makalah pengetahuan bahan agroindustri

Upload: ardi-patriadi

Post on 12-Jul-2015

501 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

karya ardi patriadi f34100045 dan ridha alfhia f34100018

TRANSCRIPT

MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI

PANILI SI EMAS HIJAU

Disusun oleh: Ketua Kelompok Anggota : Ardi Patriadi (F34100045) : Ridha Alfhia (F34100018)

2011 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT penulis ucapkan atas berkah dan rahmat-Nya makalah yang berjudul PANILI SI EMAS HIJAU dapat terseselesaikan. Tak lupa Shalawat teriring salam penulis hanturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada dosen mata kuliah Pengantar Bahan Agroindustri, Prof, Dr. Ir. Erliza Hambali, yang telah membimbing penulis di dalam kelas dengan penuh dedikasi yang tinggi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman TIN 47 yang mendukung penulis agar segera terselesainya makalah ini. Teringat dengan sebuah peribahasa, tak ada gading yang tak retak, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk makalah ini karena penulis merasa dari hadirnya makalah ini masih banyak kesalahankesalahan yang perlu diperbaiki. Semoga hadirnya makalah ini dihadapan pembaca dapat menambah pengetahuan pembaca tentang gambaran umum dan permasalahan yang terjadi pada si emas hijau buah Panili Indonesia sebagai tanaman dengan prospek yang baik untuk dikembangkan.

Bogor, Oktober 2011

Tim Penulis

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah dan sangat mempuyai prospek pengembangan agroindustri yang baik karena sebagian besar penduduknya masih bekerja di sektor pertanian. Tanaman yang pada saat ini menjadi unggulan antara lain kelapa sawit, kakao, karet, dan tidak terkecuali Panili. Panili atau vanilla planifolia merupakan tanaman yang masuk kedalam family orchidaceae (angrek-anggrekan). tanaman ini hidupnya menjulur di tanaman penunjang, seperti: Glyricidia maculate, Lamtoro, dan Dadap. Bunganya berwarna kuning kehijauan dan beraroma agak harum. Buahnya berbentuk polong mengandung zat vanillin dan panjangnya 12 - 25 cm serta tebalnya mencapai 12-14 mm. Panili memiliki prospek yang baik di Indonesia, karena Panili Indonesia memiliki keunggulan daripada Panili-Panili yang ditanam di daerah lain. Panili yang ditanam di Indonesia memiliki kadar Panili yang lebih tinggi. Selain itu, Panili merupakan salah satu komoditas bernilai ekonomi yang relatif tinggi karena dari tahun ke tahun permintaan Panili oleh negara-negara importir selalu meningkat. Permasalahan pada pengusahaan Panili di Indonesia adalah kekurangsadaran para petani dalam memerhatikan kualitas Panili. Waktu panen yang lebih muda dari waktu yang seharusnya akan menyebabkankan kadar vanillin yang dihasilkan dari Panili yang dipanen lebih sedikit. Selain itu, prospek agroindustri yang dimiliki tanaman ini masih belum bisa menyaingi pasar-pasar internasional. Oleh karena itu, penulis akan memberikan suatu gambaran umum terhadap sesuatu yang terjadi pada dunia perpanilian Indonesia dan suatu gagasan mengenai hal tersebut berdasarkan kajian dan pembelajaran yang penulis lakukan menggunakan media buku, koran, dan internet ke dalam makalah ini.

B. TUJUAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran umum terkait tanaman Panili sebagai komoditi yang bernilai emas dan mengangkat isu terkait perkembangan dunia perpanilian Indonesia.

