makalah pemeriksaan fisik bayi
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT
TUGAS MAKALAH
PEMERIKSAAN FISIK BAYI
OLEH :
IIS DAHLIA
NIM. 04064821517005
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui
gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah
informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien,
mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan
mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam
melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami,
antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan
auskultasi (mendengar) (Prawirohardjo, 2005).
Sebelum melakukan pemeriksaan pada bayi baru lahir perlu
diketahui riwayat keluarga, riwayat persalinan. Pemeriksaan fisik sangat
penting untuk di lakukan, karena sangat penting untuk diketahui,yaitu
untuk mengetahui normal atau tidak normal pada bayi. Keadaan suhu di
luar rahim sangat mempengaruhi kondisi bayi baru tersebut. Kondisi di
luar rahim sangat berbeda dengan kondisi didalam rahim (Prawirohardjo,
2010).
Observasi (pengamatan secara seksama) Pemeriksaan dilakukan
pada seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidak
harus dengan urutan tertentu. Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti
pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu tubuh, tekanan darah, dan
lain-lainnya, sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan melihat atau
memakai alat-alat, umumnya anak menjadi takut atau merasa tidak
nyaman, sehingga menolak diperiksa lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeriksaan Fisik Bayi
1. Keadaan umum
Kesadaran pasien : Komposmentis (CM) Sadar sepenuhnya, apatis atau
sadar tapi acuh terhadap sekitarnya, somnolen atau tampak mengantuk dan
ingin kembali tidur, stopor atau sedikit respon terhadap stimulus yang kuat
dan koma artinya tidak bereaksi terhadap stimulus apapun
2. Aktifitas fisik
Inspeksi keadaan ekstremitas dalam keadaan fleksi, dengan gerakan tungkai
serta lengan aktif dan simetris.
3. Pemeriksaan tanda-tanda vital
a) Frekuensi Nadi
Paling baik dihitung dalam keadaan tidur / tenang
Meraba arteri radialis dengan ujung jari II, III, IV tangan kanan, ibu jari
berada di bagian dorsal tangan anak
Pada bayi dengan penghitungan heart rate (denyut jantung)
Penghitungan 1 menit penuh
Usia >28 hari- 1 tahun (bayi) : 30-40 kali/menit
Usia >1 tahun -3 tahun : 20-30 kali/menit
b) Frekuensi pernapasan
Dihitung satu menit penuh melalui inspeksi/palpasi/auskultasi
Takipneu yaitu pernapasan yang cepat
Dispneu yaitu kesulitan bernapas
Usia >28 hari- 1 tahun (bayi) : 80-120 kali/menit
Usia >1 tahun -12 tahun : 60-110 kali/menit
c) Suhu
Suhu diukur di aksila dengan nilai normal 36,5 0C– 37 0C.
4. Pengukuran atropometrik
a. Penimbang berat badan
Alat timbangan yang telah diterakan serta di beri alas kain di atasnya,
tangan bidan menjaga di atas bayi sebagai tindakan keselamatan .
Menurut Mtbs (2008) :
BB/TB < -3 SD berarti sangat kurus
BB/TB > -3 SD - < - 2SD berarti sangat kuru
BB/TB -2 SD - +2SD berarti normal
b. Panjang badan
Letakkan bayi datar dengan posisi lurus se bisa mungkin. Pegang kepala
agar tetap pada ujung atas kita ukur dan dengan lembut renggangkan
kaki ke bawah menuju bawah kita.
PB : 48/52cm.
c. Lingkar kepala
Letakakan pita melewati bagian oksiput yang paling menonjol dan tarik pita mengelilingi bagian atas alis LK : 32 - 37 cm.
d. Lingkar dada
Letakan pita ukur pada tepi terendah scapula dan tarik pita mengelilingi kearah depan dan garis putih.
LD : 32 – 35 cm.
5. Kulit
Inspeksi kulitnya apakah warna tubuh kemerahan dan tidak ikterus.
Palpasi keadaan kulitnya apakah lembab, hangat dan tidak ada
pengelupasan.
