menanggalkan mitos loyalitas pelanggan

Upload: kevin-labbeik

Post on 05-Jul-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Menanggalkan Mitos Loyalitas Pelanggan

    1/5

    Menanggalkan Mitos Loyalitas Pelanggan

    Loyalitas pelanggan (customer loyalty) tidak disangkal lagi telah menjadi salah satu

    idola

    pimpinan perusahaan, bahkan menjadi tujuan strategis yang paling penting dariperusahaan kurun waktu belakangan ini. Namun, masih banyak mitos yang

    melingkupinya.

    Setiap tahun miliaran dollar AS dikucurkan oleh berbagai perusahaan hanya untuk

    mengejar aspek loyalitas pelanggan. Bayangkan saja daya pikat dari loyalitas ini

    memang

    luarbiasa. Apabila kita menggunakan uick search di ama!on.com, misalnya, untuk

    kata

    loyalty akan ditemukan lebih kurang "#.### buku yang secara khusus membahas

    tentang

    topik ini, lengkap dengan berbagai cara dan metode untuk meningkatkan kesetiaandari

    konsumen. $idak terhitung pula artikel yang ditulis mengenai loyalitas pelanggan

    sebagai

    solusi dari peningkatan pro%t yang didambakan oleh begitu banyak &'.

    alam sebuah penelitian terhadap para &' yang dilakukan &on*erence Board

    tahun

    +##+, ditemukan bahwa loyalitas pelanggan dan retensi konsumen diyakini sebagai

    tantangan sangat penting dihadapi melebihi halhal yang berkaitan dengan

    pengurangan

    biaya, peningkatan nilai saham, ataupun pengembangan organisasi.

    Antusiasme manajemen yang begitu besar terhadap loyalitas ini kemudian

    ditrans*ormasikan ke dalam cara bagaimana organisasi secara internal dan

    eksternal

    mengelola bisnisnya dan berinteraksi dengan pelanggannya. -aling sedikit ada

    empat

    inisiati* yang diin%ltrasi ke dalam praktik manajemen. -ertama adalah peman*aatan

    database sebagai sarana untuk berinteraksi dengan pelanggan. edua, mengadopsi

    sistem

    &ustomer /elationship 0anagement (&/0) dalam skala besar. etiga, melakukan

    program

    loyalitas pelanggan. eempat, menciptakan dan meman*aatkan call center.

    eempat

    prakarsa ini mendominasi in*rastruktur dari implementasi loyalitas pelanggan dan

    menyedot

    capital e1penditure dalam jumlah signi%kan.

    -ersoalannya, apakah perusahaan yang sudah menunjukkan komitmen terhadap

  • 8/16/2019 Menanggalkan Mitos Loyalitas Pelanggan

    2/5

    keempat

    prakarsa ini benarbenar terpenuhi harapannya2 $ernyata tidak. Bahkan, banyak

     juga

    implementasi tidak terarah. alaupun ada organisasi yang mendapatkan man*aat

    dari

    in3estasi terhadap konsep ini, itu bisa dikatakan suatu pengecualian. enyataan,banyak

    dari in3estasi yang dikucurkan berbagai perusahaan untuk mengejar loyalitas

    pelanggan

    didasarkan pada asumsi yang keliru dan temuantemuan yang patut disangsikan

    keabsahannya.

    0emang, tidak berarti bahwa loyalitas pelanggan sudah mati, seperti yang

    dikatakan oleh

    4rederick /eichheld, irector 'meritus Bain 5 &ompany &onsultant dalam bukunya

     $he

    Loyalty '6ect. Namun, problema utama yang saat ini dihadapi oleh dunia bisnis

    tentang

    loyalitas pelanggan sesungguhnya keliru dan salah kaprah. esimpulan demikian

    muncul dari para penulis buku ini yang berasal dari 7psos, salah satu perusahaan

    konsultan riset

    bisnis terkemuka, antara lain $erry 8 9a3ra (terkenal dengan bukunya

    A*termarketing)

    maupun $im einingham (coauthor dari buku inspirasional $he -rinciples o*

    &ustomer

    elight).

