makalah patfor l

31
MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK LUKA TUSUK Disusun Oleh: Elaine Ariadne Lase 1006658240 Rombongan I (Rotasi II) Penguji: dr. Fitri Ambar Sari, SpF DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

Upload: william-alexander

Post on 07-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

lala

TRANSCRIPT

MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK LUKA TUSUK

Disusun Oleh:Elaine Ariadne Lase1006658240Rombongan I (Rotasi II)

Penguji:dr. Fitri Ambar Sari, SpF

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGALRUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTOMANGUNKUSUMOFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIAOKTOBER 2013

BAB IILUSTRASI KASUS

No. Registrasi Forensik: 1032/SK-II/X/2013No. Registrasi RSCM: 3740A1013Pemeriksaan Luar: 20 Oktober 2013 pukul 07.30 WIBPemeriksaan Dalam: 20 Oktober 2013 pukul 08.50 WIB

Identitas JenazahNama: Tn. LJenis Kelamin: Laki-lakiTempat / Tanggal Lahir: Tegal/1996Usia: 17 tahunWarga Negara: IndonesiaAgama: IslamPekerjaan: KaryawanAlamat: DS. Lumiser RT 04/01 Kec. Adiwarna, Tegal, Jateng

Riwayat KasusPada hari Minggu, 20 Oktober 2013, pihak Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan Sektor Kebayoran Lama membawa mayat laki-laki yang sudah diidentifikasi sebagai Tn. L ke bagian forensik Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Laki-laki sebelum meninggal bekerja sebagai penjaga toko di Toko Plastik H. Subur dan ditemukan meninggal dunia pada hari Minggu, 20 Oktober 2013 jam 04.00 WIB dalam toko tempatnya bekerja. Diduga korban meninggal akibat luka tusuk pada bagian dada. Polsek Kebayoran Lama mengirimkan jenazah untuk dilakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan bedah mayat melalui surat permintaan nomor 118/VER/X/2013/SEK.KEB.LAMA agar dapat dibuatkan visum et repertumnya. Pemeriksaan bedah mayat dapat dilaksanakan segera setelah pemeriksaan luar selesai karena sebelumnya, pada pukul 07.10 WIB, Tn. R, sanak saudara korban sudah menangani pernyataan persetujuan pemeriksaan luar dan pemeriksaan bedah mayat atas jenazah Tn. L. Berikut adalah visum et repertumnya.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGALRUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMOJalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos 1086Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991

Jakarta, 25 Oktober 2013

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUMNo. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013

Yang bertanda tangan di bawah ini, Elaine Ariadne Lase, dokter pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan Sektor Kebayoran Lama dalam suratnya yang bernomor 118/VER/X/2013/SEK.KEB.LAMA tertanggal 20 Oktober 2013, pada tanggal dua puluh Oktober tahun dua ribu tiga belas pukul tujuh lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di Ruang Bedah Jenazah Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, telah dilakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:Nama:Tn. LJenis Kelamin:Laki-lakiTempat/Tanggal Lahir:Tegal/1996Umur:17 tahunKebangsaan:IndonesiaAgama:IslamPekerjaan:KaryawanAlamat:DS. Lumiser RT 04/01 Kec. Adiwarna, Tegal, JatengMayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna kuning tanpa materai yang terikat pada ibu jari kaki kanan korban.

HASIL PEMERIKSAANI. Pemeriksaan Luar1. Mayat diletakkan di dalam kantong khusus mayat dengan bahan parasut warna oranye bertuliskan DINAS PERTAMANAN DAN PEMAKAMAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN ANGGARAN 2012 warna hitam2. Pada jari manis tangan kanan terdapat cincin dari logam berwarna abu-abu perak yang bertuliskan Rita3. Mayat berpakaian sebagai berikut:a. Kaos lengan pendek warna hitam bertuliskan FatGag 3 pada sisi depan. Pada bagian tengah sisi depan kaos ditemukan robekan bertepi rata sepanjang tiga sentimeter dengan bercak darah pada bagian bawahb. Celana pendek berbahan jins warna abu-abu dengan bercak darah pada sisi depanc. Celana dalam berbahan kaos warna biru4. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh dan sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada bagian punggung, berwarnaLanjutan VeR No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013Halaman ke 2 dari 5 halaman

