manuskrip

10
1 Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia ANALISIS KASUS PASIEN AKUT MYELOID LEUKEMIA (AML) MENGGUNAKAN PENERAPAN TEORI PEACEFUL END OF LIFE DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA Achmad Fauji, Agung Waluyo, Riri Maria Program Pendidikan Spesialis Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Abstrak Analisis kasus ini merupakan bagian dari karya ilmiah akhir selama program praktik residensi keperawatan medikal bedah di RSKD. Tn. EG (31 tahnun) diagnosa medis Akut myeloid Leukemia (AML M4), post kemoterapi LAM VIII hari ke-7. Keluhan utama: pusing, mual, muntah, sesak nafas, cepat lelah. diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada pasien yaitu: nyeri kronik, gangguan membran mukosa oral, risiko gangguan pertukaran gas, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktifitas, risiko infeksi, risiko perdarahan, dan tidak efektif manajemen kesehatan diriResume keperawatan pada 30 pasien dengan masalah keperawatan terbanyak adalah nyeri (70%), nausea (57%), fatigue (50%) dan cemas (40%).Tidak semua kondisi pasien keganasan khususnya leukemia dapat menggunakan teori Peaceful EOL dalam pemberian asuhan keperawatan, umumnya kondisi pasien yang lebih tepat menggunakan pendekatan teori Peaceful EOL adalah pasien yang mengalami myelosupresi, pasien yang mengalami komplikasi seperti perdarahan, dengan diagnosa sekunder yang dapat memperberat keadaan. Kata kunci: Akut Myeloid Leukemia, asuhan keperawatan, neutropenia, teori peaceful end of life (EOL). Pendahuluan Leukemia merupakan kelompok keganasan yang terjadi pada sistem hematologi akibat defek atau kelainan pada stem sel sehingga mengakibatkan abnormalitas pada produksi sel darah merah, neutropil serta trombosit (Ciesla, 2007). Angka kejadian leukemia di dunia pada laki-laki berada di urutan kesembilan dari angka kejadian kanker dengan angka kejadian sebesar 195.900, sedangkan kejadian leukemia tidak ditemukan pada perempuan. Angka kematian akibat kanker di dunia terutama yang disebabkan oleh leukemia pada laki-laki menempati urutan ketujuh (143.700 kejadian), pada perempuan menempati urutan kesembilan dengan angka kematian 113.800 (GLOBOCAN, 2008). Angka kejadian kasus baru kanker di negara maju tidak ditemukan adanya kasus baru leukemia, namun angka kematian akibat leukemia pada laki-laki menempati posisi kedelapan dengan angka kejadian 48.600 dan pada perempuan menempati posisi ketujuh dengan angka kematian 38.700. Angka kejadian kasus baru kanker di negara berkembang sedikit berbeda dengan di negara maju, dimana didapatkan kejadian kasus baru leukemia pada laki-laki sebebsar 116.500 dan pada perempuan 93.400 sedangkan angka kematian leukemia pada laki-laki adalah 95.100 dan pada perempuan 75.100 (GLOBOCAN, 2008). Indonesia sebagai salah satu negera berkembang juga memiliki permasalahan angka kejadian leukemia yang cukup

Upload: ahmad-fauji

Post on 24-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Manuskrip on international nursing confrence

TRANSCRIPT

Page 1: Manuskrip

1 Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

ANALISIS KASUS PASIEN AKUT MYELOID LEUKEMIA (AML)

MENGGUNAKAN PENERAPAN TEORI PEACEFUL END OF LIFE

DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS JAKARTA Achmad Fauji, Agung Waluyo, Riri Maria

Program Pendidikan Spesialis Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan

Abstrak Analisis kasus ini merupakan bagian dari karya ilmiah akhir selama program praktik residensi

keperawatan medikal bedah di RSKD. Tn. EG (31 tahnun) diagnosa medis Akut myeloid

Leukemia (AML M4), post kemoterapi LAM VIII hari ke-7. Keluhan utama: pusing, mual,

muntah, sesak nafas, cepat lelah. diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada pasien yaitu:

nyeri kronik, gangguan membran mukosa oral, risiko gangguan pertukaran gas, nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktifitas, risiko infeksi, risiko perdarahan, dan tidak efektif

manajemen kesehatan diriResume keperawatan pada 30 pasien dengan masalah keperawatan

terbanyak adalah nyeri (70%), nausea (57%), fatigue (50%) dan cemas (40%).Tidak semua kondisi

pasien keganasan khususnya leukemia dapat menggunakan teori Peaceful EOL dalam

pemberian asuhan keperawatan, umumnya kondisi pasien yang lebih tepat menggunakan

pendekatan teori Peaceful EOL adalah pasien yang mengalami myelosupresi, pasien yang

mengalami komplikasi seperti perdarahan, dengan diagnosa sekunder yang dapat

memperberat keadaan.

Kata kunci: Akut Myeloid Leukemia, asuhan keperawatan, neutropenia, teori peaceful end of life (EOL).

