bab iv hasil penelitian 4.1 hasil penelitian prasurvai penelitian

67
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian prasurvai dilakukan untuk mengetahui kondisi pembelajaran sejarah di SMP Negeri kota Banjarmasin saat ini, temuan dari kondisi pembelajaran tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan pengembangan model pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa. Aspek-aspek yang diteliti dalam prasurvai ini meliputi kondisi guru, siswa dan sekolah. Kondisi guru yang menjadi fokus penelitian prasurvai ini adalah : latar belakang guru, kemampuan dan kinerja guru, kemampuan guru merencanakan pengajaran, kegiatan guru dalam belajar mengajar, materi pembelajaran sejarah, metode, media pembelajaran sejarah, dan evaluasi pembelajaran sejarah. Kondisi siswa yang menjadi fokus penelitian ini adalah : kesan-kesan selama mengikuti pelajaran sejarah, pendapat siswa tentang guru sejarah, pendapat siswa tentang pelajaran sejarah, dan kesadaran sejarah siswa. 4.1.1 L atar Belakang Responden Guru yang menjadi responden penelitian prasurvai adalah sebelas orang diambil dari sebelas SMP Negeri di Banjarmasin. Latar belakang guru terdapat pada tabel 4.1 di bawah ini: 146

Upload: hadang

Post on 31-Dec-2016

239 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian Prasurvai

Penelitian prasurvai dilakukan untuk mengetahui kondisi pembelajaran

sejarah di SMP Negeri kota Banjarmasin saat ini, temuan dari kondisi pembelajaran

tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan pengembangan model pembelajaran

sejarah untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa.

Aspek-aspek yang diteliti dalam prasurvai ini meliputi kondisi guru, siswa

dan sekolah. Kondisi guru yang menjadi fokus penelitian prasurvai ini adalah : latar

belakang guru, kemampuan dan kinerja guru, kemampuan guru merencanakan

pengajaran, kegiatan guru dalam belajar mengajar, materi pembelajaran sejarah,

metode, media pembelajaran sejarah, dan evaluasi pembelajaran sejarah. Kondisi

siswa yang menjadi fokus penelitian ini adalah : kesan-kesan selama mengikuti

pelajaran sejarah, pendapat siswa tentang guru sejarah, pendapat siswa tentang

pelajaran sejarah, dan kesadaran sejarah siswa.

4.1.1 L atar Belakang Responden

Guru yang menjadi responden penelitian prasurvai adalah sebelas orang

diambil dari sebelas SMP Negeri di Banjarmasin. Latar belakang guru terdapat pada

tabel 4.1 di bawah ini:

146

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Tabel 4.1.

Latar Belakang Responden

Guru Pendidikan Pengalaman Pengalaman Mengajar di Mengajar di SLTP SLTP Kelas II

1 Sl-Pend. Sejarah 11 tahun 8 tahun 2 SI-FISIP/Akta IV-IPS 5 tahun 5 tahun 3 S2-Pend. IPS/Sejarah 10 tahun 2 tahun 4 Sl-Pend. Sejarah 19 tahun 7 tahun 5 Sl-Pend. Sejarah 14 tahun 14 tahun 6 Sl-Pend. Sejarah 14 tahun 14 tahun 7 Sl-Pend. Sejarah 10 tahun 10 tahun 8 Sl-Pend. Sejarah 12 tahun 5 tahun 9 D-3-Pend. Sejarah 23 tahun 23 tahun 10 Sl-Pend. Sejarah 6 tahun 3 tahun 11 Sl-Pend. Sejarah 25 tahun 20 tahun

Tabel 4.1 menggambarkan bahwa guru sejarah SMP Negeri di Kota

Banjarmasin dalam hal ini yang menjadi responden mempunyai latar belakang

pendidikan sejarah, sepuluh orang lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Seorang sudah lulus S2 pendidikan

IPS dengan konsentrasi Pendidikan Sejarah dari Universitas Negeri Yogyakarta.

Tujuh orang bergelar saijana pendidikan sejarah, dan satu orang bergelar D3

pendidikan sejarah. Terdapat satu orang mempunyai latar belakang pendidikan Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik memiliki Akta IV-IPS dari FKIP Universitas Lambung

Mangkurat Banjarmasin.

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa pengajar mata pelajaran sejarah di SMP

Negeri kota Banjarmasin adalah guru yang mempunyai latar belakang sesuai dengan

bidangnya yaitu pendidikan sejarah.

Pengalaman mengajar guru sejarah di SMP Negeri Kota Banjarmasin

beraneka ragam, tabel 4.1 memperlihatkan bahwa pengalaman mengajar guru sejarah

147

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

sudah lebih dari lima tahun, bahkan ada yang sudah mengajar selama dua puluh lima

tahun. Kurun waktu mengajar yang sudah cukup lama memberikan gambaran bahwa

guru sejarah di kota Banjarmasin sudah berpengalaman dalam mengajar sejarah.

Seluruh responden memiliki pengalaman kegiatan ilmiah baik di daerah

maupun nasional. Kegiatan ilmiah yang diikuti sebagian besar adalah peningkatan

pembelajaran IPS Sejarah dan Kurikulum berbasis Kompetensi. Aktivitas responden

dalam kegitan ilmiah di daerah maupun di pusat memberikan indikasi bahwa guru

sejarah SMP di kota Banjarmasin selalu mengikuti perkembangan pembelajaran.

Seluruh responden juga telah mengunjungi tempat-tempat bersejarah di

daerah seperti: museum, makam Suriansyah, dan Masjid Suriansyah. Tempat-tempat

bersejarah di Jawa juga telah dikunjungi sebagian besar responden seperti :

peninggalan Hindu dan Islam di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Pengalaman responden mengunjungi tempat-tempat bersejarah dapat membantu

dalam kegiatan pembelajaran, terutama pengetahuan tentang sumber-sumber sejarah,

gambaran tentang masa lalu dan kebudayaannya.

4.1.2 Kemampuan dan Kinerja Guru

Tabel 4.2 ini menampilkan kemampuan dan kineija guru yang terdiri dari :

(1) tujuan guru mengajar sejarah, (2) sosok guru sejarah, (3) keterampilan guru

mengajar sejarah, (4) pendekatan inkuiri dalam pembelajaran sejarah, (5) keluhan

dalam pembelajaran sejarah, (6) pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kesadaran

sejarah, (7) persepsi guru terhadap sejarah daerah, dan (8) Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK).

148

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

4.1.2.1 Tujuan Guru Mengajar Sejarah

Berdasarkan angket tertutup diperoleh gambaran dari tujuan responden

mengajarkan sejarah pada siswa, yaitu :

Tabel 4.2 Tujuan Guru Mengajar Sejarah

Jawaban Frekuensi % Kewajiban sebagai guru sejarah 1 9,09 Memberikan pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah pada siswa 3 27,27 Mengembangkan sikap dan prilaku kesejarahan pada siswa 7 63,64 Agar nilai mata pelajaran sejarah siswa baik 0 0

Tabel 4.2 menggambarkan bahwa guru sejarah memberikan pelajaran sejarah

kepada siswa sebagian besar (63,64%) bertujuan untuk mengembangkan sikap dan

prilaku kesejarahan pada siswa. Sedangkan tiga orang guru sejarah (27,27%)

berpandangan bahwa tujuan mengajarkan sejarah untuk memberikan pengetahuan

tentang fakta-fakta sejarah pada siswa, dan satu orang beranggapan mengajar sejarah

hanyalah sebagai suatu kewajiban. Pendapat guru ini menunjukkan bahwa pelajaran

sejarah selain untuk memberikan peengetahuan juga dapat untuk mengembangkan

sikap dan prilaku kesejarahan siswa. Seorang responden (9.09%) beranggapan bahwa

tujuan mengajarkan sejarah pada siswa adalah untuk melestarikan budaya bangsa.

4.1.2.2 Sosok Guru Sejarah

Responden sebagai guru sejarah memiliki sosok yang mencerminkan

profesinya, tabel 4.3 memberikan gambaran sosok guru sejarah SMP Negeri di Kota

Banjarmasin.

149

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Tabel 4.3 Sosok Guru Sejarah

Komponen Jawaban Frek % 1 Mewariskan nilai-nilai Ya 11 100

dan sikap kebangsaan Tidak 0 2 Memiliki pengetahuan Pelajaran sejarah berhubungan dengan .5 45,45

luas tentang kebudayaan kebudayaan Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari 2 18,18

kehidupan manusia Guru sejarah bertanggung jawab terhadap 1 9,09 pewarisan budaya Manusia makhluk yang berbudaya 3 27,27

Tabel 4.3 menggambarkan bahwa responden (100%) bertanggung jawab

terhadap pewarisan nilai-nilai kebangsaan. Alasan responden agar siswa dapat

mengembangkan kesejarahannya, menghargai perjuangan pendahulunya, menghargai

pahlawan bangsa, materi sejarah mengandung nilai-nilai kebangsaan, sebagai

generasi penerus diharapkan melestarikan budaya bangsa, memiliki rasa kebanggaan

terhadap nilai-nilai sejarah, pelajaran sejarah dapat menyadarkan siswa sebagai

bagian dari sejarah, dan guru sejarah adalah agen pewarisan sejarah bangsa.. .

Lima responden (45,45%) beranggapan bahwa sosok guru sejarah hendaknya

memiliki pengetahuan luas tentang kebudayaan, karena pelajaran sejarah

berhubungan dengan kebudayaan. Tiga responden (27,27%) mengatakan bahwa

manusia adalah makhluk yang berbudaya. Dua responden (18,18%) beralasan bahwa

kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dan seorang responden

(9,09%) mengatakan bahwa guru sejarah bertanggung jawab terhadap pewarisan

budaya. Alasan lain yang diberikan responden adalah agar siswa bertanggung jawab

untuk mengembangkan sejarah bangsanya sesuai dengan kemajauan jaman.

