manusia dan suara hati

11

Click here to load reader

Upload: faifmaulanahabibi

Post on 26-Sep-2015

82 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Makalah mengenai manusia dan suara hati, semoga bermanfaat.

TRANSCRIPT

MANSIA SEBAGAI CITRA ALLAH MEMILIKI SUARA HATIA. MANUSIA DAN MORAL.Moral Dari asal mores yang merarti aturan. Moral biasanya diterjemahkan sebagai kebiasaan-kebiasaan. Pengertian moral menyangkut soal tindakan-tindakan manusia, sehingga

manusia dinilai baik atau buruk sebagai manusia berdasarkan ajaran, norma atau system

tertentu. Berdasarkan pengertian itu maka moralitas atau kesusilaan adalah menyangkut tindakan-tindakan moral dimana seseorang dapat dinilai baik-buruknya sebagai manusia.Manusia adalah mahluk hidup yang bertubuh dan berjiwa, ber-roh dan berakal-budi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia mampu untuk bertransedensi (menguasai) diri dan lingkungannya. Keunikan kodrat manusia dibandingkan dengan mahluk lain adalah akal-budiyang dimilikinya. Dengan kemampuan akal-budinya maka manusia memiliki kemampuan untukmengambil keputusan dan menentukan diri sendiri. Disinilah nampak bahwa manusia adalah mahluk yang berdimensi rasional dan individual. Dimensi rasionalitas manusia dicetuskan dalam

kemampuannya untuk mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya. Dimensi rohani

manusia sebagai pribadi nampak dalam rasionalitas tersebut, sehingga manusia menjadi subyek dari segala perbuatannya. Dalam keterkaitannya sebagai sukyek dari segala tindakannya itu manusia adalah subyek mo ral . Artinya manusia menjadi subyek moral adalah pelaku tindakan yang menyadari akan hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Sebagai subyek moral dalam segala tindakan manusia, ia dituntut tanggung-jawab atas segala perbuatannya.

Untuk memahami apa itu perbuatan moral? Mengapa melalui perbuatan moral yang dilakukan manusia dapat dinilai baik-buruknya sebagai manusia? Kiranya perlu terlebih dahulu

memahami berbagai segi dari tindakan-tindakan manusia. Yang dimaksud dengan tindakanatau perbuatan, adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia baik yang disadari, maupun yang tidak disadari, baik yang dimaui maupun yang terpaksa dilakukan, baik yang bermotivasi luhur ataupun yang bermotivasi buruk. Setiap perbuatan manusia selalu memiliki dua segi yaitu segi personal dan segi sosial. Dua segi itu selalu menyertai tindakan-tindakan manusia karena kodratnya sebagai pribadi yang unik sekaligus adalah mahluk sosial, yang defacto tidak bisa hidup sendirian.

Setiap perbuatan manusia memiliki segi personal. Hal itu berkaitan dengan orientasi

dasar atau optio fundamentalis yang berwujud kerinduan manusia pada kebaikan tertinggi dalam hidup ini. Tindakan manusia pada dasarnya menjadi wujud kemampuan akal budi. Berkat akal-budi manusia mampu menjadi subyek dari setiap perbuatan yang dilakukannya. Artinya manusia mampu memilih, merencanakan, dan melaksanakan suatu tindakan-tindakan, dan pada akhirnya mampu mempertanggung-jawaban segala yang dilakukannya itu. Adanya kemampuan akal-budi menjadikan manusia sebagai mahluk yang bebas, yang merdeka, yang mampu mengadakan pilihan-pilihan secara bebas menurut kehendak hatinya. Ada istilah

cogito ergo sum cogito ergo passum, artinya akulah yang merencanakan, aku pula yang

melaksanakan dan aku pula yang menanggung segala akibatnya (mempertanggung- jawabkannya).

