variabilitas senyawa logam berat

Upload: muhammad-sita-mustofa

Post on 06-Jul-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    1/64

    VARIABILITAS SENYAWA LOGAM BERAT(Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn) TERLARUT DAN SEDIMEN DI

    PERAIRAN TELUK JAKARTA

    ANMA HARI KUSUMA

    SEKOLAH PASCASARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2015

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    2/64

     

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    3/64

     

    PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

    SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* 

    Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Variabilitas Senyawa

    Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn) Terlarut dan Sedimen di Perairan Teluk

    Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

     belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

    informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

    diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

    Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

    Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

    Pertanian Bogor.

    Bogor, Juli 2015

     Anma Hari Kusuma

     NIM C551130061

    * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak

    luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerjasama yang terkait.

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    4/64

    RINGKASAN 

    ANMA HARI KUSUMA. Variabilitas Senyawa Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Ni dan

    Zn) Terlarut dan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta. Dibimbing oleh TRI

    PRARTONO, AGUS SALEH ATMADIPOERA dan TASLIM ARIFIN. 

    Teluk Jakarta telah mengalami degradasi lingkungan yang diakibatkan

    oleh masukan dari berbagai kegiatan didaratan yang semakin tinggi dari waktu ke

    waktu. Teluk Jakarta termasuk ke dalam wilayah yang relatif tertutup sebagai

    tempat bermuara 13 sungai yang mengalir melalui kawasan padat industri dan

     pemukiman. Hal ini mengakibatkan perairan Teluk Jakarta sangat rentan terhadap

     berbagai tekanan ekologis dan membahayakan bagi kehidupan masyarakat yang

    ada disekitarnya. Salah satu materi yang dapat membahayakan adalah logam

     berat. Di suatu perairan logam berat sangat bervariasi baik secara spasial dan

    temporal maupun mengalami spesiasi membentuk senyawa yang komplek. Oleh

    karena itu sangat penting untuk mengetahui kondisi profil distribusi dari logam

     berat di suatu perairan khususnya Teluk Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah

    untuk menjelaskan proses dan sumber logam berat terlarut dan sedimen di

     perairan Teluk Jakarta. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan April hingga

    September 2014 di perairan Teluk Jakarta dengan menggunakan metode APHA

    (2012).

    Pola arus saat pasang, arus pasut masuk ke dalam teluk dari mulut teluk

     bagian Timur menuju daerah pantai Teluk Jakarta dan akhirnya keluar melalui

    mulut teluk bagian Barat. Pola distribusi salinitas dan derajat keasaman (pH)

    mengindikasikan kondisi hidro-oseanografi Teluk Jakarta sebagian besar

    dipengaruhi oleh aktivitas dari daratan. Pola distribusi logam berat sedimen lebihmampu mengindikasikan sumber dari logam berat dibandingkan dengan yang ada

    di kolom air. Hal ini karena kolom air bersifat dinamis akibat variasi sirkulasi arus

    laut sedangkan sedimen bersifat relatif stabil. Pola logam berat terlarut yang

    diperkuat dengan pola logam berat sedimen menunjukkan sumber dari logam

     berat Pb, Cu dan Zn berasal dari daratan sedangkan Cd dan Ni sudah ada dari laut

    itu sendiri..

    Kata kunci : Teluk Jakarta, sirkulasi laut, logam berat terlarut dan logam berat

    sedimen

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    5/64

    SUMMARY

    ANMA HARI KUSUMA. Variability of Heavy Metal Compound (Pb, Cd, Cu, Ni

    and Zn) Dissolved and Sediment in Jakarta Bay. Supervised by TRI PRARTONO,

    AGUS SALEH ATMADIPOERA and TASLIM ARIFIN. 

    Jakarta Bay have experience environmental degradation result from input

    from a variety of activities from terrestrial which excelsior over time. Jakarta Bay

    is included in region relatively closed as the place empties 13 rivers flowing

    through region over industrial and settlement areas. In this case effected Jakarta

    Bay very susceptible about a variety of ecological pressure and endangered for the

    scocety life around. One of material that may be harmful is heavy metal. In waters

    heavy metal is very have variation in spatial and temporal although experience

    speciation make complex compound. Therefore,it is very important to know

    condition profile ditribution of heavy metal in Jakarta Bay. The purpose of this

    research is to explain the process and the source of heavy metal through patterndissolved heavy metals and sediment in the Jakarta Bay. This research has been

    conducted from April to September 2014 in the Jakarta Bay by using a method of

    APHA ( 2012).

    The pattern of tidal current in the Jakarta Bay included mouth bay from

    east and exit from west. The distribution of salinity and acidity (pH) to indicate

    condition of hydro-oceanography in the Jakarta Bay a considerable part

    influenced input supply from the terrestrial. The distribution of heavy metals in

    the sediments more than capable of indicated the source heavy metals than in the

    water column. It is because in the water column is dynamic effetct hidro-

    oceanography while in the sediment is relatively stable. The distribution ofdissolved heavy metals were support with distribution heavy metals in sediment to

    indicate the source of heavy metals for Pb, Cu and Zn are from the terrestrial,

    while for Cd and Ni from the sea.

    Keywords : Jakarta Bay, sea circulation, disolved heavy metal and heavy metal in

    sediment

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    6/64

     

    © Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

    Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

     Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

    atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

     penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

    tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

     IPB

     Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

    dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    7/64

     

    Tesis

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Sains

     padaProgram Studi Ilmu Kelautan

    ANMA HARI KUSUMA

    SEKOLAH PASCASARJANA

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2015

    VARIABILITAS SENYAWA LOGAM BERAT

    (Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn) TERLARUT DAN SEDIMEN DI

    PERAIRAN TELUK JAKARTA

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    8/64

     

    Penguji luar komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Sigid Haryadi, MSc

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    9/64

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    10/64

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah  subhanahu wa t a’ala  atas

    segala karunia-Nya berupa kesehatan dan keluangan waktu sehingga penelitiantesis mengenai Variabilitas Senyawa Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn)

    Terlarut dan Sedimen di Perairan Teluk Jakarta berhasil diselesaikan.

    Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tri Prartono MSc, Bapak

    Dr Ir Agus Saleh Atmadipoera DESS dan Bapak Dr Ir Taslim Arifin selaku

     pembimbing, serta Bapak Tri Hartanto MSi yang telah banyak memberi saran. Di

    samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Muhammad Ramdan

    dan Bapak Lesmana Hadi Wijaya, Dewa Adyatama yang telah membantu selama

     pengumpulan data penelitian. Penelitian ini dibiayai oleh Pusat Penelitian dan

    Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir (P3SDLP)-Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP). Ungkapan terima kasih

     juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dankasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

    Saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi

     perbaikan dimasa mendatang.

    Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

    Bogor, Juli 2015

     Anma Hari Kusuma

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    11/64

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL xii

    DAFTAR GAMBAR xii

    DAFTAR LAMPIRAN  xiii

    1 PENDAHULUAN 1

    Latar Belakang 1

    Perumusan Masalah 1

    Kerangka Pemikiran 2

    Tujuan Penelitian 3

    Manfaat Penelitian 3

    Hipotesis Penelitian 3

    2 METODE 5

    Waktu dan Lokasi 5

    Alat dan Bahan 6

    Sumber Data 7

    Pengukuran Parameter Hidro-Oseanografi 7

    Pengambilan Contoh Air Laut 7

    Pengambilan Contoh Sedimen 8

    Analisis Partikel Tersuspensi (TSS) 8

    Analisis Logam Berat Terlarut 8

    Analisis Logam Berat Sedimen 8

    Analisis Data 93 HASIL DAN PEMBAHASAN 9

    Kondisi Hidro-Oseanografi di Perairan Teluk Jakarta pada Bulan April

    dan Bulan September 9

    Konsentrasi Logam Berat Terlarut di Perairan Teluk Jakarta pada Bulan

    April dan Bulan September 23

    Hubungan Logam Berat Terlarut dengan Salinitas pada Bulan

    April dan Bulan September 29

    Konsentrasi Logam Berat Sedimen di Perairan Teluk Jakarta pada Bulan

    April dan Bulan September 31

    4 SIMPULAN DAN SARAN 40Simpulan 40

    Saran 40

    DAFTAR PUSTAKA 41

    LAMPIRAN 46

    RIWAYAT HIDUP 50

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    12/64

    DAFTAR TABEL

    1  Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian 6 

    2  Sumber data yang digunakan dalam penelitian 7

    DAFTAR GAMBAR

    1  Skema kerangka pemikiran 4 

    Peta lokasi penelitian  5 

    3  Kondisi pasang surut pada saat (a) pengambilan sampel pada bulan

    April (b) pengambilan sampel pada bulan September di perairan Teluk

    Jakarta  10 

    Validasi data arus simulasi (a) dengan data arus pengukuran lapang (b)

     pada bulan April di perairan Teluk Jakarta 11 

    Validasi data arus dengan data tinggi muka laut (SSH) pada bulanSeptember di perairan Teluk Jakarta  12 

    6  Validasi arus rata-rata pada bulan April (a) dan bulan September (b)

    di perairan Teluk Jakarta  13 

    7  Hasil simulasi pola arus pada saat muka air (mean sea level ) menuju

     pasang tertinggi (a) dan pasang tertinggi (b) di perairan Teluk Jakarta

     pada bulan April 15 

    8  Hasil simulasi pola arus pada saat muka air (mean sea level ) menuju

    surut terendah (a) dan surut terendah (b) di perairan Teluk Jakarta pada

     bulan April 17 

    Hasil simulasi pola arus rata-rata pada bulan April (a) dan bulan

    September (b) di perairan Teluk Jakarta  19 10

     

    Kondisi suhu permukaan bulan (a) April dan (b) September, salinitas

     permukaan bulan (c) April dan (d) September, derajat keasaman (pH)

     permukaan bulan (e) April dan (f) September   21

    11  Kondisi partikel tersuspensi (TSS) permukan bulan (a) April dan (b)

    September serta kekeruhan permukaan bulan (c) April dan (f)

    September   22

    12  Pb terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta 24

    13  Cd terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta 25

    14 

    Cu terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairanTeluk Jakarta 26

    15   Ni terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta 27

    16  Zn terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta 28

    17 

    Hubungan (a) Pb, (b) Cd, (c) Cu, (d) Ni dan (e) Zn terlarut dengan

    salinitas permukaan pada bulan April dan bulan September 31

    18  Pb sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta 33

    19  Cd sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta 34

    http://e/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Skripsi-Custom.dotx%23_Toc330897740http://e/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Tesis-DisertasiCustom.dotx%23_Toc331485165http://e/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Tesis-DisertasiCustom.dotx%23_Toc331485165http://e/PPKI/CD%20PPKI/CD/Templat/Skripsi-Custom.dotx%23_Toc330897740

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    13/64

    20  Cu sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta 36

    21   Ni sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta 37

    22 

    Zn sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairanTeluk Jakarta 38

    DAFTAR LAMPIRAN 

    1  Data suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), dan partikel tersuspensi

    (TSS) bulan April 2014 di perairan Teluk Jakarta 46 

    Data Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn terlarut bulan April 2014

    di perairan Teluk Jakarta 46 

    3  Data Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn sedimen bulan April 2014

    di perairan Teluk Jakarta 47 4  Data suhu, salinitas, derajat keasaman (pH), dan partikel tersuspensi

    (TSS) bulan September 2014 di perairan Teluk Jakarta 47 

    5  Data Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn terlarut bulan September 2014 di

     perairan Teluk Jakarta 48 

    6  Data Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn sedimen bulan September 2014

    di perairan Teluk Jakarta 48 

    7  Dokumentasi penelitian 49 

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    14/64

     

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    15/64

    1

    1  PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Teluk Jakarta telah mengalami degradasi lingkungan yang diakibatkan

    oleh masukan dari berbagai kegiatan di daratan yang semakin tinggi dari waktu ke

    waktu. Berbagai penelitian mengenai Teluk Jakarta telah dilakukan cukup lama

    mulai dari Yatim et al . (1979) diikuti dengan berbagai penelitian lain hingga saat

    ini seperti Hutagalung (1996), Williams et al . (2000), Lestari dan Edward (2004),

    Sanusi et al . (2005), Sutisna (2007) Arifin dan Fadlina (2009), Hamzah dan

    Setiawan (2010) dan Mustarudin (2013). Degradasi Teluk Jakarta diindikasikan

    dengan berbagai peristiwa seperti semakin sering terjadinya peristiwa blooming

    fitoplankton (Wardiatno et al . 2004), penurunan kualitas hidup pada kerang hijau

    (Jalius et al . 2008) dan kerusakan ekosistem terumbu karang (Estradivarti et al .

