makalah kurikulum kbk vs kurukulum ktsp
TRANSCRIPT
PENGARUH PERUBAHAN KURIKULM 2004 ( KBK ) KE KURIKULUM 2006 ( KTSP ) YANG RELATIF SINGKAT TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN
Makalah
Diajukan sebagai tugas akhir mata kuliah umum Bahasa Indonesia
MARILA EDISONNPM 08040154
KELAS ENG/08/E
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRISSTKIP PGRI SUMBAR
2011
1
2
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah
kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu tertentu kurikulum
selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar. Namun perubahan kurikulum tersebut jika dikaji
dari segi proses pelaksanaannya, saat sekarang ini sangatlah tidak efisien. Dapat dilihat dari
ketidaksiapan guru dalam mengaplikasikan sebuah kurikulum baru yang datang.
Dapat diambil pengertian, bahwa tujuan dari kurikulum tersebut adalah untuk
membuat kualitas pendidikan menjadi lebih baik dari sebelumnya, akan tetapi hendaknya
factor-faktor yang menyangkut dengan kurikulum seperti, guru dan murid harus lah
diperhatikan. Dari fenomena yang dapat dilihat di lingkungan sekolah, dari perubahan
kurikulum yang relative singkat tersebut, baik guru maupun murid mengalami kesulitan
dalam mengaplikasikan kurikulum yang baru yang menuntut banyak perubahan, sedangkan
kurikulum sebelumnya belum dapat dilaksanakan dengan baik.
Pada dasarnya, penggantian kurikulum biasanya dilakukan sekitar 10 tahun dari masa
berlakunya, kurikulum 1975 telah digunakan selama sembilan tahun ketika diganti dengan
kurikulum 1984. Kurikulum 1984 telah digunakan selama sepuluh tahun ketika diganti
dengan kurikulum 1994. Kurikulum 1994 telah digunakan selama sepuluh tahun ketika
diganti dengan kurikulum KBK atau kurikulum 2004, namun menimbulkan suatu
3
pertanyaan, ketika KBK yang baru digunakan selama dua tahun yang menurut ketentuannya
baru dapat diganti pada tahun 2014 tiba-tiba diganti dengan kurikulum KTSP, kenapa?.
Berdasarkan persoalan di atas, penulis perlu untuk mencoba melakukan sebuah
bahasan tentang permasalahan kurikulum yang ada di Indonesia, dan penulis mencoba untuk
membahas apa sebenarnya penyebab permasalahan tersebut dan mencoba mencari tahu
pengaruh perubahan kurikulum yang relatif singkat terhadap dunia pendidikan di Indonesia.
Dalam hal ini penulis memilih judul “pengaruh perubahan kurikulum yang relatif singkat
terhadap dunia pendidikan di Indonesia.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penyebab bertukarnya kurikulum 2004 (KBK) -2006 (KTSP) dalam
waktu yang relatif singkat?
2. Bagaimanakah pengaruh perubahan kurikulum 2004 (KBK) -2006 (KTSP) yang
relatif cepat terhadap dunia pendidikan?
C. Tujuan Penulisan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan penulisan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan penyebab bertukarnya kurikulum 2004 (KBK) -2006 (KTSP) dalam
waktu yang relatif singkat?
2. Mendeskripsikan perubahan kurikulum 2004 (KBK) -2006 (KTSP) yang relatif cepat
terhadap dunia pendidikan.
4
D. Manfaat Penulisan.
Berdasarkan tujuan penulisan diatas maka diharapakan makalah ini dapat bermanfaat
bagi;
1. Mahasiswa
Dapat membantu mahasiswa khususnya jurusan pendidikan bahasa inggris STKIP-
PGRI Padang dalam memahami perubahan kurikulum dan dapat mengaplikasikan
kurikulum yang ada dengan baik saat menjadi guru.
2. Masyarakat
Memberikan informasi yang bermanfaat tentang kurikulum dan perubahannya yang
ada di Indonesia dan pengaruh perubahan kurikulum tersebut, bagi masyarakat pada
umumnya
3. Pembaca
Dapat menambah pengetahuan pembaca tentang kurikulum dan dapat menjadi
sumber informasi jika mencari informasi tentang kurikulum yang ada di Indonesia.
