meningitis

Upload: anna-as-syaharj

Post on 19-Jul-2015

335 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TRIGGER 2 Anak laki-laki usia 7 tahun datang ke rumah sakit dibawa oleh keluarga karena panas tinggi sejak 4 hari yang lalu dan mengeluh sakit kepala, kejang sebanyak 1 kali di rumah. Keluarga mengatakan anak mengalami anoreksia dan terasa kaku pada lehernya. Dari hasil anamnesa perawat dengan ibu klien, didapatkan bahwa anak pernah mengalami otitis media 1 bulan yang lalu. Keluarga tidak tahu menahu mengenai penyakit tersebut. Hasil pemeriksaan perawat, anak tampak letargi, TTV : suhu : 39,5, nadi : 120x/menit, RR : 22x/menit, tanda brudzinski (+), kerning (+), mukosa mulut kering, turgor kembali setelah 3 detik, GCS 3,4,5, badan teraba hangat. Perawat segera melakukan infuse RL. Perawat melakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil leukosit : 15.000, LED : 20mm/jam. Setelah berkolaborasi, dokter menginstruksikan pemberian antipiretik, anti konvulsi jika perlu dan antibiotic. HASIL DISKUSI DK 1 KEYWORD : Anak laki-laki usia 7 tahun Panas tinggi sejak 4 hari yang lalu, sakit kepala dan kejang 1 kali di rumah anoreksia dan terasa kaku pada lehernya. pernah mengalami otitis media 1 bulan yang lalu tampak letargi dan GCS 3,4,5 TTV : suhu : 39,5, nadi :120x/menit, RR:22x/menit tanda brudzinski (+), kerning (+) mukosa mulut kering, turgor kembali setelah 3 detik badan teraba hangat infuse RL leukosit : 15.000, LED : 20mm/jam pemberian antipiretik, anti konvulsi jika perlu dan antibiotic.1

Anoreksia

: hilangnya nafsu makan

terasa kaku pada lehernya:mengindikasikan kaku kuduk (+) otitis media letargi : inflamasi pada telinga bagian tengah : keadaan mengantuk/strupor yang tidak bisa diatasi oleh keinginan untuk bangun tanda brudzinski (+) : flexi leher yang menyebabkan flexi bilateral dan lutut karena iritasi meningen. (+) menandakan meningitis kerning (+) leukosit : 15.000 LED : 20mm/jam area Antipiretik : meningeal sign, (+) menandakan meningitis : menandakan adanya infeksi : meningkat saat anemia, peningkatan fibrinogen, dank peningkatan globulin : obat penurun demam, dapat digunakan juga sebagai pengurang rasa nyeri Antikovusi Antibiotic : obat dalam penanganan kejang : obat anti infeksi

MENEMUKAN MASALAH 1. apakah yang menyebabkan panas, sakit kepala, dan kejang? 2. Apa hubungan antara otitis media dengan gejala yang dialami oleh pasien saat ini? 3. Mengapa dapat muncul tanda-tanda dehidrasi? 4. LED yang meningkat menandakan apa? 5. Mengapa suhu dan nadi pasien dapat meningkat? 6. Apa hubungan antara usia dengan gejala yang dialami? 7. Mengapa pasien dapat mengalami letargi?2

8. Mengapa terapi cairan yang diberikan adalah cairan RL? 9. Adakah pemeriksaan-pemeriksaan lain? 10. Apa penyebab penyakit tersebut dan faktor-faktor resikonya? 11. Mengapa pasien diberikan antipiretik, anti konvulsan dan antibiotic? 12. Apakah banyaknya kejang mempengaruhi intervensi yang akan dilakukan? 13. Mengapa pasien bisa mengalami anoreksia? 14. Mengapa tanda brudzinski dan kerning (+) serta terdapat kaku pada leher?

