makalah logam berat

23
MAKALAH MATA KULIAH TOKSIKOLOGI DAN HYGIENE “EFEK TIMBAL (Pb) TERHADAP KESEHATAN” Disusun oleh: 1. Ambar Ratna Puspita 105080313111003 2. Arinda Shinta S.P. 105080313111028 3. Iin Zunairah 105080313111021 4. Martin luther Meha 105080313111014 5. Citra Dewi Anggraini 105080307111003 6. Agnes Ngura 105080313111020 7. Elda Rio Septina 105080313111001 8. R.M Fahrisal Sidqi 105080301111048 9. Miftachul Arif 105080313111002

Upload: ambar-erpe

Post on 04-Aug-2015

1.124 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH logam berat

MAKALAH

MATA KULIAH TOKSIKOLOGI DAN HYGIENE

“EFEK TIMBAL (Pb) TERHADAP KESEHATAN”

Disusun oleh:

1. Ambar Ratna Puspita 105080313111003

2. Arinda Shinta S.P. 105080313111028

3. Iin Zunairah 105080313111021

4. Martin luther Meha 105080313111014

5. Citra Dewi Anggraini 105080307111003

6. Agnes Ngura 105080313111020

7. Elda Rio Septina 105080313111001

8. R.M Fahrisal Sidqi 105080301111048

9. Miftachul Arif 105080313111002

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

Page 2: MAKALAH logam berat

2012

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan kadang menghasilkan

dampak terhadap lingkungan. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif

maupun negatif. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah

turunnya kualitas lingkungan hidup.

Pembangunan yang pesat dibidang ekonomi disatu sisi akan

meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu dengan meningkatnya pendapatan

masyarakat, tetapi di sisi lain akan berakibat pada penurunan kesehatan akibat

adanya pencemaran yang berasal dari limbah industri dan rumah tangga. Hal ini

karena kurangnya atau tidak memadainya fasilitas atau peralatan untuk

menangani dan mengelola limbah tersebut. Salah satu pencemaran pada badan

air adalah masuknya logam berat. Peningkatan kadar logam berat di dalam

perairan akan diikuti oleh peningkatan kadar zat tersebut dalam organisme air

seperti kerang, rumput laut dan biota laut lainnya. Pemanfatan organisme ini

sebagai bahan makanan akan membahayakan kesehatan manusia. Unsur logam

berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 gr/cm3.

Salah satu logam berat yang tergolong berbahaya jika masuk ke dalam

tubuh manusia yaitu timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang sangat

beracun, dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di lingkungan

dan seluruh sistem biologis. Sumber utama timbal adalah makanan dan

minuman. Komponen ini beracun terhadap seluruh aspek kehidupan. Timbal

menunjukkan beracun pada sistem saraf, hemetologic, hemetotoxic dan

mempengaruhi kerja ginjal. Rekomendasi dari WHO, logam berat Pb dapat

ditoleransi dalam seminggu dengan takaran 50mg/kg berat badan untuk dewasa

dan 25 mg/kg berat badan untuk bayi dan anak-anak. Mobilitas timbal di tanah

dan tumbuhan cenderung lambat dengan kadar normalnya pada tumbuhan

berkisar 0,5-3 ppm (Widaningrum et al., 2007).

Sudah banyak kasus-kasus terjadinya cemaran logam berat pada wilayah

perairan dan bahan pangan, seperti kasus kematian missal ikan-ikan di teluk

Jakarta, distribusi logam berat Pb, Cu dan Zn pada sedimen di perairan telaga

tujuh karimun kepulauan Riau, pencemaran logam berat (Hg, Pb dan Cd) di

Page 3: MAKALAH logam berat

dalam sayuran dan air minum di Denpasar, akumulasi timbal pada juvenile ikan

mujair di kali Surabaya dan akumulasi timbal pada ikan bandeng di Tambak

Kecamatan Gresik.

Dari kasus-kasus pencemaran logam pada bahan yang tidak sedikit ini,

maka diperlukan pemahaman mengenai logam berat dan efeknya terhadap

kesehatan, terutama timbal yang banyak mencemari perairan dan bahan pangan

lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, adapun masalah yang

akan dibahas dalam makalah ini antara lain:

- Apakah yang dimaksud dengan logam berat dan timbal serta bagaimana ciri-

ciri umumnya?

