makalah tarsan

26
PENDAHULUAN Dalam sejarah pemikiran Islam modern, Syekh Muhammad ‘Abduh dikenal sebagai tokoh pembaruan yang paling berhasil. Gagasan pembaruannya tidak hanya berpengaruh di negerinya sendiri, Mesir dan negeri-negeri Arab lainnya di Timur Tengah, tetapi juga di negeri-negeri Islam yang lain yang terbentang dari Maroko, Afrika Utara hingga ke Indonesia, Asia Tenggara. Namun keberhasilannya tersebut dapat terwujud bukan karena keberhasilannya semata, melainkan juga berkat upaya kontribusi murid terdekatnya, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha. Berkaitan dengan hubungan ‘Abduh dan Ridha tersebut, Syekh Musthafa Abdurraziq mengatakan bahwa jika ’Abduh adalah imam dalam agama, Ridha adalah sahabatnya, sang penafsir mazhab dan penyempurna alirannya. Untuk itu redaktur majalah al-Manar ini telah mencurahkan segala kemampuannya dan melakukan berbagai kajian dan diskusi tentang masalah-masalah agama dan fiqh. Hasil kerjanya telah membawa pengaruh yang besar kepada para pengkaji 1

Upload: sansanbontot

Post on 19-Jun-2015

357 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah tentang keimanan

TRANSCRIPT

Page 1: makalah tarsan

PENDAHULUAN

Dalam sejarah pemikiran Islam modern, Syekh Muhammad ‘Abduh dikenal

sebagai tokoh pembaruan yang paling berhasil. Gagasan pembaruannya tidak hanya

berpengaruh di negerinya sendiri, Mesir dan negeri-negeri Arab lainnya di Timur

Tengah, tetapi juga di negeri-negeri Islam yang lain yang terbentang dari Maroko, Afrika

Utara hingga ke Indonesia, Asia Tenggara. Namun keberhasilannya tersebut dapat

terwujud bukan karena keberhasilannya semata, melainkan juga berkat upaya kontribusi

murid terdekatnya, Sayyid Muhammad Rasyid Ridha.

Berkaitan dengan hubungan ‘Abduh dan Ridha tersebut, Syekh Musthafa

Abdurraziq mengatakan bahwa jika ’Abduh adalah imam dalam agama, Ridha adalah

sahabatnya, sang penafsir mazhab dan penyempurna alirannya. Untuk itu redaktur

majalah al-Manar ini telah mencurahkan segala kemampuannya dan melakukan berbagai

kajian dan diskusi tentang masalah-masalah agama dan fiqh. Hasil kerjanya telah

membawa pengaruh yang besar kepada para pengkaji ilmu-ilmu agama dan juga

pengkajian Islam di seluruh dunia.

Melalui tafsirnya itu, Ridha berupaya mengaitkan ajaran-ajaran Alqur’an dengan

masyarakat dan kehidupan serta menegaskan bahwa Islam adalah agama universal dan

abadi, yang selalu sesuai dengan kebutuhan manusia di segala waktu dan tempat. Dalam

setiap kesempatan ia selalu berupaya menyelaraskan ajaran Alqur’an dengan

perkembangan ilmu pengetahuan saat itu.

1

Page 2: makalah tarsan

A. Riwayat Hidup Rasyid Ridha

Rasyid Ridha hidup pada kurun waktu antara sepertiga akhir abad ke-20. Kurun

waktu tersebut merupakan kurun waktu yang paling kelabu dalam sejarah Arab modern

jika dibandingkan dengan kurun waktu sebelumnya. Sebab saat itu kaum imperialis barat

telah bersekutu dengan kaum zionis internasional untuk memecah-belah umat Islam,

membagi-bagi negeri-negeri mereka,dan merampas harta kekayaan mereka.1

Pada kurun waktu tersebut, kerajaan Turki Usmani yang pernah menjadi kerajaan

adikuasa dan menguasai wilayah yang sangat luas, meliputi Asia Kecil, Armenia, Irak,

Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Maroko, dan Aljazair di

Afrika; Bulgaria, Hungaria, Yugoslavia, Rumania, Albania, dan Yunani di Eropa Timur 2

telah pula mengalami kemunduran yang drastis.

Sejak abad ke-18 Turki Usmani selalu mengalami kekalahan dalam

peperangannya dengan Eropa. Perasaan nasionalisme pada bangsa-bangsa yang berada di

bawah kekuasaannya semakin meningkat dan negeri-negeri yang selama ini menjadi

bagian wilayahnya semakin melepaskan diri.