bagian punggung, berwarna merah kebiruan, tidak hilang pada penekanan5. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia ras Mongoloid berumur kurang lebih tujuh belas tahun dengan kulit sawo matang, gizi sedang, panjang tubuh seratus lima puluh tujuh sentimeter, berat tubuh lima puluh dua kilogram, dan zakar disunat6. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh ikal, panjang empat sentimeter. Alis berwarna hitam, tumbuh lebat. Bulu mata berwarna hitam, tumbuh lurus. Kumis berwarna hitam, tumbuh tipis7. Kedua mata terbuka masing-masing tiga milimeter. Selaput bening mata agak keruh, kedua teleng mata bulat dengan garis tengah tiga milimeter. Tirai mata berwarna cokelat. Kedua selaput bola mata dan selaput kelopak mata pucat8. Hidung berbentuk biasa. Kedua daun telinga berbentuk biasa.9. Mulut tertutup. Lidah tidak terjulur. Gigi geligi lengkap kecuali pada rahang atas sebelah kiri dan kedua sisi rahang bawah yang tidak memiliki geraham bungsu sehingga gigi geligi berjumlah dua puluh sembilan10. Dari lubang mulut, hidung, telinga, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa11. Luka-luka:Pada dada sebelah kiri, dua koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan, empat belas sentimeter di bawah tulang selangka, dan seratus delapan belas sentimeter di atas tumit, terdapat sebuah luka terbuka melintang bertepi rata, salah satu sudutnya lancip, dengan dasar rongga dada. Bila luka dirapatkan, terbentuk garis sepanjang tiga koma lima sentimeter12. Darah dan urin diambil sebanyak masing-masing sepuluh mililiter II. Pemeriksaan Dalam (Bedah Jenazah)13. Jaringan lemak bawah kulit berwarna kuning dengan tebal di daerah dada tiga milimeter dan tebal di daerah perut dua puluh milimeter. Otot-otot berwarna merah kecokelatan dan cukup tebal14. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela iga kelima15. Iga kelima kiri, empat sentimeter dari garis pertengahan depan, tampak terpotong membentuk garis melintang bertepi rata sepanjang lima sentimeter dikelilingi resapan darah berukuran dua sentimeter kali tiga sentimeter sesuai dengan luka nomor 11 pada pemeriksaan luarIga lain serta tulang dada tidak menunjukkan kelainan16. Dalam rongga dada sebelah kanan tidak terdapat cairan sedangkan dalam rongga dada sebelah kiri terdapat darah dan bekuan darah sebanyak seribu seratus mililiterKandung jantung tampak tidak tertutupi paru. Di dalamnya terdapat darah dan bekuan darah sebanyak seratus mililiter. Permukaan atas kandung jantung bagian bawah tampak terpotong rata sepanjang empat koma lima sentimeter dikelilingi resapan darah seluas sepuluh sentimeter kali enam sentimeter sesuai dengan luka nomor 11 pada pemeriksaan luar. Permukaan belakang kandung jantung bagian bawah terpotong rata sepanjang tiga sentimeter hingga menembus sekat rongga badan.17. Jaringan ikat bawah kulit daerah leher dan otot leher tidak menunjukkan kelainan18. Selaput dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat. Dalam rongga perut terdapat darah dan bekuan darah sebanyak tiga ratus mililiter. Pada jaringan ikat sekitar usus besar bagian naik sebelah kanan, terdapat resapan darah seluas sepuluh sentimeter kali

tujuh sentimeter

Lanjutan VeR No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013Halaman ke 3 dari 5 halaman

tujuh sentimeter19. Lidah berwarna kelabu kecokelatan dan penampangnya berwarna kecokelatan. Tulang lidah, rawan gondok, dan rawan cincin utuh. Kelenjar gondok berwarna merah, teraba kenyal, penampangnya berwarna merah kecokelatan dengan berat sepuluh gram20. Batang tenggorok berisi lendir warna kuning. Selaput lendirnya berwarna kelabu pucat dengan sedikit bintik darah21. Kerongkongan berisi lendir warna putih. Selaput lendirnya berwarna kelabu22. Paru kanan terdiri atas tiga baga yang nampak pucat dengan perabaan seperti spons. Penampangnya berwarna merah tua dan pada pemijatan keluar sedikit darah. Berat paru kanan seratus delapan puluh gramParu kiri terdiri atas dua baga yang nampak pucat dengan perabaan seperti spons. Penampangnya berwarna merah pucat dan pada pemijatan keluar sedikit darah. Berat paru kiri seratus lima puluh gram23. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat, tampak merah pucat, dengan perabaan kenyal.Pada dinding depan bilik jantung kanan terdapat luka terbuka bertepi rata sepanjang tiga koma lima sentimeter yang menembus hingga dinding belakang bilik jantung kanan dan hampir memutus sebagian kecil bilik jantung kananUkuran lingkaran katup serambi kanan sepuluh sentimeter sedangkan yang kiri tujuh koma lima sentimeter. Ukuran lingkaran pembuluh nadi paru lima koma lima sentimeter dan ukuran lingkaran batang nadi lima koma lima sentimeter. Tebal otot bilik kanan tiga milimeter dan yang kiri delapan milimeter. Pembuluh nadi jantung tidak tersumbat dan dindingnya tidak menebal. Sekat jantung berwarna cokelatBerat jantung dua ratus sepuluh gram24. Hati berwarna merah kecokelatan dengan permukaan licin, tepi tajam, dan perabaan kenyal padat. Penampangnya berwarna merah dengan gambaran hati tampak jelasPada baga kiri terdapat luka terbuka yang menembus hingga bagian belakang baga kiri dan bila dirapatkan membentuk garis zig-zag dengan panjang kaki-kaki nol koma tiga sentimeter, satu koma lima sentimeter, dan nol koma tiga sentimeterBerat hati seribu dua ratus gram25. Kandung empedu berisi cairan berwarna kuning. Selaput lendirnya berwarna hijau seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukkan penyumbatan26. Limpa berwarna ungu, permukaan keriput, dan perabaan kenyal. Penampangnya berwarna merah gelap, gambaran limpa tampak jelas, dan pada pengikisan jaringan terikut. Berat limpa seratus empat puluh gram27. Kelenjar liur perut berwarna cokelat pucat, permukaan menunjukkan belah-belah, dan perabaannya kenyal. Penampangnya berwarna cokelat pucat dengan gambaran kelenjar tampak jelas. Berat kelenjar liur perut enam puluh gram28. Lambung berisi lendir dan makanan yang setengah tercerna berupa butiran nasi dan butiran kacang kedelai (tempe). Selaput lendirnya berwarna kelabu pucat dan menunjukkan lipatan yang biasaPada jaringan ikat yang menghubungkan hati dan lambung terdapat luka terbuka bertepi rata sepanjang satu sentimeter yang dikelilingi resapan darah seluas satu koma lima sentimeter kali satu sentimeterPada jaringan ikat lambung bagian belakang terdapat resapan darah seluas empat sentimeter kali tiga sentimeter