Pendahuluan

Leukemia merupakan kelompok

keganasan yang terjadi pada sistem

hematologi akibat defek atau kelainan

pada stem sel sehingga mengakibatkan

abnormalitas pada produksi sel darah

merah, neutropil serta trombosit (Ciesla,

2007). Angka kejadian leukemia di dunia

pada laki-laki berada di urutan kesembilan

dari angka kejadian kanker dengan angka

kejadian sebesar 195.900, sedangkan

kejadian leukemia tidak ditemukan pada

perempuan. Angka kematian akibat kanker

di dunia terutama yang disebabkan oleh

leukemia pada laki-laki menempati urutan

ketujuh (143.700 kejadian), pada

perempuan menempati urutan kesembilan

dengan angka kematian 113.800

(GLOBOCAN, 2008). Angka kejadian

kasus baru kanker di negara maju tidak

ditemukan adanya kasus baru leukemia,

namun angka kematian akibat leukemia

pada laki-laki menempati posisi kedelapan

dengan angka kejadian 48.600 dan pada

perempuan menempati posisi ketujuh

dengan angka kematian 38.700. Angka

kejadian kasus baru kanker di negara

berkembang sedikit berbeda dengan di

negara maju, dimana didapatkan kejadian

kasus baru leukemia pada laki-laki

sebebsar 116.500 dan pada perempuan

93.400 sedangkan angka kematian

leukemia pada laki-laki adalah 95.100 dan

pada perempuan 75.100 (GLOBOCAN,

2008). Indonesia sebagai salah satu negera

berkembang juga memiliki permasalahan

angka kejadian leukemia yang cukup

Page 2: Manuskrip

2 Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

tinggi yaitu menempati posisi ketiga

penyebab kematian akibat penyakit non

infeksi dengan proporsi kejadian leukemia

10,4% (Kemenkes, 2010).

Leukemia secara umum diklasifikasikan

menurut stem cells yang terlibat baik

lymphpoid maupun myeloid, juga

diklasifikasikan sebagai leukemia akut

maupun leukemia kronik berdasarkan

perjalanan penyakit, dimulai dari gejala

muncul sampai fase perkembangan sel

dihentikan. Gejala leukemia kronik

berkembang dalam hitungan bulan sampai

tahunan serta umumnya ditemukan lebih

banyak sel leukosit matur, sedangkan pada

leukemia akut gejala terjadi secara tiba-

tiba perkembangan sel terhenti pada fase

blast sehingga kebanyakan berisi sel

undifferentiated atau sel blast (Casciato &

Territo, 2009). Salah satu kejadian

leukemia akut adalah akut myeloid

leukemia (AML). Data yang didapatkan

dari Rumah Sakit Kanker Dharmais

periode Januari sampai Maret 2013

terdapat 41 kasus AML dari total 203

pasien yang datang dengan keganasan

sistem hematologi. AML dapat terjadi

pada setiap kelompok usia, angka kejadian

meningkat seiring pertambahan usia

dengan angka kejadian tertinggi pada

kelompok usia 60 tahun, akan tetapi pasien

kelompok usia lebih tua memiliki

prognosa yang buruk dibandingkan usia

muda. Kematian yang terjadi pada pasien

AML umumnya disebabkan adanya infeksi

atau akibat perdarahan. Tanda dan gejala

AML berkembang akibat insufisiensi

prouksi sel darah normal. Perdarahan

terjadi karena trombositopenia, kelemahan

disebabkan anemia, serta demam dan

infeksi akibat neutropenia (Ciesla, 2007).

Hal ini juga disampaikan oleh Crawford,

Dale, dan Lyman (2003) bahwa pasien

dengan neutropenia memiliki resiko yang

lebih besar terhadap infeksi.Berbagai

keluhan dan gejala fisik yang dialami

pasien baik anemia, perdarahan, dan

neutropenia serta tahapan pengobatan yang

harus dijalani membutuhkan perawatan di

rumah sakit.

Selama menjalani perawatan, pasien dapat

mengalami berbagai masalah keperawatan.

Masalah-masalah keperawatan tersebut

hanya bisa diselesaikan dengan

menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang dilakukan untuk

mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi

masalah keperawatan yang dialami pasien

baik aktual maupun potensial. Proses

keperawatan yang diberikan kepada pasien

dilakukan dalam rangka meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan dengan

menerapkan standar asuhan keperawatan

serta melakukan peran perawat spesialis.

Selama melakukan asuhan keperawatan

pada pasien keganasan, diaplikasikan teori

keperawatan. Teori yang tepat dan dapat

diterapkan pada pasien Akut myeloid

leukemia (AML) harusnya dapat

memaksimalkan kualitas hidup pasien

terutama pada saat mengalami

myelosupresi, karena pada keadaan

myelosupresi terjadi penurunan kualitas

hidup pasien seperti badan terasa pegal dan

sakit, demam, lemas dan pusing. Melalui

teori Peaceful EOL perawat diharapkan

berperan dalam memaksimalkan

perawatan dan pengobatan melalui

penggunaan teknologi secara bijak dan

memberikan intervensi yang meningkatkan

kenyamanan untuk meningkatkan kualitas

hidup dan tercapainya kematian yang

tenang dan damai (Tomey & Alligood,

2006). Penerapan asuhan keperawatan

dengan menggunakan teori peaceful End

Page 3: Manuskrip

3 Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

of Life merupakan salah satu upaya untuk

memberikan kenyamanan, penggunaan

teknologi secara bijak untuk meningkatkan

kualitas hidup pada pasien keganasan yang

dituangkan penulis dalam bentuk laporan

dengan judul ”Analisis Kasus Pasien Akut

Myeloid Leukemia (AML) Menggunakan

Penerapan Teori Peaceful End Of Life Di

Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta”