6. Kepala
Inspeksi apakah ada benjolan di puncak kepala.
Palpasi apakah tidak ada massa atau area lunak di tulang tengkorak.
Fontanel anterior dengan ukuran 5 x 4 cm sepanjang sutura korona dan
sutura segital. Fortanel posterior dengan ukuran 1 x 1 cm sepanjang sutura
lambdoidalis dan sagitalis.
7. Wajah
Inspeksi apakah mata segaris dengan telinga, hidung di garis tengah, mulut
garis tengah wajah dan simetris.
8. Mata
Inspeksi apakah kelompak mata tanpa petosis atau udem. Skelera tidak
ikterik, cunjungtiva tidak merah muda, iris berwarna merata dan bilateral.
Pupil beraksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada.
9. Telinga
Inspeksi apakah posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak
kendur, pembentukkan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan baik
kokoh.
10. Hidung
Inspeksi apakah posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas
melalui hidung.
11. Mulut
Inspeksi bentuk dan ukuran mulut proporsional dengan wajah, bibir
berbentuk penuh berwarna merah muda dan lembab, membran mekosa
lembab dan berwarna merah muda, palatom utuh, lidah dan uvula di garis
tengah, reflek gag dan reflek menghisap serta reflek rooting ada.
12. Leher
Inspeksi apakah leher rentang pergerakan sendi bebas, bentuk simestris dan
pendek. Palpasi apakah triorid di garis tengah, nodus limfe dan massa tidak
ada.
13. Dada
Inspeksi apakah dada berbentuk seperti tong, gerakan dinding dada semetris.
Frekuensi nafas 40 – 60 x permenit, pola nafas normal. Palpasi apakah nadi
di apeks teraba di ruang interkosa keempat atau kelima tanpa kardiomegali.
Auskultasi apakah suara nafas jernih sama kedua sisi. Frekuensi jantung
100- 160 x permenit teratur tanpa mumur. Perkusi apakah ada atau tidak ada
peningkatan timpani pada lapang paru.
14. Payudara
Inspeksi apakah jarak antar puting pada garis sejajar tanpa ada puting
tambahan.
15. Abdomen
Inspeksi abdomen bundar dan simetris pada tali pusat terdapat dua arteri dan
satu vena berwarna putih kebiruan. Palpasi abdomen Lunak tidak nyeri
tekan dan tanpa massa hati teraba 2 - 3 cm, di bawah arkus kosta kanan
limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Ginjal dapat di raba dengan
posisi bayi terlentang dan tungkai bayi terlipat teraba sekitar 2 - 3 cm,
setinggi umbilicus di antara garis tengah dan tepi perut. Perkusi timpani
kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal. Auskultasi bising usus ada.
16. Genitalia eksterna
Inspeksi (wanita) labia minora ada dan mengikuti labia minora, klitoris ada,
meatus uretra ada di depan orivisium vagina.
Inspeksi (laki-laki) penis lurus, meatus urinarius di tengah di ujung glans
tetis dan skrotum penuh.
17. Anus
Inspeksi apakah posisi di tengah dan paten (uji dengan menginsersi jari
kelingking) pengeluaran mekonium terjadi dalam 24 jam.
18. Tulang belakang
Bayi di letakkan dalam posisi terkurap, tangan pemeriksa sepanjang tulang
belakang untuk mencari terdapat skoliosis meningokel atau spina bifilda.
Inspeksi
Kolumna spinalis lurus tidak ada defek atau penyimpang yang terlihat.
Palpasi
Tulang belakang ada tanpa pembesaran atau nyeri.
19. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Inspeksi
Rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal pada tangan reflek
genggam ada, kuat bilateral, terdapat sepuluh jari dan tanpa berselaput, jarak
antar jari sama karpal dan metacarpal ada dan sama di kedua sisi dan kuku
panjang melebihi bantalan kuku.
Palpasi
Humerus radius dan ulna ada, klavikula tanpa fraktur tanpa nyeri simetris
bantalan kuku merah muda sama kedua sisi.