Usus dua belasLanjutan VeR No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013Halaman ke 4 dari 5 halaman

Usus dua belas jari berisi lendir warna kuning kecokelatan. Selaput lendirnya berwarnakelabuUsus halus berisi massa lunak warna cokelat kekuningan. Pada selaput lendirnya tampak sedikit pelebaran pembuluh darahUsus besar berisi massa lunak warna cokelat kekuningan. Pada selaput lendirnya tampak sedikit pelebaran pembuluh darah29. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapesium dan yang kiri tidak beraturan. Keduanya berwarna kuning dengan penampang berlapis 30. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri mudah dilepas. Permukaan ginjal kanan dan kiri tampak rata, licin, dan berwarna cokelat pucat. Pada permukaan ginjal kanan dan kiri tampak pelebaran pembuluh darah. Penampang ginjal kanan dan kiri berwarna cokelat pucat dengan gambaran ginjal yang jelas. Piala ginjal dan saluran kemih tidak menunjukkan kelainanBerat ginjal kanan sembilan puluh lima gram dan yang kiri seratus gram31. Kandung kemih berisi cairan berwarna kekuningan. Selaput lendirnya berwarna kelabu32. Kulit kepala bagian dalam bersih. Tulang tengkorak utuh. Selaput keras otak tidak menunjukkan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di bawah selaput keras otak. Selaput lunak otak tidak menunjukkan kelainanPada permukaan dan penampang otak besar tampak pelebaran pembuluh darah. Batas antara daerah putih dan abu-abu jelas. Pada permukaan dan penampang otak kecil tampak pelebaran pembuluh darah. Batas antara daerah putih dan abu-abu jelas. Tonjolan otak kecil tampak sama tinggi. Pada permukaan dan penampang batang otak tampak pelebaran pembuluh darahBilik otak berisi sedikit cairan kekuningan. Berat otak secara keseluruhan adalah seribu tiga ratus tujuh puluh gram33. Selanjutnya dapat ditentukan saluran luka sebagai berikut: luka nomor 11 pada pemeriksaan luar berturut-turut menembus kulit, jaringan bawah kulit, otot dinding dada kiri, tulang iga kiri, rongga dada kiri, kandung jantung, bilik jantung kanan, sekat rongga badan bagian tengah, hati baga kiri, dan jaringan ikat antara hati dan lambung sisi depan. Saluran berakhir di jaringan ikat lambung bagian belakang. Luka berjalan dari kiri depan atas ke kanan belakang bawah membentuk sudut tiga puluh derajat dari bidang datar dengan panjang saluran luka empat belas koma lima sentimeterIII. Pemeriksaan Laboratorium34. Pemeriksaan golongan darah dilakukan dan hasilnya golongan darah adalah O35. Pemeriksaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya dilakukan dengan bahan urin dan diperoleh hasil sebagai berikut:a. Morfin: LOT: MOP 2090017; EXP:2014-08: negatifb. Ganja: LOT:THC 12110005; EXP:2014-11: negatifc. Benzodiazepin: LOT:BZ 02110030; EXP:2014-10: negatifd. Cocain: LOT:COC 12100004; EXP:2014-10: negatife. Ekstasi: LOT:MDM 2020027; EXP:2014-01: negatiff. Amfetamin: LOT:AMP 12100003; EXP:2014-10: negatifg. Metamfetamin: LOT:MET 2110026; EXP:2014-10: negatif

KESIMPULANLanjutan VeR No. 01/TU.RSCiptoMangunkusumo/X/2013Halaman ke 5 dari 5 halaman

KESIMPULANPada mayat laki-laki, Tn. L, berusia kurang lebih tujuh belas tahun dengan golongan darah O ini ditemukan luka terbuka pada dada sebelah kiri akibat kekerasan tajam.Sebab kematian orang ini adalah kekerasan tajam pada dada sebelah kiri yang menembus dinding dada dan mengenai jantung serta menembus sekat rongga badan dan mengenai hati sehingga terjadi perdarahan dalam rongga dada, kandung jantung, dan rongga perut. Saat kematian diperkirakan antara delapan hingga dua belas jam sebelum pemeriksaan dilakukan, yakni hari Sabtu tanggal sembilan belas Oktober dua ribu tiga belas antara pukul sembilan belas lewat tiga puluh menit hingga pukul dua puluh tiga lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat.Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenar-benarnya dengan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.