Oleh karena itu Turki tidak mampu menahan gerak maju Negara-negara Eropa ke

dunia Islam dan tidak dapat lagi mempertahanb\kan kedaulatan negaranya, sehingga

dijuluki dengan the sick man of Europe atau orang sakit dari Eropa. Meskipun demikian

Turki Usmani dapat bertahan hingga abad ke-20. 3

1 Muhammad Ahmad al-Darniqah, al-Sayyid, Muhammad Rasyid Ridha’ wa Ishlahatul al-Ijtima’iyyah wa al-

Diniyah. Cet.I2 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, cet.ke-5.h.84

3 Ibid

2

Page 3: makalah tarsan

Sewaktu Perang Dunia I pada tahun 1914, Turki Usmani bergabung dengan

Jerman dalam menghadapi Negara-negara sekutu, namun mengalami kekalahan.

Demikian pula negeri-negeri Islam di Timur Tengah yang pada waktu itu masih berada

dalam wilayah kekuasaannya, satu persatu jatuh ke dalam kekuasaan Negara-negara

Eropa.

Pada tanggal 3 Maret 1924 Kerajaan Turki Usmani telah diubah menjadi Negara

Republik Turki yang beraliran sekuler. Sejak itu keadaan umat Islam di seluruh dunia

sudah menjadi umat yang dijajah oleh bangsa-bangsa Eropa. Dalam keadaan semakin

buruk umat Islam sulit untuk menggali hakikat ajaran-ajaran Islam sebagaimana

keberadaan bangsa yang terjajah tidak mungkin lagi berbuat bebas dalam menggali

ajaran agama, apalagi agama yang dianut penjajah tidak sama dengan agama yang dianut

bangsa yang dijajah bisa kita bayangkan betapa sulitnya posisi umat Islam saat itu.

Menurut Rasyid Ridha, umat Islam pada masanya dapat dibagi menjadi tiga golongan,

pertama, golongan yang berpikiran jumud. Mereka ini menganggap bahwa ilmu agama

adalah ilmu yang terdapat di dalam kitab-kitab yang telah disusun oleh para pemuka

mazhab-mazhab dan aliran-aliran, seperti, Ahlus Sunah, Syi’ah Zaydiyyah, dan Syi’ah

Itsna ‘Asy’ariyyah. Menurut mereka, siapa saja yang tidak mengikuti salah satu dari

mazhab itu, dianggap tidak lagi berada di dalam Islam. Padahal sebagaimana diketahui

setiap mazhab atau aliran hanya mengutamakan mazhab atau alirannya. Kedua, golongan

yang berkiblat pada kebudayaan modern. Menurut mereka, syariat Islam tidak cocok lagi

diterapkan untuk masa kini. Karena itu, kalau ingin majau, umat Islam harus mengikuti

Eropa dalam segala hal, baik di bidang ilmu pengetahuan, hokum dan peraturan maupun

moral. Ketiga, golongan yang menginginkan pembaharuan Islam. Golongan ini

menyerukan kepada umat Islam agar kembali kepada Alqur’an dan al-Sunah, namun

3

Page 4: makalah tarsan

dengan penafsiran baru yang sesuai dengan kemajuan zaman, karena antara Islam dan

kebudayaan modern tidak terdapat pertentangan. 4

Kondisi yang dialami umat Islam pada masa Ridha itu sangat berpengaruh

terhadap para pemikir yang hidup pada masa tersebut. Pengaruh itu ada kalanya berupa

dorongan utnuk memperkuat atau melegitimasi keadaan yang sudah ada dan ada kalanya

pula berupa dorongan untuk mengubah atau memperbaikinya sesuai dengan tuntunan

zaman. Ridha adalah salah seorang tokoh ulama, penulis, dan pemikir dari golongan

ketiga yang terdorong untuk mengubah dan memperbaiki kondisi umat Islam menjadi

umat yang mampu melepaskan diri dari cengkeraman kaum imperialis dan menjadi umat

yang mampu bersaing dengan umat-umat lain.

4 Rasyid Ridha, al-Manar, jilid ke-29, (Kairo: 1928 M), h.67

4

Page 5: makalah tarsan

B. Kelahiran dan Pendidikan Ridha

Ridha atau lengkapnya Sayyid Muhammad Rasyid Ridha lahir pada hari Rabu,

tanggal 27 Jumadi al Ula 1282 H atau 18 Oktober 1865 M di Qalamun, sebuah desa yang

terletak di pantai Laut Tengah, sekitar tiga mil jauhnya di sebelah selatan kota Tripoli,

Libanon. Saat itu Libanon merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Turki Usmani.

