makalah hasil penelitian

20
MAKALAH HASIL PENELITIAN NASKAH-NASKAH TAUHID DI INDONESIA BAGIAN BARAT (SUMATERA BARAT) Oleh: Syarif A. Pendahuluan Naskah (manuskrip) merupakan kekayaan peninggalan tertulis yang memuat berbagai informasi mengenai kehidupan masyarakat masa silam, naskah juga memberikan gambaran mengenai kehidupan intelektual dan spiritual mereka. Menurut Baried, naskah adalah hasil tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau. 1 Naskah-naskah kuno yang menjadi salah satu sumber yang dapat memberikan informasi kepada kita tentang perkembangan teknologi, dan sejarah masa lalu itu sejauh ini masih "terbengkalai" keberadaannya. Hanya segelintir orang saja yang memberikan perhatian khususnya para filolog dan pustakawan. Padahal pada setiap naskah terkandung makna dan dimensi yang sangat luas karena merupakan produk dari sebuah tradisi panjang yang melibatkan berbagai sikap budaya masyarakat dalam periode tertentu. Sampai saat ini penelitian naskah di Indonesia lebih mementingkan telaah teks, Persoalan yang berkaitan dengan 1 Siti Baroroh Baried, Pengantar Teori Filologi, (Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas, Seksi Filologi, Fakultas sastra, Universitas Gadjah Mada, 1994), 54. 1

Upload: timothy-reed

Post on 27-Dec-2015

112 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH HASIL PENELITIAN

MAKALAH HASIL PENELITIAN

NASKAH-NASKAH TAUHID DI INDONESIA BAGIAN BARAT(SUMATERA BARAT)

Oleh: Syarif

A. Pendahuluan

Naskah (manuskrip) merupakan kekayaan peninggalan tertulis

yang memuat berbagai informasi mengenai kehidupan masyarakat

masa silam, naskah juga memberikan gambaran mengenai kehidupan

intelektual dan spiritual mereka. Menurut Baried, naskah adalah hasil

tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan

perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau.1

Naskah-naskah kuno yang menjadi salah satu sumber yang dapat memberikan

informasi kepada kita tentang perkembangan teknologi, dan sejarah masa lalu itu sejauh

ini masih "terbengkalai" keberadaannya. Hanya segelintir orang saja yang memberikan

perhatian khususnya para filolog dan pustakawan. Padahal pada setiap naskah

terkandung makna dan dimensi yang sangat luas karena merupakan produk dari sebuah

tradisi panjang yang melibatkan berbagai sikap budaya masyarakat dalam periode

tertentu.

Sampai saat ini penelitian naskah di Indonesia lebih mementingkan telaah teks,

Persoalan yang berkaitan dengan pengkoleksian dan pemeliharaan naskah diabaikan.

Padahal, menurut Robson sumber naskah hanya dapat diacu apabila sumber itu telah

dilestarikan. Dengan kata lain penelitian tentang naskah-naskah baru dapat dilakukan

apabila kondisi naskah baik fisik maupun tulisan tidak mengalami kerusakan. Naskah-

naskah yang masih tersebar di kalangan masyarakat perlu diselamatkan dengan cara

mengumpulkannya pada suatu tempat atau lembaga resmi negara. Bagaimanapun juga

naskah-naskah kuno merupakan kekayaan budaya bangsa yang sangat penting artinya

bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, serta kebudayaan

sehingga perlu dilestarikan untuk pemupukan jati diri bangsa.

1 Siti Baroroh Baried, Pengantar Teori Filologi, (Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas, Seksi Filologi, Fakultas sastra, Universitas Gadjah Mada, 1994), 54.

1

Page 2: MAKALAH HASIL PENELITIAN

Oleh karena itu, pengumpulan dan pengoleksian naskah-naskah yang masih

tersebar di Indonesia bagian Barat khususnya Sumatera Barat sebagaimana yang

dilakukan Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta selanjutnya di baca Balai

Litbang Agama Jakarta sangat tepat. Pengkatalogisasian menunjukkan bahwa Balai

Litbang Agama Jakarta, khususnya pada bidang Lektur dan Khazanah Keagamaan telah

menjalankan fungsi dan tugasnya untuk mengumpulkan (dalam bentuk digital) dan

merawat benda-benda yang bernilai budaya untuk selanjutnya menyajikan dan

mempublikasikan koleksi itu kepada khalayak ramai dalam bentuk penerbitan

(katalogus). Selain itu, naskah-naskah tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana

pembuktian sejarah dan budaya serta sebagai media edukatif kultural.