    2007). Teluk Jakarta termasuk ke dalam wilayah yang relatif tertutup sebagaitempat bermuara 13 sungai yang mengalir dengan melalui berbagai kawasan padat

    industri dan pemukiman. Hal ini mengakibatkan perairan Teluk Jakarta sangat

    rentan terhadap berbagai tekanan ekologis dan membahayakan bagi kehidupan

    masyarakat yang ada disekitarnya.

    Salah satu materi yang dapat membahayakan adalah logam berat (logam

    dengan berat massa atom lebih dari 5 gr/cm3) (Buffle dan Vitre 1994). Logam

     berat sangat berbahaya karena bersifat toksik dan akumulatif. Logam berat

    mampu membentuk ikatan komplek yang sulit terlepas saat masuk ke dalam tubuh

    organisme (Palar 1994). Di suatu perairan logam berat sangat bervariasi baik

    secara spasial dan temporal maupun mengalami spesiasi membentuk senyawa

    yang komplek. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui kondisi profildistribusi dari logam berat di suatu perairan khususnya Teluk Jakarta. Berbagai

     penelitian mengenai logam berat telah banyak dilakukan, mulai dari logam berat

    dalam bentuk terlarut (Lestari dan Edward 2004), dalam organisme (Riyani 2010)

    dan dalam sedimen (Rochyatun dan Razak 2007) namun masih bersifat

    menggambarkan konsentrasi logam berat masih sangat bervariasi dari waktu ke

    waktu. Penelitian ini memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap logam berat

     baik terlarut maupun sedimen seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), tembaga (Cu),

    nikel (Ni) dan seng (Zn) yang berkaitan dengan pasokan input materi dan

     pengaruhnya terhadap kondisi perairan Teluk Jakarta.

    Perumusan Masalah

    Teluk Jakarta merupakan perairan yang terletak pada posisi 5º 56’ 15’’-6º 55’30’’ LS dan 106º 43’ 00’’-106º 59’ 30’’ BT di sebelah utara kawasan metropolisIbukota Jakarta yang padat dengan berbagai aktivitas. Perairan Teluk Jakarta

    dibatasi oleh dua Tanjung, yaitu Tanjung Pasir di sebelah barat dan Tanjung

    Karawang di sebelah timur yang memiliki panjang teluk sekitar 40 km dengan

    luas sekitar 490 km2  (Ilahude 1995). Terdapat tiga sistem sungai besar yang

    mengontrol wilayah perairan Teluk Jakarta yaitu Sungai Cisadane di bagian Barat,

    Sungai Ciliwung di bagian Tengah dan Sungai Citarum di bagian Timur dengan

    luas area tangkapan 6000 km

    2

    . Hal yang membuat Teluk Jakarta menarik untuk

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    16/64

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    17/64

    3

    aloton (allothoneous) dan autoton (autothoneous) (Sanusi 2006). Sumber aloton

    merupakan sumber yang berasal dari luar sistem perairan melalui sungai maupun

    atmosfer seperti proses pelapukan, erupsi gunung berapi dan presipitasi sedangkan

    sumber autoton merupakan sumber yang berasal dari laut itu sendiri seperti proses

    adveksi, pengadukan, biodegradasi bahan organik dan disolusi. Kondisi perairanyang masih alami tidak tercermin dari perairan Teluk Jakarta karena sumber

    logam berat yang masuk ke dalam perairan Teluk Jakarta bukan saja berasal dari

    sumber alami namun juga dari antropogenik yang berasal dari aktivitas industri

    dan pelabuhan yang membuang limbahnya secara langsung maupun melalui

    sungai menuju kawasan dekat daratan Teluk Jakarta (Gambar 1). Pada penelitian

    ini dilakukan analisa sampel air dan sedimen untuk dianalisa logam berat (Pb, Cd,

    Cu, Ni dan Zn) terlarut dan sedimen pada bulan April dan September. Perbedaanwaktu dan lokasi penelitian diperkirakan akan memberikan pengaruh yang berbeda

    terhadap proses dan sumber dari logam di perairan Teluk Jakarta. Informasi mengenai

     proses dan sumber logam berat terlarut dan sedimen ini diharapkan mampu untuk

    menggambarkan kondisi terkini sehingga mampu memberikan solusi dalammenyelesaikan permasalahan lingkungan dekat daratan khususnya perairan Teluk

    Jakarta.

    Tujuan Penelitian

    Secara umum penelitian ini bertujuan untuk :

    1.  Menjelaskan proses dan sumber logam berat melalui perbandingan pola

    distribusi logam berat terlarut dan sedimen pada bulan April dan bulan

    September di Perairan Teluk Jakarta.

    2. 

    Menentukan distribusi dan pola konsentrasi logam berat Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn

    terlarut ditinjau dari salinitas pada bulan April dan bulan September di Perairan

    Teluk Jakarta.

    Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

    informasi mengenai sebaran logam berat Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn terlarut dan

    sedimen pada bulan April dan September di perairan Teluk Jakarta, sehingga

    dapat digunakan bagi perencanaan, pengelolaan dan pengkajian wilayah dekat

    daratan secara berkelanjutan oleh pihak yang berkepentingan.

    Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    1. 

    Pola distribusi logam berat terlarut pada bulan April dan bulan September

    sangat dipengaruhi oleh pola arus di wilayah perairan Teluk Jakarta.

    2. 

    Sumber logam berat terlarut dan sedimen di wilayah perairan Teluk Jakarta

     berasal dari daratan.

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    18/64

    4

    Gambar 1 Skema kerangka pemikiran

    4  

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    19/64

    5

    2  METODE

    Waktu dan Lokasi

    Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Desember 2014. Waktudan lokasi pengambilan sampel pada bulan April dilakukan pada tanggal 1-3 April

    2014 sedangkan pada bulan September dilakukan pada tanggal 10-12 September

    2014 di perairan Teluk Jakarta. Analisis logam berat terlarut dan sedimen pada

     bulan April dilakukan pada tanggal 4 April 2014 sedangkan pada bulan

    September dilakukan pada tanggal dilakukan pada tanggal 13 September 2014 di

    Laboratorium Produktivitas Lingkungan Departemen MSP-IPB sedangkan untuk

     pengolahan data dilakukan di Laboratorium Oseanografi Kimiawi Departemen

    ITK-IPB. Peta Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2 Peta lokasi penelitian 

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    20/64

    6

    Alat dan Bahan

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Van Dorn, Van Veen,

     Acoustic Doppler Current Profiler   (ADCP) dan  Atomic Absorbtion

    Spectofotometer   (AAS) sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian iniantara lain akuades, HNO3, MIBK dan APDC. Alat dan bahan yang digunakan

    dalam penelitian ini secara spesifik dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

    Keterangan : PA = Jenis prinsip analisis

    Alat Bahan

     Nama Spesifikasi Nama Spesifikasi

    GPS Garmin Map 76 Kertas Saring Whatman 41

    Van Dorn Philip BL 1516 Akuades (PA)

    Van Veen Precisa XT 220 A Alumium Foil Klinpak 8 m X 30 cm

    TOAA U 50 Series Larutan Buffer (PA)

    ADCP AWAC Nortek NH4Cl (PA)

    Refraktometer XY-8765 MIBK (PA)

     pH meter Stabech AT- 9533 HCl (PA)

    Turbidimeter D-600 APDC (PA)

    Oven EYELA NDO-400 NaNO3  (PA)

    Penangas Sanken 562221 H2O2  (PA)

    Pompa Vakum Model VE115N HNO3  (PA)

    Desikator Thermolyne MAXI Kertas Label Mariko 18 mm X 38 mm

    Pipet Volumetrik Pyrex Tissue PaseoPerangkat Lunak Surfer 8

    Perangkat Lunak Microsoft Excel

    2007

    Perangkat Lunak MATLAB 2010

    Perangkat Lunak LINUX

    Laptop Acer Aspire 4736

     Atomic Absorbtion

    Spectofotometer   (AAS) 

     Pin Aacle 900 H

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    21/64

    7

    Sumber Data

    Data arus, pasang surut, suhu, salinitas, kekeruhan, derajat keasaman (pH),

     partikel tersuspensi (TSS), logam berat baik terlarut maupun sedimen

    menggunakan data primer atau data hasil pengukuran lapang sedangkan untukdata model arus digunakan data sekunder P3SDLP Balitbang-KP.  Sumber data

    yang digunakan dalam penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2 Sumber data yang digunakan dalam penelitian

    Jenis Data Sifat Data Sumber Data Satuan

    Primer Sekunder

    Arus √  Survei Lapang2014

    m/s

    Model Arus √  P3SDLPBalitbang-KP dan

     Regional Ocean Modeling

    Simulation 

    (ROMS)

    cm/s

    Pasang Surut √  P3SDLPBalitbang-KP

    m

    Suhu Survei Lapang

    2014⁰C

    Kekeruhan Survei Lapang

    2014

     NTU

    Salinitas √  Survei Lapang2014

     psu

    Derajat

    Keasaman (pH)

    √  Survei Lapang2014

    -

    Partikel

    Tersuspensi(TSS)

    √  Survei Lapang2014

    mg/l

    Logam Berat

    Terlarut

    √  Survei Lapang2014

    mg/l

    Logam Berat

    Sedimen√  Survei Lapang

    2014

    mg/kg

    Pengukuran Parameter Hidro-Oseanografi

    Parameter hidro-oseanografi untuk fisika perairan meliputi suhu, arus dan

     pasang surut menggunakan data lapang dan sekunder tahun 2014 dari P3SDLP

    Balitbang-KP. Untuk kimia perairan yang dilakukan pengukuran di lapangan

    meliputi salinitas, kekeruhan dan derajat keasaman (pH) dilakukan menggunakan

    alat TOAAU 50 Series sedangkan logam berat dilakukan pengambilan contoh air

    dan sedimen untuk dianalisis di laboratorium melalui penjelasan sebagai berikut.

    Pengambilan Contoh Air Laut

    Contoh air laut diambil menggunakan Van Dorn Water Sampler   dengan

    volume 2 liter yang terbuat dari bahan  Poly Vinyl Clorida (PVC). Contoh air laut

    dimasukkan ke dalam botol polyetilen bersih sesuai standar APHA (2012) dengan

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    22/64

    8

    volume 1 liter dan disimpan di dalam kotak es selama proses transportasi menuju

    laboratorium untuk dilakukan analisis.

    Pengambilan Contoh Sedimen

    Contoh sedimen diambil menggunakan Van Veen Grab. Contoh sedimen

    dimasukkan ke dalam botol polyetilen bersih sesuai standar APHA (2012) dengan

    volume 250 ml dan disimpan di dalam kotak es selama proses transportasi menuju

    laboratorium untuk dilakukan analisis.

    Analisis Partikel Tersuspensi (TSS)

    Analisis partikel tersuspensi mengikuti prosedur APHA (2012) yang

    secara singkat diuraikan sebagai berikut. Contoh air laut sebanyak 100 ml disaring

    menggunakan filter selulosa dengan ukuran 0.45 (bersih, kering dan ditimbang

     berat awal). Filter selulosa hasil penyaringan selanjutnya dikeringkan dalam oven103 °C sampai 105 °C selama 1 jam. Filter selulosa didinginkan dalam desikator

    dan ditimbang untuk didapatkan berat akhir.