Analisa Kasus

Tn E G (31 tahun), belum menikah

golongan darah A dirawat di RSKD sejak

20 Maret 2013 dengan diagnosa medis

Akut myeloid Leukemia (AML M4), No

RM 14 87 93. Pengkajian keperawatan

dilakukan tanggal 8 april 2013. Klien post

kemoterapi LAM VIII hari ke-7. Keluhan

utama: pusing, mual, muntah, sesak nafas,

cepat lelah. Riwayat penyakit saat ini:

klien sebelumnya pernah dirawat di RSKD

pada awal 2013 dan pernah mendapat

kemoterapi LAM VIII dan dinyatakan

remisi pada tanggal 19 Maret 2013.

Riwayat penyakit sebelumnya: klien sering

mengeluh demam dan pusing, tidak ada

gusi berdarah dan epistaksis, demam turun

naik berobat ke dokter dan disangka

demam thyfoid, namun setelah menjalani

pengobatan tidak kunjung sembuh klien

berobat ke RS di rumah sakit dilakukan

pemeriksaan laboratorium dan didiagnosa

leukemia, kemudian klien minta dirujuk

untuk dirawat di RS Kanker Dharmais

dengan alasan dekat dengan rumah. Hasil

pemeriksaan analisa sumsum tulang tgl 16

januari kesan AML-M4, gambaran darah

tepi peningkatan leukosit dengan jumlah se

blast 44%, terjadi penurunan jumlah

trombosit. Faktor resiko pada pasien

adalah perokok aktif sejak SMTA kelas 1

sehari habis 1 – 2 bungkus rokok, namun

sejak sakit (tahun 2013) klien sudah tidak

merokok lagi, walau kadang dirumah klien

mengaku secara diam-diam masih

merokok sebatang atau lebih namun tidak

sampai ½ bungkus rokok dalam sehari.

Aspek Bebas Nyeri

Tn. EG mengeluh nyeri pada mulut, hasil

pemeriksaan fisik terdapat mukositis

derajat 2 berwarna merah, terasa nyeri, dan

terdapat lecet. Nyeri dirasakan skala 5 dari

10, klien mengatakan nyeri saat berbicara,

makan dan minum. Nyeri timbul secara

persisten, tidak menyebar, dan berkurang

setelah diberikan anti jamur (Nystatin).

Nyeri yang dirasakan tajam, perih dan

lokasinya jelas yaitu rongga mulut. Klien

memiliki riwayat pengobatan kanker yaitu

dengan kemoterapi hari ke-7, tidak ada

riwayat metastasis. Tindakan non

farmakologis adalah menganjurkan klien

untuk berkumur dengan cairan NaCl 0,9%

sebelum dan setelah makan.

Aspek Kenyamanan

Klien mengeluh sesak nafas derajat skala

ESAS 4, saat klien melakukan aktifitas

seperti berjalan sesak bertambah skala

ESAS menjadi 5 atau 6 bergantung

aktifitas yang dilakukan. Hasil

pemeriksaan tanda-tanda vital: TD 120/80

mmHg, Nadi 22x/mnt, Suhu 38.10C,

pernafasan 102x/mnt. CRT <3 detik,

Pemeriksaan laboratorium tanggal 8 April

2013 Hb: 8.8 g/dl, Eritrosit 3.01 juta/µl,

Leukosit 0.14 ribu/µl, Trombosit 2 ribu/µl,

hematokrit 25.4%hitung jenis segmen 0%,

segmen 8%, ANC 11.2 Echo tanggal 27

Maret 2013 E/F 60.3% masalah

keperawatan yang muncul: intoleransi

aktifitas, resiko gangguan pertukaran gas,

resiko perdarahan, resiko infeksi.

Page 4: Manuskrip

4 Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

Klien mengeluh sulit menelan, mual dan

muntah dirasakan skala ESAS 5-6, intake

terbatas akibat kesulitan menelan dan mual

serta muntah. Muntah 2-5 kali sehari

terkadang berisi makanan namun

selebihnya hanya saliva dan cairan

lambung. Klien mengeluh terdapat

perubahan nafsu makan, namun mampu

makan sesui diit yang diberikan, frekuensi

makan 3x/hari porsi makan yang

dihabiskan ¼-½ porsi namun terkadang

hanya mampu menghabiskan makanan

beberapa suap, saat ini tidak mampu

menelan makanan yang bertekstur kasar

hanya mampu makan yang bertekstur

halus sampai cair seperti bubur dan susu.

Hasil pengkajian cachexia ditemukan

adanya cachexia ringan. Selain itu klien

juga mengeluh perut yang kembung.