Atas dasar pemikiran di atas, penelitian ini menjadikan koleksi dan konservasi

naskah-naskah di Sumatera Barat yang terkenal dengan etnis Minangkabau sebagai

topik kajiannya. Di daerah Minangkabau ini, banyak tersimpan naskah-naskah kuno

baik yang berasal dari Sumatera Barat mau pun daerah lainnya. Setidaknya ada sekitar

50 naskah khusus Tauhid yang telah di inventarisai yang berhasil di data dari berbagai

daerah di Sumatera Barat.

Untuk itu ada 2 (dua) persoalan yang dapat dijadikan sebagai pokok kajian

yakni: pertama Bagaimana kondisi fisik naskah-naskah Tauhid yang ada di Sumatera

Barat ? Kedua, bagaimana deskripsi dari naskah-naskah Tauhid tersebut ? Selain itu

untuk mengantar pada pokok persoalan penelitian ini juga akan memberikan gambaran

sekilas tentang keberadaan naskah di Sumatera Barat.

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan terutama untuk

memberikan informasi tentang keberadaan naskah-naskah kuno yang ada di Sumatera

Barat agar dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana mendeskripsikan naskah-naskah Tauhid

baik itu sampul/cover ukuran naskah, ukuran teks cap air, penulis/pengarang dan

sebagainya.

Pada mulanya dalam penelitian ini, peneliti juga akan melakukan penelitian

kodikologi untuk melihat segala segi material naskah seperti hal-hal yang menyangkut

huruf, alas atau bahan yang digunakan. ilmuniasi, ilustrasi, penyalinan, penyalin, tempat

2

Page 3: MAKALAH HASIL PENELITIAN

penyimpanan, dan sebagainya. Penelitian kodikologi yang dilakukan penulis juga

banyak memberikan gambaran tentang keberadaan naskah baik fisik maupun isinya.

B. HASIL TEMUAN LAPANGAN

a. Tempat penyimpanan naskah-naskah Tauhid

Jika dibaca beberapa laporan penelitian para filolog2 tentang dunia pernaskahan

di Sumatra Barat (Minangkabau), maka kita agak dibuat tercenang. Ternyata, dalam

kebudayaan yang sangat kental diwarnai tradisi lisan, banyak ditemukan peninggalan

tertulis berupa naskah. Pada saat ini, naskah-naskah tersebut ada yang dikoleksi di

lembaga formal,3 juga banyak naskah –dan sebagian besar—ditemukan dan disimpan di

surau-surau yang tersebar di Sumatra Barat serta tidak sedikit juga berada di tangan

perseorangan. Di samping itu, ada juga naskah-naskah yang dikoleksi di rumah gadang-

rumah gadang bekas kerajaan-kerajaan Minangkabau.

Dari tempat-tempat terdapatnya naskah-naskah itu, surau merupakan tempat

terdapatnya naskah Melayu-Minangkabau yang penting untuk dijelaskan. Di surau-

surau-lah ratusan naskah dapat ditemukan. Surau merupakan skriptorium Minangkabau

yang mempunyai peran penting dalam memproduksi naskah-naskah Melayu-

Minangkabau. Dari surau juga dapat dilacak sejarah intelektual keislaman lokal

Minangkabau.

2 Para filolog yang banyak meneliti naskah-naskah Melayu-Minangkabau seperti Oman Fathurahman yang meneliti naskah-naskah tarekat Syattariyah di Minangkabau untuk disertasinya yang berjudul “Tarekat Syattariyah di Dunia Melayu-Indonesia: Kajian atas Dinamika dan Perkembangannya Melalui Naskah-Naskah di Sumatera Barat” (Depok : Pascasarjana UI, 2003); Tim Peneliti dari Kelompok Kajian Puitika, Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang, yang diketuai oleh M.Yusuf, yang telah berhasil menyusun Katalogus Manuskrip dan Skriptorium Minangkabau (Tokyo : The 21th Century Centre of Excellence Programme, “The Centre for Documentation & Area Transcultural Studies” Tokyo University of Foreign Studies, 2006) yang didanai oleh The Centre for Documentation & Area-Transcultural Studies (C-DATS), Tokyo University of Foreign Studies, Jepang; Pramono dalam beberapa penelitian naskah-naskah tarekat yang ada di surau-surau di Padang dan Padang Pariaman; Zuriati yang banyak meneliti naskah-naskah undang-undang Minangkabau; dan Yusri Akhimuddin yang telah melakukan pemetaan 50-an naskah-naskah di Padang Pariaman.