Dokter yang memeriksa,

dr. Elaine Ariadne LaseNIP 1006658240

BAB IIPEMBAHASAN UMUM

2.1 Prosedur MedikolegalIlmu kedokteran forensik adalah cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang dimanfaatkan untuk penegakan hukum serta keadilan. Ilmu kedokteran forensik muncul karena di tengah masyarakat dapat terjadi pelanggaran hukum terkait tubuh manusia dan untuk memperjelas perkara tersebut diperlukan pengetahuan yang lebih dalam dari bidang kedokteran. Selain di dalam lingkup pengadilan, ilmu kedokteran forensik juga berperan dalam membantu penyelesaian klaim asuransi, masalah paternitas, dan membantu usaha peningkatan keamanan dan keselamatan kerja melalui database yang dimilikinya tentang jumlah korban kecelakaan lalu lintas atau kecelekaan kerja.

Saat terjadi suatu peristiwa yang diduga adalah suatu tindak pidana, pada awalnya dilakukan proses penyelidikan oleh polisi untuk menentukan apakah peristiwa tersebut dapat dianggap sebagai suatu tindak pidana. Jika diputuskan bahwa peristiwa tersebut merupakan tindak pidana, selanjutnya dilakukan penyidikan dengan maksud mengumpulkan berbagai bukti supaya perkara semakin jelas dan tersangka dapat ditemukan. KUHAP pasal 6 dan Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2010 menyebutkan bahwa penyidik adalah polisi yang minimal berpangkat Inspektur Polisi Dua atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang minimal golongan III/a. Bila dalam satu sektor tidak ada Inspektur Polisi Dua, maka bintara dengan tingkatan di bawahnya (Ajun Inspektur Polisi) yang menjadi penyidik. Sementara itu, penyidik pembantu adalah polisi yang minimal berpangkat Brigadir Polisi Dua. Penyidikan kemudian dilanjutkan dengan penuntutan dan pengadilan. Dalam proses pengadilan, hakim baru dapat menjatuhkan pidana kepada seorang terdakwa apabila memiliki sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah (KUHAP pasal 183).

KUHAP pasal 133 ayat 1 berbunyi dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. KUHAP Pasal 179 ayat 1 berbunyi setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 28 juga menyebutkan bahwa tenaga kesehatan wajib melakukan pemeriksaan kesehatan atas permintaan penegak hukum, Di sinilah terlihat pentingnya ilmu kedokteran forensik dalam bidang peradilan. Berbeda halnya dengan peran sebagai klinisi, untuk kepentingan peradilan, dokter tidak berhadapan dengan pasien melainkan dengan korban, baik korban hidup maupun korban mati, yang statusnya adalah barang bukti. Dalam penegakan hukum, dokter bertindak sebagai ahli lalu memberikan bantuan pemeriksaan kedokteran forensik terhadap korban hidup, korban mati, bagian tubuh manusia, atau benda yang diduga berasal dari tubuh manusia. Tindak pidana yang bisa terjadi di mana saja membuat setiap dokter secara praktis harus mampu melakukan pemeriksaan forensik. Dari hasil pemeriksaannya, dokter memberikan keterangan ahli, baik secara lisan di pengadilan atau secara tertulis dalam bentuk surat. Keduanya dapat menjadi alat bukti yang sah untuk membuat terang suatu perkara, dengan syarat dokter yang menyampaikan telah mengambil sumpah jabatan dan memiliki Surat Izin Praktik yang valid. Apabila seorang dokter menolak untuk membantu, kepadanya dapat dijatuhkan hukuman penjara paling lama 9 bulan.

Untuk bisa mendapatkan keterangan ahli, KUHAP pasal 133 ayat 2 menyebutkan bahwa penyidik harus memberikan permintaan tertulis yang mencantumkan jenis pemeriksaan yang dibutuhkan; apakah itu pemeriksaan luka, pemeriksaan luar mayat, dan/atau pemeriksaan bedah mayat/autopsi. Permintaan tertulis ini dikenal dengan Surat Permintaan Visum yang diajukan kepada instansi kesehatan tempat seorang dokter bekerja. Yang berwenang mengajukannya adalah penyidik atau penyidik pembantu. Adapun penyidik dan penyidik pembantu yang dimaksud dalam hal ini adalah polisi, bukan PNS. Dalam hal korban mati dan diperlukan adanya autopsi, penyidik wajib memberitahukan kepada pihak keluarga korban dan menerangkan hingga sejelas-jelasnya tentang tujuan dilakukannya autopsi. Autopsi baru dilakukan setelah mendapat persetujuan keluarga korban atau bila dalam waktu 2 x 24 jam tidak ada jawaban dari keluarga korban. Jenazah sebagai barang bukti juga diberi label identitas yang dilak, diberi cap jabatan, dan diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lain (KUHAP pasal 133 ayat 3). Apabila jenazah sampai kepada dokter pemeriksa dalam keadaan belum teridentifikasi, maka dokter harus membantu proses identifikasi sebagaimana tertulis dalam UU Kesehatan pasal 118. Setelah seluruh pemeriksaan yang diminta penyidik selesai dilakukan, jenazah dapat dibawa keluar dari institusi kesehatan. Namun bila jenazah dibawa pulang paksa, dokter tidak akan mengeluarkan keterangan tertulis hasil pemeriksaan dan mereka yang menghalangi pemeriksaan dapat dikenakan sanksi sesuai KUHP pasal 222.

