mini cex kdk
DESCRIPTION
kdkTRANSCRIPT
CATATAN MEDIS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama anak : An. G
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
No RM : 440097
Tgl masuk bangsal : 31 Desember 2014
Nama bapak : Tn. F
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : swasta
Alamat : Cangkiran Rt.01/I Mijen
Nama ibu : Ny. I
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : swasta
Alamat : Cangkiran Rt.01/I Mijen
II. ANAMNESE
Anamnese dilakukan secara alloanamnesis pada Ayah Pasien
tanggal 05 Januari 2015 jam 08.30 WIB. Di Bangsal Melati
Keluhan Utama : Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang :
31 Desember 2014
Kejang jam 00.00 1 kali dirumah, selama kurang dari 5 menit
seluruh tubuh kelojotan dan mata mbelalak ke atas, sebelum dan sesudah
1
kejang menangis, saat kejang tidak menangis, tidak ada kelumpuhan pasca
kejang, belum diberi obat anti kejang di rumah.
Jam 00.15 menit An. G dibawa ke RSUD. Dr.Adhyatma, MPH dan
kejang lagi 1 kali, selama kurang dari 2 menit seluruh tubuh kelojotan dan
mata mbelalak ke atas, sebelum dan sesudah kejang menangis, saat kejang
tidak menangis, tidak ada kelumpuhan pasca kejang. Diberi obat
antikejang lewat anus.
BAB dan BAK diakui normal. Batuk (+) kadang-kadang belum di
obati, dahak susah keluar. Pilek (+) kadang-kadang ingus warna putih.
Demam seluruh tubuh H.6 awalnya anget-anget lama-lama tinggi. Demam
tidak menggigil, tidak disertai keringat dingin, turun saat di beri obat
penurun panas, naik tidak menentu waktu atau aktifitas.
Makan minum diakui baik. Ayah pasien tidak mengeluh An.G
mengalami mual, mimisan, gusi berdarah, nyeri perut, ruam-ruam merah
badan, kaku kuduk atau sakit leher, nyeri kepala, dan nyeri telinga
Riwayat Penyakit Dahulu :
Ayah pasien mengakui An.G punya riwayat kejang usia 11 bulan.
Ayah pasien menyangkal pernah mengalami trauma daerah kepala dan
leher, asma, alergi, dan batuk lama.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat kejang atau epilepsi.
Keluarga menyangkal mempunyai riwayat batuk lama, asma, HT , DM
dan alergi obat.
Riwayat Pribadi Ekonomi Sosial
Orangtua pasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol dan obat-obatan. Pasien tinggal bersama kedua orangtua.
Penghasilan keluarga per bulan kira-kira Rp 1.000.000,00. Pembayaran
menggunakan Biaya Pribadi
Kesan : Keadaan sosial dan ekonomi cukup
Data Khusus
2
1. Riwayat Kehamilan/Pre Natal :
An.G adalah anak pertama dari Ny.I saat berusia 18 tahun. Ibu
rutin periksa kehamilan lebih dari 4 kali di bidan. Waktu hamil tidak
pernah sakit, mengkonsumsi obat-obatan Vitamin dan Zat Besi dari
bidan, tidak mengkonsumsi alkohol, maupun rokok. Suntik TT
sebanyak dua kali. kehamilan cukup bulan.