Ayah dan ibu Ridha berasal dari keturunan Al-Husyain, putra Ali ibn Abi al-

Thalib dengan Fathimah, putrid Rasulullah SAW. Itulah sebabnya, Ridha menyandang

gelar al-Sayyid di depan namanya dan sering menyebut tokoh-tokoh ahlul-bait, seperti

“Ali ibn Abi al-Thalib, al-Husyain, dan Ja’far al-Shadiq dengan jadduna (nenek moyang

kami).5

Ridha mendapat asuhan dalam keluarga yang religius sampai berusia tujuh tahun,

kemudian beliau dimasukkan oleh orang tuanya ke sebuah lembaga pendidikan dasar

tradisional yang disebut kuttab yang ada di desanya. Di lembaga itulah Beliau mulai

belajar membaca, menghafal Alqur’an, menulis dan matematika.

Setelah menamatkan pelajaran di kuttab, beliau tidak langsung melanjutkan

pelajaran ke lemabaga pendidikan yang lebih tinggi, tetapi hanya melanjutkan dengan

belajar pada orang tuanya dan para ulama setempat. Baru beberapa tahun kemudian

setelah itu, beliau melanjutkan pelajarannya di Madrasah Ibtidaiyyah al-Rusydiyyah di

Tripoli.

5 Fadh al-Rumi, Manhaj al-Madrasah al-Aqliyah al-Hadzifah fi al-Tafsir, h.172

5

Page 6: makalah tarsan

Bahasa pengantar yang dipakai di madrasah itu bukanlah bahasa Arab, melainkan

bahasa Turki. Hal itu tidak mengherankan, karena madrasah tersebut milik pemerintah

Turki Usmani. Di samping itu, tujuan madrasah milik pemerintah itu untuk

mempersiapkan sumber daya manusia yang akan menjadi pegawai pemerintah Turki

Usmani. 6

Oleh karena enggan menjadi pegawai pemerintah, Ridha kemudian keluar dari

madrasah al-Rusydiyyah setelah lebih kurang satu tahun belajar di sana. Selanjutnya,

pada tahun 1299 H Ridha memasuki Madrasah Wathaniyyah Islamiyah yang didirikan

oleh Syeh Husyain Al-Jisr (wafat 1327 H/ 1909 M), seorang ulama besar Libanon yang

telah dipengaruhi ole hide-ide tokoh pembaharu yaitu al-Sayyid Jamaluddin al-Afghani

dan Muhammad ‘Abduh.

6 Ibrahim Ahmad al-‘Adawi, Rasyid Ridha al-Imam al-Mujahid, h.23

6

Page 7: makalah tarsan

Menurut al-Jisr, umat Islam tidak akan baik dan maju kecuali jika mereka

mengajari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu pengetahuan umum secara terpadu dengan

menggunakan metode yang biasa dipakai oleh orang-orang Eropa dan melaksanakan

pendidikan Islam secara nasional. Sejalan dengan pemikiran al-Jisr itu, maka ilmu-ilmu

yang diajarkan di madrasahnya juga meliputi ilmu-ilmu agama, bahasa Arab, dan ilmu-

ilmu pengetahuan umum, seperti matematika, fisika, logika, filsafat, bahasa Turki, dan

bahasa Perancis dengan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar.

Namun madrasah yang didirikan al-Jisr tidak berumur panjang, karena penguasa

Turki Usmani tidak dapat menerima madrasah tersebut sebagai sekolah agama yang

murid-muridnya dapat dibebaskan dari dari dinas militer. Akibatnya, madrasah

Wathaniyyah ditinggalkan murid-muridnya dan akhirnya ditutup.

Setelah madrasah Wathaniyyah ditutup, Ridha melanjutkan pelajarannya di

madrasah diniyyah yang lain. Meskipun madrasah Wathaniyyah sudah ditutup, Ridha

masih berguru pada Syekh al-Jisr, baik di madrasah Rahibiyyah maupun di rumah

gurunya sendiri sampai memperoleh ijasah pada tahun 1315 H/1897 M.

Selain belajar pada Syekh al-Jisr, Ridha juga belajar pada ulama-ulama besar

yang lain, seperti Syekh ‘Abdulghani al-Rafi’I, Syekh Muhammad al-Qawaqii dan

Syekh Mahmud Nasyabah. Berkat belajar dari Syekh Mahmud Nasyabah itulah Ridha

kelak menjadi pakar fiqih dan pakar hadits.