PENGELOMPOKAN Etiologi Gejala Intervensi : 1,2,3,6,7,10,14 : 4,5,13 : 8,9,11,12

HIPOTESIS MASING-MASING MASALAH Etiologi 1. Panas dikarenakan infeksi pada meninges, sakit kepala Karena bakteri yang menyerang meninges diperkirakan terjadi peningkatan TIK, kejang karena panas yang tinggi. 2. Otitis media merupakan gejala awal dari meningitis 3. Karena pasien mengalami demam, yang menyebabkan evaporasi cairan lebih tinggi 6. Otitis media sering terjadi pada anak-anak, namun gejala yang lainnya bisa terjadi pada segala umur.3

7. Karena pasien mengalami demam, sakit kepala, dan letargi 10.Penyebabnya dikarenakan bakteri dan virus, serta factor risikonya karena lingkungan. 14.Karena pasien diduga mengalami meningitis Gejala 4. LED dapat meningkat karena anemia, peningkatan fibrinogen, dank area peningkatan globulin 5. peningkatan suhu dikarenakan respon terhadap infeksi dan diikuti oleh peningkatan nadi. Karena peningkatan suhu 10 akan disertai dengan peningkatan nadi 4x/menit 13.karena berkurangnya fungsi indera perasa Intervensi 8. Karena cairan RL mengandung kalsium dan kalium 9. Ada, salah satunya pemeriksaan lumbal pungsi 11.Antipiretik infeksi 12.Ya, mempengaruhi intervensi digunakan untuk mengurangi demam, antikunvulsi

digunakan untuk mengurangi kejang, dan antibiotic untuk menangani

HIPOTESIS PENYAKIT : MENINGITIS

HASIL DISKUSI DK 2 1. DEFINISI MENINGITIS4

Meningitis adalah suatu infeksi / peradangan dari meninges,lapisan yang tipis/encer yang mengelilingi otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Harsono., 2003) Menurut WHO, meningitis merupakan meningitis merupakan inflamsi meningen yang menutupi otal dan sinal cord. Penyakit ini kebanyakan disebbkan oleh infeksi (bakteri, virus atau jamur), tapi juga disebabkan oleh iritasi bahan kimia, pendarahan subarachnoid, kanker dan kondisi lainnya. Klasifikasi Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak 1) Meningitis serosa : radang pada selaput otak arakhnoid dan

piameter yang disertai cairan otak yang jernih 2) Meningitis purulenta : radang bernanah pada arkhnoid dan

piameter yang meliputi otak dan medulla spinalis Berdasarkan daerah yang terkena 1) 2) Pakimeningitis : pada daerah durameter Leptomeningitis : pada daerah arakhnoid dan piameter

2. EPIDEMIOLOGI MENINGITIS Insidensi meningitis bervariasi karena agen etiologi yang bermacam-macam, namun diperkirakan lebih tinggi pada Negara-negara berkembang karena akses yang lebih rendah terhadap pelayanan pencegahan, seperti vaksin. Meningitis menyerang semua jenis ras, namun di amerika, orang kulit hitam dilaporkan memiliki insidensi meningitis yang lebih tinggi dibandingkan orang kulit putih dan Hispanic. 1) Epidemiologi meningitis bakteri Meningococcal meningitis menjadi endemic pada Afrika, India dan daerah berkembang lainnya. Epidemic periodic dapat terjadi pada wilayah subsahara, seperti yang terjadi pada orang-orang yang melakukan perjalanan religious, haji, di Saudi Arabia. Pada beberapa bagian Afrika,5

