makalah px fisik
DESCRIPTION
makalah pemeriksaan fisik bagian ekstremitasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik adalah suatu bagian dari proses keperawatan. Seorang perawat
wajib melakukan prosedur pemeriksaan fisik pada pasien walaupun dengan teknik
yang sederhana. Namun, terkadang pemeriksaan fisik hanya dianggap prosedur
wajib dan rutin bagi perawat atau calon perawat sehingga melupakan rasionalisasi
tindakan tersebut. Sebelum melakukan prosedur pemeriksaan fisik, perawat harus
memahami dasar anatomi tubuh dan posisi anatomis organ dalam tubuh. Dengan
demikian, pemeriksaan fisik yang dilakukan tidak hanya mengikuti pola kebiasaan
tetapi karena perawat memahami rasionalisasinya. Pemeriksaan fisik yang tepat
dapat membantu perawat dalam mencari kondisi abnormal dan menentukan
masalah yang terjadi pada pasien.
Oleh karena itu pemeriksaan fisik sangat diperlukan untuk mendapatkan data yang
terperinci terutama dalam pemeriksaan fisik pada bagian anggota gerak, karena
merupakan bagian yang paling aktif, sehingga sangat rentan menimbulkan kondisi
yang abnormal.
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 1
B. Tujuan Penulisan
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu :
Memahami pengertian pemeriksaan fisik ekstremitas
Mengetahui teknik-teknik dalam pemeriksaan fisik ekstemitas
Memahami dan menjabarkan bagian tubuh mana saja yang termasuk bagian
eksteremitas tubuh
mempraktekkan prosedur pemeriksaan fisik ekstremitas
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 2
C. Ruang Lingkup
Membahas bagaimana melakukan pemeriksaan fisik ekstremitas dan teknik-teknik
yang terkait dengan pemeriksaan fisik ekstremitas:
Ekstremitas superior
Ekstremitas superior pada manusia terbagi atas :
Sirkulasi arteri, vena, dan kapiler Drainase limfatik sendi, tendon, otot, dan
tulang
Bahu siku Pergelangan tangan Tangan dan jari tangan
Saraf perifer dan otot
Ekstremitas inferior
Ekstremitas inferior meliputi :
Sirkulasi arteri, vena, dan kapiler Drainase limfatik
Sendi, tendon, otot, dan tulang
Panggul
Lutut
Pergelangan kaki dan kaki
Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan keseimbangan
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip pemeriksaan fisik Ekstremitas
Prinsip pemeriksaan ektremitas antara lain:1. Mulailah setelah pemeriksaan abdomen 2. Suruh pasien berbaring terlentang untuk awal inspeksi dan palpasi superior
ekstremitas inferior dan untuk penilaian sebagaian sendi panggul. 3. Suruh pasen duduk untuk melakukan pemerikasaan ekstremitas inferior lebih
lanjut dan melakukan pemeriksaan seluruh ekstremitas superior. Setengah kain
menutupi genital.
4. Ketika melakukan perikasaan seetiap ekstremitas, lakukan dari proksimal ke
distal.
5. Penilaian rentang sendi pergerakan dan neuromuscular digabung berdasarkan
daerah.
6. Kalau pasien tidak dapat secara aktif melakukan pergerakan, usahakan pergerakan
secara pasif, yaitu gerakan sendi yang bersangkutan untuknya. Kalau anda atau
pasien tidak dapat melakukan pergerakan sendi dalam rentang yang normal,
kekakuan memberi kesan adanya penyakit sendi atau periatikular.
Pemeriksaan fisik ekstremitas dibagi atas :
Ekstremitas superior
1. Sirkulasi arteri, vena, dan kapiler Drainase limfatik sendi, tendon, otot, dan tulang
2. Bahu siku Pergelangan tangan Tangan dan jari tangan
3. Saraf perifer dan otot
Ekstremitas inferior
1. Sirkulasi arteri, vena, dan kapiler Drainase limfatik
2. Sendi, tendon, otot, dan tulang
3. Panggul
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 4
4. Lutut
5. Pergelangan kaki dan kaki
Pemeriksaan Refleks
Pemeriksaan Keseimbangan
Bersama dengan evaluasi masing-masing sendi, tendon, otot, dan tulang,
penilaian rentang pergerakan yang ditentukan pertama kali, segera diikuti oleh uji
muskulatur yang bersangkutan.
B. EKSTREMITAS SUPERIOR
1. Sirkulasi arteri, vena, dan kapiler
A. integritas vaskular regional dan sistematik dan integritas pengiriman
oksigen jaringan
Tujuan.
Mengevaluasi integritas vaskulatur regional dan sistematik dan integritas pengiriman
oksigen jaringan.
Teknik Purpura cubiti. Dicari dengan cara melakukan cubitan yang cukup kuat pada
lengan pasien.
Interpretasi. Kalau ekimosis timbul pada tempat tersebut, terdapat fragilitas arteriolar.
Kalau hanya terjadi beberapa petekiae, pertimbangankan purpura ahli jantung (efek
aspirin dosis rendah)
Teknik. Nodus Osler dan lesi janeway, yang jarang ditemukan, dicari dengan cara
inspeksi tangan, pergelangan tangan , pergelangan kaki, dan kaki. Kalau ditemukan
macula, papula, atau pustula yang tidak dapat dijelaskan, periksa untuk tidak adanya
nyeri tekan akibat jari tangan yang memakai sarung tangan.
Interpretasi. Secara klasik, nodus Osler adalah papula dengan nyeri tekan, dan lesi
Janeway adalah macula yang tidak nyeri tekan. Keduanya berwarna merah-ungu.
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 5
Teknik. Untuk menemukan denyut arteri brakialis yang sukar dipahami, doronglah
tendon biseps secara lateral (tidak lebih dalam) untuk menemukan denyut. Kalau aliran
darah berkurang ke salah satu lengan sedang dilacak, ukurlah tekanan darah ekstremitas
superior bilateral ; ketidaksamaan pada sfigmomanometri dapat terjadi bahkan tanpa
asimetri denyut. Untuk mencari penyebab fungsional selain penyebab yang pasti untuk
subclavian steal syndrome, suruh pasien untuk melakukan latihan pada kedua lengan
nya, dan observasi terhadap gejala insufiensi vertebrobasilar.