II. PEMBAHASAN

A. TINJAUAN UMUM Tanaman Panili mulai dikenal setelah ditemukannya wilayah Meksiko oleh orang-orang Spanyol pada tahun 1530. Seorang missionaries Spanyol bernama Bernadine de Sahaqua adalah orang luar meksiko yang pertama kali tertarik pada tanaman ini (Rismunandar, 2007). Tanaman Panili berasal dari Meksiko. Tumbuh di hutan-hutan di bawah naungan pohon-pohon yang lebat. Panili adalah tanaman dengan sulur dahan (liaan). Di negeri asalnya, tanaman ini dapat berbuah karena adanya seranggaserangga yang dapat melangsungkan persarian meskipun buah yang jadi hanya sedikit (Anonim, 1986). Tanaman Panili merupakan warga dari family Orchidaceae (anggrekanggrekan). Spesies Panili jumlahnya lebih dari 50 jenis tetapi yang bernilai ekonomis baru tiga jenis, yaitu Vanilla planifolia Andrews, Vanilla fragrans Ames, Vanilla pompona schieda. Spesies yang dibudidayakan khususnya di Indonesia adalah Vanilla planifolia Andrews. Klon-klon Vanilla planifolia Andrews yang biasa digunakan antara lain tipe anggrek, gisting, ungaran daun tebal dan ungaran daun tipis (Rismunandar, 2007). Kedudukan tanaman ini dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi Kelas Subkelas Ordo Famili Genus Species : : : : : : : Spermatophyta Angiospermae Monocotyledoneae Orchidales Orchidaceae Vanilla Vanilla planifolia Andrews.

Menurut Menz (1989) Panili banyak berproduksi di daerah Negara berkembang, tetapi banyak dikonsumsi dan diproses oleh Negara-negara yang sudah maju. Meksiko dan Tahiti merupakan Negara yang menghasilkan Panili planifolia dan vanilla tahitensis. Tanaman Panili masuk ke Indonesia pada tahun 1819, dibawa oleh seorang ahli botani bernama Marchal. Panili ditanam pertama kali di Kebun Raya Bogor. Bibit yang ditanam sebanyak dua tanaman yang berasal dari Kebun Botani Antweper, Belanda. Penyerbukan Panili di Indonesia pertama kali dipraktikkan oleh Teysman pada tahun 1850 dengan hasil yang memuaskan. Setelah itu Panili mulai berkembang pesat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa (Rismunandar, 2007). Di pasar internasional, Panili Indonesia sudah cukup lama dikenal dengan sebutan java vanilla beans. Ini disebabkan Panili Indonesia sangat digemari para konsumen luar negeri karena terkenal memiliki kadar bahan vanillin yang cukup tinggi (Suwandi, 2005). Tanaman Panili pada umumnya di Indonesia dianggap sebagai tanaman non-tradisional yang dapat menghasilkan devisa bagi Negara. Tanaman tersebut dahulu banyak dikembangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan sentra produksi Panili Indonesia. dalam masa Repelita I telah dikembangkan ke daerah-daerah Aceh, Sumatera Selatan, Lampung dan Bali (Anonim, 1986). Secara morfologis, kita bisa melihat bunga, buah, akar, batang dan daun. Menurut Rismunandar (2007) bunga Panili berbentuk seperti bunga cattleya, memiliki warna kuning kehijauan, tidak bertangkai dan agak harum. Buahnya berbentuk polong dengan memiliki panjang 12-25 cm dan tebal 12-14 mm dan warnanya kekuning-kuningan jika sudah masak. Akarnya serabut dan mendatar, terdiri dari akar perekat, akar gantung, dan akar tanah serta masuk kedalam klasifikasi tanaman monokotil. Tanaman Panili dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah iklim, tanah, dan Angin. Ikllim, pusat tanaman Panili Jalapa di Meksiko suhu udarnya 28C dengan curah hujan 1.193 mm/tahun, 174 hari hujan dan kelembapan tinggi. Reunion (Madagaskar) yang terkenal dengan Burbon vanillanya memiliki suhu udara 28C, curah hujan 850 mm/tahun, 80 hari hujan. Sementara di Tahiti