meningococcal

meningitis

terjadi

secara

regular.diperkirakan

250.000kematian terjadi pada Nigeria, Burkina fase, Chad, dan Mali 2) Epidemiologi bakteri pathogen spesifik pada meningitis akut H influenza meningitis biasanya menyerang infant berusia kurang dari 2 tahun. S.agalatice juga dilaporkan terjadi pada orang dewasa, terutama pada yang berusia lebih dari 60 tahun. S pneumonia berhubungan dengan tingkat mortalitas tertinggi diantara semua agen bakteri penyebab meningitis. 3) Epidemiologi meningitis aseptic Virus merupakan penyebab utama dari sindrom meningitis aseptic, penyakit yang dilaporkan terjadi dengan tingkat insidensi 10,9 kasus per 100.000 orang per tahun Meningitis aseptik dapat terjadi pada segala usia, walaupun lebih umum pada anak-anak, terutama selama musim panas. Tidak ada perbedaan ras yang dilaporkan dan biasa terjadi 3x lebih sering pada laki-laki disbanding perempuan. 4) Epidemiologi meningitis kronis Brusella berhubungan dengan meningitis kronis sudah terdistribusi secara global dan umum terjadi pada timur tengah, India, Meksiko,Amerika tengah dan selatan. M tuberculosis juga tersebar secara global dan manusia merupakan satu-satunya reservoir. Pada 1997, diperkirakan tingkat kasus diantara Negara-negara endemic berkisar dari 62-411 kasus per 100.000 populasi. 3. ETIOLOGI MENINGITIS Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Penumococcus, Meningococcus, Hemophilus influenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella. (Japardi, Iskandar., 2002) Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur : 1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria monositogenes6

2. Anak

di

bawah

4

tahun

:

Hemofilus

influenza,

meningococcus,

Pneumococcus. 3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus, Pneumococcus. (Japardi, Iskandar., 2002)

a. Bakteri Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa b. Virus biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus seperti herper simpleks dan herpes zoster. c. Jamur Kriptokokal meningitis adalah serius dan fatal. Bentuk penyakit pada pasien HIV/AIDS dan hitungan CD< 200.Candida dan aspergilus adalah contoh lain jamur meningitis. Faktor predisposisi : infeksi jalan nafas bagian atas otitis media mastoiditis anemia sel sabit hemoglobinopatis prosedur bedah saraf baru trauma kepala dan pengaruh imunologis Sinusitis Sickle cell anemia7

d. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan e. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin. f. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan sistem persarafan

4. PATOFISIOLOGI MENINGITIS

8

5. MANIFESTASI KLINIS MENINGITIS9

Manifestastasi klinis meningitis di bagi menjadi beberapa yaitu : 1. Meningitis karena virus yang di tandai dengan : Cairan serebrospinal jernih Rasa sakit penderita tida terlalu berat Anoreksia, malaise, pembesaran kelenjar parotid sebelum invasi kuman ssp yang disebabkan oleh mumpvirus Sakit kepala, mual muntah, sakit tenggorokan, nyeri otot, demam, ruam mukopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, ekstermitas yang di sebabkan oleh echovirus Tampak lesi vascular pada palatum, uvula, tonsil, lidah, pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit kepala, mual muntah, demam, kaku pada leher, dan nyeri punggung yang di sebabkan oleh coksackie virus 2. Meningitis karena bakteri di tandai dengan : Gangguan alat pernapasan dan GI Meningitis bakteri pada neunatus biasanya di tandai dengan : panas tinggi, mual muntah, dehidrasi, konstipasi, fontanella yang mencembung, kejang, meningitis yang konstan, Stupor yg berlebihan / iritabilitas, Selera makan menurun, Kaku pada tubuh dan leher bayi, bayi biasanya sangat rewel, terjadi gangguan kesadaran, bayi sering membuat gerakan tangan yang tak beraturan. Pada anak anak dan orang dewasa di tandai dengan : gangguan saluran pernapasan yang bersifat akut, panass tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot, nyeri punggung, ncairan serebrospinal tampak kabur, keruh & berpurulen. 3. Meningitis tuberkulosa di bagi menjadi 3 stadium yaitu : Stadium 1 ( prodormal, 2 3 minggu ) gejala ringan & tampak seperti infeksi biasa, pada anak anak bermulanya bersifat sub akut, sering tanpa demam, muntah, anoreksia, murung, berat badan menurun, apatis, pola tidur terganggu, BB menurun, pada orang dewasa : panas, nyeri kepala, konstipasi, anoreksia, fotopobia, nyeri punggung, halusinasi, gelisah. Stadium 2 ( transisi lebih dari 3 minggu) : nyeri kepala hebat, kejang, peningkatan tekanan intracranial, ubun ubun menonjol, muntah hebat. Stadium 3 ( stadium terminal ) : kelumpuhan, gangguan kesadaran sampai koma.10