3 Beberapa tempat (lembaga) formal di Sumatera Barat yang memiliki koleksi naskah seperti di Museum Adityawarman Padang, Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau di Padang Panjang, miniatur Rumah Gadang di Kebun Binatang Bukittinggi, Kantor Arsip Kota Padang, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai-nilai Tradisional Padang, Badan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat dan Perpustakaan Fakultas Sastra, Unversitas Andalas Padang.

3

Page 4: MAKALAH HASIL PENELITIAN

Surau merupakan lembaga pribumi yang telah menjadi pusat pengajaran Islam

yang menonjol. Surau juga merupakan titik tolak Islamisasi di Minangkabau. Sebagai

pusat tarekat, surau juga menjadi benteng pertahanan Minangkabau terhadap

berkembangnya dominasi kekuatan Belanda (Azra, 2003:34). Selain itu, sebagai pusat

tarekat, surau juga menjadi tempat untuk konsentrasi gerakan bagi masing-masing

golongan yang sedang berpolemik tentang paham keislaman yang terjadi di

Minangkabau pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20.

Dalam fungsinya yang terakhir di atas, pada waktu itu surau menjadi institusi

penting dalam proses transmisi berbagai pengetahuan Islam. Di surau itulah para ulama

dari masing-masing kubu membangun jaringan guru-murid sehingga tercipta saling-

silang hubungan keilmuan yang sangat kompleks. Seiring dengan persebaran paham

keagamaan Islam di surau-surau tersebut, tradisi penulisan dan penyalinan naskah pun

tumbuh dengan subur. Para syaikh, ulama, buya, dan ungku4 yang mengajar di suatu

surau, menyalin dan menulis naskah.

Naskah-naskah yang disalin dan ditulis tersebut dimaksudkan untuk

menyebarkan pengajian dan mendebat ataupun mengkritik pendapat orang lain atau

golongan yang berbeda paham keislamannya, serta untuk mengkritik keadaan sosial.

Hal ini memberikan gambaran bahwa surau bukan sekedar tempat belajar membaca

Alquran atau belajar adab, melainkan surau juga merupakan tempat yang digunakan

sebagai pusat kecendekiaan, center for excelent (Suryadi, 2000; lihat juga Azra, 2003

dan Pramono, 2005).

b. Jumlah naskah Tauhid yang ditemukan

Naskah Tauhid yang ditemukan di wilayah Sumatera Barat berjumlah 50 (lima

puluh) naskah yang tersebar di beberapa kabupaten antara lain: Kab. Padang Pariaman

berjumlah 10 (sepuluh) naskah, Kab. Pasaman Barat berjumlah 12 (dua belas) naskah,

4 Buya merupakan sebutan bagi seseorang yang menguasai ilmu agama dalam jamaah tarekat Syattariyah di Sumatera Barat. Pengetahuan agama seorang ungku tidak hanya dalam satu bidang ilmu saja, tetapi hampir menguasai seluruh cabang ilmu agama seperti, ilmu kitab, tasawuf, sejarah, fiqih, tafsir dan sebagainya. Seorang ungku mempunyai surau tersendiri untuk mengajarkan ilmunya dan memberikan “ijazah” kepada murid-murid yang dianggap telah lulus dan telah memahami pelajaran yang diberikannya.

4

Page 5: MAKALAH HASIL PENELITIAN

Kab. Agam terdapat 5 (lima) naskah, Kab. Pasaman Timur terdapat 4 (empat) naskah,

Kab. Batu Sangkar ada 5 (lima) naskah, Kab. Solok Selatan terdapat 5 (lima) naskah,

Kab. Payakumbuh berjumlah 5 (lima) naskah, Kab. Limapuluh Kota terdapat 1 (satu)

naskah, dan terakhir Kota Padang terdapat 2 (dua) naskah. Jadi jumlah naskah Tauhid di

Sumatera Barat berjumlah 52 (lima puluh dua) akan tetapi ada 1 naskah yang terdapat 2

teks tauhid jadi hanya terhitung 50 (lima puluh) naskah yang kami temukan.

c. Deskripsi naskah-naskah Tauhid

[Naskah Tauhid]

Th.01/11/SBT/BLAJ/2013 Arab-melayu Prosa 181 hlm

Kertas Eropa 23 x 34 cm - 17 baris/hlm

PenulisanInformasi tentang judul teks, penulis, penyalin, tempat

penulisan hingga tahun penulisan naskah tidak ditemukan di dalam teks. Naskah ini koleksi Surau Bintuangan Tinggi Kabupaten Padang Pariaman. Sementara arsip naskah dalam bentuk digital disimpan oleh Taufiq Hidayat aktifis dan penggiat kajian naskah kuno IAIN Imam Bonjol Padang.