(Lautan Pasifik), suhu udara minimalnya 15C, curah hujan 2.930 mm/tahun, dan hari hujan 178 hari (Rismunandar, 2007). Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Curah hujan yang dikehendaki oleh tanaman Panili adalah 1000 2000 mm/tahun yang terbagi rata selama 8 9 bulan basah diikuti dengan bulan kering (curah hujan 60 90 mm/bulan) selama 3 4 bulan. Hari hujan yang diinginkan adalah 150 180 hari/tahun, suhu udara 20 30 C dan kelembaban udara 65 75%. Intensitas radiasi matahari yang dibutuhkan 30 50% (Hadipoentyanti, 2007). Tanah juga merupakan media yang vital dalam pengusahaan tanaman Panili. Tanaman Panili dapat diusahakan pada berbagai jenis tanah seperti andosol, latosol, podsolik, regosol dan jenis tanah lainnya, asalkan sifat fisiknya baik. Tingkat kesuburan tanah merupakan faktor kedua yang mempengaruhi pertumbuhan Panili. Tanah yang rendah dengan solum yang relatif dalam dan mengandung bahan organik tinggi, sangat baik untuk pertumbuhan tanaman Panili. Kemasaman tanah (pH) yang dikehendaki berkisar antara 5,5 7,0 (Hadipoentyanti, 2007). Tanaman Panili memerlukan tanah yang gembur, ringan, dan porous, sehingga mudah ditembus oleh akar. Unsur mineral dalam tanah dengan jumlah yang cukup dan imbangan yang sesuai sangat diperlukan oleh tanaman Panili. Diduga unsur kalium (K) dan kalsium (Ca) memegang peranan penting terhadap pertumbuhan tanaman Panili, karena pada bagian vegetative tanaman banyak mengandung kedua unsur tersebut (Salim, 1993) Angin dalam pertumbuhan tanaman Panili sangat berpengaruh. Menurut Rismunandar (2007) angin terbagi menjadi dua, yakni angin yang bertiup dari arah barat ke timur biasa disebut angin barat dan angin yang bertiup dari timur ke barat biasa disebut angin kumbang. Angin barat merupakan angin yang bertiup kencang. Ketika tanaman Panili menua dan mendekati masak, angin ini dapat merusak tanaman pelindungnya. Sedangkan angin timur merupakan angin yang tidak membahayakan. Kondisi ini berlansung ketika turun hujan yang mendorong Panili untuk berbunga.

B. DATA PRODUKSI, EKSPOR, IMPOR, LUAS DAN SEBARAN AREA PRODUKSI Produksi Panili di Indonesia dari berbagai daerah perkebunan Panili tercatat oleh FAO rata-rata relatif meningkat dari tahun 1961 hingga tahun 2009. Namun produksi Panili sempat jatuh cukup drastis pada rentang tahun 1989-1991 dan naik kembali pada tahun 1992. Fluktuasi produksi ini terjadi hingga tahun 2005 dan setelah itu produksi terus meningkat hingga tahun 2009.

(sumber: http://data.mongabay.com)

Pada tahun 2005 produksi Panili mencapai sekitar 3550 ton dan pada tahun-tahun berikutnya naik menjadi sekitar 3600 ton, 4000 ton lebih, dan 4250 ton lebih. Hal ini memberikan angin segar bagi perpanilian Indonesia dan diharapkan kenaikan produksi ini akan terjaga diimbangi kualitas Panili yang baik.

Luas area panen Panili di Indonesia sejak tahun 1961 hingga tahun 2009 relatif mengalami kenaikan dan mencapai puncaknya pada tahun 1998 yang mencapai hampir 10.000 Ha. Namun setelahnya, kondisinya mengalami fluktuasi dan dari 2007 hingga 2009 naik kembali.

(sumber: http://data.mongabay.com) Harga yang tercatat per ton Panili Indonesia dari tahun 1991 hingga 2008 rata-rata mengalami penurunan. Angka tersebut turun sangat drastis dari yang pada tahun 1991 harga per ton Panili dapat mencapai lebih dari USD 2200 per ton, pada tahun 2008 kurang lebih hanya USD 500 per ton. Hal ini ironis sekali melihat area pemanenan dan produksi Panili yang relatif menigkat namun harga Panili sangat jatuh. Padahal Indonesia termasuk penghasil Panili dengan kualitas dan kadar vanillin yang tinggi. Masalah yang demikian inilah yang merupakan tugas kita dalam memperbaiki keadaan dan sistem yang dipakai dalam perpanilian Indonesia. Berikut adalah kurva Producer Price dari Panili di Indonesia dari tahun 1991 hingga tahun 2008.