Perbuatan manusia di bidang moral adalah suatu proses dinamis berkaitan dengan

seluruh integrasi pribadi sebagai manusia, mahluk yang berjiwa raga, yang menyejarah, yang berada dalam kondisi-kondisi tertentu. Perbuatan itu dapat dilihat secara personal (berkaitan dengan pribadi orang ybs), dan selalu dihubungkan dengan pemilihan orientasi dasar atau optio fundamentalis dilakukan atau dicetuskan dalam inti lubuk hati manusia. Pemilihan orientasi dasar suatu perbuatan moral selalu terarah pada Tuhan Allah sebagai sumber kebaikan atau kebaikan tertinggi. Keterarahan seperti itulah yang menjadikan alasan-alasan, motivasi, dorongan-dorongan, pamrih, intensi ataupun maksud dilakukannya suatu tindakan- tindakan. Keterarahan tindakan-tindakan manusia pada akhirnya menuju Kebaikan tertinggi yang adalah Tuhan Allah sendiri sebagai sumber kebaikan atau sebagai kebaikan tertinggi (bonum summum). Dalam menuju pada kebaikan tertinggi itulah maka setiap tindakan atau perbuatan manusia mempunyai pamrih, motivasi ataupun tujuan untuk dirinya maupun untuk oranglain berupa kebaikan-kebaikan yang bersifat terbatas (bonum particularia). Maka kebaikan-kebaikan terbatas yang menjadi dorongan manusia untuk melakukan sesuatu dapat dipandang sebagai cetusan, cerminan dari optio fundamentalis.

Untuk memahami perbuatan manusia di bidang moral perlu kita bedakan adanya dua jenis perbuatan yang dilakukan manusia, yaitu actus humanus dan actus hominis. Hal ini

penting karena ternyata tidak setiap tindakan yang dilakukan manusia yang disadari dan

dimaui pasti merupakan perbuatan moral. Actus hominis adalah tindakan manusia, yang pada dasarnya dilakukan sebagai mahluk hidup. Segala aktivitas manusia yang bersifat rutin, spontan, tidak memerlukan pemikiran ataupun pertimbangan ataupun bahkan tidak memerlukan suatu keputusan-keputusan. Yang termasuk actus hominis misalnya; ketika lapar manusia melakukan aktivitas makan dan minum; ketika lelah manusia mengambil waktu untuk istirahat entah dengan berbaring atau tidur; ketika merasa diri kotor maka manusia melakukan aktivitas bebersih diri entah dengan mandi dan sebagainya. Segala perbuatan manusia yang dikategorikan sebagai actus hominis pada dasarnya tidaklah berbeda dengan yang dilakukan oleh hewan.

Umumnya hewan memiliki suatu ketetapan perilaku, yang arahnya menuju pada upaya mempertahankan hidup (survival). Dalam rangka survival ini maka hewan akan melakukan kegiatan, beradaptasi dengan lingkungan sekitar, mencari makan, berlindung dari hal-hal yang membahayakan atau tidak mengenakkan dirinya, bertahan hidup dari segala ancaman dan sebagainya. Segala hal tersebut pada dasarnya juga dilakukan oleh manusia, meskipun dalam wujud penghayatannya selalu berkembang berdasarkan budaya sebagai hasil dari proses adaptasi dengan lingkungan setempat. Dalam hubungannya dengan pemilihan orientasi dasar, maka dapat dikatakan bahwa actus hominis itu tidak selalu berhubungan ataupun merupakan cetusan atau cerminan dari optio fundamentalis. Hal ini karena perbuatan-perbuatan yang tampaknya ringan spontan seringkali tidak merupakan buah pikiran, ataupun cetusan dari lubuk hati yang dalam.

Berbeda dengan actus hominis, dalam hal ini actus humanus dipahami sebagai tindakan yang dilakukan manusia sebagai manusia, yang mempunyai ciri khas memiliki kemampuan akal-budi dan kehendak bebas. Oleh karena itu actus humanus seringkali diartikan sebagai perbuatan yang manusiawi, yang pasti menunjukkan segi personal sebagai perwujudan integritas pribadi manusia sekaligus juga merupakan cetusan atau cerminan dari orientasi dasar atau optio fundamentalis. Actus humanus adalah perbuatan yang dilakukan manusia selaku pribadi manusia, artinya: dengan tahu dan mau, dan dalam keadaan bebas sehingga perbuatan tersebut ada dalam kuasanya. Oleh karena actus humanus itu dilakukan ada dalam kuasa subyek, maka tindakannya tersebut harus dapat dipertanggung-jawabkan. Dengan demikian maka hanyalah actus humanus yang dapat masuk dalam penilaian moral, oleh karenanya actus humanus seringkali disamakan sebagai perbuatan atau tindakan moral.