Interpretasi. Perbedaan dua puluh torr antara tekana darah sistolik pada salah satu
lengan dan pada lengan yang lain mengesankan adanya stenosis arteri subklavila (lihat
tabel 10.2). gejala vertebrobasilar (pening, vertigo, palsi ekstraokular pada lengan yang
dilatih memperlihatkan subclavian steal syndrome.)
Teknik. Uji untuk keterlambatan brakioradial dengan cara meraba denyut salah satu
brakialis dari salah satu tangan dan denyut radialis ipsilateral denga tangan anda yang
lain. Kemudian periksa apakah terdapat selang waktu yang dapat diterima antara
keduanya.
Tabel 1.1
Penyebab denyut radialis yang berkurang dan penyebab tekanan
darah yang menurun unilateral
Stenosis arteri proksimal terhadap tempat yang sedang dipalpasi
Sebelum thrombosis arteri, secra klasik akibat kateterasi arteri
radialis
Secra akut , hematoma yang mengalami diseksi
Dengan perbedaan gradient 20 torr pada tekanan darah sistolik
antara lengan yang satu dengan lengan yang lain . stenosis arteri
subklavila
Interpretasi. Keterlambatan brakioradial berhubungan dengan gradient tekanan sistolik
katup transaorta. Dengan demikian keterlambatan brakioradial dapat
mengkarakteristikkan lebih lanjut murmur ejeksi sistolikyang maksimal pada batas
kanan atau sternum.
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 6
Teknik.Denyut ulnaris dapat dipalpasi pada aspek lateral (radial) ulna, tepat proksimal
pada gelang tangan . kalau anda sangsi apakah anda sedang meraba denyut jari tangan
anda sendiri ataukah denyut ulnaris pasien, lakukan palpasi denyut radialis atau karotis
anda sendiri secara serentak
Interpretasi. Kalau denyut anda sendiri sinkron dengan denyut “ulnaris” keduanya
adalah denyut anda ssendiri; kalau tidak sinkron, anda dapat menguasai ulnaris
pasien.Tidak adanya denyut ulnaris memerlukan uji allen untuk menentukan arti
fungsional.
B. Tes Allen
Tujuan. Lakukan uji allen utuk memperlihatkan keadekuatan aliran korateral ketangan
melalui system radialis maupun system ulnaris,kalau tidak instrumental arterial
mengakibatkan nekrosis jari-jari tangan.
Teknik. Suruh pasien untuk mengepalkan tangan untuk memeras darah keluar dari
telapak tangan.Sekar tekan denyut radialis dan denyut ulnaris secara kuat, dngan
menggunakan kedua ibu jari tangan, dan tunggu selama beberapa detik.Kalau telapak
tangan yang memutih “kembali berwarna merah muda,” berarti tekan tidak cukup, dan ui
tersebut harus dimulai lagi. Sebaliknya, bebaskan arteri ulnaris dari tekanan dan ukur
waktu yang diperlukan untuk mewarnai telapak tangan kembali. Ulangi manuver
tersebut , kali ini hanya membebaskan arteri radialis dari tekanan.
Interpretasi. Kalau warna kembali dalam waktu kurang dari 5 detik, arkus palmaris
adalah utuh. Kalau warna tidak kembali dalam 15 detik, arteri dari tangan tersebut
sebaiknya tidak dipungsi atau dilakukan kanulasi.
Teknik. Kalau sianosis perifer diobservasi, tentukan apakah juga merupakan sianosis
sentral (oral atau perioral) , yang merupakan kedaruratan. Kalau bukan merupakan
sianosis sentral, tetapkan apakah sianosis terbatas pada ujung akral ( ujung jari tangan,
jari kaki, putting, ujung penis) atau meluas secara proksimal. Kalau vasokonstriksi
dicurigai sebagai penyebab sianosis yang terlokalisir pada kaki yang dingin, hangatkan
kembali kaki tersebut dan kemudian ulangi inspeksi.
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 7
Interpretasi. Sianosis sentral memberi kesan adanya dekarboksihemoglobinemia yang
hebat dari 5 g/dL atau lebih hemoglobin tidak mengalami saturnasi dalam darah
kapiler(bukan darah arterial), biasanya akibat disfungsi kardiorespirasi yang nyata.
Terdapat rentang ambang. Sebagai contoh . “sianosis menjadi dapat dikenali
padabeberapa orang yang mempunyai pigmentasi gelap pada 6 g/dL
Penghangatan sederhana dapat menghilangkan sianosis vasokonstriksi yang normal pada
kaki yang dingin tetapi dapat menonjolkan sianosis sentral. Akrosianosis dapat
mengkomplikasi reaktivitas vascular patologik pada penyakit Raynaud, lupus eritematous
sistemik, dan sclerosis sistemik. Akrosianosis juga terjadi pada keadaan aliran yang
rendah dengan resistensi vascular perifer yang tinggi.
C. Drainase limfatik
Tujuan. Memperlihatkan integritas dan kecepatan drainase regional limfe dan lainya
yang mengalami proses yang sama.
Teknik. Untuk nodus epitroklear, raba diantara tendon biseps dan trisep, dengan lengan
bawah pasien dalam posisi supinasi. Untuk nodus subhumeral, tekan dengan kuat tetapi
tidak menimbulkan nyeri dibagian atas aksila terhadap humerus, dan sapukan dari
belakang kedepan.
Interpretasi. Nodus limfe epitriklear yang membesar mengesankan adnya infeksi
tangan atau lengan bawah atau gangguan nodus subhumeral dapat teraba seperti “BB”
atau “kacang berjeli” dan dapat meluncur atau menyeruduk dibawah ujung jari tangan .
Pebedaan nya termasuk pemyebab limfadenopati epitroklear dan jugapenyakit payudara.
2. Sendi, Tendon, Otot,dan Tulang
Tujuan. Memperlihatkan normalitas atau penyakit apparatus locomotor regional.