4. Meningitis Otogenik ( karena bakteri streptococcus pneumonia, haemophylus,

influenzae, pneumonia aeuginosa : menyebabkan otitis media akut meningitis) Di tandai dengan : demam, sakit kepala, kaku kuduk, muntah, penurunan status mental / kesadaran, otorrhea, gangguan pendengaran, otalgi (nyeri telinga), vertigo (pusing) 6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK MENINGITIS 1. Pemeriksaan kaki kuduk Pemeriksaan (+) jika di dapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala di sertai rasa nyeri dan spasme otot, dagu tidak dapat di sentuhkan dada dan juga di dapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala. 2. Pemeriksaan tanda kerning Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri. 3. Pemeriksaan Tanda Brudzinski meliputi : Brudzinski leher : Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher Brudzinski kontra lateral tungkai : Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral. 4. Pemeriksaan Pungsi Lumbal Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).11

-

Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri

5. Pemeriksaan darah Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit (meningkat), Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa (meningkat), kadar ureum, elektrolit (abnormal) dan kultur darah (idung, tenggorokan, urine : mengindikasi daerah yang terkena infeksi Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan CT Scan. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada. 7. PENATALAKSANAAN MENINGITIS A. farmakologis 6. Pemeriksaan Radiologis

a. Obat anti inflamasi1) Meningitis tuberkulosa

a) Isoniazid 10 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 tahun b) Rifamfisin 10 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun c) Streptomisin sulfat 20 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 2 kali sehari, selama 3 bulan2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan

a) Sefalosporin generasi ke 3 b) ampisilina 150 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 6 kali sehari c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari 3). Meningitis bacterial, umur > 2 bulan a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari b) Sefalosforin generasi ke 3.12

b. Pengobatan simptomatis 1) Diazepam IV : 0.2 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 0.6/mg/kg/dosis

kemudian klien dilanjutkan dengan.2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari. 3) Turunkan panas :

a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis. b) Kompres air PAM atau es c. Pengobatan suportif 1) Cairan intravena 2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 50 % d. Pengobatan lainnya Dexamethasone Manittol Anti konvulsan B. : membantu menstabilkan penghlang darah otak : mengurangi edema serebral : mengurangi kejang

Non farmakologis ( terapeutik management) Isolasi precautions Pemberian terapi antimikroba Mempertahankan hidrasi yang optimum Mempertahankan ventilasi Mengurangi peningkatan TIK Management dari syok Mengontrol kejang Mengontrol temperature pada ekstremitas Koreksi anemia13

Perawatan dari komplikasi

8. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN MENINGITIS 1. Pengkajian

Identitas pasien Nama Usia Jenis kelamin Status Tanggal MRS Pekerjaan Alamat Diagnosa medis : An.T : 7 tahun : laki laki : belum menikah : 28 nopember 2011 :: Malang : meningitis

Tanggal pengkajian : 30 nopember 2011

Anamnesa Riwayat kesehatan saat ini : pasien panas tinggi selama 4 hari, mengeluh sakit kepala, kejang 1 kali di rumah, anak mengalami anoreksia, terasa kaku pada leher. Riwayat penyakit masa lalu : otitis media 1 bulan yang lalu Tingkat kesadaran TTV Kepala Hidung Mulut Leher Kulit Badan GCS Leukosit : 15.000 LED : 20 mm/jam14

Pemeriksaan fisik-

: letargi : suhu 39,5o c nadi 120x/menit, RR 22x/menit ::: mukosa mulut kering : kaku : turgor kembali 3 detik : terasa hangat :345

Pemeriksaan laboratorium

Pengelompokan data

Data subyektif 1. Anak laki laki usia 7 tahun 2. Mengeluh panas tinggi sejak 4 hari yang lalu 3. Mengeluh sakit kepala 4. Kejang 1 x 5. Anoreksia 6. Otitis media 1 bulan yg lalu

