusun dengan baik.

Secara akademik penelitian ini merupakan tanggung jawab penuh penulis.

Namun penulis menyadari bahwa penulisan disertasi ini dapat tersusun berkat

dukungan dan keterlibatan banyak pihak. Mereka memberikan bantuan, baik

berupa moril maupun bantuan materiil yang tidak bisa dihitung nilainya. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Ir. Mary Selintung, M. Sc

selaku Promotor, atas bimbingan arahan dan petunjuknya sehingga penyusunan

disertasi ini dapat kami selesaikan dengan baik. Ucapan dan perhagaan yang

sama kepada Prof. Dr. Ir. H. Muh. Ramli Rahim, M. Eng dan Dr. Ir. Johannes

Patanduk, MS selaku Co-Promotor atas bantuan, arahan dan bimbingan yang telah

diberikan sehingga disertasi ini dapat terwujud. Kepada bapa atas bimbingan yang

begitu tulus dan ikhlas.

Ucapan dan penghargaan juga kami sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. H.

Muhammad Saleh Pallu, M. Eng, Prof. Dr-Ing Ir. Herman Parung, Prof. Dr. Muh.

Wihardi Tjaronge, ST, M. Eng, dan Suharman Hamzah, ST, MT, Ph.D, HSE, Cert

selaku tim penguji yang banyak memberikan arahan dan masukkan kepada kami.

Page 4: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

iv

Kepada bapak kami mengucapkan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-

tingginya atas masukan dan arahan demi kelengkapan disertasi ini.

Penghargaan yang setinggi tingginya kepada Rektor Universitas Hasanuddin,

Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA, bapak Prof. Dr. Muhammad Ali, SE,

MS, ( Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin) bapak DR-Ing.Ir.

Wahyu Haryadi Piarah, MS.ME, (Dekan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin),

bapak Dr. Ir. H. Muh. Arsyad Thaha, MT (Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin), bapak Prof. Dr. M. Wihardi Tjaronge, ST, M.Eng (

Ketua Program Studi S3 Teknik Sipil Universitas Hasanuddin.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bupati Buol bapak dr. H.

Amirudin Rauf, Sp.Og, yang telah berkenan memberikan izin dan dorongan

kepada penulis untuk merampungkan study S3 di Universitas Hasanuddin

Makasar, juga ucapan terima kasih kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Buol

bapak Abd. Hamid Lakuntu atas perhatian dan bantuannya selama ini, dan juga

ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu

beserta jajarannya dan Kepala BAPPEDA Kota Palu beserta jajarannya yang telah

banyak membantu dalam rangka pemberian, pengumpulan data dan informasi,

serta kepada rekan-rekan kolega, dosen dan rekan-rekan sesama mahasiswa

pada Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar yang juga banyak

memberikan bantuan dan dukungan moril bagi penulis selama penyusunan

disertasi ini, dan yang terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

mereka yang namanya tidak tercantum tetapi telah banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan disertasi ini.

Page 5: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

v

Akhirnya penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada orang-orang

tercinta, Ibunda (Almh.Rugaiyah Korompot) dan Ayahanda (Alm.Umar Hi.A. Gafur,

BA), yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a serta nasehat untuk selalu

sabar dan tekun dalam menuntut ilmu.

Tidak terlupa istri tercinta Hj. Hasni Kasim, anak-anakku tersayang Riri

Rachmawati, Nuzhal Pratama Ramadhan, Muhammad Uzie Fauzi dan Maudy

Rizki Amelia, yang sangat tabah mendampingi, memberikan dorongan, dan

membangkitkan spirit penulis, terutama dalam masa-masa sulit dalam penyusunan

disertasi ini. Tidak lupa bagi cucuku tersayang Suci Rahmasari yang selalu

memberi inspirasi segar dengan canda tawanya. Tanpa semua itu, susah

dibayangkan disertasi ini dapat lahir dan tersusun dengan baik.

Semoga partisipasi dan sumbangsih semua pihak ini menjadi amal baik

yang mendapatkan ganjaran dari Allah SWT.

Makassar, Desember 2017

Aryan Gafur

Page 6: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

vi

ABSTRAK

ARYAN GAFUR. Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu (dibimbing oleh Mary Selintung, Muh. Ramli Rahim dan Johannes Patanduk). Tujuan Penelitian ini adalah menemukan model pengelolaan sampah berbasis komunitas di kawasan permukiman yang heterogen di Kota Palu, khususnya di Kecamatan Palu Selatan. Metode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara, yaitu data primer melalui 3 (tiga) tahapan yaitu penentuan sampel dengan meliputi kuisioner, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder dilakukan dengan mendapatkan data dari Bappeda Kota Palu, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu dan instansi terkait lainnya. Pengumpulan data dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan menganggap semua subjek sama sehingga diambil secara acak terhadap 135 responden. Tahap pertama, wawancara dan pengisian kuisioner dilakukan terhadap 13 responden yang terdiri dari pejabat birokrasi (regulator dan operator). Tahap kedua, wawancara dilakukan terhadap 27 responden yang terdiri atas konsultan pendamping, kelompok swadaya masyarakat dan perguruan tinggi. Dan tahapan wawancara ketiga dilakukan terhadap masyarakat secara umum sebanyak 95 responden. Kemudian persepsi responden dianalisis dengan menggunakan metode analisis jalur sehingga didapatkan signifikansi hubungan dengan pengaruh terhadap tingkat peran dan keterlibatan masyarakat dalam penanganan sampah. Adapun teknik analisis yang digunakan berupa deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat didalam pengelolaan sampah berbasis komunitas di kawasan heterogen terbukti dapat meningkatkan partisipasi masyarakat sebesar 60 – 80 %. Dan terdapat hubungan yang signifikan antara peningkatan pendapatan masyarakat dengan pengelolaan sampah berbasis komunitas dikawasan yang heterogen di Kota Palu. Model baru pengelolaan sampah berbasis komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu dapat diterapkan di Kota Palu dengan mendapatkan dukungan yang signifikan sampai dengan 68,6 % dalam pelaksanaanya diyakini dapat mereduksi timbulan sampah sampai dengan 30-40 %. Kata kunci: kawasan heterogen, partisipasi masyarakat, manajemen sampah.

Page 7: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

vii

ABSTRACT ARYAN GAFUR. Community-Based Solid Waste Management Model in Heterogeneous Region of Palu City (guided by Mary Selintung, Muh Ramli Rahim and Johannes Patanduk). The purpose of this research is to find community-based waste management model in heterogeneous settlement area in Palu City, especially in Palu Selatan District. The research method is done by using quantitative method. Technique Data collecting done by 2 ways, that is primary data through 3 (three) stages that is determination of sample by covering questionnaire, interview, observation, and documentation. While secondary data is done by obtaining data from Bappeda Palu City, Office of Sanitation and Garden City of Palu and other relevant agencies. Data collection was done through 3 (three) stages assuming all subjects were equal so that taken randomly to 135 respondents. The first stage, interviews and questionnaires were conducted on 13 respondents consisting of bureaucratic officials (regulators and operators). In the second phase, interviews were conducted on 27 respondents consisting of consultants, non-government groups and universities. And the third stage of the interview conducted on the general public as many as 95 respondents. Then perceptions of respondents were analyzed using path analysis method to obtain the significance of relationship with the influence on the level of role and community involvement in waste management. The analytical technique used is qualitative descriptive. The results showed that the level of community participation in community-based waste management in heterogeneous areas proved to increase community participation by 60-80%. And there is a significant relationship between the increase in community income and community-based waste management in heterogeneous areas in Palu City. New model of community-based waste management in Heterogeneous Area of Palu City can be applied in Palu City with significant support up to 68.6% in its implementation is believed to reduce waste generation up to 30-40%. Keywords: heterogeneus areas, community’s participation, waste management.

Page 8: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

viii

DAFTAR ISI

Halaman PRAKATA iii ABSTRAK vi ABSTRACT vii DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xv DAFTAR SINGKATAN xvi BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Batasan Masalah 5 C. Rumusan Masalah 5 D.Tujuan Penelitian 6 E. Manfaat Penelitian 6

F. Ruang Lingkup Penelitian 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 8 A. Pendekatan Model Dalam Pengelolaan Sampah 9 B. Pengertian Sampah 11 1. Klasifikasi Sampah 13 2. Jenis Sampah 14 3. Sifat Sampah 15

C. Pengelolaan Sampah 16

1. Penampungan Sampah 19 2. Pengumpulan Sampah 20

a. Pola Individual 20

b. Pola Komunal 20 3. Pemindahan Sampah 21 4. Pengangkutan Sampah 21 5. Pembuangan Akhir Sampah 22 6. Kelembagaan Pengelola Sampah 23

D. Paradigma Pengelolaan Sampah 23

E. Peran dan Partisipasi Masyarakat 26 F. Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat 29

G. Stakeholder Dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen

33

H. Hasil Penelitian Terdahulu dan Kebaharuan Penelitan

38

Page 9: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

ix

I. Kerangka Pikir Penelitian 50

BAB III. METODE PENELITIAN 54 A. Rancangan Penelitian 55 B. Lokasi dan Orientasi Wilayah Penelitian 59 1. Lokasi Penelitian 59 2. Orientasi Wilayah Studi 60

C. Tahapan Penelitian 62

D. Populasi dan Sampel Penelitian 64 E. Jenis dan Sumber Data 68

F. Konsepsi Operasional Penelitian 69

G. Teknik Analisis Data 72 1. Analisis Korelasi 72 2. Analisis Regresi 73

3. Analisis Jalur 74

4. Permodelan Persampahan Berbasis

Komunitas 75

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 80 A. Karakteristik Responden 80 1. Latar Belakang Responden 80 2. Tingkat Pendidikan Responden 81 3. Umur Responden 83 4. Jenis Kelamin Responden 84 5. Pekerjaan Responden 85 B. Hubungan Antara Fungsi Kawasan Permukiman 86 Dengan Mengurangi Sampah Dan Tingkat

Partisipasi Masyarakat

C. Pengelolaan Sampah Di Kawasan Palu Selatan 89 Dan Kinerja Operasional Pengelola Sampah

1. Kinerja Operasional Pengelolaan Sampah

Pada Unit Komposter 97

2. Pengelolaan Sampah Berdasarkan

Ketersediaan Sarana dan Prasarana 101

3. Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas 104 4. Kelembagaan Pengelola Sampah 106

5. Zonasi Sistem Pengelolaan Sampah di

Kawasan Palu Selatan 108

D. Model Pengelolaan Sampah di Kota Palu 112

1. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan

Sampah Terpadu 113

2. Arahan Program Pengelolaan Sampah

Berbasis Masyarakat 115

a. Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis 115

Page 10: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

x

Masyarakat

b. Peningkatan Operasional Pengelolaan

Sampah 116

3. Arahan Program Pemberdayaan Masyarakat

Dalam Pengelolaan Sampah 117

4. Pengembangan Pengelolaan Sampah

Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu

118

5. Penanganan Sumber Masalah Sampah

dengan Ketersediaam Sarana dan Prasarana 120

6. Konsep Model Pengelolaan Sampah

Permukiman Terpadu 122

E. Model Pengelolaan Sampah Berbasi Komunitas

di Kawasan Permukiman Heterogen Kota Palu 123

1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian 123

2. Model Struktural Hubungan Kausal Variabel

X1, X2, dan X3 ke Y 126

3. Analisis Diagram Jalur dan Persamaan

Struktural 128

4. Pengujian Asumsi Analisis Jalur 131 a. Menggambar Diagram Jalur Lengkap 132

b. Menghitung Koefisien Korelasi dan

Regresi 133

c. Kerangka Hubungan Kausal Empiris 134

d. Hasil Diagram Jalur Hubungan Kausal

Empiris 135

e. Memaknai Hasil Analisis Jalur 136 f. Tabel Ringkasan Hasil Analisis Penelitian 137

5. Temuan Terkait Model Partisipasi dan Pemberdayaan Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu

141

6. Temuan Terkait Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu

143

7. Filosofis Model Integrasi Pengelolaan

Sampah di Kota Palu 144

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 148 A. Kesimpulan 148 B. Saran 149

Page 11: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

xi

DAFTAR PUSTAKA : 151

A. Buku-buku dan Bahan Cetak Lainnya 151 B. Artikel, Journal, Karya Tulis dan Internet Online 157 C. Disertasi, Tesis dan Skripsi 158 Lampiran-Lampiran

160

Page 12: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

xii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Uraian Halaman 1. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang

Pengelolaan Sampah 39

2.

Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Palu Selatan 61

3. Jumlah Penduduk Kota Palu 65 4. Jumlah Populasi di Lokasi Penelitian 66

5. Kriteria dan Instansi Responden 67 6. Variabel, Indikator dan Skala Pengukuran 70 7. Karakteristik Responden Berdasarkan

Kelompok Profesi 80

8. Pendidikan Responden 82 9. Umur Responden 83

10. Jenis Kelamin Responden 84

11. Pekerjaan Responden 85

12. Aspek Partisipasi Masyarakat 86

13. Timbulan Sampah Berdasarkan Kelurahan dan Proyeksi 10 Tahun Kedepan

90

14. Besarnya Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya

93

15. Klasifikasi Jenis Timbulan Sampah pada Kawasan Palu Selatan

95

16. Jumlah Timbulan Sampah Berdasarkan Tingkat Pendapatan

96

17. Hasil Penilaian Kinerja Operasional Pengelola Sampah di Unit Komposter Kecamatan Palu Selatan

99

18. Pengelolaan Sampah Berdasarkan Ketersediaan Sara na Dan Prasarana

102

19. Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas 104 20. Kelembagaan Pengelola Sampah di Kota Palu 106 21. Model Pengelolaan Sampah di Kota Palu 112 22. Gambaran Masyarakat Terhadap Persepsi dan

Prevelensi Penanganan Sampah 114

23. Metode Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat

117

24. Koefisien Korelasi 133 25. Ringkasan Hasil Penelitian dan Besarnya

Pengaruh Variabel X Terhadap Y dan Ɛ 137

26. Temuan Terkait Konsep Model Partisipasi

MasyarakatDalam Pengelolaan Sampah 142

Page 13: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

xiii

Berbasis Komunitas Heterogen di Kota Palu 27. Temuan Terkait Model Pengelolaan Sampah

Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu

143

28. Temuan Hasil Penelitian dan Teori Model Pengelolaan Sampah Yang Produktif

147

Page 14: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Uraian Halaman 1. Aspek-aspek Pengelolaan Sampah 17 2. Teknis Operasional Pengelolaan Sampah 18

3. Pola Operasional Pengelolaan Sampah 19

4. Pola Pengumpulan Sampah Individual Langsung

20

5. Pola Pengumpulan Sampah Komunal 21 6. Pola Pengelolaan Sampah Perkotaan 45 7. Pola Pengelolaan Sampah di Kecamatan

Kedung Kandang Kota Malang 46

8. Pola Pengelolaan Sampah Kota Metro Mamminasata

46

9. Pola Pengelolaan Sampah Kota Torino dan Cunea, Italia

47

10. Gap Dasar Pengetahuan Untuk Model Partisipasi (Novelty)

49

11. Kerangka Pikir Penelitian 50 12. Model Hubungan Variabel Penelitian 51

13. Rancangan Penelitian 57

14. Peta Kota Palu 59

15. Peta Orientasi Kecamatan Palu Selatan 60 16. Diagram Jalur Hubungan Struktur Variabel X

Terhadap Y (Model Regresi Berganda) 75

17. Grafik Karakteristik Profesi Responden 81 18. Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan 82

19. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 83 20. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin 84

21. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

85

22. Grafik Aspek Partisipasi Masyarakat 88 23. Timbulan Sampah Pada Kawasan Palu

Selatan dan Proyeksi Tahun 2026 91

24. Klasifikasi Jenis Timbulan Sampah di Kawasan Palu Selatan

95

25. Pola Pengelolaan Sampah di Permukiman 99

26. Grafik Pengelolaan Sampah Berdasarkan Ketersediaan Sarana dan Prasarana

103

27. Grafik Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas

106

28. Diagram Venn Analisis Kelembagaan Sistem 107

Page 15: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

xv

Pengelolaan Sampah 29. Peta Kecamatan Palu Selatan 109

a. Foto Kondisi Sampah Kantor Advokat di Jl. Emi Saelan di Kelurahan Tatura Selatan

109

b. Foto Kondisi Bak Sampah Pertokoan di Jln. Emi Saelan Kelurahan Tatura Utara

109

c. Peta Letak Kelurahan Tatura Utara Kecamatan Palu Selatan

109

d. Peta Letak Kelurahan Tatura Utara Kecamatan Palu Selatan

109

30. Peta Kelurahan Tatura Utara Kecamatan Palu Selatan

110

a. Foto Kondisi Penjual Sayur di Pasar Tradisional Masomba Kecamatan Palu Selatan

110

b. Peta Letak Pasar Tradisional Masomba Kelurahan Tatura Utara Kecamatan Palu Selatan

110

c. Foto Kondisi Sampah Penjual Jagung di Pasar Tradisional Masomba

110

d. Foto Kondisi Sampah dari Kios dan Rumah Warga

110

e. Foto Kontainer Sampah di Pasar Masomba

110

31. Peta Kelurahan Birobuli Selatan Kecamatan Palu Selatan

111

a. Foto Kondisi Sampah pada Kompleks Perumahan BTN di Kelurahan Birobuli Utara

111

b. Foto Kondisi Sampah pada Perumahan BTN Kelurahan Birobuli Utara

111

c. Foto Kondisi Sampah pada Rumah Warga di Jln. Abd. Rahman Saleh Kelurahan Birobuli Utara

111

d. Foto Kondisi Sampah pada Komplek Perumahan BTN Mutiara Keluarahan BirobuliUtara

111

e. Peta Letak Kelurahan Birobuli Utara 111 32. Grafik Model Pengelolaan Sampah Kota

Palu 113

33. Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu

123

34. Hubungan Kausal Struktur X1, X2, dan X3 terhadap Y

127

35. Menguji Sub Struktur 129

Page 16: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

xvi

36. Diagram Jalur Hubungan Struktur X1, X2 dan X3 terhadap Y (model regresi berganda)

132

37. Hasil Diagram Jalur Hubungan Kausal Empiris

135

38. Temuan Model Pengelolaan Sampah Terintegrasi di Kawasan Heterogen Kota Palu

146

Page 17: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran 1. 2.

Uraian

Kuesioner Penelitian Hasil Penelitian

Halaman

162 173

Page 18: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

xviii

DAFTAR SINGKATAN

BAPPEDA Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

BAPPENAS BadanPerencanaan dan Pembangunan Nasional

BPN Badan Pertanahan Nasional

BPS Badan Pusat Statistik

CBSWM Community Based Solid Waste Mangement

GIS/SIG Geographic Infomation System/Sistem Informasi Geografis

Ha Hektar

IMB Izin Mendirikan Bangunan

KLB Koefisien Lantai Bangunan

KLD Koefisien Lantai Dasar

Km Kilometer

m Meter

Pemkot Pemerintah Kota

Perda Peraturan Daerah

PLN Perusahaan Listrik Negara

PU Pekerjaan Umum

RTH Ruang Terbuka Hijau

RTNH Ruang Terbuka Non-Hijau

RTRWK Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

RTRWN Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

SP Sensus Penduduk

TPS Tempat Penampungan Sementara

TPST Tempat Pengolahan Sampah Terpadu

TPA Tempat Pemrosesan Akhir

UU Undang–Undang

3R 3 ( Reuse, Reduce, Recyling)

Page 19: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sampah merupakan masalah global untuk setiap negara, termasuk

Indonesia. Sampah yang dihasilkan di Indonesia secara keseluruhan

mencapai 175 ribu ton perhari atau 0,7 kilogram per orang. Jumlah sampah

ini akan terus meningkat jika tidak dilakukan penanganan dan pengelolaan

sampah yang serius. Diprediksi produksi sampah di Indonesia akan

menyentuh 67,1 juta ton sampah per tahun pada tahun 2019 (Geotimes,

2015). Penanganan sampah secara nasional belum menjadi prioritas bagi

Pemerintah. Infrastruktur pengolahan sampah di Indonesia terhitung sangat

minim. Pengelolaan sampah dengan metode TPS 3R saat ini masih sangat

kecil, yakni 7%, dan itu dilakukan di 28 kota metropolitan dan kota besar.

Pemerintah menargetkan pengelolaan sampah di tempat pembuangan

sementara (TPS) dengan metode 3R (reduce, reuse, dan recycle) bisa

terealisasi hingga 20% pada 2019 seiring dengan pencanangan program

Indonesia Bebas Sampah 2020. (Tuti Hendrawati, 2015). Penanganan

sampah khususnya di kota-kota besar di Indonesia merupakan salah satu

permasalahan perkotaan yang sampai saat ini merupakan tantangan bagi

pengelola kota. Pertambahan penduduk dan peningkatan aktivitas yang

demikian pesat di kota-kota besar, telah mengakibatkan meningkatnya

jumlah sampah disertai permasalahannya. Diprakirakan rata-rata hanya

sekitar 40% – 50% yang dapat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir

Page 20: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

2

(TPA) oleh institusi yang bertanggung jawab atas masalah sampah dan

kebersihan, seperti Dinas Kebersihan, E. Damanhuri (2006).

Saat ini permasalahan sampah di Kota Palu adalah hal sangat

mendesak untuk ditangani. Dengan semakin bertambahnya laju

pertumbuhan penduduk, maka semakin bertambah pula laju timbulan

sampah yang dihasilkan. Sebagian besar timbulan sampah yang ada tidak

dapat tertangani atau terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Dengan semakin bertambahnya volume timbulan sampah yang semakin

meningkat dari waktu kewaktu membutuhkan penanganan yang serius oleh

pemerintah kota, sementara itu ketersediaan lahan untuk mendirikan

fasilitas Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah semakin terbatas

bahkan dibeberapa tempat tidak ada lokasi yang layak sebagai lokasi TPS.

Sampah yang diproduksi dari sumber sampah seperti dari rumah tangga

(RT/perumahan), kawasan perdagangan (pasar, kompleks pertokoan),

kawasan industri (pabrik pengolahan, dll), kawasan perkantoran, kawasan

pendidikan (sekolah/madrasah) dan kawasan khusus (rumah sakit, komplek

militer), sangat membutuhkan lahan untuk tempat penampungan sementara

sebelum diangkut menuju TPA sampah.

Terbatasnya sarana dan prasarana persampahan yang dimiliki oleh

pemerintah Kota Palu menyebabkan terbatasnya akses pelayanan

penanganan persampahan secara maksimal, dibeberapa kawasan

perkotaan seperti kawasan pasar dan kawasan permukiman seringkali tidak

dapat terangkut sampah menuju ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)

karena terbatasnya armada pengangkut sampah seperti Truk Sampah/Arm

Roll Truk, bahkan juga ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah

Page 21: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

3

karena keterbatasan gerobak sampah atau motor sampah. Jumlah timbulan

sampah di Kota Palu ini terus berkembang dari tahun 2012 sebesar

192,691 ton, 2013 : 220,045 ton, tahun 2014 : 240,016 ton, tahun 2015 :

250,818, ton tahun 2016 : 254,559, ton. Meningkatnya timbulan sampah

tersebut di atas, salah faktor yang berpengaruh diakibatkan rendahnya

kesadaran masyarakat dalam membuang sampah secara sembarangan,

serta tidak taatnya terhadap jadwal pembuangan sampah yang ada.

Disamping itu yang paling penting saat ini adalah meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk ikut aktif dalam penanganan masalah sampah yang

sebagian besar adalah merupakan produk dari aktifitas rumah tangga,

lingkungan pasar, perkantoran, rumah sakit, sekolah dan kawasan publik

lainnya. Masyarakat harus lebih sadar bahwa permasalahan sampah

adalah juga merupakan tanggung jawab masyarakat, dan bukan semata-

mata tanggung jawab pemerintah.

Kebiasaan masyarakat membuang sampah sembarang (tidak pada

tempatnya) dan kurangnya pengelolaan terhadap sampah yang dihasilkan

masih membudaya di masyarakat. Dari hasil studi Environmental Health

Rissk Assessment (EHRA) 2014 di Kota Palu, sampah yang dihasilkan

diolah dengan cara dibakar 37%, dikumpulkan dan dibuang ke TPS 30%,

dikumpulkan oleh pendaur ulang sebesar 11%, sisanya dibuang ke sungai

7%, ke lahan kosong/kebun 3% serta dibuang ke lubang dan di timbun

sebesar 1%. Hal ini menunjukan bahwa kurangnya kesadaran masyarakat

membuang sampah pada tempatnya dan minimnya pengetahuan dan

keterampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga

sehingga diperlukan adanya sosialisasi atau penyampaian informasi

Page 22: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

4

tentang pengelolaan sampah dan optimalisasi pengurangan sampah

melalui kegiatan 3R, diharapkan hingga tahun 2019 berkurangnya

pengelolaan sampah dengan cara dibakar atau dibuang ke lahan kosong

dan sungai serta meningkatkan pemilahan sampah dari sumbernya melalui

kegiatan 3R.

Dilihat dari sarana dan prasarana yang ada dalam pengelolaan

sampah di Kota Palu masih kurang memadai sehingga diperlukan

peningkatan jumlah sarana dan prasarana armada yang beroperasi.

Ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk beroperasi guna

memenuhi kebutuhan penanganan sampah yang maksimal, seperti

pengadaan container, dump truck, armroll truck dan motor sampah serta

operasional TPA. Kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia akan

berdampak pada lingkungan perkotaan yang baik, bersih dan rapi

merupakan idaman bagi semua warga masyarakat. Untuk membangun

lingkungan perkotaan yang sesuai dengan keinginan tersebut perlu

pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan Undang-undang RI No.18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Menurut Pasal 28 Ayat 1, yang

berbunyi “masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan sampah

yang diselenggarakan pemerintah dan/atau pemerintah daerah”. Itu artinya

bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat

dibutuhkan demi terwujudnya lingkungan permukiman yang baik bersih,

sehat, layak huni dan berkelanjutan.

Salah satu hal yang menjadi solusi terbaik adalah mengurangi

sampah dari sumbernya dan meningkatkan angka partisipasi masyarakat

terhadap penanganan sampah. Jika melihat potensi jumlah penduduk

Page 23: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

5

khususnya pada Kecamatan Palu Selatan yang umumnya memiliki

pendidikan yang cukup baik, maka hal ini bukanlah hal yang sulit.

Partisipasi masyarakat harus ditingkatkan untuk penanganan sampah,

namun partisipasi ini wajib di korelasikan dengan program pemerintah

sehingga dapat bersinergi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan sebagai

sebuah kebutuhan akan piranti untuk mencari model penanganan

persampahan di Kota Palu sehingga dapat mengurangi permasalahan

sampah yang ada dan dapat tertanganinya sampah sejak dari sumber

sampah itu sendiri.

B. Batasan masalah

Batasan-batasan penelitian meliputi ruang lingkup penelitian dari segi

waktu atau periode yang diperlukan yaitu menganalisa fenomena produksi

sampah yang semakin meningkat sehingga model penanganan sampah

yang efisien wajib untuk dikembangkan. Pemodelan yang dipengaruhi oleh

faktor partisipasi masyarakat dibatasi pada perilaku dan keinginan

masyarakat untuk hidup bersih. Cara pandang masyarakat untuk

meningkatkan kualitas hidup bersih dan bagaimana keinginan mereka untuk

mengurangi produksi sampah menjadi batasan dalam penelitian ini.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, beberapa

hal yang ingin dijawab dari penelitian ini sehingga menjadi perumusan

masalah adalah:

Page 24: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

6

1. Bagaimana hubungan antara mengurangi sampah dengan tingkat

partisipasi masyarakat heterogen di Kota Palu?

2. Bagaimana pengaruh pengelolaan sampah berbasis komunitas di

Kota Palu terhadap peningkatan pendapatan komunitas?

3. Bagaimana model pengelolaan sampah berbasis komunitas di

kawasan permukiman heterogen di Kota Palu?.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menemukan model pengelolaan sampah

berbasis komunitas di kawasan permukiman heterogen yang tepat untuk

diimplementasikan atau dilakukan di Kota Palu.

E. Manfaat penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka manfaat yang

diharapkan dari penelitian ini mencakup dalam dua aspek yaitu :

a. Aspek Akademis

Manfaat teoritis yaitu memperkaya pengembangan ilmu pengetahuan

dalam bidang manajemen lingkungan permukiman di perkotaan

khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan persampahan

berbasis komunitas masyarakat.

b. Aspek Praktis

- Manfaat praktis sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah

Kota Palu dimana Kota Palu sebagai Ibukota Provinsi

Sulawesi Tengah untuk menemukan model pengelolaan

Page 25: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

7

sampah berbasis komunitas sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan.

- Manfaat praktis bagi masyarakat setempat agar mengetahui

kedudukan dan peran sertanya didalam membantu

Pemerintah Kota untuk mengatasi persoalan sampah

dilingkungannya.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Mengkaji perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah

khususnya sampah rumah tangga, kantor, pasar, kawasan industri

dan kawasan khusus lainnya sehingga dapat ditemukan solusi yang

tepat untuk dapat dapat mengurangi laju timbulan sampah .

2. Mengkaji hubungan ketersediaan sarana dan prasana terhadap

akses pengelolaan sampah sehingga dapat membantu pemerintah

daerah dalam proses perencanaan (planning) dan proses

pengembangan (development) yang partisipatif pada pengelolaan

sampah dalam skala kawasan permukiman.

3. Untuk memperkaya konsep-konsep penanganan permasalahan

sampah di lingkungan perkotaan dan pemberdayaan masyarakat

sebagai bidang ilmu yang perlu diketahui.

Page 26: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya

sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak

dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga

tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari

sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus

dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh

manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena

human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat

(karena air bekas tidak termasuk didalamnya).

Berdasarkan terminologinya, definisi sampah dijelaskan sebagai

berikut :

Balai Pemberdayaan ke-PU-an (2003)

Sampah adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai

lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal antara lain dari rumah

tangga, rumah sakit, industri sebagai sisa produksi.

Badan Standarisasi Nasional /SNI (2002)

Sampah adalah limbah yang bersifat padat, terdiri dari bahan organik

dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus

Page 27: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

9

dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi

investasi pembangunan.

Sejumlah literatur mendefinisikan sampah sebagai semua jenis

limbah berbentuk padat yang berasal dari kegiatan manusia dan hewan,

dan dibuang karena tidak bermanfaat atau tidak diinginkan lagi

kehadirannya (Tchobanoglous, Thiesen & Vigil, 1993). Sedangkan dalam

Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 Tahun 1999 jo PP No. 85/1999 tentang

Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun, secara umum limbah

didefinisikan sebagai bahan sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses

produksi. Definisi sampah mengalami pergeseran pada tahun-tahun

terakhir ini karena aspek pembuangan tidak disebutkan secara jelas,

dimana pada masa sekarang ada kecenderungan untuk tidak membuang

sampah begitu saja, melainkan sedapat mungkin melakukan daur ulang.

Hal ini tertuang pula dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah. Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 disebutkan definisi sampah

adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang

berbentuk padat.

A. Pendekatan Model Dalam Pengelolaan Sampah

Model adalah suatu abstraksi dari keadaan sesungguhnya atau

merupakan penyederhanaan sistem nyata. Model merupakan konsepsi

mental, hubungan empirik atau kumpulan pernyataan-pernyataan

Page 28: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

10

matematik statistik atau dapat juga diartikan sebagai representasi

sederhana dari suatu sistem, sehingga interaksi unsur-unsur yang

kompleks dalam suatu sistem dapat diabstraksi dalam bentuk hubungan

sebab akibat dari peubah-peubah yang ditetapkan sesuai tujuan model.

Pramudya, (1989).

Model yang baik harus dapat menggambarkan sifat penting dari

sistem yang dimodelkan. Model merupakan pengganti dari suatu sistem

yang nyata. Model digunakan bila bekerja dengan pengganti tersebut lebih

mudah dibandingkan dengan sistem aktual Ford, (1999).

Marimin, (2005) mengemukakan bahwa secara umum model

didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah obyek

atau situasi aktual. Model dapat dikatakan lengkap bila dapat mewakili

berbagai aspek dari realitas itu sendiri. Bagaimanapun, model-model yang

dibuat harus sering diperiksa kaitannya dengan dunia nyata untuk

memastikan keakuratan dan gambaran mengenai model-model tersebut.

Alat yang paling baik digunakan adalah sifat saling mempengaruhi antara

model dengan empirisme, yang secara ideal berada dalam suatu

rangkaian timbal balik. Salah satu dasar utama dalam pengembangan

model adalah guna menemukan peubah-peubah yang penting dan tepat.

Klasifikasi dari jenis-jenis model adalah model fisik (model skala), model

diagramatik (model konseptual) dan model matematik. Model fisik atau

model skala, merupakan perwakilan fisik dari bentuk ideal maupun dalam

skala yang berbeda. Misalnya maket suatu bangunan. Model diagramatik

Page 29: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

11

atau model konseptual dapat mewakili situasi dinamik (keadaan yang

berubah menurut waktu). Model matematik, dapat berupa persamaan atau

formula. Persamaan merupakan bahasa universal yang menggunakan

suatu logika simbolis. Eriyatno, (1999).

Muhammadi et al. (2001) juga mengemukakan bahwa klasifikasi

model dapat dibedakan atas model kuantitatif, kualitatif dan model ikonik.