- Apa saja yang menjadi indikator biologis pencemaran timbal di perairan?

- Apa saja faktor yang mempengaruhi toksisitas dari timbal?

- Bagaimana tempat kerja timbal dan enzim apa yang berperan?

- Bagaimana proses absorbsi timbal dalam tubuh manusia?

- Bagaimana mekanisme biotransformasi timbal dalam tubuh manusia?

- Bagaimana dengan penimbunan timbal (deposit organ) dalam tubuh dan

bagaimana efek timbal untuk kesehatan manusia?

1.3 Tujuan

- Mengetahui mengenai logam berat, terutama timbale serta ciri-ciri umumnya

- Mengetahui tentang indikator biologis pencemaran logam berat

- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas timbal

- Mengetahui tempat kerja timbal dalam tubuh manusia dan enzim yang

berperan

- Mengetahui proses absorbsi timbal

- Mengetahui proses biotransformasi timbal

- Mengetahui tentang penimbunan timbal (deposit organ) dalam tubuh dan

mengetahui efek timbale untuk kesehatan manusia

Page 4: MAKALAH logam berat

2. PEMBAHASAN

2.1 Ciri Umum Timbal (Pb)

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih

besar dari 5 g/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni. Logam berat Cd, Hg, dan

Pb dinamakan sebagai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi

logam beracun bagi makhluk hidup (Subowo dkk, 1999). Logam berat

digolongkan dalam kategori pencemar lingkungan karena menyebabkan efek

beracun pada tanaman, manusia dan makanan. Beberapa logam berat

diantaranya Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg) yang

merupakan racun kumulatif. Logam berat ini bersifat kuat, menumpuk dan tidak

dapat dimetabolisme dan merupakan senyawa yang tidak mudah diuraikan

dalam lingkungan. Logam ini terakumulasi dalam rantai makanan melalui

penyerapan di tingkat produsen primer kemudian melalui konsumsi di tingkat

konsumen.

Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim

terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain

terutama seng dan tembaga. Adapun ciri-ciri fisik timbal adalah sebagai berikut:

Fase padat Massa jenis (sekitar suhu kamar) 11.34 g/cm³

Massa jenis cair pada titik lebur 10.66 g/cm³

Titik lebur 600.61 K (327.46 °C, 621.43 °F)

Titik didih 2022 K (1749 °C, 3180 °F)

Kalor peleburan 4.77 kJ/mol

Kalor penguapan 179.5 kJ/mol

Kapasitas kalor (25 °C) 26.650 J/(mol·K)

Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang

terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002 % dari jumlah seluruh kerak

bumi. Selain dalam bentuk logam murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk

senyawa inorganik dan organik. Semua bentuk timbal (Pb) tersebut berpengaruh

sama terhadap toksisitas pada manusia (Darmono, 2001). Sifat-sifat khusus

logam timbal, yaitu :

a) Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan

menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat di bentuk dengan mudah

Page 5: MAKALAH logam berat

b) Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat sehingga

logam Pb dapat digunakan sebagai bahan coating

c) Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logamlogam

biasa kecuali emas dan merkuri

d) Mempunyai titik lebur yang rendah 327,50C

e) Merupakan penghantar listrik yang tidak baik.

Timbal (Plumbum) beracun baik dalam bentuk logam maupun garamnya.

Garamnya yang beracun adalah timbal karbonat (timbal putih), timbal tetraoksida

(timbal merah), timbal monoksida, timbal sulfide, timbale asetat (merupakan

penyebab keracunan yang paling sering terjadi). Ada beberapa bentuk

keracunan timbal, yaitu keracunan akut, subakut dan kronis. Nilai ambang

toksisitas timbal (total limit values atau TLV) adalah 0,2 miligram/m3. Konsentrasi

timbal yang tinggi (100-1000 mg/kg) akan mengakibatkan pengaruh toksik pada

proses fotosintesis dan pertumbuhan.

Menurut SNI (2009) bahwa batas maksimum kandungan logam berat

timbal (Pb) pada buah dan sayur serta hasil olahnya adalah 0.5 mg/kg. Peraturan

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor

HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan

kimia dalam makanan yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober 2009

juga menyatakan bahwa batas maksimum kandungan logam berat timbal (Pb)

dalam buah olahan dan sayur olahan adalah 0.5 ppm atau mg/kg.