    Analisis Logam Berat Terlarut

    Analisis logam berat terlarut mengikuti prosedur APHA (2012) yang

    secara singkat diuraikan sebagai berikut. Contoh air laut sebanyak 250 ml disaring

    menggunakan filter selulosa dengan ukuran 0.45 µm dan selanjutnya ditambahkan

    asam nitrat (HNO3) pekat sampai pH < 2 lalu diekstraksi dengan 5 ml APDC dan

    25 ml MIBK. Hasil ekstraksi dalam fase organik selanjutnya dilarutkan kembali

    dengan menambahkan 2 ml asam nitat (HNO3) pekat sehingga terbentuk ion

    logam yang larut dalam fase air. Konsentrasi logam berat diukur nilainya dengan

    mengguankan  AAS Pin Aacle  900 H dengan deteksi limit 0.001 ppm.

    Analisis Logam Berat Sedimen 

    Analisis logam berat dalam sedimen mengikuti prosedur APHA (2012)

    yang secara singkat diuraikan sebagai berikut. Contoh sedimen sebanyak 50 gr

    dikeringkan terlebih dahulu dalam oven pada suhu 103-105 °C selama 1 hari.

    Contoh sedimen didinginkan pada desikator dan ditimbang sebanyak 1 gr. Contoh

    sedimen dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian ditambahkan 5 ml HNO3dan dipanaskan diatas penangas hingga volume berkurang menjadi 1 ml. Contoh

    sedimen ditambahkan lagi 10 ml HNO3 dan 10 ml HClO4 hingga menjadi larutan.Larutan dipanaskan kembali hingga volume berkurang menjadi 5 ml sampai tidak

    ada asap putih yang muncul. Larutan didinginkan dan disaring dengan filter

    selulosa dengan ukuran 0.45 µm kemudian dibilas dengan akuades sampai volume

    100 ml. Larutan dimasukkan ke dalam botol sampel dan diinjeksi dengan

    menggunakan  AAS Pin Aacle  900 H dengan deteksi limit 0.001 ppm.

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    23/64

    9

    Analisis Data

    Analisis data arus dan pasang surut dilakukan dengan melihat arah,

    kecepatan dan tinggi elevasi menggunakan  Matlab 9, sedangkan suhu, salinitas,

    derajat keasaman (pH), partikel tersuspensi (TSS), kekeruhan, logam berat terlarutdan sedimen dilakukan dengan melihat pola distribusi konsentrasi menggunakan

     Microsoft Excel .

    3  HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kondisi Hidro-Oseanografi di Perairan Teluk Jakarta pada Bulan April dan

    Bulan September

    Perairan Teluk Jakarta merupakan perairan yang relatif dangkal sehingga

    sangat dipengaruhi oleh kondisi hidro-oseanografi (Hadikusumah 2007). Nilai

    elevasi pasang surut pada saat pengambilan sampel pada bulan Aprilmenunjukkan tunggang pasang surut (pasut) mencapai 0.5 m dengan pasang

    tertinggi 0.9 m dan surut terendah 0.4 m (Gambar 3a) sedangkan pada saat

     pengambilan sampel pada bulan September menunjukkan tunggang pasut juga

    mencapai 0.3 m dengan pasang tertinggi 0.7 m dan surut terendah 0.4 m (Gambar

    3b). Pasang surut di Teluk Jakarta bersifat tunggal dengan kisaran pasang tertinggi

    0.4-1.54 m dan surut terendah 0.02-0.86 m (Ilahude dan Lisaputra 1980; Indriani

    et al . 2010; Lubis dan Yosi 2012 dan Newyeara et al . 2014). Pengambilan sampel

     pada tanggal 1 April 2014 untuk stasiun 13 pada jam 11:01 pada saat surut,

    stasiun 10 pada jam 12:45 pada saat surut, stasiun 7 pada jam 15:50 pada saat

    surut menuju pasang, stasiun 4 pada jam 16:20 pada saat surut menuju pasang dan

    satsiun 1 pada jam 16:57 pada saat surut menuju pasang. Titik pengambilan

    sampel tanggal 2 April 2014 untuk stasiun 14 pada jam 11:52 pada saat surut,

    stasiun 11 pada jam 12:28 pada saat surut, stasiun 8 pada jam 14:01 pada saat

    surut, stasiun 5 pada jam 14:32 pada saat surut menuju pasang dan stasiun 2 pada

     jam 15:01 pada saat surut menuju pasang. Untuk titik pengambilan sammpel pada

    3 April 2014 untuk stasiun 15 pada jam 11:27 pada saat surut, stasiun 12 pada jam

    11:57 pada saat surut, stasiun 9 pada jam 12:25 pada saat surut, stasiun 6 pada jam

    12:53 pada saat surut dan stasiun 3 pada jam 13:25 pada saat surut. Kondisi

     pasang surut pada saat pengambilan sampel yang dilakukan pada bulan April

    sebagian besar berada dalam kondisi muka air surut.

    Pada bulan September titik pengambilan sampel yang dilakukan padatanggal 10 September 2014 untuk stasiun 15 pada jam 10:07 pada saat pasang,

    stasiun 12 pada jam 11:40 pada saat pasang, stasiun 9 pada jam 13:14 pada saat

     pasang, stasiun 6 pada jam 13:51 pada saat pasang dan stasiun 3 pada jam 14:24

     pada saat pasang. Titik pengambilan sampel tanggal 11 September 2014 untuk

    stasiun 14 pada jam 09:45 pada saat pasang, stasiun 11 pada jam 10:23 pada saat

     pasang, stasiun 8 pada jam 11:40 pada saat pasang, stasiun 5 pada jam 13:55 pada

    saat pasang dan stasiun 2 pada jam 14:14 pada saat pasang. Untuk titik

     pengambilan sampel pada 12 September 2014 untuk staisun 13 pada jam 09:13

     pada saat pasang, stasiun 10 pada jam 09:47 pada saat pasang, stasiun 7 pada jam

    10:39 pada saat pasang, stasiun 4 pada jam 11:15 pada saat pasang dan stasiun 1

     pada jam 11:50 pada saat pasang. Kondisi pasang surut pada saat pengambilan

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    24/64

    10

    sampel yang dilakukan pada bulan September sebagian besar berada dalam

    kondisi muka air pasang. Pengambilan sampel yang dilakukan pada bulan April

     pada saat kondisi surut dan pengambilan sampel yang dilakukan pada bulan

    September pada saat kondisi pasang berkaitan dengan perbedaan pola sirkulasi

    arus pasang surut di perairan Teluk Jakarta. Hal ini diduga yang menyebabkan perbedaan variasi konsentrasi logam berat di perairan Teluk Jakarta. Kondisi

     pasang surut perairan Teluk Jakarta saat penelitian pada bulan April dan bulan

    September dapat dilihat pada Gambar 3a dan 3b.

    (a)

    (b)

    Gambar 3 Kondisi pasang surut pada saat kondisi (a) pengambilan sampel pada

     bulan April (b) pengambilan sampel pada bulan September di perairan

    Teluk Jakarta.

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    25/64

    11

    Validasi arus hasil simulasi perlu dilakukan agar dapat diketahui sejauh

    mana penyimpangan dari hasil simulasi yang telah dilakukan. Suatu hasil simulasi

    dapat dikatakan valid jika hasil simulasi memiliki pola yang konsisten dengan

    data lapangan. Validasi arus pasang surut pada bulan April dilakukan dengan

    membandingkan arus hasil simulasi pada grid yang terpilih dengan data pengukuran lapangan pada tanggal 15-18 April 2014 dengan koordinat 6.0853 LS

    dan 106.7701 BT. Kecepatan minimum, rata-rata dan maksimum arus hasil

    simulasi adalah sebesar 0 cm/s, 1.6 cm/s dan 5.2 cm/s, sedangkan kecepatan

    minimum, rata-rata dan maksimum arus total hasil pengukuran lapang sebesar 0

    cm/s, 7.6 cm/s dan 18 cm/s. Hasil validasi data arus hasil simulasi dengan arus

    total pengukuran lapang untuk arah arus sebagian besar dominan sama namun

    untuk kecepatan arus terdapat perbedaan. Kecepatan arus hasil pengukuran lapang

     jauh lebih besar dibandingkan kecepatan arus hasil simulasi. Perbedaan hasil

    kecepatan arus pengukuran lapang dibandingkan kecepatan arus dari hasil

    simulasi disebabkan karena simulasi arus yang dilakukan hanya menggunakan

     pasang surut dan angin saja sebagai gaya pembangkit arus sedangkan di alamgaya pembangkit arus sangat komplek sehingga terdapat perbedaan pola antara

    data yang dihasilkan simulasi model arus dengan data pengukuran lapang. Secara

    umum arah arus hasil simulasi dapat digunakan untuk melihat kondisi sirkulasi

    arus di perairan Teluk Jakarta pada bulan April. Validasi data arus pasang surut

     pada bulan April di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat pada Gambar 4a dan 4b.

    (a)

    (b)

    Gambar 4 Validasi data arus pasang surut simulasi (a) dengan data arus

     pengukuran lapang (b) pada bulan April di perairan Teluk Jakarta.

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    26/64

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    27/64

    13

    rata-rata pada bulan April dan September di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat

     pada Gambar 6a dan 6b.

    (a)

    (b)

    Gambar 6 Validasi arus rata-rata pada bulan April (a) dan bulan September (b)

    di perairan Teluk Jakarta (Atmadipoera AS 11 Juni 2015,

    komunikasi pribadi).

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    28/64

    14

    Simulasi sirkulasi arus pasang surut pada bulan April dan September di

     perairan Teluk Jakarta dilakukan berdasarkan pada kondisi pasang dan surut. Pada

    kondisi pasang terdapat dua tinjauan terhadap muka air, yaitu pada saat muka air

    (mean sea level ) menuju pasang tertinggi dan pada saat muka air berada pada

     pasang tertinggi. Pada saat surut terdapat dua tinjauan terhadap muka air, yaitu pada saat muka air (mean sea level ) menuju surut terendah dan pada saat muka air

     berada pada surut terendah. Data arus hasil simulasi yang dihasilkan merupakan

    nilai kecepatan arus rata-rata untuk seluruh kolom perairan yang telah

    diintegrasikan terhadap kedalaman dari dasar sampai ke permukaaan bebas. Pola

    arus bulan April pada saat kondisi muka air (mean sea level ) menuju pasang

    tertingi arus masuk ke dalam teluk dari bagian mulut teluk sebelah Timur dan

    selanjutnya bergerak ke dalam teluk melewati daerah pantai Teluk Jakarta yang

    akhirnya keluar teluk melalui mulut teluk bagian Barat (Gambar 7a). Pada daerah

    tengah teluk terlihat kecepatan arus lebih besar dibandingkan dengan dekat pantai.

    Hal ini terjadi akibat adanya perubahan kedalaman dari arah mulut teluk ke arah

     pantai yang semakin dangkal sehingga kecepatan arus akan semakin kecil akibatadanya pengaruh gesekan dasar perairan yang akan mengurangi kecepatan arus.