Model kuantitatif adalah model yang berbentuk rumus-rumus,

matematika, statistik atau komputer. Model kualitatif adalah model yang

berbentuk gambar, diagram atau matriks, yang menyatakan hubungan

antar unsur dan tidak digunakan rumus-rumus, matematika, statistik atau

komputer. Model ikonik adalah model yang mempunyai bentuk fisik sama

dengan barang yang ditirukan, meskipun skalanya dapat diperbesar atau

diperkecil. Model spasial dapat dikelaskan dalam ketiganya tergantung

pada input, analisis dan keluarannya.

B. Pengertian Sampah

Sampah adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau

sesuatu yang harus dibuang, umumnya berasal dari kegiatan yang

dilakukan manusia (termasuk kegiatan indrustri), tetapi bukan biologis

karena human waste tidak termasuk didalamnya Azwar, (1989:6). Menurut

World Health Organization (WHO), 1989), sampah adalah sesuatu yang

tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang

berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya,

Page 30: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

12

Chandra, (2007).

Berdasarkan terminologinya, definisi sampah dijelaskan sebagai

berikut :

- World Health Organiztion (WHO, 1989)

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak

disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan

manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

- Tchobanoglous (1997:3)

Sampah adalah bahan buangan padat atau semi padat yang

dihasilkan dari aktifitas manusia dan hewan yang dibuang karena

tidak diinginkan atau digunakan kembali.

- Slamet ( 2000:152)

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh

yang punya dan bersifat padat. Sampah merupakan sisa atau

buangan yang bersifat padat, yang tidak digunakan lagi dalam

aktivitas konsumsi manuasia. Menurutnya, kotoran manusia

maupun bangkai hewan yang cukup besar tidak dikategorikan

sebagai sampah meskipun bersifat padat.

- UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia da atau/proses

alam yang berbentuk padat.

- Balai Pemberdayaan ke-PU-an (2003)

Page 31: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

13

Sampah adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak

terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal antara lain

dari rumah tangga, rumah sakit, industri sebagai sisa produksi.

- Badan Standarisasi Nasional /SNI (No.19-2454-2002)

Sampah adalah limbah yang bersifat padat, terdiri dari bahan

organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan

harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan

melindungi investasi pembangunan.

1. Klasifikasi Sampah

Berdasarkan klasifikasinya, secara umum sampah digolongkan

atas 2 bagian Bahar dalam Wahyuningsih, (2000 ) dalam Andayani,

(2004:12) dalam Al Kindy, (2007:15) yaitu:

a. Sampah yang mudah terurai, yaitu sampah yang mudah diuraikan

secara alami melalui proses fisik, kimiawi maupun biologis.

Biasanya sampah golongan ini berasal dari bahan-bahan organik,

seperti sayuran, buah-buahan, sisa makanan, bangkai binatang

dan lainnya;

b. Sampah yang tidak dapat atau sulit diuraikan secara alami, melalui

proses fisik, kimiawi dan biologis menjadi molekul-molekul yang

lebih kecil. Sampah golongan ini berasal dari bahan organik, bahan

sintesis dan bahan keras lainnya seperti metal, kaca, plastik,

keramik dan sebagainya.

Page 32: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

14

Berdasarkan bahan pembentuknya, sampah dibagi menjadi 2

golongan Tchobanoglous, (1997), yaitu :

a) Sampah Organik, yaitu sampah yang bahannya berasal dari

material organik. Sampah organik terbagi atas 2 jenis, yang dapat

terurai secara biologis (biodegradable) seperti sisa makanan,

sayuran dan serutan kayu serta yang tidak dapat terurai (non

biodegradable) seperti plastik dan karet;

b) Sampah Anorganik, yaitu sampah yang berasal dari mineral, baik

logam maupun non logam, serta bahan sintetis atau buatan

manusia yang tidak terurai secara biologis.

2. Jenis Sampah

Sedangkan berdasarkan jenisnya, sampah dapat diklasifikasikan atas

beberapa kelompok (Tchobanoglous, 1993 dalam Andayani, 2004:13

dalam Al Kindy, 2007:16), yaitu :

a. Garbage, yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa

masakan atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih

dapat digunakan sebagai makan organisme lainnya, seperti

insekta,dan binatang pengerat. Sampah jenis ini biasanya berasal

dari sampah rumah tangga atau industri pengolahan makanan.

b. Rubbish, yaitu sisi pengolahan yang tidak mudah membusuk dan

dapat pula dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sampah yang tidak

membusuk tapi mudah terbakar seperti kayu, bahan plastik dan

Page 33: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

15

kain, serta sampah tidak mudah membusuk dan tidak mudah

terbakar, seperti metal, kaca, keramik dan tulang hewan.

c. Ashes dan dust, yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal

dari pembakaran.

d. Dead Animal, yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan baik

hewan peliharaan maupun hewan liar.

e. Street Sweeping, yaitu hasil pengumpulan sampah yang

berserakan di jalan.

f. Industrial Waste, yaitu sisa kegiatan industri.

3. Sifat Sampah

Slamet, (2000:153) membedakan sampah berdasarkan sifat-sifat

biologis dan kimiawinya menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Sampah yang dapat membusuk (garbage) seperti sisa makanan,

daun, sampah kebun, pertanian lainnya. Sampah jenis ini

menghendaki kecepatan dalam pengelolaan karena sifatnya mudah

membusuk karena aktifitas mikroorganismenya.

b. Sampah yang tidak mudah membusuk (refuse) seperti kertas,

plastik, karet, gelas, logam dan lainnya. Sampah ini dapat didaur

ulang maupun dimusnahkan dengan pembakaran.

c. Sampah berupa debu/abu sebagai hasil dari pembakaran sampah

ataupun bahan bakar, yang dapat dimanfaatkan untuk

mendatarkan atau penimbunan. Hanya saja sifatnya yang

Page 34: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

16

berukuran kecil (kurang dari 10 mikron), baik debu maupun abu

diidentifikasi dapat menimbulkan penyakit pneumoconiosis

(penyakit yang menyerang saluran pernapasan).

d. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-

sampah yang berasal dari industri karena mengandung zat kimia

maupun zat fisis yang berbahaya.

C. Pengelolaan Sampah

Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah

yang meliputi 5 (lima) aspek/komponen yang saling mendukung dimana

antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk mencapai

tujuan (Departemen Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002). Kelima aspek

tersebut meliputi: aspek teknis operasional, aspek organisasi dan

manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek pembiayaan, dan aspek

peran serta masyarakat. Sebagaimana termuat pada Gambar 1 berikut ini

:

Page 35: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

17

Gambar 1 : Aspek-aspek Pengelolaan Sampah (Sumber : Standar Nasional Indonesia SNI 19-2454-2002)

Menurut Hartoyo, (1998:6), perencanaan sistem persampahan

memerlukan suatu pola standar spesifikasi sebagai landasan yang jelas.

Spesifikasi yang digunakan adalah Standar Nasional Indonesia (SNI)

Nomor 19-2454-2002 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di

Perkotaan. Teknik operasional pengelolaan sampah bersifat integral dan

terpadu secara berantai dengan urutan yang berkesinambungan yaitu:

penampungan/pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,

pembuangan/pengolahan. Teknik operasional pengelolaan sampah

bersifat integral dan terpadu secara berantai dengan urutan yang

berkesinambungan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2 dibawah ini

:

Aspek Organisasi

Aspek Pembiayaan

Pengelolaan Limbah Padat

Aspek Teknis Operasional

Aspek Hukum dan Peraturan

Aspek Peran Serta Masyarakat

Page 36: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

18

Gambar 2 Teknis Operasional Pengelolaan Sampah (Sumber : Standar Nasional Indonesia SNI 19-2454-2002)

Pada Gambar 2 tersebut di atas, untuk mengelola timbulan sampah

yang ada diperlukan partisipasi masyarakat. Agar keterkaitan partisipasi,

pengumpulan sampah di lingkungan permukiman, tahapan berikutnya

proses pengangkutan menuju tempat pembuangan akhir (TPA). Teknik

operasional dan partisipasi masyarakat perlu dilengkapi sarana dan

prasarana yang memadai. Keterkaitan teknis, ketersedian sarana dan

prasarana, diharapkan berpengaruh peningkatan partisipasi masyarakat.

Hal ini sejalan penelitian Tchobanoglous, (1997:363), untuk menyatukan,

teknis, sarana dan partisipasi merupakan salah satu upaya dalam

Timbulan Sampah

Pemilahan, pewadahan

dan pengolahan di sumber

Pengumpulan di TPS

Pemilahan dan

pengolahan Pemindahan

Pengangkutan

Pembuangan Akhir di TPA

Page 37: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

19

mengontrol pertumbuhan sampah, namun pelaksanaannya tetap harus

disesuaikan dengan pertimbangan kesehatan, ekonomi, teknik,

konservasi, estetika dan pertimbangan lingkungan. Berikut disajikan

skema pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Gambar 3 Pola Operasional Penanganan Sampah Sumber Standar SNI Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah di

Perkotaan

Berdasarkan Gambar 3 pola operasional pengelolaan sampah

menunjukkan proses awal penanganan di sumber sampah, pewadahan,

pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah baik secara

individual, dan pola komunal di uraikan sebagai berikut;

1. Penampungan Sampah

Proses awal dalam penanganan sampah terkait langsung dengan

sumber sampah adalah penampungan. Penampungan sampah adalah

suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan,

diangkut dan dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Tujuannya

Page 38: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

20

adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak

menggangu lingkungan. Faktor yang paling mempengaruhi efektifitas

tingkat pelayanan adalah kapasitas peralatan, pola penampungan, jenis

dan sifat bahan dan lokasi penempatan (SNI 19-2454-2002).

2. Pengumpulan sampah

Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah

mulai dari tempat penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan

sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan

dalam 2 (dua) yaitu pola individual dan pola komunal (SNI 19-2454-2002)

sebagai berikut:

a. Pola Individual

Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah

kemudian diangkut ke tempat pembuangan sementara/TPS

sebelum dibuang ke TPA.

sumber

TPS

TPA

Gambar 4. Pola Pengumpulan Sampah Individual Langsung (Sumber: SNI 19-2454-2002)

b. Pola Komunal

Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat

penampungan sampah komunal yang telah disediakan yaitu dimuat

ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian

Page 39: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

21

diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan.

TPS

TPA

Gambar 5. Pola Pengumpulan Sampah Komunal

(Sumber: SNI 19-2454-2002)

3. Pemindahan sampah

Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil

pengumpulan ke dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat

pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk pemindahan sampah

adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan kontainer

pengangkut dan atau ram dan atau kantor, bengkel (SNI 19-2454-2002).

Pemindahan sampah yang telah terpilah dari sumbernya diusahakan

jangan sampai sampah tersebut bercampur kembali (Widyatmoko dan

Sintorini Moerdjoko, 2002:29).

4. Pengangkutan sampah

Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah

dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber

sampah ke tempat pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan

sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan.

Page 40: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

22

Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truk kontainer tertentu

yang dilengkapi alat pengepres, sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4

kali lipat. Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, 2002:29). Tujuan

pengangkutan sampah adalah menjauhkan sampah dari perkotaan ke

tempat pembuangan akhir yang biasanya jauh dari kawasan perkotaan

dan permukiman.

5. Pembuangan akhir sampah Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk

membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah

lebih lanjut. Prinsip pembuang akhir sampah adalah memusnahkan

sampah domestik di suatu lokasi pembuangan akhir. Jadi tempat

pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan sampah. Menurut SNI

19-2454-2002 tentang Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

Perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan

menjadi 3 metode yaitu :

a. Metode Open Dumping, merupakan sistem pengolahan sampah

dengan hanya membuang/ menimbun sampah disuatu tempat

tanpa ada perlakukan khusus/ pengolahan sehingga sistem ini

sering menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.

b. Metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali), Controlled

Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang

merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill

Page 41: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

23

yaitu dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan

setelah TPA penuh yang dipadatkan atau setelah mencapai

periode tertentu.

c. Metode Sanitary landfill (Lahan Urug Saniter), Sistem pembuangan

akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan

dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan

penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan setiap hari

pada akhir jam operasi.

6. Kelembagaan Pengelola Sampah

Organisasi dan manajemen mempunyai peran pokok dalam

menggerakkan, mengaktifkan dan mengarahkan sistem pengelolaan

sampah dengan ruang lingkup bentuk institusi, pola organisasi personalia

serta manajemen. Institusi dalam sistem pengelolaan sampah memegang

peranan yang sangat penting meliputi: struktur organisasi, fungsi,

tanggung jawab dan wewenang serta koordinasi baik vertikal maupun

horizontal dari badan pengelola (Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko,

2002:29).

D. Paradigma Pengelolaan Sampah

Gempur Adnan, (2008), Deputi II Bidang Pengendalian

Pencemaran Kementerian Negara Lingkungan Hidup, mengatakan

sebagai pengganti sistem penumpukan sampah di tempat pembuangan

Page 42: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

24

akhir yang banyak diprotes masyarakat, pemerintah kini mendorong

penerapan pengelolaan sampah dengan sistem 3R (reuse, reduce, dan

recycle) pada skala kota. Program pengelolaan sampah terpadu dengan

prinsip pengunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle) dan pengurangan

(reduce) atau dikenal dengan nama program 3R ini bermanfaat untuk

menjaga kelestarian lingkungan. Dengan prinsip tersebut, jumlah sampah

yang dibuang ke TPA tinggal 35 % sehingga meringankan beban TPA

sekaligus memperpanjang masa pemakaiannya. Undang-undang RI

Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menegaskan bahwa

pengelolaan sampah harus dilakukan secara komprehensif sejak dari hulu

sampai ke hilir. Pada tingkat perumahan atau kelurahan, dilakukan

kegiatan pengurangan sampah melalui program 3R.

Dalam pengelolaan menuju zero waste, proses pemilahan dan

pengolahan harus dilaksanakan di sumber sampah, baik bersamaan

maupun secara berurutan dengan pewadahan sampah. Pengelolaan

sampah diawali dari lokasi timbulan sampah atau produsen sampah.

Sampah dipisah antara sampah organik dan sampah anorganik, dan

ditempatkan pada wadah sampah yang berbeda. Sampah organik untuk

diproses menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik biasanya

dimanfaatkan untuk didaur ulang maupun dimanfaatkan kembali. Proses

selanjutnya baik pengumpulan, pemindahan maupun pengangkutan

sampah yang telah terpilah diusahakan jangan tercampur kembali

sehingga dengan upaya ini dapat meningkatkan efisiensi pengolahan

Page 43: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

25

sampah.

Sampah selalu timbul menjadi persoalan rumit dalam masyarakat

yang kuang memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Ketidakdisiplinan

mengenai kebersihan dapat menciptakan suasana semrawut akibat

tibunan sampah. Begitu banyak kondisi tidak menyenangkan akan

muncul. Bau tidak sedap, lalat beterbangan dan gangguan berbagai

penyakit siap menghadang didepan mata. Tidak hanya itu, peluang

pencemaran lingkungan disertai penurunan kualitas estetikapun akan

menjadi santapan sehari-hari. Sumber permasalahan sampah selalu

hadir, baik di tempat pembuangan sementara (TPS), tempat pembuangan

akhir (TPA), maupun saat pendistribusiannya. Berikut beberapa faktor

penyebab penumpukan sampah, yaitu :

a. Volume sampah sangat besar dan tidak diimbangi oleh daya

tampung TPA sehingga melebihi kapasitasnya.

b. Lahan TPA semakin menyempit akibat tergusurnya oleh

penggunaan lain.

c. Jarak TPA dan pusat sampah relatif jauh sehingga waktu

mengangkut sampah kurang efektif.

d. Fasilitas pengangkutan sampah terbatas dan tidak mampu

mengangkut seluruh sampah. Sisa sampah ini berpotensi menjadi

tumpukan sampah.

e. Teknologi pengolahan sampah tidak optimal sehingga cepat

membusuk.

Page 44: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

26

f. Sampah yang telah matang dan berubah menjadi kompos tidak

segera dikeluarkan dari tempat penampungan sehingga semakin

menggunung.

g. Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah.

Masyarakat sering membuang sampah disembarang tempat

sebagai jalan pintas.

h. Kurangnya sosialisasi dan dukungan pemerintah mengenai

pengelolaan dan pengolahan sampah serta produknya.

i. Minimnya edukasi dan manajemen yang baik mengenai

pengolahan sampah secara tepat.

j. Manajemen sampah tidak efektif. Hal ini dapat menimbulkan

kesalahpahaman, terutama bagi masyarakat sekitar.

E. Peran dan Partisipasi Masyarakat

Partisipasi seringkali digunakan sebagai label kosmetik, untuk

menggambarkan praktik mengambil alih peran, pada proses

pemberdayaan sebagimana Chambers, (2002). Selanjutnya Adi,

(2008:110), menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat adalah adanya

keikut sertaan ataupun keterlibatan masyarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah, potensi dan pengambilan keputusan terhadap

alternatif dan solusi penanganan masalah sampah, dengan keterlibatan

masyarakat sebagai pelaku. Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai

tahap pengelolaan ini akan membuat masyarakat menjadi lebih berdaya

Page 45: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

27

dan dapat semakin memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan

perilaku lingkungannya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Abdullah, (2004) menjelaskan

bahwa tahapan partisipasi dan pemberdayaan memiliki tiga tahapan

dalam menjalankan paradigma baru pembangunan yaitu; tahap pertama

sistem pembangunan yang terdesentralisasi, tahap kedua partisipasi dan

pemberdayaan masyarakat, dan tahap ketiga yaitu dimana setiap aktifitas

pembangunan yang ada masyarakat terlibat sebagai pelakunya dalam

upaya meningkatkan kualitas lingkungan permukiman di perkotaan.

Berdasarkan evaluasi yang pernah dilakukan, banyak terjadi

kegagalan didalam proses partisipasi atau pemberdayaan masyarakat

sebagaimana dikemukakan oleh Handrianto, (1996), menjelaskan bahwa

banyak program peningkatan kualitas lingkungan permukiman hanya

dianggap karya atau tanggung jawab dari pemerintah sebagai

pelaksananya, tanpa perlu masyarakat terlibat didalamnya. Sehingga

kegiatan pembangunan lingkungan tersebut tidak bersifat

berkeberlanjutan, karena masyarakat enggan terlibat didalamnya. Ketidak-

terpaduan program pembangunan seringkali menjadi kendala didalam

melakukan penanganan pembangunan yang tidak melibatkan seluruh

pelaku pembangunan yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat

(stakeholders).

Sampah merupakan produksi dari manusia yang sifatnya sesuatu

yang tidak dipakai Azwar, (1983:6). Oleh karena itu, Chandra ( 2007)

Page 46: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

28

menjelaskan bahwa sampah merupakan bahan atau materi yang tidak

dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari

kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya baik pada kawasan

permukiman dan kawasan kota. Terminologi tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa sampah dihasilkan oleh manusia, hewan, dan bersifat

padat baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga,

lingkungan rumah sakit, dan hasil buangan lingkungan industri.

Berdasarkan pembahasan tersebut di atas yang bertujuan untuk

menjelaskan mengenai aspek konsep pengelolaan persampahan yang

dapat memberikan nilai sosial, ekonomi dan lingkungan sebagaimana

yang dikatakan Hartoyo, (1998) yang menjelaskan bahwa sistem

perencanaan persampahan memerlukan suatu standar. Pendapat Hartoyo

ini sejalan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 19-2454-2002) bahwa

untuk pengelolaan persampahan ada lima aspek yang terintegrasi yaitu;

aspek teknik operasional, organisasi dan manajemen, hukum dan

peraturan, pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat. Sinergi kelima

aspek tersebut dapat dijadikan teori dalam konsep model pengelolaan

persampahan di Kota Palu.

Hal ini didukung pendapat Adam, (2008), mengatakan pengeloaan

persampahan berbasis masyarakat merupakan bentuk pengelolaan

model baru dimana masyarakat sebagai pelaku dalam mengelola sampah

lokal sebesar 50 % - 75 % oleh komunitas. Sisanya berkisar 25 % - 50 %

oleh pemerintah. Selanjutnya, Adam mengatakan bahwa pengelolaan

Page 47: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

29

sampah oleh komunitas adalah sebagai inisiator, perencana, pelaksana,

pengguna, dan penerima manfaat. Manfaat yang diterima komunitas

secara sosial, budaya, dan ekonomi adalah juga menciptakan lingkungan

permukiman yang teratur, bersih, sehat, dan meningkatnya produktivitas

masyarakat.

F. Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat Mikkelsen, (2005:54) dalam Adi, (2008:108) mengutip Chambers,

(2002) melihat istilah partisipasi seringkali digunakan sebagai label

kosmetik (cosmetic label). Sebagai label kosmetik kata partisipatif

seringkali digunakan agar proyek yang diusulkan terlihat lebih cantik

sehingga lembaga donor maupun pihak pemerintah akan mau membiayai

proyek tersebut sebagaimana berikut.

1) Partisipasi digunakan untuk menggambarkan praktik mengambil

alih peran (coopting practice). Dalam hal ini, partisipasi antara lain

digunakan untuk memobilisasi tenaga-tenaga ditingkat lokal dan

mengurangi pembiayaan proyek. Misalnya, komunitas memberikan

sumbangan waktu, dana, tenaga dan materil untuk mensukseskan

suatu proyek yang dibantu pihak luar.

2) Partisipasi digunakan untuk menggambarkan proses

pemberdayaan (empowering process). Dalam hali ini, partisIpasi

dimaknai sebagai suatu proses yang memampukan (enable)

masyarakat lokal untuk melakukan analisis masalah mereka,

Page 48: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

30

memikirkan bagaimana cara mengatasinya, mendapatkan rasa

percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan

sendiri tentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin

mereka pilih. Disini, digambarkan bahwa ”kita” (pelaku perubahan)

berpartisipasi dalam proyek “mereka” (masyarakat lokal) sehingga

terjadi apa yang disebut proses pemberdayaan masyarakat.

Menurut Adi, (2008:110), partisipasi masyarakat adalah adanya

keikut sertaan ataupun keterlibatan masyarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah, pengidentifikasian potensi yang ada

dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan alternatif solusi

penanganan masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan juga

keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang

terjadi. Keikutsertaan masyarakat dalam berbagai tahap perubahan ini

akan membuat masyarakat menjadi lebih berdaya dan dapat semakin

memiliki ketahanan dalam menghadapi perubahan.

Menurut Fatma, (2007:27), partisipasi bisa menjadi sebuah

pendekatan atau tujuan. Sebagai pendekatan, partisipasi digunakan untuk

mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan memanfaatkan

sumberdaya yang dimiliki sekarang. Sedangkan sebagai tujuan,

partisipasi tersebut adalah tujuan yang ingin dicapai yaitu

memberdayakan masyarakat dan meningkatkan perannya didalam

pembangunan.

Page 49: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

31

Dari uraian mengenai pengertian partisipasi masyarakat dalam

hubungannya dengan pemberdayaan masyarakat dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1) Partisipasi dimaknai sebagai suatu proses yang memampukan

(enable) masyarakat lokal untuk melakukan analisis masalah

mereka, memikirkan bagaimana cara mengatasinya, mendapatkan

rasa percaya diri untuk mengatasi masalah, mengambil keputusan

sendiritentang alternatif pemecahan masalah apa yang ingin

mereka pilih.

2) Dengan proses pemberdayaan maka akan dicapai tujuan

partisipasi yaitu masyarakat yang berdaya.

Partisipasi masyarakat sebagai paradigma baru pembangunan,

dimana sebuah pembangunan yang melibatkan seluruh stakeholders

bersamaan dengan paradigma lainnya, yaitu pemberdayaan masyarakat

diharapkan menjadi pemicu bagi timbulnya gairah memformalkan

partisipasi di segala aspek pembangunan. Baik yang dilakukan dalam

proses teknis serta proses administrasi pembangunan secara

konstitusional/ legal, termasuk dalam hal penataan ruang dan lingkungan

ataupun upaya-upaya peningkatan kualitas permukiman pusat kota.

Adapun tujuan pemberdayaan yang dimaksud tidak lain dari

adanya keterlibatan masyarakat sejak proses persiapan, persiapan sosial,

perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan, dan dalam kerangka ini,

perencanan partisipatif bisa menjadi wahana untuk mengubah skema

Page 50: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

32

politik lama. Dari “top down” menjadi “bottom up”. Namun demikian ini

akan sangat tergantung pada model perencanaan yang akan

dikembangkan, (Abe, A, 2002).

Menurut Cernea, (1992), partisipasi hendaknya tidak terbatas pada

”calon pengguna” jasa proyek saja. Namun, agar partisipasi masyarakat

menjadi efisien dan berhasil, dalam banyak hal diprasyaratkan agar ”para

pejabat” yang terlibat harus juga berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

yang diarahkan pada upaya pelibatan masyarakat. Terdapat banyak bukti

bahwa dukungan pejabat sangat diperlukan dalam kegiatan

pembangunan partisipatoris supaya dapat berhasil.

Menurut Huraerah, (2011), perencanaan partisipatif adalah suatu

proses perencanaan pengembangan program yang dilakukan masyarakat

setempat dan segenap pemangku kepentingan. Keterlibatan masyarakat

untuk mengidentifikasi permasalahan, aset dan kebutuhannya sendiri dan

merumuskan alternatif, tindakan dan penyusunan program hingga

pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program. Berhasilnya, partisipasi

dilakukan tergantung tingkatan partisipasi yang diberikan oleh

masyarakat. Menurut Asian Development Bank (ADB), 2005 dalam

Huraerah, (2011), dan tingkatan bentuk partisipasi sebagai berikut:

Berbagi informasi bersama

Konsultasi/mendapatkan umpan balik

Kolaborasi/pembuatan keputusan bersama

Pemberdayaan/kendali

Page 51: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

33

Pendapat Hikmat dan Adimihardja, (2003) tersebut di atas bila

dikaitkan dengan Huraerah, (2011) akan menjelaskan tentang aspek

partisipasi dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan agar

komunitas yang ada memiliki hak untuk terlibat didalam pengelolaan

persampahan melalui berbagai proses baik dalam aktivitas sosial budaya,

ekonomi dan fisik dalam pengelolaan persampahan di kawasan

permukiman yang ada. Hal ini merupakan percerminan bahwa komunitas

memiliki hak dan kewajiban untuk terlibat aktif dalam setiap aktifitas

dikawasan yang ditempatinya agar dapat berintegrasi dengan komunitas

lainnya dilingkungan huniannya.

G. Stakeholders Dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan Berbasis

Komunitas di Kawasan Heterogen

Menurut Bintarto (1983), kota dari segi geografi dapat diartikan

sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan

kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi yang heterogen

dan coraknya yang materialistis. Implikasi dari corak bentang budaya

tersebut dapat diartikan sebagai alam sebagai wadah, dan manusia

sebagai inti. Karakteristik, klasifikasi dan aktivitas sosial, budaya

membutuhkan sistem buatan sebagai kebutuhan dasar perkotaan.

Kelengkapan sistem buatan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan

non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang multi etnik,

dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen. Gejala heterogen

Page 52: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

34

adalah istilah dengan merujuk keanekaragaman atau berbeda jenis,

budaya, dan karakteristiknya.

Kondisi permukiman heterogen tersebut di atas, yang tengah

mengalami perubahan menyebabkan identitas masyarakat lokal

(homegen) serta dipengaruhi dengan perubahan isu-isu globaliasasi,

produktivitas, dan lokalitas. Faktor-faktor sosial, ekonomi, golabliasi dan

lokalitas berpengaruh semakin intensifnya keterlibatan pendatang dalam

kehidupan dan membutuhkan, dan hidup pada permukiman perkotaan

heterogen.

Berdasarkan kajian tersebut diatas, terkait dengan model

pengelolaan sampah berbasis komunitas heterogen pada kawasan

permukiman heterogen diharapkan timbulnya dukungan, partisipasi

komunitas heterogen guna mewujudkan kawasan permukiman heterogen

yang dalam model pengelolaan sampah berbasis partisipasi yang

terbentuk nilai-nilai obyektif secara bersama-sama untuk mewujudkan

lingkungan yang didukung segenap pemangku kepentingan di Kota Palu

yang terintegrasi dan bertujuan mewujudkan sistem buatan dalam

pengelolaan sampah di komunitas yang heterogen.

Sastra dan Marlina (2006), menjelaskan permukiman terbentuk dari

kesatuan isi manusia dan lingkungan hunian, dan alam sebagai

wadahnya dalam permukiman perkotaan untuk membentuk suatu

komunitas secara bersamaan dengan demensi sosial, budaya, dan

ekonomi yang multidisiplin. Karakteristik terkait esensi permukiman

Page 53: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

35

perkotaan menjadi daya tarik bagi komunitas heterogen perkotaan, butuh

perumahan sebagai dasar kebutuhan. Oleh karena itu, manusia selalu

berubah dan berkembang yang senantiasa membutuhkan kehidupan

yang layak, harmonis, dan berkelanjutan. Meskipun dalam

perkembangannya tidak terlepas dari segenap permasalahan fisik dan

non fisik terkait dengan tujuan ideal terhadap esensi fungsi permukiman

perkotaan yang heterogen.

Guna mewujudkan esensi fungsi permukiman berkelanjutan terkait

dengan 4 (empat) dimensi yang seharusnya dipenuti guna mendukung

kebutuhan dasar manusia dalam ruang permukiman perkotaan yang

heterogen, terkait antara lain; 1). alam, 2), manusia, 3), masyarakat , 4)

rumah berserta pendukung aktivitas sosial kemasyarakatan. Ke empat

dimensi fungsi permukiman yang didukung sistem buatan pada ruang

permukiman heterogen, khususnya pengelolaan sampah berbasis

komunitas mutlak diperlukan. Karena laju timbulan sampah serta

keterbatasan penyediaan sarana dan prasarana dari pemerintah, maka

dibutuhkan sistem buatan yang direncanakan dan dapat diaplikasikan

melalui konstribusi pendanaan, serta didukung partisipasi komunitas yang

heterogen menjadi kata kunci. Partisipasi masyarakat heterogen turut

berpengaruh dalam pengelolaan sampah di lingkungannya. Tingkat

keterlibatan komunitas dapat berupa sumbangan motivasi, inovasi,

gagasan, ide, sumbangan tenaga, dan sumbangan materi dalam

Page 54: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

36

pengelolaan sampah pada ruang permukiman perkotaan heterogen di

Kota Palu.

Selanjutnya Sastra dan Marlina (2006), menjelaskan esensi

permukiman didalam perencanaan pengelolaan sampah berbasis

komunitas heterogen, tidak terlepas dari realitas hubungan alam sebagai

wadah, manusia sebagai ide, membentuk kelompok atau komunitas

didalam masyarakat yang heterogen di kawasan permukiman. Disamping

itu membutuhkan sistem buatan yang terintegrasi dengan networking

berupa inovasi perencanaan serta kebijakan dalam upaya pengelolaan

sampah berbasis partisipasi masyarakat. Meskipun secara realitas

melihat pada eksisting permasalahan sampah pada ruang permukiman

heterogen di Kota Palu masih dijumpai tumpukan timbulan sampah, dan

belum adanya inovasi terkait sistem buatan pada pengelolaan

persampahan dan masih minim dukungan partisipasi dari masyarakat

heterogen. Untuk itu, agar partisipasi masyarakat heterogen dalan

pengelolaan sampah dapat ditingkatkan, diperlukan model, proses, dan

networking pengelolaan sampah berbasis komunitas heterogen yang

partisipatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Pamekas (2013:21), dalam

pengembangan pembangunan dan pengelolaan sampah kawasan

permukiman diperlukan suatu proses model permasalahan dan

pengembangan sampah, model identifikasi potensi dan masalah sampah,

dan model pembangunan dan pengelolaan sampah perkotaan berbasis

partisipasi komunitas masyarakat heterogen.

Page 55: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

37

Kompleksnya permasalahan sampah terkait reliatas hubungan, dan

diperlukan jaringan kerja segenap pemangku kepentingan dalam

pembangunan pengelolaan sampah berbasis komunitas di kawasan

permukiman heterogen. Hal Ini, sesuai pendapat Haryanto, (2001:73),

yang menguraikan untuk menangani komplesitas permasalahan sampah

di perkotaan dibutuhkan peran pemangku kepentingan baik sebagai

politikus dan planner, pengusaha, masyarakat, akademis, LSM, dan

informal leader. Sebagaimana pada proses pembangunan lainnya maka

peran stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan sampah adalah:

pemerintah; masyarakat; dan swasta; para ahli dan akademisi (perencana

profesional). Masing-masing stakeholders akan berinteraksi satu sama

lain sesuai dengan fungsi dan perannya. Adapun fungsi dan peran dasar

dari masing-masing stakeholders antara lain (Widyatmoko dan Sintorini

Moerdjoko, 2002:29):

Pemerintah, berperan sebagai (regulator, fasilitator) pengelola

sampah;

Masyarakat, pemanfaat hasil dan pelaku proses, penanam modal;

Swasta, penanam modal;

Para Ahli dan akademisi, selaku : perencana;

NGO/LSM : pendamping, fasilitator.

Berdasarkan Peran dan fungsi segenap stakeholders, bila dikaitkan

dengan permasalahan sampah dan isu-isu, globalisiasi, dan inovasi

perkembangan permukiman. Dengan demikian, kebijakan tidak lagi

Page 56: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

38

sepenuhnya di tangan pemerintah, kompleksitas permasalahan

pengelolaan sampah, pengadaan sistem buatan persampahan,

ketimpangan pada pelayanan persampahan, dan rendahnya aktivitas daur

ulang hingga upaya untuk kesempatan berusaha; alokasi tanah dan

tempat untuk kebutuhan sistem buatan sampah. Memahami komplesitas

masalah persampahan di Kota Palu, untuk itu kedepan dibutuhkan

pembangunan partisipasi masyarakat yang berorientasi terhadap

kelompok komunitas heterogen di Kota Palu yang mampu dan

menguntungkan.