A. Bahu
Abduksi : suruh pasien untuk mengangkat tangannya secara lateral sampai jari
tangannya menyentuh atas kepala.Suruh pasien untuk menurunkan kedua lengan
secara perlahan . Observasi apakah lengan nya jatuh secara spontan setelahia
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 8
menurunkan lengannya pada sudut 45o, dengan atau tanpa sentuhan untuk
meningkatkan stress.
Aduksi: Suruh pasien untk memindahkan masing-masing lengan menyilang
didepan tubuhnya sejauh mungkin.
Fleksi: Suruh pasien “mencapai keranjang” sejauh mungkin kearah anterosuperior
Rotasi internal: Suruh pasien menjabat kedua tangannya dibelakang
punggungnya.
Rotasi eksternal: Suruh pasien menjabat kedua tangannya dibelakang kepalanya.
Lihatlah pada kedua bahu, secara sendiri-sendiri dan kemudian secara bersamaan,
dari depan dan kemudian belakang , yang terpapar sempurna.
Uji fungsional meliputi uji gores Apley (tabel 1.2)
Tabel 1.2
Uji Gores Apley
Pasien mencapai tangan di belakang kepala dan menyentuhnya (“gores”) sudut
superomedial scapula yang berlawanan (hilang karena abduksi detektif dan rotasi
eksternal)
Pasien mencapai sisa tangan didepan dada pada bahu yang berlawanan (hilang karena
rotasi internal dan aduksi yang berkurang)
Pasien mencapai punggung untuk menyentuh sudut sudut interior scapula yang
berlawanan (hilang karena rotasi internal dan aduksi yang menurun).
Interpretasi
Pengurangan rentang aktif pergerakan : Ulangi sebagai rentang pasif pergerakan
Pengurangan kekuatan : mengesankan adanya gangguan struktur local , yang
meliputi sendi dengan nyeri , atau gangguan hubungan sentral (lihat tabel10.4)
Pengujian kekuatan abduksi yang normal ;meniadakn robekan sarung rotator
yang bermakna
Bahu yang jatuh unilateral
Dislokasi; Tuberositas humeral berpindah tempat kearah depan , dan indentasi
tampak tempat dibawahnya.
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 9
Hilangnya konveksitas bahu: Mengesankan antrofi otot deltoideus, sering dengan
penonjolan humerus.
Penonjolan klavikula unilateral: Mengesankan penyakit paget tulang, kadang-
kadang salah diinterpretasikan sebagai dislokasi, neoplasma tulang, atau
limfadenopati supraklavikular.
B. Siku
Teknik.
Fleksi : Menyuruh pasien menekukkan sikunya secra maksimal kemudian
katakana padanya : “jangan membiarkan saya meluruskan lengan anda”
Ekstensi : suruh pasien untuk benar-benar meluruskan sikunya secara sempurna ,
dengan lengannya pada sisinya: kemudian katakana padanya: “ Jangan
membiarkan saya menekuk lengan anda.” Ekstensi yang sempurna dihindari
untuk menghalangi terjadinya penguncian.
Supinasi; Dengan lengan bawah dalam posisi istirahat dalam pangkuannnya,
suruh pasien untuk membalikkan telapak tangan nya menghadap langit-langit.
Pronasi: Dengan lengan bawah dalam posisi istirahat dalam pangkuannya , suruh
pasien membalikkan telapak tangan nya menghadap pangkuannya.
Sudut siku: Lihatlah sudut siku yang terbentuk, biasanya sekitar 100 lateral
( valgus) terhadap sumbu panjang lengan atas dengan ekstremitas pada posisi
anatomic.
Palpasi untuk ada tidaknya efusi: Raba kesempurnaan jaringan lunak yang agak
berbeda diantara epikondilus lateralis , ujung proksimal radius , dan olecranon.
Kalau ditemukan , membedakannya dari pembengkakan bursa yang terisi cairan
yang lebih superfisial langsung pada olecranon dan dari maasa padat subkutan.
Uji Coen : Panjang proksimal lengan baewah pasien, kemudian suruh pasien
meninju dan mengekstensikan pergelangan tangannya melawan tekanan fleksi
dari anda . Selidiki tentang nyeri hebat yang tiba-tiba . Kalau pasien merasa
nyeri , tanyakan dimana , berhati-hatilah untuk tidak mengesankan suatu jawaban.
Interpretasi
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 10
Pengurangan rentang pergerakan yang aktif: Ulangi rentang pergerakan yang
pasif
Pengurangan kekuatan: Mengesankan adanya gangguan struktur local, yang
meliputi sendi karena nyeri, gangguan hubungan sentral.
Sudut yang berbentuk bertambah: Mengesankan fraktur epikondilus yang tua tau,
yang sering artritis rheumatoid.
Efusi pada sendi siku.
o Semua artritis inflamasi.
o Akumulasi cairan bursitis olecranon superfisial dan terlokalisir
adalah sering terjadi pada pirai.
o Nodul reumatoid subkutan : Teraba lebih kuat dibandingkan
kumpulan cairan ini, dengan sedikit “gaya pegas”
Uji Coen Positif , dengan nyeri yang terasa tidak pada pergelangan tangan tetapi
pada siku : Mengesankan epikondilitis lateralis atau bursitis radiohumeral (siku
tenis)
Teknik. Rasakan ada tidaknya nyeri tekan nodul subkutan dekat penonjolan
tulang , terutama pada siku dan belakang lengan bawah.
Interpretasi
Nodul subkutan
Artritis rheumatoid
Pirai
Lupus eritematosus sistemik
Demam reumatik akut
Sarkoidosis
Mirip Xantoma, kadang-kadang lebih besar daripada nodul
rheumatoid
Kista inklusi epidermal (kista sebasea), yang berlekuk, sering
memperlihatkan pori yang mendasarinya dan teraba agak “lunak”
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 11
Kista ganglion, yang biasanya nyeri tekan dan terletak pada
dorsum pergelangan tangan atau jari-jari tangan, dengan tanpa pori
C.Pergelangan Tangan
Teknik
Ekstensi pergelangan tangan :Suruh pasien mengelevasi punggung tangannya ;
dengan demikian pergelangan tangan cenderung hiperrekstensi, suruh pasien
menahan usaha untuk mengembalikan nya keposisi yang netral
Fleksi pergelangan tangan; Suruh pasien membungkukkan telapak tangannya
kearah pergelangan tangannya; kemudian suruh pasien menahan usaha untuk
mengembalikannya keposisi netral
Interpretasi
Pengurangan rentang pergerakan yang aktif; Ulangi rentang gerak yang pasif
Pengurangan kekuatan : Mengesankan adanya gangguan struktur local, yang
meliputi sendi karena nyeri, gangguan hubungan sentral.