(sumber: http://data.mongabay.com) Tabel volume dan nilai ekspor panili Indonesia thun 1990-2000 Tahun Volume (ton) 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 607 666 763 720 629 632 539 507 729 339 350 Ekspor Nilai (.000 US$) 16366 18805 22680 20976 22494 17452 12726 9145 8764 5497 8503

(Sumber: Statistik Perkeunan Indonesia, 2002) Dalam perkembangannya sejak dimulainya pengusahaan perkebunan Panili, volume ekspor Panili Indonesia selalu mengalami fluktuasi. Namun volume ekspor Panili mulai dari tahun 1990 hingga tahun 2000 cendrung mengalami penurunan. Penurunan sangat drastis dapat dilihat pada peralihan

tahun 1998 ke tahun 1999 yaitu dari 729 ton Panili menjadi 339 ton Panili. Nilai ekspor Panili pun cendrung menurun mulai tahun 1995 sampai tahun 2000 seiring penurunan volume ekspor. Padahal negara pengimpor Panili dari tahun ke tahun selalu menaikan permintaan impor Panilinya. Hal ini disebabkan industri-industri luar yang bertumpu pada bahan baku Panili sedang gencar-gencarnya memenuhi bahan baku Panili dan permintaan produk olahan dari bahan Panili cukup banyak, sedangkan negara pengekspor seperti Indonesia belum bisa mengimbangi permintaan tersebut dengan volume produksi yang cukup. C. SIFAT FISIKO-KIMIA PANILI Panili dari Indonesia atau yang terkenal dengan sebutan java vanilla beans ini merupakan panili yang mempunyai kadar vanillin yang cukup tinggi dibandingkan panili yang berasal dari negara pengekspor lainnya seperti Madagaskar, Tahiti, Meksiko, dan Sri Lanka. Kandungan vanillinnya dapat mencapai 2,75 persen yang menandakan kualitas panili Indonesia ini memang baik. Di samping itu, beberapa keunggulan lain dari java vanilla ini yaitu dari sifat fisikokimianya. Menurut Perez-Silva et al. (2005) lebih dari seratus senyawa atsiri yang terdeteksi pada buah panili, termasuk karbonil aromatik, alkohol aromatik, asam aromatik, ester aromatik, fenol dan fenol ester, alkohol alifatik, karbonil, asam, ester, dan lakton serta yang paling dominan adalah aldehida Panilin. Selain sifat fisikokimia, setiap jenis panili memiliki aroma ekstrak yang berbeda-beda. Perbedaan ini bergantung tempat tumbuh dan spesies panili tersebut. Untuk panili Indonesia, aroma yang ditimbulkan cendrung woody dan phenolic karena pengeringan yang dilakukan terlalu cepat (Setyaningsih dkk, 2007). Berdasarkan uji deskripsi secara kuantitatif dengan metode quantitative descriptive analysis didapat standar aroma ekstrak panili sebagai berikut. Atribut Aroma Intensitas Sensori Konsentrasi (l/10 mL propilena

Smoky (guaiakol) Creamy (lakton) Sweet (etil butirat) Balsamic (metil sinamat) Spicy (Eugenol) Vanilla (vanillin)

25 70 10 25 20 50 25 60 20 50 20 50

glikol) 100 1000 0.1 10 6 146 246.80 2114.23 28.55 516 100 1000

(Sumber: Jurnal llmu Pertanian Indonesia, Desember 2007, hlm. 173-181)