Pemeriksaan fisik ditemukan adanya

mucositis pada rongga mulut, terdapat

stomatitis yang terasa nyeri, lecet, dan

mukosa eritema, perdarahan gusi

disangkal, intake nutrisi via oral, BB 65

Kg dari sebelum sakit 75 kg, TB 182 cm,

IMT 18.9 (moderat), kehilangan BB 5-

10% dalam 6 bulan terakhir, status

fungsional 50% aktifitas dilakukan

ditempat tidur, ECOG 2.. Pemeriksaan

diagnostik tanggal 23 Maret 2013:

Albumin:3.9 g/dl, SGOT: 8 U/L, SGPT:

10 U/L, GDS: 120 mg/dl, Natrium 125

mmol/l, Chlorida 88 mmol/l, kalium 3.9

mmol/l, Kalsium 9.6 mg/dl, Magnesium

1.5 mg/dl. Masalah Keperawatan:

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan,

Nyeri akut,gangguan membran mukosa

oral .

Terpasang CVC, Hasil pemeriksaan

laboratorium Leukosit 0.14 ribu/µl,

Trombosit 2 ribu/µl, Natrium 125 mmol/l,

Chlorida 88 mmol/l, kalium 3.9 mmol/l,

Kalsium 9.6 mg/dl, Magnesium 1.5 mg/dl.

Masalah keperawatan: Resiko Infeksi,

resiko perdarahan

Pada saat pengkajian klien post kemoterapi

Konsolidasi LAM VIII hari ke-7, riwayat

penggunaan leukokin 1x1 SC mulai hari

kelima. Klien terpasang CVC, balutan

CVC diganti setiap hari pada lokasi

pemasangan tidak terdapat tanda

peradangan seperti bengkak, kemerahan,

drainase, dan perubahan suhu. Klien

mengatakan tidak mengerti apa yang harus

dilakukan saat hasil laboratorium turun,

hanya mengikuti anjuran dokter dan

perawat untuk menggunakan masker. Hasil

laboratorium tanggal 8 April 2013: Hb:

8.8 g/dl, Eritrosit 3.01 juta/µl, Leukosit

0.14 ribu/µl, Trombosit 2 ribu/µl,

hematokrit 25.4%hitung jenis segmen 0%,

segmen 8%, ANC 11.2 Masalah

keperawatan yang ditemukan resiko

infeksi, kurang pengetahuan tentang

pencegahan infeksi.

Aspek Dihargai Dan Dihormati

Klien menyatakan saat habis kemoterapi

dirinya merasa senang, namun jika mulai

muncul efek samping kemoterapi seperti

mual-muntah, sariawan,demam dan sesak

nafas merasa hidupnya akan segera

berakhir. Klien berharap mual-muntah dan

demam yang sering dialami setelah

kemoterapi cepat berakhir sehingga bisa

makan dengan nikmat dan bisa jalan-jalan

karena setelah hampir satu bulan di rumah

sakit dan hanya ditempat tidur klien

merasa jenuh dan bosan. Klien

mengeluhkan perubahan lingkungan

rumah sakit dari sebelumnya di lantai 4

gedung diklat menjadi di lantai 6 gedung

perawatan yang menjadi dingin sehingga

membuat dirinya mudah menggigil.

Ekspresi wajah terkadang tampak menahan

sakit saat berbicara dan saat menelan air

Page 5: Manuskrip

5 Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

ludah. Masalah keperawatan: tidak efektif

manajemen kesehatan diri.

Aspek Damai

Klien menganggap penyakit yang dialami

saat ini adalah cobaan dari Tuhan, namun

klien memiliki keyakinan bahwa suatu hari

penyakitnya akan dapat disembuhkan.

Klien menganggap kematian sebagai

proses kehidupan, bahwa setiap orang pasti

mati tidak hanya dirinya yang sedang

terbaring sakit namun dapat juga terjadi

pada perawat. Klien menyatakan jika

dirinya meninggal klien merasa belum siap

karena klien belum menikah dan masih

memiliki impian bersama pacarnya untuk

membangun sebuah keluarga, selain itu

klien juga mengatakan belum

mempersiapkan seandainya dirinya

meninggal meninggalkan wasiat karena hal

tersebut akan diurus oleh keluarga namun

klien mengatakan jika dirinya meninggal

klien ingin diurus sesuai syariat agamanya

yaitu Islam dan dimakamkan di

pemakaman dekat dengan keluarganya

didaerah kebayoran lama sehingga

keluarga bisa berziarah dengan mudah.

Pada saat klien mengatakan hal ini tampak

klien berkaca-kaca, serta tampak sedih dan

murung. Selama dirawat klien tampak

sering membaca buku-buku keagamaan,

sering berdoa namun tidak terlihat untuk

melakukan kegiatan ibadah lainnya seperti

sholat. Masalah keperawatan pada klien:

spiritual distress.

Aspek Dekat Dengan SO

Klien mengatakan saat ini orang yang

paling bermakna adalah pacar dan orang

tuanya terutama ibunya. Keluarga terutama

ibu dan pacarnya tidak mengerti tentang

penyakit leukemia yang mereka tahu

adalah penyakit kanker darah dan harus

dikemoterapi namun diagnosis, serta

prognosis dari penyakit tidak paham.