2.2 Indikator Biologis

Secara biologis, deteksi efek pencemaran di dalam perairan dapat

dilakukan dengan menggunakan organisme laut yang diduga merupakan

pengakumulasi logam berat ataupun polutan lainnya. Makroalga mempunyai

ambang batas kemampuan dalam mengakumulasi bahan pencemaran

khususnya logam berat, jika melampaui batas tertentu, maka bahan pencemar

akan merusak sistem jaringan dalam tubuh alga yang dapat mengakibatka efek

lethal dan sub lethal. (Djuangsih, dkk., 1982 dalam Irmawan, 2010).

Untuk mengetahui tingkat pencemaran di suatu daerah dapat di gunakan

bioindikator berupa organisme tertentu yang khas, yang dapat mengakumulasi

bahan-bahan pencemar yang ada, sehingga dapat mewakili keadaan di dalam

lingkungan hidupnya. Di dalam air bioindikator yang dapat di gunakan ikan

Page 6: MAKALAH logam berat

crustacea (kepiting, udang dan hewan beruas lainnya) dan beberapa jenis biota

lainnya.

Keberadaan logam berat melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi

melalui aliran makanan dapat dideteksi dengan menggunakan ikan sebagai

bioindikator. Jenis ikan yang dipilih adalah jenis ikan yang sering dikonsumsi oleh

manusia. Salah satu bioindikator yang sering digunakan dalam monitoring

ekosistem perairan terkait kandungan logam berat di dalam tubuhnya serta

resiko bagi manusia sebagai salah satu konsumen utamanya adalah ikan mujair

(Oreochromis mossambicus) (Febryanto et al., 2010).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Toksisitas Timbal

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap

logam berat, khususnya Pb adalah nutrisi, kehamilan dan umur. Kurang gizi akan

meningkatkan kadar Pb yang bebas dalam darah. Kadar Ca dan Fe yang tinggi

dalam makanan akan menurunkan penyerapan Pb, dan bila tubuh kekurangan

Ca dan Fe, penyerapan Pb akan meningkat. Dinyatakan pula defisiensi Fe dan

Pb akan menyebabkan gangguan ekskresi Pb dari tulang, sehingga

meningkatnya kadaar pada jaringan lunak dan juga menyebabkan

hemotoksisitas. Hal ini disebabkan Pb dapat menghambat kerja enzim yang

diperlukan untuk pembentukan hemoglobin (Dewi dan Saeni, 2010).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas keracunan setiap jenis

logam berat, antara lain: bentuk senyawa dari logam berat itu, daya kelarutannya

dalam cairan, ukuran partikel dan beberapa sifat kimia dan fisika lainnya. Dalam

beberapa kasus, logam berat biasanya menyerang jaringan syaraf atau

menghambat aktivitas enzimatik melalui reaksi biokimia. Tetapi, lebih sering

logam berat ini merusak organ-organ detoksikasi dan ekskresi, yaitu hati dan

ginjal, sehingga organ-organ ini harus selalu dimonitor untuk mengetahui derajat

keracunan terhadap logam berat (Hammond, 1979 dalam Darmono 1983).

Faktor yang mempengaruhi toksisitas bahan kimia pada manusia adalah:

a. Sifat fisik

b. Sifat kimia

c. Cara masuk kedalam tubuh

d. Faktor individu (usia, jenis kelamin, ras, status gizi, kesehatan, faktor genetic

dan kebiasaan lain. Misalnya merokok dan minum minuan keras)

Page 7: MAKALAH logam berat

2.4 Tempat Kerja

Didalam aliran darah, sebagian besar timbal diserap dalam bentuk ikatan

dengan eritrosit. Timbale dapat mengganggu enzim oksidase dan akibatnya

menghambat sistem metabolism sel, salah satu diantaranya adalah menghambat

sintesis Hb dalam sumsum tulang. Timbal menghambat enzim sulfidril untuk

mengikat delta-amnolevulinik acid (ALA) menjadi porprobilinogen, serta

protoforvirin IX menjadi Hb. Hal ini menyebabkan anemia dan adanya basofilik

stipling dari eritrosit yang merupakan cirri khas keracunan timbale. Basofilik

stipling reteni dari DNA ribosoma dalam sitoplasma eritrosit sehingga

mengganggu sintesis protein.

