makalah tafsir kewajiban ibadah haji kajian surat al-hajj /22: 26-37

29
KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37 Oleh: Asnidar A.Teks Ayat 1

Upload: alfian-ramli

Post on 21-Jun-2015

2.341 views

Category:

Education


10 download

DESCRIPTION

semoga bermanfaat.

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

KEWAJIBAN IBADAH HAJI

Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

Oleh: Asnidar

A. Teks Ayat

1

Page 2: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

B. Tarjamah al-Ayat

QS. al-Hajj: 26-37

26. “Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di

tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu

memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini

bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadah dan

orang-orang yang ruku' dan sujud”.

27. “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya

mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai

unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”.

28. “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan

supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan

atas rezki yang Allah Telah berikan kepada mereka berupa binatang

2

Page 3: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi)

berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir”.

29. "Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada

pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar

mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling

rumah yang tua itu (Baitullah).

30. “Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan apa-

apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di

sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak,

terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah

olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan

dusta”.

31. “Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu

dengan Dia. barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka

adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau

diterbangkan angin ke tempat yang jauh”.

32. “Demikianlah (perintah Allah). dan barangsiapa mengagungkan

syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”.

33. “Bagi kamu pada binatang-binatang hadyu itu ada beberapa

manfaat, sampai kepada waktu yang ditentukan, kemudian tempat wajib

(serta akhir masa) menyembelihnya ialah setelah sampai ke Baitul Atiq

(Baitullah)”.

34. “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan

(kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak

yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan

yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. dan

berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada

Allah)”.

3

Page 4: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

35. “(Yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah

hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa

mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang

yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada

mereka.

36. “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari

syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka

sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan

berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka

makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa

yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.

Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu,

mudah-mudahan kamu bersyukur”.

37. “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat

mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat

mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu

supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu.

Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”.

C. Makna Ijmali

Ibadah haji dikumandangkan oleh Nabi Ibrahim a.s sekitar 3.600 tahun yang

lalu. Sejak saat itu umat manusia, umat manusia mulai mengerjakan haji ke Mekah

dengan ritual yang diwariskan Nabi Ibrahim a.s dan Ismail a.s. Haji merupakan salah

satu dari rukun Islam yang lima. Sebagai rukun Islam, haji hukumnya wajib

berdasarkan al-Qur’an, Sunnah dan ijma’ ulama.1

1 Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Haji; Menuntun Jama’ah Mencapai Haji Mabrur, (Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 7.

4

Page 5: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

Tujuan diwajibkannya haji adalah memenuhi panggilan Allah untuk

memperingati serangkaian kegiatan yang pernah pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim

sebagai penggagas syari’at Islam.2

Kewajiban haji baru terletak atas pundak setiap muslim sesuai dengan yang

diperintahkan Allah bila telah memenuhi Syarat-Syarat yang telah ditentukan.

Kesanggupan yang menjadi syarat wajib haji itu dirinci oleh ulama berdasarkan

pemahamannya terhadap hadits-hadits Nabi yang empat yaitu:

a. Mampu dari segi dana bagi biaya perjalanan untuk pergi, pulang dan

untuk biaya keluarga yang ditinggalkannya.

b. Mampu dari segi adanya alat transportasi ke sana, baik yang dimilikinya

sendiri atau milik orang lain dengan jalan menyewanya.

c. Mampu dari segi fisik, yaitu tahan dalam mengikuti perjalanan jauh dan

selama masa melaksanakan ibadah haji.

d. Mampu dari segi keamanan di tempat tujuan dan selama dalam

perjalanan.3

D. Pengertian Istilah

Haji secara lughawi (etimologis) berasal dari bahasa Arab al-hajj; berarti

tujuan, maksud, dan menyengaja untuk perbuatan yang besar dan agung. Selain itu,

al-hajj berarti mengunjungi atau mendatangi. Makna ini sejalan dengan aktivitas

ibadah haji, di mana umat Islam dari berbagai negara mengunjungi dan mendatangi

Baitullah (Ka’bah) pada musim haji karena tempat ini di anggap mulia dan agung.

Makna haji secara istilahi (terminologis) adalah perjalanan mengunjungi Baitullah

untuk meleksanakan serangkaian ibadah pada waktu dan tempat yang telah

ditentukan. Sayyid Sabiq, ahli fikih kontemporer Mesir (lahir 1915 M),

mendefenisikan haji, yakni; “Dengan sengaja pergi ke Mekah untuk melaksanakan 2 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana, 2003), h. 60.3 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, h. 61-62.