    Pola arus bulan September yang dihasilkan dari  Regional Ocean Modelling

    System  (ROMS) pada saat kondisi muka air (mean sea level ) menuju pasang

    tertingi menunjukkan hasil yang konsisten dengan bulan April dimana arus masuk

    ke dalam teluk dari bagian mulut teluk sebelah Timur dan selanjutnya bergerak ke

    dalam teluk melewati daerah pantai Teluk Jakarta yang akhirnya keluar teluk

    melalui mulut teluk bagian Barat (Atmadipoera AS 11 Juni 2015, komunikasi

     pribadi). Pola arus pada saat kondisi muka air (mean sea level ) menuju pasang

    tertinggi di perairan Teluk Jakarta arus masuk ke dalam teluk dari Timur melewati

     pantai dan akhirnya keluar melalui bagian Barat dengan kecepatan rata-rata

    sebesar 0.098-18 cm/s (Putri dan Mihardja 1999; Suriwati et al . 2004; Sanusi et

    al . 2005 dan Newyeara et al . 2014). Pola arus pada saat kondisi muka air pasang

    tertinggi telihat pola arus tidak beraturan dan kecepatan arus mulai berkurang

    (Gambar 7b). Pola arus bulan September yang dihasilkan dari  Regional Ocean

     Modelling System  (ROMS) pada saat kondisi muka air (mean sea level ) pasang

    tertingi menunjukkan hasil yang konsisten dengan bulan April dimana telihat pola

    arus tidak beraturan dan kecepatan arus mulai berkurang (Atmadipoera AS 11

    Juni 2015, komunikasi pribadi). Pola arus pada saat kondisi muka air pasang

    tertinggi telihat pola arus tidak beraturan dengan kecepatan sebesar 7.7 cm/s

    (Suriwati et al . 2004). Besarnya kecepatan arus pada saat kondisi muka air saat

     pasang tertinggi berbeda dengan saat muka air (mean sea level ) menuju pasangtertinggi. Kecepatan arus pada saat muka air (mean sea level ) menuju pasang

    tertinggi lebih besar dengan pola yang lebih teratur dibandingkan dengan muka air

     pada saat pasang tertinggi yang tidak teratur. Hal ini karena pada saat kondisi

    muka air pasang tertinggi terdapat keadaan yang hampir setimbang atau sama rata

    di atas posisi duduk tengah (mean sea level ) terhadap muka air sehingga

     perbedaan gradien tekanan sangat kecil atau hampir tidak ada perbedaan gradien

    terhadap muka air. Kecilnya perbedaan gradien tekanan membuat pergerakan

    masa air juga menjadi semakin kecil sehingga pada kondisi ini kecepatan arus

    sangat kecil sekali dengan arah arus yang tidak beraturan. Kondisi sebaliknya

    terjadi pada saat muka air (mean sea level ) menuju pasang tertinggi. Pada kondisi

    ini terdapat perbedaan gradien tekanan yang cukup besar sehingga membuat

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    29/64

    15

     pergerakan massa air semakin besar juga sehingga pada kondisi ini kecepatan arus

    sangat besar dengan arah yang beraturan bergerak dari Timur masuk ke dalam

    teluk melewati pantai dan keluar melalui Barat. Hasil simulasi pola arus pada saat

    muka air (mean sea level ) menuju pasang tertinggi dan pada saat muka air berada

     pada pasang tertinggi pada bulan April dapat dilihat pada Gambar 7a dan 7b.

    (a)

    (b)

    Gambar 7 Hasil simulasi pola arus pada saat muka air (mean sea level ) menuju

     pasang tertinggi (a) dan pasang tertinggi (b) di perairan Teluk

    Jakarta pada bulan April (Pranowo et al . 2014).

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    30/64

    16

    Pola arus pada saat kondisi muka air (mean sea level ) menuju surut

    terendah terlihat arus bergerak masuk ke dalam teluk melalui mulut teluk bagian

    Barat dan bergerak ke daerah pantai Teluk Jakarta yang akhirnya keluar teluk

    melalui mulut teluk bagian Timur (Gambar 8a). Pola arus bulan September yang

    dihasilkan dari  Regional Ocean Modelling System  (ROMS) pada saat kondisimuka air (mean sea level ) menuju surut terendah menunjukkan hasil yang

    konsisten dengan bulan April dimana arus terlihat arus bergerak masuk ke dalam

    teluk melalui mulut teluk bagian Barat dan bergerak ke daerah pantai Teluk

    Jakarta yang akhirnya keluar teluk melalui mulut teluk bagian Timur

    (Atmadipoera AS 11 Juni 2015, komunikasi pribadi). Pada saat kondisi muka air

    (mean sea level ) menuju surut terendah di perairan Teluk Jakarta arus bergerak

    masuk ke dalam teluk dari Barat melewati pantai dan akhirnya keluar melalui

     bagian Timur dengan kecepatan rata-rata sebesar 0.12-15 cm/s (Putri dan

    Mihardja 1999; Suriwati et al . 2004; Sanusi et al . 2005 dan Newyeara et al .

    2014). Pada saat muka air surut terendah pola arus kembali terlihat tidak beraturan

    dan kecepatan arus juga semakin berkurang (Gambar 8b). Pola arus bulanSeptember yang dihasilkan dari Regional Ocean Modelling System (ROMS) pada

    saat kondisi muka air (mean sea level ) surut terendah menunjukkan hasil yang

    konsisten dengan bulan April dimana arus arus kembali terlihat tidak beraturan

    dan kecepatan arus juga semakin berkurang (Atmadipoera AS 11 Juni 2015,

    komunikasi pribadi). Pola arus pada saat kondisi muka air pasang tertinggi telihat

     pola arus tidak beraturan dengan kecepatan sebesar 3.4 cm/s (Suriwati et al .

    2004). Besarnya kecepatan dan arus rata-rata pada saat muka air saat surut

    terendah juga berbeda dengan saat muka air (mean sea level ) menuju surut

    terendah. Kecepatan arus pada saat muka air (mean sea level ) menuju surut

    terendah lebih besar dengan pola teratur dibandingkan dengan muka air pada saat

    surut terendah yang tidak teratur. Hal ini karena pada saat kondisi muka air pada

    saat surut terendah terdapat keadaan yang hampir setimbang atau sama rata di

     bawah posisi duduk tengah (mean sea level ) terhadap muka air sehingga terdapat

     perbedaan gradien tekanan sangat kecil atau hampir tidak ada perbedaan gradien

    terhadap muka air. Kecilnya perbedaan gradien tekanan membuat pergerakan

    masa air juga menjadi semakin kecil sehingga pada kondisi ini kecepatan arus

    sangat kecil dengan arah yang tidak beraturan. Kondisi sebaliknya terjadi pada

    saat muka air (mean sea level ) menuju surut terendah. Pada kondisi ini terdapat

     perbedaan gradien tekanan yang cukup besar sehingga membuat pergerakan

    massa air juga semakin besar. Pada kondisi ini kecepatan arus sangat besar

    dengan arah yang beraturan bergerak dari Barat masuk ke dalam teluk melewati pantai dan keluar melalui Timur. Hasil simulasi pola arus pada saat muka air surut

    (mean sea level ) menuju surut terendah dan muka air surut terendah pada bulan

    April dapat dilihat pada Gambar 8a dan 8b.

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    31/64

    17

    (a)

    (b)

    Gambar 8 Hasil simulasi pola arus pada saat muka air (mean sea level ) menuju

    surut terendah (a) dan surut terendah (b) di perairan Teluk Jakarta

     pada bulan April (Pranowo et al . 2014)

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    32/64

    18

    Pola sirkulasi arus di perairan teluk dan dekat daratan biasanya

    dipengaruhi oleh rambatan pasang surut. Koropitan dan Ikeda (2008) mengatakan

    rambatan pasang surut di Laut Jawa didominasi oleh komponen K1 yang

    merambat dari Laut Flores dibagian timur dan berakhir di Laut Jawa yang

    menghasilkan resonansi yang menguatkan amplitudo pasang surut di bagiantengah sebagai akibat dari batas tertutup Pulau Sumatera di bagian barat.

    Hatayama (1996) menambahkan komponen pasang surut K1 merambat dari

    Samudera Pasifik menuju Laut Jawa melalui 3 jalur yaitu melewati Laut Cina

    Selatan menuju Laut Jawa, melewati Laut Sulawesi menuju Selat Makasar

    kemudian berbelok ke Laut Jawa dan melewati Laut Halmahera melewati Laut

    Flores menuju Laut Jawa. Fatoni (2011) menjelaskan rambatan passing surut

    dengan komponen K1 di Laut Jawa merambat dari Timur ke Barat dengan

     perubahan jam 20 menuju jam 24 dengan amplitudo yang rapat di sekitar Laut

    Jawa sebesar 15 cm sampai 50 cm. Pasang surut di Teluk Jakarta dominan besar

    dipengaruhi komponen K1 karena berbatasan langsung dengan Laut Jawa yang

    merambat berasal dari Laut Flores. Pada kondisi pasang dan surut pada wilayahteluk ditandai arah arus yang bolak-balik. Di perairan Teluk Jakarta pada saat arah

    gelombang pasang ditandai dengan arah Timur menuju ke Barat sedangkan pada

    saat surut ditandai dengan arah yang berkebalikan dari Barat menuju ke Timur.

    Pola sirkulasi arus rata-rata pada bulan April yang masih berada dalam

    kisaran Musim Peralihan I terlihat pengaruh dari Musim Barat sudah mulai hilang

    namun pengaruh dari Musim Timur sudah mulai muncul yang terlihat pola arus

    yang melemah menuju ke arah Barat dengan kecepatan sekitar 1-4 cm/s (Gambar  

    9a). Pola arus di perairan Teluk Jakarta pada Musim Peralihan I bergerak dominan

    ke arah Timur dan Barat Daya dengan kecepatan sebesar 0.05-2.3 cm/s

    (Hadikusumah 2007 dan Simanjuntak 2007). Lubis dan Yosi (2012)

    menambahkan pola arus pada bulan April di perairan Teluk Jakarta dominan ke

    arah Utara dan Timur Laut dengan kecepatan sebesar 0.3-7.78 cm/s. Pola arus

    sirkulasi rata-rata pada bulan September yang masih berada dalam kisaran Musim

    Peralihan II terlihat pengaruh dari Musim Timur masih sangat kuat dimana  pola

    arus terlihat dominan menuju ke arah Barat dengan kecepatan sekitar 1-6 cm/s 

    (Gambar 9b). Simanjuntak (2007) menyatakan pola arus di perairan Teluk Jakarta

     pada Musim Peralihan II bergerak dominan ke arah Barat, Barat dan Tenggara

    dengan kecepatan sebesar 0.07-3.8 cm/s. Pola arus pada bulan September di

     perairan Teluk Jakarta dominan ke arah Barat, Utara dan Timur Laut dengan

    kecepatan sebesar 0.8-3.4 cm/s (Hadikusumah 2007 dan Newyeara et al . 2012).

    Kecepatan arus bulan September lebih besar dibandingkan dengan kecepatan arus bulan April. Wyrtki (1996) menjelaskan bahwa pola arus di Laut Jawa pada bulan

    April-September bergerak ke arah Barat. Perbedaan kecepatan arus rata-rata ini

    diduga mempengaruhi perbedaan profil logam berat pada bulan April dan

    September di perairan Teluk Jakarta. Simulasi pola arus rata-rata pada bulan April

    dan September di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat pada Gambar 9a dan 9b.

    .

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    33/64

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    34/64

    20

    Suhu perairan pada bulan April berkisar antara 30-31.3 °C dengan rata-

    rata sebesar 30.6 °C (Gambar 10a) sedangkan pada bulan September berkisar

    antara 28.9-30.2 °C dengan rata-rata sebesar 29.3 °C (Gambar 10b). Hasil

     penelitian sebelumnya mengatakan suhu perairan Teluk Jakarta berkisar 28.9-31.2

    °C (Illahude 1995; Wiliam et al . 2000; Paonganan et al . 2005; Hadikusumah 2008dan Kusuma et al . 2014). Kondisi suhu di perairan Teluk Jakarta tidak lepas dari

     pengaruh Laut Jawa yang mengalami pengingkatan yang mencapai puncaknya

     pada Musim Peralihan I dan Musim Peralihan II karena pada ke dua musim ini

    tiupan angin relatif lemah dan memiliki konsistensi arah yang labil sehingga

     pemanasan lebih maksimal (Syahdan 2015). Illahude (1995) menambahkan suhu

    di Teluk Jakarta secara normal mengalami dua kali nilai minimum dan dua kali

    nilai maksimum setiap tahunnya. Nilai minimum pada bulan Februari karena

    angin Musim Barat yang cukup keras dan minimum bulan Agustus yang

    disebabkan oleh penguapan yang relatif tinggi oleh pengaruh angin Musim Timur.