Timbal mengganggu sistem sintesis Hb dengan cara menghambat

konversi delta aminolevulinik acid (delta ALAD) menjadi forfobilinogen dan

menghambat korporasi dari Fe ke protoporfirin IX untuk membentuk Hb, dengan

cara menghambat enzim delta aminolevulinik acid dehidratase (delta ALAD) dan

feroketalase yang akhirnya meningkatkan ekskresi koproporfirin dalam urin dan

delta ALA serta mensintesis Hb. Kompensasi penurunan sintesis Hb karena

terhambat timbal adalah peningkatan produksi erithrofoesis. Sel darah merah

muda (retikulosit) dan sel stipel kemudian dibebaskan. Ditemukannya sel stipel

basofil (basophilic stipping) merupakan gejala dari adanya gangguan metabolik

dari pembentukan Hb. Hal ini terjadi karena adanya tanda - tanda keracunan Pb.

Sel darah merah gagal untuk menjadi dewasa dan sel tersebut menyisakan

organel yang biasanya menghilang pada proses kedewasaan sel, akhirnya

poliribosoma ireguler pada agregat RNA membentuk sel stipel (Sudarwin, 2008).

2.5 Absorbsi Timbal dalam Tubuh

Timbal masuk ke dalam tubuh terutama melalui saluran pencernaan dari

makanan dan minuman, tetapi dapat juga melalui pernafasan atau kulit dari

udara yang terdcemar timbal. Semua bahan pangan mengandung timbal dalam

konsentasi yang kecil dan dalam proses mempersiapkan makanan mungkin

timbal akan bertambah (Fardiaz, 1995). Berikut ini salah satu mekanisme intake

manusia terhadap logam berat termasuk Timbal/Timah hitam (Pb):

Page 8: MAKALAH logam berat

Penyerapan Timbal dapat melalui inhalasi debu timbal atau benda

berbahan timbal lainnya. Partikel yang mudah larut menyebabkan absorbsi di

paru berlangsung cepat dan luas. Paparan inhalasi umumnya terjadi pada

kawasan industri. Paparan pada daerah non-industri terjadi terutama melalui

pencernaan, terutama pada anak-anak yang mengabsorbsi 45-50% timbal larut

dibandingkan pada orang dewasa yang hanya sekitar 10-15%. Partikel yang

diabsorbsi secara inhalasi dengan ukuran <0,5 1>2500 mcg/m3) ditemui selama

peledakan, pengelasan dan pembakaran potongan logam yang permukaannya

dilapisi cat yang berbahan dasar timbal menyebabkan intoksikasi timbal

simptomatik dalam satu hari sampai beberapa minggu. OSHA menyatakan level

paparan yang diizinkan (PEL) untuk debu atau asap timbal inorganik adalah 50

mcg/m3 selama 8 jam. Level yang berbahaya bagi kesehatan dan mengancam

jiwa (IDHL) adalah 100 mg/m3.

Absorsbi zat– zat kimia oleh tubuh dapat melalui saluran pernapasan,

saluran pencernaan dan kulit. Keracunan zat – zat kimia melaui saluran

pernafasan (inhalasi) adalah yang terpenting dan yang saling sering terjadi

Page 9: MAKALAH logam berat

ditempat – tempat kerja, yang terjadi adalah karena absorbsi saluran pernafasan

lebih baik daripada absorsi saluran pencernaan.

a. Absorbsi Melalui Saluran Pernafasan.

Zat- zat kimia yang terhirup dan menyebabkan keracunan dapat

digolongkan menjadi kelompok gas, uap dan mist, serta zat padat. Gas –

gas, uap – uap dan mist (kabut) setelah diserap oleh paru – paru akan

masuk kedalam aliran darah dan kemudian didistribusikan ke bagian –

bagian / organ –organ tubuh lainnya. Gas – gas iritan yang mudah larut

dalam airakan menyebabkan iritasi ini dapat timbul segera setelah

inhalasi gas – gas tersebut. Sedangkan gas tidak mudah larut dalam air

akan mengadakan iritasi pada saluran pernafasan bagian bawah, dan

iritasi biasanya timbul beberapa jam setelah pemaparan (peradangan

paru yang akut dan sembab paru). Gas – gas, uap-uap dan mists yang

mudah larut dalam lemak dapat diserap melalui kapiler – kapiler

pembuluh darah yang terdapat disekitar alveoli dan selanjutnya zat – zat

tersebut dari aliran darah akan menuju ke binding sites yakni jaringan

lemak (Fat Depots) yang mempunyai afinitas khusus terhadap gas-gas,

uap-uap atau mists tersebut.