5

Page 6: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

tawaf, sa’i, wukuf di Arafah, dan rangkaian manasik haji lainnya, dalam rangka

memenuhi panggilan (kewajiban dari) Allah dan mengharapkan keridhaan dari

Allah.”4

Makna yang dilakukan “di tempat tertentu” seperti dalam pengertian itu ialah

sekitar Ka’bah, Arafah, Muzdalifah dan mina. Sedangkan makna “pada waktu

tertentu”, yakni mulai tanggal 9 sampai 13 Zulhijjah setiap tahun. Sementara makna

melakukan serangkaian “ibadah tertentu” adalah yang termasuk dalam kategori rukun

haji, wajib haji seperti Wukuf, Mabit, Melontar Jumrah, Thawaf, Sa’I dan Tahallul.

E. Asbab al-Nuzul

QS. al-Hajj: 27

Ibnu Jarir telah mempertengahkan sebuah hadits melalui Mujahid yang

telah menceritakan bahwa mereka (yakni orang-orang yang dating untuk

mengerjakan ibadah haji) sebelumnya dating hanya dengan berjalan kaki

dan tidak memakai kendaraan. Maka Allah menurunkan ayat ini, yang

memberikan kemurahan kepada mereka, sehingga mereka boleh

membawa bekal, menaiki kendaraan, dan berniaga dalam bulan haji.5

QS. al-Hajj: 37

Ibnu Hatim telah mempertengahkan sebuah hadits, melalui Ibnu Juraij

yang telah menceritakan bahwa dahulu orang-orang Jahiliah melumurkan

dan menempelkan daging serta darah hewan kurban mereka pada Ka’bah.

Hal ini berlangsung sampai masa islam; kemudian para sahabat Nabi

SAW berkata: “Kami lebih berhak melumurkannya dari pada mereka”.

Lalu Allah menurunkan ayat ini.4 Said Agil Husin al-Munawar, Fikih Haji; Menuntun jama’ah Mencapai Haji Mabrur, h. 1-2.5 Imam Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalalain; Berikut Asbabun Nuzul Ayat, (Bandung: Sinar

Baru Algensindo, 2003), h. 189.

6

Page 7: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

F. Tafsir al-Ayat

QS. al-Hajj: 26

Ingatkanlah, hai Rasul, kepada orang-orang yang musyrik yang menghalang-

halangi manusia dari jalan Allah dan dari memasuki Masjidil Haram, waktu yang

ketika itu Kami menjadikan rumah ini sebagai tempat kembali seluruh manusia dalam

beribadah.6 Allah berfirman:

Dimaksudkan dengan mengingat waktu ialah berbagai peristiwa besar yang

terjadi pada waktu itu, agar mereka ingat lalu meninggalkan kesesatan menuju jalan

yang lurus, dan agar tampak jelas oleh merekanbetapa besar kesalahan dan dosa yang

telah mereka lakukan dengan menghalang-halangi manusia dari rumah yang telah

dibangun oleh Bapak mereka dan dijadikan oleh Allah sebagai Kiblat manusia dalam

mengerjakan shalat serta tempat tawaf ketika menunaikan ibadah haji.

Allah berfirman kepada Ibrahim: Janganlah kamu menyekutukan Aku dengan

sesuatu pun di antara makhluk-Ku dalam ibadah, dan sucikanlah rumah-Ku dari

patung dan kotoran bagi kepentingan orang yang bertawaf dan mengerjakan shalat di

sana.

Dari ayat ini diketahui bahwa berkunjung untuk melaksanakan ibadah haji

merupakan ibadah yang telah di kenal jauh sebelum masa Nabi Muhammad SAW

yakni sejak masa Nabi Ibrahim a.s. Pada masa jahiliah, kaum musyrikin Mekah pun

melaksanakannya, tetapi dalam bentuk yang telah menyimpang dari tuntunan Nabi

6 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Mesir: Musthafa al-Babi al-Halabi, 1974), Juz. XVI, h. 183.

7

Page 8: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

Ibrahim a.s. Mereka pun melakukan thawaf, tetapi sebagian mereka melakukannya

tanpa busana, dengan alasan bahwa seseorang harus benar-benar suci ketika

berkeliling di i Baitullah, padahal pakaian sedikit atau banyak telah dinodai najis,

atau dipakai berdosa.7

QS.al-Hajj: 27

Dan Allah berfirman kepada Ibrahim: serulah manusia untuk menunaikan

ibadah haji dan berziarah ke rumah yang kamu diperintahkan untuk membangunnya

ini, niscaya mereka datang kepadamu dengan berjalan kaki maupun berkendaraan

unta dari segala jalan yang jauh.