Produk tertulis yang dikeluarkan seorang dokter sebagai ahli setelah melakukan pemeriksaan forensik disebut sebagai visum et repertum yang tergolong dalam alat bukti berupa surat. Dikarenakan Surat Permintaan Visum diajukan oleh penyidik, maka visum et repertum hanya boleh diberikan kepada polisi yang bertindak sebagai penyidik. Secara umum, visum et repertum terdiri dari 5 bagian, yakni:1. Kata Pro Justitia yang menunjukkan bahwa visum et repertum dibuat khusus untuk tujuan peradilan2. Bagian pendahuluan yang memuat nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi kesehatan tempat ia bekerja, instansi penyidik yang mengajukan permintaan berikut nomor dan tanggal surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa3. Bagian pemberitaan yang memuat hasil pemeriksaan berkaitan dengan kasus4. Bagian kesimpulan yang dalam hal visum et repertum jenazah memuat luka-luka yang ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya serta pendapat dokter tentang sebab kematian dan perkiraan saat kematian. Sebab kematian baru dapat ditentukan apabila sudah dilakukan autopsi.5. Bagian penutup

2.2 TanatologiDalam ilmu kedokteran forensik, dikenal cabang ilmu tanatologi yang mempelajari kematian, perubahan setelah kematian, dan faktor yang memengaruhinya. Terdapat beberapa macam istilah mati dalam tanatologi, yakni mati somatis (mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral, dan mati batang otak Mati somatis adalah terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yakni susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular, dan sistem pernapasan, secara menetap. Mati suri adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan jika dinilai dengan alat kedokteran sederhana. Namun, jika digunakan alat yang lebih canggih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem masih berfungsi. Mati seluler adalah kematian organ atau jaringan beberapa saat setelah kematian somatis. Waktu yang dibutuhkan tiap organ atau jaringan untuk mengalami mati seluler berbeda-beda. Sistem saraf pusat dapat mengalaminya dalam waktu 4 menit sedangkan otot mengalaminya setelah 4 jam. Mati serebral adalah rusaknya kedua hemisfer otak besar secara menetap namun otak kecil dan batang otak masih berfungsi sehingga sistem pernapasan dan sistem kardiovaskular dapat berjalan dengan alat bantu. Mati batang otak adalah rusaknya seluruh isi neuronal intrakranial, termasuk otak kecil dan batang otak, secara menetap.Mati somatis dan mati batang otak digunakan sebagai definisi kematian sebagaimana yang dimaksud dalam UU Kesehatan pasal 126.

Setelah seseorang meninggal, terjadi berbagai perubahan yang dapat digunakan sebagai tanda-tanda untuk mengenali kematian. Tanda-tanda kematian dibagi menjadi tanda-tanda dini dan tanda-tanda lanjut. Kematian dapat dikatakan secara pasti setelah timbulnya tanda-tanda lanjut.

Tanda dini kematian1. Pernapasan berhenti yang dinilai selama lebih dari 10 menit2. Sirkulasi berhenti yang dinilai selama 15 menit3. Kulit pucat4. Tonus otot menghilang akibat relaksasi primer sehingga terjadi pendataran daerah tubuh yang tertekan dan wajah terkadang tampak lebih muda5. Segmentasi pembuluh darah retina6. Selaput bening mata mongering sehingga terjadi kekeruhan yang jika baru terjadi 10 menit masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air