4. Penulis
Untuk menambah pengetahuan bagi penulis tentang kurikulum dan perubahannya.
5
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kurikulum
Berdasarkan pengertian kurikulum Tim PEKERTI-AA PPSP LPP Universitas Sebelas
Maret menyatakan “ Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”
(2007:8).
Senada dengan Tim PEKERTI-AA PPSP LPP Universitas Sebelas Maret, Print
menjelaskan “curriculum is defined as all the planned learning opportunities offered to
learners bt the educational institution and the experiences learners encounter when the
curriculum is implemented” (1988:4). Dalam penjelasannya Print menjelaskan bahwa
kurikulum merupakan sebuah kesempatan dan tawaran bagi para peserta didik yang
ditawarkan oleh institusi pendidikan dan dari pengalaman peserta didik sebelumnya saat
kurikulum tersebut di implementasikan.
Skillbeck (1984) dalam Murray Print mengatakan bahwa “curriculum will be used to
refer to the learning experiences of students, in so far as they are expressed on anticipated in
goal and objectives, plans and design for learning and the implementation of these plans and
design in school environments”. Dalam hal ini Skillbeck menyatakan bahwa kurikulum
digunakan untuk acuan pengalaman pembelajaran siswa, dalam hal ini di perlihatkan dalam
pembentukan tujuan, rencana, dan rancangan untuk pembelajaran dan pengimplementasian
dari rencana-rencana tersebut dan rancangan dalam lingkungan sekolah.
6
Eisner (1979) dalam Murray Print setuju bahwa “the curriculum of a school, or a
classroom can be conceived of as series of planned events that are intended to have
educational consequences for one ore more students”. Eisner menjelaskan bahwa Kurikulum
dari sebuah sekolah, pembelajaran, kegiatan kelas dapat dipahami sebagai sebuah bagian-
bagian dari rancangan kegiatan yang dimaksudkan sebagai akibat dari pendidikan bagi satu
atau lebih dari siswa.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum adalah
sebuah rancangan rencana pendidikan yang akan dijalani oleh peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh institusi tertentu.
B. Elemen-Elemen dalam Kurikulum
Print menjelaskan bahwa “A curriculum not only content and a detail statement of
curriculum intent (aim, goals, objectives) but also the other curriculum elements including
detail learning activities and evaluation procedures” (1988:3). Dalam penjelasannya tentang
elemen-element yang terdapat dalam kurikulm, Murray Print menjelaskan bahwa didalam
kurikulum terdapat beberapa element yaitu.
1. Tujuan kurikulum.
2. Aktivitas pembelajaran.
3. Prosedur evaluasi.
Sebuah artikel yang berjudul Curriculum Terms and Concepts menguatkan bahwa
“the element of curriculum that are :
1. Aim2. Rationale3. Goals and objectives 4. Audience and pre-requisites 5. subject-matter6. Instructional plan
7
7. Materials 8. Assessment and Evaluation
Artikel diatas menjelaskan bahwa dalam sebuah kurikulum terdapat beberapa element yahg
harus diperhatikan yaitu, 1) Tujuan. 2) Subyek-Peserta Didik. 3) Tujuan. 4) Peserta Didik. 5)
Pokok Persoalan. 6) Rancangan Perencanaan 7) Materi. 8) Penilaian.
Berdasarkan pendapar para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa,
Elemen-elemenr kurikulum terdiri dari.
1. Tujuan kurikulum
2. Aktivitas pembelajaran
3. Mareti pembelajaran
4. Peserta didik
5. Penilaian
C. Fungsi dan Peranan Kurikulum
1. Fungsi Kurikulum
Apa sebenarnya fungsi kurikulum bagi guru, siswa, kepala sekolah/pengawas, orang
tua, dan masyarakat? Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau
acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai
pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu
berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi
masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat
8
enam fungsi kurikulum sebagai berikut: (a) fungsi penyesuaian, (b) fungsi integrasi, (c)
fungsi diferensiasi, (d) fungsi persiapan, (e) fungsi pemilihan, dan (f) fungsi diagnostik.
a. Fungsi Penyesuaian.