QS.al-Hajj: 28

Niscaya, mereka datang kepadamu untuk menyaksikan berbagai manfaat

mereka di dunia, seperti perdagangan yang laku, dan berbagai manfaat di akhirat

dengan mengerjakan pekerjaan yang diridhoi oleh Tuhan dan memuji-Nya atas

segala nikmat yang dilimpahkan kepada mereka, serta rezeki berupa hadiah unta

gemuk yang dihadiahkan kepada mereka pada tiga hari kurban, yaitu hari raya dan

dua hari sesudahnya.

Sembelihlah binatang-binatang kurban kalian dengan menyebut nama Allah,

lalu makanlah sebagian daripadanya dan berilah makan orang-orang fakir yang

mendapat mendapat kesengsaraan dan kesusahan.

QS.al-Hajj: 29

7 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol. 9, h. 41.

8

Page 9: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang melekat pada

mereka: mencukur rambut, memotong kuku, merapikan kumis dan janggut,

melaksanakan nazar untuk mengerjakan amal baik, dan melaksanakan thawaf wada’

di rumah Tua, karena ia adalah rumah tertua yang diperuntukkan bagi kepentingan

pelaksanaan ibadah dalam kehidupan manusia.

QS.al-Hajj: 30

Maksudnya, siapa yang menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan dan hal-hal yang

Allah haramkan, sedangkan dirinya menganggap besar urusannya, jika melakukan

perbuata tersebut, (artinya ia tidak menganggap sepele), maka baginya kebaikan yang

banyak atas sikap dan tindakannya itu, baginya pahala yang melimpah. Sebagaimana

ketaatan-ketaatan itu akan di balas dengan kebaikan yang banyak dan pahala yang

melimpah, maka demikian pula meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan menjauhi

hal-hal yang di larang.8

Menurut tafsir al-Mishbah, dalam konteks ibadah haji al-hurumaat adalah

mencakup Masjidil al-Haram, Ka’bah, wilayah haram seluruhnya serta bulan-bulan

haram. Bahkan termasuk pula binatang ternak yang dikurbankan serta amalan haji

lainnya, seperti mencukur, mandi dan sebagainya, karena itu semua adalah tuntunan

dan petunjuk Allah, Tuhan yang harus di agungkan, sehingga tuntunan-Nya harus di

agungkan pula.

Dihalalkan bagi kalian, wahai manusia, memakan binatang-binatang ternak

setelah kalian di sembelih. Dia tidak mengharamkan bahirah, sa’ibah, wasilah dan

8 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2006), h. 157.

9

Page 10: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

tidak pula hami, kecuali binatang yang keharamannya telah dibacakan kepada kalian

di dalam kitab Allah. Seperti firman Allah:

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging

hewan) yang disembelih atas nama selain Allah”. (al-Maidah: 3)

Kata min di sini untuk menjelaskan jenis. Kmaksudnya jauhilah najis, yaitu

berhala-berhala. Allah mendampingkan penyekutuan terhadap Allah dengan

perkataan dusta. Ini sebagaimana firman-Nya:

“Katakanlah (Muhammad), Rabb-ku hanya mengharamkan segala perbuatan

keji yang terlihat dan tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zhalim tanpa alas an

yang benar, dan (mengharamkan) kamu menyekutukan Allah dengan sesuatu,

sedangkan Dia tidak menurunkan alas an untuk itu, dan (mengharamkan) kamu

membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (al-A’raaf: 33).

Termasuk juga kesaksian palsu.

Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Abu Bakrah r.a,

bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

: , , : �ا ب اك� ر� ء�ش �ال ا ل� ق�ا الله ول� س� ر� �ا ي �لى� ب �ا ن ق�ل �ر�؟ �ائ �ب ك �ر�ال ب ك� �أ ب �م �ك "ئ �ب �ن أ � �ال ا

): , , ور�, الز& و�ق�ول� � �ال أ ل� ف�ق�ا ف�ج�ل�س� ,ا "ك�ئ م�ت �ان� و�ك ن� �د�ي لو�ال ا ق� و�ع�ق�و لله�

. : ( �ت� ك س� �ه� ت �ي ل �ا ن ق�ل "ى ح�ت ه�ا ر� �ر" �ك ي ال� ز� ف�م�ا ور� الز: د�ة� ه�ا و�ش�

10

Page 11: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

“Maukah kamu aku beritahukan mengenai dosa yang paling besar?”