D. Tangan dan Jari Tangan
Teknik.
1. Untuk skrining, lakukan hal berikut
o Skrining Tangan Lanjut (Dilakukan pada Masing-masing Tangan secara
Terpisah)
o Kepalkan tangan dengan kuat-kuat
o Ambil objek yang kecil dari permukaan yang datar .
o Pencet dua dari lima jari tangan pemeriksa dengan kuat.
a. Suruh pasien untuk merentangkan jari-jari tangan dan merapatkannya
kembali, dengan pergelangan dalam posisi yang netral.
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 12
b. Kemudian, suruh dia mengepalkan tangannya sedemikian rupa sehingga anda
dapat mengobservasi fleksi masing-masing sendi metakarpofalangeal dan
setiap kelompok sendi interfalangeal.
c. Suruh pasien untuk menggengam , mengepal dan memegang dua jari tangan
yang pertama anda dalam genggamannya.
d. Suruh pasien untuk mengambil objek yang kecil.
2. Observasi tangan pasien dalam posisi istirahat, yang biasanya memperlihatkan
sedikit fleksi semua sendi di luar pergelangan tangan.
3. Untuk melihat deviasi ulnar , suruh pasien meletakkan kedua tangannya rata satu
dengann yang lain dalam pangkuannya, dengan telapak tangannya ke bawah .
Apakah seluruh tangannya atau ada jari tangan yang mengalami deviasi “ model
vagus’ ke sisi ulnaer ? pastikan apakah ada sendi metakarpofalangeal yang
membesar secara selektif
4. Kalau pemeriksaan skrining adalah positif, observasi apakah buku jari pasien,
apakah pada waktu istirahat atau pada waktu mengepalkan tangannya , menonjol
dari jaringan lunak disekitarnya .Pastikan inflamasi sendi metakarpofalangeal
dengan cara memperhatiakan (a) nyeri tekan terhadap kompresi atau kehangatan
atau (b) menggerenyit pada waktu berjabat tangan.
5. Lihatlah sekali lagi tangan secara keseluruhan dan raba sekali lagi tangan secara
keseluruahan
Interpretasi
1. Kalau pasien dapat berjabat tangan dengan kuat dan mengepalkan tangannya
secara normal dan kalau tangan terletak datar pada meja tampaknya kurang
cenderung artriris tangan yang normal danbermakna,
2. Kalau uji tersebut diselesaikan tanpa efek fungsional , nyeri atau derfomitas yang
dapat dilihat , evaluasi lebih lanjut kurang di indikasikan
3. Sebuah jari tangan tetap ekstensi kalau pasangannya tidak harus mempunyai
tendon fleksor yang rusak atau terganggu.
4. Deviasi ulnar adalah karakteristik artritis rheumatoid , sebagaimana adanya pola
tertentu deformitas sendi (tabel 1.4)
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 13
Contoh Deformitas Pada Sendi
5. Bantalan buku jari dapat tampak bersama dengan semua artritis. Namun ,
penebalan eritematosus kutan pada dorsum sendi metekarpofalangeal adalah
tanda-tanda Gottron dermatomiosis. Buku jari yang gagal untuk tampak dalm
model yang normal merupakan tanda buku jari, yang mengindikasikan artritis
metakarpofalangeal kecuali kalau ada pembengkakan diseluruh dorsum tangan.
Tabel 1.4
Derformitas jari tangan
Deformitas Pola
Leher – angsa
Boutonniere
Artritis
Metakarpofalangeal
Bantalan buku jari dorsal
Hiperekstensi sendi interfalangeal
Proksimalis dan fleksi sendi interfalangeal
distalis .Proses analogi pada ibu jari tangan
meniadakan “kepala angsa” karena salh
satunya kekurangan falang
Pola yang berlawana , fleksi interfalangeal
proksimalis hiperekstensi interfalangeal
distalisn. Menyerupai buku jari yang
menonjol melalui lubang kancing kerah.
Jaringan lunak membengkak secara difus
pada dorsum tangan.
Penebalan dorsum sendi interfalangeal
proksimalis (bukan sendi
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 14
metakarpofalangeal)
6. Pembesaran “sendi” yang keras seprti batu biasanya berarti pemaparan tulang
yang abnormal sebagai akibat pergerakan tulang pada tulang (subluksasi) atau
perubahan garis vector tegangan tendon otot . Pembengkakan yang lunak
biasanya merupakan cairan , yaitu efusi sendi
7. Pembengkakan fusiform sendi interfalangeal proksimal (PIP)
a. Artritis rheumatoid
b. Kalau terbatas pada jari tangan ketiga dan keempat , pertimbangkan
hemokromatosis artropi.
8. Pembesaran tulang PIP (nodus Bouchard) :
a. Artritis rheumatoid
b. Osteoartrosis
c. Perubahan pasca traumatic
d. Infeksi (jarang)
9. Pembesaran sendi interfalangeal distal, nodus Heberden ;
a. Osteoartrosis
b. Artritis psoriatic. Bintik-bintik yang menyolok pada kuku jari tangan
menyokong adanya psoriasis.
Tujuan Dengan menggunakn uji Finkelstein, carilah ada tidaknya tenosynovitis
stenosing kronik de Quervain pada dua ibu jari abductor dan ekstensor
Teknik. Suruh pasien menekuk ibu jari tangan yang nyeri ke dalam telapak
tangannya dan kenudian tekuk jari tangan ipsilateral mengitarinya . Stabilkan
lengan bawah ini dengan satu tangan dan mendorongnya kearah sisi ulnar untuk
meregangkan tendon yang bersangkutan . Tanyakan pasien mengenai gejala yang
dihasilkan melalui maneuver ini.