Kandungan vanillin merupakan salah satu senyawa yang berperan dalam pembentukan aroma panili dan merupakan salah satu indikator mutu ekstrak panili. Vanillin memberikan aroma sweet dan vanilla. Menurut Rismunandar dan Sukma (2007) vanillin berasal dari zat glukosida (yang terpenting zat glukovanillin) yang diubah oleh enzim yang ada pada panili. Menurut Perez-Silva et al. (2005) aroma sweet, woody, balsamic, spacy, vanilla-like dan toasted merupakan atribut aroma dari senyawa phenolic yang ada pada panili. Vanillin yang dihasilkan ini sangat bergantung pada proses ekstraksi, nisbah air dan buah panili, dan kondisi buah segar yang digunakan (Setyaningsih, 2006). Selain itu, menurut Suwandi (2005) komponen lain yang berperan dalam pembentukan aroma panili di antaranya adalah p-hidroxy benzoid dan p-coumaric acid. Kadar vanillin dari buah panili di seluruh dunia berkisar antara 1,5 sampai 2,9 %. Kadar vanillin buah panili di beberapa daerah produksi adalah: Panili dari Meksiko 1,69% - 1,88%, Panili dari Madagaskar (Bourbon vanilli) 1,91%-2,90%, Panili dari Ceylon 1,48%, Panili dari Tahiti 1,50%-2,02%, Panili dari Jawa 2,75% ( Rismunandar dan Sukma, 2007). Selain vanillin, pada panili terdapat senyawa-senyawa asam yang menimbulkan aroma pada buah panili. Menurut Herman et al. (1990) asam

organik pada panili sebagian besar terbentuk dari oksidasi vanillin selama proses curing. Selain itu, hasil oksidasi alkohol selama pengoksidasian dapat membentuk pula asam organik dari buah panili tersebut. Asam organik panili dapat diketahui kadarnya melalui lead number. Nilai lead number (Winton) standar adalah 4,0 7,4 atau rata-rata 5,4. Menurut Setyaningsih dkk. (2007) senyawa asam alifatik, salah satunya asam asetat mengeluarkan aroma sour, pungent, dan vinegar. Senyawa alifatik alkohol yaitu 2,3-butanadiol mengeluarkan aroma floral dan oily. Furaneol mengeluarkan aroma fruit, burnt, dan sugar. Senyawa butirolakton menghasilkan aroma coconut-Me. Sedangkan maltol mengeluarkan aroma cotton candy dan sweet. Berikut tabel komponen volatil ekstrak panili. Nama senyawa pada panili Asam Alifatik Asam format Asam asetat Asam propionat Asam piruvat Asam 4-oxo-pentanoat Asam lemak Asam heksadekanoat Alkohol Alifatik 2,3-butanediol 3-metil-2-heptanol 1-asetoksi-2-propanol Tetrahidro-2-furanmetanol 2-furanmetanol Furaneol Maltol 4-metoksibenzil alkohol Ester Alifatik dan Lakton Metil pirvat Buah, gosong, dan gula Gula kapas dan manis Aroma Pedas kuat dan irritating Asam, vinegar dan pedas Pedas dan mirip keju

2-asetil-2-hidroksi-gamma butirolakton Fenol 4-vinil-2-metoksi-fenol 4-etoksimetilfenol Etil Panilileter Keton Aromatik 1-hidroksi-2-propanon 3-hidroksi-2-butanon 1-hidroksi-2-butanon 1-(asetiloksi)-2-propanon Gamma butirolakton 2-hidroksisiklopent-2-en-1-on 2-hidroksi-3-metil-2-siklopenten-1-on 2,3-dihidro-3,5-dihidroksi-6-metil-4Hpiran-4-on 3,4-dimetil-2,5-furandion Aldehide Aromatik 4-hidroksibenzaldehida vanillin Heterosiklik 2-formil-2-metil-tetrahidrofuran 4-metil-2-propil furan 5-(hdroksimetil)-2-furfural Hidrokarbon Alifatik 3-hidroksi butanal 2,4-dimetil-1,3-dioksan

Mirip kelapa

Mirip mentega

Sangat manis, panili

n-pentanal Mentah, minyak (sumber: : Jurnal llmu Pertanian Indonesia, Desember 2007, hlm. 173-181) Selain senyawa-senyawa kimia dari asam organik, pada panili juga terkandung mineral seperti kalium, kalsium, magnesium, klorin, dan nitrogen. Mineral-mineral inilah yang berperan dalam pengujian dan pengukuran kadar abu pada panili untuk mengetahui keaslian panili yang diekstrak. Menurut Rineccius

(1994), abu terlarut diperoleh dari hasil pelarutan abu total dengan air panas yang kemudian dilakukan penyaringan hingga didapat lebih dari 80% dari total abu yang terlarut dalam air. Abu terlarut ini merupakan indikator kualitas panili dari segi keasliannya atau tanpa alkali tambahan pada proses ekstraksi.