    Salinitas perairan pada bulan April berkisar 23.1-29.4 psu dengan rata-rata

    sebesar 27.75 psu (Gambar 10c) sedangkan pada bulan September berkisar antara29.5-30.6 psu dengan rata-rata sebesar 30.2 psu (Gambar 10d). Hasil penelitian

    sebelumnya menunjukkan salinitas perairan Teluk Jakarta berkisar 22-32.4 psu

    (Praseno dan Kastoro 1979; Illahude 1995; Mezuan 2007; Sutisna 2007;

    Hadikusumah 2008 dan Kusuma et al . 2014). Salinitas di perairan Teluk Jakarta

     juga tidak lepas dari pengaruh Laut Jawa yang mengalami dua kali minimum pada

     bulan Februari dan September dan dua kali nilai maksimum sekitar bulan Mei dan

     November (Illahude 1995). Minimum pada bulan Februari lebih rendah dari

    mimimum bulan September disebabkan tambahan pengenceran oleh curah hujan

    dan maksimum bulan November lebih besar dari bulan Mei disebabkan karena

    massa air Laut Pasifik yang masuk dari bagian Timur tidak mengalami

     pengenceran oleh sungai-sungai di bagian Timur. Derajat keasaman (pH) perairan

     pada bulan April berkisar 6.98-7.48 dengan rata-rata sebesar 7.23 (Gambar 10e)

    sedangkan pada bulan September berkisar antara 7.80-8.17 dengan rata-rata

    sebesar 8.02 (Gambar 10f). Hasil penelitian sebelumnya menyatakan derajat

    keasaman (pH) perairan Teluk Jakarta berkisar 6.5-8.1 (Praseno dan Kastoro

    1979; Wiliam et al . 2000; Paonganan et al . 2005; Sutisna 2007; BPLHD 2010 dan

    Kusuma et al . 2014). Kondisi suhu dan salinitas perairan Teluk Jakarta pada bulan

    April dan bulan September dapat dilihat pada Gambar 10.

    (a) 

    (b)

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    35/64

    21

    (c) (d)

    (e) (f)

    Gambar 10 Kondisi suhu permukaan bulan (a) April dan (b) September, salinitas

     permukaan bulan (c) April dan (d) September, derajat keasaman (pH)

     permukaan bulan (e) April dan (f) September.

    Partikel tersuspensi (TSS) perairan pada bulan April berkisar 27-54 mg/ldengan rata-rata sebesar 37.26 mg/l (Gambar 11a) sedangkan pada bulan

    September berkisar antara 25-68 mg/l dengan rata-rata sebesar 54.26 mg/l

    (Gambar 11b). Hasil penelitian sebelumnya menjelaskan partikel tersuspensi

    (TSS) perairan Teluk Jakarta berkisar 5-45.2 mg/l (Pemda DKI 1999; Mezuan

    2007; Sutisna 2007 dan Kusuma et al . 2014). Kekeruhan perairan pada bulan

    April berkisar antara 0.49-4.64 NTU dengan rata-rata sebesar 1.04 NTU (Gambar

    11c) sedangkan pada bulan September berkisar berkisar antara 0.52-3.42 NTU

    dengan rata-rata sebesar 1.32 NTU (Gambar 11d). Hasil penelitian sebelumnya

    mengatakan kekeruhan perairan Teluk Jakarta berkisar antara 1.58-85.05 NTU

    (Dahlia 2009; Sutisna 2007 dan Madubun 2008). 

    Secara umum hasil penelitian

    menunjukkan bahwa kontribusi input masukan dari daratan yang dibawa dari

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    36/64

    22

    melalui sungai atau drainase yang masuk ke wilayah dekat daratan sangat

    mempengaruhi kondisi hidro-oseanografi perairan Teluk Jakarta Teluk Jakarta

     baik pada bulan April maupun bulan September terutama suhu, salinitas, derajat

    keasaman (pH) dan partikel tersuspensi (TSS) serta kekeruhan. Kondisi salinitas

    dan derajat keasaman (pH) yang terlihat rendah sedangkan suhu, kekeruhan dan partikel tersuspensi (TSS) yang terlihat tinggi di wilayah dekat daratan

    membuktikan bahwa kondisi hidro-oseanografi perairan Teluk Jakarta baik pada

     bulan April maupun bulan September sebagian sangat besar dipengaruhi oleh

    aktivitas dari daratan. Kondisi derajat keasaman (pH), partikel tersuspensi (TSS)

    dan kekeruhan perairan Teluk Jakarta pada bulan April dan bulan September

    dapat dilihat pada Gambar 11.

    (a) (b)

    (c) (d)

    Gambar 11 Kondisi partikel tersuspensi (TSS) permukan bulan (a) April dan (b)

    September serta kekeruhan permukaan bulan (c) April dan (f)

    September.

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    37/64

    23

    Konsentrasi Logam Berat Terlarut di Perairan Teluk Jakarta pada bulan

    April dan Bulan September 

    Sifat yang membedakan polutan logam berat dibandingakan dengan

     polutan lainya seperti polutan partikel tersuspensi (TSS) dan polutan organikadalah logam berat sulit terdegradasi sedangkan partikel tersuspensi (TSS) dan

    organik mudah untuk didegradasi (Palar 1994). Berdasarkan hasil penelitian yang

    telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat perbedaan pola sirkulasi arus dimana

    kondisi pengambilan sampel yang dilakukan pada bulan April pada saat surut

    dimana arus pasang surut di perairan Teluk Jakarta bergerak dari arah bagian

    Barat teluk menyusuri pantai kemudian keluar melalui bagian Timur teluk

    sedangkan kondisi pengambilan sampel yang dilakukan pada bulan September

     pada saat pasang dimana arus pasang surut bergerak dari arah bagian Timur teluk

    menyusuri pantai kemudian keluar melalui bagian Barat teluk. Perbedaan pola

    sirkulasi arus ini yang menyebabkan perbedaan pola distribusi dan pola

    konsentrasi logam berat terlarut antara bulan April dan bulan September.Pb terlarut perairan pada bulan April berkisar antara 0.001-0.005 mg/l

    dengan rata-rata sebesar 0.001 mg/l (Gambar 12a) sedangkan pada bulan

    September berkisar antara 0.006-0.016 mg/l dengan rata-rata sebesar 0.011 mg/l

    (Gambar 12b). Hasil penelitian sebelumnya menyatakan Pb terlarut perairan

    Teluk Jakarta berkisar 0.001-0.012 mg/l (Arifin et al . 2003; Arifin 2004; Lestari

    dan Edward 2004; Razak 2004; Razak dan Muchtar 2004; Mulyawan 2005;

    Sanusi et al . 2005 dan Kusuma et al . 2014). Pb terlarut pada bulan April di bagian

    Timur berkisar 0.001-0.003 mg/l dengan rata-rata 0.0022 mg/l lebih rendah

    dibandingkan bagian Barat yang berkisar 0.002-0.004 mg/l dengan rata-rata

    0.0028 mg/l dan bagian Tengah yang berkisar 0.002-0.005 mg/l dengan rata-rata

    0.0028 mg/l. Kondisi ini berbeda dengan pola sirkulasi arus yang sebagian besar

     berada saat kondisi menuju surut pada pengambilan sampel pada bulan April yang

     bergerak dari Barat menuju ke Timur sehingga Pb terlarut pada bulan April

    seharusnya terlihat tinggi di bagian Timur teluk. Hal ini karena waktu

     pengambilan sampel pada bulan April terdapat beberapa titik yang sudah ada pada

    kondisi menuju pasang dimana arah arus di teluk bergerak dari Timur menuju ke

    Barat sehingga membuat konsentrasi Pb terlarut pada bulan April terlihat tinggi di

     bagian Barat dan rendah di bagian Timur.

    Kondisi yang sama terlihat pada Pb terlarut pada bulan September dimana

     bagian Timur berkisar 0.006-0.016 mg/l dengan rata-rata 0.0118 mg/l lebih tinggi

    dibandingkan bagian Barat yang berkisar 0.007-0.016 mg/l dengan rata-rata 0.016mg/l dan bagian Tengah yang berkisar 0.008-0.016 mg/l dengan rata-rata 0.0110

    mg/l. Kondisi ini berbeda dengan pola sirkulasi arus pada yang sebagian besar

     berada saat kondisi menuju pasang pada pengambilan sampel pada bulan

    September yang bergerak dari Timur menuju ke Barat Pb terlarut pada bulan

    September seharusnya terlihat tinggi di bagian Barat teluk. Hal ini karena waktu

     pengambilan sampel pada bulan September terdapat beberapa titik yang sudah ada

     pada kondisi menuju surut dimana arah arus di teluk bergerak dari Barat menuju

    ke Timur sehingga membuat konsentrasi Pb terlarut pada bulan September terlihat

    tinggi di bagian Barat dan rendah di bagian Timur. Pb terlarut pada bulan April

    dan September yang terlihat tinggi di wilayah dekat daratan kemudian semakin

    rendah seiring menuju ke laut mengindikasikan sumber dari Pb terlarut berasal

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    38/64

    24

    dari daratan. Pb terlarut pada bulan April dan September di perairan Teluk Jakarta

    dapat dilihat pada Gambar 12.

    (a)  (b)

    Gambar 12 Pb terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta.

    Cd terlarut perairan pada bulan April berkisar antara 0.018-0.026 mg/l

    dengan rata-rata sebesar 0.021 mg/l (Gambar 13a) sedangkan pada bulan

    September berkisar antara 0.001-0.003 mg/l dengan rata-rata sebesar 0.002 mg/l

    (Gambar 13b). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan Cd terlarut perairan

    Teluk Jakarta berkisar 0.018-0.080 mg/l (BAPEDAL 1993; Mulyawan 2005;Sanusi et al . 2005; Sutisna 2007 dan Kusuma et al . 2014). Kondisi berbeda

    ditunjukkan oleh Cd terlarut dimana pada bulan April di bagian Timur berkisar

    0.021-0.023 mg/l dengan rata-rata 0.022 mg/l lebih tinggi dibandingkan bagian

    Barat yang berkisar 0.018-0.025 mg/l dengan rata-rata 0.012 mg/l dan bagian

    Tengah yang berkisar 0.021-0.026 mg/l dengan rata-rata 0.021 mg/l. Kondisi ini

    sesuai dengan pola sirkulasi arus pada yang sebagian besar berada saat kondisi

    menuju surut pada pengambilan sampel pada bulan April yang bergerak dari Barat

    menuju ke Timur sehingga mengakibatkan Cd terlarut pada bulan April terbawa

    arus menuju Timur sehingga konsentrasi menjadi tinggi di bagian Timur teluk.

    Cd terlarut pada bulan September di bagian Barat berkisar 0.001-0.003mg/l dengan rata-rata 0.0224 mg/l lebih tinggi dibandingkan bagian Timur yang

     berkisar 0.002-0.003 mg/l dengan rata-rata 0.0022 mg/l dan bagian Tengah yang

     berkisar 0.002-0.002 mg/l dengan rata-rata 0.0020 mg/l. Kondisi ini juga sesuai

    dengan pola sirkulasi arus pada yang sebagian besar berada saat kondisi menuju

     pasang pada pengambilan sampel pada bulan September dimana arus bergerak

    dari Timur menuju ke Barat sehingga mengakibatkan Cd terlarut pada bulan

    September terbawa arus menuju Barat sehingga konsentrasi menjadi tinggi di

     bagian Barat teluk. Cd terlarut pada bulan April dan September yang terlihat

    konsentrasi hampir sama dari wilayah dekat daratan hingga menuju ke laut

    sehingga tidak terlalu jelas atau untuk mengatakan indikasi sumber dari Cd

    terlarut berasal dari daratan atau dapat dikatakan konsentrasi dari Cd terlarut

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    39/64

    25

    sudah ada memang dari perairan itu sendiri dan mengalami pengenceran (disolusi)

    di wilayah dekat daratan. Cd terlarut pada bulan April dan September di perairan

    Teluk Jakarta dapat dilihat pada Gambar 13.