Selama belajar di Tripoli, Ridha mendapat kesempatan menulis di beberapa

harian dan majalah yang terbit di Tripoli dengan bimbingan dari gurunya, Syekh al-Jisr.

Pengalaman di bidang tulis menulis itulah kelak mengantarkannya menjadi seorang

penulis yang produktif dan menjadi pemimpin majalah al-Manar hingga akhir hayatnya.

C. Visi dan Misi Ridha dalam Memperbaiki Kondisi Umat

7

Page 8: makalah tarsan

Oleh karena ayah dan guru-guru Ridha adalah orang-orang Asy’riyyah yang

bermazhab Syafi’i dan menyenangi tasawuf, tidaklah mengherankan jika ia dididik oleh

mereka menjadi seorang Sunni Asy’ari yang bermazhab Syafi’i, dan menyenangi

tasawuf seperti mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Perubahan sikap Ridha terhadap ajaran tasawuf dan tarekat baru muncul setelah

ia mempelajari kitab-kitab hadis dengan tekun. Perubahan sikapnya terhadap ajaran-

ajaran tersebut semakin terlihat dengan jelas setelah ia terpengaruh ole hide-ide

pembaharuan al-‘Afghani dan ‘Abduh yang dimuat dalam majalah al-Urwah al-Wutsqa

yang mereka terbitkan di Paris, Perancis. 7

Dalam al-‘Urwah al-Wutsqa, dijelaskan bahwa kepercayaan kepada qadha dan

qadar telah diselewengkan menjadi kepercayaan Jabbariyyah, padahal kepercayaan

kepada qadha dan qadar itu mengandung unsur dinamis yang membuat umat Islam pada

zaman klasik dapat membawa umat Islam sampai ke Spanyol dan dapat melahirkan

peradaban yang tinggi. Karena itu kepercayaan Jabbariyyah harus diubah menjadi

kepercayaan kebebasan manusia dalam berkehendak dan berbuat. 8

Visi Ridha pada mulanya adalah umat Islam harus menjadi umat yang sholeh.

Namun setelah membaca majalah al-‘Urwah al-wutsqa, visinya berubah menjadi umat

Islam harus menjadi umat yang merdeka dari belenggu penjajahan dan menjadi umat

yang maju sehingga dapat bersaing dengan umat-umat yang lain dan bangsa-bangsa

Barat di berbagai bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi, social, ilmu pengetahuan

dan teknologi.

7 Muhammad Ibnu ‘Abdillah al-Salman, h.1988 Harun Nasution, Pembaruan dalam Islam, h.66

Sedangkan misi Ridha adalah melaksanakan pembaruan di bidang agama, sosial,

dan ekonomi; menjelaskan bukti-bukti kebenaran Islam dan keserasiannya dengan

8

Page 9: makalah tarsan

kemajuan zaman; meneruskan cita-cita al-‘Urwah al-Wusqa; memberantas bid’ah

khurafat, takhayul, kepercayaan jabar dan fatalis, dan memacu umat Islam agar dapat

mengejar umat-umat lain dalam berbagai bidang yang diperlukan untuk mencapai

kemajuan dan kesejahteraan umat.

Meski Ridha menganjurkan kaum muslimin untuk mempelajari ilmu pengetahuan

modern dari Barat, di sisi lain ia menolak bertaklid dan berkiblat buta pada Barat dalam

segala hal. Karena itu ia setuju apabila modernisasi diterapkan di negeri Muslim, tetapi

tidak setuju apabila yang dilakukan itu adalah westernisasi. 9 Menurut Ridha

modernisasi mengandung pengertian menguasai keahlian-keahlian di bidang teknologi

dan pengetahuan-pengetahuan ilmiah, namun dengan tetap mempertahankan nilai-nilai

nasional dan dasar-dasar moral masyarakat. Sebaliknya westernisasi adalah suatu

kepercayaan bahwa keterpurukan suatu bangsa adalah bagian dari esensi bangsa itu

sendiri, baik itu budayanya, system kepercayaannya, maupun sejarahnya. Karena itu

bangsa yang maju harus memutuskan dengan masa lalunya dan melakukan

restrukturisasi dirinya dengan model Barat. Bagi Ridha kalau Jepang sudah berhasil

melakukan modernisasi, Mesir dan Turki hanya berhasil melakukan westernisasi. 10

Untuk menyebarkan ide-idenya itu, Ridha tidak hanya berjuang melalui tulisan-

tulisannya di majalah al-Manar, tafsir al-Manar, dan lainnya, tetapi juga melalui

pendidikan, dakwah dan politik.