H. Hasil Penelitian Terdahulu dan Kebaruan Penelitian

Beberapa penelitian sejenis bersumber dari beberapa jurnal

nasional dan internasional telah dikaji sebagai acuan yang relevan

terhadap judul, metode dan pembahasan sehingga dapat diperoleh celah

penelitian yang dapat dilakukan. Adapun kajian dari penelitian sejenis

dapat diuraikan sebagai berikut :

Page 57: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

39

Tabel 1. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Pengelolaan Sampah

No.

Penulis

Topik/penelitian/ Metodologi

Masalah Utama Output Outcome Kesamaan dengan rencana

penelitian

Perbedaan dengan rencana

penelitian 1 Sri Wahyono

(2001) Daur Ulang Sampah Dengan Teknologi Vermicomposting

Mencari teknologi untuk mendaur ulang sampah

Adanya teknologi daur ulang sampah organic dengan menggunakan teknik vermicomposting

Pemanfaatan sampah menjadi pupuk kompos

Mencari suatu model penanganan masalah sampah

Hanya fokus pada pengolahan sampah saja

2 Firman L Sahwan dan Sri Wahyono (2002)

Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis Masyarakat Studi kasus di Kampung Banjarsari, Cilandak- Jakarta Selatan

Belum adanya perencanaan sistem pengelolaan sampah yang baik

Konsep pengelolaan sampah di kelurahan

Tersedianya model penanganan sampah

Peran partisipasi masyarakat (kawasan heterogen)

Pilot proyek yang dilakukan oleh Pemerintah, LSM dengan bantuan Unesco

3 Lilis Sulistyorini (2005)

Pengelolaan Sampah Dengan Cara Menjadikannya Kompos

Jumlah timbulan sampah yang terus meningkat baik dr rumah tangga, pasar, industry, dll

Model pengolahan sampah

Pemanfaatan sampah menjadi pupuk kompos

Mencari suatu model penanganan masalah sampah

Hanya fokus pada pengolahan sampah saja

Page 58: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

40

Penulis

Topik/penelitian/ Metodologi

Masalah Utama Output Outcome Kesamaan dengan rencana

penelitian

Perbedaan dengan rencana

penelitian 4 Muhammad

Ansoruddin Sidik (2007)

Difusi Inovasi Teknologi Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat

Mencari teknologi untuk mendaur ulang sampah

Inovasi dalam penanganan sampah

Sosialisasi dari inovasi pengelolaan sampah

Mencari suatu model penanganan masalah sampah

Teknologi pengolahan sampah (homogen)

5 Beta Dwi Utami, Nastiti Siswi Indrasti, Arya Hadi Dharmawan (2008)

Pengelolaan Sampah Rumah tangga Berbasis Komunitas : Teladan dari Dua Komunitas Di Sleman dan Jakarta Selatan

Tingginya biaya operasional sampah dan banyaknya jumlah sampah yang tidak tertangani

Konsep pengolahan sampah rumah tangga

Tersedianya model pengelolaan sampah

Manajemen Persampahan berbasis masyarakat (kawasan heterogen)

Menekankan pada sistem pengolahan sampah

6 Alexio Mubaiwa, 2008

Community Based Waste Management in Urban Areas

Buruknya manajemen pengelolaan sampah di area perkotaan

Konsep pengelolaan sampah terpadu

Tertanganinya permasalahan sampah di kws kota

Manajemen pengelolaan sampah (kawasan heterogen)

Konsep penanganan khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah

Page 59: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

41

No.

Penulis

Topik/penelitian/ Metodologi

Masalah Utama Output Outcome Kesamaan dengan rencana

penelitian

Perbedaan dengan rencana

penelitian 6 Sriliani Surbakti,

2010 Potensi Pengelolaan Sampah Menuju Zero Waste Yang Berbasis Masyarakat Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

Populasi sampah yang makin meningkat di Kota Malang

Konsep pengelolaan sampah dikelurahan

Adanya potensi pengurangan sampah menjadi model penanganan skala kota

Mencari suatu model penanganan masalah sampah (kawasan heterogen)

Konsep pengelolaan sampah oleh pemerintah

7 Syarif Burhanuddin, 2010

Model Kebijakan Implementasi Pengelolaan Persampahan Terpadu Berbasis Kelembagaan Masyarakat di Kawasan Mamminasata

Mengidentifikasi dan mengevaluasi implimentasi kebijakan pengelolaan sampah TPST 3 R

Model kebijakan penanganan sampah terpadu 3 R-5R

Adanya inovasi kebijakan pengelolaan sampah

Mendapatkan model pengelolaan sampah kawasan perkotaan metro (kawasan heterogen)

Peran pemerintah lebih dominan dalam pengelolaan sampah

8 Elmira Shamshiry, Behzad Nadi, Mazlin Bin Mokhtar, Ibrahim Komoo and Halimaton Saadiah Hashim, (2011)

Urban solid waste management based on geoinformatics technology

Pemilihan lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Teknologi geospasial terhadap pengolahan sampah

Terpilihnya Lokasi TPA berdasarkan data GIS

Penangangan sampah

Khusus penerapan teknologi di TPA Sampah

Page 60: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

42

No.

Penulis

Topik/penelitian/ Metodologi

Masalah Utama Output Outcome Kesamaan dengan rencana

penelitian

Perbedaan dengan rencana

penelitian 10 Bambang Munas

Dwiyanto (2011) Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Penguatan Sinergi Dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan

Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah kota

Konsep pengelolaan sampah di perkotaan

Model peningkatan partisipasi masyarakat

Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat

Fokus penilitian skala lingkungan (homogen)

11 Muhammad Aswadi dan Hendra (2011)

Perencanaan Pengelolaan Sampah di Perumahan Tavanjuka Mas

Masih kurangnya kesadaran warga dalam membuang sampah

Perencanaan pola penanganan sampah dikawasan perumahan

Adanya perencanaan dan program pengelolaan dan pengolahan sampah

Model penanganan masalah sampah kawasan permukiman

Hanya fokus pada kawasan perumahan (homogen)

12 Gian Andrea Blengini, Moris Fantoni, Mirko Busto, Giuseppe Genon, Maria Chiara Zanneti (2012)

Participatory approach, acceptability and transparency of waste management LCAs: Case studies of Torino and Cuneo

Sistem Pengelolaan Limbah Padat di Kota Torino dan Cuneo

Sistem Pengelolaan Sampah

Pengelolaan Sampah Kota secara terpadu

Manajemen pengelolaan sampah kota (kawasan heterogen)

Pengelolaan sampah oleh pemerintah, stake holder terkait

Page 61: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

43

13 Ninggarwati & Nining, 2012

Model Pengelolaan Sampah Perkotaan ditinjau dari Bidang Pendidikan di Kota Depok

Belum adanya pengelolaan sampah dilingkungan sekolah

Konsep pengelolaan sampah dalam bidang pendidikan

Adanya perencanaan dan program pengelolaan dan pengolahan sampah

model penanganan masalah sampah kawasan sekolah

Pengelolaan sampah di kawasan homogen

14 Samin, Dodi Ifandani, Sabili Muttaqien, Ode Rapija, 2013

Penerapan konsep 3R sebagai upaya minimasi volume sampah padat perkotaan di Pondok Pesantren Al Mizan Lamongan

Rendahnya kesadaran santri dan masyarakat dalam penanganan sampah

Konsep pengelolaan sampah 3 R

Pengurangan sampah sejak dari sumber sampah

Model penanganan masalah sampah permukiman khusus

Pengelolaan sampah lingkungan khusus (homogen)

15 Aryan Gafur, 2017 Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu

Menemukan Model mengurangi sampah dengan tingkat Partisipasi masyarakat heterogen di Kota Palu

Model Pengurangan sampah melalui Partisipasi Masyarakat

Model Partisipasi sebagai Temuan Baru

Model pengelolaan sampah sebagai Temuan Baru

Model pengelolaan sampah kota yang teritegrasi

Page 62: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

44

Berdasarkan telaah pustaka dan penelitian sejenis disusun skema

dasar pengetahuan dalam Gambar 6 dan rangkuman kajian penelitian

sejenis secara lebih rinci di sajikan pada Tabel.1. Berdasarkan Tabel 1

rangkuman penelitian sejenis, dan posisi penelitian terdahulu yang dikaji dari,

masalah, output, outcomes, kesamaan dan perbedaan hasil penelitian.

Maka penelitian model pengelolaan sampah berbasis komunitas di kawasan

heterogen Kota Palu, merupakan ide atas pertimbangan perlunya dukungan

komunitas di kawasan heterogen dalam pengelolaan sampah di Kota Palu.

Model fungsional dan partisipasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat

heterogen merupakan gagasan pemikiran konstruktif. Kajian konstruktif ini

didasari pada kajian pustaka dengan mengamati dan mengidentifikasi

fenomena aspek fisik dan non fisik dari kompleksitas permasalahan

pengelolaan sampah, ketimpangan pada pelayanan dan rendahnya aktivitas

daur ulang hingga upaya untuk kesempatan berusaha.

Temuan baru, model pengelolaan sampah berbasis komunitas di

Kawasan heterogen Kota Palu, bersumber pada perbedaan dengan

penelitian-penelitian sejenis. Beberapa penelitian sejenis bersumber dari

beberapa jurnal nasional dan internasional, yang telah dikaji sebagai acuan

yang relevan, sehingga dapat diperoleh celah penelitian. Untuk itu, kebaruan

penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran baik bagi dunia

akademis, maupun pemerintah, sehingga model pengelolaan sampah

berbasis partisipasi masyarakat di Kota Palu yang dihasilkan dalam

penelitian ini juga dapat diterapkan di daerah yang memiliki karakteristik

sama dengan Kota Palu. Dari kajian pustaka dan fakta lapangan, maka

Page 63: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

45

ditemukan celah penelitian baik secara teori maupun jenis penelitian. Berikut

disajikan beberapa perbedaan topik penelitian dan kebaruan penelitian :

1. Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan di Indonesia.

Gambar 6 Pola Pengelolaan sampah di kawasan perkotaan

Secara umum sesuai gambar 6 tersebut, pengelolaan sampah di

kawasan perkotaan di Indonesia mengikuti pola pengelolaan sampah

perkotaan dengan mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-

2454-2002 dimana pengelolaan dilakukan oleh pemda atau instansi yang

bertugas mengurusi sampah mulai dari pewadahan sampah, pengumpulan,

pemindahan, penyediaan alat transportasi atau pengangkutan dan sampai

dengan proses pembuangan akhir sampah ke TPA Sampah. Berdasarkan

pengelolaan tersebut hanya kurang lebih 60 persen sampah dapat ditangani

dengan baik sedangkan sisanya tidak terangkut dan dibuang disembarang

tempat. Sehingga masih sangat dibutuhkan terobosan-terobosan baru untuk

mengatasi permasalahan tingginya timbulan sampah di kawasan

permukiman perkotaan.

Page 64: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

46

2. Pola Pengelolaan Sampah di Kecamatan Kedung Kandang, Kota

Malang oleh Sriliani Surbakti, 2010

Gambar 7 : Pola pengelolaan sampah di Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malang, oleh : Sriliaini Surbakti, 2010

Dengan pola pengelolaan sampah di Kota Malang yang dilaksanakan

oleh pemerintah kota bersama pemerintah kecamatan kurang lebih 70

persen sampah dapat tertangani dengan baik dan terangkut ke TPA dan

sebagian lagi dikelola dengan konsep TPST 3 R yang dapat mereduksi

sampah sebesar 10 % dari total sampah yang dikelola.

3. Pola Pengelolaan Sampah Kota Metro Mamminasata, oleh Syarif

Burhanuddin, 2010

Gambar 8 Pola pengelolaan sampah Kota Metro Mamminasata

Page 65: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

47

Pengelolaan sampah dengan konsep implementasi pengelolaan

persamahan terpadu berbasis kelembagaan masyarakat di Kawasan

Mamminasata oleh Syarif Burhanuddin, 2010 diyakini dapat mengurangi

populasi timbulan sampah kurang lebih 20 persen, dimana peran pemerintah

kecamatan bersama kelurahan secara bersama-sama mengelola sampah

dengan model 3 R yang disempurnakan menjadi 5 R.

4. Pola pengelolaan sampah Kota Torino dan Cunea, dengan konsep

Participatory approach, acceptability and transparency of waste

management oleh Gian Andrea Blengini, Moris Fantoni, Mirko Busto,

Giuseppe Genon, Maria Chiara Zanneti (2012).

Gambar 9 Pola pengelolaan sampah Kota Torino dan Cunea, Italia

Menurut Gian Andrea Blengini, dkk, 2012, pengelolaan sampah di

kawasan perkotaan adalah merupakan kemitraan antara segenap

stakeholders untuk bersama-sama menangani masalah sampah perkotaan

dengan memadukan teknologi pengolahan sampah dengan membagi zona

pengelolaan sampah dengan dengan konsep pendekatan partisipasi,

Page 66: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

48

kemudahan akses dalam mengelola sampah dan keterbukaan, sehingga

sampah dapat tertangani seluruhnya dengan baik dan benar.

Memahami komplesitas masalah persampahan di Kota Palu, untuk itu

kedepan dibutuhkan pembangunan partisipasi masyarakat yang berorientasi

terhadap kelompok komunitas heterogen di Kota Palu yang mampu dan

menguntungkan, inovasi, gagasan yang dapat menguntungkan antara

pemerintah dan masyarakat heterogen dari model pengelolaan sampah

berbasis komunitas heterogen di Kota Palu, menjadi model pengelolaan

sampah berbasis pengembangan organisasi masyarakat, tersedianya

pendanaan, sistem pelayanan sarana dan prasarana sampah di Kota Palu

terkoordinasi dan terpadu. Kabaruan inovasi ini terletak pada aspek-aspek

pendayagunaan potensi tumpukan sampah menjadi sumber aktivitas warga,

wadah kesempatan berusaha, peningkatan sosial ekonomi, dimana

tersedianya lapangan pekerjaan adalah menjadi hasil dari budaya inovatif

berbasis partisipasi masyarakat heterogen berupa aksi-aksi didalam

kelembagaan lokal menjadikan pemerintah dan masyarakat mewujudkan

pembangunan yang berkelanjutan.

Dengan demikian perumusan dan tujuan penelitian yang diajukan

dalam penelitian ini adalah menemukan model pengelolaan sampah berbasis

komunitas di kawasan permukiman heterogen di Kota Palu. Topik yang

dikemukakan di atas merupakan layak dan memiliki kebaruan. Untuk itu,

kebaruan penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran baik

bagi dunia akademis, maupun pemerintah, sehingga model partisipasi

Page 67: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

49

sebagai temuan baru yang dihasilkan dalam penelitian ini juga dapat

diterapkan di daerah yang memiliki karakteristik sama dengan Kota Palu.

Berikut di sajikan topik penelitian Model Pengelolaan sampah berbasis

Komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu, pada Gambar 10.

Gambar 10 Gap Dasar Pengetahuan untuk Model Partisipasi (novelty)

Berdasarkan Gambar 10, ditemukan celah penelitian baik secara teori

maupun jenis penelitian. Untuk itu topik menemukan model pengelolaan

sampah berbasis komunitas di kawasan permukiman heterogen di Kota Palu.

yang dikemukakan di atas merupakan layak dan memiliki kebaruan (novelty).

Potensi dan Masalah Sampah

pada kawasan heterogen Kota Palu

Kondisi

Sekarang

Perubahan fisik Timbulan

sampah

Potensi Budaya Heterogen

Masyarakat Kota

Firman L Sahwan, 2002. Pengelolaan Sampah

Muhammad A Sidik, 2007. Difusi Inovasi Teknologi

Adi, I. R. 2008. Intervensi Masyarakat dan Partisipasi

Syarif Burhanuddin, 2010. Model Kebijakan Implementasi pengelolaan

Bambang Munas , 2011. Model Peningkatan partisipasi

Gian A.B, et.al. 2012. Participation approach

Potensi

Masalah timbulan sampah

Belum menghubungkan

budaya masyarakat

dengan pengelolaan

sampah

Gap teori Model

Pengelolaan Partisipasi Masyarakat di Kawasan Heterogen Kota

Palu

Model Partisipasi sebagai konsep temuan baru

Menemukan model Partisipasi

masyarakat dengan

pengelolaan sampah

Sumbangan Teori Model

Pengelolaan Partisipasi Masyarakat di Kawasan Heterogen Kota Palu

Tujuan

Gap

Page 68: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

50

I. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan rangkuman konsep yang digunakan, maka kerangka

teori penelitian serta secara garis besar sesuai tinjauan pustaka untuk

penelitian dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Kerangka Pikir Penelitian

Dari telaah terhadap beberapa penelitian sejenis dapat disimpulkan

bahwa penelitian tersebut umumnya mengungkapkan kajian terhadap aspek

permukiman dan pengelolaan sampah. Metode yang digunakan bervariasi

yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Teknis analisis kualitatif dilakukan

Page 69: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

51

secara deskriptif dan analisis kuantitatif umumnya secara statistik dengan

software tertentu. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan

pengkajiannya belum ada penelitian mengenai model pengelolaan sampah

berbasis komuntas di kawasan yang heterogen yang dikaji secara

menyeluruh dalam aspek sosial budaya, ekonomi dan lingkungan. Dapat

disimpulkan penelitian Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di

Kawasan Heterogen Kota Palu merupakan judul yang layak dan memiliki

kebaruan.

Adapun model hubungan antara variabel yang akan diuji berupa

hipotesis didasarkan pada keterkaitan variabel bebas (X) dan terikat (Y),

dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah ini hubungan antara masing-masing

variabel penelitian dengan model pengelolaan sampah berbasis komunitas di

kawasan heterogen Kota Palu.

Gambar 12. Model Hubungan Variabel Penelitian

Berdasarkan model hubungan antar variabel, selanjutnya dilakukan

pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis statistik sesuai data

responden. Pengumpulan data responden berupa pilihan sesuai pendapat

Partisipasi dan

Pemberdayaan

Masyarakat

Pengelolaan

Persampahan

Klasifikasi

Sampah

Model Pengelolaan

Sampah Berbasis

Komunitas di

Kawasan Heterogen

Kota Palu

Page 70: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

52

masyarakat dikumpulkan melalui metode survei dengan menggunakan

kuesioner tertutup menggunakan skala likert sebagai instrumen penelitian.

Adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

a. Hubungan antara variabel partisipasi dan pemberdayaan masyarakat

pada penelitian ini didukung penelitian oleh Arnstein, (1969) dan

Huraerah, (2011). Berdasarkan dukungan penelitian tersebut maka

hipotesis penelitian (H1) adalah: Partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat berpengaruh positif mendukung pengelolaan

persampahan berbasis komunitas pada kawasan permukiman

perkotaan.

b. Hubungan antara variabel klasifikasi sampah pada penelitian ini

didukung penelitian yang telah dilakukan oleh Slamet, (2000) jenis

sampah. Berdasarkan dukungan penelitian tersebut maka hipotesis

penelitian (H2) adalah: Keberadaan klasifikasi atau jenis sampah

pada kawasan permukiman perkotaan berpengaruh positif untuk

mendukung pengelolaan sampah berbasis komunitas pada kawasan

permukiman perkotaan.

c. Hubungan antara variabel partisipasi dan pemberdayaan masyarakat

pada penelitian ini didukung penelitian yang telah dilakukan oleh

Arnstein, (1969) dan Huraerah, (2011). Dan pengelolaan sampah

didukung penelitian yang telah dilakukan oleh Hartono (1998),

Widyatmoko & S. Moerdjoko, (2002) serta SNI 19-2454-2002.

Berdasarkan dukungan penelitian tersebut maka hipotesis penelitian

(H3) adalah : Keberadaan komunitas dalam pengelolaan sampah

Page 71: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

53

berpengaruh positif terhadap peningkatan produktifitas kawasan.

d. Hubungan antara variabel partisipasi dan pemberdayaan masyarakat

dan klasifikasi sampah pada penelitian ini didukung penelitian yang

telah dilakukan oleh Arnstein, (1969) dan Huraerah (2011) dan

Slamet, (2000) dan pengelolaan sampah yang didukung penelitian

yang telah dilakukan oleh Hartono (1998), Widyatmoko & S.

Moerdjoko, (2002) serta DPU. SNI 19-2454, (2002). Berdasarkan

dukungan penelitian tersebut maka hipotesis penelitian (H4) adalah :

partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, klasifikasi sampah serta

pengelolaan sampah akan berpengaruh positif mendukung

peningkatan model pengelolaan sampah berbasis komunitas di

kawasan heterogen di Kota Palu.

Page 72: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

54

BAB III

METODE PENELITIAN

Permasalahan sampah di Kota Palu saat ini adalah semakin sulitnya

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) menampung sampah sehingga diperlukan

metode yang dapat mengurangi sampah dari sumbernya. Untuk efektifitas

penanganan sampah maka perlu di efektifkan program reduce, reuse dan

recycle (3R) dengan melibatkan masyarakat khususnya pada kawasan

pemukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis sampah,

tingkat produksi sampah berdasarkan pendapatan penduduk dan metode

penanganan yang efektif berdasarkan partisipasi komunitas sehingga produksi

sampah dapat berkurang. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan

sebagai dasar dalam pengembangan pola mereduksi timbulan sampah dalam

masyarakat, khususnya di Kecamatan Palu Selatan. Selanjutnya upaya

pelibatan masyarakat dalam penanggulangan sampah dengan pendekatan

yang sesuai dengan budaya setempat menjadi target dari penelitian.

Dalam rangka membangun metode yang paling tepat dari manajemen

bahan dan limbah, mengklasifikasikan mereka terlebih dahulu. Bagian ini

memberikan definisi untuk digunakan saat menyiapkan program pengelolaan

sampah. Keuntungan dari klasifikasi sampah yang benar adalah untuk

menentukan penanganan yang tidak menyebabkan dampak buruk terhadap

lingkungan. Penanganan limbah yang berkaitan dengan kegiatan domestik,

perumahan, pasar/perdagangan, perkantoran dan industri yaitu agar sampah

Page 73: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

55

yang dapat didaur ulang seperti misalnya, kertas, kayu, plastik dan yang dapat

dimanfaatkan ulang adalah sisa makanan dan bahan organik lainnya yang

dapat dijadikan kompos.

Tahapan penelitian dilakukan terhadap warga yang bermukim di

kawasan permukiman heterogen di Kecamatan Palu Selatan dan juga Tempat

Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) 3 R Berbasis Masyarakat di Kota Palu.

Penelitian dilakukan meliputi identifikasi jenis sampah, penanganan sampah

yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Palu, dan kajian pengolahan sampah

yang sesuai dengan kondisi masyarakat Kota Palu.

Kemudian arahan terhadap pengelolaan sampah terpadu berbasis

masyarakat. Sehingga dengan pendekatan konsep zero waste yang meliputi

pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi pengolahan sampah

perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk melakukan

penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga dapat mengurangi

volume sampah sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil daur ulang

yang dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah setempat.

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, untuk

penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitik yang

bercirikan aktivitas mengumpulkan, menggambarkan dan menafsirkan data

tentang situasi yang dialami, kegiatan, pandangan dan sikap yang ditunjukkan

atau kecenderungan yang tampak dalam proses yang sedang berlangsung.

Page 74: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

56

Dalam penelitian kuantitatif, variabel disebut kategori. Kategori penelitian ini

adalah implementasi kebijakan, partisipasi masyarakat dan lembaga

pengelolaan persampahan (keterlibatan mental dan emosional dalam kegiatan

kelompok, kontribusi dan tanggung jawab).

Menurut Kusuma (2007), penelitian kuantitatif dilaksanakan untuk

memahami fenomena secara lebih terstruktur dengan memanfaatkan temuan-

temuan baru yang diperoleh dari analisis data. Setiap jenis analisis data dari

hubungan antar variabel penelitian kuantitatif dengan menggunakan

pendekatan deskriptif analitik yang bercirikan aktivitas mengumpulkan,

menggambarkan dan menafsirkan data tentang situasi yang dialami, kegiatan,

pandangan dan sikap yang ditunjukkan atau kecenderungan yang tampak

dalam proses yang sedang berlangsung. Dalam penelitian kuantitatif, variabel

disebut kategori. Kategori penelitian ini adalah implementasi kebijakan,

partisipasi masyarakat dan lembaga pengelolaan persampahan (keterlibatan

mental dan emosional dalam kegiatan kelompok, kontribusi dan tanggung

jawab).

Berdasarkan hal tersebut di atas, metode pengumpulan data hanya

dilaksanakan pada faktor-faktor yang dianggap mewakili atau menjelaskan

fenomena. Sebagai konsekuensi data yang dikumpulkan tersebut akan

membatasi kemungkinan temuan analisis. Adapun tahapan penelitian

kuantitatif yang akan dilakukan seperti yang disajikan pada Gambar 9 dibawah

ini.

Page 75: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

57

Gambar 13 Rancangan Penelitian

Berdasarkan Gambar 13 tersebut proses penelitian kuantitatif dibangun

dari kerangka teori dari rumusan masalah. Dalam penelitian kuantitatif

masalah harus sudah jelas. Setelah masalah diidentifikasikan, dan dibatasi,

selanjutnya masalah tersebut dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya

dinyatakan dalam pertanyaan penelitian. Pertanyaan ini akan memandu untuk

melakukan proses penelitian. Selanjutnya dari pertanyaan penelitian akan

Page 76: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

58

dikonstruksi teori untuk menjawabnya. Jadi teori dalam penelitian kuantitatif

digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

Hipotesis yang masih merupakan jawaban sementara tersebut,

selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris di lapangan. Untuk

itu, pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang sudah

ditetapkan. Jika populasi jumlahnya besar, maka dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi. Untuk itu pengumpulan data valid dan reliabel

harus menggunakan instrumen. Agar instrumen yang digunakan untuk

pengumpulan data vaild dan reliabel, maka perlu diuji validitas dan

reliabilitasnya.

Hasil pengujian instrumen tersebut dapat diketahui mana instrumen

yang valid untuk dijadikan sebagai kuesioner serta pedoman untuk observasi,

wawancara. Adapun metode penyusunan kuesioner dalam penelitian ini

berbentuk kuesioner tertutup. Menurut S. Arikunto (2002), sebagai dasar

pertimbangan pemilihan kuesioner tertutup adalah dari segi kepraktisan,

sistematis dan waktu penelitian yang relatif pendek serta dapat memberikan

kemudahan kepada responden dalam memberikan jawaban. Adapun data

yang diperoleh dari jawaban responden dengan menggunakan skala Likert

dapat mengukur sikap dan pendapat dari responden tentang pengelolaan

sampah berbasis komunitas dikawasan permukiman heterogen.

Menurut Priyatno (2010) pengukuran skala Likert dalam mengukur

sikap dan pendapat dari populasi tentang pengelolaan sampah di kawasan

permukiman yang heterogen misalnya sangat setuju = 4, setuju = 3, ragu-

Page 77: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

59

ragu = 2, tidak setuju = 1,. Data yang telah terkumpul selanjutnya, dianalisis.

Hasil kuesioner dilakukan pengujian analisis Jalur. Muhiddin dan Abdurahman

(2007;187), menjelaskan metode anilisis jalur digunakan analisis regresi.

Analisis regresi dugunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

atau lebih. Hal ini sesuai pendapat Sugiyono (2011), dalam penelitian

kuantitatif aanalisis data menggunakan analisis berupa statistik deskriptif dan

inferensial.

B. Lokasi dan Orientasi Wilayah Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan desain penelitian, maka yang dijadikan wilayah studi

adalah kawasan-kawasan permukiman di Kota Palu berupa wilayah-wilayah

kelurahan yaitu seluruh wilayah kelurahan yang berada Kecamatan Palu

Selatan.

2. Orientasi Wilayah Penelitian

UTARA

Gambar 14. Peta Kota Palu (Sumber : RTRW Kota Palu 2015)

Page 78: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

60

Secara geografis Kecamatan Palu Selatan terletak di kawasan bagian

selatan Kota Palu dimana luasan administrasi Kecamatan Palu Selatan dibagi

menjadi 5 (lima) kelurahan dengan luas wilayah keseluruhan adalah 27,38

km² atau 2738 ha, dimana hampir 100% merupakan area perumahan dan

permukiman dengan penduduk yang sangat heterogen. Kecamatan Palu

Selatan merupakan bagian dari Kota Palu.

Mempunyai batas-batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah barat berbatasan dengan Kec. Tatanga yang dipisahkan oleh

Sungai Palu

Sebelah Utara berbatasan dengan Kec.PaluTimur dan Kec. Mantikulore

SebelahTimur berbatasan dengan Kab.Sigi Biromaru dan

Sebelah Selatan juga berbatasan dengan Kab. Sigi Biromaru .

Adapun lokasi penelitian terletak pada 5 (lima) kelurahan yang

dikelilingi oleh areal permukiman, pertokoan, dan ruang terbuka hijau.

Orientasi lokasi dari 5 (lima) kelurahan dalam lingkup kota dan pusat Kota

Palu. Gambaran wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 15 Peta Orientasi

Kecamatan Palu Selatan.

Berdasarkan luas wilayah dari 5 (lima) kelurahan dapat disajikan pada

Tabel 2 sebagaimana berikut ini :

Gambar 15. Peta Orientasi Kecamatan Palu Selatan Sumber : Potensi Desa, 2016

Page 79: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

61

Tabel 2 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan Palu Selatan

No. Kelurahan Luas Wilayah m2)

1 Kelurahan Petobo 10,40

2 Kelurahan Tatura Selatan 2,86

3 Kelurahan Tatura Utara 3,28

4 Kelurahan Birobuli Selatan 3,75

5 Kelurahan Birobuli Utara 7,09

Jumlah 27,38

Sumber : BPS Kota Palu, 2015

Kurangnya kepedulian masyarakat dan keterbatasan dana Pemerintah

Kota Palu, merupakan salah satu penyebab terjadinya permasalahan

pencemaran di wilayah ini. Selain itu kawasan permukiman dengan kepadatan

relatif tinggi dan kualitas lingkungan permukiman yang relatif rendah. Kondisi

ini dikhawatirkan semakin lama akan memburuk jika tidak segera dilakukan

upaya-upaya perbaikan akan menimbulkan dampak pada kesehatan manusia

serta degradasi lingkungan yang lebih besar. Disamping itu juga kurangnya

kesadaran warga tentang arti pentingnya mereduksi sampah, menyebabkan

mereka kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

Metode penentuan sampel dilakukan dengan Stratified Proporsional

Random Sampling yaitu menganggap semua subjek sama jadi diambil secara

acak terhadap data 135 responden untuk mengetahui karakteristik masyarakat

dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah 3R.

Data yang didapat kemudian diolah menggunakan analisis deskriptif

crosstab untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang diujikan

dalam penelitian. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa faktor usia, jenis

Page 80: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

62

kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan ternyata hasilnya tidak

semua faktor tersebut mempengaruhi didalam melakukan pengelolaan

sampah 3R. Rata-rata faktor mempunyai tingkat hubungan yang sedang.

Faktor yang paling mempengaruhi didalam pengelolaan sampah yaitu faktor

pendidikan, karena pendidikan yang tinggi maka tingkat kepedulian

masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah 3R juga akan

semakin tinggi pula, begitu juga sebaliknya.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan metode eksperimen lapangan

dan model simulasi penanganan sampah. Hal ini dilakukan untuk menetapkan

parameter-parameter yang tepat sesuai persamaan yang dipakai dalam

merancang model. Data yang diperlukan dalam penelitian ini disesuaikan

dengan kebutuhan input data yang dipakai untuk membuat model. Adapun

data yang diperlukan berupa data sekunder dan data primer. Data sekunder

didapatkan dari Kantor Dinas Kebersihan Kota Palu dan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Palu. Data primer yang dilakukan

dalam penelitian ini berupa kuisioner yang disebarkan pada masyarakat untuk

mengetahui tingkat pemahaman masyarakat dan tingkat partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan sampah.

C. Tahapan Penelitian

Sebelum melakukan pengambilan data primer pada lokasi penelitian

terlebih dahulu dilakukan survei pendahuluan. Survei ini dimaksudkan untuk

mengamati kondisi eksisting dan mempertimbangkan kendala-kendala yang

mungkin terjadi selama dilakukan pengamatan. Metode penelitian kuantitatif

Page 81: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

63

dengan format deskriptif survei akan menggunakan statistik sebagai alat bantu

yang digunakan untuk suatu variabel dan hubungan antar variabel tersebut.

Namun pendekatan konsep dengan populasi yang jumlahnya besar

menyebabkan penelitian ini kurang mampu mencapai kedalaman data dalam

hubungannya dengan penelitian kuantitatif Bungin, (2006;36).

Oleh karena itu. Agar penyusunan pertanyaan pada kuesioner lebih

operasional dengan bahasa sederhana mudah dipahami oleh segenap

responden pada saat pengumpulan data maka dilakukan focus group

discussion (FGD). Selanjutnya proses FGD dilakukan dengan kelompok

masyarakat penelitian dengan beberapa topik yang didiskusikan guna

memperoleh persepsi masyarakat untuk menyusun kuesioner.