150

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

4.1.2.3 Keterampilan Mengajar Sejarah

Guru sejarah memiliki tanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar,

tabel 4.4 di bawah ini menggambarkan pandangan guru sejarah di SMP Negeri Kota

Banjarmasin terhadap keterampilan mengajar sejarah

Tr-^el 4.4 Keterampilan Mengajar Sejarah

Komponen Jawaban Frek % I Diperlukan berbagai model mengajar Ya 11 100

sejarah Tidak 0 2 Keterampilan mengajar sejarah saat ini Cukup untuk mengajar 2 18,18

siswa kelas II Harus ditingkatkan 9 81,82

3 Diperlukan metode khusus mengajar Tidak setuju 5 45,45 sejarah dibandingkan mata pelajaran lain Setuju 6 54,55

4 Peningkatan metode adalah tanggung Guru 11 100 jawab Kepala Sekolah 0

Pengawas 0 5 Sering mendapat kendala mengembangkan Ya 11 100

metode mengajar Tidak 0 6 Mempunyai pengalaman mengajar dengan Ya 9 81,82

metode menarik meningkatkan kesadaran Tidak 2 18,18 sejarah

7 Mengenal pendekatan untuk mengaktifkan Ya 11 100 siswa Tidak 0

9 Keterampilan intelektual siswa perlu Ya 11 100 dikembangkan dalam mengajar sejarah Tidak 0

10 Perlu dikembangkan masalah, hipotesis, Ya 9 81,82 pengumpulan data, pengujian hipotesis, Tidak 2 18,18 kesimpulan dalam pembelajaran sejarah

11 Mengenal model-model pembelajaran dari Buku/literatur 1 9,09 Perkuliahan 0 Pelatihan 5 45,45 MGMP 5 45,45

12 Mengalami kesulitan dalam mengelola Ya 6 54,55 kelas Tidak 5 45,45

Seluruh responden (100%) pada tabe! 4.4 beranggapan bahwa dalam

mengajarkan sejarah diperlukan berbagai model pemebelajaran. Alasan

151

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

diperlukannnya berbagai model dalam pembelajaran sejarah supaya : pembelajaran

tidak membosankan, siswa tertarik, mudah diserap, siswa dapat mengaplikasikan

nilai dalam kehidupan sehari-hari serta menyenangi pelajaran sejarah, pembelajaran

sejarah mengenai sasaran, dan sejarah berbicara terntang fakta.

Tanggapan responden pada tabel 4.4 di atrr menggambarkan bahwa berbagai

model pembelajaran diperlukan dalam pembelajaran sejarah, hal ini mempunyai

pengertian bahwa guru sejarah dituntut mengaplikasikan berbagai model dalam

pembelajaran sejarah, tidak hanya menggunakan metode ceramah.

Sembilan responden (81,82%) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4

merasa keterampilan mengajar yang dimiliki saat ini perlu ditingkatkan, alasan

responden tersebut adalah : kurangnya pemahaman tentang cara mengajar tuntas

dalam sejarah, prilaku setiap siswa berbeda, sejarah selalu berubah sesuai dengan

fakta yang ditemukan, harus ada kesesuaian dengan perkembangan sekarang,

tuntutan perkembangan pengajaran selalu berkembang, agar lebih profesional dalam

mengajar, agar tidak ketinggalan informasi, dan agar pesan atau informasi yang

disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Enam orang responden (54,45%) seperti yang terlihat pada tabel 4.4 setuju

bila pada pembelajaran sejarah diperlukan keterampilan khusus, hal ini didasarkan

pada alasan : pelajaran sejarah berkaitan dengan rekonstruksi masa lampau dan

memaknainya, sejarah begitu komplek sehingga perlu metode khusus agar tujuan

pembelajarannya tercapai, agar siswa tidak bosan, mudah memahami materi, agar

siswa aktif dan kreatif serta termotivasi mempelajari sejarah, sejarah memiliki

dimensi waktu (masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang), agar dapat

152

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

menarik perhatian siswa terhadap pelajaran sejarah. Responden yang tidak setuju

diperlukannya metode khusus dalam pembelajaran sejarah beralasan bahwa semua

metode yang digunakan dalam pelajaran sejarah juga digunakan oleh pelajaran lain

(ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan), pelajaran sejarah berhubungan

dengan pengetahuan lain.

Semua responden setuju (100%) bila peningkatan metode pembelajaran

sejarah adalah tanggung jawab guru alasannya : berhasil tidaknya pembelajaran

sejarah tergantung pada metode yang dipergunakan oleh guru, selain itu peningkatan

metode memerlukan dukungan berbagai pihak yang terkait daiam PBM.

Guru sejarah sering mendapat kendala dalam pembelajaran sejarah, hal ini

diakui seluruh responden (100%). Alasan responden adalah : tidak semua siswa

terlibat dalam metode pembelajaran (dalam metode diskusi siswa kebanyakan pasif),

materi terlalu luas, hasil mengajar tidak sesuai dengan harapan, metode terkait

dengan kemampuan siswa yang tidak sama, kurangnya sarana-prasarana, lokasi

sejarah jauh sedangkan dana terbatas, situasi dan kondisi tidak memadai,

keterbatasan alokasi waktu dan media pembelajaran, dan keterbatasan buku teks.

Sembilan responden (81,82%) memiliki pengalaman menggunakan metode

menarik yaitu : kelas dengan input yang baik dengan sarana memadai, diskusi

kelompok, membuat portofolio, role play, penugasan, dan metode sosiodrama atau

karyawisata. Responden yang tidak memiliki pengalaman menggunakan metode

menarik disebabkan oleh keterbatasan waktu dan ketidak tahuan metode yang efektif

dan efisien dalam pembelajaran sejarah, agar waktu yang tersedia mampu memenuhi

harapan, dan tidak mempunyai kelompok untuk merumuskan metode baru.

153

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Seluruh responden (100%) mengenal pendekatan siswa aktif, seperti :

pendekatan inkuiri di mana siswa lebih aktif sementara guru lebih banyak berperan

sebagai fasilitator dan pengelola yang memberi pengantar dengan peragaan singkat,

kunjungan ke tempat-tempat bersejarah, cara belajar siswa aktif, keterampilan

proses, tugas pekerjaan rumah diadakan tanya jawab dan dinilai, tanya jawab dan

pengkajian telaah buku paket serta diskusi disertai bermain dengan LKS, problem

based learning inquiry, contekstual teaching and learning (CTL), dialog direct

communication teaching (DDCT), cooperative learning, dan model portofolio.

Seluruh responden (100%) setuju bila keterampilan intelektual siswa

dikembangkan dalam pembelajaran sejarah, alasan mereka : untuk memahami

peristiwa di masa lampau dan memahami maknanya untuk kepentingan masa kini

dan masa yang akan datang, memotivasi siswa untuk belajar dan memahami materi

sejarah, untuk mempertajam daya analisis siswa terhadap masalah, segi kognitif-

afektif-psikomotor siswa berkembang, siswa dapat berpikir kritis, siswa tidak hanya

berpikir masa lalu saja tetapi diajak berpikir yang akan teijadi pada masa yang akan

datang, siswa dapat mendalami masalah, siswa memahami bukti-bukti sejarah, dan

supaya siswa dapat mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Sembilan responden (82,82%) setuju bila pada pelajaran sejaran

dikembangkan masalah, hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan

kesimpulan. Alasan responden : agar siswa tergugah mengunjungi tempat-tempat

bersejarah, hasil belajar maksimal, supaya siswa memahami kronologis dalam

sejarah, agar siswa dapat mengetahui makna peristiwa sejarah bagi kehidupan, untuk

membuktikan bahwa peristiwa sejarah benar-benar terjadi, untuk mengetahui hasil

154

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

JI < 'v

belajar atau kemampuan siswa dan guru, untuk mengajar siswa berpikiijjdqjig|

untuk meningkatkan perkembangan berpikir siswa, dan menumbi

siswa. Dua responden (18,18%) tidak setuju karena jika diaplikasikan dala

pembelajaran terkendala oleh kemampuan siswa

Enam responden (54,55%) pernah kesulitan mengelola kelas sebab : siswanya

terlaiu banyak, siswa tidak tertarik pelajaran sejarah, kurang persiapan mengajar,

diskusi kelas dengan jumlah siswa lebih dari 40 orang, dan jam terakhir anak-anak

sudah lesu dan mengantuk. Lima responden (45,45%) tidak pernah kesulitan

mengelola kelas disebabkan guru memiliki sikap tanggap terhadap situasi belajar di

kelas, sebelum masuk guru sudah membuat rencana dan mengenal karakter siswa,

siswa menghargai guru yang mengajar baik dan disiplin.

4.1.2.4 Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sejarah

Tabel 4.5 menggambarkan pandangan guru sejarah SMP Negeri Banjarmasin

terhadap pendekatan inkuiri dalam pembelajaran sejarah.

Tabel 4.5 Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sejarah

Komponen Jawaban Frekuensi % 1 Pendekatan inkuiri penting Penting 10 90,91

dalam pembelajaran sejarah Tidak Penting 1 9,09 2 Setuju jika dikembangkan Setuju 10 90,91

pendekatan inkuiri dalam Tidak Setuju 1 9,09 pembelajaran sejarah

3 Persiapan yang perlu dalam Metode mengajar 2 18,18 pengembangan pendekatan Materi pelajaran 1 9,09 inkuiri Keterampilan 5 45,45

Media/sumber 3 27,27 4 Pernah menggunakan Pernah 8 72,73

pendekatan pemecahan masalah Tidak pernah 3 27,27

155

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Sepuluh responden (90,91%) pada tabel 4.5 berpandangan bahwa pendekatan

inkuiri penting dalam pembelajaran sejarah karena kurikulum baru sejarah

menetapkan metode inkuiri sebagai metode dalam pembelajaran sejarah. Responden

berpandangan dengan pendekatan inkuiri siswa terlatih berpikir kritis, aktif, trampil

menganalisis masalah, trampil berargumentasi, trampil menganalisis fakta,

keingintahuan siswa berkembang, dan pembelajaran sejarah menjadi bermakna.

Sepuluh orang responden (90,91%) setuju jika dilakukan pengembangan

pendekatan inkuiri dalam pembelajaran sejarah, hal ini berdasarkan, alasan :

persiapan menghadapi kurikulum baru, memudahkan mengajar sejarah, siswa dapat

lebih memahami peristiwa sejarah, mempermudah untuk mencapai tujuan

pembelajaran, melatih siswa belajar menemukan sendiri materi yang akan

dikembangkan dalam KBM, menggatikan model konvensional, lebih memotivasi

siswa untuk memperoleh pengalaman belajar, dan siswa tidak hanya mengandalkan

ceramah guru tetapi terlibat aktif berpikir dan menemukan sendiri. Satu orang

responden (9,09 %) yang tidak setuju beralasan bahwa siswa tingkat SMP belum

mampu untuk mencari fakta dan sumber sejarah.

Lima orang responden (45,45%) menekankan pentingnya mempersiapkan

keterampilan guru untuk pengembangan pendekatan inkuiri agar dapat membimbing

siswa dan mengarahkan siswa dalam setiap tahapan dan dapat memotivasi siswa

dalam KBM. Tiga orang responden (27,27%) menekankan pentingnya media atau

sumber sehingga dapat menggali apa yang diinginkan dan menunjang pembelajaran.

Dua orang responden (18,18%) melihat persiapan metode mengajar untuk

mengarahkan siswa dan sebagai fasilitator serta pendekatan inkuiri menekankan

156

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

aktivitas siswa sehingga metode mangajar perlu disiapkan (diskusi dan penugasan).

Satu orang responden (9,09%) menekankan pada arti penting menyiapkan materi

pelajaran sesuai dengan karakteristik metode inkuiri.

Delapan orang responden (72,73%) pemah menggunakan pendekatan

pemecahan masalah sebab pendekatan ini - mendorong siswa lebih kreatif dalam

memecahkan masalah, agar aspek kognitif-afektif-psiko motor tercapai, siswa

berpikir kritis, dan mendorong kreatifitas siswa.