    (a)  (b)

    Gambar 13 Cd terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta.

    Cu terlarut perairan pada bulan April berkisar antara 0.005-0.007 mg/l

    dengan rata-rata sebesar 0.006 mg/l (Gambar 14a) sedangkan pada bulan

    September berkisar antara 0.001-0.005 mg/l dengan rata-rata sebesar 0.002 mg/l

    (Gambar 14b). Hasil penelitian sebelumnya menjelaskan Cu terlarut perairan

    Teluk Jakarta berkisar 0.001-0.036 mg/l (Ismail dan Wasilun 1986; Arifin et al .2003; Arifin 2004; Razak 2004 dan Kusuma et al . 2014). Cu terlarut pada bulan

    April di bagian Timur berkisar 0.005-0.007 mg/l dengan rata-rata 0.0064 mg/l

    lebih tinggi dibandingkan bagian Barat yang berkisar 0.005-0.007 mg/l dengan

    rata-rata 0.0060 mg/l dan bagian Tengah yang berkisar 0.005-0.007 mg/l dengan

    rata-rata 0.0060 mg/l. Sama seperti Cd terlarut, kondisi Cu terlarut sesuai dengan

     pola sirkulasi arus pada yang sebagian besar berada saat kondisi menuju surut

     pada pengambilan sampel pada bulan April yang bergerak dari Barat menuju ke

    Timur sehingga mengakibatkan Cu terlarut pada bulan April terbawa arus menuju

    Timur sehingga konsentrasi menjadi tinggi di bagian Timur teluk.

    Cu terlarut pada bulan September di bagian Barat berkisar 0.001-0.005

    mg/l dengan rata-rata 0.0028 mg/l lebih tinggi dibandingkan bagian Timur yang berkisar 0.001-0.005 mg/l dengan rata-rata 0.0024 mg/l dan bagian Tengah yang

     berkisar 0.001-0.004 mg/l dengan rata-rata 0.0024 mg/l. Kondisi ini juga sesuai

    dengan pola sirkulasi arus pada yang sebagian besar berada saat kondisi menuju

     pasang pada pengambilan sampel pada bulan September yang bergerak dari Timur

    menuju ke Barat sehingga mengakibatkan Cu terlarut pada bulan September

    terbawa arus menuju Barat sehingga konsentrasi menjadi tinggi di bagian Barat

    teluk. Cu terlarut pada bulan April dan September yang terlihat tinggi di wilayah

    dekat daratan kemudian semakin rendah seiring menuju ke laut mengindikasikan

    sumber dari Cu terlarut juga berasal dari daratan. Cu terlarut pada bulan April dan

    September di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat pada Gambar 14.

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    40/64

    26

    (a)  (b)

    Gambar 14 Cu terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta.

     Ni terlarut perairan pada bulan April berkisar antara 0.111-0.119 mg/l

    dengan rata-rata sebesar 0.011 mg/l (Gambar 15a) sedangkan pada bulan

    September berkisar antara 0.001-0.016 mg/l dengan rata-rata sebesar 0.006 mg/l

    (Gambar 15b). Hasil penelitian sebelumnya mengatakan Ni terlarut perairan Teluk

    Jakarta berkisar 0.001-0.119 mg/l (Arifin et al . 2003; Arifin 2004; Lestari dan

    Edward 2004 dan Kusuma et al . 2014). Ni terlarut pada bulan April di bagian

    Timur berkisar 0.117-0.119 mg/l dengan rata-rata 0.1178 mg/l lebih tinggi

    dibandingkan bagian Barat yang berkisar 0.110-0.119 mg/l dengan rata-rata

    0.1158 mg/l dan bagian Tengah yang berkisar 0.116-0.119 mg/l dengan rata-rata

    0.1172 mg/l. Sama seperti Cd dan Cu terlarut, pola distribusi konsentrasi Ni

    terlarut juga sesuai dengan pola sirkulasi arus pada yang sebagian besar berada

    saat kondisi menuju surut pada pengambilan sampel pada bulan April yang

     bergerak dari Barat menuju ke Timur sehingga mengakibatkan Ni terlarut pada

     bulan April terbawa arus menuju Timur sehingga konsentrasi menjadi tinggi di

     bagian Timur teluk.

     Ni terlarut pada bulan September di bagian Barat berkisar 0.002-0.016

     ppm dengan rata-rata 0.0074 mg/l lebih tinggi dibandingkan bagian Timur yang

     berkisar 0.003-0.013 mg/l dengan rata-rata 0.0064 mg/l dan bagian Tengah yang berkisar 0.001-0.012 mg/l dengan rata-rata 0.0066 mg/l. Kondisi ini juga sesuai

    dengan pola sirkulasi arus pada yang sebagian besar berada saat kondisi menuju

     pasang pada pengambilan sampel pada bulan September yang bergerak dari Timur

    menuju ke Barat sehingga mengakibatkan Ni terlarut pada bulan September

    terbawa arus menuju Barat sehingga konsentrasi menjadi tinggi di bagian Barat

    teluk. Sama seperti Cd terlarut, Ni terlarut pada bulan April dan September yang

    terlihat konsentrasi hampir sama dari wilayah dekat daratan hingga menuju ke laut

    tidak terlalu jelas atau untuk mengatakan indikasi sumber dari Ni terlarut berasal

    dari daratan atau dapat dikatakan konsentrasi dari Ni terlarut sudah ada memang

    di perairan itu sendiri yang mengalami pengenceran (disolusi) di wilayah dekat

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    41/64

    27

    daratan. Ni terlarut pada bulan April dan September di perairan Teluk Jakarta

    dapat dilihat pada Gambar 15.

    (a)  (b)

    Gambar 15 Ni terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta.

    Zn terlarut perairan pada bulan April berkisar antara 0.021-0.026 mg/l

    dengan rata-rata sebesar 0.022 mg/l (Gambar 16a) sedangkan pada bulan

    September berkisar antara 0.003-0.097 mg/l dengan rata-rata sebesar 0.044 mg/l

    (Gambar 16b). Hasil penelitian sebelumnya mengatakan Zn terlarut perairan

    Teluk Jakarta berkisar 0.001-0.097 mg/l (Ismail dan Wasilun 1986; Wiliam et al .

    2000; Arifin et al . 2003; Arifin 2004; Razak 2004; Hamzah dan Setiawan 2010

    dan Kusuma et al . 2014). Zn terlarut pada bulan April di bagian Timur berkisar

    0.022-0.024 mg/l dengan rata-rata 0.0226 mg/l lebih rendah dibandingkan bagian

    Barat yang berkisar 0.021-0.024 mg/l dengan rata-rata 0.0228 mg/l namun lebih

    tinggi dibandingkan bagian Tengah yang berkisar 0.022-0.023 mg/l dengan rata-

    rata 0.0224 mg/l. Sama seperti Pb terlarut, kondisi Zn terlarut ini berbeda dengan

     pola sirkulasi arus pada yang sebagian besar berada saat kondisi menuju surut

     pada pengambilan sampel pada bulan April yang bergerak dari Barat menuju ke

    Timur sehingga Zn terlarut pada bulan April seharusnya terlihat tinggi di bagianTimur teluk. Hal ini karena waktu pengambilan sampel pada bulan April terdapat

     beberapa titik yang sudah ada pada kondisi menuju pasang dimana arah arus di

    teluk bergerak dari Timur menuju ke Barat sehingga membuat konsentrasi Pb

    terlarut pada bulan April terlihat tinggi di bagian Barat dan rendah di bagian

    Timur.

    Kondisi yang sama terlihat pada Zn terlarut pada bulan September dimana

    Timur berkisar 0.008-0.097 mg/l dengan rata-rata 0.047 mg/l lebih tinggi

    dibandingkan bagian Barat yang berkisar 0.011-0.049 mg/l dengan rata-rata 0.036

    mg/l dan bagian Tengah yang berkisar 0.012-0.091 mg/l dengan rata-rata 0.046

    mg/l. Kondisi ini juga berbeda dengan pola sirkulasi arus pada yang sebagian

     besar berada saat kondisi menuju pasang pada pengambilan sampel pada bulan

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    42/64

    28

    September yang bergerak dari Timur menuju ke Barat Zn terlarut pada bulan

    September seharusnya terlihat tinggi di bagian Barat teluk. Hal ini karena waktu

     pengambilan sampel pada bulan September terdapat beberapa titik yang sudah ada

     pada kondisi menuju surut dimana arah arus di teluk bergerak dari Barat menuju

    ke Timur sehingga membuat konsentrasi Zn terlarut pada bulan September terlihattinggi di bagian Barat dan rendah di bagian Timur. Sama seperti Pb dan Cu

    terlarut, Zn terlarut pada bulan April dan September yang terlihat tinggi di

    wilayah dekat daratan kemudian semakin rendah seiring menuju ke laut

    mengindikasikan sumber dari Zn terlarut berasal dari daratan. Zn terlarut pada

     bulan April dan September di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat pada Gambar

    16.

    Gambar 16 Zn terlarut pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta.

    Secara umum sebagaian besar hasil peneletian menunjukkan bahwa pola

    sirkulasi arus pasang surut sangat mempengaruhi pola distribusi logam berat

    terlarut baik pada bulan April maupun September. Pola sirkulasi arus pada saat

    surut yang bergerak dari Barat menuju ke Timur pada saat pengambilan sampel

     bulan April menyebabkan sebagian besar logam berat terlarut terbawa oleh arus

    sehingga terkonsentrasi di bagian Timur teluk sedangkan pola sirkulasi arus pada

    saat pasang yang bergerak dari Timur menuju ke Barat pada saat pengambilansampel bulan September menyebabkan sebagian besar logam berat terlarut

    terbawa arus sehingga terkonsentrasi di bagian Barat Teluk Jakarta.

    Konsentrasi Pb, Cu dan Zn terlarut perairan pada bulan April dan bulan

    September terlihat tinggi di wilayah dekat daratan dan semakin rendah menuju ke

    arah laut namun kondisi sebaliknya terlihat dari profil Cd dan Ni terlarut terlihat

    konsentrasi hampir sama dari wilayah dekat daratan menuju ke arah laut. Hal ini

    diduga bahwa sumber logam berat Pb, Cu dan Zn sebagian besar berasal dari

    daratan sedangkan sumber logam berat Cd dan Ni memang sudah ada dari laut itu

    sendiri yang mengalami pengenceran (disolusi) di wilayah dekat daratan namun

    kondisi logam berat Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn terlarut belum mampu menjelaskan

    secara rinci mengenai sumber dari logam berat di perairan Teluk Jakarta karena

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    43/64

    29

     permukaan laut bersifat dinamis akibat dari kondisi hidro-oseanografi. Variasi

     pola distribusi dari logam berat terlarut baik pada bulan April dan September ini

    karena pengaruh dari hidro-oseanografi perairan. Hal ini membuktikan bahwa

     pola distribusi logam berat Pb, Cd, Cu, Ni dan Zn terlarut sangat dipengaruhi oleh

    kondisi hidro-oseanografi. 