Hasil persepsi masyarakat tersebut di atas, digunakan sebagai acuan

dasar untuk menyempurnakan kuesioner yang dihubungkan dengan konsep

teoritis yang selanjutnya akan disusun definisi operasional, konsep, variabel,

indikator, skala pengukuran agar tidak menyimpang dari teori dan konsep

yang menjadi sumber aslinya pada kajian pustaka Bungin, (2006:60).

Pengumpulan data melalui survei dengan menggunakan kuesioner. Data

yang dihimpun selanjutnya diolah dengan bantuan program SPSS 16.

Hasilnya berupa data tabulasi berupa bobot, frekuensi dan prosentase dari

masing-masing konsep yang dijadikan objek kajian dalam metode kuantitatif

sebagaimana yang telah diuraikan di atas.

Metode penelitian ini meliputi tiga tahapan kegiatan. Tahapan pertama

adalah identifikasi karakteristik sumber timbulan sampah, tahapan kedua

adalah analisis dan pemodelan karakteristik makroskopik dan mikroskopik

Page 82: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

64

produksi sampah heterogen, tahapan ketiga adalah pengembangan model

hubungan makroskopik dan mikroskopik antara produksi sampah dan

pengelolaan sampah. Kesesuaian dan kelayakan dalam mengumpulkan data

lapangan adalah kriteria penting yang harus dipertimbangkan dalam

menentukan variabel sampah yang heterogen makroskopik dan mikroskopik

yang sesuai.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Sampel ditetapkan dengan metoda random sampling berdasarkan data

sekunder dan survei pendahuluan. Populasi penelitian ini adalah warga

masyarakat yang bermukim di kawasan permukiman di Kota Palu. Penduduk

Kota Palu pada tahun 2015 tersebut terdapat populasi sejumlah 347.856

penduduk (BPS Kota Palu, 2015). Penentuan populasi ini didasarkan pada

pertimbangan lokasi penelitian termasuk wilayah perkotaan yang dihuni

mayoritas penduduk heterogen, dan merupakan kawasan pengembangan di

Kota Palu, untuk menentukan sampel didasarkan pada jumlah populasi yang

di berada di seluruh kawasan yang termasuk zonasi permukiman dengan

asumsi bahwa di Kota Palu terdapat 8 (delapan) wilayah kecamatan, dipilih 3

(tiga) kecamatan yang populasi penduduknya sangat padat dan heterogen.

Dari tiga kecamatan tersebut dipilih 1 (satu) kecamatan yang memiliki

kelurahan-kelurahan yang memiliki karakteristik berbeda satu sama lainnya.

Dari tiap kelurahan diambil sampel masing-masing 30 KK sehinggga di dapat

150 KK ditetapkan sebagai subyek penelitian, sehingga yang menjadi target

Page 83: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

65

penelitian adalah rumah tangga yang bermukim di kawasan-kawasan paling

heterogen. Untuk jelasnya tentang penentuan sampel dapat dilihat pada Tabel

3 dibawah ini :

Tabel 3 Jumlah Penduduk Kota Palu

No Kecamatan Laki- laki

Perempuan L+P Kepadatan

Sex Ratio

1 Palu Barat 30.726 30.698 61.424 7.042 100

2 Tatanga 19.961 19.408 39.369 2.379 103

3 Ulujadi 13.760 13.559 27.319 623 101

4 Palu Selatan 35.049 34.443 69.492 2.342 102

5 Palu Timur 34.878 35.500 70.378 8.740 98

6 Mantikulore 31.847 30.975 62.822 276 103

7 Palu Utara 11.435 11.399 22.824 711 100

8 Tawaeli 10.361 10.021 20.832 320 100

Jumlah 175.595 172.261 374.020

Sumberdata : BPS Kota Palu Tahun 2016

Untuk penentuan jumlah sampel ada beberapa rumus yang dapat

digunakan untuk menentukan jumlah anggota sampel. Penentuan jumlah

sampel didasarkan pada pertimbangan bahwa bila populasi tidak melebihi

100, maka lebih baik diambil semua, dan penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Bila subyeknya besar maka dapat diambil sampel 10-15 % atau 20-

25 % atau lebih tergantung penelitiannya (Arikunto,S. 2002:107).

Page 84: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

66

Tabel 4 Jumlah Populasi di Lokasi Penelitian

Kelurahan

Rumah Tangga

Jumlah Penduduk

Rata rata penduduk/rumah tangga

1 Birobuli Selatan 2,733

10,320

4

2 Petobo 1,879

6,747

4

3 Birobuli Utara 4,675

17,367

4

4 Tatura Utara 5,269

21,398

4

5 Tatura Selatan 2,953

11,290

4

Jumlah 17,509

67,122

Sumberdata : BPS Kota Palu Tahun 2016

Oleh sebab itu, karena jumlah populasi terlalu besar yang akan diteliiti,

maka sesuai populasi yang dapat mewakili ini disebut sampel homogen terkait

objek penelitian masyarakat perkotaaan yang dipilih meliputi 3 (tiga) kategori

yaitu masyarakat biasa, pejabat dan akademisi. Pengumpulan data primer

dilakukan melalui kuesioner dari masyarakat, pejabat, dan akademisi. Untuk

mendapatkan nilai perhitungan yang baik, responden yang diambil haruslah

bersifat representatif. Pengambilan sampel mengacu pada Roscoe (1982)

dalam Sugiyono (2012; 133) yang menyarankan ukuran sampel dalam

penelitian dengan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi dan

regresi), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel

yang diteliti. Berdasarkan hal tersebut di atas, variabel penelitian ada 10

(independen 9 + 1 dependen), maka jumlah anggota sampel sejumlah 100

sampel.

Page 85: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

67

Sampel penelitian diambil dengan teknik pengambilan sampel adalah

Proporsional Sampling. Menurut Bungin (2006;115) Teknik pengambilan data

dari perwakilan yang berimbang dan bersumber dari strata untuk keterwakilan

populasi. Untuk itu Bungin selanjutnya menguraikan agar dalam pemilihan

responden perlu di pahami terhadap karakteristik populasi dan khususnya

responden yang dipilih secara heterogen. Teknik ini digunakan karena

responden yang dipilih adalah responden yang memenuhi kriteria sebagai

berikut: a) memiliki perkerjaan heterogen; b) bekerja pada profesi dan

keahlian yang berhubungan dengan persampahan, c) berkerja pada dinas

terkait pengembangan wilayah/masyarakat pada kawasan permukiman; d)

menguasai secara akademik bidang yang diteliti. Kriteria responden tersebut

dididentifikasi sesuai tertera pada Tabel 5 dibawah ini :

Tabel 5 Kriteria dan Instansi Responden

No Kriteria Instansi Responden Responden

1 Masyarakat Permukiman perkotaan

Masyarakat Pendapatan tinggi, sedang dan rendah

2 Jabatan (pemerintah)

Kelurahan, Kecamatan, Dinas Pekerjaan Umum.Dinas Kebersihan dan persampahan.

Kepala kantor, Kepala bidang, Kepala Seksi, dan Staf Fungsional

Tingkat Kota Palu dan Propinsi,

3 Akademisi Universitas/Sekolah Tinggi,Institut dan lain-lain

Peneliti sejenis

Akademisi yang terlibat melakukan penelitian partisipasi dan pemberdayaan

Page 86: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

68

4 Masyarakat profesi dan keahlian

Lembaga yang terlibat dalam memberikan konstrusi sampah

Orang yang terlibat dalam menghasilkan sampah

Hotel, restauran, pasar , toko, kios, dan industri rumah tangga.

Sumber : Hasil Analisis 2017

E. Jenis dan Sumber Data

1. Data Yang Dibutuhkan

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bahan :

Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa;

Peta dasar, peta citra satelit dalam bentuk digital

Data kependudukan pada kelurahan di Kota Palu

RTRW, Kota Palu

Alat Penelitian :

Sedangkan alat yang digunakan dalam proses penelitian ini terdiri dari:

Alat pengambil data secara digital menggunakan alat audio

visual seperti kamera digital, Voice Recorder Camera perekam

audio dan video, alat bantu orientasi dan navigasi (GPS).

Alat pengolah data berbasis digital seperti perangkat komputer,

dengan program SPSS 16, Auto Cad 2011.

2. Jenis Data Penelitian

Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengambilan data

lapangan menyangkut tujuan penelitian berupa mengidentifikasi populasi

Page 87: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

69

timbulan sampah dari beberapa sumber sampah. Data - data tersebut

diperoleh melalui wawancara, observasi, kuesioner dan pemetaan potensi

permasalahan pengelolaan sampah dengan masyarakat dan para pejabat

terkait di Kota Palu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi

dan studi literatur, terdiri dari:

a. RTRW Kota Paludiperoleh dari Bappeda Kota Palu

b. Peta administrasi Kecamatan diperoleh dari Bappeda Kota Palu

c. Data Citra Satelit atau Ikonos 2012 yang berguna untuk dijadikan

sebagai peta dasar eksisting kawasan penelitian

d. Jumlah penduduk, rumah, sarana dan prasarana masyarakat nelayan

di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palu.

e. Kebijakan dan rencana pengembangan pengelolaan persampahan di

Kota Palu peroleh dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas

Pekerjaan Umum serta Bappeda Kota Palu.

F. Konsepsi Operasional Penelitian

Konsep penelitian didesain sesuai rumusan masalah yang didasarkan

pada kajian teori. Untuk memberi batasan pemahaman terhadap variabel,

indikator maka disusun konsep operasional penelitian untuk dijadikan

kuesioner. Hasil penyusunan kuesioner tersebut digunakan sebagai alat

pengukuran data di lapangan. Berdasarkan Tabel 7 tersebut di atas, maka

data yang dikumpulkan dikelompokkan menjadi 2 kelompok.

Menurut Sugiyono (2001:8), menjelaskan bahwa data nominal dan

ordinal data tersebut dianalisis dengan statistik non parametris. Sedangkan

Page 88: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

70

data berbentuk interval dan rasio dianalisis dengan statistik parametrik.

Masing-masing data tersebut sama-sama memerlukan persyaratan untuk uji

hipotesis penelitian. Data kajian pustaka, selanjutnya dikonstruksi menjadi

variabel penelitian sesuai pada Tabel 6 dibawah ini :

Tabel 6 Variabel, Indikator dan Skala Pengukuran

No

Variabel Indikator Simb

ol

Skala Pengukuran

Pengukuran

Operasional

1 Konsep partisipasi masyarakat

Peran pemangku kepentingan dalam meningkatkan komunitas kawasan sebagai pelaku dalam pengelolaan persampahan kawasan perkotaan di Kota palu.

X1, X2,X

3,

X4,X5 dan X6.

2 Konsep sifat sampah

Jenis sampah dari berbagai aktivitas sosial budaya, perdagangan dan industri

X7, dan X8

3

Metode pengelolaan persampahan

Adanya metode pemisahan sampah dari rumah dan lain-lain

X9 interval/ rasio

Kuesioner/wawancara

4

Pengelolaan sampah berbasis kelembagaan

Masyarakat dapat melakukan aktivitas pengelolaan sampah berbasis kelembagaan yang dibentuk oleh komunitas.

X10

5

Model pengelolaan sampah berbasis komunitas

Peran segenap pemangku kepentingan terintegrasi kebijakan, pendanaan dan komunitas bersedia sebagai inisiator, pelaksana dan penerima manfaat.

Y

Sumber : Hasil olahan 2017

Page 89: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

71

Berdasarkan Tabel 6 tersebut di atas, maka konsep penyusunan

kuesioner dalam penelitian ini berbentuk kuesioner tertutup. Sebagai dasar

pertimbangan pemilihan kuesioner tertutup adalah dapat memberikan

kemudahan kepada responden dalam memberikan jawaban lebih praktis,

sistematis, dan waktu penelitian (Arikunto.S, 2002). Adapun data yang

diperoleh dari jawaban responden dikelompokkan dalam empat ketegori 1 =

tidak setuju, 2 = kurang setuju, 3 = setuju dan 4 = sangat setuju. Dengan

menggunakan skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dari

responden untuk memilih tentang keberadaan dan pengelolaan sampah di

Kota Palu yang berbasis komunitas.

Sehubungan dengan kuesioner tersebut di atas jumlah variabel sesuai

pada tabel 6 tentang jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian, maka

jenis dan jumlah variabel dapat dikelompokkan menjadi analisis univariat,

biavariat dan multivariat. Selanjutnya Santoso (2010;) menjelaskan bahwa

metode multivariat dapat digunakan untuk menganalisis data multivariat

secara simultan dan komprehensif. Untuk menjelaskan hubungan antar

variabel dengan banyak faktor yang harus dipertimbangkan, sehubungan

dengan fenomena sosial dan alam yang kompleks. Karena kompleksitas dari

variabel, maka metode analisis korelasi, regresi serta analisis annova

dilakukan untuk menemukan model integrasi sesuai tujuan penelitian.

Page 90: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

72

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan

sudah cukup jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau

menguji hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu. Karena datanya

kuantitatif, maka teknis analisis data menggunakan metode statistik. Statistik

digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji

ukuran populasi melalui data sampel. Pengertian statistik disini adalah cara

data yang diperoleh dari sampel Sugiyono, (2001).

Data yang terkumpul dari sampel, diolah dengan

menggunakan program komputer (Munck 2009, Sudradjat 2000). Dengan

program statistik seperti, SPSS 16 (statistiscal product and service solution),

(Priyatno, 2002). SPSS sebagai Software diperlakukan sebagai alat bantu

untuk pengolahan data dan analisis Furqon, (2009), data di analisis dengan

metode Korelasi dan Regresi.

1. Analisis Korelasi

Analisis korelasi artinya, saling hubungan atau hubungan timbal balik

dari dua variabel atau lebih. Hubungan antara dua variabel dikenal istilah

bivariate correlation, sedangkan hubungan antar variabel lebih dari dua

variabel disebut multivariate correlation. Tujuan dilakukan analisis korelasi

antara lain ;

a. Untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan antara variabel.

Page 91: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

73

b. Bila sudah ada hubungan, untuk melihat tingkat keeratan hubungan

antar variabel, dan

c. Untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan

tersebut berarti (menyakinkan/signifikan) atau tidak berarti (tidak

menyakinkan). Dari setiap variabel yang diukur, apakah signifikan

atau tidak, hal ini tergantung dari angka koefisien hasil analisis.

Angka korelasi ini diperoleh berdasarkan rumus-rumus tertentu.

Angka indeks korelasi Spearman dapat dihitung dengan menggunakan

rumus berikut ( Siegel and Castellan dalam Muhiddin dan Abdurrahman,

2007).

{ } (1)

Dimana :

= Koefisien korelasi rank Spearman

n = Banyaknya ukuran sampel

D ɪ² = Jumlah kuadrat dari selisih rank variabel X dengan rank

variabel y.

Hasil dari rumus ini, diolah dengan program SPSS, maka angka

korelasi berkisar antara 0 sampai dengan 1,00 (artinya paling tinggi )

pada angka indeks korelasi.

2. Analisis Regresi

Analisis regresi dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua

variabel atau lebih, atau mengetahui bagaimana variasi dari beberapa

Page 92: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

74

variabel independent mempengaruhui variabel dependent dalam suatu

fenomena yang kompleks. Jika X1 , X 2 , ......, X n, adalah variabel-variabel

independent dan Y adalah variabel dependent (terikat). Berkaitan dengan

analisis regresi ini, setidaknya ada empat kegiatan yang dapat dilaksanakan

dalam analisis regresi, diantaranya :

a. mengadakan estimasi terhadap parameter berdasarkan data empiris,

b. menguji variasi variabel dependent (Y) dan variabel independent ( X )

c. menguji apakah estimasi parameter tersebut signifikan atau tidak dan

d. melihat apakah tanda dan magnitude dari estimasi parameter cocok

dengan teori.

3. Analisis Jalur

Analisis Jalur (Path Analisys) dipergunakan untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel atau lebih. Selanjutnya berkaitan dengan

Analisis Jalur ada empat kegiatan analisis yang dilakukan diantaranya :

1. Mengadakan estimasi berdasarkan data empiris

2. Menguji besar variasi variable Xn dan Y

3. Menguji estimasi variable Xn dan Y, siqnifikan atau tidak

4. Hasil pengujian jalur apakah cocok dengan teori yang

dikembangkan. Berdasarkan keempat variable tersebut, maka

perhitungan jalur dapat dianalisis sesuai Menggambar Diagram

Jalur Lengkap

Page 93: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

75

Gambar 16 Gambar Diagram Jalur dan Hubungan Struktur Variabel X Terhadap Y

(Model Regresi Berganda)

(Sumber: Modifikasi Muhidin dan Sambas, 2007).

4. Permodelan Persampahan Berbasis Komunitas

Pengelolaan sampah bertujuan untuk mengurangi sampah yang

menumpuk dan menambah pendapatan masyarakat dengan cara mendaur

ulang sampah anorganik dan organik menjadi kompos. Partisipasi

masyarakat perlu diperhatikan karena merupakan kunci keberhasilan

program 3R dan untuk meningkatkan rasa kepedulian serta sense of

belonging warga terhadap lingkungan. Namun, pengelolaan sampah 3R ini

pelaksanaannya kurang maksimal, karena sebagian masyarakat kurang

pemahaman dan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah di

wilayah studi. Berdasarkan masalah tersebut,muncul pertanyaan dari peneliti

mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi masyarakat

dalam pengelolaan sampah 3R.

Partisipasi dan

Pemberdayaan

Masyarakat

(X1)

Pengelolaan

Sampah (X3)

Klasifikasi

Sampah (X2)

Model

Pengelolaan

Sampah Berbasis

Komunitas di

Kawasan

Heterogen Kota

Palu (Y)

ɛ1

Page 94: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

76

Saat ini permasalahan sampah di Kota Palu adalah hal sangat

mendesak untuk ditangani. Dengan semakin bertambahnya laju

pertumbuhan penduduk, maka semakin bertambah pula laju timbulan

sampah yang dihasilkan. Sebagian besar timbulan sampah tidak dapat

tertangani atau terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Terbatasnya

sarana dan prasarana persampahan yang dimiliki oleh pemerintah Kota Palu

menyebabkan terbatasnya akses pelayanan penanganan persampahan

secara maksimal, dibeberapa kawasan perkotaan seperti kawasan pasar dan

kawasan permukiman seringkali tidak dapat terangkut sampah menuju ke

TPA karena terbatasnya armada pengangkut sampah seperti Truk

Sampah/Arm Roll Truk, bahkan juga ke TPS sampah karena keterbatasan

gerobak sampah atau motor sampah.

Salah satu hal yang manjadi solusi terbaik adalah mengurangi

sampah dari sumbernya dan meningkatkan angka partisipasi masyarakat

terhadap penanganan sampah. Jika melihat potensi jumlah penduduk

khususnya pada Kecamatan Palu Selatan yang umumnya memiliki

pendidikan yang cukup baik, maka hal ini bukanlah hal yang sulit. Partisipasi

masyarakat harus ditingkatkan untuk penanganan sampah, namun

partisipasi ini wajib di korelasikan dengan program pemerintah sehingga

dapat bersinergi. Pelibatan dan peran masyarakat dalam pengelolaan

sampah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya

kebersihan lingkungan yang hijau, bersih dan sehat serta menguatkan

Page 95: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

77

inisiatif masyarakat dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi

lingkungan.

a. Analisis permodelan persampahan berbasis komunitas, diharapkan

dapat menjelaskan fenomena sebagai dasar pengembangan teori.

Untuk melengkapi uji kelayakan regresi prediktif digunakan

perhitungan statistik seperti pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan regresi berganda (Muhidin dan Abdulrahman,

2007:198). Analisis regresi berganda merupakan pengembangan dari

analisis sederhana antara satu variabel independen dan satu variabel

dependen. Namun dalam penelitian ini regresi berganda merupakan

dua variabel independen atau lebih. Sesuai Gambar 12 tersebut di

atas, diketahui variabel independen sejumlah 3 variabel dan 1 variabel

dependen. Sehingga dengan demikian terdiri atas 4 variabel yang

dapat dikategorikan sebagai variabel multivariat.

b. Analisis Permodelan Jalur dengan esensi model dan tujuannya

pengembangan model-model ruang pengelolan sampah pada

kawasan heterogen dapat dibedakan dalam 2 model yaitu;

Model diskriptif, yaitu model yang dapat dipergunakan untuk

mengkaji tingkah laku suatu realita atau gejala sebagaimana

adanya.

Model penaksiran, yaitu model yang dapat digunakan untuk

menafsirkan sesuatu atau melihat kecenderungan dan

kemungkinan dimasa datang.

Page 96: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

78

c. Untuk membuat model regresi prediktif dengan langkah, sebagai

berikut:

Dapat ditemukan model analisis pengaruh dari variabel Xn ke

variabel Y

Menemukan nilai tabel F dengan derajad kebebasan untuk

diketahui.

Membandingkan nilai uji F empiris dangan nilai tabel F dengan

hasil pengujian dan perhitungan

Membuat kesimpulan

d. Untuk membuat model deskriptif menurut menurut Moleong (2004;27)

difokuskan pada latar alamiah sebagai keutuhan mengandalkan

manusia sebagai alat penelitian.

e. Untuk membuat model deskriptif ada beberapa langkah yang perlu

dilakukan sebagai berikut:

Dari analisis data deskriptif kualitatif dalam penelitian ini

dilakukan untuk:

Menganalisis makna potensi sosial budaya, aktivitas sosial

ekonomi masyarakat yang tidak dapat dikuantifikasikan.

Untuk itu analisis deskriptif merupakan simbiosa antara data

kuantitatif dan dilanjutkan dengan hasil data lapangan yang

bersumber dari responden

f. Apabila proses simulasi model dengan analisis regresi prediktif

bersumber dari variabel X1 – Xn dengan variabel Y akan saling

Page 97: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

79

dihubungkan membentuk sistem yang tidak dapat menirukan kondisi

sebenarnya dan tidak mendapatkan nilai yang disyaratkan dalam

analisis regresi predektif. Maka, hipotesis ini akan diuji kembali. Untuk

mengetahui kesalahan tersebut di atas dilakukan interpretasi kembali

dengan melakukan evaluasi dengan uji estimasi, uji homogenitas

dengan teknik analisis Annova.

g. Prosedur dalam analisis Annova sebagai alat estimasi dan uji

homogenitas dari sampel diharapkan berupa nilai F maximum

(Sudaryono. dkk, 2012:211). F maximum, yaitu nilai empiris hasil

survey lapangan yang lebih kecil daripada harga F yang terdapat

dalam tabel, maka akan dihasilkan model integrasi penanganan

sampah dipermukiman heterogen Kota Palu.

Langkah akhir dalam kegiatan analisis adalah penarikan kesimpulan.

Hasil analisis awal dari teori dan fakta lapangan sesuai kajian pustaka dan

wawancara, pemetaan dapat disusun hipotesis dan model dan diuji serta

menghasilkan beberapa temuan. Proses penentuan temuan-temuan dalam

rangka menjawab pertanyaan penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis

yang telah disajikan pada awal terhadap objek kajian dan data empiris

berdasarkan kajian pustaka dan teori dan wawancara mendalam serta

pemetaan pengelolaan sampah berbasis komunitas di Kota Palu.

Page 98: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

80

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menitikberatkan pada

pandangan responden terhadap objek penelitian yang dikaji, oleh karena itu

objek penelitian ini ditujukan kepada responden yang berada dikawasan

heterogen Kota Palu khususnya Kecamatan Palu Selatan yang dianggap

mewakili unsur-unsur yang dibutuhkan didalam penelitian ini. Jumlah sampel

sebanyak 135 reponden yangdianggap mewakili masing-masing

stakeholders dari populasi yang ada.

1. Latar Belakang Responden

Berdasarkan hasil identifikasi responden, maka dapat diuraikan bahwa

sebanyak 15 responden (11,11 %) merupakan kelompok operator dan

regulator, 12 responden (8,89 %) berprofesi sebagai akademisi, 13

respondepenn (9,63 %) yang berprofesi sebagai konsultan/lsm, selanjutnya

sebanyak 95 responden (70,37 %) adalah masyarakat umum. Penyebaran

responden berdasarkan latar belakang profesi dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 7 Karakteristik Responden berdasarkan kelompok profesi

No Kelompok Stekeholder Frekuensi

Prosentase (%)

1 Pemerintah (reggulator

dan operator) 15 11.11

2 Akademisi 12 8.89

3 Konsultan /LSM 13 9.63

4 Masyarakat 95 70.37

Jumlah 135 100.00

Sumber: Data primer diolah 2016

Page 99: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

81

1 Pemerintah (reggulator dan operator)

2 Akademisi

3 Konsultan /Lsm

4 Masyarakat

Gambar 17 : Grafik Karakteristik Profesi Responden

Tabel 7 dan Gambar 17 mengindikasikan bahwa tingkat distribusi responden

berdasarkan latar belakang profesi paling banyak adalah masyarakat umum,

kemudian kalangan pemerintah dalam hal ini sebagai regulator dan sekaligus

operator, selanjutnya responden yang berasal dari konsultan dan lsm dan

yang paling rendah berasal dari akademisi. Hal ini menggambarkan bahwa

berdasarkan latar belakang masing-masing responden relatif bervariasi,

dengan demikian diharapkan dapat memberikan persepsi yang berimbang

berdasarkan sudut pandang masing-masing.

2. Tingkat Pendidikan Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan responden didominasi

oleh SMA sebanyak 35,65 % atau 48 orang yang diikuti dengan responden

pendidikan S1 sebanyak 26,67 % atau 36 orang. Pada urutan ketiga diikuti

11% 9%

10%

70%

Karakteristik Responden

1 2 3 4

Page 100: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

82

oleh responden yang berpendidikan S2 sebanyak 14,81 % dan selanjutnya

S3 sebanyak 3, 70 %. Hasil penelitian mengenai pendidikan responden

dapat disajikan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8 Pendidikan Responden

Pekerjaan Jumlah Responden %

SD 6 4,44

SMP 10 7,41

SMA 48 35,56

D3 10 7,41

S1 36 26,67

S2 20 14,81

S3 5 3,70

Total 135 100

Sumber: Data primer diolah 2016

Gambar 18 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pada tabel 8 dan gambar 18 menggambarkan bahwa paling banyak

responden memiliki latar belakang pendidikan SMA atau sederajat,

selanjutnya responden yang memiliki pendidikan minimal strata satu (S1),

kemudian responden yang memiliki pendidikan strata dua (S2), dan

responden yang berpendidikan strata nol (D3), selanjutnya responden

berpendidikan SMP dan SD, dan yang paling rendah adalah responden yang

berpendidikan strata tiga (S3). Hal ini mengindikasikan bahwa responden

SD SMP SMA D3 S1 S2 S3

Series1 6 10 48 10 36 20 5

0

10

20

30

40

50

60

Fre

ku

en

si

Page 101: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

83

berpendidikan diatas SMA lebih dominan sebesar 52,55 % dan

berpendidikan SMA kebawah sebesar 47,41 % sehingga persepsi rata-rata

responden adalah hasil yang objektif terkait dengan penelitian ini.

3. Umur Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 37,04 % responden

terbanyak berumur 33-43 tahun, diikuti dengan 34,07% responden berusia

44-54 tahun. Responden dengan umur 22-32 tahun sebanyak 17,04 %,

responden dengan umur 55-65 tahun sebanyak 8,89 % sedangkan

responden paling sedikit berada pada umur 66-76 tahun. Deskripsi

responden berdasarkan umur selengkapnya disajikan pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Umur Responden

Umur (tahun) Jumlah

Responden %

22 – 32 23 17,04

33 – 43 50 37,04

44 – 54 46 34,07

55 – 65 12 8,89

66 – 76 4 2,96

Total 135 100

Sumber: Data primer diolah 2016

Gambar 19. Karakteristik responden berdasarkan umur

0

10

20

30

40

50

22 – 32 33 – 43 44 – 54 55 – 65 66 – 76

Fre

ku

en

si

Umur (tahun)

Page 102: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

84

Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 19 menunjukkan bahwa rata-rata

responden terbanyak adalah dikelompok usia 22-32 sampai dengan usia 44-

54 tahun dengan total 88,14% sedangkan kelompok usia diatas 55-65

sampai dengan 66-76 tahun sebanyak 11,85 % hal ini mengindikasikan

bahwa usia responden adalah rata-rata usia produktif dan sehat.

4. Jenis Kelamin Responden

Responden yang mengisi kuesioner didominasi oleh responden laki-laki

dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan hasil penelitian sebanyak

65,19 % responden atau 88 orang berjenis kelamin laki-laki dan 34,81 %

atau 47 orang berjenis kelamin perempuan.

Tabel 10. Jenis Kelamin Responden

Umur (tahun) Jumlah Responden %

Laki-laki 88 65,19

Perempuan 47 34,81

Total 135 100

Sumber: Data primer diolah 2016

Gambar 20 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

65.19%

34.81%

Laki-laki

Perempuan

Page 103: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

85

5. Pekerjaan Responden

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan

responden bervariasi mulai dari petani, ibu rumah tangga hingga pensiunan,

terlihat bahwa jumlah responden terbanyak berprofesi sebagai wiraswasta

sebanyak 46,67 % (63 orang) diikuti dengan responden yang berprofesi

sebagai PNS sebanyak 34,81 % (47 orang). Sedangkan jumlah responden

terkecil berprofesi sebagai ketua RT sebesar 0,74 %.

Tabel 11 Pekerjaan Responden

Pekerjaan Jumlah Responden Prosentase

(%)

PNS 47 34,81

Wiraswasta 63 46,67

URT 7 5,19

Pensiunan 5 3,70

Karyawan 3 2,22

Honorer 7 5,19

Ketua RT 1 0,74

Petani 2 1,48

Total 135 100

Sumber: Data primer diolah 2016

Gambar 21 Karakteristik pekerjaan responden

0 20 40 60 80

PNS

Wiraswasta

URT

Pensiunan

Karyawan

Honorer

Ketua RT

Petani

Frekuensi

Pe

ke

rja

an

Page 104: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

86

B. Hubungan Antara Fungsi Kawasan Permukiman Dengan Mengurangi Sampah Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Hubungan antara mengurangi jumlah sampah dengan tingkat

partisipasi, dan pengembangan pengelolaan sampah berbasis komunitas,

serta dilanjutkan dengan model pengelolaan sampah berbasis komunitas di

kawasan permukiman heterogen di Kota Palu adalah sangat penting untuk di

analisis. Dengan mengetahui aspek-aspek yand dianalisis dan faktor-faktor

yang berhubungan dengan pengembangan model pengelolaan sampah

berbasis masyarakat. Salah satu faktor yang dominan didalam pengelolaan

sampah adalah aspek partisipasi dan pemberdayaan masyarakat

sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 22 di bawah ini :

Tabel 12. Aspek Partisipasi Masyarakat

No. Deskripsi SS S KS TS

A. Aspek Partisipasi Masyarakat 36, 9 %

53,0 %

7,4 %

2,7 %

I. Partisipasi Masyarakat dan Budaya Lokal 34,4 %

52,5 %

8,9 %

4,6 %

1

Masyarakat yang berbeda strata sosialnya atau berbeda tingkat pendidikannya serta asal suku dan budayanya akan berpengaruh terhadap tingkat partisipasinya ditengah masyarakat

14 57 15 22

2 Kemauan untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana mengelola sampah dilingkungannya adalah bentuk partisipasi

31 76 0 1

3

Permasalahan sampah merupakan permasalahan lingkungan sehingga merupakan kepentingan bersama yang harus diprioritaskan didalam pembangunan di Kota Palu

55 53 0 0

4 Bagaimana mendapatkan solusi bersama untuk mengatasi persoalan sampah di Kota Palu adalah juga bentuk partisipasi masyarakat

38 69 1 0

5 Budaya hidup bersih dan sehat di masyarakat masih sangat rendah dan sebagian masyarakat kurang atau tidak peduli dengan kondisi lingkungannya

28 47 29 4

6 Masyarakat ada keinginan untuk merubah perilakunya didalam mengurus sampah asalkan ada informasi atau petunjuk bagimana cara mengelola dengan benar

57 38 10 3

II. Partisipasi Masyarakat dan Pola Pikir 50,0 %

46,5 %

2,2 %

1,3 %

7

Setujukah saudara bila dikatakan tingkat partisipasi masyarakat terhadap upaya peneglolaan sampah diwilayahnya sangat dipengaruhioleh pola pikir masyarakatnya

36 60 8 4

Page 105: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

87

8 Apakah masyarakat masih sangat membutuhkan peran pemerintah untuk mengubah pola pikirnya dalam berpartisipasi ?

30 71 4 3

9 Setujukah saudara bahwa penanganan masalah persampahan bukan hanya tugas pemerintah tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak

73 35 0 0

10

Setujukah saudara partisipasi masyarakat adalah bagaimana berkomunikasi dengan beberapa pihak untuk secara bersama sama mengelola lingkungannya sehingga ercipta lingkungan yang bersih

48 60 0 0

11 Peran kelurahan, kecamatan dan pemerintah kota dalam operasional pengelolaan sampah di kawasan permukiman harus ditingkatkan

83 25 0 0

III. Pemberdayaan Masyarakat 50,0 %

46,5 %

2,2 %

1,3 %

12 Pemberdayaan masyarakat dan partisipasinya perlu ditingkatkan baik sebagai perencana, pelaku, dan pengawas

35 71 1 1

13 Pemberdayaan masyarakat dan partisipasinya perlu ditingkatkan dalam bentuk kerjasama antara para pihak

37 68 2 1

14 Pemberdayaan masyarakat dan partisipasinya perlu ditingkatkan dalam bentuk sosialisasi

34 70 4 0

15 Apakah sudah saatnya masyarakat terlibat aktif didalam mengelola sampah

31 42 31 4

IV. Pemberdayaan dan Kemandirian Masyarakat

35,9 %

57,5%

11,5%

3,1%

6 Pemberdayaan masyarakat perlu ditingkatkan dalam bentuk perencanaan yang disusun sendiri

31 66 10 1

17 Masyarakat yang ikut serta didalam lembaga lokal (RT, RW, LPM, BKM dan KSM) dapat berperan dalam mengelolah sampah

31 70 6 1

18 Masyarakat perlu ditingkatkan keikutsertaanya dalam kelembagaan lokal sehingga dapat berperan

35 72 1 0

19 Masyarakat secara mandiri dalam mengelola sampah dapat dilakukan sejak dari rumah dengan aktif

71 36 1 0

20 Masyarakat menyediakan sendiri tempat sampahnya secara mandiri agar memudahkan pengangkutan

39 61 6 2

21 Masyarakat memisahkan sendiri antara sampah basah dan sampah kering

34 49 16 9

22 Pengelolaan sampah dilingkugan permukiman sebaiknya diserhakan kepada swasta atau masyarakat

23 64 15 6

23 Pengelolaan sampah sebaiknya diserhakan kepada pemerintah kelurahan atau dikelola oleh masyarakat

23 42 37 6

Total nilai 907 1282 227 68

Rata-rata nilai partisipasi masyarakat 36,9 %

53,0 %

7,4 %

2,7 %

Sumber: Hasil Analisis 2017

Page 106: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

88

Gambar 22 Grafik Aspek Partisipasi Masyarakat

Berdasarkan Tabel 12 dan Gambar 22 diatas terlihat pada Aspek

partisipasi masyarakat memiliki dukungan yang signifikan berdasarkan

persepsi masyarakat yaitu 53, 0 % setuju dan 36, 9 persen sangat setuju

sedangkan yang kurang setuju sebanyak 7,4 % dan tidak setuju 2,7 %

dengan demikian masyarakat heterogen Kota Palu sebagian besar

menginginkan pengelolaan sampah di kawasan permukiman adalah juga

dengan pelibatan masyarakat sepenuhnya.