Keluarga juga mengatakan yakin suatu

hari pasti klien akan sembuh, keluarga

mengatakan berharap klien tidak

meninggal sekarang ini karena klien belum

menikah. Keluarga mengatakan

seandainya klien meninggal keluarga

pasrah karena merupakan kepastian dari

Tuhan, keluarga menambahkan jangankan

orang sakit orang yang sehat saja bisa

meninggal akan tetapi keluarga belum bisa

menerima kematian klien jika klien

meninggal dalam masa pengobatan.

Keluarga mengakatan akan melakukan

segala cara agar klien sembuh walaupun

harus habis-habisan. Keluarga mengatakan

masih beruntung klien hanya kanker darah

bukan kanker dengan tumor sehingga klien

tidak mengalami kecacatan fisik akibat

operasi. Keluarga mengatakan seandainya

klien meninggal klien akan diurus dan

dimakamkan sesuai syariat agama Islam

dan dikuburkan didekat rumah sesuai

permintaan klien sebelumnya. Saat

dilakukan wawancara hal ini keluarga

tampak sedih dan murung juga terlihat ibu

klien menitikkan air mata. Masalah

keperawatan: koping keluarga tidak

efektif.

Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dilakukan untuk

beberapa diagnosa keperawatan yang

ditegakkan pada pasien yaitu: nyeri kronik,

gangguan membran mukosa oral, risiko

gangguan pertukaran gas, nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktifitas,

risiko infeksi, risiko perdarahan, dan tidak

efektif manajemen kesehatan diri.

Evaluasi Keperawatan

Page 6: Manuskrip

6 Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

Evaluasi keperawatan pada Tn. EG

dilakukan setiap saat serta

didokumentasikan setiap hari

menggunakan lembar evaluasi

keperawatan. Evaluasi keperawatan pada

Tn. EG dapat dilihat pada lampiran. Klien

meninggal dunia pada hari selasa tanggal

15 April 2013 jam 19.00 dengan

penyebab kematian adalah gagal nafas dan

dugaan sepsis, dari catatan registrasi

pasien di ruangan klien rencana akan

dipindahkan ke ICU, namun sebelum

pindah kondisi klien mengalami

perburukan, klien meninggal dihadapan

perawat, dokter jaga dan keluarga.

Menurut laporan perawat yang bertugas

pada hari tersebut keluarga tampak tidak

rela melepas kepergian klien terutama

pacar klien.

Pembahasan

Leukemia yang dialami Tn. EG adalah

leukemia akut. Berdasarkan karakteristik

leukemia akut yaitu kejadiannya cepat,

tingkat morbiditas dalam hitungan bulan,

terjadi pada semua usia, tingkat sel darah

putih bervariasi, berisi sel blas, terdapat

anemia dan trombositipenia (Ciesla, 2007),

serta terjadi neutropenia maka dari hasil

tersebut beberapa karakteristik yang terjadi

adalah kejadian leukemia yang dialami

oleh Tn. EG cepat hanya terjadi dalam

hitungan bulan yaitu mulai bulan januari

2013 sampai bulan april 2013 yaitu sekitar

3 bulan. Hasil analisa sumsum tulang pada

bulan januari 2013 terdapat sel dengan

kesimpulan yaitu AML M4, gambaran

darah tepi menunjukkan peningkatan

dengan jumlah terbanyak adalah sel Blast

44%, trombosit menurun, hasil

pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya

pembesaran kelenjar getah bening. Hal

tersebut menunjukkan bahwa terdapat

kesesuaian antara karakteristik leukemia

akut dengan yang terjadi pada klien.

Klasifikasi yang digunakan untuk

menentukan leukemia pasien adalah

menggunakan klasifikasi yang dibuat oleh

FAB hal ini terlihat dari kadar sel Blast

untuk menentukan klasifikasi tersebut serta

hanya berdasarkan morfologi dan

immunophenotyping karena jika

menggunakan klasifikasi oleh WHO dalam

pemeriksaan akan tampak sel abnormal

sitogenik namun pada pasien belum

ditemukan adanya pemeriksaan sitogenik.