2. Riwayat persalinan/natal :
Lahir spontan di Bidan, langsung menangis kuat, dan segera
dilakukan inisiasi menyusui dini. Berat badan saat lahir 3100gram,
panjang badan 51 cm
3. Riwayat pasca persalinan/ post natal :
Tidak ada perdarahan post partum
Riwayat Imunisasi
Macam imunisasi Frekuensi Umur Keterangan
Imunisasi dasar
BCG
DPT
Hepatitis B
Polio
Campak
1 kali
3 kali
4 kali
4 kali
-
0 bulan
2,3,4 bulan
0,2,3,4 bulan
1,2,3,4 bulan
-
Dilakukan di Bidan
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Lengkap
Belum dilakukan
Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai umur
Riwayat makan dan minum
Umur Makanan dan Minuman Jumlah Frekuensi
0 – 1 bulan ASI saja Semau anak Semau anak
1 – 6 bulan Susu Lactogen 2 sdm diencerkan
60 cc air matang
Selalu habis
2 kali/ hari
6 – 9 bulan ASI Semau anak Semau anak
3
Susu Lactogen
Bubur serelac
2 sdm diencerkan
60 cc air matang
Selalu habis
1 piring kecil
(selalu habis)
2x / hari
2x / hari
9-12 bulan ASI
Susu Lactogen
Nasi tim, sayur, lauk, buah
Semau anak
2 sdm diencerkan
60 cc air matang
Selalu habis
1 piring kecil
(selalu habis)
Semau anak
2x / hari
2x / hari
12 bulan –
sekarang
ASI
Susu SGM
Nasi tim, sayur, lauk, buah
Nasi, sayur, lauk dan buah
Semau anak
2 sdm diencerkan
60 cc air matang
Selalu habis
1 piring kecil
(selalu habis)
1 piring kecil
(selalu habis)
Semau anak
2-3 x / hari
2 x / hari
2-3 x / hari
Kesan : ASI tidak eksklusif, MPASI sesuai usia. kualitas dan kuantitas cukup
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak
Perkembangan :
Umur Perkembangan
0-3 bulan Motorik Kasar : mengakat kepala
Motorik Halus : menggerakan kepala
4
Bahasa : mengoceh
Sosial : tersenyum pada ibu
3-6 bulan Motorik Kasar : telungkup
Motorik Halus : mengangkat kepala
Bahasa : mengeluarkan suara bila senang
Sosial : tersenyum saat bermain
6-9 bulan Motorik Kasar : duduk
Motorik Halus : memungut kelerang
Bahasa : bersuara tanpa arti
Sosial : ciluk ba
9-12 bulan Motorik Kasar : berdiri dengan berpegangan
Motorik Halus : masukan benda kemulut
Bahasa : meniru bunyi
Sosial : mengenal anggota keluarga
12 bulan - sekarang Motorik Kasar : berdiri tanpa pegangan,
berjalan
Motorik Halus : bertepuk tangan
Bahasa : memanggil ibu bapak
Sosial : bermain dengan boneka dan ibu
Kesan Perkembangan sesuai umur
Pertumbuhan :
Pertambahan BB dan PB tiap bulan tidak ingat hanya sesuai garis hijau
dan tanda “Naik” di KMS
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 05 Januari 2015
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. GPCS : E4M6V5
4. Status Gizi
5
BB : 9 kg
PB : 82 cm
Z Skore :
BB/Umur : - 0,2 Normal
TB/Umur : 0,03 Normal
BB/PB : - 0,5 Normal
Status gizi : kesan Normal
5. Tanda Vital
Nadi : 106 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 37,0° C
6. Status Internus
a) Kepala
Kesan mesocephal
b) Mata
Mata cowong (-), Konjungtiva palpebra anemis (-/-), Sklera ikterik
(-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek pupil direk (+/+), reflek
pupil indirek (+/+)
c) Telinga
Serumen (+/+), Sekret (-/-), darah (-/-), pembesaran KGB
preaurikula (-) dan retroaurikula (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri
tarik heliks (-), nyeri ketok mastoid (-)
d) Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), septum
deviasi (-/-)
e) Mulut
Bibir kering(-), bibir sianosis(-), lidah kotor(-), gusi berdarah(-),
faring hiperemis (-), Tonsil T1-T1
f) Leher
6
Simetris, trachea di tengah, pembesaran KGB (-), tiroid (Normal),
kaku kuduk(-), penggunaan otot bantu nafas (-)
g) Thorax
Dextra SinistraDepan1. Inspeksi
Bentuk dada HemitorakDinamis
2. Palpasi Stem fremitusPelebaran ICSArcus Costa
3. Perkusi
4. Auskultasi Suara dasarSuara tambahan
Ø Lateral >Antero posteriorSimetrisSimetris
Dextra = sinistra(-)
Normal
Sonor diseluruh lapang paru
VesikulerWheezing(-),
ronki (-/-)
Ø Lateral >Antero posteriorSimetrisSimetris
Dextra = sinistra(-)
Normal
Sonor di seluruh lapang paru
VesikulerWheezing(-),
ronki (-/-)Belakang1. Inspeksi
Bentuk dada Hemitorak
2. Palpasi Stem fremitusPelebaran ICS
3. Perkusi Suara lapang paru
4. Auskultasi Suara dasarSuara tambahan
Dalam batas normalSimetris
Dextra = sinistra(-)
Sonor di seluruh lapang paru
VesikulerWheezing(-), ronki (-)
Dalam batas normalSimetris
Dextra = sinistra(-)
Sonor di seluruh lapang paru
VesikulerWheezing(-), ronki (-)
7
Tampak anterior paru Tampak posterior paru
SD : vesikuler SD : vesikuler
ST : ronki (-/-), wheezing (-) ST : ronki (-/-), wheezing (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi :
Batas atas : ICS II parasternal sinsitra
pinggang jantung : ICS III parasternal sinsitra
batas kanan bawah : ICS IV lin.sternalis dextra
kiri bawah : ICS IV linea midclavicula
sinistra 1 cm kearah medial
konfigurasi jantung : dalam batas normal
Auskultasi : reguler
Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-),
SIV (-)
h) Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di
sekitar
Auskultasi : Bising usus 5x / menit, bruit hepar (-), bruit aorta
abdominalis(-), bruit A.Renalis dextra (-), bruit
A.Renalis sinistra(-), bruit A.Iliaca dextra (-), bruit
A.iliaca sinistra (-).