Tiga orang responden (27,27%) tidak pemah menggunakan pendekatan

pemecahan masalah karena siswa pasif, tidak terbiasa tanya jawab, keterbatasan

kemampuan siswa dan buku yang dimiliki siswa.

4.1.2.5 Mendengar Keluhan dalam Pembelajaran Sejarah :

Tabel 4.6 menunjukkan adanya responden yang pernah mendapat keluhan

dalam pembelajaran sejarah.

Tabel 4.6 Keluhan dalam Pembelajaran Sejarah

Jawaban Frekuensi % Pernah Tidak Pernah

11 0

100 0

Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa seluruh responden (100%) pernah

mendapat keluhan tentang pelajaran sejarah. Keluhan tentang pelajaran sejarah

tersebut berhubungan pemahaman bahwa pelajaran sejarah hanya berupa

data/fakta/yang tertulis pada buku-buku IPS, pelajaran sejarah terlalu luas materinya

sedangkan waktunya sedikit, kesukaran untuk mengajak anak melihat fakta sejarah

seperti candi dan kraton, pelajaran sejarah sulit untuk diterapkan dalam kehidupan

157

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

sehari-hari, pelajaran sejarah materinya banyak berhubungan dengan nama dan

kejadian yang sukar diingat, pada pelajaran sejarah materinya terlalu banyak dan jam

pelajaran pada siang hari, pada pelajaran sejarah metode mengajar tidak efektif dan

tidak menarik, pada pelajaran sejarah materi banyak dan membosankan, pelajaran

sejarah merupakan pelajaran yang monoton hanya berisikan cerita-cerita.

4.1.2.6 Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah

Pembelajaran sejarah di sekolah salah satu tujuannya adalah untuk

meningkatkan kesadaran sejarah, tabel 4.7 di bawah ini pandangan responden

sebagai guru sejarah di SMP Negeri Banjarmasin terhadap kesadaran sejarah.

Tabel 4.7 Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah

Komponen Jawaban Frek % } Peningkatan kesadaran sejarah tanggung jawab guru Setuju

Tidak setuju 11 0

100

2 Kesadaran sejarah siswa terlihat dari peningkatan motivasi belajar

Setuju Tidak setuju

9 2

82,82 16,16

•> j Kesadaran sejarah siswa dapat ditingkatkan dengan mengajarkan angka tahun, tokoh, dan tempat kejadian

Setuju Tidak setuju

2 9

16,16 82,82

4 Guru sejarah hendaknya dapat mengembangkan pemahaman siswa tentang perubahan dan kontinuitas

Setuju Tidak setuju

11 0

100

5 Pembelajaran sejarah perlu diarahkan pada kemampuan membedakan dan menghubungkan dimensi waktu (masa lalu, kini, dan mendatang)

Setuju Tidak setuju

11 0

100

6 Tujuan pembelajaran sejarah selain aspek kognitif juga aspek afektif dan psikomotorik

Setuju Tidak setuju

11 0

100

7 Rasa nasionalisme siswa dikembangkan pada setiap pembelajaran sejarah.

ya tidak

10 1

90,91 9,09

8 Setiap akhir pembelajaran selalu menjelaskan makna dari peristiwa sejarah yang telah dipelajari

ya tidak

8 3

72,73 27,27

9 Peristiwa sejarah itu dinamis dalam ruang dan waktu Setuju Tidak setuju

11 0

100

158

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Tabel 4.7 menggambarkan bahwa peningkatan kesadaran sejarah siswa

merupakan tanggung jawab guru sejarah, seluruh responden (100%) setuju. Alasan

guru sejarah tersebut : dari gurulah siswa dapat mengetahui dan memahami peristiwa

sejarah, guru sebagai pembaharu pendidikan dan kebudayaan, mengajarkan sejarah

berarti meningkatkan wawasan kebangsaan siswa, kesadaran s e j a r i dapat

meningkatkan prilaku yang bertanggung jawab dalam kehidupan, melalui pengajaran

sejarah guru sejarah memberikan pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah sikap dan

perilaku, siswa dengan mempelajari sejarah dapat mencontoh dan bercermin

menatap masa datang, guru sejarah paling banyak berperan menyampaikan

pengetahuan sejarah kepada siswa, pembelajaran sejarah bukan hanya mencari

prestasi belajar tetapi penghayatan terhadap sejarah, melalui pembelajaran sejarah

siswa memahami nilai-nilai luhur perjuangan bangsa, dan siswa tidak terikat pada

prestasi tetapi memahami makna sejarah.

Tabel 4.7 di atas juga menggambarkan pendapat guru tentang peningkatan

motivasi belajar siswa sebagai bentuk kesadaran sejarah, sembilan responden

(82,82%) setuju dan dua responden (27,27%) tidak setuju pendapat ini. Responden

yang setuju didasari oleh alasan bahwa mengetahui sejarah masa lampau bangsanya

berarti mengetahui peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lalu, dengan

mempelajari sejarah siswa akan dapat mengetahui makna peristiwa tersebut dan

dapat menarik hikmahnya untuk kehidupan, kesadaran sejarah siswa terlihat dari

pandangannya yang positif, meningkatnya motivasi belajar sesuai dengan makna

pelajaran sejarah, dengan pembelajaran sejarah siswa mengalami peningkatan pola

pikirnya, pandangan yang positif mencerminkan kesadaran sejarah pada siswa.

159

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Responden yang tidak setuju beralasan bahwa kesadaran sejarah ku bersifat semu

tidak hanya dari meningkatnya motivasi siswa, tetapi juga belajar mengambil hikmah

dari setiap peristiwa sejarah.

Tabel 4.7 di atas juga memperlihatkan pandangan sembilan orang (82,82%)

gum yang tidak setuju terhadap peningkatan kesadaran sejarah siswa bila dilakukan „

dengan cara mengajarkan angka tahun, tokoh, dan tempat kejadian dengan alasan

bahwa pada pembelajaran sejarah juga perlu diberikan nilai-nilai, tidak sesuai dengan

tujuan pembelajaran sejarah, dalam pembelajaran sejarah siswa memiliki perspektif

masa lalu-masa kini-dan masa yang akan datang, aspek dalam pembelajaran sejarah

bukan hanya kognitif tetapi segi afektif dan psikomotor, pembelajaran sejarah yang

berorientasi pada angka tahun dan tokoh-tokoh dapat membosankan dan mematikan

kreatifitas siswa, pada peristiwa sejarah angka tahun sudah berlalu dan tokoh sudah

mati dan tempat yang sudah tidak ada, siswa akan bisa bosan (tidak tertarik), sejarah

bukan hanya mengenal angka tahun dan tokoh, pada pembelajaran sejarah banyak

hal yang harus disampaikan misalnya latar belakang dan tujuan. Dua orang

responden (16,16%) yang setuju mengatakan bahwa fakta sejarah pentingdan siswa

menjadi tidak aktif.

Tabel 4.7 menunjukkan pandangan guru sejarah tentang pengembangan

pemahaman siswa tentang perubahan dan kontinuitas. Seluruh responden (100%)

setuju dengan alasan : maju mundurnya suatu negara terlihat dari fakta sejarahnya,

supaya mudah menyampaikan kepada siswa, sejarah bersifat dinamis dan

berkembang, sejarah selalu berkembang seiring dengan penemuan-penemuan fakta

atau sumber sejarah, supaya siswa memandang sejarah dengan seimbang, dalam

160

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

pembelajaran sejarah materi perlu dikembangkan sesuai dengan kemajauan jaman

(mengkaitkan dengan situasi sekarang), guru merupakan pembaharu pendidikan dan

pengajaran, agar siswa lebih jelas dan mampu memaknai dan memahami perubahan

dan kontinuitas sejarah.

Tabel 4.7 juga menggambarkan pandangan guru tentang pembelajaran sejarah

perlu diarahkan pada kemampuan membedakan dan menghubungkan dimensi waktu

(masa lalu, masa kini, masa yang akan datang). Seluruh responden <100%) setuju

dengan alasan bahwa peristiwa masa lalu dapat dijadikan pijakan untuk masa kini

dan masa yang akan datang, sejarah menggambarkan perubahan dari waktu ke waktu

yang saling berkaitan, untuk melatih siswa menganalisis masalah, ketiga masa

tersebut saling berkaitan sehingga terlihat manfaatnya, supaya tidak salah paham

memahami sejarah, dengan menghubungkan dimensi waktu dapat menggugah

semangat siswa mempelajari sejarah, agar pembelajaran sejarah menjadi bermakna,

sejarah terkait dengan ruang dan waktu, dan supaya siswa dapat belajar dari sejarah.

Tabel 4.7 di atas juga menggambarkan pandangan seluruh responden (100 %)

terhadap tujuan pembelajaran sejarah selain aspek kognitif juga aspek afektif dan

psikomotorik. Ketiga aspek tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran, tidak dapat

dipisahkan, untuk mengetahui tingkat kesadaran sejarah siswa, agar nilai dan

kepribadian siswa dapat berubah dan kemampuan keterampilan menghargai orang

lain dapat dikembangkan, bukan hanya prestasi belajar tetapi sikap dan perilaku,

ketiga aspek terdapat pada kemampuan siswa yang perlu dikembangkan dan

dihargai, kesadaran sejarah dapat dicapai memalui tiga aspek tersebut, pelajaran

sejarah mengembangkan pemahaman dan keterampilan mengaplikasikan nilai-nilai.

161

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Pada Tabel 4.7 menunjukkan sepuluh responden (90,91%) yang mengatakan

pentingnya pengembangan rasa nasionalisme siswa pada setiap pembelajaran sejarah

nasional, alasannya : agar mereka bisa mengisi dan menjaga kemerdekaan dan cinta

tanah air, pembelajaran sejarah membuat siswa dapat memahami bangsanya,

pembelajaran sejarah dapat membangkitkan semangat kecintaan pada bangsa dan

negara, dengan pembelajaran sejarah nilai-nilai nasionalisme tidak luntur, siswa

bangga menjunjung tinggi dan mencintai bangsanya, dan siswa memiliki cinta pada

tanah air dan bangsanya serta pada para pahlawan. Satu responden (9,09%) yang

tidak setuju beralasan bahwa tidak semua materi pelajaran sejarah dapat

mengembangkan nasionalisme pada diri siswa.

Delapan responden (72,73%) mengatakan bahwa pada setiap akhir

pembelajaran selalu menjelaskan makna peristiwa sejarah yang telah dipelajari

supaya siswa mengerti sejarah, lebih memahami peristiwa sejarah yang diajarkan,

dapat menarik hikmahnya, dapat mengambil pengalaman dari perstiwa masa lalu,

meningkatkan pemahaman pentingnya sejarah, dan dapat memahami makna dibalik

peristiwa sejarah. Tiga responden (27,27%) mengatakan bahwa pada setiap akhir

pembelajaran tidak selalu menjelaskan makna peristiwa sejarah yang telah dipelajari

siswa dengan alasan . pada akhir pelajaran digunakan untuk menyimpulkan materi

pelajaran dan evaluasi, makna peristiwa sejarah dapat dijelaskan pada saat pelajaran

berlangsung, dan tidak sempat karena waktu terbatas dan target yang harus dicapai.