Hal ini sejalan dengan pendapat, Adi (2008:110), partisipasi masyarakat

adalah adanya keikutsertaan atau keterlibatan masyarakat dalam proses

identifikasi, pengambilan keputusan, solusi dan pelaksanaan dalam upaya

mengatasi permasalahan yang ditemukan. Selanjutnya faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam mengatasi tumpukan sampah

dalam permukiman, Handayani (2008:10) menjelaskan bahwa ada delapan

tingkatan partisipasi masyarakat terdiri antara lain, a) pemberdayaan, b)

kerjasama, 3) mendamaikan, 4) pura-pura, 5) diplomasi, 6) memberi

informasi, 7) konspirasi, dan 8) manajemen diri sendiri. Dari delapan tingkat

partisipasi tersebut di atas, di bagi menjadi 4 (empat) tingkat partisipasi terdiri

dari tahap mendukung meliputi aspek pemberdayaan, kerjasama, dan

mendamaikan. Tahap manipulasi terbagi menjadi pura-pura, diplomasi, dan

36.9%

53.0%

7.4% 2.7%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

1

Aspek Partisipasi Masyarakat

SS S KS TS

Page 107: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

89

informasi. Tahap rejection termasuk konpirasi, terakhir tahap neglect

termasuk manajamen diri sendiri.

Sedangkan Fatma (2007:32) melihat bahwa fenomena partisipasi

masyarakat dalam program pembangunan dan kebijakan peningkatan

kualitas permukiman kota dapat di bagi menjadi 6 (enam) tingkatan

keterkaitan masyarakat dalam berpartisipasi untuk melibatkan diri, antara

lain: a) apatis, b) pengendali, c) pemeriksa, d) pemberi masukan, e) terlibat

langsung sebagai pelaksana, f) membangun konsensus dan pemberi solusi

pemecahan persoalan.

C. Pengelolaan Sampah di Kawasan Palu Selatan dan Kinerja Operasional Pengelolaan Sampah

Berdasarkan data survey lapangan, diketahui data tahun 2016, jenis

penanganan sampah yang berlangsung di Kota Palu yaitu : a) pengurugan :

68,86 %, b) pengomposan : 7,19 %, c). pembakaran secara terbuka (open

burning) : 4,79% dan d). dibuang ke sungai / saluran : 2,99%. e) insinerator

skala kecil : 6,59% dan non-pengurugan : 9,58 %. Berdasarkan data

tersebut terlihat kurang lebih 80 % sampah belum tertangani dengan baik

dan benar sehingga dibutuhkan pengelolaan sampah yang dapat mengatasi

kompleksitas permasalahan sampah di Kota Palu.

Umumnya sumber sampah dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:

sampah dari permukiman atau sampah rumah tangga dan sampah dari non-

permukiman seperti dari pasar, sekolah, jalan, kantor, dan kawasan bisnis

lainnya. Sampah dari kedua jenis sumber tersebut dikenal sebagai sampah

domestik. Sedang sampah non-domestik adalah sampah atau limbah yang

bukan sejenis sampah rumah tangga, misalnya limbah dari proses industri.

Page 108: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

90

Bila sampah domestik ini berasal dari lingkungan perkotaan, dalam bahasa

Inggris dikenal sebagai municipal solid waste (MSW).

Dalam pengelolaan sampah di kawasan Palu Selatan , sampah dibagi

berdasarkan sumbernya, seperti sampah dari:

Permukiman atau rumah tangga dan sejenisnya.

Kegiatan komersial seperti pertokoan, pasar, terminal, hotel, dan

restoran.

Kegiatan perkantoran: mayoritas berisi sampah kegiatan perkantoran

seperti kertas dan sisa ATK.

Kegiatan dari institusi seperti kawasan militer, kawasan rumah sakit,

kawasan pendidikan, dan kawasan khusus lainnya untuk sampah

yang sejenis dengan sampah permukiman.

Penyapuan jalan.

Taman-taman.

Data menunjukkan bahwa timbulan sampah/hari rata-rata per kelurahan

seperti terlihat pada Tabel 13 berikut ini :

Tabel 13. Timbulan Sampah Berdasarkan Kelurahan dan Proyeksi 10 Tahun Kedepan

Kelurahan Jumlah RT Jumlah Penduduk

produksi sampah rata2 kg/hari

Prediksi produksi sampah tahun 2026 (kg/hari)

Birobuli Selatan 2,787 10,516

10,725.55

13,411.51

Petobo 1,942 6,876

7,013.02

8,769.20

Birobuli Utara 4,736 17,689

18,041.49

22,559.54

Tatura Utara 5,324 21,801

22,235.43

27,803.76

Page 109: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

91

Tatura Selatan 3,010 11,503

11,732.22

14,670.27

Jumlah 17,799 68,385

69,747.71

87,214.28

Hasil analisis 2017

Gambar 23 Grafik Timbulan Sampah Perkelurahan dan Proyeksi Tahun 2026 Kec. Palu Selatan

Berdasarkan hasil analisis timbulan sampah pada Kecamatan Palu

Selatan maka dapat dilihat bahwa timbulan sampah yang dihasilkan cukup

besar. Sementara kemampuan armada sampah yang dimiliki Pemerintah

Kota Palu sangat terbatas. Sehingga diperlukan upaya pelibatan masyarakat

dalam penanggulangan sampah. Upaya ini berproses dari masyarakat

hingga proses distribusi pada TPA. Mengurangi timbulan sampah dilakukan

dengan menerapkan proses 3R (reuse, reduce dan recycling) sejak dari

sumber sampah dengan melibatkan masyarakat untuk ikut serta mengelola

sampah mulai dari pemilahan sampah organik serta sampah an-organik,

selanjutnya mengolah sampah organik dengan menggunakan komposter

2,787 1,942

4,736 5,324

3,010

10,516

6,876

17,689

21,801

11,503 10,725.55

7,013.02

18,041.49

22,235.43

11,732.22 13,411.51

8,769.26

22,559.54

27,803.76

14,670.27

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

Birobuli Selatan Petobo Birobuli Utara Tatura Utara Tatura Selatan

Rumah Tannga Penduduk Produksi Sampah Prediksi 2026

Page 110: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

92

rumah tangga. Selain dari itu, di TPS dengan melibatkan pengelola yang

berasal dari masyarakat setempat melakukan pendaur ulangan sampah

anorganik dan pengomposan skala lingkungan, selanjutnya sampah yang

memiliki nilai jual secara ekonomis seperti kertas, plastik dan logam di jual

atau dibarter di Bank Sampah tingkat komunitas.

Dengan adanya penerapan pengelolaan sampah di permukiman ini,

terlihat bahwa jumlah peralatan yang dibutuhkan menjadi berkurang. Dan

juga sampah yang akan dikelola oleh pengelola sampah kota akan

berkurang. Sehingga permasalahan sampah akan kebutuhan lahan TPA

akan dapat dikurangi.

Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah

merupakan hal yang sangat menunjang dalam menyusun sistem

pengelolaan persampahan di suatu wilayah. Jumlah timbulan sampah

biasanya akan berhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan seperti:

Pewadahan dan pemilahan;

Pengumpulan;

Pemilihan peralatan;

Pemindahan dan pengangkutan;

Perencanaan rute dan jadwal pengangkutan;

Proses pengolahan;

Fasilitas untuk daur ulang, sarana dan prasarana TPS/TPST.

Timbulan sampah bisa dinyatakan dengan satuan volume atau satuan

berat. Jika digunakan satuan volume, derajat pewadahan (densitas sampah)

Page 111: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

93

harus dicantumkan. Oleh karena itu, lebih baik digunakan satuan berat

karena ketelitiannya lebih tinggi dan tidak perlu memperhatikan derajat

pemadatan. Timbulan sampah ini dinyatakan sebagai:

Satuan berat: KC/o/hari, KC/m2/hari, KC/bed/hari, dan sebagainya

Satuan volume: L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari, dan sebagainya.

Tabel 14. Besarnya Timbulan Sampah Berdasarkan Sumbernya

No. Komponen Sumber Sampah Satuan Volume(liter) Berat ( kg)

1 Rumah Permanen orang/hari 2,25 - 2,50 0,350 - 0,400

2 Rumah Semi Permanen orang/hari 2,00 - 2,25 0,300 - 0,350

3 Rumah Non Permanen orang/hari 1,75 - 2,00 0,250 - 0,300

4 Kantor Pegawai/hari 0,50 - 0,75 0,025 - 0,100

5 Toko/Ruko Petugas/hari 2,50 -3,00 0,150 - 0,350

6 Sekolah murid/hari 0,10 -0,15 0,010 - 0,020

7 Jalan Arteri Sekunder m3/hari 0,10 -0,15 0,020 - 0,100

8 Jalan Kolektor Sekunder m3/hari 0,10 -0,15 0,010 - 0,050

9 Jalan Lokal m3/hari 0,05 - 0,10 0,005 - 0,025

10 Pasar m3/hari 0,20 - 0,60 0,1 – 0,3 Sumber : SNI 19.3983 1995-Standar timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang

Rata-rata timbulan sampah bervariasi dari hari ke hari, antara satu

daerah dengan daerah lainnya. Variasi ini terutama disebabkan oleh

perbedaan, antara lain:

Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya

Tingkat hidup: makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar

timbulan sampahnya

Musim dan iklim:

Cara hidup dan mobilitas penduduk

Cara penanganan makanannya.

Page 112: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

94

Beberapa studi memberikan angka timbulan sampah kota di Indonesia

berkisar antara 2-3 liter/orang/hari dengan densitas 200-300 kg/m3 dan

komposisi sampah organik 70-80%. Menurut SNI 19 -3983 -1995, bila

pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk menghitung besaran

sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah sebagai berikut:

Satuan timbulan sampah kota besar = 2 - 2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 -

0,5 KC/orang/hari

Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 - 2 L/orang/hari, atau

= 0,3 – 0,4 KC/orang/hari

Karena timbulan sampah yang berasal dari kawasan permukiman di

Kota Palu sebagian besar berasal dari sampah rumah tangga, maka untuk

perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah tersebut dapat dianggap

sudah meliputi sampah yang ditimbulkan oleh setiap orang dalam berbagai

kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah, jalan, pasar, hotel, taman,

kantor dan sebagainya. Pengelompokan berikutnya yang juga sering

dilakukan adalah berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai %

berat (biasanya berat basah) atau % volume (basah) dari kertas, kayu, kulit,

karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan, dan lain-lain. Komposisi dan sifat

-sifat sampah menggambarkan keanekaragaman aktivitas manusia.

Selanjutnya berdasakan jenis timbulan sampah, maka sampah Kota

Palu dapat diklasifikasikan seperti terlihat pada Tabel 15 dibawah ini.

Page 113: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

95

Tabel 15 Klasifikasi Jenis Timbulan Sampah Pada Kawasan Palu Selatan

No Jenis sampah Jumlah timbulan sampah (%)

Keterangan

1 Sampah organik (daun, sayur dan buah)

63,8 Sampah basah

2 Kertas 16,3 Sampah kering

3 Plastik 9,8 Sampah kering

4 Besi dan kaca 5,0 Sampah kering

5 Lainnya 5,3 B3

Total jumlah 100

Sumber : BAPPEDA Kota Palu dan Dinas Kebersihan Kota Palu 2016

Gambar 24 Klasifikasi Jenis Timbulan Sampah Pada Kawasan Palu Selatan

Sesuai Gambar 24 hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis timbulan

sampah terbesar adalah sampah organik yaitu sebesar 63, 8 % yang berasal

dari sampah rumah tangga, sisa makanan dan buah buahan, disusul sampah

kertas sebesar 16,3 %, sampah plastik sebesar 9,8 % dan yang terkecil

berupah sampah besi dan dan kaca, juga sampah lainnya sebesar 5,3 %.

Sehingga untuk mengatasi dan mengurangi agar sampah organik tidak

dibuang seluruhnya ke TPA sampah sebaiknya diolah menjadi pupuk

63.8%

16.3%

9.8%

5.0% 5.3%

Organic

Kertas

Plastik

Besi dan Kaca

Lainnya

Page 114: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

96

kompos dan untuk sampah kertas dapat dimanfaatkan kembali begitu juga

untuk sampah plastik berupa botol dan gelas plastik dapat diolah atau dijual

sehingga memiliki nilai ekonomis.

Berdasarkan hasil analisis terhadap timbulan sampah pada kawasan

Palu Selatan, maka hasil timbulan sampah menurut tingkat pendapatan

dapat dilihat pada Tabel 16, dibawah ini:

Tabel 16. Produksi Sampah Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Uraian persentase penduduk

Jumlah KK

Jumlah Penduduk

capita (kg/capita/ hari)

sampah/kg/ hari

masyarakat berpenghasilan rendah 18%

3,290

13,160 0,6

7,896

masyarakat berpenghasilan menengah kebawah 28%

5,068

20,272 0,78

15,812

masyarakat berpenghasilan menengah 42%

7,553

29,289 1,16

33,975

masyarakat berpenghasilan tinggi 11%

1,888

5,664 2,13

12,064

jumlah 100%

17,799

68,385 1.1675 69,747.72

Sumber : Hasil olahan tahun 2017

Dari gambaran Tabel 16 tersebut diatas terlihat bahwa jumlah timbulan

sampah terbanyak adalah dihasilkan oleh kelompok berpenghasilan

menengah dan berpenghasilan tinggi sebesar 46.039 kg/hari dan

masyarakat berpenghasilan menengah kebawah dan berpenghasilan rendah

sebesar 23.708 kg/hari. Hal ini menjelaskan bahwa makin baik tingkat

ekonomi masyarakat berkorelasi positif terhadap tingkat populasi timbulan

sampah yang dihasilkan. Sehingga untuk pengelolaan sampah bagi

masyarakat berpenghasilan menengah keatas dapat dilakukan perlakuan

perbedaan tarif retribusi sampah sehingga terhadap mereka dapat dilakukan

Page 115: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

97

sisitim subsidi silang terhadap pemungutan tarif oleh lembaga pengelola

sampah. Pengelola sampah dapat memanfaatkan hasil iuran atau retribusi

sampah di permukiman terhadap peningkatan kinerja institusi pengelola

sampah, dan perkuatan fungsi regulator dan operator, termasuk peningkatan

kesejahteraannya. Sasaran yang harus dicapai adalah sistem dan institusi

yang mampu sepenuhnya mengelola dan melayani persampahan di

lingkungan dengan mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan

retribusi atau iuran serta semaksimal mungkin melaksanakan konsep 3R di

sumber sampah.

1. Kinerja Operasional Pengelolaan Sampah Pada Unit Komposter

Hingga saat ini penanganan sampah masih terfokus pada penanganan

timbulan sampah, dan belum pada pengurangan volume sampah dari

sumber sampah. Upaya untuk mengurangi kuantitas sampah sebesar 20%

belum menunjukkan hasil yang signifikan. Demikian juga halnya dengan

infrastruktur pengelolaan sampah yang ada ternyata tidak sebanding dengan

kenaikan timbulan sampah yang meningkat 2 - 4% per tahun (Balai Teknik

Air Minum dan Sanitasi Wilayah I, 2012).

Masih rendahnya kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah dalam

menerapkan 3R (reduce, reuse, recycle) menyebabkan pengurangan

kuantitas atau volume timbulan sampah kurang signifikan. Selain itu,

pemanfaatan teknologi pengolahan sampah belum dikembangkan secara

Page 116: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

98

optimal sehingga belum berkontribusi terhadap pengurangan kuantitas

timbulan sampah.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan gaya hidup sangat

berpengaruh pada volume sampah. Sebagian besar sampah yang dihasilkan

merupakan sampah organik sebesar 60 - 70% yang mudah terurai. Sampah

organik akan terdekomposisi dan dengan adanya limpasan air hujan

terbentuk lindi (air sampah) yang akan mencemari sumber daya air baik air

tanah maupun permukaan sehingga mungkin saja sumur-sumur penduduk di

sekitarnya ikut tercemar. Lindi yang terbentuk dapat mengandung bibit

penyakit patogen seperti tipus, hepatitis dan lain-lain. Selain itu ada

kemungkinan lindi mengandung logam berat, suatu salah satu bahan

beracun, sehingga diperlukan penanganan khusus agar lindi tersebut masih

terkontrol di areal Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

Operasional pengelolaan sampah di unit komposter secara umum

terdiri dari sistem pewadahan, pemindahan, pengolahan di TPST.

Berdasarkan SNI 3242:2008 tentang pengelolaan sampah di permukiman

terdiri dari sistem pewadahan, sistem pengumpulan, sistem pemindahan,

sistem pengangkutan, sistem pembuangan akhir, dan sistem pengolahan

sampah. Sebagaimana Gambar 25 dibawah ini :

Page 117: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

99

Gambar 25 Pola Pengelolaan Sampah di Permukiman SNI 3242 2008

Penilaian kinerja operasional pengelolaan sampah di 3 (tiga) Kelurahan

di Kecamatan Palu Selatan Kota Palu dilakukan berdasarkan data kuisioner

dengan skoring yang menunjukkan kesesuaian dengan kondisi eksisting.

Berikut adalah hasil analisis skoring :

Tabel 17. Hasil Penilaian Kinerja Operasional Pengelolaan Sampah di

Lokasi Skor Klasifikasi Penilaian Keterangan

Kelurahan Birobuli

16

Sesuai dengan standar pengelolaan

sampah dan pemukiman

Perlu peningkatan pada :

Cara pewadahan

Jenis wadah

Cara pengumpulan

Lokasi pemindahan

Frekuensi ke TPA

Pola pembuangan

Jenis pengolahan

Kelurahan Tatura Utara

18

Sesuai dengan standar pengelolaan

sampah dan pemukiman

Perlu peningkatan pada :

Cara pewadahan

Jenis wadah

Cara pengumpulan

Frekuensi ke TPA

Pola pembuangan

Jenis pengolahan

Page 118: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

100

Kelurahan Petobo

15

Sesuai dengan standar pengelolaan

sampah dan pemukiman

Perlu peningkatan pada :

Cara pewadahan

Jenis wadah

Cara pengumpulan

Frekuensi ke TPA

Pola pembuangan

Jenis pengolahan

Hasil survei 2017

Prinsip pengelolaan sampah adalah mengelola sampah haruslah

dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama ini pengelolaan

persampahan terutama di perkotaan tidak berjalan dengan efisien dan efektif

karena pengelolaan sampah terpusat. Pengelolaan sampah secara komunal

dapat dilakukan di setiap RT atau RW, dengan cara mengelolanya di TPS 3R

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012

tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis.

Pengelolaan sampah yang yang paling mungkin dilaksanakan oleh

masyarakat adalah mengolah sampah organik menjadi kompos. Dengan

cara ini maka kuantitas sampah yang diangkut ke TPA dapat dikurangi.

Pertambahan penduduk yang demikian pesat telah mengakibatkan

meningkatnya jumlah timbulan sampah. Dari studi dan evaluasi yang telah

dilaksanakan di Kota Palu, dapat diidentifikasi masalah-masalah pokok

dalam pengelolaan persampahan kota, diantaranya:

- Bertambah kompleksnya masalah persampahan sebagai konsekuensi

logis dari pertambahan penduduk kota.

- Peningkatan kepadatan penduduk menuntut pula peningkatan

metode/pola pengelolaan sampah yang lebih baik.

Page 119: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

101

- Keheterogenan tingkat sosial budaya penduduk kota menambah

kompleksnya permasalahan.

- Situasi dana serta prioritas penanganan yang relatif rendah dari

pemerintah daerah.

- Pergeseran teknik penanganan makanan, misalnya menuju ke

pengemas yang tidak dapat terurai seperti plastik.

- Keterbatasan sumber daya manusia yang sesuai yang tersedia di

daerah untuk menangani masalah sampah.

- Pengembangan perancangan peralatan persampahan yang bergerak

sangat lambat.

- Partisipasi masyarakat yang pada umumnya masih kurang terarah dan

terorganisir secara baik.

- Konsep pengelolaan persampahan yang kadangkala tidak cocok untuk

diterapkan, serta kurang terbukanya kemungkinan modifikasi konsep

tersebut di lapangan.

2. Pengelolaan Sampah Berdasarkan Ketersediaan Sarana dan

Prasarana

Sarana dan Prasana Pengelolaan Persampahan di Kecamatan Palu

Selatan Kota Palu masih perlu mendapatkan perhatian, mengingat masih

banyak rumah tangga yang belum mendapat pelayanan, utamanya di

wilayah pinggiran kota. Selain itu yang perlu mendapat perhatian adalah

fasilitas umum, seperti pasar, terminal, tempat wisata dan lain-lain.

Permasalahan persampahan di Kota Palu dapat diuraikan sebagai berikut :

Page 120: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

102

1. Frekwensi pengangkutan sampah yang tidak terjadwal di tingkat rumah

tangga

2. Hanya sebagian kecil rumah tangga yang melakukan pemilahan

sampah rumah tangga

3. Kurang memadai sarana dan prasarana persampahan yang ada

4. Penerapan Perda persampahan belum maksimal

5. Masih kurangnya teknologi pengolahan sampah di tingkat rumah tangga

6. Belum adanya pembagian zona pengangkutan sampah

7. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat pentingnya membuang

sampah pada tempatnya

8. Masih rendahnya anggaran pengelolaan persampahan di Kota Palu

Tabel 18 Pengelolaan Sampah Berdasarkan Ketersediaan Sarana dan Prasarana

No. Deskripsi SS S KS TS

B. Pengelolaan Sampah Berdasarkan Ketersediaan Sarana

dan Prasarana 43,2

% 50,4

% 5,9 %

0,5 %

V. Aktivitas sosial budaya dalam pemrosesan sampah 38,2

% 60,9

% 0,9 %

0,0 %

24 Pengetahuan tentang jenis sampah basah (organik) dan sampah Kering (non organik) dibutuhkan untuk memudahkan didalam memilah sampah

57 50 1 0

25

Pengetahuan tentang jenis sampah yang mudah terurai dan sampah yang tidak mudah terurai penting untuk diketahui untuk memudahkan memisahkan sampah sejak dari sumbernya

30 76 2 0

26 Pengetahuan tentang jenis sampah yang memiliki nilai ekonomis dan dapat didaur ulang wajib dimiliki oleh masyarakat

40 68 0 0

27 Informasi dan pelatihan keterampilan tentang pemahaman untuk mengurangi sampah harus dilatih

38 69 1 0

VI. Kelengkapan sarana dan prasarana pengelolaan

sampah 31,5

% 54,8

% 12,8

% 0,0 %

28 Penyediaan lahan untuk pengolahansampah harus disediakan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta

31 45 30 2

29 Program pengelolaan sampah dikawasan permukiman agar didukung oleh penyediaan tempat penampungan sementara (TPS)

45 63 0 0

30 Setiap sumber sampah apakah rumah tangga, sekolah,kios,toko, pasar dan sumber sampah lainnya harus memiliki tempat pewadahan sampah

42 66 0 0

Page 121: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

103

31 Program pengelolaan sampah dilakukan pemilahan dan pemisahan sampah sejak dari sumbernya

29 78 1 0

32 Pengelolaan sampah skala lingkungan permukiman sebaiknya dikelola sendiri oleh warga

23 44 38 3

VII. Kebutuhan Fasilitas Pendukung Sarana dan Prasarana

TPST/TPS 63,0

% 39,0

% 1,0 %

0,0 %

33 Penyediaan wadah penampungan sampah berupa bak sampahdisediakan dilokasi sumber sampah

78 27 3 0

34 Alat angkut sampah berupa gerobak sampah, motor sampah dan truk sampah sebaiknya tersedia di Tempat Penampungan Sampah Sementara

82 25 1 0

35 Kebutuhan lahan tempat penampungan sementara (TPS) atau transfer depo disiapkan oleh pemerintah dan masyarakat

37 69 1 1

36 Kebutuhan Temapt Pengelolahan Sampah terpadu (TPST) untuk program 3 R dan bank sampah harus disediakan oleh Pemda

75 32 0 1

Total nilai 607 712 78 7

Rata-rata nilai Pengelolaan Sampah berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana

43,2 %

50,4 %

5,9% 0,5 %

Sumber : Hasil analisis 2017

Gambar 26 Grafik Pengelolaan Sampah Berdasarkan Ketersediaan Saranan dan Prasarana

Hasil penelitian terhadap ketersediaan sarana dan prasarana

pengelolaan sampah terlihat bahwa sebagian sebesar responden 93, 5 %

setuju dan sangat setuju atau kuarng lebih sebanyak 43, 2 % sangat setuju

dan 50,4 % setuju bahwa pengelolaan sampah dipengaruhi oleh aktivitas

43.2% 50.4%

5.9% 0.5%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

1

Pengelolaan Sampah Berdasarkan Ketersediaan Sarana dan Prasarana

SS S KS TS

Page 122: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

104

sosial dalam pemrosesan sampah, dibutuhkan kelengkapan sarana dan

prasarana sampah, dan dibutuhkan fasilitas TPS dan TPST hanya sebagian

kecil dan atau hanya sekitar 6,4 % yang kurang setuju dan tidak setuju

terhadap hal tersebut diatas dimana yang kurang setuju 5,9 % dan tidak

setuju 0,5 %.

3. Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas

Berdasarkan hasil penelitian terhadap mayoritas responden terlihat

bahwa prosentase yang sangat setuju terhadap pengelolaan sampah apabila

dilaksanakan oleh kelompok masyarakat atau komunitas sebanyak 32,4 %

dan yang setuju adalah sebesar 58,0 %. Sedangkan yang kurang setuju

sebanyak 6,1 % dan tidak setuju sebesar 1,7 %. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa masyarakat sangat menginginkan agar kedepan

pengelolaan sampah dapat dilakukan oleh komunitas warga setempat. Hal

ini dapat terlihat sebagaimana Tabel 19 dan Gambar 27, dibawah ini.

Tabel 19. Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas

No. Deskripsi SS S KS TS

C. Pengelolaan Sampah berbasis komunitas 32,4

% 58,0

% 6,1 %

1,7 %

VIII. Kebutuhan Kelembagaan 32,4

% 61,9

% 3,7 %

0,0 %

37

Pengelolaan sampah yang baik dan benar akan berdampak pada kebersihan lingkungan dan dapat meningkatkan produktifitas warga dan meningkatkan pendapatan.

39 64 5 0

38 Pertumbuhan masyarakat yang pesat dan bergam status sosialnya membutuhkan peran lembaga lokal yang berperan

40 65 3 0

Page 123: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

105

39 Pengelolaan sampah dilingkungannya oelh masyarakat harus terpadu dan terkoordinasi dengan program pemerintah

26 78 4 0

IX. Teknologi dan Pembiayaan 32,4

% 61,9

% 3,7 %

0,0 %

40 Peningkatan pengetahuan dan teknologi dalam proses pengelolaan sampah harus terus menerus disosialisasikan

60 43 5 0

41 Masyarakat sebagai pelaku harus memiliki pengetahuan terhadap model teknologi yang sesuai dengan kondisi lingkungannya

43 63 2 0

42 Pelibatan masyarakat didalam pengelolaan sampah secara terpadu dan mandiri akan terus dikembangkan

37 70 1 0

43

Pengembangan teknologi didalam pengelolaan sampah dapat memberikan kontribusi positif dan dapat memberikan nilai tambah secara ekonomis didalam meningkatkan pendapatan masyarakat di kawasan permukiman di Kota Palu.

39 66 3 0

44 Pembiayaan pengelolaan sampah seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah kota secara bersama dengan masyarakat

20 36 36 16

45 Pembiayaan Pengelolaan sampah sebaiknya dipungut retribusi sampah dan dilakukan oleh pemerintah atau lembaga lokal

24 52 15 17

X. Koordinasi dan peran seluruh stakeholder 36,6

% 59,5

% 3,5 %

0,5 %

46 Strata sosial, status dan tingkat pendapatan masyarakat mempengaruhi faktor keterlibatan dan partisipasi masyarakat

32 71 3 2

47 Tingkat keterlibatan masyarakat harus diwujudkan dalm bentuk partisipasi aktif melalui kelembagaan lokal

44 63 1 0

48 Diperlukan kader lingkungan atau pemandu sebagai pendamping didalam peneglolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat

44 62 2 0

49

Peran Kelurahan, Kecamatan dan Pemerintah Kota harus terlibat aktif dalam melakukan pembinaan, dan memberikan pelayanan untuk pembiayaan program serta pelatihan

38 61 9 0

Total nilai 457 775 89 26

Rata-rata nilai Pengelolaan Sampah berbasis

komunitas 34,2 % 58,0%

6,1 %

1,7 %

Sumber : Hasil analisis 2017

Page 124: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

106

Gambar 27 Grafik Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas

4. Kelembagaan Pengelola Sampah di Kota Palu

Sesuai kondisi eksisting pengelolaan sampah dilaksanakan oleh

beberapa pihak yang berkaitan langsung dalam operasional pengelolaan

sampah. Baik berupa instansi pemerintahan maupun masyarakat di Kota

Palu, hal itu dapat dilihat pada Tabel 20 dibawah ini :

Tabel 20 Kelembagaan Pengelola Sampah di Kota Palu

No Deskripsi Tingkat Partisipasi (%)

Keterangan

1 Masyarakat 28,23 Peran IRT dimotivasi

2 Perangkat Kelurahan 3,82 Peran sosialisasi

3 PKK 0,86 Peran wanita dimotivasi

4 Karang Taruna 0,95 Pelibatan pemuda ditingkatkan

5 Sukarelawan 3,64 KSM kebersihan perlu diberi insentif

6 Dinas Kebersihan Kota 45,93 Peningkatan sarana dan prasarana

7 Pengumpul 6,57 Perlu difasilitasi

Total 100

34.2%

58.0%

6.1% 1.7%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

1

Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas

SS S KS TS

Page 125: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

107

Sumber : Hasil olahan 2017

Keterkaitan hubungan peran antar stakeholder akan digambarkan

dalam diagram venn kelembagaan. Besar kecilnya peranan masing-masing

pihak serta kedekatan atau keterkaitan antara satu pihak dengan pihak yang

lainnya dapat diketahui berdasarkan diagram venn sebagaimana

digambarkan pada Gambar 28 dibawah ini :

Gambar 28 Diagram Venn Analisis Kelembagaan Sistem Pengelolaan Sampah

Dari Gambar 28 diatas dapat disimpulkan bahwa, masyarakat sebagai

penghasil sampah yang seharusnya memiliki peran utama dalam

pengolahan sampah, belum berpartisipasi dalam pengolahan sampah. Pada

gambar tersebut Dinas Kebersihan Kota yang menjadi pelaksana

pengolahan sampah terlihat dari lingkaran yang paling besar dan juga

memiliki hubungan dengan, pengumpul, pemerintah kelurahan dan juga

sukarelawan. Untuk analisis kelembagaan sesuai SNI 3242:2008 tentang

A F

A. Masyarakat

B. Perangkat Kelurahan

C. PKK

D. Karang Taruna

E. Sukarelawan

F. Dinas Kebersihan Kota

G. Pengumpul

B

E C

D

G

Page 126: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

108

Pengelolaan Sampah di Permukiman belum sesuai karena karena Dinas

Kebersihan selaku pemerintah masih bertanggungjawab dalam pengelolaan

sampah.

5. Zonasi Sistem Pengelolaan Sampah dan Tingkat Partisipasi

Masyarakat.