Fungsi Penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu
mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan
bersifat dinamis. Karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
b. Fungsi Integrasi.
Fungsi Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus
memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan
masyarakatnya.
c. Fungsi Diferensiasi.
Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.
Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis, yang harus
dihargai dan dilayani dengan baik.
d. Fungsi Persiapan.
Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
9
berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk
dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat
melanjutkan pendidikannya.
e. Fungsi Pemilihan.
Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-
program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini
sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya
perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut
untuk memilih apa yang sesuai dengan minat
dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu
disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.
f. Fungsi Diagnostik
Fungsi Diagnosti mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan
menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Jika siswa sudah
mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada
dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang
dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
2. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang
sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan
10
yang dinilai sangat penting, yaitu: (a) peranan konservatif, (2) peranan kreatif, dan (3)
peranan kritis/evaluatif (Oemar Hamalik, 1990).
a. Peranan Konservatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk mentransmisikan
nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini
kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan demikian, peranan
konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa
lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan
bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah satu tugas
pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-
nilai sosial yang hidup di lingkungan masyarakatnya.
b. Peranan Kreatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan
sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus
mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua
potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan- pengetahuan baru,
kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam
kehidupannya.
c. Peranan Kritis dan Evaluatif.
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya
yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan
nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang
11
terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa
sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada
atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki
peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang
akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau
penyempurnaan-penyempurnaan. Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus
berjalan secara seimbang dan harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika
tidak, akan terjadi ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum
persekolahan menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum
tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan,
di antaranya guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat.
Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait tersebut idealnya dapat memahami betul
apa yang menjadi tujuan dan isi dari kurikulum yang diterapkan sesuai dengan bidang
tugas masing-masing.
D. Kurikulum di Indonesia.
1. Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam
bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular dibandingkan dengan
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan
12
Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum
1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
ditambah garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan
pikiran. Hal yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata
pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-
1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung
Pinang, Riau. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964
atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
3. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila
sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
13
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata
pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja
yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
4. Kurikulum1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur
Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci
lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin
sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum
1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta —
sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok
14
secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami
banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah
kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas
lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak
lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan
dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu
berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan
kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994
menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti
kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah
materi.
7. Kurikulum 2004
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi
apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan
alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih
berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu
lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar
15
pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru diujicobakan, di sejumlah sekolah kota-
kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya
tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang
diinginkan pembuat kurikulum. (sumber: depdiknas.go.id)
8. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target
kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan
dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan
kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi
siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan kerangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap
mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan
sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi
dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
16
E. Pengertian Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran anak didik agar memperoleh suatu ilmu
pengetahuan yang memadai dan berorientasi pada pengembangan anak didik dalam rangka
memelihara dan meningkatkan martabat manusia dan budaya demi memuliakan Tuhan.
Pendidikan dilaksanakan sesuai dengan perkembangan anak. Kecepatan perkembangan
masing-masing tidak selalu sama. Sehingga dalam hal ini tidak lepas dari perhatian pendidik.
Pendidikan memberi perhatian kepada kemampuan masing-masing anak didik. Anak didik
kita tidak sama dalam kemampuannya. Oleh karena itu pendidikan hendaknya melayani
kebutuhan anak-anak yang begitu bervariasi.
F. Tujuan Pendidikan.
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah untuk membantu generasi muda menjadi
manusia yang utuh dan pandai dalam pengetahuan, bermoral, berbudi luhur, peka terhadap
orang lain, beriman pada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu tujuan pendidikan tidak
hanya menekankan pada segi pengetahuan saja (Kognitif) tetapi harus juga menekankan segi
emosi, rohani, hidup bersama dan lain-lain. Pendidikan yang hanya menekankan segi
pengetahuan akan mengakibatkan anak didik tidak bisa berkembang menjadi manusia utuh.