    ipaparkan, ada sejumlah mitos loyalitas pelanggan yang diterima begitu saja

    kebenarannya, tidak hanya oleh para pro*esional bisnis, tetapi juga oleh kalangan

    akademisi. 0isalnya, ada anggapan bila perusahaan mempunyai semakin banyak

    pelanggan yang setia, maka akan selalu diikuti dengan pangsa pasar yang besar.

    enyataan justru sebaliknya, perusahaan yang mempunyai tingkat kesetiaan

    konsumen

    tinggi justru mempunyai pangsa pasar kecil, bahkan cenderung eksklusi*. :arley

    a3idson

    merupakan contoh. Sejumlah penelitian memperlihatkan hubungan yang negati*

    antara

    pangsa pasar dan tingkat kesetiaan konsumen dalam pasar yang heterogen.

    Anggapan lain bahwa dibutuhkan biaya lima kali lipat lebih besar untuk

    mengakuisisi

    konsumen baru ketimbang mempertahankannya (retention). 0itos ini begitu

    meresap sekali

    dan secara intuiti* diterima begitu saja kebenarannya selama lebih dari +# tahun.

    enyataan tidaklah demikian, dan di balik mitos ini terkandung asumsi yang keliru.

    -ertama, argumen yang salah tentang bagaimana alokasi biaya antara akuisisi dan

    retensi,

  • 8/16/2019 Menanggalkan Mitos Loyalitas Pelanggan

    3/5

    seakanakan biaya yang terkait dengan konsumen yang baru selalu akan naik,

    sebaliknya

    bagi pelanggan lama akan selalu meningkatkan pengeluarannya seiring dengan

    lamanya

    waktu. Asumsi kedua, argumen yang mengabaikan teori siklus hidup produk dan

    ketigamitos ini mengabaikan kenyataan bahwa pada dasarnya basis konsumen dari setiap

    perusahaan terdiri dari sejumlah kombinasi konsumen yang berbedabeda, baik

    biaya

    akuisisi maupun retensinya. Akibatnya, sekalipun mitos ini sepintas masuk akal,

    realitanya

    ternyata jauh lebih kompleks, dan perlu hatihati disikapi bila tidak ingin kecewa.

    0itos lain bahwa konsumen yang setia biasanya kurang sensiti* terhadap harga.

     $ernyata,

    menurut sejumlah penelitian, antara lain yang dilakukan oleh /einart! dan umar

    tidak

    ditemukan bahwa konsumen yang setia akan rela untuk membayar harga yang

    tinggi dari

    pemasok yang telah dikenalnya. Bahkan dalam suatu penelitian di pasar bisnis,

    terungkap

    bahwa pelanggan lama justru membayar ; sampai < persen lebih murah daripada

    konsumen baru. engan kata lain, pelanggan lama lebih sering membayar lebih

    murah dan

    tidak mau membayar harga yang lebih mahal.

    Salah satu lagi mitos yang juga populer anggapan bahwa karyawan yang puas akan

    menciptakan pelanggan yang bahagia. -erspekti* ini pertama kali muncul di majalah

    bergengsi :ar3ard Business /e3iew dan digagas oleh sejumlah pro*esor terkemuka

    seperti

     =ames :esskett. alam artikelnya yang sangat berpengaruh ketika itu >-utting the

    Ser3ice

    pro%t &hain to ?ork> mereka memopulerkan konsep >satis*action mirror>, yaitu

    karyawan

    yang puas akan berakibat pada kepuasan konsumen dan selanjutnya memberikan

    hasil

    bisnis yang positi*. $ernyata ini pun tidak seluruhnya benar, sejumlah penelitian