Tabel 4.7 di atas juga menggambarkan pandangan responden (100%) bahwa

peristiwa sejarah itu dinamis dalam ruang dan waktu, alasannya bahwa sejarah selalu

mengalami perkembangan, aejarah sebagai bagian masa lampau dapat untuk

162

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

memaknai masa kini dan memprediksi masa depan, peristiwa yang teijadi pada masa

lalu menjadi pelajaran berharga, sejarah berkembang, tempat (ruang) dan waktu

menentukan peristiwa sejarah, sejarah bisa terulang tetapi dalam ruang dan waktu

berbeda sesuai dengan kemajuan jaman

4.1.2.7 Pandangan Responden Tentang Sejarah daerah

Peristiwa sejarah terjadi di daerah-daerah di Indonesia, Tabel 4.8 di bawah ini

menggambarkan pandangan responden tentang sejarah daerah dalam hubungannya

dengan pembelajaran sejarah.

Tabel 4.8 Pandangan Responden Tentang Sejarah Daerah

! Komponen Jawaban Frek 0 % 1 Sejarah daerah penting dalam Setuju 11 100

pembelajaran Tidak setuju 0 2 Sejarah Banjar penting Setuju 11 100

diperkenalkan, meskipun Tidak setuju 0

tidak termuat dalam GBPP j Cara memperkenalkan sejarah Selingan mengajar 1 9,09

Banjar pada siswa Sebagai contoh sejarah 4 ' 36,36 Kunjungan ke peninggalan 2 18,18 sejarah Banjar Menghubungkan materi bahasan 4 36,36

4 Konflik yang teijadi di Setuju 9 81.82 Kalimantan perlu dikaitkan Tidak setuju 2 18.18 dalam pembelajaran sejarah

Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa 100% responden setuju bila sejarah daerah

diajarkan meskipun tidak termuat dalam GBPP, supaya siswa mengetahui sejarah

daerahnya, mengetahui peristiwa sejarah di daerah-daerah, menambah wawasan

kesejarahan siswa, menimbulkan nasionalisme, menambah wawasan siswa tentang

daerahnya, agar guru maupun siswa tidak hanya tahu sejarah dan tokoh daerah lain.

163

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Seluruh responden setuju (100%) sejarah Banjar penting diperkenalkan pada

siswa, meskipun tidak terdapat dalam GBPP dengan alasan siswa harus memahami

dan mengetahui sejarah daerahnya, untuk melestarikan nilai-nilai budaya daerah,

orang Banjar harus kenal budayanya, dan agar sejarah daerah tidak tenggelam.

Pada Tabel 4.8 diketahui cara guru sejarah SMP Negeri di Kota Banjarmasin

memperkenalkan sejarah Banjar pada siswa. Empat responden (36,36%)

menempatkan sejarah Banjar sebagai contoh untuk memahami peristiwa sejarah yang

jauh dari siswa dengan alasan di daerahnya sendiri juga pernah terjadi peristiwa

sejarah. Empat responden (36,36%) menghubungkan sejarah Banjar dengan pokok

bahasan agar siswa dapat lebih memahami sejarah daerahnya, supaya tidak lepas

dengan materi saat itu, karena ada beberapa pokok bahasan yang berkaitan dengan

sejarah Banjar. Dua responden (18,18%) memperkenalkan sejarah Banjar dengan

cara kunjungan ke peninggalan sejarah Banjar dengan alasan : supaya dapat melihat

bukti sejarah, fakta sejarah memudahkan memberi gambaran pada siswa, agar siswa

termotivasi untuk mempelajarinya. Satu orang reponden (9,09%) menjadikan sejarah

Banjar sebagai selingan dalam mengajar karena menghubungkan dengan pokok

bahasan harus memperhatikan tuntutan waktu yang telah direncanakan dari GBPP.

Tabel 4.8 menggambarkan pandangan guru bahwa konflik di Kalimantan

perlu dikaitkan dalam pembelajaran sejarah. Sembilan responden (81,82%) setuju

agar siswa paham sejarah daerahnya untuk pedoman masa kini dan mendatang,

sebagai bagian dari peristiwa sejarah yang bermakna, agar siswa dimasa datang dapat

mencegah konflik, agar akibat konflik menjadi pelajaran dan tidak terulang lagi, agar

konflik dapat diminimalkan pada masa datang, agar siswa dapat menghindari

164

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

penyebab konflik sehingga tidak menimbulkan kerugian. Dua responden (18,18%)

tidak setuju karena dapat mengurangi nasionalisme dan menghambat persatuan.

4.1.2.8 Pemahaman Guru Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan kurikulum baru yang

dilaksanakan pada tahun ajaran 2004/2005, tabel 4.9 di bawah ini memberikan

gambaran pemahaman guru tentang KBK.

Tabel 4 9 Pemahaman Guru Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Komponen Jawaban Frekuensi % • ] Mengenal KBK Ya 11 100

Tidak 0 ; 2 Informasi tentang KBK Kepala Sekolah 2 18,18

Pelatihan 3 27,27 i MGMP 6 54,55 • 3 Persamaan KBK dengan Tujuan 3 27,27

Kurikulum 1994/suplemen 1999, Metode mengajar 1 9,09 pada : Strategi megajar 2 18,18

Pokok bahasan 5 45,45 ; 4 Perbedaan KBK dengan Tujuan -i

J 27,27 Kurikulum 1994/suplemen 1999, Metode mengajar -»

j 27,27 pada : Strategi megajar 4 36,36

Pokok bahasan 1 9,09

Tabel 4.9 menggambarkan pemahaman responden tentang Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK). 100% responden mengenal KBK. Enam Responden

(54.55%) mendapat informasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dari

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), tiga responden (27,27%) dari pelatihan

dan dua responden (18,18%) dari Kepala Sekolah.

Lima responden (45,45%) melihat persamaan Kurikulum Berbasis

Kompetensi dengan Kurikulum 1994/Suplemen 1999 pada pokok bahasan, tiga

165

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

responden (27,27%) melihat persamaan pada tujuannya, sedangkan dua responden

(18,18%) melihat persamaan pada strategi mengajarnya, sisanya satu responden

(9,09%) melihat persamaan pada metode mengajarnya.

Tabel 4.9 menggambarkan pandangan responden tentang perbedaan

Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan Kurikulum 1994/Suplemen 1999. Empat

responden (36,36%) melihat perbedaan pada strategi mengajarnya, tiga responden

(27,27%) mengatakan perbedaan pada tujuannya, tiga responden (27,27%)

mengatakan perbedaan pada strategi mengajarnya, sisanya seorang responden

(9,09%) mengatakan perbedaan pada pokok bahasannya.

4.1.2.9 Kemampuan Guru Merencanakan Pengajaran

Guru sejarah dituntut memiliki kemampuan merencanakan pembelajaran agar

proses belajar mengajar dapat berjalan seperti yang diharapkan dalam kurikulum.

Tabel 4.10 menggambarkan kemampuan responden merencanakan pengajaran.

Tabel 4. 10 Kemampuan Guru Merencanakan Pengajaran

Komponen Jawaban Frek % i 1 Merencanakan pembelajaran Setuju 11 100

sebelum pelajaran Tidak setuju 0 ! 2 Kesukaran merencanakan Setuju 9 81,82 i pembelajaran Tidak setuju 2 18,18 ; J Mengembangkan rumusan Berdasar buku pegangan siswa I 9,09

tujuan dalam rencana Mencontoh TPK yang ada 3 27,27 i pembelajaran dengan cara: Menjabarkan tujuan dalam GBPP 7 63,64

4 Tujuan guru Kenaikan pangkat 0 ; mengembangkan rencana Laporan ke kepala sekolah 0 i pengajaran untuk : Pedoman pembelajaran 10 90,91

Evaluasi pada setiap akhir 1 9,09 •' kegiatan belajar mengajar

5 Cara memilih dan Diskusi bersama teman sejawat 1 9,09 i menentukan model Mencoba model baru yang 6 54,55

166

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

pembelajaran sejarah adalah diperoleh dalam pelatihan Berdasarkan buku petunjuk guru 4 36,36

6 Cara mengembangkan materi pembelajaran sejarah adalah:

Berdasarkan GBPP Menyesuaikan dengan materi dalam buku pegangan siswa Mengambil dari buku lain selain dari buku pegangan murid Mengembangkan dahulu AMP

4

3

4

0

36,36 27,27

27,27

7 Mengembangkan strategi belajar mengajar sejarah

Menggunakan strateg.-yang benar-benar sudah dikuasai Menyesuaikan dengan tujuan dan materi yang akan diajarkan Mencoba strategi-strategi baru Sesuai dengan kondisi kelas

1

5

2 4

9,09

45,45

18,18 36,36

8 Mengembangkan alat evaluasi dalam pembelajaran sejarah

Berdasarkan materi yang diajarkan Sesuai buku pegangan siswa Berdasar tujuan pembelajaran

2 0 9

18,18

81,82 9 Selalu terbuka menerima

pembaharuan pembelajaran Ya Tidak

11 0

100

Tabel 4.10 memperlihatkan 100% responden setuju bila rencana

pembelajaran disusun sebelum pelajaran sejarah dilaksanakan alasan responden :

supaya pelajaran terarah, untuk mencapai hasil yang semaksimal mungkin, sebagai

persiapan, tepat waktu dan tujuan tercapai, supaya lebih kronologis dalam

menyampaikan, agar KBM lancar, agar tujuan yang akan dicapai jelas, sebagai

pedoman pembelajaran, dan agar memudahkan dalam pembelajaran.

Tabel 4 10 juga memperlihatkan sembilan responden (81,82%) merasa

kesukaran merencanakan pembelajaran. Kesukaran mereka adalah menentukan

model pembelajaran, menentukan metode yang akan dipakai dalam setiap pokok

bahasan, tidak berpedoman pada GBPP, dan tidak ada waktu. 18,18% responden

tidak mengalami kesukaran merencanakan pembelajaran karena sudah ada persiapan,

167

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

sudah terbiasa sebagai tugas guru, sudah dibuat oleh MGMP, dan sudah ada panduan

membuat perencanaan pembelajaran seperti kurikulum dan materi pelajaran.

Tujuh responden (63,64%) merumuskan tujuan pembelajaran dengan cara

menjabarkan tujuan dalam GBPP, tiga responden (27,27%) merumuskan tujuan

dengan cara mencontoh TPK yang sudah ada, dan satu responden (9,09%)

merumuskan tujuan berdasarkan materi dalam buku pegangan siswa.

Sepuluh responden (90,91%) pada Tabel 4.10 mengembangkan rencana

pembelajaran : sebagai pedoman pembelajaran, untuk memilih materi yang esensial,

untuk evaluasi pada akhir pembelajaran, untuk refleksi kegiatan belajar mengajar,

mengetahui perkembangan dan kemampuan siswa baik segi keterampilan dan

perilaku, supaya mencapai hasil maksimal, supaya pembelajaran lebih terarah.