Tanda lanjut kematiana. Lebam mayat/livor mortisLebam mayat adalah perubahan warna kulit pasca kematian akibat terkumpulnya darah di pembuluh darah pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian yang tertekan, karena pengaruh gaya gravitasi. Lebam mayat biasanya berwarna merah keunguan (livid) dan muncul 20-30 menit pasca kematian. Pada mulanya, lebam mayat hilang jika dilakukan penekanan. Semakin lama, intensitas lebam mayat meningkat dan setelah 8-12 jam lebam mayat akan menetap/tidak hilang pada penekanan. Hal ini dikarenakan sel darah merah sudah tertimbun dalam jumlah yang cukup banyak sehingga tidak dapat berpindah lagi, di samping karena otot-otot dinding pembuluh darah menjadi kaku. Apabila mayat diubah posisinya sebelum 8-12 jam pasca kematian, lebam mayat dapat berubah posisi.Untuk membedakan lebam mayat dengan resapan darah akibat trauma, dapat dilakukan pengirisan pada suatu daerah yang mengalami perubahan warna kemudian dilakukan penyiraman dengan air. Apabila warna merah pudar atau menghilang, perubahan warna tersebut adalah lebam mayat.b. Kaku mayat/rigor mortisKaku mayat terjadi karena cadangan glikogen habis sehingga tidak dapat dibuat ATP baru yang berakibat pada menggumpalnya aktin dan miosin. Kaku mayat muncul sekitar 2-4 jam pasca kematian, dimulai dari otot-otot kecil ke otot-otot besar, kemudian menjadi lengkap di seluruh tubuh sekitar 8-10 jam pasca kematian. Setelah lengkap, kaku mayat dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama karena degradasi jaringan. Pemeriksaan kaku mayat dilakukan di sendi-sendi pada tubuh. Faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum kematian, suhu tubuh yang tinggi, tubuh yang kurus, dan suhu lingkungan yang tinggi. Terdapat beberapa kondisi kekakuan otot pasca kematian yang menyerupai kaku mayat, yakni cadaveric spasm, heat stiffening, dan cold stiffening. Cadaveric spasm adalah kekakuan otot yang langsung terjadi pada saat kematian tanpa didahului relaksasi primer dan menetap. Penyebab cadaveric spasm adalah habisnya cadangan glikogen lokal pada saat mati klnis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Heat stiffening adalah kekakuan otot akibat koagulasi protein otot karena panas. Koagulasi protein otot menyebabkan otot memendek dan memberi gambaran seperti petinju (pugilistic attitude) akibat fleksi pada sendi-sendi. Cold stiffening adalah kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin sehingga cairan dalam rongga sendi mengeras dan jaringan subkutan serta otot memadat.c. Penurunan suhu tubuh mayat/algor mortisPenurunan suhu tubuh mayat terjadi karena pemindahan panas dari tubuh mayat ke lingkungan sekitarnya melalui proses konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Penurunan suhu tubuh membentuk kurva sigmoid jika digambarkan dalam grafik. Faktor yang mempercepat penurunan suhu tubuh adalah suhu lingkungan yang rendah, kelembaban rendah dan lingkungan berangin, tubuh yang kurus, posisi telentang, serta tidak berpakaian atau berpakaian tipis. d. Pembusukan/dekomposisiPembusukan adalah proses degradasi jaringan akibat autolisis oleh enzim yang dilepaskan sel pasca kematian dan akibat kerja bakteri. Bakteri yang dimaksud adalah bakteri yang semasa hidup mendiami usus besar, terutama dari genus Clostridium. Oleh karena itu, pembusukan pertama-tama ditandai dengan munculnya warna kehijauan di kuadran kanan bawah perut (daerah sekum) 18-24 jam pasca kematian karena terbentuknya sulfmethemoglobin dari kerja bakteri. Setelah mati, bakteri mendapat akses ke sirkulasi tubuh dan berproliferasi dengan baik dalam medium berupa darah. Hal ini menyebabkan warna hijau perlahan menyebar ke daerah tubuh lainnya. Bakteri menghasilkan gas-gas pembusukan berupa alkana, hidrogen sulfida, dan gas lainnya yang berbau busuk. Darah mengalami degenerasi (hemolisis), bereaksi dengan hidrogen sulfida dari kerja bakteri, kemudian menempel pada dinding pembuluh darah sehingga menciptakan pola reticulated warna kehitaman pada pembuluh darah yang dekat dengan permukaan kulit. Gambaran ini disebut marbling dan muncul 24-48 jam pasca kematian. Pada kulit, terbentuk gelembung berisi cairan pembusukan warna kemerahan yang muncul dalam 24-48 jam pasca kematian. Gas yang terbentuk di pembuluh darah paru dan jalan napas memberi tekanan yang cukup kuat sehingga dari mulut dan hidung keluar cairan berwarna kemerahan yang merupakan darah yang telah mengalami pembusukan. Gambaran ini disebut blood purge dan terjadi 24-48 jam pasca kematian. Pada akhirnya, dalam waktu 48-72 jam seluruh tubuh akan tampak menggembung, terutama di wajah, dada, dan alat genitalia. Dalam waktu 48-72 jam pula kulit ari tampak mengelupas akibat pecahnya gelembung pembusukan dan melonggarnya jaringan epidermis. Organ dalam juga mengalami pembusukan dengan kecepatan berbeda. Prostat dan uterus nongravida adalah organ yang paling tahan terhadap pembusukan.Pada mayat dapat pula dijumpai larva lalat yang dapat membantu perkiraan saat kematian dengan asumsi setelah seseorang meninggal lalat segera meletakkan telurnya terutama di bagian bermukosa. Kecepatan pertambahan panjang larva berbeda-beda untuk tiap spesies. Di Indonesia, spesies yang paling sering dijumpai adalah Chrysomya megacephala (lalat hijau) yang larvanya menetas setelah satu hari dan setiap hari bertambah panjang 1 cm.Kecepatan pembusukan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang lebiih hangat mempercepat pertumbuhan bakteri sehingga pembusukan berjalan lebih cepat. Mayat juga lebih cepat membusuk bila diletakkan di udara dibanding apabila diletakkan di air dan dalam tanah (udara : air : tanah = 8 : 2 : 1) e. Adiposera/lilin mayatAdiposera adalah bahan berwarna keputihan, lunak atau berminyak, dan berbau tengik yang terbentuk dalam jaringan lunak tubuh pasca kematian. Bahan pembentuk adiposera terutama asam-asam lemak tidak jenuh hasil hidrolisis lemak yang mengalami hidrogenisasi dan bercampur dengan sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi, dan kristal-kristal sferis. Adiposera mulai terbentuk dalam waktu 4 minggu pasca kematian dan menjadi jelas terlihat secara makroskopik setelah 12 minggu atau lebih. Adiposera dapat dijumpai di berbagai tempat, terutama di pipi, payudara, bokong, dan ekstremitas. Keberadaan adiposera membuat jaringan dan organ di bawahnya tetap berada dalam kondisi baik hingga bertahun-tahun karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan bertambah. Faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan lemak tubuh yang cukup.f. MumifikasiMumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang terjadi dengan cukup cepat sehingga jaringan mongering dan pembusukan terhenti. Mayat yang mengalami mumifikasi berubah menjadi keras dan kering, warna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk. Mumifikasi terjadi dalam waktu 12-14 minggu bila suhu lingkungan hangat dan kelembaban rendah.