    yang ada

    menemukan bahwa kepuasan karyawan tidak bisa secara uni3ersal atau serta

    merta

    menciptakan kesetiaan konsumen. Namun, ketiadaan kaitan yang positi* antara

    tingkat

    kepuasan karyawan dan kesetiaan konsumen tidak berarti dengan begitu saja tidak

    memperlakukan karyawan seperti yang seharusnya, karena seperti yang dikatakan

    oleh

    /ay ordupleski, &ustomer Satis*action irector A$ 5 $, >7 ha3e *ound that no one

    (employee) in any organi!ation can totally satis*y a customer. But any one

  • 8/16/2019 Menanggalkan Mitos Loyalitas Pelanggan

    4/5

    (employee) can

    totally dissatis*y a customer.>

    Seperti yang pernah dikatakan kritikus sosial abad ke@ Ale1is de $ocue3ille >the

    public

    will belie3e a simple lie rather than a comple1 truth> buku ini pun bermaksud untukmeluruskan pemahaman yang keliru tentang berbagai gagasan yang selama ini

    diyakini

    dan diadopsi oleh para pro*esional bisnis maupun khalayak akademisi tentang

    konsep

    bisnis seputar loyalitas pelanggan. -ara penulis buku ini mengupas dengan tajam

    dan kritis

    ;C mitos yang selama ini seakanakan diterima begitu saja sebagai sebuah

    kebenaranD

    dan membongkar berbagai kepalsuan yang ada di baliknya dengan sejumlah

    pengetahuan

    yang kritis (hard science) dan sarat dengan data empiris.

    :asilnya, mereka memaparkan tujuh kebenaran tentang loyalitas pelanggan.

    -ertama,

     janganlah mengelola retensi konsumen sebelum secara cermat memilih konsumenE

    pastikan bahwa segala upaya memupuk loyalitas harus terarah pada konsumen

    yang tepat

    dan yang diinginkan oleh perusahaan. edua, loyalitas butuh waktu untuk tumbuh,

    oleh

    karena itu diperlukan perencanaan dan kesabaran. etiga, *okus pada >shareo*

    walet> dan

     jangan abaikan konsumen yang kecil porsinyaE >consumer polygamy> adalah realita

    saat ini.

    onsumen hanya akan menjalin hubungan monogami dengan merek tertentu bila

    kategori

    produk tersebut sangat penting baginya. eempat, setiap program loyalitas

    pelanggan

    memerlukan interaksi timbal balik, dan bukan untuk kepentingan perusahaan

    semata.

    elima, rangkaian peristiwa antara loyalitas pelanggan sampai dengan pro%t

    merupakan

    sebuah *enomena yang kompleks. leh karena itu, pelajarilah dengan cermat pola

    respons yang spesi%k dari konsumen dan industri. eenam, karyawan yang puas

    dan loyal bisa

    membuat perbedaan, tetapi kepuasan dan kesetiaan konsumen dapat dan sering

    kali

    terjadi tanpa harus karyawannya puas dan loyal. etujuh, loyalitas pelanggan dan

    kekuatan

    merek harus dikelola secara bersamaan dan tidak terpisahkan.

    0emang, loyalitas masih tetap merupakan konsep bisnis yang sangat penting.

  • 8/16/2019 Menanggalkan Mitos Loyalitas Pelanggan

    5/5

    Namun,

     jangan terlalu menyederhanakannya, karena justru akan menghilangkan e*ekti3itas

    untuk

    dapat meman*aatkan secara optimal daya ungkitnya bagi peningkatan kinerja

    bisnis.

    Supaya e*ekti*, satusatunya cara adalah membersihkan segala pengertian danpemahaman keliru yang selama ini telah mengontaminasi, sehingga lebih cerdas

    lagi

    meman*aatkan strategi bisnis ini. $antangan lain, karena realita pasar yang terus

    menerus

    berubah dengan cepat, maka sarana untuk loyalitas pelanggan akan terus

    bere3olusi

    sejalan dengan meningkatnya ekspektasi konsumen. $idak bisa disangkal bahwa

    buku ini

    termasuk yang ikut memberikan pencerahan.