Sumber timbulan sampah terbesar di Kecamatan Palu Selatan adalah

berasal dari Permukiman (rumah), kawasan perdagangan, kawasan

perkantoran (pemerintahan) dan kawasan pasar. Berdasarkan survei

lapangan yang dilakukan di Kelurahan Tatura Selatan, tepatnya di Jalan Emy

Sailan. Lokasi pengamatan lebih difokuskan pada areal perkantoran, toko,

kios dan warung warga. Zonasi ini di jadikan sampel, dengan pengamatan

kawasan ini telah memiliki sistem pengelolaan sampah. Lokasi pengamatan

ini tidak disampling. Sesuai lokasi pengamatan yang sudah dilakukan

pengamatan, maka sampling hanya dilakukan pada areal perkantoran, toko,

kios dan warung. Hasil identifikasi jenis populasi sampah, manajemen,

sarana dan prasarana yang dihasilkan pada zonasi yang diamati diuraikan

pada Gambar 29,30 dan 31 berikut :

Page 127: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

109

Gambar 29. Kecamatan Palu Selatan

lurahan Tatura Selatan Gambar 29.2: Kondisi Bak Sampah Toko

di Jalan Emi Sailan Kel.Tatura Utara Gambar 29.4.Kondisi Sampah Pertokoan di

Jl.Emi Saelan. Kel. Tatura Utara

Gambar 29.1: Kondisi Sampah

Kantor Advokat di Jl. Emi Sailan

di Kelurahan Tatura Selatan

Gambar 29. 3: Kelurahan Tatura Utara

Kecamatan Palu Selatan

Gambar 29.5 Kelurahan Tatura Utara

Kecamatan Palu Selatan

Page 128: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

110

Gambar 30. Kelurahan Tatura Utara

Gambar 30.1 Kondisi Sampah dari

Penjual Sayur di Pasar Tradisional

Masomba

Gambar 30.2 Pasar Tradisional Masomba Kel.

Tatura Utara Kecamatan Palu Selatan

Gambar 30.4 Photo Sampah dari

Aktivitas Rumah Kios dan Rumah

Gambar 30.5. Kontainer Sampah di

Pasar Masomba

Gambar 30.3 Kondisi Sampah dari Aktivitas

Penjual Jagung di Pasar Tradisional Masomba

Page 129: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

111

Gambar 31. Kelurahan Birobuli

Kecamatan Palu Selatan

Gambar 31.1 Kondisi Sampah

pada kompleks BTN Mutiara di

Kelurahan Birobuli Utara

Gambar 31.2 Kondisi Sampah pada

kompleks BTN Mutiara di

Kelurahan Birobuli Utara

Gambar 31.3 Kondisi Sampah pada

Rumah warga di Jl. Abd Rahman

Saleh Kelurahan Birobuli Utara

Gambar 31.4 Kondisi Sampah pada

kompleks BTN Mutiara di Kelurahan

Birobuli Utara

Gambar 31.5. Lay Out Kelurahan

Birobuli Utara

Page 130: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

112

D. Model Pengelolaan Sampah di Kota Palu

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa model pengelolaan sampah

berbasis komunitas di kawasan heterogen di Kota Palu dari sejumlah

responden menyatakan sangat setuju apabila diimplementasikan sebuah

model pengelolaan sampah berbasis masyarakat atau komunitas di Kota

Palu sebesar 28,7 % dan yang setuju sebesar 68,4 %, kurang setuju 2,4

% dan tidak setuju 0,6 %. Sebagaimana Tabel 21 dan Gambar 32

dibawah ini.

Tabel 21 Model Pengelolaan Sampah di Kota Palu

No. Deskripsi SS S KS TS

D. Model Pengelolaan Sampah di Kota Palu 28,7 %

68,4 %

2,4 %

0,6 %

XI. Model Baru Pengelolaan Sampah berbasis komunitas di Kawasan Heterogen di Kota Palu

28,7 %

68,4 %

2,4 %

0,6 %

50

Pengembangan konsep pengelolaan sampah berbasis komunitas pada permukiman di Kota Palu harus dilakukan melalui pelatihan dan workshop terhadap semua pelaku

28 78 1 1 108

51

Workshop dilakukan kepada para pihak dalam bentuk fasilitasi untuk merumuskan konsep rencana aksi pembangunan pengelolaan sampah berbasis komunitas di kawasan heterogen di Kota Palu

30 73 5 0 108

52

Workshop dilakukan kepada para pihak dalam bentuk desain organisasi, pembagian tugas dan peran pelaku untuk mewujudkan model baru pengelolaan sampah berbasis komunitas

29 73 5 1 108

53 Sosialisasi dan monitoring dilakukan secara berjenjang terhadap penerapan model baru pengelolaan sampah dikawasan permukiman yang heterogen di Kota Palu

34 71 2 1 108

Total nilai 121 295 13 3

Rata-rata Nilai Model Baru Pengelolaan Sampah berbasis Komunitas di Kota Palu

28,7 %

68,4 %

2,4 %

0,6 %

Hasil analisis 2017

Page 131: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

113

Gambar 32 Grafik Model Pengelolaan Sampah Kota Palu

Berdasarkan Tabel 21 dan Gambar 32 terkait model pengelolaan

sampah di Kota Palu membuktikan bahwa sebesar 28,7 % sampai 68,4 %

setuju dan sangat setuju apabila di laksanakan model baru pengelolaan

sampah berbasis komunitas di kawasan heterogen Kota Palu dan hanya

0,6 % sampai dengan 2,4 % yang tidak setuju dan kurang setuju hal

tersebut dilaksanakan. Ini membuktikan bahwa sebahagian besar warga

masyarakat kota Palu sangat menginginkan diterapkannya satu model

baru pengelolaan sampah di Kota Palu yang lingkungan huniannya

menjadi bersih, asri, sehat, produktif dan berwawasan lingkungan.

1. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengolahan Sampah Terpadu

Analisis terhadap penilaian persepsi asyarakat terkait keterlibatan

masyarakat dalam pengeloaan sampah terpadu bertujuan untuk

menentukan arahan pengelolaan sampah yang sesuai dengan kebutuhan

28.7%

68.4%

2.4% 0.6% 0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

1

Model Pengelolaan Persampahan Kota Palu

SS S KS TS

Page 132: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

114

masyarakat dan karakter masyarakat. Berikut ini adalah peta spasial dari

persepsi masyarakat:

Tabel 22. Gambaran Masyarakat Terhadap Persepsi dan Preferensi Penanganan Sampah

Variabel Kegiatan Peringkat Persepsi

Peringkat referensi

Total

Menggunakan kembali sampah 3 7 10

Mendaur ulang sampah 3 4 7

Mengurangi Sampah 3 8 11

Mengganti 3 10 13

Pengomposan 1 2 3

Daur ulang sampah kertas 2 1 3

Daur ulang sampah plastic 2 1 3

Hasil Analisis 2016 Keterangan: nilai peringkat persepsi 1 = sangat setuju 2 = kurang setuju 3 = tidak setuju Nilai peringkat referensi = pemahaman masyarakat tentang sampah

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat persepsi responden dalam

penentuan jenis pengolahan sampah, dapat diketahui variabel/obyek atau

masyarakat umumnya telah berusaha untuk melakukan penggunaan

kembali dan mengganti material yang rusak, namun upaya pengomposan

dan daur ulang kertas dan plastik memperoleh nilai yang kecil.

Berdasarkan hasil analisis persepsi dan preferensi, dapat disimpulkan

jenis pengolahan sampah berupa komposting dan daur ulang kertas

memiliki keunggulan dalam berbagai dimensi serta paling disukai oleh

responden sehingga sesuai untuk diterapkan dalam pengolahan sampah.

Untuk mencapai hal tersebut di atas harus dilakukan beberapa usaha,

diantaranya:

Page 133: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

115

Perlu perubahan paradigma dari tujuan membuang menjadi

memanfaatkan kembali untuk mendapatkan keuntungan;

Perlu perbaikan dalam sistem manajemen pengelolaan sampah

secara keseluruhan; Untuk mencapai keberhasilan, maka perlu

didukung oleh faktorfaktor input berupa sarana, prasarana dan

kelembagaan produksi, distribusi, pemasaran, pengolahan dan

lainnya.

Pemanfaatan bahan kompos untuk taman kota dalam

bentuk kampanye penghijauan dengan contoh-contoh hasil nyata

sebagai upaya promosi pada masyarakat luas;

Upaya pemasaran bahan kompos bagi taman hiburan yang

memerlukannya. Misalnya kebun binatang, kebun raya, taman buah

dan sebagainya.

Sampah anorganik sebagai bahan baku industri.

Budaya daur ulang sampah sebenarnya sudah berlangsung sejak

lama, namun masih harus terus dikembangkan, baik dari segi infrastruktur,

teknologi maupun dari segi sistem organisasinya.

2. Arahan Program Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis

Masyarakat

a. Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat

Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008

; Pasal 12 dan Pasal 22, menyebutkan bahwa setiap orang wajib

menangani sampah dengan cara : pilah, kumpul, angkut, olah,

Page 134: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

116

proses akhir. Memilah adalah wajib sesuai dengan hasil kajian jenis

pengolanan sampah yang sesuai untuk diterapkan di Kota Palu salah

satunya adalah komposting (pembuatan kompos) dan daur ulang kertas.

Maka Bentuk peran serta masyarakat seharusnya meliputi :

pemilahan sampah di sumber;

pengolahan sampah dengan 3R;

wajib membayar iuran/retribusi;

mematuhi aturan yang ditetapkan;

menjaga kebersihan lingkungan;

aktif sosialisasi pengelolaan sampah;

aktif terlibat dalam lembaga lokal pengelola sampah.

b. Peningkatan Operasional Pengelolaan Sampah

Arahan peningkatan operasional ini ditetapkan berdasarkan analisis

yang dilakukan sebelumnya. Berikut ini adalah tahapan operasional yang

perlu ditingkatkan:

Menerapkan cara pewadahan dengan pemilahan;

Menerapkan pola pengumpulan dengan pemilahan;

Menerapkan alat pengangkut dengan bak terpilah;

Frekuensi pengangkutan setiap hari;

Menerapkan pengolahan sampah baik organik maupun sampah

nonorganik;

Sampah organik dibuat pupuk kompos dan sampah non organik di

daur ulang atau dijual/barter ke bank sampah.

Page 135: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

117

3. Arahan Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan

Sampah

Program pemberdayaan masyarakat dalam pengolahan sampah

berdasarkan analisis tingkat partisipatif yang sudah dilakukan

sebelumnya. Pembinaan masyarakat diarahkan berdasarkan pendekatan

sosial,teknis, dan ekonomi dan menerapkan CBSWM (Community Based

Solid Waste Management) yang merupakan sistem penanganan sampah

yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh

masyarakat seperti terurai pada Tabel 23 berikut :

Tabel 23 Metode Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat

No. Pendekatan Arahan

1 Pendekatan Sosial

- peningkatan kepedulian, kesadaran, dan tanggung jawab bersama untuk memilah sampah organik dan non organik

- Pendekatan kepada pemuka masyarakat setempat dan izin dari lurah ataupun ketua RW

- Pendekatan kepada warga yang mempunyai kemauan, kepedulian dan kemampuan untuk dapat menjadi penggerak masyarakat

- Untuk memperlihatkan manfaat dari TPST bisa dilakukan dengan studi banding

2 Pendekatan Teknis

- Pembentukan komite lingkungan

- Rencana kerja, dan kesepakatan kontribusi warga

- Pelatihan dan kampanye

- Melakukan pelatihan cara daur ulang sampah

- Membina serta mendorong masyarakat untuk membangun dan memlihara fasilitas pengolahan sampah

- Pendampingan, sosialisasipenyebaran informasi dan pemantauan terus menerus terhadap pengomposan, produk daur ulang, mengurangi, serta pakai ulang,

- Koordinasi dengan pemerinth setempat

- Pemasaran hasil daur ulang

3 Pendekatan Ekonomi

- Memperkenalkan jenis-jenis sampah yang dapat diolah

- Melakukan penilaian kelayakan ekonomi dari TPST berbasis masyarakat

- Melaksanakan kegiatan bank sampah

Hasil Analisis 2017

Page 136: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

118

Langkah-langkah pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah

pola 3R :

a. Identifikasi “orang-orang potensial, berpengaruh dan dapat

dipengaruhi“ pada komunitas sasaran.

b. Pendekatan, sosialisasi & motivasi kepada orang-orang potensial

agar tertarik dan tergerak menjadi “change agent for 3R (CA-3R)”.

c. CA-3R bersama tokoh masyarakat setempat merancang dan

melaksanakan pertemuan dengan masyarakat untuk sosialisasi,

motivasi dan merencanakan pelaksanaan 3R.

d. Membangun komitmen bersama masyarakat dan lembaga (bidang)

yang mengelola 3R.

e. Membuat aturan-aturan pelaksanaan 3R yang disahkan pemimipin

setempat

f. Mempersiapkan sarana dan fasilitas 3R bersama masyarakat

g. Mendampingi/membimbing pelaksanaan 3R di masyarakat

h. Melakukan monitoring & evaluasi pelaksanaan 3R secara rutin

i. Melakukan koreksi dan mencarikan solusi secepatnya

j. Melakukan pengembangan kegiatan pendukung.

4. Pengembangan Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Di

Kawasan Heterogen Di Kota Palu

UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (pasal 3)

mendefinisikan pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas

tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas

Page 137: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

119

kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan

asas nilai ekonomi. Selain itu, minimnya edukasi dan kesadaran dari

pemangku kepentingan terhadap tanggung jawab akan sistem

pengelolaan sampah yang baik dan tepat juga sangat mempengaruhi

proses pengembangan pengelolaan sampah. Untuk itu, dalam konteks

pengembangan sistem pengelolaan sampah, tentu diperlukan suatu

mekanisme dan sistem kelembagaan, organisasi yang dibutuhkan dalam

pengelolaan sampah pada permukiman heterogen. Pengembangan

sistem pengelolaan sampah, sebagai suatu inovasi dengan mengacu

pada penggunaan sistem, metode praktis, diharapkan sistem ini

berpengaruh terhadap pengembangan edukasi dan pemberdayaan.

Partisipasi dan pemberdayaan diharapkan menjadi panduan dalam sistem

pengelolaan sampah berbasis komunitas dikawasan permukiman di Kota

Palu.

Keterkaitan pengembangan sistem dan pengelolaan sampah

berbasis komunitas yang terintegrasi dengan segenap stakeholder di Kota

Palu. Dimana keterpaduan tersebut menurut UU No. 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, dimana kawasan perkotaan didefinisikan

sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,

dan kegiatan ekonomi. Untuk itu, pengembangan sistem pengelolaan

sampah di kawasan permukiman heterogen di Kota Palu dilakukan secara

terpadu dan melibatkan masyarakat pemukim yang heterogen yang ada

didalamnya. Beragam etnik yang tinggal dikawasan permukiman

perkotaan yang ada dan tersebar didalam kawasan perkotaan

berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW) Kota Palu.

Masyarakat yang heterogen tersebut memiliki kebutuhan dan

keinginan yang merupakan cita-cita hidup pada kawasan yang bersih, asri

dan nyaman. Hal ini dapat dilihat berdasarkan kondisi eksisting pada

kawasan penelitian yang dilakukan pada lima kelurahan dengan fokus

pada kluster permukiman, kawasan perdagangan, pasar tradisonal, pasar

Page 138: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

120

modern dan kawasan perkantoran pemerintahan di Kecamatan Palu

Selatan sebagai Pusat Kota Palu.

Dengan demikian dapat disimpulkan hasil survei lapangan pada

masing-masing kawasan penelitian, dan dikaitkan dengan sistem

pengelolaan sampah yang ada memiliki karakteristik dan permasalahan

tersendiri yang komplek. Kondisi yang ditemukan adalah masih kurangnya

penggunaan manajemen sampah baik, operasional waktu pengelolaan

sampah, terlambatnya pengangkutan sampah dari TPS menuju ke-TPA,

kelengkapan prasarana dan sarana sampah baik berupa alat angkut

(motor dan mobil), Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang kurang

memadai, serta minimnya tenaga kerja pengangkut sampah yang

tersedia. Permasalahan yang kompleks tersebut yang kemudian menjadi

lebih rumit, dibarengi juga dengan masalah-masalah dan aspek-aspek

yang saling terkait.

5. Penanganan Sumber Masalah Sampah Dengan Ketersediaan

Sarana dan Prasarana

Permasalahan pembangunan prasarana dan sarana sampah pada

permukiman perkotaan menghadapi permasalahan yang kompleks, antara

lain; a) terbatasnya prasarana dan sarana sampah di permukiman

perkotaan, sehingga kurang menunjang peningkatan aktivitas sosil

ekonomi masyarakat, b) terbatasnya anggaran pembangunan daerah, c)

kurang investasi sumberdaya manusia melalui pelaksanaan pendidikan

dan pelatihan keterampilan, d) terbatasnya pengembangan peran swasta

untuk berinvestasi dan peran partisipasi masyarakat, e) masih lemahnya

koordinasi segenap stakeholders dalam penyusunan rencana

pemgembangan prasarana dan sarana sampah pada kawasan

permukiman. Kompleksitas masalah sampah akan berdampak pada

kondisi penanganan sampah yang menumpuk, tersebar dan sangat

mengganggu aktifitas dalam lingkungan kehidupan masyarakat sehari-

hari. Faktor-faktor masalah sampah lebih banyak diakibatkan oleh: a)

Page 139: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

121

volume timbulan sampah meningkat, b) terbatasnya daya tampung

Tempat Penampungan Sementara (TPS), serta tidak tertibnya

pendistribusian dan waktu pengangkutan sampah ke Tempat Pemrosesan

Akhir (TPA) yang tidak tepat waktu, c) minimnya edukasi dan partisipasi

masyarakat yang kurang, d) manajeman sampah yang tidak efektif.

Untuk itu, agar masalah sampah dapat tertangani dengan baik

seharusnya dirumuskan melalui potensi peningkatan partisipasi

masyarakat, yang melahirkan kepekaan untuk menjadi kader lingkungan,

dan juga terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat di kawasan

permukiman. Meskipun memiliki dampak negatif dan positif terkait

masalah sampah, namun bila dikelola secara baik dan sistematis,

terintegrasi dan berkesinambungan akan meningkatan taraf hidup warga

secara ekonomis dengan adanya perubahan pola pikir dan perilaku

warganya. Kebaikan yang diharapkan dalam pengelolaan sampah akan

berimplikasi terhadap perubahan pola pikir warga yaitu bagaimana

mendayagunakan potensi dan sumber daya yang ada untuk pengelolaan

sampah dimana masyarakat lokal menjadi pelaku utama.

Pola pikir yang dilandasi perspektif kesadaran kolektif untuk

membumikan pola penanganan sampah dalam kawasan permukiman

yang heterogen di Kota Palu akan menjadikan wajah kota memiliki

estetika, layak huni, nyaman, harmonis dan berkelanjutan. Adapun dasar

logikanya, adalah sesuai amanat UU Pengelolaan Sampah No. 18 Tahun

2008 (pasal 4), bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta

menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pendapat Adisasmita

(2010:90) dengan Penebar Swadaya (2008;17), bila disandingkan dengan

UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, merupakan suatu

pengembangan sistem penyelesaian, pengelolaan sampah, manajemen

berkelanjutan, terintegrasi dengan kesadaran kolektif untuk

membumikannya dalam ruang permukiman heterogen di Kota Palu.

Page 140: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

122

6. Konsep Model Pengelolaan Sampah Permukiman Terpadu

Konsep model pengelolaan sampah perkotaan terpadu dengan

menitik beratkan persoalan sampah yang sering muncul akibat

perencanaan sektoral. Sering kali pemerintah kota kurang siap dalam

menerima tanggung jawab operasi dan pemeliharaan, sehingga hasil

penanganannya kurang memuaskan. Sementara konsep pengelolaan

sampah, menganut prinsip keterpaduan dengan memiliki syarat dan

kriteria sebagai suatu proses perencanaan berbasis dari bawah (bottom

up planning). Dimana lebih menitik beratkan pengembangan pada

partisipasi masyarakat. Selanjutnya konsep dan strategi pengelolaan

sampah permukiman kota dilakukan secara terpadu, penanganan sampah

perkotaan merupakan tanggung jawab pemerintah, swasta dan

masyarakat. Aspek-aspek pengelolaan sampah secara terpadu dengan

tahapan-tahapan yang terdiri atas; a) upaya cegah (reduce), b) upaya

pakai ulang (reuse), c) upaya daur ulang (recycle), menjadi solusi

penanganan sampah. Penerapan aspek-aspek ini akan berdampak

kesistem pengelolaan sampah secara terpadu, terintegrasi guna

melindungi kerusakan lingkungan dan meningkatkan kesehatan

lingkungan permukiman. Konsep, proses, dan produk kreativitas

masyarakat dalam pengelolan sampah secara terpadu pada permukiman

yang heterogen di atas, sejalan dengan pendapat Setioko (2013), yang

menjelaskan bahwa bentuk permukiman perkotaan biasanya berupa

ruang permukiman terencana, dalam pengembangan RTRW Kota.

Pengembangan sistem rencana penyelesaian pengelolaan sampah dan

manajemen yang berkesinambungan serta diintegrasikan dengan

kesadaran kolektif untuk membumikannya dalam ruang permukiman yang

heterogen di Kota Palu.

Dengan demikian dapat disimpulkan, konsep rencana penyelesaian

masalah sampah berdasarkan dua konsep pola pikir antara amanat

Page 141: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

123

Undang Undang (UU) dengan rencana mengintegrasikan sistem

pengelolaan sampah dengan upaya secara kolektif melibatkan

masyarakat lokal sebagai pelaku. Untuk penataan lingkungan dimasa

depan potensi masyarakat lokal yang ada dapat dijadikan sebagai kader

lingkungan yang terpilih melalui musyawarah warga komunitas selanjutnya

diakomodasi melalui Surat Keputusan (SK) pemimpin wilayah yaitu Lurah,

Camat atau Walikota Palu. Keputusan ini berimplikasi terhadap kebijakan,

secara kelembagaan, dimana dilakukan pelatihan untuk peningkatan

partisipasi masyarakat yang terintegrasi kedalam Rencana Tata Ruang

Kota (RTRK) terkait dengan sistem pengelolaan sampah berbasis

komunitas di kawasan yang heterogen dalam ruang permukiman di Kota

Palu. Dengan demikian Model Pengelolaan Sampah di Kawasan

Heterogen Kota Palu yang dapat diterapkan adalah sebagaimana Gambar

33 berikut ini :

Gambar 33 Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu

E. Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Di Kawasan Permukiman Heterogen Di Kota Palu

1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Page 142: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

124

Menurut Ghozali, (2013), instrumen penelitian sangat menentukan

kualitas data yang diperoleh. Data penelitian menjadi sahih dan dapat

dipercaya apabila instrumen penelitian valid dan reliabel. Uji instrumen

yang dilakukan mencakup uji validitas dan uji reliabilitas menggunakan

program SPSS 16. Uji validitas program SPSS menggunakan korelasi dan

regresi. Pengujian menggunakan uji dua sisi pada taraf signifikansi 0,05.

Adapun hasil dari pengujian menunjukkan bahwa dari 49 pertanyaan yang

diajukan setelah dilakukan uji variabel dan hasil analisis dinyatakan 49

valid dan layak dianalisis lebih lanjut. Dari hasil 49 pertanyaan penelitian

yang diukur, sesuai pendekatan diagram jalur terdapat 4 (empat) buah

variabel terdiri dari 3 (tiga) variabel eksogeneus, yaitu X1, X2, dan X3

responden dijadikan dasar uji valid dan reliabilitas. Hasil nilai p dapat

diketahui apakah ada pengaruh antara X1, X2, dan X3 dengan Y atau >

0.5.

Hasil diagram jalur tersebut terdapat 4 (empat) variabel eksogenus,

tersebut di atas dan sebuah variabel endogenus Y serta sebuah variabel

residu e. Dengan demikian analisis jalur mengikuti pola model structural

yang ditentukan sesuai ke 4 (empat ) variabel yang diukur. Adapun hasil

dari pengujian menunjukkan bahwa dari 49 pertanyaan yang diajukan,

dengan asumsi penelitian untuk di uji terdiri dari variabel;

a. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat = X1 + X2 + X3 + X4 + X5 +

X6

b. Klasifikasi sampah = X7 + X8 + X9

c. Pengelolaan persampahan = X10

Page 143: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

125

d. Model pengelolaan persampahan = X11

Dengan demikian hasil penelitian, selanjutnya akan diuji validitas

instrumen hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 23 dan Tabel 24.

Berdasarkan Tabel 12 Aspek Partisipasi Masyarakat dari 49 indikator yang

diuji dapat disajikan jawaban dari 135 responden yang disebabkan

beberapa faktor yang sudah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan teori

dan syarat responden. Adapun karakterisitik responden teridiri atas tingkat

pendidikan, pekerjaan, umur dan jenis kelamin.

Secara umum pada Tabel 12, 17, 19, dan 21 tersebut diatas,

menggambarkan ada 4 (empat) variabel atau lebih, yaitu bentuk hubungan

dan keeratan hubungan. Untuk mengetahui bentuk hubungan digunakan

analisis regresi dan korelasi. Dari 49 indikator yang diuji, sesuai jawaban-

jawaban dari 135 responden. Muhidin dan Abdurahman (2007 : 221),

mendeskripsikan dalam analisis regresi inidipergunakan untuk menelah

hubungan antar variabel atau lebih yang modelnya belum diketahui. Oleh

karena itu, terkait dengan analisis jalur (Path Analysis), digunakan apabila

secara teori yang sudah ditentukan terdahulu sesuai tujuan

penelitian.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya

hubungan sebab akibat sesuai tujuannya adalah untuk menerangkan

akibat langsung dan tidak langsung dari kedua variabel antara variabel

eksogenus (independen X) dengan variabel endegenus (terikat Y) dan

varibel residu (e).

Berkaitan dengan analisis regresi, ada 4 (empat) kegiatan yang

dapat dilaksanakan dalam analisis regresi, diantaranya : a) mengadakan

Page 144: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

126

estimasi terhadap parameter berdasarkan data empiris; b) menguji berapa

besar variasi variable Y dapat diterangkan variabel X, c) menguji apakah

estimasi parameter tersebut signifikan atau tidak, d) melihat apakah tanda

dan magnitude dari estimasi parameter cocok dengan teori ( M.Nazir,

1983 dalam Muhidin dan Abdurahman (2007 : 222).

2. Model Struktur Hubungan Kausal dari Variabel, X1, X2, dan X3,

ke Y

Muhidin dan Abdurahman (2007 : 222), menyatakan bahwa dalam

diagram jalur, merupakan diagramatik antara variabel pengujian dan

kausal yaitu variabel yang eksogenus (independen X) dengan variabel

endegenus (terikat Y). Kedua variabel ini akan memperlihatkan arah

hubungan kedua variabel secara terstruktur. Untuk menjelaskan

diagramatik dan hubungan kausal dari kedua variabel tersebut,

merupakan hubungan dari masing-masing teori yang sudah ditetapkan.

Adapun masing-masing variabel terdiri dari 4 (empat) konsep variabel

yaitu X1 (partisipasi dan pemberdayaan), X2 (klasifikasi sampah), X3

(pengelolaan sampah), dan Y (model pengelolaan sampah).

Selanjutnya dalam analisis jalur dari masing-masing hubungan ke

empat variabel tersebut akan terlihat anak panah yang memiliki ke empat

ariabel, hal ini dapat dilihat pada Gambar 34 berikut ini :

Page 145: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

127

Partisipasi dan Pemberdayaan

Masyarakat X1

Pengelolaan Sampah

X3

Klasifikasi Sampah

X2

X2

Model Pengelolaan

Sampah Berbasis Komunitas di

Kawasan Heterogen Kota

Palu Y

Gambar 34 Hubungan Kausal Struktur X1, X2 dan X3 Terhadap Y Sumber: Hasil perhitungan SPSS 2016.

Gambar 34 tersebut di atas menggambarkan hubungan kausal

struktur yang menunjukkan bahwa diagram jalur tersebut terdapat tiga

buah variabel yaitu X1 (partisipasi dan pemberdayaan), X2 (klasifikasi

sampah), X3 (pengelolaan sampah), dan Y (model pengelolaan sampah).

Dari ke empat variabel masing-masing memetakan hubungan korelasional

antara variabel X1 (partisipasi dan pemberdayaan), X2 (klasifikasi

sampah), dan X3 (pengelolaan sampah). Selanjutnya dari ketiga variabel

X1, X2, X3 menyatakan ada hubungan secara korelasional dengan

variabel Y.

Selanjutnya dari Gambar 34 tersebut adalah merupakan diagram

jalur yang sederhana. Diagram tersebut menyatakan bahwa X2 (klasifikasi

sampah) dipengaruhi secara langsung oleh partisipasi masyarakat dalam

Page 146: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

128

membagi sampah yang terurai maupun yang tidak diurai. Dari diagram

tersebut, menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kualitas kawasan ruang

permukiman heterogen di Kota Palu dapat diwujudkan menjadi kawasan

yang bersih, nyaman dan produktif, hal ini tergantung dari partisipasi

masyarakat. Hal inipun juga terlihat pada hubungan korelasional antara

X2 (klasifikasi sampah) dengan variabel X3 (pengelolaan sampah).

Dari hubungan korelasional ke tiga variabel bebas X1, X2, X3

eksogenus (independen X) dengan variabel endegenus (terikat Y), yang

dinyatakan oleh persamaan struktur sederhana tersebut. Untuk itu, agar

ruang permukiman heterogen di Kota Palu dapat ditingkatkan menjadi

suatu kawasan yang asri, sehat dan produktif. Selanjutnya agar kawasan

ini diharapkan menjadi suatu inovasi dan model pengelolaan sampah

berbasis komunitas di kawasan heterogen Kota Palu diperlukan adanya

tingkat partisipasi aktif dari seluruh stakeholder.

Dengan demikian untuk menemukan model pengelolaan sampah

produktif dan inovatif tersebut, hanya dapat diupayakan melalui faktor -

faktor non fisik, fisik, dan kebijakan. Ketiga faktor - faktor tersebut dapat

dijadikan dasar, apabila hubungan dari masing-masing variabel bebas (X)

menjadi penyebab-penyebab dan akibat dari partisipasi komunitas dalam

pengelolaan sampah di ruang permukiman, sebagaimana yang

diharapkan dari korelasional untuk mewujudkan variabel terikat (Y)

menjadi model pengelolaan sampah berbasis komunitas di kawasan

heterogen Kota Palu.

3. Analisis Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Page 147: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

129

Sudjana (2003:297), menyatakan bahwa dalam menguji persamaan

struktural dan sub struktur dalam analisis jalur diperlukan sejumlah asumsi

antara lain; a) hubungan antara variabel dalam model, b) variabel residu

(ɛ) dalam model tidak berkorelasi dalam model, c) dalam sistem hanya

terjadi arus kausal searah, dan d) variabel diukur oleh skala interval. Untuk

itu, agar dalam analisis struktural model dalam diagram jalur disebut

model rekursif, atau model bersifat searah. Dari korelasi antara variabel ke

tiga variabel bebas X1, X2, X3 eksogenus (independen X) dengan variabel

endegenus (terikat Y), yang dinyatakan oleh persamaan struktur. Hasil

analisis jalur antar variabel bisa mendorong pada pemikiran hubungan

kausal, yang didasarkan pada teori. Kerangka penjelasan dari sistem teori

yang menunjukkan kausal antar variabel teridiri dari 4 (empat) konsep

variabel yaitu X1 (partisipasi dan pemberdayaan), X2 (klasifikasi sampah),

X3 (pengelolaan sampah), dan Y (model pengelolaan sampah) dapat

dilihat pada Gambar 35 berikut;

Gambar 35 Menguji Sub Struktur

Sumber : Hasil perhitungan SPSS 2016.

Partisipasi dan

Pemberdayaan

Masyarakat

(X1)

Pengelolaan

Sampah (X3)

Klasifikasi

Sampah (X2)

Model Pengelolaan

Sampah Berbasis

Komunitas di

Kawasan Heterogen

Kota Palu (Y)

ρX2X1

ρX3X2

ɛ1

ρYX1

ρYX2

ρYX3

R12

R23

R13

Page 148: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

130

Berdasarkan Gambar 35 menguji sub struktur dari diagram jalur

tersebut terdapat tiga hal tentang menguji sub struktural yaitu terdapat tiga

variabel eksogenus, yaitu X1, X2, X3 eksogenus (independen) dengan

dengan satu variabel endegenus (Y) serta sebuah variabel residu e. Pada

diagram di atas juga mengisyaratkan bahwa hubungan antara X1, dengan

X2, dengan Y, dengan X2, X3 dengan Y adalah hubungan kausal.

Sedangkan hubungan antara X1 dengan X2, dan X2 dengan X3, dan

dengan Y adalah hubungan korelasional.

Sedangkan sub struktur di atas, terdapat dua buah sub struktur.

Pertama, sub struktur yang menyatakan hubungan kausal dari X1, X2, X3

ke Y, serta kedua sub struktur Y dan e. Sedangkan bentuk persamaan

strukturalnya adalah :

YYXYXYX XXXY 321 321 ( 2)

Pada sub struktur pertama X1, X2, dan X3, ke Y merupakan

variabel eksogenus (X) dan endogenus (Y) dan e sebagai residu

(kesalahan). Pada struktur kedua Y dan e sebagai residu (kesalahan).

Berdasarkan hasil pengujian struktur dan persamaan pada Gambar 35,

maka dapat memberikan kesimpulan adanya hubungan sederhana

struktural pada diagram jalurnya yang terbentuk dari dua sub struktur yang

membangun diagram jalur tersebut.