    Hubungan Logam Berat Terlarut dengan Salinitas pada bulan April dan

    bulan September

    Logam berat merupakan merupakan element yang bersifat non-konservatif

    yang dapat dilihat kelimpahan relatifnya dengan cara dihubungkan dengan elemen

    yang bersifat konservatif seperti salinitas (Chester 1990). Salinitas dapat

    digunakan karena tidak dipengaruhi oleh reaksi kimia dan biologi namun lebih

     banyak dikontrol oleh proses percampuran antara massa air sungai dan laut. Pola

    sebaran Pb terlarut dengan salinitas menunjukkan konsentrasi Pb terlarut tinggi di

    dekat daratan dan semakin rendah menuju laut pada bulan April dan bulanSeptember (Gambar 17a). Hasil penelitian sebelumnya menyatakan konsentrasi

    Pb terlarut mengalami peningkatan di wilayah dekat daratan pada salinitas 5-10

     psu namun kemudian mengalami penurunan seiring menuju laut pada kisaran

    salinitas 10-30 psu (Danielsson et al . 1983; Window et al . 1988; Elbaz-Poulichet

    et al . 1991; Benoit et al . 1994; Cenci dan Martin 2004 dan Beayens et al . 2005).

    Kondisi sebaliknya diperlihatkan oleh pola sebran Cd terlarut dimana konsentrasi

    rendah di wilayah dekat daratan dan semakin tinggi menuju laut pada bulan April

    dan bulan September (Gambar 17b). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan

    terdapat pola sebaran logam berat pada umumnya, konsentrasi Cd terlarut

    mengalami penurunan di wilayah dekat daratan pada salinitas 0.5-10 psu namun

    kemudian mengalami peningkatan seiring menuju laut pada kisaran salinitas 10-

    38 psu (Elbaz-Poulichetet al . 1987; Elbaz-Poulichet et al . 1991; Morelyet al . 1991

    dan Hatjeet al . 2003). Pola sebaran Cu terlarut dengan salinitas terlihat

    konsentrasi Cu terlarut tinggi di dekat daratan dan semakin rendah menuju laut

     pada bulan April dan bulan September (Gambar 17c). Hasil penelitian

    sebelumnya menjelaskan konsentrasi Cu terlarut mengalami peningkatan di

    wilayah dekat daratan pada salinitas 5-10 psu namun kemudian mengalami

     penurunan seiring menuju laut pada kisaran salinitas 10-36 psu (Balls 1985;

    Kremling 1985; Ackroyd et al . 1986; Kuwahara et al . 1989; Nimmo et al . 1989

    dan Lastleet 1995). Pola sebaran Ni terlarut sama seperti Cd terlarut dimana

    konsentrasi rendah di wilayah dekat daratan dan semakin tinggi menuju laut pada bulan April dan bulan September (Gambar 17d). Hasil penelitian sebelumnya

    mengatakan konsentrasi Ni terlarut mengalami penurunan di wilayah dekat

    daratan pada salinitas 5-17 psu namun kemudian mengalami peningkatan seiring

    menuju laut pada kisaran salinitas 17-35 psu (Danielsson et al . 1985; Elbaz-

    Poulichet et al . 1991dan Hatje et al . 2003). Pola sebaran Zn terlarut dengan

    salinitas terlihat konsentrasi Zn terlarut tinggi di dekat daratan dan semakin

    rendah menuju laut pada bulan April dan bulan September (Gambar 17e). Hasil

     penelitian sebelumnya menyatakan konsentrasi Zn terlarut mengalami

     peningkatan di wilayah dekat daratan pada salinitas 5-10 psu namun kemudian

    mengalami penurunan seiring menuju laut pada kisaran salinitas 10-30 psu

    (Danielsson et al . 1983; Ackoyd et al . 1986; Window et al . 1988; Kuwahara et

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    44/64

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    45/64

    31

    (c) (d)

    (e)

    Gambar 17 Hubungan (a) Pb, (b) Cd, (c) Cu, (d) Ni dan (e) Zn terlarut dengan

    salinitas permukaan pada bulan April dan bulan September

    Konsentrasi Logam Berat Sedimen di Perairan Teluk Jakarta pada Bulan

    April dan Bulan September

    Sedimen dapat digunakan sebagai suatu indikator pencemaran karena

    menjadi tempat akumulasi logam (Sakellari et al . 2011). Berdasarkan hasil

     penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pola sirkulasi arus rata-rata

     pada bulan April dan bulan September dipengaruhi oleh Musim Timur dimana

    arus bergerak dari Timur menuju ke Barat namun terdapat perbedaan kecepatan pola sirkulasi arus pada bulan April dan bulan September. Hal ini diduga yang

    mempengaruhi pola distribusi logam berat sedimen di Teluk Jakarta. Perbedaan

    kecepatan arus rata-rata dimana pada bulan September lebih tinggi dibandingkan

    dengan kecepatan arus rata-rata pada bulan April juga diduga menyebabkan

     perbedaan besarnya konsentrasi logam berat dalam sedimen antara bulan April

    dan bulan September.

    Pb sedimen perairan pada bulan April berkisar antara 38.62-99.43 mg/kg

    dengan rata-rata sebesar 69.94 mg/kg (Gambar 18a) sedangkan pada bulan

    September berkisar antara 24.86-59.56 mg/kg dengan rata-rata sebesar 38.53

    mg/kg (Gambar 18b). Hasil penelitian sebelumnya mengatakan Pb sedimen

     perairan Teluk Jakarta berkisar 10.9-176.5 mg/kg (Hutagalung 1994; Hutagalung

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    46/64

    32

    1996; Wiliam et al . 2000; Arifin et al. 2003; Arifin 2004; Razak 2004; Muhajir et

    al. 2004; Sutisna 2007; Rochyatun dan Rozak 2007 dan Arifin dan Fadlina 2009,

    Hamzah dan Setiawan 2010; Hosono et al. 2011 dan Kusuma et al . 2014). Pb

    sedimen pada bulan April di bagian Barat yang berkisar 56.61-87.60 mg/kg

    dengan rata-rata 70.46 mg/kg lebih tinggi dibandingkan bagian Timur yang berkisar 38.62-86.48 mg/kg dengan rata-rata 68.21 mg/kg dan bagian Tengah

    yang berkisar 57.38-99.43 mg/kg dengan rata-rata 70.34 mg/kg. Kondisi ini sesuai

    dengan pola sirkulasi arus rata-rata pada bulan April yang sudah dipengaruhi

    Musim Timur dimana arus bergerak dari Timur menuju ke Barat sehingga Pb

    sedimen pada bulan April mengakibatkan logam dalam sedimen terbawa arus

    menuju ke Barat sehingga konsentrasinya menjadi tinggi di bagian Barat teluk.

    Kondisi yang sama terlihat pada Pb sedimen pada bulan September di

     bagian Barat yang berkisar 25.59-59.56 mg/kg dengan rata-rata 40.11 mg/kg lebih

    tinggi dibandingkan bagian Timur yang berkisar 35.41-47.32 mg/kg dengan rata-

    rata 39.97 mg/kg dan bagian Tengah yang berkisar 24.86-56.90 mg/kg dengan

    rata-rata 33.51 mg/kg. Kondisi ini sesuai dengan pola sirkulasi arus rata-rata pada bulan September yang masih dipengaruhi Musim Timur dimana arus bergerak

    dari Timur menuju ke Barat sehingga Pb sedimen pada bulan September

    mengakibatkan logam dalam sedimen terbawa arus menuju ke Barat sehingga

    konsentrasinya menjadi tinggi di bagian Barat teluk. Pola distribusi Pb sedimen

     baik pada bulan April maupun bulan September yang masih dipengaruhi oleh

    Musim Timur pada penelitian ini sama seperti yang dilakukan oleh Muhajir et al. 

    (2004) yang menunjukkan bahwa konsentrasi Pb sedimen pada bulan Juli yang

    dipengaruhi oleh Musim Timur di bagian Barat yang berkisar 16.62-37.88 mg/kg

    dengan rata-rata 23.76 mg/kg lebih tinggi dibandingkan bagian Tengah yang

     berkisar 14.41-25.49 mg/kg dengan rata-rata 18.38 mg/kg dan Timur yang

     berkisar 10.14-19.64 mg/kg dengan rata-rata 14.15 mg/kg di perairan Teluk

    Jakarta. Rochyatun dan Rozak (2007) menambahkan Pb sedimen pada bulan Juni

    yang dipengaruhi oleh Musim Timur di bagian Barat yang berkisar 8.49-31.22

    mg/kg lebih tinggi dibandingkan bagian Timur yang berkisar 4.42-29.43 mg/kg di

     perairan Teluk Jakarta. Konsentrasi Pb sedimen pada bulan April pada penelitian

    ini terlihat lebih tinggi dibandingkan Pb sedimen pada bulan September. Hal ini

    diduga karena kecepatan arus rata-rata pada bulan September yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan kecepatan arus rata-rata pada bulan April menyebabkan

    konsentrasi Pb sedimen pada bulan September lebih rendah dibandingkan bulan

    April. Pb sedimen pada bulan April dan September yang terlihat tinggi di wilayah

    dekat daratan kemudian semakin rendah seiring menuju ke laut mengindikasikansumber dari Pb sedimen berasal dari daratan. Pb sedimen pada bulan April dan

    September di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat pada Gambar 18.

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    47/64

    33

    (a) 

    (b)

    Gambar 18 Pb sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta.

    Cd sedimen perairan pada bulan April berkisar antara 5.96-14.69 mg/kg

    dengan rata-rata sebesar 7.77 mg/kg (Gambar 19a) sedangkan pada bulan

    September berkisar antara 0.32-3.49 mg/kg dengan rata-rata sebesar 1.37 mg/kg

    (Gambar 19b). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan Cd sedimen perairan

    Teluk Jakarta berkisar 0.12-14.69 mg/kg (Hutagalung 1994; Hutagalung 1996;

    Arifin et al. 2003 ; Mulyawan 2005 dan Kusuma et al . 2014). Cd sedimen pada

     bulan April di bagian Barat yang berkisar 6.59-14.69 mg/kg dengan rata-rata 9.60mg/kg lebih tinggi dibandingkan bagian Timur yang berkisar 5.96-6.97 mg/kg

    dengan rata-rata 6.58 mg/kg dan bagian Tengah yang berkisar 6.74-7.96 mg/kg

    dengan rata-rata 7.12 mg/kg. Kondisi ini sesuai dengan pola sirkulasi arus rata-

    rata pada bulan April yang sudah dipengaruhi Musim Timur dimana arus bergerak

    dari Timur menuju ke Barat sehingga Cd sedimen pada bulan April

    mengakibatkan logam dalam sedimen terbawa arus menuju ke Barat sehingga

    konsentrasinya menjadi tinggi di bagian Barat teluk.

    Kondisi yang sama terlihat pada Cd sedimen pada bulan September di

     bagian Barat yang berkisar 0.80-3.49 mg/kg dengan rata-rata 1.81 mg/kg lebih

    tinggi dibandingkan bagian Timur yang berkisar 0.32-2.06 mg/kg dengan rata-rata

    0.89 mg/kg dan bagian Tengah yang berkisar 0.93-2.06 mg/kg dengan rata-rata1.41 mg/kg. Kondisi ini sesuai dengan pola sirkulasi arus rata-rata pada bulan

    September yang masih dipengaruhi Musim Timur dimana arus bergerak dari

    Timur menuju ke Barat sehingga Cd sedimen pada bulan September

    mengakibatkan logam dalam sedimen terbawa arus menuju ke Barat sehingga

    konsentrasinya menjadi tinggi di bagian Barat teluk. Pola distribusi Cd sedimen

     baik pada bulan April maupun bulan September yang masih dipengaruhi oleh

    Musim Timur pada penelitian ini sama seperti yang dilakukan oleh Muhajir et al. 

    (2004) yang menjelaskan bahwa konsentrasi Cd sedimen pada bulan Juli yang

    dipengaruhi oleh Musim Timur di bagian Barat yang berkisar 0.01-0.08 mg/kg

    dengan rata-rata 0.04 mg/kg lebih tinggi dibandingkan bagian Tengah yang

     berkisar 0.01-0.07 mg/kg dengan rata-rata 0.04 mg/kg dan Timur yang berkisar

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    48/64

    34

    0.01-0.06 mg/kg dengan rata-rata 0.03 mg/kg di perairan Teluk Jakarta.