D. STANDAR MUTU Di pasaran internasional harga Panili ditentukan oleh mutunya. Setiap negara pengimpor menetapkan persyaratan mutu yang berlainan. Pasar di Amerika Serikat lebih memerlukan Panili berkadar air rendah (20 25%) karena digunakan untuk bahan baku industri ekstraksi. Pasar di Eropa yang umumnya untuk dikonsumsi langsung oleh rumah tangga menghendaki Panili utuh (berpenampilan baik), kadar Panilin tinggi, beraroma tajam dan kadar air 30 35%. Sedangkan International Standard Organitation (ISO) telah menetapkan spesifikasi Panili yang diperdagangkan di pasar dunia (Tabel 4). Sedangkan secara nasional telah ditetapkan oleh Dewan Standardisasi Nasional dengan nama Standar Nasional Indonesia (SNI) (Tabel 5a dan 5b). (Hadipoentyanti, 2007).

E. KOMPOSISI KIMIA BAHAN Tanaman panili memiliki komposisi kimia bahan per 100 gram bahan kering sebagai berikut Bahan/Zat Batang Daun Buah

Organik (%)

91,53

84,32

89,69

Mineral (%)

8,47

15,68

10,31

Zat Lemas

0,758

1,181

1,759

Asam Phospor

0,187

0,347

0,453

Kalium

1,166

1,668

2,513

Zat Kapur

2,191

0,072

1,449

Zat magnesium

1,372

2,438

0,735

Zat Chlor

0,610

0,872

1,231

(Sumber: Bercocok Jakarta).

tanam

Soesrosoedirdjo R.S. 1997. panili. C.V. Yassaguna.

F. POHON INDUSTRI

G. PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI

Sebagian besar devisa negara Indonesia masih didapatkan dari sektor pertanian. Ketika yang dijual adalah berupa bahan baku mentah, maka pendapatan

yang didapatpun tidak seberapa. Namun jika bahan mentah itu diolah menjadi produk yang memiliki nilai tinggi, maka pendapatan yang didapat bisa meningkat jauh. Inilah yang disebut agroindustri. Jika negara ini mengembangkan agroindustrinya, maka tak ayal jika negara ini dapat menyaingi negara-negara maju seperti Amerika, jepang, China, dan lain sebagainya. Seperti kata pepatah barang siapa bisa menguasai pangan, maka dia bisa menguasai dunia. Indonesia kaya akan sumber daya alamnya, terutama komoditas pertaniannya. Mulai dari sayur-sayuran sampai buah-buahan banyak terdapat di Indonesia. Komoditas yang dikenal antara lain kelapa sawit, kakao, kopi, dan karet. Namun masih banyak komoditas-komoditas pertanian Indonesia yang memiliki prospek baik, seperti panili. Panili adalah penyedap rasa termahal kedua di dunia. Saking mahalnya, sebutan lain Panili adalah emas hijau. Harganya mahal karena budidaya dan proses pasca panen lebih rumit dibandingkan tanaman lain. Setelah sempat booming, kini banyak petani meninggalkan Panili karena harganya jatuh. Panili Indonesia memiliki kelebihan dbandingkan panili-panili yang dis produksi di daerah lain. Ini terbukti dengan kandungan kadar panilinnya yang lebih tinggi. Sehingga kelebihan inipun bisa menjadi prospek komoditas unggulan Indonesia. Panili ini bisa dikembangkan menjadi pelengkap produk pangan dan produk non-pangan.dari produk pangan olahan yang bisa kita rasakan antara lain menjadi penyedap maupun pewangi pada makanan. Saat ini hampir semua jenis makanan menggunakan embel-embel panili. Contohnya seperti es krim, biskuit, makanan ringan, dan lain sebagainya. Selain itu, panili juga bisa diolah untuk pelengkap produk non-pangan seperti kosmetik, obat-obatan, dan lain sebagainya