Ekstremitas bawah
Panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki tanpa selaput, jarak antar jari
sama bantalan kuku merah muda, panjang kuku melewati bantalan kuku
rentang pergerakan sendi penuh : tungkai, lutut, pergelangan, kaki, tumit dan
jari kaki tarsal dan metatarsal ada dan sama kedua sisi reflek plantar ada dan
sismetris.
20. Pemeriksaan reflek
a. Berkedip
cara : sorotkan cahaya ke mata bayi.
normal : dijumpai pada tahun pertama
b. Tonic neck
cara : menolehkan kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
normal : bayi melakukan perubahan posisi jika kepala di tolehkan ke satu sisi, lengan dan tungkai ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi berlawanan, normalnya reflex ini tidak terjadi setiap kali kepala di tolehkan tampak kira–kira pada usia 2 bulan dan menghilangkan pada usia 6 bulan.
c. Moro
cara : ubah posisi dengan tiba-tiba atau pukul meja /tempat tidur.
normal : lengan ekstensi, jari–ari mengembang, kepala mendongak ke belakang, tungkai sedikit ekstensi lengan kembali ke tengah dengan tangan mengenggam tulang belakang dan ekstremitas bawah eksteremitas bawah ekstensi lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang pada usia 3 - 4 bulan.
d. Mengenggam
cara : letakan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, jika reflek lemah atau tidak ada beri bayi botol atau dot karena menghisap akan menstimulasi reflek.
normal : jari–jari bayi melengkung melingkari jari yang di letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan.
e. Rooting
cara : gores sudut mulut bayi melewati garis tengah bibir.
normal : bayi memutar kearah pipi yang diusap, reflek ini menghilangkan pada usia 3 - 4 bulan tetapi bisa menetap sampai usia 12 bulan terutama selama tidur
f. Menghisap
cara : beri bayi botol dan dot.
normal : bayi menghisap dengan kuat dalam berepons terhadap stimulasi reflek ini menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk
mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal
data yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai
perubahan status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah
diberikan. Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu
dipahami, antara lain inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan
auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Mulai dari
kepala sampai kaki untuk mengetahui adanya ketidaknormalan pada bayi dan
anak.
B. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada neonatus dan anak
harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Supaya dapat terdeteksi jika ada
kelainan-kelainan pada neonatus dan anak. Selanjutnya, jika ada kelainan-
kelainan yang tidak bisa diatasi, sebaiknya kolaborasi dengan tenaga medis lain,
atau di rujuk ke rumah sakit. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat
diharapkan mengerti dan memahami sifat dan karakter anak pada tiap-tiap
tumbuh kembang anak Menjaga dan mempertahankan anak supaya kooperatif
dalam pemeriksaan maka sangat perlu dilakukan kerja sama orang-tua, karena
orang-tua pemegang keputusan utama dan orang yang paling dekat dengan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, dkk, 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Engel, Joyce. 2001. Seri Pedoman Praktis Pengkajian Pediatric. Editor. Setiawan. Edisi 2. Jakarta: EGC
Khoirunnisa, Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, bayi dan balita. Yogyakarta : Nuha Medika
Matondang, S Corry,dkk. 2000. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi 2. Jakarta: PT Sagung Seto
Muslihatun, Wannur. 2010. Asuhan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Pelayanan Kesehatan Materil dan Neonatal. Jakarta : EGC
Priharjo, Robert. 1993. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
Stright, Barbara. 2004. Keperawatan Ibu dan Bayi baru lahir. Jakarta : EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric. Edisi 4. Jakarta: EGC
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
JUDUL :
PEMERIKSAAN FISIK BAYI
Tanggal terbit Disahkan olehKa. Prodi PSIK
HikayatiNIP. 19762202002122001
Pengertian Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang
dimulai selama wawancara, terutama dengan
menggunakan inspeksi atau observasi. Selama
pemeriksaan yang lebih formal, alat-alat untuk percusi,
palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk memantapkan
dan menyaring pengkajian sistem tubuh. Seperti pada
riwayat kesehatan, obyektif dari pengkajian fisik adalah
untuk merumuskan diagnosa keperawatan dan
mengevaluasi keefektifan intervensi terapeutik (Wong,
2003).