Dengan demikian pendapat Sudjana (2003:297), untuk menguji

persamaan strukturan dalam analisis jalur diperlukan sejumlah asumsi

antara lain; hubungan variabel dalam model, variabel residu, sebagai

Page 149: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

131

sistem searah, dan skala interval (perhitungan) dan sistem mencakup

unsur-unsur yaitu; bagian, interaksi, mengikat, tujuan komunitas

heterogen. Hal ini sesuai Simatupang, (1994:7). Sedangkan model

pengelolaan sampah dalam ruang permukiman di Kota Palu diperlukan

konsep, kriteria, dan syarat-syarat untuk mewujudkan lingkungan yang

sehat dan produktif. Pamekas (2013:21), dalam pengembangan

pembangunan dan pengelolaan sampah kawasan permukiman diperlukan

suatu proses model secara umum antara elemen model, pengembangan

model permasalahan sampah, model identifikasi, dan model

pembangunan dan pengelolaan sampah perkotaan. Kedua Pendapat

Sudjana (2003:297) dan Simatupang (1994:7) bila dibandingkan dengan

Pamekas (2013:21), dapat disimpulkan bahwa diperlukan konsep dan

model sistem pengelolaan dan investasi sarana dan prasarana sampah di

kawasan perkotaan. Untuk itu, dibutuhkan konsep, kebijakan dan tindakan

dalam pengembangan sarana dan prasarana sampah dimasa yang akan

datang.

4. Pengujian Asumsi Analisis Jalur

Muhidin dan Abdurahman (2007:187), menyebutkan analisis regresi

dipergunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

Untuk menelusuri pola ketiga variabel dan modelnya dan variasi variabel

Xn dan Y. Selanjutnya berkaitan dengan analisis regresi, ada empat

analisis yang dilakukan diantaranya :

Mengadakan estimasi berdasarkan data empiris

Page 150: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

132

Menguji besar variasi variable Xn dan Y

Menguji estimasi variabel Xn dan Y, signifikan atau tidak

Melihat tanda dari estimasi hubungan pengaruh variabel X dan Y,

apakah cocok dengan teori yang dikembangkan (Nazir, 1983).

Berdasarkan ke empat estimasi tersebut di atas, perhitungan regresi

dapat dilakukan dengan program SPSS 16 dengan langkah proses

dengan tahapan sebagai berikut ;

a) Menggambar diagram jalur lengkap,

b) Menghitung koefisien korelasi dan regresi,

c) Analisis annova, dan

d) Tabel ringkasan koefisien.

Adapun proses analisis proses perhitungan regresi diuraikan sebagai

berikut :

a. Menggambar Diagram Jalur Lengkap

Page 151: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

133

Gambar 36 Diagram Jalur Hubungan Struktur X1, X2 dan X3 Terhadap Y

(Model Regresi Berganda) Sumber : Hasil perhitungan SPSS 2016.

b. Menghitung koefisien korelasi dan regresi,

Menghitung koefisien korelasi dan regresi menggunakan SPSS

16.0, dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24 Koefisien Korelasi

X1 X2 X3 Y

X1 Pearson Correlation 1 .566** .589

** .589

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 135 135 135 135

X2 Pearson Correlation .566** 1 .474

** .528

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 135 135 135 135

X3 Pearson Correlation .589** .474

** 1 .660

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 135 135 135 135

Y Pearson Correlation .589** .528

** .660

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 135 135 135 135

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari pengolahan data ini maka disimpulkan bahwa upaya pemerintah

mempunyai tingkat koefisien korelasi 0,01 dengan tingkat kepercayaan

Partisipasi dan

Pemberdayaan

Masyarakat

(X1)

Pengelolaan

Sampah (X3)

Klasifikasi

Sampah (X2)

Model

Pengelolaan

Sampah Berbasis

Komunitas di

Kawasan

Heterogen Kota

Palu (Y)

ɛ1

ρYX1

ρYX2

ρYX3

R12

R23

R13

R2

YX1X2

R2

YX2X3

Page 152: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

134

signifikansi 99.99 %. Artinya, signifikan kuat pada level 0,01, menunjukkan

hasil yang dapat dibuktikan. Selanjutnya diketahui nilai koefisien korelasi

pada Tabel 24, diketahui dengan nilai variabel X1= 1, dan

X2=.566**,X3.589**,, dan Y= 589**. Dapat disimpulkan bahwa besarnya

peluang mengambil kebijakan, untuk menolak hipotesis yang benar

sebanyak-banyaknya 0,01 persen dan benar dalam mengambil keputusan

sedikit-dikitnya 99 % (tingkat kepercayaan).

Dengan demikian taraf signifikansi pada variabel (X1= 1, dan

X2=.566**,X3.589**,,dan Y= 589**), tersebut di atas, peluang munculnya

kesalahan 1 %, artinya bahwa peluang munculnya kesalahan akan terjadi

sebanyak 1 kali dalam kejadian 100.

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 239.630 3 79.877 47.740 .000a

Residual 219.185 131 1.673

Total 458.815 134

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.027 1.358 -1.492 .138

X1 .041 .015 .220 2.691 .008

X2 .092 .035 .196 2.621 .010

X3 .508 .089 .438 5.724 .000

a. Dependent Variable: Y

Model Summaryb

Mo

del R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Chang

e

1 .723a .522 .511 1.294 .522 47.740 3 131 .000

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

Page 153: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

135

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 239.630 3 79.877 47.740 .000a

Residual 219.185 131 1.673

Total 458.815 134

b. Dependent Variable: Y

c. Kerangka Hubungan Kausal Empiris

Kerangka hubungan kausal empiris antara X1 dan X2

terhadap Y dapat dibuat melalui persamaan struktural sebagai berikut :

597,0287,0427,0 21

21 21

XXY

XXY YYXYX

(3)

Dimana : 403,021

2 XYXR

Sehingga 597,0403,01121

2 XYXY R

Kerangka hubungan kausal empiris antara X2 dan X3

terhadap Y dapat dibuat melalui persamaan struktural sebagai

berikut :

504,0529,0278,0 32

32 32

XXY

XXY YYXYX (4)

Dimana : 496,032

2 XYXR

Sehingga 504,0496,01132

2 XYXY R Kerangka hubungan kausal empiris antara X1, X2 dan X3

terhadap Y dapat dibuat melalui persamaan struktural sebagai

berikut :

478,0438,0196,0220,0 321

321 321

XXXY

XXXY YYXYXYX (5)

Page 154: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

136

Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat (X1)

Pengelolaan Sampah (X3)

Klasifikasi Sampah (X2)

Model Pengelolaan

Sampah Berbasis

Komunitas di Kawasan

Heterogen Kota Palu (Y)

ɛ1 = 0,478

ρYX1 = 0,220

ρYX2 = 0,196

ρYX3 = 0,438

R12 = 0,566

R23 = 0,474

R2

YX1X2 = 0,403

R2

YX2X3 = 0,496 R13 = 0,589

Dimana : 522,0321

2 XXYXR

Sehingga 478,0522,011321

2 XXYXY R

d. Hasil Diagram Jalur Hubungan Kausal Empiris

Gambar 37 Hasil Diagram Jalur Hubungan Kausal Empiris

Sumber: Hasil perhitungan SPSS 2016.

e. Memaknai Hasil Analisis Jalur

Berdasarkan hasil perhitungan analisis jalur struktur tersebut, maka

dapat disimpulkan beberapa informasi yaitu :

1) Besarnya kontribusi partisipasi dan pemberdayaan masyarakat (X1)

yang secara langsung mempengaruhi model pengelolaan

persampahan berbasis komunitas di kawasan heterogen Kota Palu

(Y) adalah 0,2202 = 0,0484 atau 4,84%.

2) Besarnya kontribusi klasifikasi sampah (X2) yang secara langsung

mempengaruhi model pengelolaan persampahan berbasis komunitas

di kawasan heterogen Kota Palu (Y) adalah 0,1962 = 0,0384 atau

3,84%.

3) Besarnya kontribusi pengelolaan persampahan (X3) yang secara

langsung mempengaruhi model pengelolaan persampahan berbasis

Page 155: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

137

komunitas di kawasan heterogen Kota Palu (Y) adalah 0,4382 =

0,1918 atau 19,18%.

4) Besarnya kontribusi partisipasi dan pemberdayaan masyarakat (X1)

dan klasifikasi sampah (X2) berpengaruh secara simultan dan

langsung terhadap model pengelolaan persampahan berbasis

komunitas di kawasan heterogen Kota Palu (Y) adalah 0,403 x 100%

= 40,30%, sisanya sebesar 59,7 dipengaruhi oleh faktor lain yang

tidak dijelaskan dalam model yang diperoleh.

5) Besarnya kontribusi klasifikasi sampah (X2) dan pengelolaan

persampahan (X3) berpengaruh secara simultan dan langsung

terhadap model pengelolaan persampahan berbasis komunitas di

kawasan heterogen Kota Palu (Y) adalah 0,496 x 100% = 49,60%,

sisanya sebesar 50,4 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

dijelaskan dalam model yang diperoleh.

f. Tabel Ringkasan Hasil Analisis Penelitian

Berdasarkan Tabel 24 hasil koefisien korelasi dan diagram jalur maka

Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Bersama Partisipasi

dan Pemberdayaan Masyarakat (X1), Klasifikasi Sampah (X2) dan

Pengelolaan Sampah (X3) Terhadap Model Pengelolaan Sampah

Berbasis Komunitas Di Kawasan Heterogen Kota Palu (Y), dapat dilihat

pada hasil dimana besarnya pengaruh antara ketiga variabel tersebut

pada Tabel 25 berikut ini :

Page 156: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

138

Tabel 25 Ringkasan Hasil Penelitian dimana Besarnya Pengaruh Variabel X Terhadap Y dan ɛ

No Variabel Koefisien

Jalur

Pengaruh Pengaruh Bersama

321

2XXYXR

Langsung Total

1 2 3 4 5 6

1 X1 0,220 0,220 4,84% -

2 X2 0,196 0,196 3,84% -

3 X3 0,438 0,438 19,18% -

4 X1 dan X2 - - - 0,403 = 40,30%

5 X2 dan X3 - - - 0,496 = 49,60%

6 X1 dan X3 - - - 0,503 = 50,30%

7 X1, X2 dan X3 - - - 0,522 = 52,20%

8 ɛ 0,478 0,478 47,8% -

Sumber: Hasil perhitungan SPSS 2016.

Berdasarkan Tabel 25 ringkasan hasil pengujian besarnya pengaruh

variabel X1, X2, dan X3 terhadap Y dan. Selanjutnya hasil pengujian pada

Tabel 25 memaknai hasil analisis jalur struktur jika dibandingan dengan

hasil pengujian Tabel 24 Koefisien Korelasi dengan nilai signifikan kuat

pada level 0,01, menunjukkan hasil yang dapat dibuktikan yang benar

sebanyak - banyaknya 0,01 persen dan benar dalam mengambil

keputusan sedikit - dikitnya 99 % (tingkat kepercayaan), yang

menunjukkan hasil yang terbukti.

Dari dua hasil pengujian pada persamaan struktural, diperoleh

temuan sebagai berikut:

Temuan pertama adalah, Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat

(X1) dan klasifikasi sampah (X2) berkontribusi secara simultan dan

signifikan terhadap model pengelolaan sampah berbasis komunitas di

kawasan heterogen Kota Palu (Y), hal ini diketahui dari hasil nilai koefisien

Page 157: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

139

korelasi dari variabel X1= 1, dan X2=.566**. Dapat disimpulkan bahwa

besarnya peluang mengembangkan konsep, strategi, dan tujuan

pengelolaan sampah berbasis komunitas, dengan hasil pengujian terbukti.

Artinya besarnya peluang mengembangan teori dengan taraf signifikansi

pada variabel X1= 1, dan X2, Y, dengan hasil 1 % dan 0,01 %, terbukti

dapat dikembangkan teori dengan tingkat kepercayaan 99 %, dengan

hasil pengujian terbukti. Hal ini mengindikasikan bahwa aspek

peningkatan partisipasi akan berpengaruh dapat meningkatkan peran

masyarakat atau komunitas dalam pengelolaan sampah sebagai pelaku.

Untuk itu, pengembangan teori model pengelolaan sampah berbasis

komunitas di kawasan heterogen di Kota Palu terbukti. Hal ini sesuai

penelitian Fatma (2007:27), partisipasi menjadi tujuan pemberdayaan

masyarakat untuk meningkatkan perannya didalam pembangunan, Abe

(2002), pemberdayaan masyarakat sejak persiapan sosial, perencanaan,

pelaksanaan serta pengawasan, menjadi wahana untuk mengubah skema

politik lama. Dari “top down” menjadi “bottom up”. Haryanto (2001:73), dan

Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, 2002:29), menyatakan bahwa

stakeholders berperan sebagai planner (perencana), pengusaha,

masyarakat, pers, LSM, dan informal leader. Konsep teknis operasional

pengelolaan sampah didukung sarana dan prasarana operasional,

Hartoyo (1998:6) dan (SNI) Nomor 19-2454-2002, tentang Tata Cara

Pengelolaan Sampah di Permukiman. Pengembangan konsep, kebijakan,

strategi dan tujuan masyarakat kelompok di permukiman heterogen

didasarkan pada Rencana Tata Ruang (RTRK) Kota Palu. Oleh karena itu,

Page 158: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

140

konsep dasar kegiatan berbasis komunitas untuk mengelolah sampah,

adalah merupakan implementasi dukungan dan keterlibatan dari segenap

stakeholders yang terkait dalam pengelolaan sampah adalah sebagai

model pengelolaan sampah berbasis komunitas di kawasan heterogen di

Kota Palu.

Temuan kedua adalah klasifikasi sampah (X2) dan pengelolaan

sampah (X3) berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap model

pengelolaan sampah berbasis komunitas di kawasan heterogen Kota Palu

(Y), hal ini diketahui berdasarkan hasil nilai koefisien korelasi dari variabel

X2=.566**, X3.589**,, dan Y= 589**. Dapat disimpulkan bahwa besarnya

peluang mengembangkan konsep, strategi, dan tujuan pengelolaan

sampah berbasis komunitas, dengan hasil pengujian terbukti. Artinya

besarnya peluang mengembangan teori dengan taraf signifikansi pada

variabel X1= 1, dan X2, Y, dengan hasil 1 % dan 0,01 %, terbukti dapat

dikembangkan teori dengan tingkat kepercayaan 99 %, dengan hasil

pengujian terbukti.

Dengan demikian konsep model pengelolan sampah berbasis

komunitas di kawasan heterogen di Kota Palu dapat dikembangkan. Hal

ini sesuai penelitian Haryanto (2001:73), dan Widyatmoko dan Sintorini

Moerdjoko, 2002:29), menyatakan bahwa stakeholders berperan sebagai

planner (perencana), pengusaha, masyarakat, pers, LSM, dan informal

leader. Untuk itu penentuan ide, konsep, kebijakan, strategi dan tujuan

dari masyarakat secara kelompok di permukiman heterogen didasarkan

pada Rencana Tata Ruang (RTRK) Kota Palu. Oleh karena itu, konsep

Page 159: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

141

dasar kegiatan berbasis komunitas untuk mengelolah sampah, adalah

merupakan hasil dukungan dan keterlibatan dari seluruh stakeholders

yang terkait dalam pengelolaan sampah.

Hal ini juga sesuai penelitian terhadap konsep teknis operasional

pengelolaan sampah permukiman yang didukung sarana dan prasarana

operasional, Hartoyo (1998:6) dan (SNI) Nomor 19-2454-2002.

Pengembangan teori, konsep, kebijakan, strategi dan tujuan masyarakat

secara kelompok di permukiman heterogen didasarkan rencana tata ruang

(RTR) Kota Palu. Sehingga, konsep dasar pengelolaan sampah berbasis

komunitas dengan dukungan seluruh stakeholders yang terlibat dalam

pengelolaan sampah adalah menjadi Model Pengelolaan Sampah

Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu.

5. Temuan Terkait Model Partisipasi dan Pemberdayaan

Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas

di Kawasan Heterogen Kota Palu.

Hasil dari model pengelolaan sampah berbasis komunitas di

permukiman heterogen berdasarkan hasil nilai analisis jalur, tentang

partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya mengelola

sampah dan sesuai dengan klasifikasi sampah, diketahui ada dua analisis,

pertama yaitu adanya variabel yang mempengaruhi aspek model

pengelolaan sampah berbasis komunitas di permukiman heterogen, dapat

dilihat pada Tabel 19 dan Tabel 21. Serta diketahui tingkat partisipasi

masyarakat dalam mengelola sampah dengan berbasis komunitas di

Page 160: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

142

kawasan heterogen Kota Palu, dapat dilihat pada Tabel 12 Tingkat

partisipasi masyarakat.

Analisis jalur kedua melalui metode partisipasi masyarakat

diharapkan dapat berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap

model pengelolaan persampahan berbasis komunitas di kawasan

heterogen Kota Palu. Adapun variabel yang mempengaruhi aspek model

pengelolaan sampah berbasis komunitas di permukiman heterogen, terdiri

dari dua variabel yaitu, pengembangan partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat (X1) dan peningkatan pengelolaan sampah dan berdasarkan

klasifikasi sampah (X3), yang berkontribusi secara simultan dan signifikan

terhadap pengembangan teori model pengelolaan persampahan berbasis

komunitas di permukiman heterogen Kota Palu (Y).

Tabel 26 Temuan Terkait Konsep Model Partisipasi Masyarakat Pada Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Heterogen di Kota Palu

Aspek Konsep Model Partisipasi Masyarakat Pada Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Permukiman Heterogen Kota Palu

Teori Terdahulu Kaitan Temuan Penelitian dengan Teori

Menurut Adi (2008:110),

menjelaskan bahwa partisipasi

masyarakat adalah adanya keikut

sertaan ataupun keterlibatan

masyarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah,

potensi dan pengambilan

keputusan terhadap alternatif dan

solusi penanganan masalah

sampah, dengan keterlibatan

masyarakat sebagai pelaku.

Aspek yang dominan adalah

aspek partisipasi masyarakat dan

budaya lokal, dihadapkan adanya

perbedaan status sosial X1= 1.

Artinya nilai 1, mengandung arti

diterima 100 persen. Tingkat

partisipasi masyarakat akan

berpengaruh meningkatkan

partisipasi masyarakat berbasis

komunitas heterogen dapat

diberdayakan.

Page 161: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

143

Dari Tabel 26 terlihat temuan tingginya model nilai partisipasi

masyarakat dimana aspek yang dominan adalah aspek partisipasi

masyarakat dan budaya lokal, dipengaruhi perbedaan status sosial, yang

dapat berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat. Dengan model pengelolaan sampah berbasis komunitas di

permukiman heterogen di Kota Palu, dapat terjadi perubahan sikap, pola

pikir dan perilaku masyarakat. Model pengelolaan sampah dan perubahan

perilaku dapat berpengaruh untuk meningkatkan partisipasi melalui

perubahan nilai-nilai kesadaran, dan menjaga lingkungan permukiman

yang heterogen tetap nyaman, bersih dan terjadi peningkatan kualitas

lingkungan.

6. Temuan Terkait Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Permukiman Heterogen di Kota Palu. Hasil model pengelolan sampah berbasis komunitas di permukiman

heterogen, berdasarkan hasil nilai analisis jalur, tentang model

pengelolaan sampah dan juga klasifikasi sampah dalam kontribusinya

secara simultan dan signifikan terhadap model pengelolaan sampah

berbasis komunitas di kawasan heterogen Kota Palu. Adapun variabel

yang mempengaruhi aspek model pengelolaan sampah berbasis

komunitas di permukiman yang heterogen, terdiri dari dua variabel yaitu,

klasifikasi sampah (X2) dan dan pengelolaan sampah (X3) berkontribusi

secara simultan dan signifikan terhadap model pengelolaan sampah

berbasis komunitas di kawasan heterogen Kota Palu (Y) dapat dilihat pada

Tabel 20. Hasil nilai koefisien korelasi dari variable X2=.566**, X3.589**,,dan

Y= 589**. Dapat disimpulkan bahwa besarnya peluang mengembangkan

Page 162: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

144

konsep, strategi, dan tujuan pengelolaan sampah berbasis komunitas,

sesuai hasil analisis jalur pada Tabel 19 dan Tabel 21 dengan hasil

pengujian terbukti. Artinya besarnya peluang mengembangan teori model

pengelolaan sampah berbasis komunitas di Kota Palu, dapat dilihat pada

Tabel 27.

Tabel 27 Temuan Terkait Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Di Kawasan Heterogen di Kota Palu

Aspek Konsep Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen Kota Palu

Teori Terdahulu Kaitan Temuan Penelitian dengan Teori

Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko,2002:29), seharusnya stakeholders berperan sebagai planner, pengusaha, masyarakat, pers, LSM, dan informal leader, dalam dalam pengelolaan sampah. Hal ini sesuai penelitian Hartoyo (1998:6) dan (SNI) Nomor 19-2454-2002. Pengembangan teori, konsep, kebijakan, strategi dan tujuan dalam pengelolaan sampah, ekonomis, dan produktif.

Aspek yang dominan adalah aspek klasifikasi sampah dan pengelolaan sampah, yang didukung variabel terdiri dari X2= 566**, X3.589**,, dan Y= 589**. Hasil analisis jalur, menyatakan bahwa model pengelolaan sampah dapat meningkatkan pendapatan komunitas dan seharusnya didukung oleh segenap stakeholder.

Dari Tabel 27 terlihat temuan tingginya model pengembangan

adalah aspek keterlibatan langsung dari stakeholder bersama masyarakat

untuk terlibat. Dengan model pengelolaan sampah berbasis komunitas di

permukiman heterogen di Kota Palu, dapat terjadi perubahan sikap, pola

pikir dan perilaku masyarakat, serta berdasarkan perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan. Dan dibuktikan bahwa pengelolaan

sampah yang baik dan benar berpengaruh terhadap peningkatan

pendapatan warga atau komunitas. Selanjutnya keterlibatan segenap

stakeholders dalam pengelolaan sampah sangat dibutuhkan agar model

pengelolaan sampah di kawasan heterogen Kota Palu dapat terintegrasi

dan terpadu.

7. Filosofis Model Integrasi Pengelolaan Sampah di Kota Palu

Page 163: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

145

Latif (2011), menyatakan filosofis, pengembangan Model

Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Heterogen di Kota Palu,

seharusnya terintegrasi antara ruang, aktivitas dan kebijakan strategis

yang merupakan suatu proses menyatukan komponen fisik, non fisik dan

keruangan saling terkait. Dengan memahami hubungan, pengembangan

dan model pengelolaan sampah berbasis komunitas heterogen di Kota

Palu, memiliki interelasi peningkatan fisik dan fungsional dan manajemen.

Terintegrasinya ketiga aspek tersebut sebagai suatu proses model perlu

penyederhaan, disebabkan kompleksitas konsep yang diukur, model

analisis kuantitatif (Bungin, 2006;36). Hal ini sesuai penelitian Pamekas,

(2013:47) tentang pelayanan sarana dan prasarana dalam aspek

pengelolaan sampah permukiman di Sulawesi Tengah menduduki Nomor

22 dari 27 Provinsi di Indonesia. Dengan memahami pelayanan prasarana

sampah tersebut di atas, dan dikaitkan dengan hasil keluaran analisis

kuantitatif membutuhkan analogi yang dapat dijadikan filosofis dengan

tujuan merumuskan kepedulian, semangat, motivasi, untuk menemukan

nilai kemanusian berbasis peran nilai tanggung jawab pemangku

kepentingan.

Paradigma Nilai Memanusiakan Pemangku Kepentingan Sebagai

Pelaku (PNMPKSP). Secara filosofis, nilai (PNMPKSP), diibaratkan

filosofis tanaman, yang menghasilkan buah, sepanjang masa. Untuk itu

sebuah filosofis, teknologi, dan PNMPKSP, sebagai sebuah model yang

baik dan mampu menghasilkan model hubungan yang terjadi dalam ruang

heterogen untuk suatu proses dalam pengelolaan sampah di Kota Palu.

Hasil analisis, dan proses menyatukan komponen fisik, non fisik,

fungsional yang terintegrasi secara strategis, dan nilai-nilai PNMPKSP.

Model PNMPKSP dapat mewujudkan model fisik, dan fungsional ruang

yang terintegrasi dengan kebijakan serta menjadi model PNMPKSP dapat

digunakan sebagai alat, untuk pengembangan kualitas masyarakat di Kota

Palu, melalui pengelolaan sampah di Provinsi Sulawesi Tengah yang

membumi.

Page 164: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

146

Berdasarkan komponen Model Pengelolaan Sampah yang

terintegrasi atara komunitas heterogen sebagai pelaku penanganan

kompleksitas masalah sampah dan pemangku kepentingan sebagai juga

pelaku, disajikan pada Gambar 38.

Gambar 38. Temuan Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Heterogen Terintegrasi dengan Segenap Stakeholder

Berdasarkan Gambar 38 komponen model pengelolaan sampah

yang terintegrasi secara fisik, non fisik, disertai manajemen yang baik

berdasarkan kekayaan nilai budaya yang ditunjukkan dalam aktivitas

peran pemangku kepentingan untuk terlibat secara aktif. Dengan

memahami dan memaknai Gambar 38 Komponen Model Pengelolaan

Sampah Terintegrasi, dapat disimpulkan bahwa model pengelolaan

sampah berbasis komunitas di kawasan heterogen Kota Palu adalah

mengintegrasikan pola penanganan sampah sejak dari sumbernya dimana

warga terlibat sejak dini untuk mengelola sampah dengan tingkat

partisipasi sampai dengan 60 – 80 % dimana diyakini akan dapat

mengurangi sampah sampai dengan 30 - 40 % sebelum dibuang ke

Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA). Komunitas masyarakat

mengelola sampah dari tingkat lingkungan kecil RT/RW sampai dengan

Kompleksitas Masalah Sampah

Model Pengelolaan

Sampah Berbasis

Komunitas di Kawasan

Heterogen Kota Palu Komunitas

Heterogen Sebagai Pelaku

Pengelola

Peran Pemerintah &

Pemangku Kepentingan

Page 165: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

147

tingkat kelurahan, sementara peran kelurahan dan Kecamatan adalah

menyediakan lahan TPST dan sarana pengangkutan ke TPA, pemerintah

kota hanya mengelola fungsi TPA sebagai tempat pemrosesan akhir

sampah.

Model teoritis yang diuji dengan menggunakan metode analisis

kuantitatif dengan Analisis Jalur didapatkan hasil yang memenuhi

berdasarkan tujuan penelitian yaitu; Bagaimana model pengelolaan

sampah berbasis komunitas di kawasan permukiman heterogen di Kota

Palu?. Berdasarkan kriteria tingkat kesalahan (ɛ) merupakan model yang

sesuai, meskipun tidak dijadikan analisis. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa indikator dari variabel yang diuji merupakan dimensi

acuan yang sama bagi konsep yang disebut model pengelolaan sampah

terintegrasi dari ke empat variabel yang dikaji. Disisi lain, makna

hubungan, pengelolaan dan model yang ditemukan dapat dikaji

rangkuman teori terdahulu dengan kaitan temuan penelitian dengan teori

disajikan pada Tabel 28, berikut.

Tabel 28. Temuan Kaitan Penelitian dengan Teori Model Pengelolaan Sampah Produktif,

No Teori Terdahulu Kaitan Temuan Penelitian

dengan Teori

1

Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko,2002:29), seharusnya stakeholders berperan sebagai planner, pengusaha, masyarakat, pers, LSM, dan informal leader, dalam dalam pengelolaan sampah.

Aspek yang dominan adalah aspek klasifikasi sampah dan pengelolaan sampah, yang didukung variabel terdiri dari X2= 566**, X3.589**,, dan Y= 589**. Hasil analisis jalur, menyatakan bahwa model pengelolaan sampah seharusnya didukung segenap stakeholder.

2 Hal ini sesuai penelitian Hartoyo (1998:6) dan (SNI) Nomor 19-2454-2002.

Aspek yang dominan adalah pengelolaan sampah, yang didukung variabel terdiri dari X2=

Page 166: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

148

Pengembangan teori, konsep, kebijakan, strategi dan tujuan dalam pengelolaan sampah, ekonomis, dan produktif.

566**, X3.589**,, dan Y= 589**. Hasil analisis jalur, menyatakan bahwa model pengelolaan sampah seharusnya didukung segenap stakeholder.

3 Menurut Adi (2008:110), menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat adalah adanya keikut sertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah, potensi dan pengambilan keputusan sebagai pelaku.

Aspek yang dominan adalah aspek partisipasi masyarakat dan budaya lokal, dihadapkan adanya pemahaman dan tanggung jawab bersama secara sosial, ekonomi X1= 1.

4 Abe (2002), pemberdayaan masyarakat sejak persiapan sosial, perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan, menjadi wahana untuk mengubah skema politik lama. Dari “top down” menjadi “bottom up”.

Aspek yang dominan adalah aspek partisipasi masyarakat dan budaya lokal, dihadapkan adanya pemahaman dan tanggung jawab bersama secara sosial dan ekonomi X1= 1.

Page 167: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

148

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut :

1. Hasil analisis menunjukkan untuk mengurangi sampah melalui

partisipasi dapat dilakukan, yaitu : masyarakat heterogen setuju 52,5 %

untuk mengurangi sampah melalui budaya lokal, sebesar 50,0 % sangat

setuju untuk mengurangi sampah melalui peningkatan pemahaman pola

pikir, dan sebesar 57,5 % diyakini masyarakat dapat diberdayakan dan

masyarakat dapat mandiri.

2. Hasil analisis menunjukkan untuk meningkatkan pendapatan komunitas,

yaitu: masyarakat setuju 61,9 % pengelolaan sampah secara

kelembagaan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, juga

sebanyak 61,9 % setuju pengelolaan sampah dilakukan secara

teknologi dan biaya dapat meningkatkan pendapatan. Sebanyak 59,5 %

setuju pengelolaan sampah dilakukan dengan secara koordinasi antara

pemerintah dan masyarakat.

3. Model baru pengelolaan sampah berbasis komunitas di Kawasan

Heterogen Kota Palu disetujui sebesar 68,6 % masyarakat heterogen ini

artinya model baru pengelolaan sampah dapat diterapkan di Kota Palu.

Hal ini sesuai pula dengan hasil nilai koefisien korelasi dari variabel X1=

1, dan X2=.566**, Y. Dapat disimpulkan bahwa besarnya peluang

Page 168: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

149

mengembangkan model dan teori pengelolaan sampah dapat

meningkatkan partisipasi masyarakat, dan berkonstibusi secara

simultan terhadap model. Hasil nilai koefisien korelasi pengaruh

komunitas terhadap klasifikasi sampah, yaitu variabel X2=.566**, Y. dan

variabel pengelolaan sampah X3.589**,, dan berkonstribusi terhadap

pembentukan model sebesar 589**. Dapat disimpulkan bahwa besarnya

peluang mengembangkan model dan teori dengan taraf signifikansi

pada variabel X1= 1, dan X2, Y, dengan hasil 1 % dan 0,01 %. Dengan

demikian Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Kawasan

Heterogen Kota di yakini dapat mereduksi sampah sampai dengan 30-

40 %.

B. Saran

1. Dalam pengembangan penelitian selanjutnya, tingkat partisipasi

segenap pemangku kepentingan (stakeholders) dapat ditingkatkan dan

direkomendasikan penelitian terhadap peran para pemangku

kepentingan (stakeholders) dalam pengelolaan sampah berbasis

komunitas heterogen secara terpadu.

2. Selain itu organisasi lokal yang ada dapat berperan sebagai model

pemandu didalam komunitas heterogen agar kawasan permukiman

menjadi lebih produktif dan dapat memberikan keuntungan bagi

masyarakat dan pemerintah pada tingkat kelurahan.

3. Peran pemerintah setempat sangat dibutuhkan untuk secara terus

Page 169: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

150

menerus memberikan sosialisasi dan pemahaman bagi masyarakat

untuk pengelolaan sampah secara mandiri dan terpadu bersama-sama

antara pemerintah dan masyarakat.

Page 170: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

151

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Bahan Cetak Lainnya

Abe, Alexander (2001), Perencanaan Daerah Partisipatif, Pondok Edukasi Jl. Semeru Blok A1 No.4,Klodran Indah, Solo.

Abdullah, Rahman (2000), The Influence Of Settlement Patters On

Agricultureal Productivity In Central Sulawese Indonesia.CuvillerVerlag, Gottigen 2000,Nonnenstieg 8, 37075 Gottinggen,Desertasi Institut Of Rural Development Georg-August University Of Gottinggen.

Abdullah, Rahman (2001), Upaya Meningkatkan Income Penduduk

Kawasan Penyangga Kota Melalui Penataan Prasarana Permukiman. Studi Kasus Kecamatan Parigi, Laporan Penelitian Fakultas Teknik UniversitasTadulako, Palu.

Adiyoso, Wignyo (2002), Menggugat Perencanaan Partisipatif Dalam

Pemberdayaan Masyarakat, ITS Press, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas, Pengembangan

Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

Adi Sabari Yunus, 2006, Megapolitan, Konsep, Problematika dan Prospek,

Pustaka Pelajar. Anonim, 2007,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007

Tentang Penataan Ruang. Anonim, 2008,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008

Tentang Pengelolaan Sampah Anonim, 2011,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Anonim, 2006, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 21/Prt/M/2006

Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).

Anonim, 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 81 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

Page 171: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

152

Azwar A, (1989), Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta

Badan Pusat Statistik, 2012, Kota Palu Dalam Angka Tahun 2012.