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 15
Interpretasi. Uji Finkelstein yang positif terdiri dari nyeri yang tajam pada aspek
radial pergelanagan tangan dan dorsal lengan bawah pada sisi radial dasar
eminensia tenar
3. Saraf dan Otot Perifer
Tujuan. Mengevaluasi integritas apparatus neuromuscular regional dan sistemik.
A. Tremor Ekstremitas
Tremor.Lebih sering terjadi pada tangan dibandingkan dengan tempat yang lain .
Lakukan tindakan lanjut seperti yang diindikasikan pada Tabel 10.7
Tujuan. Mengevaluasi lebih lanjut untuk penyakit nucleus basal , secara
prototipikal parkinsonisme, dan gangguan yang lain sebagai penyebab tremor
yang diobservasi.
Evaluasi Tremor
o Apakah titik yang paling proksimal tempat terjadinya kekambuhan
spontan?
o Simetris?
o Apakah ada pergerakan involunter yangn abnormal di tempat lain
(ekstremitas yang lain , batang tubuh, rahang ,bibir, lidah, pipi , wajah)
o Apakah pergerakan yang bertujuan menghilangkan tremor ? Tanda
Romberg? Nistagmus?
o Apakah amplitude, frekuensi, durasi, kekuatan berubah karena emosi ?
o Suruh pasien mengangkat tangannya mendekati wajah . Riwayat keluarga?
Gaya berjalan? Status mental? Roda gigi? Wajah? Bicara?
Teknik. Untuk menunjukkan rigiditas roda gigi, suruh pasien menggambar lingkaran di
udara dengan tangan yang pergelangan tangannya tidak sedang fleksi dan ekstensi secara
pasif.
Interpretasi. Pertimbangkan parkinsonisme dengan tremor, dan juga pikirkan
perkinsonisme yang diinduksi oleh obat, penyakit sereberal , dan tremor esensial.
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 16
Asimetri tidak menyingkirkan parkinsonisme, demikian juga tidak adanya gambaran
yang terkait. Tremor istirahat mengesankan adanya penyakit nonsereberal, sementara
tremor intension tujuan adalah karakteristik penyakit sereberal.
B. Uji Ekstremitas Superior
Tujuan. Mendeteksi kelemahan otot seratus anterior.
Teknik. Mengobservasi scapula pasien pada waktu istirahat .Suruh pasien duduk
menghadap dinding dengan jarak sekitar 30 cm.Suruh pasien meletakkan kedua
tangannya secara datar terhadap dinding , dengan sikunya kearah luar , dan usahakan
untuk mendorong dirinya menjauhi dinding.
Interpretasi. Skapula yang bersayap menperlihatkan kelemahan otot seratus anterior ,
sering akibat kerusakan C5-C7. misalnya akibat poliomyelitis.
Tujuan.Menilai masalah nervus medianus. Missal sindrom saluram karpal , terutama
karena kelainan sensorik yang cocok dan wasting atau kelemahan tenar.
Teknik. Suruh pasien untuk memfleksikan pergelangan tangannya dalam sikap orang
yang sedang berdoa terbalik secara maksimal selama satu menit penuh untuk
mencetuskan tanda Phelan.
Interpretasi. Tanda Phelan adalah kekambuhan nyeri listrik atau kesemutan yang
dicetuskan oleh maneuver ini.
Tujuan. Selidiki otot tangan intrinsic.
Teknik. Inspeksi cekungan dan rigi tangan tersebut.
Interpretasi. Antrofi interoseus dikenali melalui reduksi yang tampak pada jaringan
diantara tulang.
Tujuan. Uji abduksi jari tangan.
Teknik. Suruh pasien untuk mengekstensikan pergelangan tangan dan sendi metacarpal
dan mengabduksi empat jari secara ringan.Lingkungi empat jari tangan pasien diantara
ibu jari dan jari telunjuk tangan anda, dan suruh pasien mencoba membuka pegangan
anda.
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 17
Interpretasi.Abduksi jari tangan yang lemah melibatkan otot interoseus dorsal, otot
abductor digiti minimi , dan nervus ulnaris, C8 atau T1.
Tujuan. Carilah asterksis sebagai bukti ensefalopati metabolic.
Teknik. Asteriksis adalah gagal ritmik yang bervariasi untuk mempertahankan kontraksi
muscular voluntary.Suruh pasien untuk melakukkan pronasi lengan bawah ,
mengekstensi siku , merentangkan jari-jari tangan secara ringan , dan melakukan
hiperekstensi kedua pergelangan tangan .
Interpretasi. Respons yang abnormal adalah “ pengelapakkan” kedua tangan , sehingga
hiperekstensi hilang secara involunter dan dengan cepat mendapatkan hiperekstensi
kembali secara involunter.
C. EKSTREMITAS INFERIOR
1. Sirkulasi Arteri, vena, dan Kapiler
Tujuan. Mengevaluasi integritas vaskulatur regional dan sistemik dan integritas
pengiriman oksigen jaringan.
Teknik. Menemukan denyut popliteal dengan cara sedikit mengfleksikan lutut secara
pasif , meletakkan jari-jari tangan secara dalam ruang popliteal .Hanya denyut tersebut
yang diraba , bukan dinding arteri
Raba dorsalis pedis dalam ruang antara tendon untuk halluks dan jari kaki kedua ; kalau
mengalami masalah , pindah kearah proksimal /distal, karena kekuatan maksimalnya
dapat dimana saja dari dasar jari kaki tersebut kedepan pergelangan kaki. Kalau denyut
tibialis posterior sulit untuk diraba , selidiki melalui ruang dibelakang malleolus
medialis dan anterior tendon Achilles ;usahakan dorsolfleksi pergelangan kaki secara
pasif , dengan menggunakn tangan anda yang satunya.
Interpretasi.Minoritas orang sehat yang bermakna tidak mempunyai denyut dorsalis
pedis yang dapat dipalpasi , dan jumlah orang yang lebih sedikit tidak mempunyai
denyut tibialis posterior yang lokasi dapat diketahui.
Tujuan. Dengan menggunakan uji Buerger carilah insufisiensi arterial tungkai bawah
yang samar-samar.
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 18
Teknik.Angkatlah secara pasif tungkai bawah yang berbaring terlentang sesaat ketika
mengangkat tungkai bawah yang lurus.Observasi untuk melihat apakah tungkai bawah
memucat pada waktu elevasi.