8
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen
Palpasi : turgor cukup, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, ginjal tidak teraba.
i) Ekstremitas
Superior InferiorBintik-bintik merah
-/- -/-
Akral dingin -/- -/-Oedem -/- -/-Sianosis -/- -/-Capilary refill <2”/ <2” <2”/ <2”Refleks fisiologis +/+ +/+Refleks patologi -/- -/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan RujukanLeukosit 12,92 ribu/ul 6.0-17.5Eritrosit 4,74 juta/ul 3,6-5, 2
Hb 12,00 g/dl 10,7-13,1Hematokrit 37,60 % 35-43
MCV 79,30 Fl 74 – 101MCH 25,30 Pg 23 – 31
MCHC 31,90 g/Dl 26 – 34Trombosit 377 10^3/ul 229-553
RDW 13,60 11.5-14.5Eosinofil absolut 0,37 10^3/ul 0,045 – 0,44Basofil absolut 0,01 10^3/ul 0 – 0,2Netrofil absolut 6,37 10^3/ul 1,8 – 8Limfosit absolut 4,68 10^3/ul 0,9 – 5,2Monosit absolut 1,49 H 10^3/ul 0,16 – 1
Eosinofil 2,90 % 2 – 4Basofil 0,10 % 0 – 1
Neutrofil 49,30 L % 50 -70Limfosit 36, 20 % 25 - 50Monosit 11,50 % 1 –6Widal
(serum/plasma)S.Thypi O 1/80 Negatif
9
S. Thypi H Negatif Negatif
V. RESUME
VI. ASSESMENT
Diagnosis Banding :
1) Kejang
Diagnosis Kerja :
Diagnosis Klinis : KDK
Diagnosis Tumbang : Tumbuh kembang sesuai usia
Diagnosis Gizi : Gizi Kurang
Diagnosis Imunisasi : Imunisasi lengkap sesuai usia
VII. INITIAL PLAN
Ip Dx:
Diare Akut Tanpa Tanda Dehidrasi, Kejang Demam Sederhana
S : -
O : Elektrolit, GDS, Morfologi Darah Tepi, Imunologi Serum
10
Ip Tx :
IVFD Kaen 3B 7 tpm
Cefotaxime 2 x 300 mg IV
Ranitidin 2 x 10 mg IV
Ondancentron 2 x 0,75mg IV
PO :
Diazepam 3x 1mg
Paracetamol syrup 3 x ½ cth
L.Bio 2x1 saschet
L. Zinc 1x1 cth
Ip Mx :
Monitoring KU dan Vital Sign
Monitoring resiko kejang berulang dan komplikasi
Ip Ex :
- Jelaskan penyakitkejangdan evaluasi demam
- Menjelaskan pengobatan, dan komplikasi penyakit
- Motivasi untuk ikut memantau tanda dan gejala kegawatan pada
anak.
- Motivasi orangtua tentang penyebab kejang, resiko berulang, dan
penanganan awal serta harus monitor suhu anak dengan
termometer bila demam.