Gambaran IsiIsi naskah membicarakan tentang tauhid. Pembicaraannya

dimulai dengan hakikat pujian kepada Allah, hakikat perbuatan Tuhan

5

Page 6: MAKALAH HASIL PENELITIAN

dan perbuatan manusia, pembagian hukum akal, sifat yang wajib bagi Allah, hakikat sifat berdiri-Nya Tuhan dengan diri-Nya, sifat salabi dan ijabi Tuhan, hakikat kalamullah, dalil-dalil naqli dan aqli tentang sifat-sifat Tuhan dan seterusnya.

Kutipan awal: wa man q±la bi anna af’±la al-’ib±di kullih± bi taqd³rill±hi wa qudratihi wa ir±datihi wa laysa lahum f³h± ikhtiy±run wa l± kasabun fahuwa jabariyyun mubtadi’un «±llun li annahu abṫ�ala al-syar±’i’ wa al-rusul wa al-kutub wa al-wa¥yi.

Kutipan akhir: membawa jalan yang zikir dan jalan muraqabah dan jalan tawajjuh dan jalan musy±hadah supaya jadi baligh pada mencari segala wali Allah itu adapun isyarat zikir bahwa disebut dengan lidah.

Keterangan Kondisi naskah secara umum masih utuh dan cukup baik dan

dalam keadaan masih utuh. Terdapat beberapa bagian halaman naskah yang teksnya agak kabur dan beberapa halaman depan dan belakang diduga hilang karena sudah terlepas sebelum dijilid. Beberapa bagian dalam naskah juga ditemukan kertasnya sudah bolong dan rapuh karena dimakan rayap dan juga dimakan usia. Namun demikian, tulisannya secara umum masih jelas terbaca. Teks ditulis dengan tinta hitam dan memiliki rubrikasi pada beberapa bagian halaman. Jilidannya masih bagus dan utuh dan naskah disampul dengan kulit berwarna coklat.

Naskah Tauhid

Th.07/03/SM/BLAJ/2013 Melayu-Arab Prosa 225 hlm

6

Page 7: MAKALAH HASIL PENELITIAN

Kertas Eropa 20x32 cm - 9 baris/hlm

PenulisanInformasi tentang penulis naskah, tahun penulisan hingga

tempat penulisan tidak diketahui di dalam teks. Naskah ini koleksi Surau Matur terletak di kabupaten Agam. Sementara arsip naskah dalam bentuk digital disimpan oleh Pramono aktifis dan penggiat kajian naskah kuno Universitas Andalas Padang.

Gambaran IsiIsi naskah tentang tauhid, pembicaraannya meliputi rukun iman

meliputi iman kepada Allah, iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada rasul-rasul Allah, iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha dan qadhar. Teks juga membahas tentang syarat-syarat iman, yang membinasakan atau merusak iman serta syahadat dan segala hal yang terakit dengannya, dan bagian terakhir tentang sifat dua puluh.

Kutipan awal: bermula yang jadi rasul tiga ratus orang tiga belas orang dan yang keturun kitab dalapan orang dan yaitu Adam, Syis, Idris, Ibrahim, Musa, Isa, Daud, dan Muhammad.

Kutipan akhir: maka sifat yang dua puluh terhimpun kepada sifat yang tujuh maka sifat yang tujuh terhimpun pada sifat yaitu hayat, ilmu, kudrat, iradat, maka sifat yang empat itu terhimpun kepada hayat.

Keterangan Kondisi naskah secara umum masih utuh dan cukup baik,

walaupun pada beberapa halaman awal dan akhir sudah hilang dan juga terdapat kerusakan karena telah dimakan usia. Bagian dalam teks sebagian juga sudah mulai agak kabur, karena tintanya sudah mulai melebar. Namun, tulisannya secara umum masih jelas terbaca kecuali memang teks yang sebagiannya sudah hilang. Teks ditulis dengan tinta hitam dan memiliki rubrikasi pada beberapa bagian halaman. Jilidannya masih bagus dan utuh. Naskah tidak lagi memiliki sampul.