2.3 Kekerasan TajamKekerasan tajam diakibatkan oleh benda-benda yang memiliki sisi tajam ataupun ujung runcing. Secara umum, luka yang diakibatkan oleh kekerasan tajam bertepi rata, dinding rata, tidak terdapat jembatan jaringan, dan bila dirapatkan luka membentuk garis atau titik. Akibat kekerasan tajam dapat terjadi luka sayat, luka tusuk, dan luka bacok.

Luka sayat dan luka bacok mempunyai kedua sudut yang lancip dan dalam lukanya tidak melebihi panjang luka. Pada luka tusuk, sudut luka dapat membantu memperikirakan benda penyebabnya apakah bermata satu atau bermata dua. Satu sudut luka yang lancip menunjukkan bendanya bermata satu sedangkan dua sudut luka yang lancip belum tentu disebabkan oleh benda bermata dua. Dalamnya luka tusuk tidak dapat dipakai menentukan panjang benda penyebab karena faktor elastisitas jaringan tubuh dan gerakan korban. Di sekitar luka tusuk dapat ditemukan memar atau lecet akibat benturan gagang benda penyebab.

BAB IIIPEMBAHASAN KHUSUS

3.1 Prosedur MedikolegalPada kasus ini, surat permintaan visum disampaikan dalam bentuk tertulis sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat 2. Surat ini terdiri atas:1. Institusi pengirimKepolisian Resort Metropolitan Jakarta Selatan Sektor Kebayoran Lama2. Nomor surat118/VER/X/2013/SEK.KEB.LAMA3. Tujuan suratRS Cipto Mangunkusumo4. IdentitasTercantum nama, tahun lahir, jenis kelamin, warga negara, agama, pekerjaan, dan alamat korban. Disertakan pula fotokopi KTP pemilik toko tempat korban dulunya bekerja.5. Waktu ditemukannya korbanMinggu, 20 Oktober 2013 pukul 04.00 WIB6. Dugaan penyebab kematianLuka tusuk pada bagian dada 7. Permintaan penyidikPemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam8. Jabatan pengirimKepala Kepolisian Sektor Kebayoran Lama atas nama Ajun Komisaris Polisi Pardiyanto

Jabatan penyidik yang tertera dalam surat memenuhi syarat PP No. 58 Tahun 2010 pasal 2A yang menyebutkan bahwa penyidik minimal berpangkat Inspektur Polisi Dua. Surat permintaan visum dan jenazah diantar oleh penyidik pembantu yang berpangkat Brigadir Polisi Kepala; memenuhi syarat minimal pangkat penyidik pembantu dalam PP No. 58 Tahun 2010 pasal 3.

Jenazah sudah diberi label yang terikat pada ibu jari kaki kanan korban dan diberi cap jabatan seperti instruksi dalam KUHAP pasal 133 ayat (3), namun tidak dilak.

Pihak keluarga korban sudah diberi tahu perihal pelaksanaan bedah mayat sesuai dengan KUHAP pasal 134 ayat (1) serta (2) dan telah memberikan persetujuan tertulis.

Menilai hal-hal tersebut di atas, prosedur medikolegal dalam penyidikan ini dapat dikatakan telah berjalan dengan baik.

3.2 Identifikasi JenazahJenazah dapat diidentifikasi menggunakan metode sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi, serologi, secara eksklusi, serta DNA. Untuk dapat diidentifikasi, setidaknya dibutuhkan dua metode.

Dalam kasus memang tidak ditemukan adanya tanda pengenal pada saku pakaian jenazah namun jenazah datang dalam keadaan terlabel yang menunjukkan bahwa kemungkinan dokumen identitas korban sudah diamankan. Jenazah juga sudah diidentifikasi secara visual oleh dua orang yang mengenalnya, yakni pemilik toko tempat korban bekerja serta keluarga korban. Pada jenazah ditemukan perhiasan berupa cincin bertuliskan Rita yang mampu memperkuat identitas korban.