VIII. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanam : dubia ad bonam
Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam
11
KEJANG DEMAM
a. Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. 4
b. Klasifikasi
Berdasarkan manifestasi klinis dibagi menjadi kejang demam
sederhana dan kejang demam kompleks.4
Kejang demam sederhana Kejang demam yang berlangsung
singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri.
Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.
Kejang demam kompleks Kejang demam dengan salah satu ciri
berikut ini: 1) Kejang lama > 15 menit 2) Kejang fokal atau
parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial 3)
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Menurut asal patologi dan neuronal, kejang dibagi 2 yaitu kejang epileptik
dan non epileptik. Kejang epileptik berasal dari saraf kortikal dan
berkaitan dengan perubahan EEG. Kejang non-epileptik berawal dari
subkortikal dan biasanya tidak terdapat kelainan pada EEG. Dirangsang
oleh stimuli dan dipengaruhi oleh kekangan dan perubahan posisi tubuh.5
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit
atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak
tidak sadar. Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam. Kejang fokal
adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang
parsial. Kejang berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, di
antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% di
antara anak yang mengalami kejang demam. 4
12
c. Patofisiologi 5,9
Faktor yang berperan tercetusnya kejang:
Demam
Efek produk toksik terhadap microorganisme terhadap otak
Respon alergik atau keadaan imun yg abnormal oleh infeksi
Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
Ensefalitis viral
Gabungan semua faktor tersebut diatas
Kejang dapat terjadi akibat kenaikan suhu tubuh yang tinggi atau
kenaikan suhu yang cepat. Hipertermia mengurangi influks kalsium yang
mengurangi mekanisme penghambat aksi potensial dan meningkatkan
transmisi sinap eksitori. Demam menghambat mekanisme penghambat
kejang di hipokampus akibat berkurangnya GABA. Infeksi menyebabkan
lepasnya mediator inflamasi (interleukin 1β yang dapat menyebabkan
kejang. Pada anak mempunyai predisposisi chanellopathy natrium,
sensitifitas neuraon akibat peningkatan suhu
d. Pemeriksaan Penunjang
Mencari penyebab demam yaitu dengan darah rutin, gula darah,
elektrolit, kalsium serum, urinalisis, biakan darah, urin, dan feses.
Pemeriksaan EEG dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas,
misalnya: kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau
kejang demam fokal.5,6,9
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Bila yakin bukan meningitis secara klinis
tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. 4
Pungsi lumbal dianjurkan pada:
Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.
Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
Bayi > 18 bulan tidak rutin.
13
Foto X-ray kepala dan computed tomography scan (CT-scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI) tidak rutin dan hanya atas indikasi
kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis); Paresis nervus VI;
Papiledema. 5,6,9
e. Penatalaksanaan kejang 4-6, 9
Terapi fase akut
1) Penderita dimiringkan, mencegah aspirasi ludah atau lendir dari mulut
2) Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka
3) Bila perlu berikan oksigen
4) Fungsi vital, keadaan jantung, tekanan darah, kesadaran, diikuti
seksama
5) Perhatikan kebutuhan dan keadaan cairan, kalori dan elektrolit
6) Suhu yang tinggi harus segera diturunkan:
– Kompres dingin, selimut dan pembungkus badan harus dibuka
– Pemberian obat penurun panas: asetaminofen atau antipiretik
lainnya
7) Bila masih kejang:
Diazepam IV atau per rectum
5 mg bila BB < 10 kg, 10 mg bila > 10 kg
Fenobarbital dgn dosis awal IM
30 mg untuk neonatus
50 mg untuk usia 1 bln – 1 thn
75 mg untuk usia > 1 thn
8) Bila masih kejang :
• 15 mnt kemudian – ulangi pemberian diazepam dgn dosis yang
sama
• 4 jam kemudian berikan fenobarbital dengan dosis
• Hari pertama dan kedua : 8-10 mg/kgBB/hr - 2 dosis
• Hari berikutnya sampai demam reda : 4-5 mg/kgBB/hr - 2 dosis
14
Perlu rawat inap pada pasien dengan :
Kejang demam komplek
Hiperpireksia
Usia < 6 bulan
Kejang demam pertama
Dijumpai kelainan neurologis
f. Prognosis
Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Resiko kematian belum pernah. 4
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus adalah
80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor kemungkinan berulangnya
kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang
demam paling besar pada tahun pertama. Faktor risiko berulangnya
kejang demam adalah : 4,9
Riwayat kejang demam dalam keluarga
Usia kurang dari 12 bulan
Temperatur yang rendah saat kejang
15
Cepatnya kejang setelah demam
The American National Collaborative Perinatal Project, Faktor risiko
menjadi epilepsi adalah:
Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama.