Interpretasi.Pemucatan pada waktu elevasi uji buerger positif mengindikasi kan stenosis
arteri yang utama.
Gambaran untuk mencari evaluasi edema
o Insufiensi vena kronik?
o Limfa denopati pada apeks (pangkal paha, aksila) ? Simetris?
o Gambaran inflamasi (eritema, nyeri tekan yang nyata, panas)? Coretan
berwarna merah pada batas proksimal? Stimulus yang diketahui , misalnya
gigitan lebah?
o Rata atau berbenjol? Efek penggunaan ekstremitas?
o Jenis “pitting” yaitu indentasi yang tetap ada yang diakibatkan oleh
menusuknya ujung jari tangan selama 10detik ?
o Titik paling proksimal dari pitting (terpisah dari titik yang paling
proksimal dari pembengkakan yang tampak)? Lingkaran ekstremitas dan
pasangannya yang diukur ? Kulit mengkilap (biasanya karena edema yang
menegang) antrofik , hiperkeratotik, bersisik?
Gambaran dalam menilai nyeri dan pembengkakan tungkai bawah yang akut
Temuan Kecurigaan
1. Tidak ada temuan yang
membantu
2. Merah, panas, nyeri tekan
3. Meningkatkan darah yang
mengalami ekstravasasi dekat
malleolus medialis
4. Awitan selama latihan yang
hebat
Perlu untuk menyingkirkan
thrombosis vena profunda
Cenderung Selulitis
Ruptur kista baker terutama,
kalau diketahui artritis lutut
rupture tendon plantaris longus
Kekambuhan thrombosis atau sindrom
pascaflebitis yg terjadi sebelumnya
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 19
5. Trombosis vena profunda pada
ekstremitas yang terjadi
6. Mengalami antikoagulasi secara
terapeutik atau supraterapeutik
7. Seropositivitas HIV,
terutama karena sarkima Kaposi
kembali
Hemoragik pada betis—carilah
perubahan warna menjadi biru ungu/
kehijauan yang pucat
Pseudotromboflebitis hiperralgesik
C. Drainase Limfatik
Tujuan. Mengevaluasi integritas dan kecepatan limfe regional.
Teknik.
Nodus popliteal : Fleksikan lutut secara pasif dengan posisi pasien
telungkup; periksa secara dalam pada fosa popliteal
Nodus limfe inguinofemoral; Raba kelompok diagonal sepanjang
ligamrntum inguinalis secara inferomedial dan vertical medial vena
fermoralis.
Interpretasi
Nodus limfe popliteal dapat membesar karena infkamasi kaki tetapi
jarang dapat diraba
Serinng terjadi pembesaran nodus inguinal murni; kadang supurasi
Teknik. Evaluasi selulitis ; inspeksi , palpasi , dan ukur kedua lingkaran ekstremitas dan
batas eritema.
Penyebab Edema
o Hipertensi vena
o Penyebab local Insufiensi vena akut, dengan thrombosis vena Obstruksi vena,
termasuk pada pelvis, padaperikardium, pada vena kava ,Gagal jantung kongestif.
o Kebocoran kapiler Inflamasi local, misalnya selulitis Vaskulitida
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 20
o Hipoalbuminemia Sirosis, dengan gagal sintetik, Nutrisional (kakhesiadan
kwashiorkor) ,Nefrotik, Enteropati kehilangan protein
o Limfedema Lokal,Inguinal, pelvis, aksilar, atau pada sisterna cilia tau duktus
torasikus
o Pseudoedema adipose, Miksedema, Angioedema, Edema idiopatik
Gambaran klinis selulitis yang tidak menyenangkan
o Kulit yang menghitam atau devitalasasi
o Ulkus yang berkembang atau meluas selama perjalanan terapi
o Discharge berwarna coklat atau kotor, Perlukan daerah yang terkena ,
Pengelupasan kulit,Gas yg dapat dipalpasi , yaitu krepitus, Supurasi nodus limfe
2. Sendi,Tendon, Otot, dan Tulang
Tujuan Mengevaluasi integritas apparatus lokomotor regional.
Table Skala kekuatan otot
Skala Gambaran Presentasi
normal
klasifikasi
5 Gerakan aktif, dapat
melawan tahanan penuh100
Normal
4 Gerakan aktif, hanya dalam
menahan sebagaitahanan
75 Kelemahanringan
3 Gerakan aktif, dapat
melawan gravitasi
50 Cukup/kelemahansedang
2 Rentanggerak (ROM) pasif 25 Buruk
1 Hanyaterdapatkontraksiotot 10 Sangatburuk
(kelemahanberat
0 Tidakdapatkontraksiotot 0 Paraliasis
3. Panggul
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 21
Teknik dengan pasien dalam posisi berbaring terlentang, lakukan hal berikut:
Fleksi: Dengan lutut pasien yang diekstensikan,suruh pasien mengelevasi
tungkaibawahnya sejauh mungkin dari meja periksa dan tetap bertahan dalam
posisi penggantian tersebut.
Ekstensi: Dilakukan pada waktu pemeriksaan punggung
Rotasi Eksternal: (lutut harus tetap fleksi membentuk sudut 45o). Rotasikan
panggul pasien secara eksternal(lateral) : kemudian suruh pasien untuk
mempertahankan posisi ini untuk melawan tarikan anda kearah garis tengah
Rotasi internal:Dengan lutut pasien yang membentuk sudut 45o.Rotasikan panggul
pasien secara internal(medial): kemudian suruh pasien mempertahankan posisi ini
untuk melawan usaha anada untuk merotasikan panggulnya secara eksternal.
Abduksi: Drngan posisi pasien berbaring terlentang dan ekstremitas lurus, suruh
pasien untuk menggerakkan ekstremitas tersebut secra lateral;kemudian suruh
pasien untuk menahan usaha anda untuk mengembalikan kegaris tengah.
Aduksi:dengan ektremitas lurus, suruh pasien menyilangnya secara medial
terhadap ekstremitas inferior yang berlawanan:kemudian suruh pasien menahan
usaha anda untuk mengabduksikannya secara paksa.