Klien mendapatkan kemoterapi dengan

protokol LAM VIII yaitu protokol dengan

agen kemoterapi: daunorubicin 45mg/m2

selama 3 hari, Alexan 100mg/m2 selama 7

hari. klien mendapatkan kemoterapi

induksi yaitu terapi agresif dengan

protokol LAM VIII yang bertujuan

menghancurkan sel leukemia dalam

jaringan, darah tepi dan sumsum tulang

(Black & Hawks, 2009), (Lewis,

Heitkemper, & Dirksen, 2010),

(Workman, 2010). Terapi induksi

diberikan pada bulan februari 2013 dengan

hasil terjadi remisi. Bulan maret 2013

tepatnya tanggal 26 Maret 2013 klien

diberikan terapi konsolidasi yang pertama

dengan protokol LAM VIII yaitu

Daunurobicin 45 mg/m2 1 hari, Alexan

100 mg/m2 7 hari dan Alexan 50 mg/m2 IV

bolus per 12 jam selama 7 hari, efek

samping utama yang terjadi adalah

neutropenia dan febrile neutropenia yang

menyebabkan terjadinya sepsis dan gagal

nafas sehingga pasien meninggal pada

tanggal 15 April 2013 atau hari ke-15

setelah kemoterapi. Agen kemoterapi yang

diberikan pada klien berupa Daunorobicin

yaitu golongan antracycline antibiotik

yang memiliki efek terhadap sistem

hematologi berupa kejadian myelosupresi

dengan nadir sel darah putih dan trombosit

Page 7: Manuskrip

7 Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

adalah 10-14 hari. Agen kemoterapi

lainnya adalah Alexan yaitu agen

kemoterapi golongan antimetabolit

terhadap sel spesifik yang menyebabkan

efek samping terhadap sistem hematologi

berupa myelosupresi dose-limiting side

effect, setelah 5 hari pemberian secara

terus menerus akan menyebabkan

terjadinya nadir sel darah putih pada hari

ke-7-9 setelah itu meningkat dan mencapai

nadir penuh pada hari ke-15-24 (Berkery,

Cleri, Skarin, 1997). Pada pasien kejadian

nadir terlihat mulai hari ke-8 sampai hari

ke-14 ditandai dengan nilai ANC yang

rendah, nilai trombosit yang rendah serta

diikuti dengan kematian. Penyebab

kematian pada pasien yaitu dugaan

terjadinya sepsis dan gagal nafas.

Faktor resiko pada pasien hanya

ditemukan satu faktor resiko yaitu

merokok karena baik klien maupun

keluarga tidak menjelaskan adanya

penyakit keturunan dalam keluarganya

dengan penyakit yang sama dengan klien.

Rokok dan asap rokok diketahui memiliki

sekitar 4000 kandungan bahan kimia

berbahaya diantaranya arsenik, benzena,

logam berat hidrogen sianida dan

nitrosamin khusus tembakau (Depkes RI,

(n.d)). Salah satu kandungan kimia

(Benzena) disebutkan sebagai salah satu

penyebab leukemia yang berperan sebagai

karsinogen pada kejadian leukemia akut

(Casciato & Territo, 2009). Tembakau

dalam rokok diduga sebagai penyebab

terjadinya kelainan sitogenik sehingga

terjadi mutasi gen, namun untuk melihat

perubahan genetik tidak dapat dilakukan

karena tidak diperiksakan pemeriksaan

sitologi.

Itano dan Taoka (2007) menyebutkan

beberapa manifestasi klinis pada AML

yaitu, penurunan berat badan, demam,

infeksi berulang, perdarahan tiba-tiba,

dyspnea, anoreksia, nyeri tulang, sakit

kepala, muntah sebagai komplikasi

neurologis. Manifestasi klinik yang

dialami oleh klien Keluhan pusing, mual,

muntah (post kemo), sesak nafas, cepat

lelah klien tidak ditemukan tanda-tanda

perdarahan, nyeri tulang dan komplikasi

neurologis lainnya hal ini disebabkan pada

pasien sudah mengalami kemoterapi

induksi LAM VIII sebelumnya dan

dinyatakan remisi sehingga untuk melihat

manifestasi klinik pada awal penyakit sulit

manifestasi klinik yang ditemukan

umumnya manifestasi klinis pasca

pemberian kemoterapi konsolidasi LAM

VIII.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan

pada pasien hampir sama teori, hanya tidak

dilakukan pemeriksaan sitogenik, profil

thyroid, dan serum testosteron. Beberapa

kemungkinan tidak dilakukan pemeriksaan

tersebut adalah belum menjadi standar

pemeriksaan laboratorium di RSKD,

ataupun pemeriksaan tersebut tidak

termasuk dalam cakupan asuransi

jamkesmas pasien.

Neutropenia yang terjadi pada klien

disebabkan oleh agen kemoterapi yaitu

Daunurobicin 45 mg/m2, dan Alexan 100

mg/m2. Faktor lain yang meningkatkan

kejadian neutropenia pada pasien adalah

status fungsional yang rendah, nutrisi yang

kurang baik terjadi penurunan berat badan

dalam 3 bulan terakhir, nilai hemoglobin

yang rendah, serta kejadian myelosupresi.

Beberapa faktor tersebut dapat

mengarahkan pasien dalam keadaan febrile

neutropenia. Keadaan febrile neutropenia

dapat menyebabkan komplikasi infeksi dan

bakterimia yang mengakibatkan sepsis.

Page 8: Manuskrip

8 Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

Dugaan penyebab kematian adalah gagal

nafas serta adanya kemungkinan sepsis.

Kemungkinan yang terjadi pada pasien

yaitu kejadian sepsis akibat adanya febrile

neutropenia sehingga terjadi infeksi di

sistem respirasi. Infeksi pada sistem

respirasi inilah yang menyebabkan

kejadian gagal nafas. Demam dan sepsis

akan meningkatkan PaCO2, pada pasien

juga terjadi anemia yang menyebabkan

terjadinya gangguan difusi pertukaran gas.