III. PENUTUP

KESIMPULAN

Dari uraian mengenai Panili di Indonesia, diketahui bahwa Panili Indonesia memiliki potensi dan mutu yang baik untuk dijadikan salah satu komoditi yang menjanjikan karena Panili Indonesia merupakan Panili yang mempunyai kadar vanillin yang tinggi serta permintaan dari negara importir pun meningkat, namun Indonesia hanya mampu memasok kebutuhan dunia sekitar 10% saja. Padahal jika dilihat dari data statistik produksi dan area panen Panili Indonesia relatif meningkat. Pengoptimalan sistem dan menejemen perpanilian di Indonesia masih dirasa kurang karena fluktuasi volume ekspor dan dan nilai ekspor Panili yang menjadi indikator belum menunjukan Panili Indonesia bisa memenuhi kebutuhan sebagian besar negara importir. Selain itu, yang menjadi masalah dalam perpanilian di Indonesia yaitu masih sedikitnya industri di Indonesia yang mengolah Panili menjadi produk olahan bernilai tinggi serta fokus utama petani hanya mengekspor Panili setelah panen, itu pun dengan Panili yang dipanen sebelum masa panenya (hanya sekitar 6 bulan sedangkan Panili yang baik dipanen di bulan kesembilan) yang menyebabkan kadar vanillinnya tidak maksimum. Kendala-kendala dalam pengembangan produksi Panili dengan mutu yang baik di Indonesia antara lain kurangnya konsentrasi dan perhatian pemerintah terhadap agroindustri khususnya Panili, padahal Panili ini merupakan komoditas bernilai emas sehingga Panili dikenal dengan Si Emas Hijau. Selain itu, sedikitnya ketertarikan orang Indonesia dibandingkan dengan orang-orang luar negri dalam mengembangkan Panili dalam skala industri. Pengetahuan yang luas mengenai prospek Panili dirasa kurang diangkat sehingga industri dalam negri belum banyak yang melirik komoditas ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986. Panili Suatu Tinjauan terhadap Produksi Dan Analisa

Finansial.Jakarta. Kantor Pusat BRI. _______.2009. Production Quantity of Vanilla in Indonesia. http://data.mongabay.com/commodities/category/1Production/1-Crops/692-Vanilla/51-Production+Quantity/101-Indonesia. [ 6 Oktober 2011]. _______.2009. Producer Price of Vanilla in Indonesia. http://data.mongabay.com/commodities/category/3-Prices/11-Prices/692Vanilla/60-Producer+Price+%28USD|tonne%29/101-Indonesia. [6 Oktober 2011]. Hadipoentyanti, Endang, dkk. 2007. Teknologi Unggulan Panili. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun). Menz, Kenneth M and Fleming, Euan M. 1989. Economic Prospects for Vanilla in the South Pacific. ACIAR. Canberra. Perez-Silva et al. 2005. GC-MS and GC-Olfactometry analysis of Aroma compounds in representative organic aroma extract from cure vanilla (Vanilla planifolia G. Jackson) beans. Food Chem 30: 30-31. Reineccius G. 1994. Source Book of Flavors. New York: Chapman & Hall. Rismundandar dan Sukma, Eka Setia. 2007. Bertanam Panili. Depok: Penebar swadaya. Salim, Farida. 1993. Usahatani Panili. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Peneliti. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Setyaningsih D. 2006. Peranan Aktivitas Enzim -Glukosidase pada Pembentukan Komponen Flavor Panili selama Proses Kuring [Ringkasan Disertasi] Bogor: Institut Pertanian Bogor. ____________.2007. Jurnal llmu Pertanian Indonesia, Desember 2007, hlm. 173-181. Soesrosoedirdjo R.S. 1997. Bercocok tanam panili. CV. Yassaguna: Jakarta. Suwandi, Ahmad, Sudibyanto, Yuni. 2005. Pengolahan dan Pemasaran Panili. Depok: Penebar Swadaya.