3.3 Tanda Kematian dan Perkiraan Waktu KematianPada jenazah, ditemukan tanda-tanda kematian lanjut berupa kaku mayat pada seluruh tubuh yang sukar dilawan. Selain itu, terdapat juga lebam mayat di daerah punggung, berwarna merah kebiruan, yang tidak hilang saat dilakukan penekanan. Kaku mayat menjadi lengkap di seluruh tubuh sekitar 8-10 jam pasca kematian. Sementara itu, lebam mayat terfiksasi atau tidak hilang pada saat penekanan sekitar 8-12 jam pasca kematian. Selaput bening mata juga ditemukan dalam keadaan keruh namun tidak dilakukan penetesan air pada selaput bening mata untuk mengetahui apakah kekeruhan sudah menetap. Meski demikian, berdasarkan karakteristik kaku mayat dan lebam mayat, dapat diperkirakan bahwa korban telah meninggal 8-12 jam sebelum dilakukannya pemeriksaan luar.

3.4 Luka-lukaPada jenazah hanya ditemukan satu luka, yakni luka terbuka tepi rata dengan salah satu sudut lancip yang dasarnya rongga dada dan bila dirapatkan membentuk garis lurus sepanjang 3,5 sentimeter. Luka ini berjalan dari kiri depan atas ke kanan belakang bawah membentuk sudut 30o dari bidang datar dengan panjang saluran luka 14,5 cm. Saluran luka berturut-turut adalah kulit, jaringan bawah kulit, otot dinding dada kiri, tulang iga kiri, rongga dada kiri, kandung jantung, bilik jantung kanan, sekat rongga badan bagian tengah, hati baga kiri, jaringan ikat antara hati dan lambung sisi depan, dan berakhir di jaringan ikat lambung bagian belakang. Gambaran luka yang demikian cocok dengan luka tusukan benda tajam bermata satu.

3.5 Sebab dan Mekanisme KematianSebab kematian adalah kekerasan tajam yang menembus dinding dada dan kandung jantung hingga mengenai jantung serta menembus sekat rongga badan hingga mengenai hati dan menyebabkan perdarahan dalam rongga dada, kandung jantung, dan rongga perut. Adapun total volume perdarahan dan bekuan darah adalah 1500 mL. Saat dilakukan pengukuran, bekuan darah tidak diukur secara terpisah melainkan langsung dicampur dengan darah sehingga total volume perdarahan yang terhitung kurang dari jumlah yang sebenarnya. Selain itu, sebelum diperiksa dan selama pemeriksaan luar, darah telah mengalir keluar dari luka korban. Dengan jumlah normal darah 70 mL untuk setiap kilogram berat badan, diperkirakan total volume darah korban adalah 3640 mL. Dengan demikian, menimbang volume kehilangan darah yang tidak terukur dan volume bekuan darah yang tidak diukur secara terpisah, volume perdarahan diperkirakan melebihi 41% total volume darah dalam tubuh korban. Dalam klasifikasi ATLS, perdarahan tersebut sudah tergolong derajat IV yang mengakibatkan syok hemoragik berat. Perdarahan derajat IV menyebabkan kematian dalam waktu 15 menit pada 50% kasus. Fakta ini didukung juga dengan temuan pada autopsi di mana organ-organ dalam tampak pucat. Pelebaran pembuluh darah pada otak, ginjal, dan usus menunjukkan bahwa korban tidak langsung meninggal setelah ditusuk. Syok yang terjadi menyebabkan tubuh melakukan kompensasi berupa vasokonstriksi pembuluh darah. Namun karena perdarahan terus berlangsung, jaringan tubuh malah semakin mengalami hipoksia yang memicu terbukanya arteri. Pada akhirnya, jantung tidak kuat lagi memompa diikuti dengan henti napas serta kerusakan otak.

3.6 KesimpulanPada mayat laki-laki, Tn. L, berusia kurang lebih tujuh belas tahun dengan golongan darah O ini ditemukan luka terbuka pada dada sebelah kiri akibat kekerasan tajam yang sesuai dengan tusukan benda tajam bermata satu.Sebab kematian adalah kekerasan tajam pada dada sebelah kiri yang menembus dinding dada dan mengenai jantung serta menembus sekat rongga badan dan mengenai hati sehingga terjadi perdarahan dalam rongga dada, kandung jantung, dan rongga perut. Saat kematian diperkirakan antara 8-12 jam sebelum pemeriksaan luar dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Jakarta: FKUI; 1994. p. 1, 3-5, 11-6.Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Teknik autopsi forensik. Jakarta: FKUI; 2000. p. 1-7, 72-3.Bonanno FG. Hemorrhagic shock: The physiology approach. J Emerg Trauma Shock. 2012;5(4):285-95.Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Munim A, Sidhi, dkk. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: FKUI; 1994. p. 1-36.Dix J, Graham M. Time of death, decomposition and identification: An atlas. p. 1-14.Garrioch MA. The bodys response to blood loss. Vox Sanguinis. 2004;87 (Suppl. 1):74-6.James JP, Jones R, Karch SB, Manlove J. Simpsons forensic medicine. 13th ed. London: Hodder Arnold; 2011. p. 42-53.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.Sugiharto AF. Pengantar patologi forensik [Unpublished lecture notes]. K 02: Modul Praktik Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, FKUI; lecture given 2013 Oct 16.