Akibatnya nanti bisa terjadi suatu tindakan yang tidak baik seperti tawuran, perang, ketidak
adilan, menyontek dan lain-lain.
17
BAB IIIPEMBAHASAN
A. Penyebab Bertukarnya Kurikulum 2004 (KBK) - 2006 (KTSP) Dalam Waktu Yang Relatif Singkat.
Kurikulum merupakan komponen sistem pendidikan yang paling rentan terhadap
perubahan. Paling tidak ada tiga faktor yang membuat kurikulum harus selalu dirubah atau
diperbaharui. Pertama, karena adanya perubahan filosofi tentang manusia dan pendidikan,
khususnya mengenai hakikat kebutuhan peserta didik terhadap pendidikan/pembelajaran.
Kedua, cara karena cepatnya perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga subject matter
yang harus disampaikan kepada peserta didik pun semakin banyak dan beragam. Ketiga,
adanya perubahan masyarakat, baik secara sosial, politik, ekonomi, mau pun daya dukung
lingkungan alam, baik pada tingkat lokal maupun global. Karena adanya faktor-faktor
tersebut, maka salah satu kriteria baik buruknya sebuah kurikulum bisa dilihat pada
fleksibilitas dan adaptabilitasnya terhadap perubahan. Selain itu juga dilihat dari segi
kemampuan mengakomodasikan isu-isu atau muatan lokal dan isu-isu global. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa pendidikan harus mampu mengantarkan peserta didik
untuk hidup pada zaman mereka, serta memiliki wawasan global dan mampu berbuat sesuai
dengan kebutuhan lokal. Untuk dapat menuju pada karakteristik kurikulum ideal tersebut
maka proses penyusunan kurikulum tidak lagi selayaknya dilakukan oleh negara dan
diberlakukan bagi seluruh satuan pendidikan tanpa melihat kondisi internal dan
lingkungannya. Kurikulum hendaknya disusun dari bawah (bottom up) oleh setiap satuan
pendidikan bersama dengan stakeholder masing-masing. Berdasarkan pemikiran di atas,
maka pemerintah dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
18
Nasional menegaskan kurikulum nasional bukan lagi bersifat seragam, namun merupakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam proses penyusunannya satuan
pendidikan diberi ruang untuk menyesuaikan kurikulum dengan kondisi sekolah, lingkungan
alam dan sosial ekonomi masysrakat, dan karakteristik peserta didik.
Tabel Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006
ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
1. Landasan Hukum
Tap MPR/GBHN Tahun 1999-2004
UU No. 20/1999 – Pemerintah-an Daerah
UU Sisdiknas No 2/1989 kemudian diganti dengan UU No. 20/2003
PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan
UU No. 20/2003 – Sisdiknas
PP No. 19/2005 – SPN
Permendiknas No. 22/2006 – Standar Isi
Permendiknas No. 23/2006 – Standar Kompetensi Lulusan
2. Implementasi /
PelaksanaanKurikulum
Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI
Keputusan Dirjen Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004.
Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003, dan No. 1247a/ C4/MN/2003 Tahun 2003.
Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang SKL
3. Ideologi Pendidik-
Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang
Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang
19
an yang Dianut cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
4. Sifat (1) Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan
Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.
5. Sifat (2) Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan Puskur)
Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP
6. Pendekatan Berbasis Kompetensi
Terdiri atas : SK, KD, MP dan Indikator Pencapaian
Berbasis Kompetensi
Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru
7. Struktur Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999)
Ada perubahan nama mata pelajaran
Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)
Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang sekolah
Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD)
Ada perubahan nama mata pelajaran
KN dan IPS di SD dipisah lagi
Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran
20
8. Beban Belajar Jumlah Jam/minggu :
SD/MI = 26-32/minggu
SMP/MTs = 32/minggu
SMA/SMK = 38-39/minggu
Lama belajar per 1 JP:
SD = 35 menit
SMP = 40 menit
SMA/MA = 45 menit
Jumlah Jam/minggu :
SD/MI 1-3 = 27/minggu
SD/MI 4-6 = 32/minggu
SMP/MTs = 32/minggu
SMA/MA= 38-39/minggu
Lama belajar per 1 JP:
SD/MI = 35 menit
SMP/MTs = 40 menit
SMA/MA = 45 menit
9. Pengembangan
Kurikulum lebih lanjut
Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.
Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Pembelajaran
Semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP.
Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP
Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
10. Prinsip
Pengembangan Kurikulum
1. Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai Budaya
2. Penguatan Integritas Nasional
3. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
4. Kesamaan Memperoleh Kesempatan
5. Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
2. Beragam dan terpadu
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Menyeluruh dan berkesinam-bungan
21
6. Pengembangan Kecakapan Hidup
7. Belajar Sepanjang Hayat
8. Berpusat pada Anak
9. Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
6. Belajar sepanjang hayat
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
11. Prinsip
PelaksanaanKurikulum
Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum
1. Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
1. Menegakkan lima pilar belajar:
1. belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2. belajar untuk memahami dan menghayati,
3. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
4. belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
5. belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-jaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan.
3. Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan,
22
dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
1. Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling meneri-ma dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada
5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
7. Diselenggarakan dalam kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
12. Pedoman
Pelaksanaan Kurikulum
1. Bahasa Pengantar
2. Intrakurikuler
Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti pada Kurikulum 2004.
23
3. Ekstrakurikuler
4. Remedial, pengayaan, akselerasi
5. Bimbingan & Konseling
6. Nilai-nilai Pancasila
7. Budi Pekerti
8. Tenaga Kependidikan
9. Sumber dan Sarana Belajar
10. Tahap Pelaksanaan
11. Pengembangan Silabus
12. Pengelolaan Kurikulum
Menurut Anan Z. A (2008:20) Penyebab berubahnya kurikulum 2004 (KBK) ke Kurikulum
KTSP adalah Penyempurnaan KBK menjadi KTSP disebabkan KBK tidak menunjukkan
hasil yang signifikan karena berbagai faktor:
(1) konsep KBK belum dipahami secara benar oleh guru. (2) draft kurikulum yang terus-menerus
mengalami perubahan. (3) belum adanya panduan strategi pembelajaran yang mumpuni (mayoritas
masih berbasis materi), yang bisa dipakai pegangan guru ketika akan menjalankan tugas instruksional
bagi siswanya. Dengan demikian KTSP sebenarnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah
dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2004, hanya telah mengalami penyempurnaan dengan tujuan agar
kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam KBK bias ditanggulangi, baik pada tataran
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
B. Pengaruh Perubahan Kurikulum 2004 (KBK) -2006 (KTSP) Yang Relatif Singkat
Terhadap Dunia Pendidikan.
24
Pengaruh perubahan kurikulum KBK (2004) ke KTSP (2006) terhadap dunia pendidikan
dapat dirasakan oleh dua elemen pendidikan.
1. Guru
Guru mengalami kesulitan dalam mengikuti aturan pembelajaran dalam kurikulum
KTSP, Karena sebelumnya pada kurikulum KBK pun guru mengalami kesulitan
dalam pengaplikasian metode pembelajaran di dalam kelas.
2. Siswa
Sama halnya dengan guru yang kesulitan dalam pengaplikasian kurikulum yang baru,
siswa pun kesulitan untuk mengikuti metode pembelajaran yang tidak biasa mereka
jalani. Terdapat keraguan pada siswa dalam proses belajar.
BAB IVPENUTUP
25
A. Simpulan.
(2) Penyebab berubahnya kurikulum 2004 (KBK) ke Kurikulum KTSP adalah
Penyempurnaan KBK menjadi KTSP disebabkan KBK tidak menunjukkan hasil yang
signifikan karena berbagai faktor:
1. Konsep KBK belum dipahami secara benar oleh guru.
2. Draft kurikulum yang terus-menerus mengalami perubahan.
3. Belum adanya panduan strategi pembelajaran yang mumpuni
(mayoritas masih berbasis materi), yang bisa dipakai pegangan guru ketika akan
menjalankan tugas instruksional bagi siswanya.