Tujuan 1. Untuk mengetahui status kesehatan bayi
2. Untuk menentukan keadaan fisik bayi dalam
keadaan normal atau abnormal
3. Untuk mendeteksi segera kelaninan dan dapat
menjelaskan pada keluarga
Indikasi Bayi usia >28 hari sampai dengan 1 tahun
Kontraindikasi Bayi memiliki resiko
Alat dan bahan 1. Timbangan bayi
2. Stetoskop
3. Penlight
4. Termometer
5. Pita ukur
6. Kain bedong
7. Baju bayi
8. Popok bayi
9. Kerincingan bayi
10. Format pemeriksaan fisik
11. Dokumentasi
Persiapan Ibu dan
Perawat
1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
2. Mengkaji riwayat ibu dan bayi
3. Melengkapi riwayat medis.
- Mendokumentasikan data pada saat masuk:
nama, tanggal lahir
- Mendokumentasikan riwayat persalinan
- Mendokumentasikan riwayat pasca kelahiran.
Persiapan Lingkungan 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan pencahayaan
cukup
2. Suhu ruangan yang baik (sesuai dengan NTE, atau
tidak memicu hipotermi)
Prosedur
1. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Beri penerangan
4. Buka bedong bayi baju bayi dan popok bayi
5. Pemeriksaan kesadaran : Komposmetis, Apatis,
Somnolen, Sopor, Koma, Delirium.
6. Mengukur tanda-tanda vital
Suhu : Kulit terasa hangat saat disentuh
Frekuensi denyut jantung
RR
7. Mengukur antropometri
Menimbang berat badan bayi
Mengukur panjang badan bayi
Mengukur lingkar kepala bayi
Mengukur lingkar dada bayi
Mengukur lingkar abdomen bayi (di umbilikus)
Mengukur lingkar lengan atas bayi
8. Pemeriksaan fisik sistematis
a. Pemeriksaan kepala
Inspeksi : bentuk kepala, kebersihan kulit kepala,
rambut, warna rambut,
Palpasi fontanela : ubun-ubun, sutura, benjolan,
luka
b. Pemeriksaan mata
Inspeksi : kebersihan mata, kesimetrisan kedua
mata, warna skera, warna konjuntiva
Kaji reflek kornea : dekatkan suatu objek ke
kornea, maka mata akan berkedip
Kaji reflek cahaya : jika diberi cahaya, pupul akan
berkontriksi
c. Pemeriksaan telinga
Inspeksi : kebersihan kedua lubang telinga, kondisi
membran timpani, simetris kedua telinga dan
kesejajaran antara daun telinga dengan kantus
lateral mata
Kaji reflek startle : Jika didengarkan bunyi keras
dengan kerincingan bayi, lengan abduksi secara
tiba-tiba
d. Pemeriksaan hidung
Inspeksi : kebersihan, kesimetrisan letak lubang
hidung, adanya septum nasal, adanya keluaran
sekret
Kaji hembusan nafas dengan punggung tangan atau
dengan gerakan kapas
Kaji reflek glabelar : dengan mengetuk pangkal
hidung dengan cepat maka mata akan berespon
dengan menutup dan rapat dengan cepat
Cairan, edema, nafas
e. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan
Inspeksi : kebersihan mulut, keutuhan bibir,
kelainan bibir
Kaji rooting reflek : sentuh pipi sepanjang sisi
mulut, bayi akan merespon dengan cara kepala
akan mengikuti arah stimulasi
Kaji sucking reflek : Sentuh bibir bayi, bayi akan
berespon dengan cara menghisap kuat
Kaji gag reflek : Stimulasi pada posterior faring
dengan tube maka bayi akan muntah
Kaji extrusion reflek : Sentuh lidah dengan jari
maka bayi akan mendorong lidah keluar
f. Pemeriksaan leher
Palpasi : apakah ada pembesaran kelenjar limfe
Kaji tonic neck reflek : Arahkan kepala bayi
menengok ke arah salah satu sisi sedangkan
tangan dan sisi kaki lainnya fleksi