Enam responden (54,55%) menentukan model pembelajaran dengan mencoba

model baru dari pelatihan alasannya untuk mengetahui bahwa model tersebut dapat

dioperasionalkan, agar pelajaran disenangi siswa, untuk memperoleh hasil maksimal,

agar siswa tidak bosan. Empat orang responden (36,36%) menentukan model

pembelajaran berdasarkan saran dalam buku petunjuk guru. Seorang responden

(909%) menentukan model pembelajaran sejarah berdiskusi dengan teman sejawat.

Tabel 4.10 menggambarkan empat responden (36,36%) mengembangkan

materi pembelajaran berdasarkan GBPP dengan alasan bahwa GBPP merupakan

petunjuk pembelajaran, dan sebagai tujuan pembelajaran. Empat responden (36,36%)

mengembangkan materi pembelajaran dari buku lain di luar buku pegangan siswa

agar siswa tidak tergantung pada buku pegangan. Tiga responden (27,27%)

mengembangkan materi pembelajaran dari buku pegangan siswa.

168

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Lima responden (45,45%) mengembangkan strategi pembelajaran sejarah

berdasarkan tujuan dan materi yang diajarkan alasannya tujuan dan materi

menentukan pengembangan strategi pembelajaran Empat responden (27,27%)

mengembangkan strategi pembelajaran dengan menyesuaikan kondisi kelas karena

siswa setiap kelas berbeda, kecerdasan siswa setiap kelas berbeda, dan prilaku siswa

pada setiap kelas terutama pada jam terakhir menurun. Dua responden (18,18%)

mengembangkan strategi pembelajaran dengan mencoba strategi baru alasannya agar

minat siswa berkembang. Satu orang responden (9,09%) mengembangkan strategi

pembelajaran dengan strategi yang dikuasainya agar berhasil baik.

Sembilan responden (81,82%) pada tabel 4.10 mengembangkan evaluasi

pembelajaran sejarah berdasarkan tujuan pembelajaran, alasannya untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan, sebagai

tolok ukur keberhasilan pembelajaran, dan mengetahui keberhasilan segi

pengetahuan dan tanggung jawab siswa dalam kehidupan berbangsa. Dua responden

(18,18%) mengembangkan evaluasi pembelajaran sejarah dengan mengembangkan

pertanyaan berdasarkan materi yang diajarkan supaya dapat dijawab siswa.

Tabel 4.10 menggambarkan bahwa 100% responden selalu terbuka menerima

pembaharuan pembelajaran sejarah alasannya : agar siswa selalu aktif dan sarana-

prasarana pembelajaran selalu berkembang, sifat peristiwa sejarah dinamis,

pembelajaran sejarah berkembang dan tidak membosankan sesuat perkembangan

jaman, tuntutan pendidikan selalu berkembang, pembelajaran sejarah lebih hidup.

169

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

4.1.2.10 Kegiatan Belajar Mengajar Sejarah

Tabel 4.11 menggambarkan kegiatan pembelajaran. Kriteria didasarkan skala

: 1- jarang sekali dilakukan (antara 0 ~ 20%), 2 = jarang dilakukan (antara 20 -

40%), 3 ~ kadang-kadang dilakukan (antara 40 - 60%), 4 = sering dilakukan

(antara 60 - 80%), dan 5 = sering sekali dilakukan (antara 80 -100%).

Tabel 4.11 Kegiatan Belajar Mengajar

No Komponen I 2 3 4 5 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran sebelum pembelajaran 1 6 4 2 Menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan pengetahuan awal

siswa 1 3 6 1

3 Setiap awal pembelajaran mengemukakan masalah untuk melatih keterampilan bepikir siswa.

4 6 1

4 Siswa lebih aktif waktu diskusi dibandingkan Bapak/Ibu. 1 4 4 5 M endahulukan masalah daripada menjelaskan 10 1 6 Merumuskan kembali pertanyaan didasarkan pendapat siswa 1 2 5 3 7 Merumuskan kembali pertanyaan siswa untuk mendorong

mengemukakan jawaban sendiri 4 6 1

8 Permasalahan dari Bapak/Ibu untuk membimbing agar dapat menggali, menerangkan, dan membuat kesimpulan

1 5 4 1

9 Siswa mengerti pokok bahasan dengan prosedur logis dan ilmiah 6 4 1 10 Mendorong siswa menemukan konsep khusus ke arah luas. 1 4 6 11 Menekankan belajar dan makna sejarah daripada hasil ulangan 4 7 12 Memberi kesempatan mengemukakan hasil studi pustaka 3 7 1 13 Siswa terlibat dalam memelihara suasana akademis. I 2 8 14 Memelihara keseimbangan dalam kelas agar semua siswa aktif r. 11 15 Menfokuskan generalisasi, teori dan masalah yang bisa diselidiki 3 5 3 16 Mempersiapkan konsep yang mendorong siswa menghubungkan

dengan generalisasi, teori yang menjadi pokok bahasan. 4 5 2

17 Mendorong siswa menyelidiki 3 5 3 18 Menyediakan berbagai bahan pelajaran secukupnya. 3 6 2 19 Pembelajaran yang berhubungann dengan generalisasi. 1 9 1 20 Mendorong pertukaran dan pengujian ide 2 5 4 21 Menganggap ide/pemikiran siswa adalah penting. 3 7 1 22 Penilaian tidak hanya dari ulangan, juga pengalaman belajar 3 7 1 23 Menekankan bahwa generalisasi, teori, dan isu-isu kontroversial

terbuka untuk didiskusikan. 6 4 1

24 Semua konsep dan teori dikaji secara kritis, tidak diajarkan tertutup dengan jawaban satu-satunya yang benar

2 4 4 1

25 Mengusahakan agar siswa sadar adanya perbedaan sikap dan pendapat dalam menghadapi masalah sosial

2 5 4

170

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa aspek pengembangan pemecahan

permasalahan sering dilakukan seluruh responden. Setiap awal pembelajaran

responden sering mengemukakan masalah, pertanyaan, dan pengetahuan untuk

melatih keterampilan berpikir siswa.

Pada Tabel 4.11 juga terlihat bahwa guru sejarah sering mengusahakan siswa

agar dapat mengerti setiap pokok bahasan dengan prosedur dan ilmiah. Guru sejarah

lebih menekankan untuk belajar dan memahami makna sejarah ketimbang hasil

ulangan. Seluruhan responden sering memelihara keseimbangan dalam kelas agar

semua siswa aktif dalam proses belajar mengajar.

Tabel 4.11 menunjukkan kadang-kadang responden menjelaskan tujuan

pembelajaran terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. Selain itu responden

sering menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan pengetahuan awal siswa.

4.1.2.11 Materi Pembelajaran Sejarah

Tabel 4.12 merupakan pandangan responden sebagai guru sejarah terhadap

materi sejarah.

Tabel 4. 12 Pandangan Responden Tentang Materi Pembelajaran Sejarah

Komponen Jawaban Frek. % 1 Bahan pelajaran sejarah yang terdapat dalam GBPP

sejarah ada manfaatnya bagi siswa Ya Tidak

10 1

90,91 9,09

2 Materi pelajaran sejarah dalam GBPP sejarah mencerminkan hubungan dengan kondisi masa kini

Ya Tidak

9 -i J

81,82 27,27

3 Alokasi waktu sesuai karaktersitik materi pelajaran Ya Tidak

n 9

18,18 81,82

4 Guru selalu menghubungkan dengan permasalahan yang ada di masyarakat pada waktu pembelajaran.

Ya Tidak

10 1

90,91 9,09

5 Guru selalu memberi contoh peristiwa sejarah di sekitar sekolah atau di daerah pada pembelajaran sejarah

Ya Tidak

10 0

90,91

171

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Sepuluh responden (90,91%) setuju bahan pelajaran sejarah dalam GBPP

sejarah bermanfaat, alasannya bahan pelajaran sejarah berguna untuk kehidupan

siswa, menunjang siswa belajar sejarah, memuat dimensi sejarah yang mengkaji

masa laiu-masa kini-masa datang, disusun secara kronologis, pembelajaran sejarah

dapat mengembangkan pengetahauan dan kemampuan siswa, dan siswa dapat

mengetahui kejadian masa lampau dan peninggalan sejarah.

Sembilan responden (81,82%) beranggapan bahwa materi pelajaran sejarah

dalam GBPP teiah mencerminkan adanya hubungan dengan kondisi masyarakat

masa kini, didasarkan alasan bahwa kejadian masa lampau dan masa kini sebagai

bahan perbandingan untuk memperbaiki jati diri bangsa (masa lalu, masa kini dan

akan datang). Tiga responden (27,27%) tidak setuju beranggapan GBPP umumnya

masih luas harus dirumuskan batas-batasnya sesuai situasi dan kondisi..

Sembilan responden (81,82%) mengatakan bahwa alokasi waktu tidak sesuai

dengan materi sejarah, karena materi pembelajaran sejarah luas meliputi berbagai

aspek kehidupan manusia pada tingkat lokal hingga dunia.

Sepuluh responden (90,91%) selalu menghubungkan permasalahan-

permasalahan di masyarakat pada saat mengajar sejarah. Pandangan responden ini

sebagai bahan perbandingan, mengembangkan pembelajaran kontekstual, agar siswa

mengetahui makna pelajaran sejarah, siswa kurang tertarik bila hanya membicarakan

peristiwa masa lalu, supaya siswa dapat memahami, menumbuhkan kesadaran

sejarah, agar dapat menghubungkan peristiwa masa lalu dengan sekarang.

Sepuluh responden (90,91%) menggunakan contoh peristiwa sejarah di

daerah waktu mengajar sejarah agar siswa memahami sejarah daerahnya, mengetahui

172

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

fakta sejarah terdekat sehingga menumbuhkan nasionalisme, supa)

lebih dikenal siswa, dapat mengambarkan secara kongkrit, agar pelajL^.-^v,».^

berkaitan dengan lingkungan siswa, mengerti dan memahami materi yang diajartfarr—

4.1.2.12 Metode dan Media Pembelajaran Sejarah

Pandangan guru sejarah tentang metode dan media sebagai alat bantu

mengajar pembelajaran sejarah terlihat pada tabel 4.13.