Uji Fungsional Tinnet
PenampilanPasien bangkit berdiri berjalan sepanjang jejak yang lurus, berputar balik,
kembali, dan duduk lagi pada kursi.Observasi kemampuan pasien untuk bangkit dari
kursi, ketinggian langkah, kelancaran dan kemudahan untuk berputar balik, dan
kemampuan untuk balik kembali
Bangkit sedara abnormal dari kursi
Kriteria interpretasi : ragu-ragu atau bertolak dengan lengan , atau ,menyeret bokong
secara progresif untuk bangkit berdiri, atau memperlihatkan ketidaksiapan untuk
berdiri pertama kali.
Penyebab : Ekstensi lutut yang berkurang, fungsi propioseptif dan sereberal yang
buruk
Masalah ketinggian langkah
Kriteria interpretasi : Menggeser , menyeret, atau mengangkat kaki secara berlebihan
(ujung jari kaki terangkat lebih dari 5 cm diatas lantai pada setengah langkah)
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 22
Penyebab : kekuatan panggul atau lutut yang menurun ,penglihatan dekat yang
menurun , atau deficit proprioseptif pada sendi interfalangeal proksimal jari kaki.
Defisit pada saat berputar balik
Kriteria interpretasi: Berhentikan total sebelum berputar balik , terhuyung-huyung,
berlenggok, dan mengambil objek untuk menyokong
Penyebab : Defisit ketinggian langkah yang sama
Dukung yang abnormal pada kursi
Kriteria interpretasi: menjatuhkan diri pada kursi atau tidak duduk pada tengah kursi.
Penyebab: Fleksi panggul berkurang dan fleksi lutut berkurang
Interpretasi
Pengurangan pergerakan rentang yang aktif: Ulangi lagi rentang pergerakan yang
pasif.
Pengurangan kekuatan : Gangguan structural local , termasuk sendi dengan nyeri
atau gangguan hubungan sebtral (tabel 10.13)
Tujuan ; menilai kekuatan gluteus medius.
Teknik: Uji Trendelenburg terdiri dari mengobservasi dari belakang dan melihat
lesung pada spina iliaka superior posterior (gbr.10.14)
Interpretasi: Uji Trendelenburg positif, yaitu penurunan bokong yang tidak
disokong atau gagal elevasi, memberi kesan adanya kelemahan otot gluteus
medius ipsilateral
Tujuan. Uji Thomas : Suruh pasien untuk berbaring terlentang, dengan kedua
tungkai bawah aduksi pada garis tengah . Inspeksi untuk lembah yang berlebihan
antara aspek superior bokong dan bagian kecil punggung.
Interpretasi. “Lembah” yangn besar pada bagian kecil punggung meningkatkan
spesifisitas uji Thomas . Uji yang abnormal terdiri dari mengungkapkan fleksi
salah satu panggul ketika panggul yang lain difleksikan secara maksimal.
Tujuan. Mendeteksi kelainan cara berjalan , baik untuk pandangan fungsional
maupun untuk nyeri punggung dan panggul yang tepat.
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 23
Teknik. Observasi gaya berjalan secara sesame , lebih disukai tanpa
kewaspadaan pasien.perhatikan gaya berjalan kearah depan secara regular,
berputar balik , berjalan, dengan menggunakn tumit , berjlan dengan menggunakn
jari kaki , dan tandem gait. Gaya berjalan antalgic memberi kesan melangkah di
atas paku, ketika seseorang mencoba untuk menyikat fase menahan beban .Gaya
berjalan abnormal yang lain adalah gaya berjalan yang tiba-tiba , sehingga pelvis
jatuh ketika diharapkan untuk naik.
Interpretasi. Gaya berjalan antalgic(cenderung pada salah satu tungkai bawah)
yang tampak pada fraktur , otot yang di gunakan secara berlebihan ,
tromboflebitis ,artritida, gangguan kaki dll.Gaya berjalan gerakan yang tiba-tiba
memberi kesan adanya kelemahan otot gluteus medius.
4. Lutut
Gerakan Pada Lutut
Tujuan. Menilai fungsi, kenyamanan, dan prospek cairan dalam sendi
Teknik.
1. Inspeksi kontur dan bentuk (shape) dari lutut serta warna kulit.Normal kulit
tampak lembut, tanpa lesi dan warna konsisten dengan kulit sekitarnya. Periksa
adanya pembengkakan, kemerahan dan nyeri pada lutut.
2. Palpasi pada posisi supine. Otot quadriceps harus dalam keadaan relaksasi. Mulai
palpsi pada bagian anterior, sekitar 10 cm dari patella. Palpasi dengan ibu jari kiri
dan jari-jari lainya dalam posisi menggenggam.Teruskan palpasi lutut kearah
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 24
bawah, periksa dengan detail bagian suprapatellar. Catat konsistensi jaringan.
Otot dan jaringan lunak harus teraba solid dan lembut tanpa kekuatan,
ketegangan, penebalan atau nodul pada otot maupun persendian.
3. Tes ROM dilakukan sebagai berikut :klien berdiri tegak, lalu minta untuk fleksi
dan ekstensi lutut.