Kejang demam kompleks
Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
g. Pencegahan kejang
Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan pada kejang demam komplek
dengan faktor risiko dan diberikan selama 1 tahun. 5,6,9
1) Profilaksis intermiten, pada waktu demam
Obat antikonvulsan segera diberi begitu diketahui anak demam.
Diazepam oral atau rectum. (Dosis per oral 0,5 mg/kgBB/hr dibagi 3
dosis atau Dosis per rectum 5 mg pada usia < 3 tahun; 10 mg pada
usia > 3 tahun). Efek smping: ataksia, mengantuk dan hipotoni
2) Profilaksis terus menerus, dengan obat antikonvulsan tiap hari
o Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis. efek samping:
iritabel, pemarah, agresif
o Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari , 1-2 dosis. efek samping :
hepatotosik.
o Phenitoin dan karbamazepin tidak efektif.
Edukasi Pada Orang Tua
a) Menerangkan tentang penyakit kejangnya kepada orang tua.
b) Memberikan dan menerangkan cara penanganan kejang kepada
orang tua.
c) Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali.
d) Menerangkan beberapa hal yang bisa dlakukan orang tua bila
dirumah anak kejang:
Tetap tenang dan tidak panik
Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
16
Bila tidak sadar posisikan anak terlentang dengan posisi
miring, agar bisa membersihkan muntahan atau lendir di mulut
dan hidung.
Ukur suhu, catat lama kejang dan suhunya
Berikan diazepam rektal selama kejang dan jangan berikan jika
kejang telah berhenti
Bawa ke dokter jika kejang telah berulang/ terjadi lebih dari
lima menit.
BAB IV
17
PEMBAHASAN
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali perhari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari 1 minggu. Pada diare menentukan derajat dehidrasi
dengan tanda berikut penurunan kesadaran atau letargi, mata cowong, kehausan
sampai dengan tidak bisa minum atau malas minum, cubitan kulit perut kembali
dengan sangat lambat ( ≥ 2 detik ). Diare akibat infeksi oleh mikroorganisme
patogen seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Sesuai rekomendasi WHO/UNICEF dan IDAI, sejak tahun 2008 DepKes
RI memperbaharui tatalaksana diare dengan LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare) Rehidrasi, Dukungan nutrisi, Suplementasi Zinc, Antibiotik
Selektif dan Edukasi Orangtua
Pada pasien Diare 2 hari ini, >4x, cair (+), ampas (+). Demam tinggi 2 hari
seluruh tubuh. Muntah >10 kali sedikit-sedikit, isi sesuai yang di minum. Minum
susu semau bayi, BAK lebih sering dari biasanya warna bening, menangis kuat
terdapat air mata. Pemeriksaan didapatkan KU kurang akif, T = 37,8 0 C. sehingga
dapat disimpulkan pasien mengalami diare akut tanpa tanda dehidrasi. pada pasien
belum dilakukan pemeriksaan faeses rutin, elektrolit, GDS, morfologi darah tepi,
imunologi serum sehingga penyebab diare belum dapat ditegakkan.
Penatalaksanaan pasien diare: Rehidrasi dan dukungan nutrisi dengan
IVFD Kaen 3B 7 tpm, ASI ad lip dan edukasi mulai dilatih MPASI dengan bubur
susu. Suplemen Zinc L. Zinc 1x1 cth, Antibiotik selektif Cefotaxime 2 x 300 mg
IV, Supprotif dengan Ranitidin 2 x 10 mg IV, Ondancentron 2 x 0,75mg IV,
Paracetamol syrup 3 x ½ cth, L.Bio 2x1 saschet. Edukasi pada orangtua yaitu
Jelaskan penyakit diare, pengobatan, dan komplikasi penyakit dan motivasi untuk
ikut memantau tanda dan gejala kegawatan pada anak.