Tabel 4. 13 Metode dan Media Pembelajaran Sejarah

Komponen Jawaban Frek. % 1 Sarana dan prasarana di sekolah mendukung

keberhasilan pembelajaran sejarah Ya Tidak

5 6

45,45 54,55

2 Lingkungan dan masyarakat di tempat mengajar dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah

Ya Tidak

8 4

72,73 36,36

3 Terdapat sumber sejarah (bangunan sejarah, situs sejarah, sumber tertulis) di daerah

Ya Tidak

11 0

100

4 Sumber sejarah (bangunan searah, situs sejarah, sumber tertulis) dapat menunjang pembelajaran sejarah

Ya Tidak

U 0

100

5 Media cetak daerah dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah

Ya Tidak

8 •3

72,73 27,27

6 Kurikulum dan GBPP sejarah memberi kesempatan untuk mengembangkan metode pembelajaran sejarah

Ya Tidak

9 2

81,82 18,18

7 Konsep-konsep sejarah perlu diajarkan pada siswa Ya Tidak

11 0

100

8 Dalam pembelajaran sejarah siswa perlu merumuskan dan menguji hipotesa terhadap peristiwa sejarah

Ya Tidak

9 2

81,82 18,18

9 Dalam pembelajaran sejarah siswa perlu diajak mencari dan mengumpulkan data dan informasi

Ya Tidak

9 2

81,82 18,18

10 Siswa perlu diajak menarik kesimpulan Ya Tidak

10 1

90,91 9,09

11 Dalam pembelajaran sejarah diperlukan media Ya Tidak

11 0

100

12 Dalam pembelajaran sejarah siswa perlu diajak untuk memahami karakter ilmu sejarah

Ya Tidak

8 3

72,73 27,27

13 Dalam pembelajaran sejarah siswa perlu diajak memahami cara keija sejarawan (meskipun sederhana)

Ya Tidak

8 J

72,73 27,27

173

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Pada tabel 4.13 lima responden (45,45%) mengatakan sarana dan prasarana di

sekolah mendukung keberhasilan pembelajaran sejarah. Pendapat responden tersebut

dengan alasan : supaya pembelajaran lebih berkesan, siswa dapat lebih mengetahui

tokoh dan lokasi dengan menggunakan sarana dan prasarana di sekolah, dengan

sarana dan prasarana yang ada dapat mendukung pembelajaran, TV dan perpustakaan

serta komputer dapat dimanfaatkan. Lima responden (45,45%) mengatakan bahwa

sarana dan prasarana di sekolah tidak mendukung keberhasilan pembelajaran

sejarah, karena tidak semua yang diperlukan ada di sekolah, terbatasnya sarana dan

dana, kondisi sekolah dipinggiran, kondisi ekonomi siswa rendah.

Delapan responden (72,73%) mengatakan bahwa lingkungan sekolah dan

masyarakat di tempat mengajar dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah

dengan alasan : letaknya berdekatan dengan lokasi sekolah, walaupun dalam keadaan

yang terbatas, untuk memeperkenalkan dan menegaskan materi pelajaran yang ada

kaitannya dengan lingkungan, dapat membantu pembelajaran sejarah misal musium,

sebagai pengenalan dari lingkungan siswa, dan karena ada peninggalan sejarah.

Empat responden (36,36%) mengatakan bahwa lingkungan sekolah dan masyarakat

di tempat mengajar tidak dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran sejarah dengan

alasan Lingkungan sekolah berupa persawahan dan masyarakatnya biasa-biasa saja

atau cenderung kolot kebanyakan tidak berpendidikan, masyarakatnya tidak mengerti

sejarah, dan tidak mendukung pembelajaran sejarah.

Seluruh responden (100%) mengatakan bahwa terdapat sumber sejarah

(bangunan sejarah, situs sejarah, sumber tertulis) di daerah. Sumber sejarah tersebut:

Makam Pangeran Antasari, Makam Ratu Zaleha, Museum Perjuangan, Makam dan

174

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Masjid Suriansyah, Makam Pahlawan, Candi Agung, Taman Budaya, Tugu 9

Nopember, dan Cerita Sejarah Banjar.

Sepuluh responden (90,91%) mengatakan bahwa sumber sejarah (bangunan

sejarah, situs sejarah, sumber tertulis) di daerah menunjang pembelajaran sejarah.

Responden mengatakan siswa dapat mengetahui setelah belajar sejarah bahwa di

daerah mereka ada peninggalan sejarah, dapat dijadikan sumber belajar secara

langsung, sebagai bukti (fakta), walaupun dalam keadaan terbatas, ada sebagian

pokok bahasan yang berkenaan misalnya tentang kerajaan Islam dan peijuangan

menghadapi kolonial Belanda, dapat memperjelas dan membuktikan peristiwa

sejarah pada siswa sehingga pelajaran lebih bermakna, dan dapat dijadikan sebagai

sumber belajar. Seorang responden mengatakan sumber sejarah (bangunan sejarah,

situs sejarah, sumber tertulis) di daerah kurang menunjang pembelajaran sejarah

karena lokasinya jauh dari sekolah.

Delapan responden (72,73%) mengatakan bahwa media cetak di daerah dapat

dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah. Alasan responden adalah : dapat

membaca dari media tersebut, siswa diberi tugas-tugas membuat kliping atau meliput

peristiwa sejarah di media cetak, dapat dikumpulkan sebagai informasi peristiwa

sejarah, artikel-artikel yang bernuansa sejarah memperjelas siswa yang membaca,

dapat digunakan untuk mempelajari sejarah dan mengkaitkan dengan masa kini,

media cetak dapat mamaknai peristiwa-peristiwa masa kini, ada beberapa media

cetak memuat tulisan dan photo tentang sejarah lokal. Tiga orang responden

(27,27%) mengatakan bahwa media cetak di daerah tidak dapat dimanfaatkan dalam

175

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

pembelajaran sejarah karena media cetak memuat berita kriminal dan pembangunan

jarang memuat sejarah.

Sembilan responden (81,82%) mengatakan bahwa kurikulum dan GBPP

sejarah memberi kesempatan untuk mengembangkan metode pembelajaran sejarah.

Pendapat responden tersebut dengan alasan kurikulum dan GBPP tidak

mengharuskan menggunakan satu metode, GBPP dapat mengembangkan ide

memilih metode, dalam GBPP guru diberi keleluasaan memilih metode, GBPP

memberi kesempatan pada guru menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan

kondisi sekolah. Dua orang responden mengatakan kurikulum dan GBPP sejarah

tidak memberi kesempatan untuk mengembangkan metode pembelajaran sejarah.

Seluruh responden (100%) mengatakan bahwa konsep sejarah perlu diajarkan

agar siswa mengetahui bahan yang dipelajari, mendorong siswa untuk lebih

memahami, mampu berpikir induktif, mengembangkan analisis konsep sejarah, lebih

meningkatkan pemahaman tentang peristiwa sejarah dalam kaitannya dengan kondisi

sekarang, konsep dapat menumbuhkan kesadaran sejarah, konsep dapat membentuk

pemahaman tentang gambaran sejarah, siswa lebih mengetahui pembelajaran sejarah.

Sembilan responden (81,82%) mengatakan bahwa dalam pembelajaran

sejarah siswa perlu diajak merumuskan dan menguji hipotesis terhadap suatu

peristiwa sejarah. Alasan responden tersebut agar mereka menemukan sendiri

jawaban dari permasalahan dan membuat mereka berpikir kritis, tetapi dapat teijadi

kalau siswanya punya kemampuan, agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir

siswa, ingin mencari jawaban (peristiwa sebenarnya), agar siswa dapat lebih

memahami dan mendalami pelajaran sejarah, mendorong siswa menemukan dan

176

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

mengorganisasikan informasi serta merumuskan dan menguji hipotesis dan

merekonstruksi hubungan antar data. Dua orang responden (18,18%) mengatakan

bahwa dalam pembelajaran sejarah siswa tidak perlu dilibatkan merumuskan dan

menguji hipotesis karena kemampuan siswa SMP belum sampai ke arah tersebut.

Sembilan responden (81,82%) berpendapat bahwa dalam pembelajaran

sejarah perlu pendekatan discovery, mengumpulkan data dan informasi. Alasan

responden hal ini mengembangkan pemikiran siswa, mencari kebenaran fakta dari

peristiwa sejarah, memperjelas pelajaran sejarah, siswa dapat lebih menghayati,

siswa dapat memaknai peristiwa-peristiwa sejarah. Dua responden (18,18%)

berpendapat bahwa dalam pembelajaran sejarah tidak perlu pendekatan discovery,

mengumpulkan data dan informasi karena kurangnya data dan iformasi sementara

pokok bahasan banyak berada di luar Kalimantan (Jawa), kurikulum tidak bisa

terlaksana karena materi yang banyak dan harus mencapai target.

Sepuluh responden (90,91%) berpendapat siswa perlu diajak menarik

kesimpulan, agar siswa dapat menentukan materi yang esensial pada setiap pokok

bahasan, untuk mengembangkan daya pikir kritis mereka, agar siswa mengetahui

hasil sendiri, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam

menyelesaikan suatu masalah, melatih daya pikir siswa. Seorang responden yang

mengatakan siswa tidak perlu dilibatkan dalam menarik kesimpulan dengan alasan

siswa kebanyakan malu dan segan untuk diajak menarik kesimpulan.

Seluruh responden (100%) berpendapat bahwa diperlukan media dalam

pembelajaran sejarah, supaya pelajaran sejarah tidak verbalisme, sejarah objeknya

adalah peristiwa unik yang tidak mungkin dihadirkan kembali untuk itu digunakan

177

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

pengamatan pengganti, mempertegas dan memperjelas materi pembelajaran, menarik

minat siswa, membantu proses KBM, penting sebagai alat bantu, media merupakan

penghubung dalam pembelajaran sejarah antara masa kini dan masa lalu, media

dapat memberi gambaran atau penjelasan lebih konkrit.

Delapan responden (72,73%) berpendapat dalam pembelajaran sejarah siswa

perlu diajak memahami karakter ilmu sejarah. Pendapat responden ini dengan alasan

agar siswa mengenal lebih mendalam keistimewahan dan keunikan ilmu sejarah, agar

siswa mengetahui bahwa sejarah itu sebagai suatu disiplin ilmu, sejarah berdasarkan

bukti-bukti, dan siswa adalah generasi penerus dan pewaris budaya bangsa. Tiga

responden (27,27%) berpendapat bahwa dalam pembelajaran sejarah siswa tidak

perlu diajak memahami karakter ilmu sejarah karena siswa SMP masih sulit untuk

diajak memahami ilmu sejarah dan siswa SMP belum bisa diajak berpikir sejarah.

Delapan responden (72,73%) berpendapat bahwa dalam pembelajaran sejarah

siswa perlu memahami keija sejarawan (meskipun sederhana) agar siswa tahu cara

sejarawan menganalisis fakta serta mengumpulkan fakta, mengajak siswa berpikir

kritis, siswa memahami bahwa sejarah adalah ilmu, dan siswa tidak jenuh dalam

pembelajaran sejarah. Tiga responden berpendapat bahwa dalam pembelajaran

sejarah kurang perlu memahami kerja sejarawan karena tidak sesuai kurikulum

4.1.2.13 Evaluasi Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran selalu diakhiri dengan evaluasi bertujuan untuk mengetahui

daya serap siswa dan keberhasilan pembelajaran. Tabel 4.14 di bawah ini

menggambarkan pendapat responden tentang evaluasi pembelajaran sejarah.