Data obyektif 1. Tampak letargi2. TTV suhu 39,5o c, nadi 120x/menit,

RR 22x/menit 3. Tanda brudzinski dan kerning positif 4. Mukosa mulut kering 5. Turgor kembali 3 detik 6. GCS 3 4 5 7. Badan terasa hangat8. Leukosit 15.000 LED 20 mm/jam

9. Kaku pada leher 2. Analisa data Data DS : panas tinggi sejak 4 hari yang lalu DO : T 39,5 oC, badan terasa hangat, leukosit 15.000, LED 20 mm/jam Etiologi Infeksi dalam tubuh Tidak tahu tentang penyakit LED 20 mm/jam Leukosit 15.000 T 39,5o C Badan terasa hangat Hipertermia T 39,5o C Masalah keperawatan Hipertermia

DS : panas tinggi sejak 4 hari yg lalu

Kekurangan Volume Cairan15

DO : T 39,5o C, mukosa mulut kering, turgor kembali 3 detik, badan tersa hangat, tampak letargi, GCS 3 4 5

panas tinggi sejak 4 hari yg lalu sekresi keringat untuk homeostatis mukosa mulut kering, turgor kembali 3 detik cairan dalam tubuh tampak letargi GCS 3 4 5 Bakteri menginvasi ssp aktivasi microglia sekresi prostaglandin merangsang neutrofil melepas protease & mediator toksin lain inflamasi darah ke otak reaksi inflamasi pd meningen cairan serebrospinal 16

DS : mengeluh sakit kepala, anoreksia, kaku pada leher

Nyeri akut

TIK sakit kepala DS : sakit kepala, kejang 1 X DO : kaku pada leher, tampak letargi, GCS 3 45 Nyeri Penekanan intracranial sakit kepala kejang 1 x kaku pada leher tampak letargi GCS 3 4 5 risiko intoleransi DS : sakit kepala, otitis media, tidak tahu tentang penyakitnya, kejang aktivitas Otitis media sakit kepala kejang tidak tahu tentang penyakitnya defisiensi pengetahuan 3. Diagnosa keperawatan

Risiko intoleransi aktivitas

Defisiensi pengetahuan

Hipertermia berhubungan dengan inflamasi pada meninges dan peningkatan metabolisme umum

17

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif di tandai dengan mukosa mulut kering, turgor kembali 3 detik

Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial Risiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kondisi tubuh

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman terhadap sumber informasi

4. Rencana keperawatan Hipertermia Tujuan : keseimbangan antara produksi panas Kriteria hasil :-

klien akan menunjukkan termoregulasi dengan indicator suhu tubuh dalam rentan normal (36o 37o C )

-

klien tidk merasakan panas lagi

Intervensi : berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik kepada klien Rasionalnya : anti piretik adalah obat untuk menurunkan demam memberikan kompres dingin pada leher, aksila, dan kening Rasionalnya :kompres dingin dapat membantu mempercepat penurunan suhu tubuh memberikan intake melalui oral Rasionalnya : memperbanyak meminum air putih dapat membantu mencegah dehidrasi akibat sekresi keringat berlebih lepaskan pakaian yang berlebihan, tutupi klien dengan selembar pakaian18

Rasionalnya : mengurangi keringat berlebih, mencegah dehidrasi-

gunakan kompres air dingin Rasionalnya : membantu menurunkan suhu tubuh

Kekurangan volume cairan Tujuan : kekurangan volume cairan teratasi Kriteria hasil : jumlah cairan yang di butuhkan oleh tubuh sudah terpenuhi, di tandai dengan turgor kembali paling lama 2 detik & mukosa mulut kembali lembab Intervensi : Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi RL Rasionalnya : RL merupakan cairan fisiologis yang dapat membantu menggantikan elektrolit dan cairan tubuh yang hilang

-

Mengawasi status cairan pasien Rasionalnya : satus cairan yang terkontrol dapat membantu perawat mencegah perawat mencegah syok terjadi pada klien.