Kaji reflek rithing reflek : Saat bayi miring ke
salah satu sisi, sisi yang lain ikut miring ke sisi
tersebut
g. Pemeriksaan dada (paru-paru)
Pengembangan paru : simetris atau tidak
Kaji suara nafas : vesikuler
Kaji pergerakan dinding dada : Simetris/tidak
dengan cara letakkan kedua telapak tangan
mendatar pada bagian dada dengan meletakkan
kedua ibu jari berada pada garis tengah sepanjang
pinggir iga bagian bawah paru
Perkusi paru : setiap sisi dada diperkusi dengan
urutan yang sesuai untuk membandingkan
bunyinya
Sirkulasi : CRT normal < 3 detik dengan cara
menekan telapak tangan atau telapak kaki
h. Pemeriksaan abdomen dan sistem pencernaan
Observasi dinding dan bentuk abdomen : tampak
cekung (skapoid), lesi atau bekas luka
Auskultasi : ada atau tidak peristaltik usus (normal
jika suara seperti berkumur)
Perkusi : apakah terdapat asites, perkusi dimulai
dari area epigastrium menuju area abdomen bawah,
suara normal yang terdengar adalah timfani
Kaji turgor kulit bayi dengan cara mencubit
abdomen bayi
i. Pemeriksaan genitalia
Inspeksi kebersihan genitalia
Jika laki-laki : kaji apakah testis sudah turun, kaji
letak uretra apakah di ujung penis atau belum
(hipospadia/epispadia)
Jika perempuan : inspeksi adakah lesi, klitoris
dapat tertutup sedikit oelh preputium
Kaji letak meatus uretra pada bagian posterior
klitoris
Kaji letak orifisium vagina pada bagian posterior
meatus uretra
j. Pemeriksaan tulang belakang
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara inspeksi
terhadap adanya kelainan tulang belakang seperti
lordosis, kifosis, skoliosis, kelemahan serta perasaan
nyeri tulang belakang
i. Pemeriksaan anus
Kaji apakah memiliki lubang anus atau tidak, kaji
dengan memasukkan thermometer rekatl pada anus
bayi, kaji reflek spingter ani
k. Pemeriksaan Eksteremitas
Inspeksi : Kebersihan kuku dan jari, simetris
kanan-kiri, jumlah kuku dan jari
Kaji reflek grasp (mengenggam) : apabila telapak
tangan (palmar) atau telapak kaki (plantar) bayi
disentuh maka bayi akan memberikan reaksi fleksi
atau mengenggam
Kaji reflek babinski : berikan tekanan kuat tapi
perlahan dari ibu jari yang dimulai dari tumit
menyusuri bagian lateral telapak kaki bayi
memutar menuju arah ibu jari, respon bayi
dorsofleksi ibu jari dan mengembangkan ibu jari
dan jari-jari lainnya seperti kipas.
Kaji reflek merangkak : jika bayi ditengkurapkan
maka bayi akan maju secara perlahan seperti
merangkak. Reflek ini sampai usia <6 minggu
Kaji reflek gallant : jika bagian sisi punggung
sepanjang spina disentuh maka pinggul bayi
bergerak kea rah sisi yang disentuh. Reflek ini
menetap sampai usia <4 minggu
Kaji reflek moro : kaji dengan mengagetkan bayi
maka bayi akan memberikan respon berupa
eksteremitas ekstensi dan abduksi dengan cepat,
kadang disertai menanggis.
Kaji reflek stepping : Jika tumit bayi disentuhkan
pada bagian yang rata, bayi akan terstimulasi untuk
berjalan dengan menempatkan satu kakinya di
depan kaki yang lain.
9. Pasang baju bayi, popok bayi dan bedong bayi
10. Evaluasi respon bayi dan keluarga
11. Bereskan alat
12. Cuci tangan
13. Mendokmentasikan hasil pemeriksaan
14. Interpretasikan hasil pemeriksaan dan rencanakan
tindakan selanjutnya.