178

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Tabel 4.14 Pendapat Responden Tentang Evaluasi Pembelajaran Sejarah

Komponen Jawaban Frek % 1 Evaluasi dalam GBPP dapat mengukur Ya 3 27,27

tercapainya tujuan belajar sejarah Tidak 8 72,73 2 Evaluasi pembelajaran sejarah selama Ya 2 18,18

ini sesuai karakter ilmu sejarah Tidak 9 81,82 - > j Bentuk alat evaluasi pembelajaran Pilihan canda 0

sejarah yang sering di gunakan Uraian 0 Lisan 0 Pilihan ganda dan uraian 11 100

4 Evaluasi pembelajaran sejarah selama Ya 9 81,82 ini perlu diperbaharui Tidak 2 18,18

5 Bentuk evaluasi pembelajaran sejarah Campuran pilihan ganda, 6 54,55 menurut Guru uraian, lisan

Penilaian sejak awal 8 72,73 hingga akhir pelajaran Memperhatikan sikap dan 2 18,18 prilaku siswa sehari-hari

Pada Tabel 4.14 delapan responden (72.73%) mengatakan bahwa evaluasi

pembelajaran sejarah dalam GBPP kurang dapat mengukur tujuan belajar sejarah

karena hanya menghapal peristiwa sejarah bukan memahami makna sejarah, hanya

menilai aspek kognitif, aktivitas siswa kurang mendapat penilaian, guru selalu

memilih pilihan ganda, guru kurang memperhatikan aspek kemampuan siswa. Tiga

responden (27,27%) mengatakan evaluasi pembelajaran sejarah dalam GBPP dapat

mengukur tujuan belajar sejarah karena mengukur segi kognitif dan afektif siswa.

Evaluasi pembelajaran sejarah selama ini menurut sembilan responden

(81,82%) kurang sesuai dengan karakter ilmu sejarah, karena bersifat kognitif

(ingatan) dan pilihan ganda, perlu penyempurnaan terutama sejarah lokal, dan

menonjolkan masa lalu. Dua responden (18,18%) mengatakan evaluasi pembelajaran

sejarah selama ini sesuai dengan karakter ilmu sejarah karena tentang fakta.

179

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Menurut sembilan responden (81,82%) pembaharuan evaluasi pembelajaran

sejarah perlu karena disesuaikan dengan karakteristik ilmu sejarah, evaluasi

pembelajaran tidak hanya hapalan melainkan mengetahui makna sejarah, evaluasi

pembelajaran sejarah dikaitkan masa lalu-masa kini dan mendatang, dan untuk

meningkatkan pemahaman aspek-aspek kesejarahan. Menurut dua responden

(18,18%) pembaharuan evaluasi pembelajaran sejarah tidak perlu karena sudah

sesuai kemampuan siswa.

4.1.3 Kesan Siswa Selama Mengikuti Pelajaran Sejarah

Pembelajaran menempatkan siswa sebagai bagian yang esensial, disamping

guru. Keberhasilan pembelajaran terlihat dari kesan positip siswa selama mengikuti

pembelajaran, pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru, empati

siswa, dan minat pada pelajaran sejarah. Tabel 4.15 di bawah ini menggambarkan

kesan siswa SMP Negeri Kota Banjarmasin selama mengikuti pelajaran sejarah.

Tabel 4.15 Kesan Siswa Selama Mengikuti Pelajaran Sejarah

No Komponen Jawaban Frekuensi Jlh %

1 Materi sejarah dari guru dapat Sangat Baik 35 8,97 dipahami Baik 294 75,38

Cukup 61 15,64 Kurang 0 0

2 Perasaan bila dskusi pada Senang 357 91,54 pelajaran sejarah Tidak senang 33 8,46

^ j Pada saat mengamati sumber Sangat tertarik 390 100 sejarah (gambar, foto-foto, peta) Tidak tertarik 0 dari buku atau ditunjukkan guru

4 Tanya jawab dengan teman-teman Ya 203 52,05 pada saat pelajaran sejarah Tidak 187 47,95

180

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

5 Guru selalu membahas kondep Ya 312 80 seperti: pahlawan, nasionalisme. Tidak 78 20

6 Pelajaran yang paling di senangi Bahasa Indonesia 73 18,72 pada waktu mengikuti pelajaran PPKN 65 16,67

Matematika 24 6,15 Sejarah 42 10,77 Ekonomi 58 14,87 Geografi 49 12,56 Bahasa Inggris 38 9,74 Bioloai 21 5,38 Fisika 20 5,13

7 Pelajaran tersebut (nomor 6) Mudah dipelajari 186 47,69 disenangi karena Dirasakan manfaatnya 35 8,97

Gaya mengajar guru 169 4J,J J 8 Tanya jawab dengan guru pada Ya 224 57,44

saat pelajaran sejarah Tidak 66 16,92 9 Pelajaran yang membosankan Bahasa Indonesia 28 7,18

adalah PPKN 57 14,62 Matematika 92 23,59 Sejarah 89 22,82 Ekonomi 32 8,21 Geografi 37 9,49 Bahasa Inggris 74 18,97 Bioloai 33 8,46 Fisika 62 15,90

10 Kliping, gambar-gambar sejarah Ya 40 10,26 digunakan dalam pembelajaran Tidak 350 89,74

11 Selalu mencari informasi tentang Ya 276 70,77 sejarah di perpustakaan Tidak 114 29,23

12 Selalu mencari informasi tentang Ya 11 2,82 sejarah di sekitar sekolah Tidak 179 97,18

13 Selalu mencari informasi sejarah Ya 276 70,77 dengan bertanya pada orang tua Tidak 114 29,23

14 Selalu membuat kesimpulan pada Ya 327 83,85 setiap akhir pelajaran Tidak 63 16,15

15 Pernah membuat karangan Ya 32 8,21 sederhana tentang sejarah Tidak 358 91,79

16 Selain mendapatkan bahan dari Ya 390 100 guru, juga membaca buku paket Tidak 0

17 Membaca buku sejarah penerbit Ya 85 21,79 lain, selain buku paket. Tidak 305 78,21

18 Sering membaca koran dan Ya 226 57,95 majalah Tidak 164 42,05

181

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

19 Plajaran sejarah ada manfaatnya Ya 364 93,33 bagi kehidupan sehari-hari Tidak 26 6,67

20 Pelajaran sejarah itu Ya 173 44,36 menyenangkan Tidak 217 55,64

Kesan siswa selama mengikuti pembelajaran sejarah seperti yang

diperlihatkan pada tabel 4.15 di atas terlihat 8,97% siswa pemahaman materi sejarah

yang disampaikan guru selama mengikuti pelajaran adalah sangat baik. 75,38%

pemahamannya baik, dan 15,64% cukup. 91,54% siswa senang bila pada pelajaran

sejarah diadakan diskusi, tetapi 8,46% siswa tidak senang bila diadakan diskusi.

Seluruh siswa (100%) sangat tertarik bila pada pelajaran dilakukan

pengamatan terhadap sumber-sumber sejarah seperti ; gambar, foto-foto, dan peta.

Sumber sejarah tersebut diambil dari buku atau disediakan oleh guru sejarah.

Pelajaran yang paling disenangi siswa adalah Bahasa Indonesia, sedangkan

yang kurang disenangi siswa adalah pelajaran Fisika. Siswa senang pada pelajaran

tersebut karena mudah dipelajari dan senang dengan gaya mengajar guru.

Pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang membosankan disamping

pelajaran Matematika. 57,44% siswa melakukan tanya jawab dengan guru pada

kegiatan belajar mengajar sejarah. 52,05% siswa juga melakukan tanya jawab

dengan teman-teman dalam kegiatan belajar mengajar sejarah.

80% siswa berpendapat bahwa guru sejarah pada pelajaran sejarah juga

membahas masalah sejarah kepahlawanan, penjajahan, nasionalisme, dan

perjuangan. Sebaliknya 20% siswa berpendapat guru sejarah tidak pernah membahas

masalah-masalah kepahlawanan, penjajahan, nasionalisme, dan peijuangan.

182

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

89,74% siswa tidak pernah membuat kliping dan mengumpulkan gambar-

gambar sejarah pada pelajaran sejarah, hanya 10,26% siswa yang pernah membuat

kliping dan mengumpulkan gambar-gambar sejarah. 70,77% siswa selalu mencari

informasi tentang sejarah di perpustakaan, tetapi 97,18% siswa tidak pernah mencari

informasi tentang sejarah di sekitar sekolah. 78,97% siswa mengatakan selalu

mencari informasi tentang sejarah dengan bertanya pada orang tua.

83,85% siswa selalu membuat kesimpulan pada setiap akhir pelajaran sejarah

bersama guru sejarah dan para siswa. Tabel 4 15 juga memperlihatkan 91,79% siswa

tidak pernah membuat karangan sederhana temang sejarah.

Seluruh siswa (100%) selalu membaca buku paket sejarah, selain

mendapatkan pelajaran sejarah dari guru sejarah. Tetapi 78,21% siswa tidak

membaca buku sejarah dari penerbit lain selain buku paket. 57,95% siswa yang

sering membaca koran dan majalah, sedangkan sisanya 42,05% tidak pernah

membaca koran atau majalah. 93,33% siswa juga mengatakan pelajaran sejarah ada

manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari, tetapi 55,64% siswa mengatakan pelajaran

sejarah itu tidak menyenangkan.

4.1.3.1 Pendapat Siswa Tentang Guru Sejarah

Guru sejarah memegang peranan fundamental dalam pembelajaran sejarah,

berhasil tidaknya tujuan pembelajaran sejarah tergatung pada cara guru mengajar.

Tabel 4.16 di bawah ini menggambarkan pendapat siswa SMP Negeri Kota

Banjarmasin tentang guru sejarah.

183

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Tabel 4.16 Pendapat Siswa Tentang Guru Sejarah

No Komponen j Jawaban 1

Frekuensi No Komponen j Jawaban 1 Jlh %

1 Mengerti dan memahami pelajaran sejarah yang j Ya disampaikan oleh guru sejarah i Tidak

212 178

54,36 45,64

2 Guru sejarah sering memberikan contoh-contoh i Ya peristiwa sejarah pada saat pembelajaran i Tidak

238 152

61,03 38,97

3 Guru sejarah sering mengajak memecahkan j Ya permasalahan sejarah pada saat pembelajaran j Tidak

226 164

57,95 42,05

4 Guru sejarah menggunakan gambar, foto, dan peta ! Ya dalam pembelajaran j Tidak

197 193

50,51 49,49

5 Guru sejarah mengajak mencari informasi tentang j Ya peristiwa sejarah di perpustakaan, koran, majalah, [ Tidak dan lingkungan sekitar

103 287

26,41 73,59

6 Guru sejarah mengajak mencari informasi tentang Ya peristiwa sejarah dengan melakukan diskusi \ Tidak

229 161

58,72 41,28

7 Guru sejarah pernah mengajak menyusun [ Ya kesimpulan sementara i Tidak

119 271

30,51 69,49

8 Guru sejarah selalu memberikan kesempatan j Ya bertanya pada setiap pembelajaran i Tidak

325 65

83,33 16,67

9 Guru sejarah pernah menugaskan mengamati 1 Ya gambar-gambar sejarah pada saat pembelajaran j Tidak

214 176

54,87 45,13

10 Pada waktu pelajaran sejarah guru sejarah lebih ! Ya banyak berbicara di depan kelas I Tidak

203 187

52,05 47,95

Pada Tabel 4.16 di atas terlihat hanya 54,36% siswa mengerti dan memahami

pelajaran sejarah yang disampaikan oleh guru sejarah, berarti sekitar 45,64% siswa

tidak mengerti dan tidak memahami pelajaran sejarah yang disampaikan oleh guru

sejarah. Selain itu hanya 61,03% siswa yang mengatakan bahwa guru sejarah sering

memberikan contoh-contoh peristiwa sejarah pada saat menerangkan pelajaran

sejarah, berarti 38,97% siswa merasa guru sejarah tidak memberikan contoh-contoh

peristiwa sejarah pada saat menerangkan pelajaran sejarah.