4. Menguji kekuatan otot pada lutut:
a. Berbaring telentang. Tungkai diteuk pada sendi lutut, lalu klien disuruh
meluruskan tungkainya. Pemeriksa menahan pergerakan tersebut dengan
menekan pergelangan kaki klien (kekuatanototekstensor)
b. Klien tetap berbaring terlentang dengan menekuk tungkai separuh pada bagian
sendi lutut. Kemudian klien disuruh menekukan tungkainya lebih lanjut
sedangkan pemeriksa menahan pergerakan dengan menarik pada pergelangan
kaki klien (kekuatan otot fleksor)
5. Pergelangan Kaki dan Kaki
Gerakan Pergelangan Kaki
Teknik
Dorsifleksi: suruh pasien untuk melakukan dorsifleksi dan usahakan anda untuk
memaksa bagian depan kaki ke arah lantai
Plantarfleksi: suruh pasien untuk berada dalam plantar fleksi dan suruh pasien
untuk menahan usaha anda untuk merubah ke dorsifleksi
Inversi dan eversi: suruh pasien untuk merotasikan pergerakan pergelangan kaki
mendekat(eversi) dan menjauhi(inversi) terhadap kaki yang lain
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 25
Tujuan. Membedakan antara atritis pergelangan kaki dan edema yang tergantung
Teknik. Memeriksa simeti, pitting kulit dan nyeri tekan selama pergerakan fasif
Interpretasi
Kedua proses dapat mengisi cekungan anterior terhadap maleolus medialis dan
maleolus lateralis
Bilateralitas cenderung menyebabkan edema. Unilateralitas lebih sulit
menafsirkan edema, karena edema yang tergantung dapat melokalisasi secara
palsu dan menyerupai efusi pergelangan kaki
Pitting kulit yang berwarna merah, hangat dan nyeri dapat diartikan artritis
Nyeri tekan lebih sering diakibatkan oleh inflamasi tetapi juga dapat ditemukan
pada edema
Jika adanya pembengkakan sehingga mengakibatkan keterbatasan gerak maka
dapat diartikan terjadi atritis pergelangan kaki
Jika dilakukan elevasi, kompresi dan deuretik edema cenderung menghilang
D. PEMERIKSAAN REFLEKS
1. Pemeriksaan Reflek Otot Biseps
1. Posisi pasien tidur terlentang dan siku kanan yang akan diperiksa, diletakan diatas
perut dalam posisi fleksi 60 derajat dan rileks.
2. Carilah tendon biseps dengan meraba fossa kubiti, maka akan teraba keras bila
siku difleksikan
3. Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot biseps
4. Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan, diatas jari
telunjuk kiri pemeriksa
5. Terlihat gerakan fleksi pada siku akibat kontraksi otot biseps dan terasa tarikan
tendon otot biseps dibawah telunjuk pemeriksa
2. Pemeriksaan Reflek Otot Triseps
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 26
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Bila siku tangan kanan yang akan diperiksa, maka diletakan diatas perut dalam posisi
fleksi 90 derajat dan rileks.
3. Pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien
4. Carilah tendon triseps 5 cm diatas siku ( proksimal ujung olecranon )
5. Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot triseps
6. Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas jari
telunjuk kiri pemeriksa
7. Terlihat gerakan ektensi pada siku akibat kontraksi otot triseps dan terasa tarikan
tendon otot triseps dibawah telunjuk pemeriksa
3. Pemeriksaan Reflek Tendon Patella
1. Posisi pasien tidur terlentang atau duduk
2. Pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien
3. Bila posisi pasien tidur terlentang, lutut pasien fleksi 60 derajat dan bila duduk lutut
fleksi 90 derajat
4. Tangan kiri pemeriksa menahan pada fossa poplitea
5. Carilah 2 cekungan pada lutut dibawah patela inferolateral/ inferomedial ,
6. Diantara 2 cekungan tersebut terdapat tendon patela yang terasa keras dan tegang
7. Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas tendon
patela
8. Terlihat gerakan ektensi pada lutut akibat kontraksi otot quadriseps femoris
4. Pemeriksaan Reflek Tendon Achiles
1. Pasien tidur terlentang atau duduk
2. Bila pasien tidur terlentang pemeriksa berdiri dan bila pasien duduk pemeriksa
jongkok disisi kiri pasien
3. Bila pasien tidur terlentang lutut fleksi 90 derajat dan disilangkan diatas kaki
berlawanan, bila pasien duduk kaki menggelantung bebas
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 27
4. Pergelangan kaki dorsofleksikan dan tangan kiri pemeriksa memegang/ menahan
kaki pasien
5. Carilah tendon achiles diantara 2 cekungan pada tumit yang terasa keras dan makin
tegang bila posisi kaki dorsofleksi
6. Ayunkan reflek hammer diatas tendon achiles
7. Terasa gerakan plantar fleksi kaki yang mendorong tangan kiri pemeriksa dan
tampak kontraksi otot gastrocnemius
E. TEST KESEIMBANGAN
1. Tes Romberg
1. Pemeriksa berdiri dalam jarak dekat untuk menjaga bila pasien jatuh.
2. Mintalah pasien berdiri dengan kaki berhimpitan dan ke 2 lengan disisi tubuh
3. Kedua mata pasien terbuka dan kemudian mintalah matanya dipejamkan selama 3
menit.
4. Normal adanya gerakan tubuh dengan sedikit bergoyang
5. bila pasien jatuh kesamping karena hilangnya keseimbangan ( test romberg positip )
2. Tes Satu Kaki
1. Mintalah pasien berdiri pada satu kaki dengan mata tertutup
2. Kedua lengan lurus dan tetap disisi tubuh.
3. Ulangi prosedur ini pada kaki satunya.
4. Normal keseimbangan berkisar 5 detik dengan sedikit goyangan tubuh
5. Penyimpangan apabila pasien menggerakan badan dan mengayunkan kakinya untuk
mencegah agar tidak jatuh
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik ekstremitas menguji gerakan motorik pasien baik gerakan refleks
maupun saat melakukan posisi rentang normal dan dari hasil tersebut diharapkan dapat
mengambil data-data menyimpang/patologis untuk tindakan keperawatan lebih lanjut.
B. Saran
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 29
Dengan makalah ini kami menyarankan agar melakukan pemeriksaan dan berbagai
tes pemeriksaan fisik ekstremitas dengan teliti agar didapat data yang valid. Dalam
makalah ini sebenarnya kritik dan saran juga diperlukan untuk membangun makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://agungrakhmawan.wordpress.com/2008/09/01/bab-vii-pemeriksaan-
ekstremitas-bag-viii/
2. http://shidiqwidiyanto.blogspot.com/2010/04/introduksi-pemeriksaan-fisik-
pada.html
3. Willms, Janice L.2005. Buku Saku Diagnosis Fisik. Jakarta EGC
4. Potter, Patricia A. dkk. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, proses dan
pratek. Jakarta : EGC
5. Price, Sylvia Anderson. Edisi VI (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Volume I
6. Lynn S, Bickley.2004. Buku Saku Pemeriksaan Fisik Riwayat Kesehatan.
Jakarta : EKG
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 30
7. Potter, Patricia A. dkk. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, proses dan
pratek. Jakarta : EGC. Volume II
Makalah Pemeriksaan Fisik Ekstremitas 31