b. Absorbsi Melaui Saluran Pencernaan

Adapun proses biotransformasi dengan jalur pencernaan adalah

dipengaruhi oleh faktor dibawah ini :

Pengosongan lambung mampu mengurangi absorbsi senyawa kimia

Peristaltik usus yang meningkat akan menghambat absorbsi zat kimia

melalui usus

Getah lambung dan pankreas mampu menghidrolisis dan mereduksi

zat – zat kimia berbahaya, dan [proses detoksikan menyebabkan

absorbsi zat – zat kimia kimia ke dalam darah menjadi kurang efisien

dan selektif

Makanan dan cairan yang terdapat dalam saluran pencernaan dapat

mengencerkan toksin dan membentuk kompleks zat kimia yang

mudah larut air

c. Absorbsi Zat Kimia Melalui Kulit

Apabila terjadi kontak dengan bahan kimia yang banyak terjadi

adalah:

Kulit (lemak dan keringat) berfungsi sebagai barier

Page 10: MAKALAH logam berat

Zat kimia akan bereaksi dengan permukaan kulit dan menyebabkan

iritasi primer (asam dan basa kuat serts pelarut organik).

Zat kimia akan menembus kulit dan menyebabkan sensitasi pada kulit

Zat kimia akan menembus kulit dan kemudia masuk kedalam aliran

darah dan selanjutnya akan menimbulkan efek sistemik.

Batas toksik dan anjuran/batas aman “intake” logam berat Arsen (As),

Kadmium (Cd), Timbal/lead (Pb) dan Zink (Zn) dalam tubuh manusia adalah

sebagai berikut:

2.6 Proses Biotransformasi Logam Berat (Pb)

Logam berat masuk ke tubuh manusia melewati rantai pangan pendek

(hewan - manusia) atau lewat rantai pangan panjang (tanaman – hewan-

manusia) yang disebut pencemaran dakhil (Notohadiprawira, 1995).

Disamping melalui mulut dari makanan dan minuman, unsur logam berat

juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan kulit. Logam berat

mempunyai afinitas yang tinggi terhadap senyawa – senyawa sulfida, seperti

sulfihidril (-SH) dan disulfida (-S-S) (Petruci, 1992). Gugus ini banyak terdapat

dalam enzim, sehingga dengan terkaitnya logam berat pada gugus ini, logam

berat dapat menghambat kerja enzim tertentu.

Timbal disebut juga sebagai timah hitam, banyak digunakan dalam

industri kabel, batrei, cat (sebagai warnanya), dalam penyepuhan, dalam

pestisida, dan yang paling banyak ditambahkan pada bensin. Laidler (1991)

menyatakan di dalam bensin timbal ditambahkan dalam bentuk timbal tetra etil

(TEL) dengan rumus molekul (C2H5)4-Pb atau dalam bentuk timbal tetra metil

dengan rumus molekul (CH3)4-Pb.

Keracunan timah hitam sering terjadi pada hewan ruminansia yang

merumput di daerah tercemar (Humphreys, 1980). Racun timah hitam ini

biasanya mempengaruhi sistem syaraf, ginjal dan . pembentuk darah, sehingga

hewan akan mengalami sakit perut (kolik) yang hebat, anemia, anoreksia,

kebutaan, konvulsi dan diarrhea, yang kemudian berakhir dengan kematian

(Bartic dan Piskoc, 1981). Adanya kontaminasi timbal dalam tubuh dapat

Page 11: MAKALAH logam berat

diketahui melalui pengukuran kadar timbal dalam darah, gigi, dan rambut. Selain

dari makanan, udara, dan air, timbal dalam rambut dapat berasal dari cat rambut

yang mengandung timbal asetat dan dapat berasal dari debu (Cohen dan Ros,

1991).