Badan Pusat Statistik, 2014, Kota Palu Dalam Angka Tahun 2014. Badan Pusat Statistik, 2015, Kota Palu Dalam Angka Tahun 2015. Balai Pustaka, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, (1994), Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Britha Mikkelsen, 1995, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya

Pemberdayaan (Terjemahan dari : Methods For Development Work and Research: A Guide for Practitioners),Yayasan Obor Indonesia.

Budi D Sinulingga, 2005, Pembangunan Kota, Tinjauan Regional dan

Lokal,PustakaSinarHarapan. Bungin, M.Burhan, (2006) Metodologi Penelitian Kuantitatif. Penerbit

Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Cernea MM. 1992. The Building Blocks of Participation: Testing a Social

Methodology. Di dalam: Bhatnagar B & Williams AC, editor. Participatory Development and the World Bank: Potential Directions for Change. Washington, D.C.: The World Bank.

Chambers, Robert. 1992. Rural Appraisal: Rapid, Relaxed, and

Participatory. Institute of Development Studies Discussion Paper 311. Sussex: HELP.

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC.

Jakarta Departemen PU, 2006, Pedoman Umum 3R Permukiman,

www.sanitasi.or.id. Eko Budihardjo & Joko Sujarto,1999, Kota Berkelanjutan, Penerbit Alumni,

Bandung Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektifitas

Manajemen. Bogor: IPB Press. Ford, A. 1999. Modelling the environment : An introduction to system

dynamic models environmental systems. Island Press. Washington DC.

Page 172: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

153

Furqon (2009), Statistik Terapan Untuk Penelitian. Penerbit Alfa Beta,

Alfabrta Bandung, Jl.Gegerkalong Hilir No. 84, Bandung, Cetakan

Ketujuh.

Ghozali, Imam, (2013), Model Persamaan Struktur Konsep dan Aplikasi

dengan Program Amos 21.0, Cetakan V, Badan Penerbit UNDIP,

Semarang,

Gempur Adnan, (2008), Pengendalian Dampak Lingkungan, Kementerian

Lingkungan Hidup (KLH).

Haryadi & Setiawan B.(1995), Arsitektur Lingkungan dan Perilaku (Suatu Pengantar keTeori, Metodologi dan Aplikasi. Gajah Mada University Press.

Hikmat, Harry, Adimihardja, Kusnaka, (2004), Participatory Research

Appraisal dalam Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat. Penerbit Humaniora. Bandung.

Huraerah, Abu, (2011), Pengorganisasian dan Pengembangan

Masyarakat: Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Humaniora. Bandung

Iqbal Hasan, 2004, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Bumi

Aksara, Jakarta. Isbandi Rukminto Adi, 2003, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat

dan Intervensi Komunitas, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Jo Santoso, 2006, Menyiasati Kota Tanpa Warga, Kepustakaan Populer

Gramedia dan Centropolis. Kumar. Ranjit (1996), Researh Methodologi. A Step- By Step Guide For

Beginners, Addison Wesley Logman Australia Pty Limeted 95 Coventry Street Melbourne 3205, Australia.

Kuncoro Sejati, 2009, Pengolahan Sampah Terpadu, Dengan Sistem

Node, Sub Point, Center Poin, Kanisius,Yogyakarta. Lozano, (1999), Community Design And The Culture Of Cities,Cambrige

University Press,Cambrige, New York, Port Chester Melbourne Sydney.

Latif, NurulSyala Abdul (2011), Contextual Integration Waterfront

Development. Thesis submitted to the University of Nottingham

Page 173: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

154

School of Built Environment for the Degree of Doctor of Philosophy.

U.K.

Lynch, (1960), The Image Of City,The M.I.T Press, London. Marimin, 2005.Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi

Manajerial. Bogor: IPB Press. Marimin, (2005), Teknik dan Aplikasi Pengambilan keputusan dengan

Kriteria majemuk, cetakankedua, Grasindo Jakarta. Mikkelsen, Britha. (2005). Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-

upaya Pemberdayaan: sebuah buku pegangan bagi para praktisi lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moleong,Lexy J,(2004) Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Muhajir (2000).Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi IV. Penerbit Rake Sarasin.Yogyakarta.

Muhiddin,Sambas Ali dan Abdurrahman, Maman, (2007)Analisis

KorelasiRegresidan Jalur Dalam Penelitian. Pustaka Setia.

Bandung.

Munck, D. V, (2009), Research Design And Methods For Studing Cultures. Alta Mira Press. A Division Of Rowman & Littlefield Fublisher,Inc. 4501 Forbes Boulevard, Suite 200 United Kingdom.

Nana Sudjana, (1977), Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Cetakan

keempat, Penerbit Sinar Baru Algsindo, Bandung.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 21/PRT/M/2006 tentang

Kebijakandan Strategi Nasional Pengembangan Sistem

Pengelolaan Persampahan (KSN-SPP).

Pramudya, B. 1989. Permodelan Sistem Pada Perencanaan Mekanisasi

Dalam Kegiatan Pemanenan Tebu Untuk Industri Gula [Disertasi].

Program Pascasarjana, InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Priyatno (2010). Paham Analisa Stastistik Data Dengan SPSS. Penerbit PT. BukuSeru. Jakarta.

Program Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2011,

Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi, Edisi 4.

Page 174: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

155

Rahardjo Adisasmita, 2008, Manajemen Pembangunan Perkotaan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Rahardjo Adisasmita, 2010, Pembangunan Kota Optimum, Efisien dan

Mandiri, Graha Ilmu, Yogyakarta. Rapoport, Amos. (1977), Human Aspect Of Urban Form. Pergamon Press.

New York,Toronto, Sydney, Paris, Frankfurt. Rapoport, Amos, (1969, House Form And Culture. University Of

Wisconsin-Milwauke. Prentice-Hall,Inc. Rapoport, Amos (2005), Culture AchitectureAnd Design. Locke Science

Publishing Company, Inc. 28 E. Jackson Building, Suite L.221. Chicago, Illois 60604,USA.

Riduwan, (2008) Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung.

Pamekas, R ( 2013) Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Kawasan Permukiman, Pustaka Jaya. Bandung

Silas. Dkk (2000). Rumah Produktif Dalam Dimensi Tradisional Dan

Pemberdayaan. UPT Penerbit ITS Edisi Pertama, Surabaya. Silas, Johan, 1996, Kampung Surabaya Menuju Metropolitan, Yayasan

Keluarga Bhakti Surabaya dan Surabaya Post. Santoso, Singgih, (2010) Statistik Multivariat. Gramedia. Jakarta. Slamet, J.S, (2000), Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Slamet, Y, (1994), Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi

masyarakat, Uni Perss, Surakarta.

Standar Nasional Indonesia, SNI 19-2454-2002, Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum.

Standar Nasional Indonesia, SNI 3242 2008 Tata Cara Pengelolaan

Sampah di Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum. Sudjana (2003) Teknis Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Peneliti.Transito

Bandung.

Sudaryono, Saefullah, Asep Rahardja, Untung, (2012) Statistik Deskriptif

for IT Langkah Mudah Analisis Data. CV. Andi Offset. Yogyakarta.

Page 175: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

156

Sugiyono, (2001) Statistik Non Parametris Untuk Penelitian, Cetakan

Kedua. Alfabeta, Bandung.

Sugiyono (2012).Metode Penelitian Kombinasi. Penerbit Alfabeta

Bandung.

Sugiyono.(2011), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualititatif Dan R&D. Penerbit Alfabeta Bandung.Jl.Gegerkalong Hilir No. 84 Bandung. Cetakan Ke-13 Mei 2011.

Sujarto, Djoko, (1998) Pengantar Planologi, Bandung.ITB. Suharsimi Arikunto, (2003), ”ManajemenPenelitian”, Cetakan Keenam,

Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Suharsimi Arikunto, (2002),” Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan

Praktek”, EdisiRevisi V, Cetakan Kedua belas, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Sumengen Sutomo, Harry Hikmat, Tumpal P Saragi, 2002, Modul

Pelatihan dan Pedoman Praktis Perencanaan Partisipatif, Cv. Cipruy, Jakarta,

Tchobanoglous, G, (1997), Solid Waste, Engineering Principles and

Management Issues, McGraw Hill, Kogakusha. Usman & Akbar (2009), Pengantar Statistika, Penerbit Bumi Aksara, Jl.

Sawo Raya No.18, Jakarta 13220, Edisi Kedua. Usman (2010),Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat, Cetakan

Ke Empat, Penerbit Pustaka pelajar Offset, Yogyakarta. Wilyan Djaja, 2010, Langkah Jitu, Membuat Kompos dari Kotoran Ternak

& Sampah, PT. Agromedia Pustaka. Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, (2002), Menghindari, Mengolah dan

Menyingkirkan Sampah, Abadi Tandur, Jakarta. World Health Organization, (1989), Environmental Sanitary. Proc. Nat.

Sym Therm.Poll. Vanderbilt University Press, Nasville, Tenn. Yunus (2008) Dinamika Wilayah Peri Urban Determinan Masa Depan

Kota. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Y. Matsufuji (1993) Peningkatan Disain TPA (Tempat Pembuangan Akhir)

Sampah Menuju Metode Sanitary Landfill, Kerjasama JICA dan Departemen Pekerjaan Umum.

Page 176: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

157

B. Artikel, Journal, Karya Tulis dan Internet Online

Arnstein, Sherryr. "A Ladder of Citizen Participation," JAIP, Vol.35, No. 4

July 1969, dalam Sumarto ST. Hetifah. 2004. Inovasi, Partisipasi,

dan Good Governance. Jakarta

Bambang Munas Dwiyanto (2011), Model Peningkatan Partisipasi

Masyarakat Dan Penguatan Sinergi Dalam Pengelolaan Sampah

Perkotaan. Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12 Nomor 2,

Desember 2011, hlm 239-256.

Beta Dwi Utami, Nastiti Siswi Indrasti, Arya Hadi Dharmawan (2008),

Pengelolaan Sampah Rumah tangga Berbasis Komunitas : Teladan

dari Dua Komunitas Di Sleman dan Jakarta Selatan. Jurnal

Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia, April

2008, p 49-68,

Damanhuri, Enri : Potret Persampahan di Daerah Urban di Indonesia,

Workshop Nasional Biokonversi Limbah 10-11 April 2006 – Univ.

Brawijaya Malang,

Elmira Shamshiry, Behzad Nadi, Mazliin Bin Mokhtar, Ibrahim Komoo and

Halimaton Saadiah Hashim (2011), Urban solid waste management

based on geoinformatic technology, Full Length Research Paper,

Journal of Public Health and Epidemiology Vol.3 (2), pp.54-60,

February 2011.

Firman L Sahwan dan Sri Wahyono (2001), Pengelolaan Sampah Berbasis

Masyarakat, Studi Kasus Di Kampung Banjarsari, Cilandak Jakarta

Selatan. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol 3, No.1 januari 2002: 7-

12,

Geotimes. 2015. 2019, Produksi Sampah di Indonesia 67,1 Juta Ton

sampah Per Tahun. http://www.luckycaesar.com/2016/06/ledakan-

penduduk-peningkatan-timbulan.html

Gian Andrea Blengini, MorisFantoni, Mirko Busto, Giuseppe Genon, Maria

Chiara Zanneti (2012), Participatory approach, acceptability and

transparency of waste management LCAs: Case studies of Torino

and Cuneo, Waste Management 32 (2012)1712-1721. Waste

Management, Elsevier, Journal homepage

:www.elsevier.com/locate/wasman,

Page 177: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

158

Lilis Setyorini (2005), Pengelolaan Sampah Dengan Cara Menjadikanya

Kompos, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2 No. 1 Juli2005 : 77-

84

Muhammad Ansorudin Sidik, Difusi Inovasi Teknologi Pengelolaan

Sampah Pada Masyarakat. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol. 8 No.

3 ISSN 1441-318X,

Muhammad Aswadi dan Hendra (2011), Perencanaan Pengelolaan

Sampah Di Perumahan Tavanjuka Mas Kota Palu, Jurnal Majalah

Ilmiah Mektek, Universitas Tadulako, Mektek Tahun XIII No. 2 Mei

2011.

Sri Wahyono (2001), Daur Ulang Sampah Organik Dengan Teknologi

Vermicomposting. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol. 2, No. 1,

Januari 2001 : 87-92,

Tuti Hendrawati, 2015. Penataan Regulasi Pengelolaan

Sampah. Kementerian Kehutanan Dan Lingkungan Hidup. 2015

Udjianto Prawitro (2007), Riset Partisipatori Pada Pendekatan “Community

Based Development” Dalam Pembangunan Perumahan dan

Permukiman, Seminar Nasional Arsitektur Universitas Budi-Luhur,

Jakarta.

C. Disertasi, Tesis dan Skripsi Dwi Sukmawati, 2009, Model Pemberdayaan Masyarakat pada

Pengelolaan Sampah di Kelurahan Kutisari Surabaya, ITS

Surabaya.

Faizah, 2008, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat

(Studi Kasus Di Kota Yogyakarta), Universitas Diponegoro

Semarang.

Gafur, Aryan, 2007, Dampak Sosial Ekonomi Dari Pendampingan

Masyarakat dan Perubahan Permukiman di Pusat Kota Parigi,

Universitas Tadulako, Palu.

Hermawan Eko Wibowo, Perilaku Masyarakat Dalam Mengelola Sampah

Permukiman Di Kampung Kamboja Kota Pontianak, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Page 178: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

159

I Made Rasma, 2003, Pengelolaan Persampahan Dengan Partisipasi

Masyarakat di Kawasan Pariwisata Ubud Kabupaten Gianyar, ITS

Surabaya.

Jaya Dhindaw, 2004, Developing a framework of best practices

forsustainable solid waste management in small tourist island,

University Of Cincinnati.http://www.library.ohiou.edu/

Johan Marta Cahya Saputra, Pengaruh Sikap Dan Tingkat Pendidikan

Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di

Sepanjang Jalan Muktiharjo Raya, Universitas Diponegoro.

Kylie J. Johnson, 2012, The Viability Of Composting As A Waste

Management Strategy In Urban Areas: An Assessment Of Practices

In Baltimore, Maryland; Washington, D.C.; And Edinburgh, Scotland.

The Faculty OfThe College Of Arts And Sciences Of Ohio

University.http://www.library.ohiou.edu/

Lisa A. Blair, 2005, Hamilton county solid waste management district: an

internship. Miami University Oxford, OH. http://

www.library.ohiou.edu/

Muhammad Ramlan Salam, 2002, Partisipasi Masyarakat Dalam

Manajemen Permukiman Di Kawasan Pusat Kota Palu, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Siti Soleha, 2002, Peran Serta Masyarakat Dalam Pembayaran Retribusi

Sampah di Kawasan Perumahan Kota Pekan Baru, ITS Surabaya.

Sriliani Surbakti, 2010, Potensi Pengelolaan Sampah Menuju Zero Waste

Yang Berbasis Masyarakat di Kecamatan Kedungkandang Kota

Malang, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, ITS Surabaya.

Syarif Burhanuddin, 2010, Model Kebijakan Implementasi Pengelolaan

Persampahan Terpadu Berbasis Kelembagaan Masyarakat di

Kawasan Mamminasata, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Page 179: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

160

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner ini dibuat untuk penelitian Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Di Kawasan Heterogen Kota Palu, penelitian ini dilakukan dalam rangka menyelesaikan permasalahan sampah di Kota Palu, khususnya dalam aspek manajemen, operasional dan peran serta masyarakat. Sehingga sangat diharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi partisipant/responden dalam penelitian ini guna mendapatkan input/masukan demi terciptanya suatu model penanganan sampah yang lebih baik. Atas partisipasi dari Bapak/Ibu diucapkan terima kasih.

Isilah data identitas responden dan lingkari jawaban yang anda pilih dengan benar pada pilihan jawaban sesuai persepsi Bapak/Ibu, atau mengisi titik-titik yang sudah tersedia pada pertanyaan dibawah ini :

Identitas Responden

Nama Responden : .........................................................................................

Umur : ...........................................................................................

Pekerjaan : ...........................................................................................

Pendidikan : SD/ SMP/ SMA/ D3 / S1/ S2/ S3/Prof.

Jenis Kelamin : ............................................................................................

Kelurahan : .....……………………………………….................................

Informasi Umum Model Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas Di Kawasan Heterogen Kota Palu, Sulawesi Tengah, subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bermukim di Kecamatan Palu Selatan. Sedangkan obyek dalam penelitian adalah hasil aktivitas sosial, budaya dan ekonomi masyarakat. Keterkaitan antara aktivitas masyarakat dan produksi sampah berpengaruh terhadap meningkatnya timbulan sampah ditengah ruang permukiman masyarakat. Meningkatnya aktivitas masyarakat di lingkungan rumah, kantor, sekolah, pasar, toko dan kios maupun industri yang ada di Kecamatan Palu Selatan menuntut adanya konsep operasional terhadap penyediaan sarana dan prasarana yang dapat mendukung aktivitas dan pengelolaan sampah berbasis komunitas/masyarakat. Model pengelolaan sampah berbasis

Page 180: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

161

komunitas/masyarakat dapat tercapai dengan partisipasi aktif dari segenap pelaku yaitu masyarakat, swasta, kelompok swadaya, pemerintah lokal maupun pemerintah Kota Palu. A. Aspek Partisipasi Masyarakat

I. Partisipasi masyarakat dan budaya lokal 1. Masyarakat yang berbeda status sosialnya atau berbeda tingkat

pendidikannya serta asal suku dan budayanya akan berpengaruh terhadap tingkat partisipasinya ditengah masyarakat.

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

2. Kemauan untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana mengelola

sampah di lingkungannya adalah juga bentuk partisipasi masyarakat. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak

Setuju 3. Permasalahan sampah merupakan permasalahan lingkungan sehingga

merupakan kepentingan bersama yang harus diprioritaskan didalam pembangunan di Kota Palu.

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

4. Bagaimana mendapatkan solusi bersama untuk mengatasi persoalan

sampah di Kota Palu adalah juga bentuk partisipasi masyarakat. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak

Setuju 5. Budaya hidup bersih dan sehat di masyarakat masih sangat rendah dan

sebagian masyarakat kurang atau tidak peduli dengan kondisi lingkungannya.

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

6. Masyarakat ada keinginan untuk merubah perilakunya didalam mengurus

sampah asalkan ada informasi atau petunjuk bagaimana cara mengelola yang benar.

a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

Page 181: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

162

II. Partisipasi Masyarakat dan Pola pikir 7. Setujukah saudara bila dikatakan tingkat partisipasi masyarakat terhadap

upaya pengelolaan sampah di wilayahnya sangat dipengaruhi pola pikir masyarakat? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

8. Apakah masyarakat masih sangat membutuhkan peran pemerintah untuk mengubah pola pikirnya dalam berpartisipasi? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

9. Setujukah saudara bahwa penanganan masalah persampahan bukan hanya tugas pemerintah tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .Tidak Setuju

10. Setujukah saudara partisipasi masyarakat adalah bagaimana berkomunikasi dengan beberapa pihak untuk secara bersama sama mengelola lingkungannya sehingga tercipta lingkungan yang bersih dan sehat. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

11. Peran kelurahan, kecamatan dan pemerintah kota dalam operasional pengelolaan sampah di kawasan permukiman harus ditingkatkan. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .Tidak Setuju

III. Pemberdayaan Masyarakat 12. Pemberdayaan masyarakat dan partisipasinya perlu ditingkatkan baik

sebagai perencana, pelaku, pengawas dan penerima manfaat didalam pengelolaan persampahan berbasis komunitas. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .Tidak Setuju

13. Pemberdayaan masyarakat dan partisipasinya perlu ditingkatkan dalam bentuk kerjasama antara semua pihak (masyarakat, RT/RW, kelurahan, kampus/akademisi, LSM, dan KSM) untuk menemukan model baru pengelolaan persampahan di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .Tidak Setuju

Page 182: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

163

14. Pemberdayaan masyarakat dan partisipasinya perlu ditingkatkan dalam bentuk sosialisasi program, kegiatan dan rencana aksi untuk menemukan model baru pengelolaan persampahan berbasis masyarakat di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

15. Apakah sudah saatnya masyarakat terlibat secara aktif didalam mengelola sampah dilingkungannya dimana peran pemerintah hanya sebagai fasilitator saja di Kota Palu a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak

Setuju

IV. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat 16. Pemberdayaan masyarakat perlu ditingkatkan dalam bentuk perencanaan

yang disusun sendiri oleh masyarakat sebagai bentuk partisipasinya pada lingkungan permukiman di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .Tidak Setuju

17. Masyarakat yang ikut serta didalam lembaga lokal (RT/RW, LPM, BKM dan KSM) dapat berperan sebagai penggagas, dan perencana kebersihan dilingkungannya adalah model pemberdayaan masyarakat didalam pengelolaan persampahan di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .Tidak Setuju

18. Masyarakat perlu ditingkatkan keikut sertaannya dalam kelembagaan lokal dapat berperan sebagai pelaksana, pengawas dan kader lingkungan untuk pengelolaan persampahan di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .Tidak Setuju

19. Masyarakat secara mandiri dalam mengelola sampah dapat dilakukan sejak dari rumah dengan aktif. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

20. Masyarakat menyediakan sendiri tempat sampahnya secara mandiri agar memudahkan pengangkutan sampah oleh petugas adalah bentuk pemberdayaan masyarakat. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

Page 183: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

164

21. Masyarakat memisahkan sendiri antara sampah basah dan sampah kering serta sampah berbahaya sebelum dibuang atau diangkut ke TPS/TPST. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .d.Tidak Setuju

22. Pengelolaan sampah dilingkungan permukiman sebaiknya diserahkan

kepada swasta atau masyarakat agar lebih mudah terlayani dan lingkungan menjadi bersih. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .d.Tidak Setuju

23. Pengelolaan sampah sebaiknya diserahkan kepada pemerintah kelurahan atau dikelola oleh RT/RW agar lebih cepat terlayani. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

B. Klasifikasi Sampah

V. Aktivitas sosial budaya dalam produk sampah 24. Pengetahuan tentang jenis sampah berupa sampah basah (organik) dan

sampah kering (an organik) dibutuhkan untuk dapat memilah sampah sejak dari rumah tangga sebagai pengetahuan dasar untuk pengelolaan sampah di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju

25. Pengetahuan tentang jenis sampah yang mudah terurai dan sampah yang tidak mudah terurai dan sampah yang berbahaya dibutuhkan untuk memilah dan memisahkan sampah dari rumah dan lingkungan sehingga memudahkan didalam penanganan sampah di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju

26. Pengetahuan tentang sampah yang memiliki nilai ekonomis dan dapat didaur ulang wajib dimiliki masyarakat sehingga memudahkan untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .d.Tidak Setuju

Page 184: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

165

27. Informasi dan pelatihan keterampilan tentang pemahaman untuk mengurangi jumlah sampah, menggunakan kembali, dan daur ulang sampah (3R) harus dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat secara terus menerus di Kota Palu.. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .d.Tidak Setuju

VI. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah

28. Penyediaan lahan untuk pengolahan sampah harus disediakan baik oleh

pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri di lingkungan permukiman di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .d.Tidak Setuju

29. Program pengelolaan sampah di kawasan permukiman agar didukung oleh penyediaan tempat sampah, alat angkut, dan tempat pengumpulan sementara (TPS) sebelum dibuang ke TPA. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .d.Tidak Setuju

30. Setiap sumber sampah apakah rumah tangga, sekolah, kantor, kios/toko, pasar, dan sumber sampah lainnya wajib memiliki tempat sampah sendiri yang sudah terbagi jenis sampahnya. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .d.Tidak Setuju

31. Program pengelolaan persampahan dilakukan pemilahan/pemisahan sampah sejak dari sumber sampah yaitu rumah tangga, kantor pemerintah, sekolah, pasar, toko/kios dan fasilitas umum lainnya dan harus disosialisasikan kepada setiap individu yang menghasilkan sampah di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .d.Tidak Setuju

32. Pengelolaan sampah skala lingkungan permukiman sebaiknya dikelola sendiri oleh masyarakat dilingkungannya masing-masing diseluruh kawasan Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju .d.Tidak Setuju

Page 185: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

166

VII. Kebutuhan Fasilitas Pendukung Sarana dan Prasarana TPST/TPS 33. Penyediaan wadah penampungan sampah berupa bak sampah perlu

disediakan di lokasi sumber sampah : rumah tangga, kantor, sekolah, pasar, toko/kios, tempat industri dan fasilitas umum di kawasan Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju

34. Alat angkut sampah berupa gerobak sampah, motor sampah dan truk sampah sebaiknya tersedia disetiap kawasan permukiman atau skala kelurahan. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju

35. Kebutuhan lahan tempat penampungan sampah sementara (TPS) atau transfer depo dalam pengelolaan persampahan berbasis masyarakat sebaiknya tersedia pada tingkat RT/RW, Kelurahan dan Kecamatan di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju

36. Kebutuhan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) untuk program 3R dan bank sampah pada setiap kelurahan atau lingkungan permukiman sudah seharusnya disediakan di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju

C. Pengelolaan Persampahan Berbasis Komunitas VIII. Kebutuhan Kelembagaan 37. Pengelolaan sampah yang baik dan benar akan berdampak pada kebersihan

lingkungan dan dapat meningkatkan produtifitas warga dan meningkatkan pendapatan. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

38. Pertumbuhan masyarakat yang pesat dan beragam status sosialnya membutuhkan peran lembaga lokal seperti : RT/RW, BKM, KSM sebagai wadah pemberdayaan masyarakat yang terintegrasi dalam sistem pengelolaan sampah di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

Page 186: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

167

39. Pengelolaan sampah dilingkungannya oleh masyarakat harus terpadu dan terkoordinasi dengan program pemerintah kota dan dilaksanakan melalui workshop dan pendampingan di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

IX. Teknologi dan Pembiayaan 40. Peningkatan pengetahuan dan teknologi dalam proses pengelolaan sampah

harus terus menerus dilakukan melalui sosialisasi, pelatihan, workshop maupun pemberdayaan terhadap masyarakat, RT/RW, BKM, KSM (lembaga Lokal) dan unsur pengelola sampah di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

41. Masyarakat sebagai pelaku harus memiliki pengetahuan terhadap model

teknologi yang sesuai dengan model pengelolaan sampah di permukiman heterogen di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

42. Pelibatan masyarakat didalam pengelolaan sampah secara terpadu dan

mandiri akan memiliki nilai ekonomis dan berpotensi mengurangi beban biaya didalam sistem operasional pengelolaan sampah di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

43. Pengembangan teknologi didalam pengelolaan sampah dapat memberikan

kontribusi positif dan dapat memberikan nilai tambah secara ekonomis didalam meningkatkan pendapatan masyarakat di kawasan permukiman di Kota Palu. a. Sangat Setuju b.Setuju c.Kurang Setuju d.Tidak

Setuju

44. Pembiayaan pengelolaan sampah seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah kota secara bersama masyarakat. a. Sangat Setuju b.Setuju c.Kurang Setuju d.Tidak Setuju

45. Pembiayaan Pengelolaan sampah sebaiknya dipungut retribusi sampah dan dilakukan oleh pemerintah atau lembaga local. a. Sangat Setuju b.Setuju c.Kurang Setuju d.Tidak Setuju

Page 187: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

168

X. Koordinasi dan peran seluruh stakeholder 46. Strata Sosial, status dan tingkat pendapatan masyarakat mempengaruhi

faktor keterlibatan dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah dilingkungannya sehingga dibutuhkan komunikasi dan koordinasi setiap saat diantara semua pelaku pemberdayaan masyarakat di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

47. Tingkat keterlibatan masyarakat harus diwujudkan dalam bentuk partisipasi aktif melalui kerjasama antar masyarakat dengan pemerintah tingkat kelurahan dan kecamatan pada pengembangan pengelolaan persampahan pada lingkungan permukiman di Kota Palu a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

48. Diperlukan kader lingkungan atau pemandu sebagai pendamping didalam pengelolaan persampahan dikawasan permukiman yang heterogen di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

49. Peran Kelurahan, Kecamatan dan Pemerintah Kota harus terlibat aktif dalam melakukan pembinaan, pembiayaan program dan pelatihan pemberdayaan dalam pengelolaan persampahan oleh masyarakat di kawasan permukiman yang heterogen di Kota Palu a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

D. Model Pengelolaan Persampahan Kota Palu XI. Model Baru Pengelolaan Persampahan Berbasis Komunitas di Kawasan Heterogen 50. Pengembangan konsep pengelolaan sampah berbasis komunitas pada

permukiman di Kota Palu harus dilakukan melalui Workshop kepada seluruh pelaku terhadap model baru program penanganan sampah di permukiman yang heterogen di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

Page 188: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

169

51. Workshop dilakukan kepada para pihak/pelaku dalam bentuk fasilitasi untuk merumuskan konsep rencana aksi pengelolaan sampah berbasis masyarakat di kawasan permukiman yang heterogen di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

52. Workshop dilakukan kepada para pihak/pelaku dalam bentuk desain organisasi terhadap tugas kerja tiap orang didalam menerapkan model baru pengelolaan sampah berbasis masyarakat di permukiman heterogen Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

53. Sosialisasi dan Monitoring dilakukan secara berjenjang terhadap penerapan model baru pengelolaan sampah berbasis komunitas permukiman yang heterogen di Kota Palu. a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d.Tidak Setuju

Page 189: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

170

Catatan Tambahan: Dimohon kontribusi saran dan kritikan yang konstruktif dari Bapak/Ibu dalam pengembangan model pengelolaan persampahan berbasis komunitas pada permukiman yang heterogen di Kota Palu kedepan, ...................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................., Terima kasih.

Page 190: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

171

Lampiran 2

Tabel 1 Hasil Penelitian

Responden X1 X2 X3 Y

1 127 52 16 16

2 93 37 12 12

3 84 32 12 7

4 121 47 13 12

5 101 44 14 12

6 102 40 12 12

7 92 44 14 10

8 101 48 13 12

9 107 52 16 16

10 99 40 12 12

11 139 43 16 16

12 95 39 12 16

13 116 35 11 12

14 109 46 16 16

15 95 35 16 16

16 119 46 16 16

17 125 48 16 16

18 98 35 16 16

19 107 40 12 16

20 95 45 15 16

21 101 46 13 12

22 128 48 16 16

23 113 49 16 16

24 111 52 16 16

25 105 37 16 16

26 104 46 13 12

27 103 42 13 12

28 90 36 10 9

29 101 45 14 12

30 101 46 15 13

31 110 42 13 12

32 101 45 14 12

33 102 41 13 12

34 97 42 14 14

35 114 49 12 16

Page 191: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

172

36 112 46 15 12

37 115 43 15 12

38 105 44 16 14

39 105 44 16 14

Sumber : Data primer diolah, 2016

Lanjutan Tabel 1 Hasil Penelitian

Responden X1 X2 X3 Y

40 77 38 12 12

41 101 39 12 12

42 104 42 15 12

43 95 42 12 12

45 106 42 13 12

46 111 47 14 15

47 98 44 14 15

48 101 44 14 12

49 94 42 12 12

50 94 42 12 12

51 95 42 12 12

52 95 42 12 12

53 97 42 12 12

54 95 42 12 12

55 95 42 12 12

56 95 42 12 12

57 95 42 12 12

58 95 45 12 12

59 96 41 12 12

60 98 42 12 12

61 106 43 14 11

62 101 43 14 13

63 102 43 14 12

64 109 46 13 13

65 108 46 15 13

66 106 44 14 11

67 110 45 15 12

68 99 45 14 11

69 118 45 16 13

70 119 43 16 16

Page 192: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

173

71 109 43 15 14

72 109 43 15 14

73 107 42 15 12

74 99 41 12 12

75 128 52 16 16

76 87 37 12 12

77 94 40 12 12

78 114 52 12 16 Sumber : Data primer diolah, 2016

Lanjutan Tabel 1. Hasil Penelitian

Responden X1 X2 X3 Y

79 113 43 13 12

80 100 40 13 12

81 122 51 14 15

82 94 42 12 12

83 96 42 12 12

84 97 42 12 12

85 96 42 12 12

86 95 42 12 12

87 96 42 12 12

88 96 42 12 12

89 97 42 12 12

90 96 42 12 12

91 106 39 14 12

92 108 47 12 15

93 109 37 13 12

94 96 41 12 12

95 111 44 13 12

96 95 39 13 12

97 97 38 14 12

98 105 44 16 13

99 103 49 13 16

100 110 45 14 13

101 117 48 15 16

102 89 36 12 12

103 99 40 16 16

104 114 40 12 12

Page 193: MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI …

174

105 103 43 12 12

106 114 46 16 16

107 120 43 16 16

108 99 42 12 11

109 97 42 12 11

110 94 42 12 11

111 102 39 12 12

112 108 37 13 12

113 102 48 15 14 Sumber : Data primer diolah, 2016

Lanjutan Tabel 1. Hasil Penelitian

Responden X1 X2 X3 Y

114 106 40 14 13

115 96 43 12 12

116 101 38 12 12

117 103 40 12 12

118 117 45 16 16

119 123 52 16 16

120 96 42 12 12

121 99 42 12 12

122 96 42 12 12

123 95 40 14 12

124 112 45 14 15

125 107 46 13 13

126 99 37 12 11

127 99 39 12 12

128 102 35 12 9

129 103 37 11 12

130 106 38 12 12

131 94 37 12 12

132 121 43 15 16

133 111 44 12 12

134 113 43 12 12

135 108 42 14 14 Sumber : Data primer diolah, 2016