[Naskah Aqidah]

Th.14/10/SS/BLAJ/2013 Arab-Melayu Prosa 24 hlm

Kertas Lokal 14x 21 cm - 14 baris/hlm

7

Page 8: MAKALAH HASIL PENELITIAN

Pengarang

Datuk Mali Puti Alam

Penulisan

Tidak ditemukan dalam teks judul naskah secara jelas. Sementara informasi tentang tahun dan tempat penulisan naskah tidak ditemukan di dalam teks. Naskah ini terdapat di Surau Suluk yang beralamat di Nagari Katinggian Harau Payakumbuh. Sementara arsip naskah dalam bentuk digital disimpan oleh Pramono aktifis dan penggiat kajian naskah kuno Universitas Andalas Padang.

Gambaran IsiIsi naskah tentang tauhid, terutama tentang sifat dua puluh.

Pembahasannya dimulai dengan menguraikan tentang syahadat dan pembagiannya, sifat-sifat Allah, pembagian sifat yang dua puluh, rukun agama, akidah iman kepada Allah, akidah iman kepada malaikat, akidah iman kepada kitab-kitab Allah, akidah iman kepada rasul-rasul Allah, aqidah iman kepada hari akhirat, akidah iman kepada qadha dan qadar. Pada bagian akhir teks dituliskan tentang do’a-do’a dalam bentuk nazam.

Kutipan awal: bismill±hirrahm±nirrah³m, bermula syahadat itu dibagi dua macam, mano nan dua, pertama syahadat tauhid nan kedua syahadat rasul, ba’a nan syahadat tauhid tahu di tauhid nan empat, ma nyo nan ampat, partamo tauhid zat, dan kaduo tauhid sifat, nan katigo tauhid fi’il, dan kaampat tauhid nama.

Kutipan akhir: ±m³n, ±m³n y± rabb al-‘±lam³n, ±m³n, ±m³n y± muj³b al-s±’il³n, wa ¡allall±hu ‘al± sayyidin± Mu¥ammadin wa ‘al± ±lihi wa ¡a¥bihi ajma’³n wal¥amdulill±hi rabb al-‘±lam³n.

Keterangan Kondisi naskah secara umum masih utuh dan cukup baik. Jilidan

masih rapi dan belum ada teks yang hilang. Tulisannya secara umum masih jelas terbaca sekalipun agak sulit karena hurufnya yang kecil. Teks ditulis dengan tinta hitam dengan dibingkai garis hitam di pinggir teks. Jilidannya masih bagus dan utuh. Naskah memiliki sampul kulit berwarna biru.

[Naskah Tauhid]

Th.15/1/MM/BLAJ/2013 Arab-Melayu Prosa 64 hlm

Kertas Lokal 21x16 cm - 15 baris/hlm

8

Page 9: MAKALAH HASIL PENELITIAN

Pengarang

Khalifah Syaikh Ya’qûb (w. 1985)

Penulisan

Tidak terdapat judul naskah karena memang tidak terdapat kolofonnya. Informasi penulis ditemukan pada cover. Naskah ini berasal dan ditulis di Madrasah Mujâhadah Taram Batu Bajarang, nagari Pauh Duo, Solok Selatan sebuah surau tarekat Naqsyabandiyah di Solok Selatan.

Gambaran IsiNaskah ini membicarakan tentang hakikat ilmu, tafakkur,

penciptaan alam semesta, rukun Islam, syarat Islam, hal-hal yang membinasakan Islam, rukun syahadat, syarat syahadat, hal-hal yang membatalkan syahadat, syarat membaca syahadat, faedah syahadat, hikmah huruf syahadat, rukun sembahyang, syarat sembahyang, hakikat sembahyang, tiang sembahyang, hakikat yang dipersembahyangkan, rukun kita menyembah, isi sembahan, Yang disembah, sembahyang itu berzahir dan berbatin, batin sembahyang, rupa batin sembahyang, bermula sembahyang hakikat, rukun iman, syarat iman, nur iman, kesempurnaan iman dan sifat dua puluh dengan rinciaannya.