Kami berkata, “Tentu ya Rasulullah. Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah

dan durhaka kepada orangtua. –saat itu beliau bersandar lalu duduk dan

bersabda:- “Hati-hati (kalian dari) perkataan dusta dan persaksian dusta.”

Beliau terus mengulang-ulang perkataan itu hingga kami mengatakan; andai

saja beliau diam.

QS.al-Hajj: 31

Maksudnya dengan beribadah ikhlas kepada-Nya, berpaling dari kebathilan

dan hanya tertuju pada kebenaran dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun.

Seperti firman-Nya:

“Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan

kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.(az-Zumar: 3)

Barangsiapa menyekutukan Allah dengan selain-Nya, berarti ia telah

membinasakan dirinya sendiri sebinasa-binasanya. Perumpamaannya seperti keadaan

orang yang jatuh dari langit lalu di sambar burung, kemudian burung itu memotong-

motong anggota tubuhnya; atau seperti orang yang diterbangkan oleh angin lalu di

jatuhkan di tempat yang jauh dan tidak bias kembali daripadanya.

Menurut Thahir Ibn ‘Asyur ayat di atas memberikan dua perumpamaan

tentang orang kafir. Pertama yang bimbang dan ragu. Mereka itulah yang

diperumpamakan dengan seseorang yang jatuh dari langit lalu di sambar burung.

11

Page 12: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

Sedang yang kedua adalah kafir yang sudah bersikeras dan mantap kekufurannya.

Inilah yang diilustrasikan dengan diluncurkan angin jatuh ke tempat yang jauh. Yang

pertama mengisyaratkan bahwa ia tidak mungkin memperoleh keselamatan, sedang

yang kedua boleh jadi masih dapat memperoleh keselamatan dengan bertaubat,

walaupun hal tersebut sulit dipercaya.9

Allah juga telah membuat perumpamaan lain bagi orang-orang yang

menyekutukan-Nya dalam surat al-An’am:

Katakanlah: "Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang

tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan

kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah

Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan

di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-

kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan): "Marilah

ikuti kami". Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya)

petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta Alam”. (al-

An’am: 71)

QS.al-Hajj: 32

9 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, h. 51.

12

Page 13: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

Patuhilah dan peliharalah yang demikian itu, dan janganlah kalian

mengabaikan untuk memperhatikannya dan berjalan di atas jalannya. Barang siapa

mengagungkan unta yang dihadiahkan ke tanah haram, seperti memilihnya yang

gemuk dan mahal harganya, serta tidak tawar-menawar dalam membelinya, maka

sesungguhnya dia telah bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, karena

pengagungan terhadapnya termasuk bab takwa, bahkan bab yang paling agung.

Diriwayatkan bahwa Nabi SAW menghadiahkan seratus ekor unta gemuk,

termasuk didalamnya adalah unta jantan Abu Jahal yang telinganya terdapat anting-

anting dari emas; dan Umar menghadiahkan unta betina yang pernah di minta dengan

harga 300 dinar, bahkan Rasulullah meminta agar unta itu dijual lalu bayarannya

digunakan untuk membeli binatang ternak, tetapi Umar menolak seraya berkata:

“Aku akan menghadiahkan ke tanah haram”; sedangkan Ibnu Umar meriwayatkan

menggiring unta gemuk yang diagungkan dengan pakaian Mesir yang mahal, lalu dia

menyedekahkan daging dan pakaian kebesaran itu.

QS.al-Hajj: 33

Maksudnya pada hewan-hewan kurban itu terdapat manfaat-manfaat dari

susunya, wol, bulu halus, rambut dan dapat dikendarai. Miqsam mengatakan

mengenai firman-Nya ini, dia mengatakan selama belum dinamakan budn

(unta/hewan yang digemukkan untuk dikurbankan). 10

10 Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, h. 162.

13

Page 14: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

Kemudian tempat dihalalkan mengurbankannya ialah di Baitul-Atiq, yakni

Tanah haram secara keseluruhan, karena keseluruhan Tanah Haram termasuk dalam

pengertian Baitul-Haram.

Qatadah berpendapat seperti ini, diriwayatkan bahwa Tubba’ bermaksud

menghancurkannya, lalu dia terkena penyakit lumpuh yang menisyaratkan bahwa dia

harus menghentikan maksudnya itu, dan dikatakan kepadanya bahwa Tuhan telah

menghalanginya, maka dia meninggalkan Baitullah dan menutupinya dengan kain.