B. SUARA HATI ATAU HATINURANI.SSuaraHati merupakan bagian inti manusia yang penting untuk menilai bahwa tindakan manusia itu bisa dikatakan bermoral atau tidak. Untuk itu, akan kita jelaskan arti, guna, pembentukkan dan prinsipnya.

1. Arti.Pengertian suara hati (SH)/ hati nurani menurut Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1778 adalah Hati nurani adalah keputusan akal budi, di mana manusia mengerti apakah satuperbuatan konkret yang ia rencanakan, sedang laksanakan, atau sudah laksanakan, baikatau buruk secara moral. Dalam segala sesuatu yang ia katakan atau lakukan, manusia berkewajiban mengikuti dengan seksama apa yang ia tahu, bahwa itu benar dan tepat. Oleh keputusan hati nurani manusia mendengar dan mengenal penetapan hukum ilahi. SH merupakan hukum yang diberikan oleh Allah dalam hati manusia. Tetapi Suara Hati bukan suara Tuhan. Maka Suara Hati bisa kliru, salah. Dalam SH ada suara Tuhan.

Meskipun demikian SH harus selalu diikuti1. Dalam KGK 1776 dikatakan, Di lubuk hati nuraninya manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari dirinya sendiri, tetapi harus ditaatinya. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan untuk menghindari apa yang jahat. Bilamana perlu, suara itu menggemakan dalam lubuk hatinya: jauhkanlah ini, elakkanlah itu. Sebab dalam hatinya manusia menemukan hukum yang ditulis oleh Allah. Martabatnya ialah mematuhi hukum itu, Hati nurani ialah inti manusia yang paling rahasia, sanggar sucinya; di situ ia seorang diri bersama Allah, yang sapaan-Nya menggema dalam batinnya (Gaudium et Spes 16).2. Gunanya suara hati adalah untuk memimpin manusia untuk berbuat baik dan menghindari berbuat jahat. Menurut KGK 1777 di dalam lubuk hati seseorang bekerjalah hati nurani (Bdk. Rm 2:14-16). Pada waktu tertentu ia memberi perintah untuk melakukan yang baik dan mengelakkan yang jahat. Ia juga menilai keputusan konkret, di mana ia menyetujui yang baik dan menolak yang jahat (Bdk. Rm1:32). Ia memberi kesaksian tentang kebenaran dalam hubungan dengan kebaikan tertinggi, yaitu Allah, oleh siapa manusia ditarik, dan hukum-hukum Siapa manusiaterima. Kalau ia mendengar hati nuraninya, manusia yang bijaksana dapat mendengarsuara Allah, yang berbicara di dalamnya.3. Pembentukan hati nurani adalah suatu tugas seumur hidup (KGK 1784).