Kutipan Awal: Bismillāhirra¥mānirraḥîm, berkato Nabi ¡allallāhu ’alaihi wa sallam, man ’arafa nafsahu fa qad ’arafa rabbahu, barangsiapa mengenal akan dirinya sanggup mengenal akan Tuhannya.

Kutipan Akhir: ketiga ‘Ālim artinya Yang Mengetahui Allah ta’ala, keempat Hayyun artinya Yang Hidup Allah ta’āla, kelima Wahdaniyah artinya Esa Allah ta’alā.

Keterangan Kondisi naskah secara umum masih baik, walaupun pada

beberapa bagian ditemukan sebagian berlobang sehingga tulisannya hilang. Jilidannya masih bagus dan utuh. Sampul cover berwarna coklat dengan kertas karton dan disampul kulit pada bagian luar.

Kitab Sifat Dua Puluh

Th.27/11/SJK/BLAJ/2013 Arab – Melayu Prosa 35 hlm

Kertas Eropa 15,2 x 20,5 cm - 30 baris/hlm

Pengarang

Muhammad Ridhwan Dt. Tanbijo

9

Page 10: MAKALAH HASIL PENELITIAN

Gambaran Isi

Sebagaimana judul, naskah ini berisi tentang uraian lengkap mengenai ilmu tauhid dengan penekanan kepada sifat-sifat yang wajib bagi Allah. Pada awal pembahasan ditegaskan bahwa belajar ilmu tauhid serta memahaminya merupakan kewajiban syara’ atas tiap-tiap muslim yang mukallaf. Setelah itu, sebagai landasan pengetahuan tauhid, pengarang mendasari pembaca dengan menyebutkan hukum-hukum yang berhubungan dengan syara’, akal dan adat. Dengan mengetahui 3 jenis hukum serta klasifikasi masing-masing, seorang muslim akan menemui kemapanan dalam prinsip-prinsip akidah yang dianutnya.

Setelah itu pengarang mulai masuk kepada inti pembahasan yaitu menjelaskan sifat-sifat yang wajib bagi Allah, sebagaimana lebih populer dengan sebutan sifat dua puluh. Pemaparan dari pengarang disertai dengan raqam (skema) pemabagian sifat dua puluh, sehingga lebih memudahkan pembaca. Koleksi Surau Jembatan Kuniang, Sungai Pagu.

Kutipan awal : Bismillāh al-Ra¥mān al-Ra¥³m. Al-¥amdulill±h alladzi khalaqa al-khalaqa alladzi dalla ‘ala wujudihi wa wahdaniyyatihi dzatan wa ¡ifatan wa af’alan. Sebermula puji-pujian bagi Allah Tuhan yang menjadikan akan makhluk yang menunjukkan atas adanya dan esanya pada zat dan sifat dan perbuatan. Wa yajibu ‘alā kulli mukallafin syar’an an yu’rifa fi haqqi maulana Jalla wa ‘Azza wa ma istahala wa ma yajuzu. Dan wajib atas tiap-tiap mukallaf yakni yang baligh berakal bahwa mengenal ia pada haq Tuhan kita Jalla wa ‘Azza dan barang yang mustahil dan barang yang harus...

Kutipan akhir : (teks tidak selesai dikerjakan penulis)

Keterangan

Naskah dalam kondisi yang baik, kendati pada beberapa bagian teks terdapat bekas lembab sehingga tulisannya mengembang, namun hal itu tidak sampai mengganggu pembahasan. Tulisan yang digunakan tergolong naskhi yang cukup rapi dan dapat dibaca dengan jelas. Jenis tinta ialah biru, tanpa rubrikasi.

Kitab Penjelasan kalimah Lá Il± ha Illá All±h

Th.30/14/SMT/BLAJ/2013 Arab – Melayu Prosa 25 hlm

Kertas Eropa 12,5 x 7,3 cm 10,2 x 6,2 17 baris/hlm

Pengarang[Syekh Nuruddin al-Khalidi Naqsyabandi Rao]

Gambaran Isi

10

Page 11: MAKALAH HASIL PENELITIAN

Meskipun pada mukaddimah naskah ini disebutkan berisi tentang kaifiyyat zikir Lá Il± ha illá Allāh, namun secara umum naskah ini membahas tentang makna dari kalimat tauhid Lá Il± ha illá Allāh. Pada bagian akhir, sebelum kolofon, pengarang menekankan pentingnya memahami kalimat tauhid ini, dengan menyatakan: “Tiada sah Islam seseorang dan tiada diterima oleh Allah Ta’ala akan iman seseorang melainkan dengan kalimat Lá Il± ha illá Allāh dan Mu¥ammad al-Ra¡ulull±h.