Dialah orang yang pertama menutupinya dengan kain. Diriwayatkan pula, bahwa

Abrahah bermaksud menghancurkannya pula, tetapi dia di serang penyakit seperti

yang telah menimpa Tubba’.

QS.al-Hajj: 34

Kami telah menjadikan para pemeluk agama terdahulu sebelum kalian,

binatang kurban yang mereka sembelih dan darah yang mereka curahkan untuk

mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah seperti ini tidak khusus bagi suatu kaum tanpa

kaum yang lain.

Kami syari’atkan yang demikian itu kepada mereka, agar mereka menyebut

Allah ketika menyembelihnya, dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah Dia

limpahkan kepada mereka, karena itulah maksud terpenting.

Diriwayatkan di dalam as-Sahihain dari Anas, bahwa dia berkata:

"م ل و�س� ه� �ي ع�ل الله� ص�ال" الله� ول� س� ر� �ى� �ت �ا ف�س�م"ى ب ن� �ي ن �قر� ا ن� ي �ملح� ا ن� ي ش� �ب ك

ص�ف�اج�ه�م�ا ع�لى� �ه� ر�جل ض�ع� و�و� "ر� �ب ك و�

14

Page 15: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

“Rasulullah SAW di beri dua kibasy belang (putih bercampur hitam)

yang bertanduk, kemudian beliau menyebut nama Allah dan bertakbir, lalu

meletakkan kakinya ke rusuk kedua kibasy itu”.

Sesungguhya, sembahan kalian adalah satu, sekalipun ibadah berbeda-beda

dengan zaman, tempat dan penghapusan, sebagiannya dengan sebagian yang lain.

Sebab, maksud dari ibadah-ibadah itu tidak lain adalah penyembahan terhadap Allah

semata; Dia tidak mempunyai sekutu, sebagaimana firman-Nya:

“Dan Kami tidak mengutus sorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami

wahyukan kepadanya bahwasanya tidak Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku

oleh kalian”. (al-Anbiyaa’: 25).

Oleh sebab itu, beramallah dengan ikhas kepada-Nya,

tunduklah kepada hokum-Nya, dan patuhlah kepada-Nya dalam

mengerjakan seluruh perbuatan yang Dia wajibkan kepada kalian.

Berilah kabar gembira, hai rasul, orang-orang yang menundukkan diri kepada

Allah dengan melakukan ketaatan, orang-orang yang patuh dengan melakukan

‘ubudiyah, dan orang-orang yang kembali kepada-Nya dengan melakukan taubat,

bagi mereka telah disediakan pahala yang banyak dan pemberian yang agung.

QS.al-Hajj: 35

Selanjutnya, Allah menyebutkan beberapa tanda orang-orang yang tunduk,

patuh kepada-Nya:

15

Page 16: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

1 .

Mereka adalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah, maka

mereka di cekam ketakutan terhadap keagungan dan siksa-Nya.

2 .

Orang-orang yang sabar atas musibah dan cobaan yang menimpa mereka

dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.

3 .

Orang-orang yang menunaikan hak Allah dalam mengerjakan kewajiban

shalat pada waktu-waktu yang telah ditetapkan bagi mereka.

4.

Dan menafkahkan sebagian rezeki yang baik, yang diberikan

Allah kepada mereka dalam berbagai aspek kebaikan, dan kepada

keluarga mereka, kaum-kerabat mereka, serta manusia pada

umumnya. Diantaranya ialah menghadiahkan binatang-binatang

hadyu yang mahal harganya.

QS.al-Hajj: 36

16

Page 17: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

Allah menyebut-nyebut nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada para hamba-

Nya, bahwa Dia telah menciptakan unta untuk kepentingan mereka dan

menjadikannya termasuk syiar-Nya, sehingga dihadiahkan kepada rumah-Nya,

bahkan Dia menjadikannya sebagai hadiah yang paling utama.

Al-Badanah diartikan dengan unta atau sapi. Al-Badanah yang memadai

untuk dikurbankan ialah yang sudah berumur tujuh tahun, sebagaimana diriwayatkan

oleh Abu Daud dari Jabir bahwa Rasulullah SAW bersabda:

, ع�ة� ب س� ع�ن �ق�ر� ب و�ال ع�ة� ب س� ع�ن �ة� �لد�ن ب �ل ا

“Unta untuk tujuh orang dan sapi untuk tujuh orang pula”.