Hati nurani itu dibentuk oleh pengetahuan yang kita dapat, sehingga pendidikan hati nurani merupakan tugas seumur hidup. Sabda Tuhan merupakan Terang yang membentuk suara hati, yang harus kita terapkan dalam hidup kita dalam iman dan doa, oleh bimbingan Roh Kudus, dibantu oleh kesaksian ataupun nasihat orang lain dan juga oleh pengajaran Gereja.Selanjutnya menurut KGK 1783 Hati nurani harus dibentuk dan keputusan moral harus diterangi. Hati nurani yang dibentuk baik dapat memutuskan secara tepat danbenar. Dalam keputusannya ia mengikuti akal budi dan berorientasi pada kebaikan yangbenar, yang dikehendaki oleh kebijaksanaan Pencipta. Bagi kita manusia yang takluk kepada pengaruh-pengaruh yang buruk dan selalu digoda untuk mendahulukankepentingan sendiri dan menolak ajaran pimpinan Gereja, pembentukan hati nurani itumutlak perlu. Sudah sejak tahun-tahun pertama ia membimbing seorang anak untuk mengerti dan menghayati hukum batin yang ditangkap oleh hati nurani.Satu pendidikan yang bijaksana mendorong menuju sikap yang berorientasi pada kebajikan. Ia memberi perlindungan terhadap dan membebaskan dari perasaantakut, dari cinta diri dan kesombongan, dari perasaan bersalah yang palsu, dan rasa puas dengan diri sendiri, yang semuanya dapat timbul oleh kelemahan dan kesalahanmanusia. Pembentukan hati nurani menjamin kebebasan dan mengantar menuju kedamaian hati.KGK 1785 Dalam pembentukan hati nurani, Sabda Allah adalah terang di jalan kita. Dalam iman dan doa kita harus menjadikannya milik kita dan melaksanakannya.Kita juga harus menguji hati nurani kita dengan memandang ke salib Tuhan. Sementara itu kita dibantu oleh anugerah Roh Kudus dan kesaksian serta nasihat orang lain dan dibimbing oleh ajaran pimpinan Gereja (Bdk. Dignitatis Humanae 14).4. Prinsip utamanya: Apa yang kamu ingin agar orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. (Mat 7:12). KGK 1789 Dalam segala hal berlaku peraturan-peraturan berikut:Tidak pernah diperbolehkan melakukan hal yang jahat, supaya hal yang baik dapat timbul darinya. Kaidah emas: segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, berbuatlah demikian juga kepada mereka(Mat7:12).Cinta kasih Kristen selalu menghargai sesama dan hati nuraninya. Jika engkauberdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah engkau pada hakikatnya berdosa terhadap Kristus (1 Kor 8:12). Tidak baik? melakukan sesuatu yang menjadi batu sandungan bagi saudaramu (Rm 14:21). Hati1 KATEKISMUS GEREJA Katolik no.1790

nurani bisa salah karena ketidaktahuan yang tak terhindari; dalam keadaan ini orang tersebut tidak bersalah. Namun ketidaktahuan juga dapat disebabkan oleh ketidakpedulian orang itu sendiri; dan dalam kondisi ini orang itu bersalah.KGK 1790 Manusia selalu harus mengikuti keputusan yang pasti dari hati nuraninya. Kalau ia dengan sengaja bertindak melawannya, ia menghukum diri sendiri. Tetapi dapat juga terjadi bahwa karena ketidaktahuan, hati nurani membuat keputusan yang keliru mengenai tindakan yang orang rencanakan atau sudah lakukan.KGK 1791 Sering kali manusia yang bersangkutan itu sendiri turut menyebabkan ketidaktahuan ini, karena ia tidak peduli untuk mencari apa yang benar serta baik, dan karena kebiasaan berdosa hati nuraninya lambat laun hampir menjadi buta (Gaudium et Spes 16). Dalam hal ini ia bertanggungjawab atas yang jahat, yang ia lakukan.Agar dapat mendengarkan suara hati, kita harus mengenal hatinya sendiri dan rajin memeriksa batin.KGK 1779 Supaya dapat mendengarkan dan mengikuti suara hati nurani, orang harus mengenal hatinya sendiri. Upaya mencari kehidupan batin menjadi lebih penting lagi, karena kehidupan sering kali mengalihkan perhatian kita dari setiap pertimbangan, dari pemeriksaan diri atau dari introspeksi. Masuklah ke dalam hati nuranimu dan tanyakanlah dia! Masuklah ke dalam batinmu saudara-saudara! Dan di dalam segala sesuatu yang kamu lakukan, berusahalah agar Allah adalah saksimu (Agustinus, ep. Jo.8,9).DEKALOG ( SEPULUH FIRMAN ALLAH )Berekaitan dengan moralitas Kristiani kiranya tidak dapat ditinggalkan adanya Sepuluh Perintah Allah (Dekalog). Dekalog ini diperlukan untuk tindakan secara umum, sehingga umat Katolik tidak terlalu sulit bertindak secara moral dalam kasus umum. Karena Yesus tidak menghapuskan Hukum Lama, tetapi menyempurnakan. Tetapi dalam kasus-kasus khusus Dekalog ini harus ditempatkan dalam pertimbangan Suara Hati atau Hati Nurani. Untuk itu bagian berikut akan dijelaskan arti, dan kaitannya dengan Perjanjian Baru serta Ajaran Gereja .