9 Westernisasi adalah pembaratan atau pemujaan terhadap Barat secara berlebihan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.1011

10 Emad Eldin Sahin, Throug Muslim Eyes; M. Rasyid Ridha and the West, h.54

Untuk mewujudkan visi dan misinya, Ridha harus berjuang di dua front

pertrempuran. Di front pertama, ia harus berjuang melawan paham tradisional, dan di

front kedua, ia harus melawan musuh-musuh mereka sendiri.

9

Page 10: makalah tarsan

Setelah berjuang dengan segala kecerdasannya Ridha berpulang ke rahmatullah

dalam usia 70 tahun, tepatnya tanggal 23 Jumadi al-Ula 1354 H/22 Agustus 1935 M,

dengan meninggalkan beberapa karya tulis yang sangat berharga. Karya-karyanya itu

antara lain, majalah al-Manar, Tafsir al-Qur’an al-Hakim (tafsir al-Manar), al-Fatawa,

Tarikh al-Ustadz al-Imam al-Syaikh Muhammad ‘Abduh.

Dalam kiprahnya melakukan pembaruan di kalangan umat Islam, Ridha telah

berhasil melahirkan sebuah kelompok yang disebut kelompok al-Manar dan kelompok

ini telah berjasa dalam memerangi taklid, bid’ah dan khurofat, mengembalikan semua

urusan umat Islam kepada agama mereka, dan menjadikan agama tersebut sebagai

akidah dan jalan hidup mereka. 11

Di bidang hukum, pemikiran-pemikiran Ridha terutama dengan masalah

perceraian, iddah, telah pula menjadi referensi dalam penyusunan Undang-Undang

Perkawinan di berbagai Negara Araba, khususnya Mesir. Demikian pula di bidang tafsir,

pengaruh Ridha terhadap para penulis kitab tafsir yang sangat signifikan. Misalnya tafsir

al-Maraghi karya Ahmad Musthafa al-Maraghi, tafsir al-Farid karya ‘Abdul Mu’in al-

Jamali, tafsir al-Wadhih karya Mahmud al-Hijaz, tafsir al-Azhar karya Hamka, tafsir al-

Nur karya Hasbi al-Shiddieqy dan yang lain termasuk Alqur’an dan tafsirnya karya

Dewan Penyelenggara Pentafsir Alqur’an dari Departemen Agama RI.

11 Muhammad Ibn ‘Abdillah al-Salman, h.541

D Metode Pemikiran Rasyid Ridha

1. Alqur’an Sumber Utama Akidah dan Hukum Islam

10

Page 11: makalah tarsan

Ridha menyatakan bahwa pegangan yang sudah baku dari Rosulullah SAW dan

para khalifahnya Alqur’an dan Sunah Rosul.

2. Selektif terhadap Hadis dan Penolakan Mutlak atas Riwayat Israiliyyat

Perbedaan Ridha dan gurunya dalam menafsirkan Alqur’an adalah pemakaian

hadis. Kalau Ridha cukup banyak memakai hadis dalam menafsirkan Alqur’an,

gurunya tidak banyak memakainya. Kebanyakan tafsir bi al-Ma’tsur (tafsir dengan

riwayat) bersumber dari para periwayat yang memperolehnya dari kalangan zindik

Yahudi dan Persia atau ahli kitab yang telah memeluk Islam.

3. Eksplorasi Akal yang Cukup Liberal

Dengan adanya akal manusia dapat mengungguli mahluk lainnya, dan dapat

melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berguna bagi keselamatan

dan kesejahteraan hidupnya.

4. Kritis terhadap Warisan Intelektual Islam

Menurut Ridha, memahami Alquran tidak hanya menjadi tugas para mujtahid,

tetapi juga menjadi tugas setiap mukalaf yang dapat memahami bahasa Alquran,

baik yang berkenaan dengan kosakata maupun gaya bahasanya. 12 Begitu pula

dalam memahami petunjuk-petunjuk Alquran itu ia jangan sampai terpengaruh oleh

pendapat seorang mujtahid, apalagi kalau pendapat itu hanya berasal dari seorang

bertaqlid (muqalid). 13

12 Rasyid Ridha Tafsir al-Manar jld V, h.296

13 Ibid, h.297

KESIMPULAN

11

Page 12: makalah tarsan

1. Syayid Muhammad Rasyid Ridha adalah orang yang cerdas, gigih dalam

memperjuangkan kejumudan dalam berfikir dengan tujuan agar umat Islam tidak

terbelakang.