Kutipan awal : Bismillāh al-Ra¥m±n al-Ra¥³m. Al-¥amdulill±hi Rabbil ‘±lamin, wa ¡allall±hu ‘alā sayyidina Mu¥ammadin wa ‘alā alihi wa ¡ahbihi ajma’in wa ba’dahu. Adapun kemudian daripada itu maka inilah suatu risalah pada menyatakan kaifiyyat zikir Lá Il± ha illá Allāh dan menyatakan maknanya dan kaifiyyatnya, tertentu nafi dan isbatnya...

Kutipan akhir : Muharrar fi al-£amaniyyah syahr Jumadil al-Ula yaumal Isnain fi sanah ghasyiyyah bil hijriyyah man lahu afdhal al-shalat wa al-azkiyyah.

Keterangan

Fisik naskah dalam kondisi baik, meski beberapa tepi naskah dimakan rayap, namun tidak sampai mengganggu teks. Naskah ditulis dengan khat yang tergolong riq’ah yang cukup rapi. Warna tinta yaitu hitam tanpa rubrikasi. Koleksi Surau Mudiak Tampang, Rao.

Risalat Lubuak Ipuah

Th.31/15/SMT/BLAJ/2013 Arab – Melayu Prosa 64 hlm

Kertas lokal 16 x 21 cm 12,5 x 17,4 cm 13 baris/hlm

Pengarang/ penyalin:Syekh Abdurrahman Lubuak Ipuah.

Gambaran IsiSecara umum naskah ini merupakan catatan berbagai disiplin keilmuan yang

terpisah-pisah. Teks awal mengenai tata cara beribadah, yang terdiri dari lafaz niat bersuci hingga shalat. Teks kedua ialah mengenai ilmu tauhid yang berkisar tentang sifat dua puluh.

Teks sifat dua puluh dalam naskah ini disajikan dengan cukup menarik, karena dihubungkan dengan konsep tasawuf. Pembahasan Tasawuf yang disebutkan berkaitan dengan konsep Nur Muhammad, kemudian hubungan sifat Dua Puluh, terutama sifat Maknawiyyah terhadap tubuh manusia. Pada awal risalah ini terdapat sebuah ilustrasi yang disebut ‘terompah Nabi Muhammad’, yang berbentuk segi tiga dengan tulisan ayat-ayat, diantaranya bertuliskan khatamun Nubuwwah. Menurut penjelasannya pencantuman khatamun Nubuwwah ini mempunyai faedah yang besar.

Kutipan awal : (terdiri dari lafaz-lafaz niat bersuci). Kutipan akhir : (terdiri dari ta’bir gempa).

Keterangan11

Page 12: MAKALAH HASIL PENELITIAN

Naskah dalam kondisi baik. Teks menggunkan tinta berwarna biru dengan rubrikasi. Teks ditulis dengan khat naskhi yang cukup rapi, sehingga dapat dibaca dengan baik. Menurut keterangan Abdur Rasyid Tuanku Kali, naskah ini merupakan hasil permusyawaratan antara alim ulama dengan pemangku adat di Lubuak Ipuah. Koleksi Surau Buya Mansuruddin Tuanku Bagindo Lubuak Ipuah.

D. PENUTUPa. Kesimpulan

Dalam upaya melestarikan dan memperkenalkan warisan budaya berbentuk

manuskrip (naskah) keagamaan kepada masyarakat Sumatera Barat, Balai Litbang

Agama Jakarta khusus bidang Lektwur dan Khazanah Keagamaan telah melakukan

langkah-langkah yang sangat berarti yakni mengumpulkan atau mengkoleksi puluhan

naskah-naskah kuno. Khusus pada tahun 2013 ini naskah bidang Tauhid berhasil

diinventarisir tidak hanya yang berasal dari Padang tetapi juga dari daerah Sumatera

Barat lainnya.

Pengkoleksian (dalam bentuk digital) ini tidak hanya sekedar menjalankan tugas

dan fungsinya dalam melestarikan dan memanfaatkan warisan budaya nasional untuk

kepentingan bangsa dan negara, tetapi juga menunjukkan bahwa lembaga ini telah

berperan aktif dalam mengembangkan ilmu Filologi. Hal terakhir yang diungkapkan ini

didasarkan banyaknya tema-tema yang terkandung dalam naskah-naskah yang didapat

di Sumatera Barat.