Dasasila atau yang dikenal dengan Sepuluh Perintah Allah dalam masyarakat Yahudi sama

dengan Pancasila berperanan dalam masyarakat Indonesia . Maka layak bahwa arti dan makna asli dari Sepuluh Perintah Allah perlu dipertahankan sebagai pedoman hidup masyarakat dan bukan sekedar perintah , yang terdengar moralistik , legalistik , dan individualistik , seperti yang sering diajarkan kepada kita .

1. Arti dan Makna Sepuluh Firman Allah.a. Sepuluh Firman Allah sebagai pedoman hidupDasafirman adalah wahyu karena mengarahkan manusia kepada kebahagiaan sejati. Akulah Yahwe , Allahmu , yang telah membawa engkau keluar dari tanah Mesir , dari tempat perbudakan (Kel 21:2; Ul 5:6 ) . Keprihatinan dan kerahiman Tuhan demi kemerdekaan menjadi pegangan kehidupan manusia yang paling dasariah , dan sikap Tuhan menjadi pedoman utama bagi semua usaha manusia .

b. Sepuluh Firman Allah merupakan ungkapan kehendak Allah dan tanggapan manusia.Dalam Sepuluh Firman Allah , tidak hanya dirumuskan kewajiban manusia terhadap Allah , tetapi juga tuntutan terhadap sesama manusia dalam kehidupannya di masyarakat .

c. Sepuluh Firman Allah merupakan ajaran moral.Sepuluh Perintah Allah menunjuk pada bidang-bidang kehidupan yang didalamnya para warga umat Allah harus bertindak sesuai keyakinan iman dengan memperhatikan kepentingan manusia sehingga terbentuk prinsip-prinsip kehidupan moral .

2. Sejarah Sepuluh Firman Allah.Pada dasarnya , Sepuluh Firman Allah ditemukan dalam Kel 20 : 1-17 dan Ul 5 : 6-21 . Tetapi memang banyak rumusan yang kita kenal dan perbedaan yang ada cukup berarti. Rumusan dan urutan yang sekarang lazim dipakai di dalam Gereja Katolik berasal dari Agustinus.

3. Pembagian Sepuluh Firman Allah.a. Pembagian dilihat dari segi relasia.1. Loh batu pertama berisi Firman Allah pertama , kedua , dan ketiga , yakni mengenai ketaatan dan kebaktian kepada Tuhan dalam kehidupan agama .

a.2. Loh batu kedua berisi Firman Allah keempat sampai kesepuluh, yakni berkenaaan dengan bidang hidup manusia atau bagaimana menghormati manusia dalam bidang- bidang kehidupannya.

b. Pembagian dilihat dari segi hak.HAK ALLAHHAK MANUSIA

1. Jangan ada padamu Allah lain di hadapanmu ! (Allah yang Maha Esa)

2. Jangan membuat bagimu patung ; Jangan sujud menyembah kepadanya ! (Allah yang Mahakudus)

3. Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan ! (Allah yang Mahaagung)

4. Ingatlah dan kuduskanlah Hari Tuhan ! (Allah Sang Penebus)

5. Hormatilah ayahmu dan Ibumu ! (Allah

Mahasetia)

Allah itu Esa; Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu !1. Jangan membunuh ! (Hak Hidup)

2. Jangan berjina ! (Hak perkawinan/keluarga)

3. Jangan mencuri (manusia) ! (Hak kemerdekaan/kebebasan)

4. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu ! (Hak nama baik)

5. Jangan mengingini rumah sesama atau apa pun yang di punyai sesamamu ! (Hak Milik)

Allah itu Esa, Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri !

C. TUGAS.1. Tanggung jawab moral yang bagaimanakah semestinya kita wujudkan sebagai orang

Katolik?

2. Pertimbangan moral yang bagaimanakah perlu kita lakukan ditengah berbagai kasus kemanusiaan, sehingga kita dapat melakukan suatu tindakan yang tepat?

3. Apa pentingnya suara hati bagi kehidupan profetis Anda dalam dunia kesehatan?