2. Kegigihannya memperjuangkan ide pembaruannya, tidak sia-sia, terbukti ide

pembaruannya yang merupakan penerus dari gurunya Muhammad ‘Abduh sampai

sekarang dapat dimanfaatkan oleh umat Islam seluruh dunia.

3. Menurut penulis, bahwa perjuangan yang sungguh-sungguh dari Rasyid Ridha tak

lain adalah karena keprihatinan melihat kondisi politik saat itu umat Islam dalam

keadaan terjajah dan ingin dikembalikan menjadi umat yang kuat. Jadi bukan

karena dorongan untuk memperoleh kedudukan atau kekuasaan dan ketenaran

nama. Dengan kata lain untuk memperbaiki umat Islam yang saat itu dalam

keadaan terjajah oleh bangsa Eropa.

DAFTAR PUSTAKA

Emad Eldin Shahin, Through Muslim Eyes; M. Rasyid Ridha and the West, Hemdon,

Virginia USA; The International Institut of Islamic Thought, 1415 H/1994 M

12

Page 13: makalah tarsan

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, cetakan ke-5, Jakarta; UI

Press,1979.

Harun Nasution, Islam Rasional, Bandung;Mizan,1995.

Harun Nasution, Pembaruan Dalam Islam,Jakarta;Bulan Bintang,1996

Ibrahim Ahmad al- ‘Adawi, Rasyid Ridha al- Imam al- Mujahid, Kairo; al-Muassasah

Mishriyyah al-Amah.

Muammad ibn ‘Abdillah al-Salman, Rasyid Ridha wa Da’wah al-Syaykh Muhammad

ibn ‘Abdul Wahab, Kuwait, Maktabah al ‘Ma’la, 1409 H/1998 M.

Muhammad Ahmad al-Darniqah, al-Sayyid Muhammad Rasyid Ridha wa islahatul al-

Ijtima ‘iyyah wa al-Diniyyah,cetakan I, Beirut, Mu’assasah al-Risalah, 1406 H/1986 M.

Rasyid Ridha al-Manar jilid ke-29, Kairo, 1928 M.

KATA PENGANTAR

13

Page 14: makalah tarsan

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

14

Page 15: makalah tarsan

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..ii

PENDAHULUAN……………………………………………………………….1

A. Riwayat Hidup Rasyid Ridha………………………………………….2

B. Kelahiran dan Pendidikan Ridha……………………………………..5

C. Visi dan Misi Ridha dalam Memperbaiki Kondisi Umat…………….8

D. Metode Pemikiran Rasyid Ridha

1. Al-Qur’an Sumber Utama Akidah dan Hukum Islam………….11

2. Selektif terhadap Hadis dan Penolakan Mutla

Atas Riwayat Israiliyyat…………………………………………...11

3. Ekplorasi Akal yang Cukup Lieral………………………………11

4. Kritis terhadap Warisan Intelektual Islam………………………11

KESIMPULAN…………………………………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..13

RASYID RIDHA

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata KuliahSejarah Pemikiran dan Peradaban Islam

Dosen Pengampu

15

Page 16: makalah tarsan

Prof. Dr. H. Muhaimin, MA.

a

Oleh :1.TARSAN

2. IMAN NURMAN

Oleh

TARSANNIM 505920056

PROGARAM PASCASARJANA IAIN SYEKH NURJATICIREBON

2010

RASYID RIDHA

MAKALAHDiajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam

16

Page 17: makalah tarsan

Dosen PengampuProf. Dr. H. Muhaimin, M.A.Didin Nurul Rosyidin,Ph.D.

a

Oleh :1.TARSAN

2. IMAN NURMAN

PROGARAM PASCASARJANA IAIN SYEKH NURJATICIREBON

2010

KONSELING PENDEKATAN KOGNITIF - BEHAVIORAL

RESUME

17

Page 18: makalah tarsan

Oleh

TARSANNIM 505920056

PROGARAM PASCASARJANA IAIN SYEKH NURJATICIREBON

2010

KONSELING PENDEKATAN KOGNITIF - BEHAVIORAL

A. Pengertian Kognitif artinya ilmu / pengetahuan, dan behavioral artinya pengalaman.

18

Page 19: makalah tarsan

Jadi, kognitif-behavioral artinya, ilmu/pengetahuan diperpleh dari pengalaman.

19