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang demam sederhana Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari
18
15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan
atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah Riwayat kejang demam
dalam keluarga, usia kurang dari 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang,
cepatnya kejang setelah demam. Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab
dan komplikasi kejang demam yaitu dengan darah rutin, gula darah, elektrolit,
kalsium serum, urinalisis, biakan darah, urin, dan feses. Pemeriksaan EEG, LCS,
dan pencitraan (X-ray, MRI, CT Scan).
Terapi fase akut
1) Penderita dimiringkan, mencegah aspirasi ludah atau lendir dari mulut
2) Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka
3) Bila perlu berikan oksigen
4) Fungsi vital, keadaan jantung, tekanan darah, kesadaran, diikuti
seksama
5) Perhatikan kebutuhan dan keadaan cairan, kalori dan elektrolit
6) Suhu yang tinggi harus segera diturunkan:
– Kompres dingin, selimut dan pembungkus badan harus dibuka
– Pemberian obat penurun panas: asetaminofen atau antipiretik
lainnya
19
Perlu rawat inap pada pasien dengan: Kejang demam komplek,
Hiperpireksia, Usia < 6 bulan, Kejang demam pertama dan Dijumpai kelainan
neurologis. Profilaksis intermiten, pada waktu demam. Obat rumatan intermiten
Diazepam oral atau rectum. (Dosis per oral 0,5 mg/kgBB/hr dibagi 3 dosis atau
Dosis per rectum 5 mg pada usia < 3 tahun; 10 mg pada usia > 3 tahun). Efek
smping: ataksia, mengantuk dan hipotoni.
Pada pasien mengalami kejang demam sederhana kejang tinggi karena
didapatkan kejang jam 21.00 1x, ± 2 menit seluruh tubuh kelojotan dan mata
mbelalak ke atas, sebelum dan sesudah kejang menangis, saat kejang tidak
menangis. dan memiliki resiko berulang kejang karena memiliki riwayat ayah
kejang demam waktu kecil, usia kurang dari 12 bulan, dan cepatnya kejang
setelah demam.
Pada pasien belum dilakukan pemeriksaan elektrolit, GDS, morfologi
darah tepi, imunologi serum sehingga penyebab kejang belum diketahui.
Pemeriksaan EEG, LCS, dan pencitraan (X-ray, MRI, CT Scan) tidak diperlukan.
Penanganan awal yaitu pasien indikasi rawat inap karena usia < 6 bulan
dan kejang demam pertama. Penanganan dengan koreksi keadaan cairan dan
elektrolit IVFD Kaen 3B 7 tpm, antibiotik untuk penyebab infeksi Cefotaxime 2 x
20
300 mg IV, maintenence kejang resiko berulang Diazepam 3x 1mg, simtomatis
dan pencegahan berulang kejang dengan Paracetamol syrup 3 x 1 cth. Edukasi
tentang kejang, kemungkinan kejang kembali, bila anak kejang dirumah sebaiknya
: Tetap tenang dan tidak panik Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar
leher Bila tidak sadar posisikan anak terlentang dengan posisi miring, agar bisa
membersihkan muntahan atau lendir di mulut dan hidung. Ukur suhu, catat
lama kejang dan suhunya Berikan diazepam rektal selama kejang dan jangan
berikan jika kejang telah berhenti Bawa ke dokter jika kejang telah berulang/
terjadi lebih dari lima menit.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. C-Change. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita. AED.
Jakarta: 2011
2. Frye, Richard E. 2005. Diarrhea. http://www.emedicine.com
3. Karras, David. 2005. Diarrhea. http://www.emedicinehealth.com/articles
4. Unit Kerja Koordinasi Neurologi. Konsensus penatalaksanaan kejang
demam. Jakarta. 2006; IDAI
5. Pusonegoro, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI. 2004.
6. Staf Pengajar ilmu kesehatan anak FK UI. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Infomedika. 2007
7. Jufrie. Nenny. Modul Pelatihan Diare. Yogjakarta. FKUGM
8. Sudrajat. Gastroenterologi Anak. Jakarta: 2007. Sagung Seto
9. Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.
Semarang: FK UNDIP. 2011
10. Depkes RI. Buku Saku. Pelayanan kesehatan anak di Rumah Sakit.
Pedoman bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten / Kota.
Jakarta : WHO Indonesia. 2008.
22