Proses Biotransformasi adalah proses transpormasi metabolik dimana zat

kimia dirubah menjadi zat derifat lain (Metabolit) dalam tubuh manusia. Proses ini

umumnya menyebabkan terbentuknya metabolit yang mudah larut air., dan tidak

mudah larut lemak, dan memiliki kepolaran yang tinggi sehingga mudah di

ekskresikan oleh tubuh. Biotransformasi umumnya menghasilkan metabolit yang

kurang toksik. Transformasi metabolik dapat dibagi menjadi emapat kategori

diantaranya Oksidasi, Reduksi, Hidrolisis dan Konjugasi. Fase tersebut dikenal

dengan fase pertama dari biotransformasi. Fase pertama adalah meningkatkan

polaritas senyawa toksik sehingga kelarutannya pada air akan meningkat. Selain

itu jufga adanya fase roaksi oksidatif yang bertujuan untuk menambaha

kereaktivan senyawa toksik. Tujuan pereaktivan senyawa toksik adalah dengan

mempermudah keterikatannya dengan senyawa anti oksidan yang mampu

meningkatkan ROX.

Fase kedua adalah proses konjugasi, merupakan satu – satunya reaksi

biotransformasi yang terjadi di dalam tubuh. Pada reaksi konjugasi grup – grup

polar akan di tambahkan pada hasil reaksi pada fase satu.

Oksidasi merupakan reaksi biotransformasi yang paling penting. Terdapat

dua macam reaksi oksidasi yaitu penambahan oksigen secara langsung pada

unsur – unsur carbon, sulfur, nitrogen, melalui proses Dehidrogenasi.

Kebanyakan dari reaksi – reaksi ini memerlukan enzim – enzim mikrosomal dan

juga oksidase – oksidase yang terdapat dalam sitoplasma dan mitokondria.

Peranan Reduksi dalam biotransformasi umumnya adalah kurang begitu

penting. Pewarna sintetik umumya sulit umtuk dilakukan proses metabolit yang

menjadikannya kurang toksik. Selain itu juga apabila akumulasi pada tubuh

semakin meningkat maka seberapa besar kemampuan tubuh dalam mengubah

tingkat toksisitasnya masih kurang. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi

proses biotransformasi adalah : status kesehatan, usia, gizi,.

2.7 Deposit Organ dan Efek Pb terhadap Kesehatan

Penimbunan zat-zat kimia (Chemical Storage) dalam jaringan/organ

tubuh dapat terjadi di jaringan atau organ dimana efek zat – zat kimia akan

Page 12: MAKALAH logam berat

terlihat. Pada kasus timah hitam (Pb) dalam tubuh akan ditimbun dalam tulang

tetapi manifestasi efek toksiknya akan terlihat pada jaringan – jaringan lunak

(syaraf, ginjal, dan lain- lain). Salah satu storage depot yang penting adalah

jaringan lemak (Adipose Tissue).

Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang.

Karena dalam bentuk ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion

Ca2+ (kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. Disamping itu pada wanita

hamil logam Pb dapat dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk

dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir Pb akan

dikeluarkan bersama air susu. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh

hanya sedikit ternyata logam Pb ini sangat berbahaya. Hal itu disebabkan

senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek racun terhadap berbagai macam

fungsi organ tubuh.

Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan

kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari

akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb

merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh.

Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh

melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui

saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam

tubuh. Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal

di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi

melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui

hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh

karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.

Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya

bagi anak-anak. Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan

belajar, memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran,

mempengaruhi perilaku dan intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti

ginjal, sistem syaraf, dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan

mempengaruhi perkembangan otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi

wanita hamil yang terpajan timbal akan mengenai anak yang disusuinya dan

terakumulasi dalam ASI.

Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ

sebagai berikut :

Page 13: MAKALAH logam berat

Gangguan neurologi

Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh Pb dapat

berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat

menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.

Gangguan terhadap fungsi ginjal

Logam berat Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal,

nephropati irreversible, sclerosis va skuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan

sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan

glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.

Gangguan terhadap sistem reproduksi

Logam berat Pb dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi

berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat Pb mempunyai

efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom

Gangguan terhadap sistem hemopoitik

Keracunan Pb dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat

penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat

besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit

peningkatan kadar ALA ( Amino Levulinic Acid) urine. Pada anak – anak juga

terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan Pb pada

sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine).