-

Berikan makanan yang mudah di cerna dan tidak merangsang Rasionalnya : meningkatkan penyerapan nutrisi dari usus - Ajarkan pada keluarga mengenai tanda-tanda dehidrasi, hubungi perawat jika diperlukan Rasionalnya : untuk mengenali secara dini dan menunjukkan kontribusi yang tepat dalam penangan dehidrasi. - Tingkatkan asupan cairan, berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran19

Rasionalnya : diperlukan untuk penyeimbang status cairan,terutama jika masukan oral tidak cukup Nyeri akut Tujuan : perbaikan dalam tingkat kenyamanan Kriteri hasil : klien menyatakan bahwa nyeri telah hilang dan klien tampak rileks serta beristirahat dengan baik Intervensi : Tanyakan pada klien tentang karakteristik nyeri misalnya menyuruh klien untuk menunjukkan skala nyeri antara 1 10 Rasionalnya : membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena peningkatan tekanan intracranial, penggunaan skala nyeri membantu klien untuk menunjukkan tingkat nyeri Kaji pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien Rasionalnya : memberi petunjuk derajat nyeri, kebutuhan atau keefektifan intervensi Dorong pasien menyatakan perasaan nyeri Rasionalnya : takut / masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri Berikan tindakan kolaboratif yaitu dengan member obat analgesic ( anti piretik ) Rasionalnya : manajemen nyeri farmakologis & memblok saraf nyeri

Risiko intoleransi aktivitas Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas dengan normal20

Kriteria hasil : klien dapat melakukan aktivitas fisik dengan peningkatan HR, RR, dan Bp yang normal Intervensi : Ajarkan kepada klien untuk melakukan latihan fisik berkala untuk meningkatkan toleransi aktivitas Rasionalnya: latihan fisik berkala dapat membantu klien unutuk tidak mudah lelah Identifikasi aktivitas yang menghambat Rasionalnya : membantu mencari solusi bagaimana mengatasinya Pantau tingkat energy dan toleransi pasien terhadap aktivitas Rasionalnya : membantu dalam mengusahakan maksimalisasi tingkat aktivitas yang dapat di lakukan pasien. - Kolaborasi: rujuk pada ahli gizi mengenai asupan nutrisi yang tinggi energy Rasionalnya : agar pasien tidak mudah merasa kelelahan karena asupan energy mencukupi Defisiensi pengetahuan Tujuan : klien dan keluarga menunjukkan pengetahuan penyakit & gejalanya Kriteria hasil : klien dan keluarga mampu : menggambarkan penyakit dan gejalanya, mengidentifikasi keperluan untuk menambah informasi Intervensi : Melakukan edukasi tentang penyakit klien Rasionalnya : memberikan edukasi tentang penyakit klien akan memberikan pemahaman sehingga keluarga tidak bingung saat anak kembali kejang & sebagainya.21

-

Lakukan penilaian tingkat pengeahuan klien & keluarga mengenai penyakit Rasionalnya : mengetahui tingkat pengetahuan klien dan keluarga.-

Memberikan pengajaran yang sesuai dengan tingkat

pemahaman pasien, mengulang informasi bila diperlukan Rasional : mempermudah pasien dalam menerima informasi. - Memberikan informasi dari beberapa sumber yang dapat menolong pasien/penerima informasi dalam mempertahankan tingkat pemahamannya. Rasionalnya : untuk memfasilitasi pasien/penerima informasi dalam mempertahankan tingkat pemahamannya.

22

Referensi

Mayoclinic Staff.2011.meningitis.www.mayoclinic.com. Diakses pada

28 november 2011

Nanda internasional.2011.diagnosis keperawatan : definisi dan

klasifikasi 2009-2011. Jakarta : EGC.

Razonable, raymund. R. 2011. Meningitis.emedicin.medscape.com.

diakses pada 28 november 2011

Smeltzer.Suzanne CG Bare, Brenda G. 2001. Buku ajar keperawatan

medical bedah. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith.M.2006.buku saku diagnosis keperawatan dengan

intervensi hasil NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.23

Williams, Lippincot and Wilkins. 2011. Nursing : understanding disease.

(terjemahan). Jakarta : Indeks.

24