Keadaan tersebut menyebabkan

peningkatan permebialitas vaskuler

sehingga terjadi edema pada paru

utamanya adalah alveoli. Edema tersebut

kemudian menyebabkan inaktifasi

surfaktan, pelepasan sitokin dan memicu

inflamasi selanjutnya terjadi pembentukan

hialin dan kejadian gagal nafas.

Diganosa keperawatan yang mungkin

muncul pada kasus leukemia akut adalah

resiko infeksi, resiko kurang volume

cairan, nyeri akut, intoleransi aktifitas,

kurang pengetahuan (kebutuhan

pembelajaran) tentang prognosa penyakit;

pengobatan; perawatan diri dan discharge

needs (Doenges, Moorhouse, & Murr,

2010). Diagnosa keperawatan lain menurut

Itano dan Taoka (2007) adalah Kurang

pengetahuan, resiko cedera, resiko infeksi,

koping tidak efektif dan koping keuarga

tidak efektif. Pada klien Tn. EG ditemukan

10 masalah keperawatan yaitu: nyeri akut,

gangguan membran mukosa oral, nutrisi

kurang dari kebutuhan, intoleransi

aktifitas, resiko gangguan pertukaran gas,

resiko infeksi, resiko perdarahan, tidak

efektif manajemen kesehatan diri, resiko

gangguan religiosity serta koping keluarga

tidak efektif. Perbedaan diagnosa

keperawatan yang muncul disebabkan

klien pasca pemberian kemoterapi LAM

VIII sehingga diagnosa seperti gangguan

membran mukosa oral pada sumber

rujukan tidak ditemukan karena pada saat

pengkajian ditemukan adanya mukositis

derajat 2 pasca kemoterapi.

Diagnosa keperawatan lain yang berbeda

dengan teori yaitu resiko perdarahan,

resiko gangguan pertukaran gas, dan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh serta

tidak efektif manajemen kesehatan diri.

Kemungkinan dalam teori diagnosa

ditegakkan sebelum pemberian kemoterapi

sedangkan pada pasien adalah diagnosa

keperawatan yang ditemukan dan

ditegakkan pasca pemberian kemoterapi.

Perbedaan yang lain adalah penulisan

diagnosa keperawatan yang menjadi

rujukan. Doenges et. al (2010) merujuk

pada NANDA 2009-2011 begitu juga yang

digunakan oleh penulis, sedangkan Itano

dan Taoka (2007) belum merujuk pada

NANDA 2009-2011. Sehingga terdapat

perbedaan dalam penulisan diagnosa

keperawatan begitu.

Penulis berpendapat bahwa perbedaan

yang terdapat pada kasus klien dengan

teori adalah keadaan pasca kemoterapi

pada klien. Pasca kemoterapi masih sedikit

dibahas dalam literatur begitu juga

perumusan diagnosa keperawatan yang

muncul pasca kemoterapi. Penulis

berpendapat bahwa diagnosa keperawatan

yang ditegakkan pada pasien pasca

kemoterapi khususnya pada pasien

keganasan hematologi pada kasus dapat

dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam

perumusan diagnosa keperawatan dimasa

yang akan datang. Hal lain adalah

penerapan teori yang digunakan, penulis

menggunakan teori peaceful EOL sehingga

aspek damai, sosial, perasaan bermartabat

dan dihargai mendapat perhatian dalam

pengkajian, berbeda dengan pendekatan

Page 9: Manuskrip

9 Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

yang digunakan oleh sumber rujukan yang

gunakan masih merujuk pada keadaan

umum dan manifestasi klinik yang

muncul.

Pada 30 pasien resume terdiri dari 5 pasien

dengan Limphoma Non Hodgkin, 2 pasien

dengan Akut myeloid leukemia, 1 orang

pasien akut limfositik leukemia, 2 orang

dengan limfoma hodgkin, 2 pasien kanker

payudara, 4 pasien dengan kanker kolon, 1

pasien Ca. Gaster, 2 pasien osteosarcoma,

1 pasien lifosarcoma, 2 pasien kanker

servik, 3 pasein Ca. Ovarium dan 5 pasien

kanker nasofaring. Beberapa diagnosa

keperawatan yang ditegakkan nyeri

menempati urutan pertama dari diagnosa

keperawatan yang muncul pada pasien

keganasan menggunakan aplikasi teori

peaceful EOL yaitu sebesar 70% (21

pasien), diikuti oleh Nausea 57% (17

pasien), Fatigue 50% (15 pasien), dan

cemas 40% (12 pasien). Intervensi

keperawatan rata-rata dilakukan selama 3-

5 hari intervensi didasarkan pada NOC dan

NIC. Diagnosa keperawatan yang

ditegakkan tidak ada yang dapat

diselesaikan karena berbagai kondisi

seperti pasien yang pulang, pasien

meninggal, serta lama intervensi

keperawatan yang singkat sehingga

intervensi keperawatan dilanjutkan oleh

perawat ruangan.