    Konsentrasi Cd sedimen pada bulan April pada penelitian terlihat lebih tinggi

    dibandingkan Cd sedimen pada bulan September. Hal ini diduga karena kecepatan

    arus rata-rata pada bulan September yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    kecepatan arus rata-rata pada bulan April menyebabkan konsentrasi Pb sedimen pada bulan September lebih rendah dibandingkan bulan April. Cd sedimen pada

     bulan April dan September yang terlihat konsentrasi hampir sama dari wilayah

    dekat daratan hingga menuju ke laut sehinga tidak terlalu jelas atau untuk

    mengatakan indikasi sumber dari Cd sedimen berasal dari daratan atau dapat

    dikatakan konsentrasi dari Cd sedimen sudah ada memang dari perairan itu sendiri

    yang mengalami pengenceran (disolusi) sedimen di wilayah dekat daratan. Cd

    sedimen pada bulan April dan September di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat

     pada Gambar 19.

    (a)  (b)

    Gambar 19 Cd sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta.

    Cu sedimen pada bulan April berkisar antara 13.54-71.12 mg/kg dengan

    rata-rata sebesar 30.96 mg/kg (Gambar 20a) sedangkan pada bulan September

     berkisar antara 11.42-67 mg/kg dengan rata-rata sebesar 30.13 mg/kg (Gambar

    20b). Hasil penelitian sebelumnya menyatakan Cu sedimen perairan Teluk Jakarta

     berkisar 7.2-186.8 mg/kg (Hutagalung 1994; Hutagalung 1996; Arifin et al. 2003;

    Arifin dan Fadlina 2009, Hamzah dan Setiawan 2010; Hosono et al. 2011 dan

    Kusuma et al . 2014). Kondisi Cu sedimen tidak terlihat sama dengan Pb dan Cd

    sedimen dimana Cu sedimen pada bulan April di bagian Timur yang berkisar

    27.29-48.78 mg/kg dengan rata-rata 37.51 mg/kg lebih tinggi dibandingkan

     bagian Barat yang berkisar 13.54-71.12 mg/kg dengan rata-rata 31.75 mg/kg dan

     bagian Tengah yang berkisar 17.69-31.44 mg/kg dengan rata-rata 23.60 mg/kg.

    Kondisi ini tidak sesuai dengan pola sirkulasi arus rata-rata pada bulan April yang

    sudah dipengaruhi Musim Timur dimana arus bergerak dari Timur menuju ke

    Barat dimana seharusnya Cu sedimen pada bulan April mengakibatkan logam

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    49/64

    35

    dalam sedimen terbawa arus menuju ke Barat sehingga seharusnya terkonsentrasi

    di bagian Barat teluk.

    Kondisi yang sama terlihat pada Cu sedimen pada bulan September di

     bagian Timur yang berkisar 30.37-67 mg/kg dengan rata-rata 44.55 mg/kg lebih

    tinggi dibandingkan bagian Barat yang berkisar 11.42-40.17 mg/kg dengan rata-rata 26.48 mg/kg dan bagian Tengah yang berkisar 14.28-57.53 mg/kg dengan

    rata-rata 28.36 mg/kg. Kondisi ini tidak sesuai dengan pola sirkulasi arus rata-rata

     pada bulan April yang sudah dipengaruhi Musim Timur dimana arus bergerak dari

    Timur menuju ke Barat dimana seharusnya Cu sedimen pada bulan April

    mengakibatkan logam dalam sedimen terbawa arus menuju ke Barat sehingga

    seharusnya terkonsentrasi di bagian Barat teluk. Kondisi pola distribusi Cu

    sedimen pada bulan April dan September yang terlihat berbeda dengan pola arus

    rata-rata bulanan disebabkan karena pengambilan sedimen hanya dilakukan sesaat

     pada bulan April mapun bulan September. Pola distribusi Cu sedimen baik pada

     bulan April maupun bulan September yang masih dipengaruhi oleh Musim Timur

     pada penelitian ini berbeda seperti yang dilakukan oleh Muhajir et al. (2004) yangmenunjukkan bahwa konsentrasi Cu sedimen pada bulan Juli yang dipengaruhi

    oleh Musim Timur di bagian Barat yang berkisar 12.40-26.88 mg/kg dengan rata-

    rata 19.02 mg/kg lebih tinggi dibandingkan bagian Tengah yang berkisar 9.75-

    25.18 mg/kg dengan rata-rata 16.68 mg/kg dan Timur yang berkisar 5.60-31.88

    mg/kg dengan rata-rata 15.34 mg/kg di perairan Teluk Jakarta. Rochyatun dan

    Rozak (2007) menambahkan Cu sedimen pada bulan Juni yang dipengaruhi oleh

    Musim Timur di bagian Barat yang berkisar 15.81-193.75 mg/kg lebih tinggi

    dibandingkan bagian Timur yang berkisar 7.46-44.94 mg/kg di perairan Teluk

    Jakarta. Konsentrasi Cu sedimen pada bulan April pada penelitian ini terlihat lebih

    tinggi dibandingkan Cu sedimen pada bulan September. Hal ini diduga karena

    kecepatan arus rata-rata pada bulan September yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan kecepatan arus rata-rata pada bulan April menyebabkan konsentrasi Cu

    sedimen pada bulan September lebih rendah dibandingkan bulan April. Cu

    sedimen pada bulan April dan September yang terlihat tinggi di wilayah dekat

    daratan kemudian semakin rendah seiring menuju ke laut mengindikasikan

    sumber dari Cu sedimen berasal dari daratan. Cu sedimen pada bulan April dan

    September di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat pada Gambar 20.

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    50/64

    36

    (a)  (b)

    Gambar 20 Cu sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta.

     Ni sedimen perairan pada bulan April berkisar antara 33.18-49.39 mg/kg

    dengan rata-rata sebesar 43.31 mg/kg (Gambar 21a) sedangkan pada bulan

    September berkisar antara 19.80-39.85 mg/kg dengan rata-rata sebesar 26.72

    mg/kg (Gambar 21b). Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan Ni sedimen

     perairan Teluk Jakarta berkisar 2.94-49.39 mg/kg (Hutagalung 1996; Muhajir et

    al. 2004; Rochyatun dan Rozak 2007 dan Kusuma et al . 2014). Ni sedimen pada

     bulan April di bagian Barat yang berkisar 33.81-48.65 mg/kg dengan rata-rata43.53 mg/kg lebih tinggi dibandingkan bagian Timur yang berkisar 42.39-49.39

    mg/kg dengan rata-rata 43.01 mg/kg dan bagian Tengah yang berkisar 33.18-

    44.97 mg/kg dengan rata-rata 41.96 mg/kg. Kondisi ini sesuai dengan pola

    sirkulasi arus rata-rata pada bulan April yang sudah dipengaruhi Musim Timur

    dimana arus bergerak dari Timur menuju ke Barat sehingga Ni sedimen pada

     bulan April mengakibatkan logam dalam sedimen terbawa arus menuju ke Barat

    sehingga konsentrasinya menjadi tinggi di bagian Barat teluk.

    Kondisi yang sama terlihat pada Ni sedimen pada bulan September di

     bagian Barat yang berkisar 19.80-35.63 mg/kg dengan rata-rata 28.03 mg/kg lebih

    tinggi dibandingkan bagian Timur yang berkisar 22.24-33.95 mg/kg dengan rata-

    rata 25.93 mg/kg dan bagian Tengah yang berkisar 22.97-39.85 mg/kg denganrata-rata 27.62 mg/kg. Kondisi ini sesuai dengan pola sirkulasi arus rata-rata pada

     bulan September yang masih dipengaruhi Musim Timur dimana arus bergerak

    dari Timur menuju ke Barat sehingga Ni sedimen pada bulan September

    mengakibatkan logam dalam sedimen terbawa arus menuju ke Barat sehingga

    konsentrasinya menjadi tinggi di bagian Barat teluk. Pola distribusi Ni sedimen

     baik pada bulan April maupun bulan September yang masih dipengaruhi oleh

    Musim Timur pada penelitian ini sama seperti yang dilakukan oleh Rochyatun

    dan Rozak (2007) yang mengatakan bahwa konsentrasi Ni sedimen pada bulan

    Juni yang dipengaruhi oleh Musim Timur di bagian Barat yang berkisar 5.95-

    35.38 mg/kg bagian Timur yang berkisar 8.25-14.18 mg/kg di perairan Teluk

    Jakarta. Konsentrasi Ni sedimen pada bulan April terlihat lebih tinggi dan lebih

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    51/64

    37

     jelas dibandingkan Ni sedimen pada bulan September. Hal ini diduga karena

    kecepatan arus rata-rata pada bulan September yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan kecepatan arus rata-rata pada bulan April menyebabkan konsentrasi Ni

    sedimen pada bulan September lebih rendah dibandingkan bulan April. Ni

    sedimen pada bulan April dan September yang terlihat konsentrasi hampir samadari wilayah dekat daratan hingga menuju ke laut sehingga tidak terlalu jelas atau

    untuk mengatakan indikasi sumber dari Ni sedimen berasal dari daratan atau dapat

    dikatakan konsentrasi dari Ni sedimen sudah ada memang dari perairan itu sendiri

    yang mengalami pengenceran (disolusi) sedimen di wilayah dekat daratan. Ni

    sedimen pada bulan April dan September di perairan Teluk Jakarta dapat dilihat

     pada Gambar 21.

    (a) 

    (b)

    Gambar 21 Ni sedimen pada (a) bulan April dan (b) bulan September di perairan

    Teluk Jakarta.

    Zn sedimen perairan pada bulan April berkisar antara 42.8-257.61 mg/kg

    dengan rata-rata sebesar 130.70 mg/kg (Gambar 22a) sedangkan pada bulan

    September berkisar antara 26.14-241.01 mg/kg dengan rata-rata sebesar 109.01

    mg/kg (Gambar 22b). Hasil penelitian sebelumnya menjelaskan Zn sedimen

     perairan Teluk Jakarta berkisar 26.14-533.5 mg/kg (Arifin et al. 2003; Razak

    2004; Rochyatun dan Rozak 2007, Hamzah dan Setiawan 2010; Hosono et al.

    2011 dan Kusuma et al . 2014). Kondisi Zn sedimen terlihat sama dengan Cu

    sedimen dimana Zn sedimen pada bulan April di bagian Timur yang berkisar

    117.12-257.61 mg/kg dengan rata-rata 168.09 mg/kg lebih tinggi dibandingkan

     bagian Barat yang berkisar 42.80-111.87 mg/kg dengan rata-rata 107.88 mg/kg

    dan bagian Tengah yang berkisar 77.77-165.34 mg/kg dengan rata-rata 116.132

    mg/kg. Kondisi ini tidak sesuai dengan pola sirkulasi arus rata-rata pada bulan

    April yang sudah dipengaruhi Musim Timur dimana arus bergerak dari Timur

    menuju ke Barat dimana seharusnya Zn sedimen pada bulan April mengakibatkan

    logam dalam sedimen terbawa arus menuju ke Barat sehingga seharusnya

    terkonsentrasi di bagian Barat teluk.

  • 8/16/2019 Variabilitas Senyawa Logam Berat

    52/64

    38

    Kondisi yang sama terlihat pada Zn sedimen pada bulan September di

     bagian Timur yang berkisar 84.13-241.01 mg/kg dengan rata-rata 148.22 mg/kg

    lebih tinggi dibandingkan bagian Barat yang berkisar 37.84-236.20 mg/kg dengan

    rata-rata 100.95 mg/kg dan bagian Tengah yang berkisar 26.14-116.62 mg/kg

    dengan rata-r