Akan tetapi sangat disayangkan kurangnya perhatian terhadap keselamatan

naskah-naskah tersebut (Tauhid) yang berjumlah 50 (lima puluh) naskah. Lebih dari

separuh benda-benda cagar budaya itu mengalami kerusakan. Kerusakan terjadi selain

oleh faktor alam atau lingkungan juga dimungkinkan oleh ketiadaan tenaga yang

mengerti tentang perawatan naskah. Sebagian masyarakat Sumatera Barat belum pernah

ada yang diberi pelatihan atau didikan khusus mengenai perawatan naskah. Akibatnya

perawatan naskah masih memakai cara-cara tradisional.

Naskah tauhid yang di dapat di Sumatera Barat kebanyakan berasal dari surau-

surau yang berada dibeberapa kabupaten. Seperti: Kab. Padang Pariaman, Pasaman

Barat, Agam, Pasaman Timur, Batu Sangkar, Solok Selatan, Payakumbuh, Lima puluh

kota, dan Padang.

12

Page 13: MAKALAH HASIL PENELITIAN

b. Saran-Saran/Rekomendasi

Sebagai kata akhir dari laporan penelitian ini, peneliti ingin menyampaikan

beberapa saran/rekomendasi :

Penelitian ini merupakan penelitian awal (data base) sehingga masih banyak sisi

yang belum terungkap, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan agar dapat

memberikan gambaran mengenai keberadaan naskah-naskah pada masyarakat di

Sumatera Barat secara lebih komprehensif. Sehingga dapat dimunculkan solusi-solusi

cerdas untuk mengatasi segala persoalan yang menyangkut kondisi naskah-naskah

tersebut terutama sekali unluk mengatasi kerusakan pada naskah-naskah tersebut.

Perlu diberikan pendidikan atau pelatihan khusus mengenai konservasi naskah

pada sebahagian masyarakat Sumatera Barat. Dan sudah saatnya pemerintah terkait ikut

andil dalam penyelamatan dan perawatan naskah-naskah klasik keagamaan yang masih

banyak tersebar di daerah Sumatera Barat.

Pemerintah terkait perlu melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada anggota

masyarakat yang memiliki naskah-naskah kuno tentang arti penting menjaga

keselamatan benda purbakala itu dengan tujuan agar masyarakat tersebut mau

mewakafkan naskah-naskah miliknya kepada Museum atau lembaga resmi lainnya yang

dipandang mampu. Hal ini juga untuk memberantas praktek terselubung jual beli benda-

benda purbakala.

DAFTAR PUSTAKA

Baried, dkk., Siti Baroroh. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas Seksi Filologi Universitas Gadjah Mada, 1994.

Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 1993.

Chambert-Loir, Henri dan Oman Fathurahman, Khazanah Naskah; Panduan Koleksi Naskah-Naskah Indonesia Sedunia. Jakarta: École française d’Extrême-Orient dan Yayasan Obor Indonesia, 1999.

13

Page 14: MAKALAH HASIL PENELITIAN

Djamaris, Edward. Metide Penelitian Filologi. Jakarta: CV. Manasco, 2002.

Fathurahman, Oman. Katalog Naskah Dayah Tanoh Abee, Aceh Besar. Jakarta: Komunitas Bambu, TUFS, Manassa, PPIM, PKPM, Dayah Tanoh Abee, 2010.

Glasse, Cyril., terj. Ghufron A. Mas’adi. Ensiklopedi Islam (Ringkas). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Haryani, Miche. Kritik dan Edisi Teks Naskah Surambi Alam Sungai Pagu, Skripsi. Padang: Universitas Negeri Padang, 2008.

Mulyadi, Sri Wulan Rujiati. Kodikologi Melayu di Indonesia, lembar sastra edisi khusus no. 24. Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1994.

Nasaruddin, Filologi dan Manuskrip; Menelusuri Jejak Warisan Islam Nusantara. Surabaya: LP2FA Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2008.

Teeuw, A. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya Grimukti, 1998.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Tjandrasasmita, Uka. Kajian Naskah-Naskah Klasik dan Penerapannya Bagi Kajian Sejarah Islam di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2006.

Pudjiastuti, Titik. Naskah dan Studi Naskah. Bogor: Akademia, 2006.

14