Kesimpulan

Model teori Peaceful End of Life (Peaceful

EOL) pada pasien keganasan atau kanker

mampu memberikan pemahaman tentang

bagaimana mengahadapi kematian dengan

tenang terhadap pasien keganasan berbagai

kondisi. Masalah keperawatan yang sering

muncul pada pasien keganasan

menggunakan teori Peaceful EOL pada

aspek nyeri dan nyaman. Tidak semua

kondisi pasien keganasan dapat

menggunakan teori Peaceful EOL dalam

pendekatan pemberian asuhan

keperawatan, umumnya kondisi pasien

yang lebih tepat menggunakan pendekatan

teori Peaceful EOL adalah pasien yang

mengalami myelosupresi, pasien yang

mengalami komplikasi seperti perdarahan,

dengan diagnosa sekunder yang dapat

memperberat keadaan. Diperlukan

pendekatan dan komunikasi terapeutik

yang erat sehingga pasien dan keluarga

dapat membina trus kepada perawat

sehingga pengkajian aspek damai,

bermartabat dan dihormati serta aspek

dekat dengan SO dapat dilaksanakan.

Referensi

Berkery, R., Cleri, L. B., & Skarin, A. T. (1997). Oncology pocket guide to chemotherapy. London: Mosby-Wolfe.

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Client with cancer. Dalam P. W. Smith (Penyunt.), Medical surgical nursing: Clinical management for positive outcome (hal. 290 -291). St. Louis: Elsevier.

Casciato, D. A., & Territo, M. C. (2009). Acute Leukemia and Myelodysplastic syndromes. Manual of clinical oncology (6th ed., hal. 534 - 552). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Ciesla, B. (2007). Acute leukemias. Hematology in practicia (hal. 159-186). Philadelphia: F. A. Davis Company.

Crawford, J., Dale, D. C., & Lyman, G. H. (2003). Chemotherapy-induced Neutropenia: Risk, consequences, and new directions for its management. American Cancer Society, 228-237.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2010). Nursing care

Page 10: Manuskrip

10 Analisis Kasus Pasien Akut Myeloid Leukemia

plans: Guidelines for individualizing client care across the life span. (8th ed). Philadelphia: E. A. Davis Company.

Friese, C. R. (2006). Chemotherapy-induced neutropenia: Important new data to guide nursing assessment and management. Cancer therapy and supportive care, 21-25.

GLOBOCAN. (2008). GLOBOCAN 2008: cancer fact sheet. Diakses dari http://globocan.iarc.fr/factsheets/cancers/all.asp

Itano, J. K., & Taoka, K. N. (2005). Nursing care of the client with leukemia. Core curriculum for oncology nursing (hal. 676-688). St.Louis, Missouri: Elsevier Saunders.

Johnson, J. Y. (2010). Leukemia, Myeloid, Acute. Handbook for Brunner & Suddarth's textbook of medical-surgical nursing (12th ed., hal. 419 - 420). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Lewis, S. M., Heitkemper, M. M., & Dirksen, S. R. (2010). Nursing management: Cancer. Dalam C. M. Bender, J. M. Yasko, & R. A. Strohl (Eds.), Medical Surgical Nursing: Assessment and management of clinical problems (7th ed.). St. Louis: Mosby.

Lopez-Pousa, A., Rifa, J., Casas De Tejerina, A., Gonjalez-Larriba, J. L., Iglesias, C., Gasquet, J. A., et al. (2010). Risk assessment model for first-cycle chemotherapy-induced neutropenia in patient with solid tumours. European Journal of Cancer Care, 648-655.

NANDA International. (2009). Nursing diagnoses: definitions & classification 2009-2011. Herdman, T. H., (Ed). West Sussex, United Kingdom: Wiley-Blackwell.

National Cancer Institute (2003). Common Terminology Criteria for Adverse

Events v3.0 (CTCAE). Diakses dari: http://ctep.cancer.gov/forms/CTCAEv3.pdf

Nursing Intervention Classification (NIC). (2008). G. M. Bulechek, H. K. Butcher, & J. M. Dochterman (Eds). (5th ed). St Louis, Missouri: Mosby Elsevier.

Nursing Outcomes Classification (NOC). (2008). Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E (Eds.). (4th ed).St Louis, Missouri: Mosby Elsevier.

Oken, M. M., Creech, R. H., Tormey, D. C., Horton, J., Davis, T. E., McFadden, E. T., & Carbone, P. P.(1982). Toxicity And Response Criteria Of The Eastern Cooperative Oncology Group. Am J Clin Onco l 5:649-655.

Shinton, N. K. (2008). Desk reference for hematology. Boca Raton, Florida: CRC Press, Taylor & Francis Group.

The National Cancer Institutes. (2013, 02 12). Adult acute myeloid leukemia treatment. National Cancer Institute at the national institutes of health: Diakses dari www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/adultAML/healthprofessional

Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006). Peaceful end of life. Nursing theorist and their work (6th ed., hal. 774-782). St. Louis: Mosby Elsevier.

Workman, M. L. (2010). Cancer development. Dalam Medical surgical nursing: Patient centerd collaborative care (6th ed., Vol. 1, hal. 399-413). St. Louis: Elsevier Saunders.