Dengan demikian KTSP sebenarnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang
telah dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2004, hanya telah mengalami
penyempurnaan dengan tujuan agar kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam
KBK bias ditanggulangi, baik pada tataran perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
6. Dampak perubahan kurikulum KBK ke KTSP
1. Guru
Guru mengalami kesulitan dalam mengikuti aturan pembelajaran dalam
kurikulum KTSP, Karena sebelumnya pada kurikulum KBK pun guru mengalami
kesulitan dalam pengaplikasian metode pembelajaran di dalam kelas.
2. Siswa
26
Sama halnya dengan guru yang kesulitan dalam pengaplikasian kurikulum yang
baru, siswa pun kesulitan untuk mengikuti metode pembelajaran yang tidak biasa
mereka jalani. Terdapat keraguan pada siswa dalam proses belajar.
B. Saran.
Agar tercapai tujuan pendidikan di Indonesia secara merata dan supaya mutu pendidikan di
negara kita bisa lebih baik dari tahun sebelumnya sekiranya perlu diadakan pembenahan
beberapa hal antara lain :
1. Ditinjau kembali isi dan tujuan dari kurikulum yang saat ini digunakan di dunia
pendidikan.
2. Ditingkatkan lagi ketrampilan dalam penggunaan komputer dan internet bagi guru dan
siswa pada masing-masing tingkat satuan pendidikan.
3. Lebih ditingkatkan peran aktif dan tanggung jawab pemerhati sekolah disetiap satuan
pendidikan.
Dengan memperhatikan hal-hal diatas, Insya Allah mutu pendidikan di Indonesia bisa
bersaing dengan negara-negara lain.
KEPUSTAKAAN
27
Print, murray. 1987. Curriculum Development And Design. Australia : The Berne Convention.
Ruang Pikir. 2009 . “Kisah Ringkas Kurikulum Pendidikan di Indonesia”. Artikel. 27 Januari 2009. ( http://ruangpikir.multiply.com/journal/item/17 ). Diunduh tanggal 1 Januari 2011.
Cempluk. 2008. “Kurikulum Pendidikan di Indonesia”. Artikel. 27 Maret 2008. (http://andibagus.blogspot.com/2008/03/kurikulum-pendidikan-di-indonesia.html ) . Diunduh tanggal 1 Januari 2011.
Abuhaydar. 2007. “Sejarah Kurikulum Indonesia”. Artikel. 20 November 2007. (http://abinissa.wordpress.com/2007/11/20/sejarah-kurikulum-indonesia) . Diunduh tanggal 1 Januari 2011.
Dedi dwitagama. 2008. “Tentang Kurikulum Indonesia”. Artikel. 24 Maret 2008. (http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/03/24/tentang-kurikulum-indonesia ) . Diunduh tanggal 1 Januari 2011.
Saleh, Abdul Rahman . 2010. “KTSP: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”. Artikel. April 2010. (http://www.abdulrahmansaleh.com/2010/04/ktsp-kurikulum-tingkat-satuan.html ) . Diunduh tanggal 1 Januari 2011
Sukorini, Indriati. 2009. “Dampak Perubahan Kurikulum Pendidikan Terhadap Mutu Pendidikan di Indonesia”. Artikel. 16 Maret 2009. (http://indriatisukorini.wordpress.com/2009/03/16/indryktp08-6 ). Diunduh tanggal 1 Januari 2011
Rijono. 2008. “Kurikulum 2004 (KBK) & Kurikulum 2006 (KTSP) Memang Berbeda
Secara Signifikan ”. Artikel. 28 Februari 2008. (
http://rijono.wordpress.com/2008/02/28/kurikulum-2004-kbk-kurikulum-2006-ktsp-
memang-berbeda-secara-signifikan ). Diunduh tanggal 1 Januari 2011.
Anan. 2008. “Perbedaan KBK 2004 dengan KTSP”. Artikel. 27 Mei 2008. (
http://sertifikasiprofesi.blogspot.com/2008/05/perbedaan-kbk-2004-dengan-ktsp.html ).
Diunduh tanggal 1 Januari 2011.
28