Bagi kalian pada unta-unta itu terdapat manfaat di dunia, sepertti

menungganginya dan mengambil susunya, serta pahala di akhirat dengan

menyembelih dan menyedekahkan dagingnya.

Sebutlah nama Allah ketika kalian menyembelih unta itu yang dalam keadaan

berdiri dan kedua kakinya telah terikat.

Apabila ia telah jatuh, nyawanya telah melayang dan tidak bergerak lagi.

Maka makanlah sebagian dari dagingnya dan beri makanlah kepada orang yang ridha

dengan apa yang kalian berikan kepadanya, sedang di tinggal dirumahnya tanpa

meminta-minta, serta orang yang datang dan meminta-minta kepada kalian agar

kalian memberinya sebagian dari dagingnya.

17

Page 18: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

Demikianlahi Allah telah menundukkan unta bagi kalian, sekalipun ia

mempunyai tubuh yang besar dan kekuatan yang sempurna, sehingga ia tidak

membangkang kepada manusia, tetapi dating dengan menundukkan diri kepada

manusia. Sehingga kalian kalian dapat mengikat dan menahannya dengan tubuh yang

terikat, lalu kalian menikak lehernya. Yang demikia itu agar kalian mensyukuri

nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kalian, dengan berkurban dan ikhlas

dalam beramal.11

QS.al-Hajj: 37

Sekali-kali keridhoan Allah tidak akan menerima daging yang disedekahkan

dan tidak pula darah yang dicurahkan dengan penyembelihan itu, tetapi akan

menerima amal saleh yang di angkat kepada-Nya dan dikhlaskan karena

menghendaki keridhaan Allah Ta’ala semata.

Demikianlah Tuhan telah menundukkan unta itu bagi kalian, agar kalian

bersyukur kepada-Nya yang diberikan kepada kalian, untuk mengibarkan panji-panji

agama-Nya dan melaksanakan ibadah haji-Nya.

Berilah kabar gembira, hai rasul. Kepada orang-orang yang taat kepada Allah,

sehingga mereka melaksanakan ketaaatan kepada-Nya di dunia dengan baik, berupa

11 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, h. 199.

18

Page 19: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

surge yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah disediakan bagi orang-orang

yang bertakwa.

G. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas mengenai kewajiban ibadah haji maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Ibadah haji merupakan salah satu dari pada rukun islam yang wajib dilaksanakan

oleh orang islam yang mampu, baik dari segi matei maupun dari segi fisik.

2. Tujuan diwajibkannya haji adalah memenuhi panggilan Allah untuk

memperingati serangkaian kegiatan yang pernah pernah dilakukan oleh Nabi

Ibrahim sebagai penggagas syari’at Islam.

3. Ibadah haji itu wajib segera dikerjakan. Artinya apabila orang tersebut telah

memenuhi syarat-syaratnya, tetapi masih dilalaikannya juga (tidak dikerjakan

pada tahun itu juga), maka ia berdosa karena kelalaiannya.

4. Adapun hikmah melakukan ibadah haji yaitu:

Memperteguh dan memperbaharui keimanan dan penolakan terhadap

segala bentuk kemusyrikan, baik berupa patung, bintang, bulan dan

matahari.

Kesadaran akan nilai-nilai kemanusiaan yang universal dapat dirasakan

selama ibadah haji dilakukan.

Meningkatkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya atas segala karunia

Allah SWT kepada hamba-Nya, sehinnga mempertebal rasa pengabdian

kepada-Nya.

Mempertebal rasa sabar dan meningkatkan ketaatan terhadap ajaran-ajaran

agama, karena selama menjalankan ibadah haji, dirasakan betapa berat

perjuangan yang dihadapi untuk mendapatkan keridhaan Allah.

Haji merupakan kongres tahunan umat islam yang dapat dimanfaatkan

sebagai sarana memupuk kesatuan dan persatuan umat.

19

Page 20: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

20

Page 21: Makalah tafsir KEWAJIBAN IBADAH HAJI Kajian Surat al-Hajj /22: 26-37

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi. Juz XVI. Mesir: Musthafa al-Babi

al- Halabi, 1974.

Amir Syarifuddin. Garis-Garis Besar Fiqh. Bogor: Kencana, 2003.

Imam Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Jalalain; Berikut Asbabun Nuzul Ayat. Bandung:

Sinar Baru Algensindo, 2003.

M. Quraish Shihab. Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Vol.

9. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Said Agil Husin al-Munawar. Fikih Haji; Menuntun Jama’ah Mencapai Haji

Mabrur. Jakarta: Ciputat Press, 2003.

Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir,

2006.

21