Gangguan terhadap sistem syaraf

Efek pencemaran Pb terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak

dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat

menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa

malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa,

sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan. Pada anak dengan kadar Pb

darah (Pb-B) sebesar 40-80 μg/100 ml dapat timbul gejala gangguan

hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala

yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah

tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi

sudah mulai terpapar oleh Pb, maka pengaruhnya pada profil psikologis dan

penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan

timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika

terpapar Pb pada anak berusi 21 bulan sampai 18 tahun.

Page 14: MAKALAH logam berat

3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar

dari 5 g/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni.

- Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim

terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral

lain terutama seng dan tembaga.

- Untuk mengetahui tingkat pencemaran di suatu daerah dapat di gunakan

bioindikator berupa organisme tertentu yang khas.

- Faktor yang mempengaruhi toksisitas bahan kimia pada manusia adalah:

sifat fisik, sifat kimia, cara masuk kedalam tubuh dan faktor individu.

- Timbal masuk ke dalam tubuh terutama melalui saluran pencernaan dari

makanan dan minuman, pernafasan dan kulit dari udara yang tercemar

timbal.

- Proses Biotransformasi adalah proses transpormasi metabolik dimana zat

kimia dirubah menjadi zat derifat lain (Metabolit) dalam tubuh manusia.

- Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ

sebagai berikut gangguan neurologi, gangguan terhadap fungsi ginjal,

gangguan terhadap sistem reproduksi, gangguan terhadap sistem

hemopoitik, gangguan terhadap sistem syaraf.

Page 15: MAKALAH logam berat

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Bintal. 2002. Distribusi Logam Berat Pb, Cu Dan Zn pada Sedimen di Perairan Telaga Tujuh Karimun Kepulauan Riau. Jurnal Natur Indonesia 5(1): 9-16

Ardyanto, Denny. 2005. Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) Dalam Darah Masyarakat Yang Terpajan Timbal (Plumbum). Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No.1

Bartic, M dan A. Piskoc. 1981. Veterinary Toxicology. Elseveir Publishing Coy., Australia.

Cohen dan Ros. 1991. Revew of Lead Toxicology Relevant to the Safety Assesment of Lead Acetate as Hair Colouring. Fd Chem. Toxic Vol. 29 (7) pp 485-507, Pergamon Press Plc.

Sudarmaji, J. Mukono, Dan Corie I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 2

Suksmerri. 2008. Dampak Pencemaran Logam Timah Hitam (Pb) terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Maret 2008 - September 2008, Ii (2)

Darmono. 1983. Beberapa Senyawa Logam Berat dan Hubungannya pada Ternak. Wartazda Vol 1 No. 1.

Dewi, Kunti Sri Panca. Tingkat Pencemaran Logam Berat (Hg, Pb dan Cd) didalam Sayuran, Air Minum dan Rambut di Denpasar, Gianyar dan Tabanan. Universitas Udayana. Bali.

Fardiaz, S. 1995. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.

Febriyanto, R., Aunurohim dan Indah T.D.T. 2010. Akumulasi Timbal (Pb) pada Juvenile Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) secara In Situ di Kali Surabaya

Humphreys, D.J. 1980. Recent Trends in Animel Poisoining. Van Miert, Frens Van der Kreek.

Laidler. 1991. Enviromental Chemistry, an Australian Perspective. 2nd Ed. Longman Chesire Pty Limited. Melbourne. Australia.

Lestari dan Edward. 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat terhadap Kualitas Air Laut dan Sumberdaya Perikanan (Studi Kasus Kematian Massal Ikan-Ikan di Teluk Jakarta). Makara Sains, Vol 8, No. 2

Notohadiprawira,T. 1995. Logam Berat dalam Pertanian. Jurnal Manusia dan Lingkungan, No. 7 Thn II Des : 3 -12

Page 16: MAKALAH logam berat

Petruci. 1992. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern. Terjemahan Suminar Achmadi, edisi ke empat, jilid 3. Erlangga. Jakarta

Sudarwin. 2008. Analisis Spasial Pencemaran Logam Berat (Pb Dan Cd) pada Sedimen Aliran Sungai dari Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah Jatibarang Semarang. Universitas Diponegoro. Semarang

Tarzan Purnomo dan Muchyiddin. 2007. Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk.) di Tambak Kecamatan Gresik. Neptunus, Vol. 14, No. 1.

Widaningrum, Miskiyah dan Suismono. 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat Dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Cemarannya. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 3