Hanya 57,95% siswa mengatakan bahwa guru sejarah sering mengajak siswa

memecahkan permasalahan sejarah pada saat mengajar sejarah. Sisanya 42,05%

184

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

sejarah pada saat mengajar sejarah.

siswa mengatakan bahwa guru sejarah tidak mengajak memecahkan pei

Hanya 50,51% siswa mengatakan bahwa guru sejarah menggunakan

gambar, foto, dan peta. 49,49% mengatakan bahwa guru sejarah tidak menggunakan

gambar-gambar, foto, dan peta dalam mengajar sejarah. 73,59% siswa mengatakan

bahwa guru sejarah tidak pemah mengajak mencari informasi sejarah di

perpustakaan, koran, majalah, dan lingkungan sekitar. 58,72% siswa mengatakan

bahwa guru sejarah mengajak mencari informasi sejarah dengan melakukan diskusi.

69,49% siswa mengatakan bahwa guru sejarah tidak pernah mengajak

menyusun hipotesis pada saat pembelajaran, 83,33% siswa mengatakan guru sejarah

selalu memberikan kesempatan bertanya pada setiap pembelajaran. Guru sejarah

memberi tugas mengamati gambar-gambar sejarah saat pembelajaran menurut

54,87%, dan guru sejarah menurut 52,05% siswa lebih mendominasi pembelajaran.

4.1.3.2 Pendapat Siswa Tentang Pelajaran Sejarah

Kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berhasil jika siswa terlibat aktif

dalam pembelajaran, keterlibatan siswa ditunjukkan oleh partisipasinya dalam setiap

tahap pembelajaran. Bentuk keterlibatan siswa dapat berupa aktif dalam berdiskusi,

aktif dalam tanya jawab, dan merasa sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar.

Tabel 4.17 di bawah ini memperlihatkan pendapat siswa tentang pelajaran

sejarah selama mengikuti pembelajaran sejarah :

185

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Tabel 4.17 Pendapat Siswa Tentang Pelajaran Sejarah

i-No | Item Jawaban Fre cuensi JIh %

11 ; Pada saat akan memulai pelajaran sejarah Sangat Setuju 65 16,67 i ! sebaiknya guru sejarah memberikan Setuju 293 75,13 j : penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan Kurang Setuju 25 0,77

• mempelajari sejarah Tidak setuju 7 1,79 i 2 Pelajaran sejarah dapat mudah dimengerti bila Sangat Setuju 52 13,33 i • guru menjelaskan terlebih dahulu beberapa Setuju 300 76,92 i • konsep yang akan disampaikan, seperti : Kurang Setuju 19 4,87 1 i pahlawan, penjajah, kerajaan, nasionalisme. Tidak setuju 19 4,87 j ! J ^ Guru sejarah hendaknya memberikan Sangat Setuju 24 6,15 f i kesempatan bertanya pada siswa Setuju 236 60,51

Kurang Setuju 13 3,33 i Tidak setuju 17 4,36 I 4 Guru sejarah selama pelajaran sejarah Sangat Setuju 37 9,49

hendaknya memberikan contoh-contoh Setuju 221 56,67 Kurang Setuju 30 7,69

i Tidak setuju 102 26,15 j 5 Guru sejarah selama pelajaran sejarah Sangat Setuju 43 11,03 1 sebaiknya menggunakan gambar-gambar, Setuju 292 74,87

foto, peta Kurang Setuju 20 5,13 i Tidak setuju 35 8,97 ! 6 Pelajaran sejarah sebaiknya tidak hanya di Sangat Setuju 13 j ruang kelas, tetapi di perpustakaan Setuju 189 48,46 j Kurang Setuju 86 22,05 i Tidak setuju 102 26,15 j i 7 Pelajaran sejarah akan lebih menarik bila guru Sangat Setuju 15 3,85 i sejarah mengajak para siswa mengumpulkan Setuju 196 50,26 i ! gambar-gambar atau foto-foto sejarah Kurang Setuju 89 22,82

Tidak setuju 90 23,08 8 Pelajaran sejarah akan lebih menarik bila guru Sangat Setuju 43 11,03

sejarah mengajak para siswa mengamati dan Setuju 341 87,44 mendiskusikan gambar-gambar atau foto-foto Kurang Setuju 2 0,51 sejarah Tidak setuju 4 1,03

9 Pelajaran sejarah akan lebih menarik bila guru Sangat Setuju 23 5,90 sejarah mengajak para siswa membuat Setuju 186 47,69 kesimpulan Kurang Setuju 55 14,10

Tidak setuju 126 32,31 10 Pada setiap pelajaran sejarah sebaiknya guru Sangat Setuju 38 9,74

sejarah mengajak para siswa untuk Setuju 242 62,05 meyampaikan masalah-masalah sejarah dan Kurang Setuju 2 0,51 berdiskusi Tidak setuju 3 0,77

186

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

11 Sebaiknya dalam pelajaran sejarah guru Sangat Setuju 20 5,13 menerangkan materi pelajaran sampai Setuju 42 10.76 pelajaran selesai, sedangkan siswa cukup Kurang Setuju 125 32,31 mendengarkan dan mecatat Tidak setuju 203 52,05

Berangkat dari Tabel 4.17 pendapat siswa tentang pelajaran sejarah terlihat

bahwa 16,67% siswa sangat setuju dan 75,13% setuju bila pada saat akan memulai

pelajaran sejarah sebaiknya guru sejarah memberikan penjelasan terlebih dahulu

tentang tujuan mempelajari sejarah. 13,33% siswa sangat setuju dan 76,92% setuju

agar dapat mudah mengerti pelajaran sejatah, sebaiknya guru sejarah menjelaskan

terlebih dahulu beberapa pengertian sejarah sesuai dengan materi yang akan

disampaikan, seperti: pahlawan, penjajah, raja, kerajaan, nasionalisme.

6,15% siswa sangat setuju dan 60,51% setuju guru sejarah memberi

kesempatan bertanya pada siswa. 9,49% siswa sangat setuju dan 56,67% setuju bila

guru sejarah selama pembelajaran sejarah memberikan contoh-contoh. 11,03%

sangat setuju dan 74,87% setuju guru sejarah selama pelajaran sejarah sebaiknya

menggunakan gambar-gambar, foto, peta. 3,33% sangat setuju dan 48,46% setuju

pelajaran sejarah sebaiknya tidak hanya di ruang kelas, tetapi di perpustakaan.

3,85% siswa sangat setuju dan 50,26% setuju bahwa pelajaran sejarah akan

menarik bila guru mengajak siswa mengumpulkan gambar-gambar sejarah. 11,03%

sangat setuju dan 87,44% setuju bahwa pelajaran sejarah akan menarik bila guru

mengajak siswa mengamati dan mendiskusikan gambar-gambar sejarah.

Pembelajaran sejarah lebih menarik bila guru sejarah mengajak membuat

kesimpulan 5,90% siswa sangat setuju dan 47,69% siswa setuju. 9,74% siswa sangat

setuju dan 62,05% setuju bila pada pembelajaran sejarah guru sejarah mengajak

187

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

siswa meyampaikan masalah-masalah sejarah dan berdiskusi. 32,31% siswa sangat

setuju dan 52,05% setuju sebaiknya dalam pelajaran sejarah guru menjelaskan materi

pelajaran sampai pelajaran selesai, siswa mendengarkan dan mecatat.

4,1.4 Hasil Observasi Tentang Rencana Pembelajaran

Rencana Pembelajaran seperti kemampuan mendisain bangunan bagi seorang

arsitektur (Sudjana, 1989 : 20). Seorang arsitektur tidak hanya membuat gambar

yang baik dan memiliki estetika, tetapi juga mengetahui makna dan tujuan dari disain

yang dibuatnya, demikian halnya guru dalam membuat rencana pembelajaran.

Komponen desain pembelajaran yang diobservasi adalah : rumusan tujuan

pembelajaran, analisis dan penyusunan materi pelajaran, sumber pembelajaran,

model pembelajaran/strategi pembelajaran, media pembelajaran, kesesuaian alokasi

waktu dengan materi pelajaran, dan pengembangan evaluasi. Wawancara dilakukan

terhadap beberapa temuan-temuan. Tabel 4.18 memperlihatkan rentang nilai hasil

pengamatan tentang rencana pembelajaran.

Tabel 4.18 Hasil Observasi Rencana Pembelajaran

No Komponen Rentang Nilai 1 2 J 4

1 Rumusan tujuan pembelajaran 1 5 4 2 Analisis Materi Pelajaran 3 7 j Penyusunan materi pelajaran dan sumber 1 8 1 4 Pemilihan model pembelajaran/strategi pembelajaran 1 6 3 5 Pengembangan media pembelajaran 2 2 5 1 6 Kesesuaian alokasi waktu dengan materi pelajaran 10 7 Pengembangan alat evaluasi 6 1 3

Keterangan : I = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, 4 = baik sekali

188

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Tabel 4.18 di atas memperlihatkan responden umumnya merumuskan tujuan

pembelajaran dengan baik, satu orang cukup. Responden telah merumuskan tujuan

sesuai Taxonomy Bloom (aspek kognitif, afektif, dan psikomotor), meskipun ada

sebagian guru kurang sitematis menyusun rumusan tujuan pembelajaran.

Tabel 4.18 memperlihatkan umumnya guru sejarah menganalisis pelajaran

dengan rentang nilai baik. Analisis pelajaran dilakukan satu kesatuan dengan rencana

pembelajaran dan ada juga di luar rencana pembelajaran berbentuk kolom.

Materi pelajaran disusun dengan baik oleh sebagian besar guru sejarah di

Kota Banjarmasin sesuai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Materi pelajaran

disusun secara kronologis maupun tematis. Sumber pustaka diambil dari buku

pegangan wajib siswa maupun buku pegangan guru dan buku-buku penunjang,

beberapa guru sejarah ada yang menggunakan buku babon sejarah Indonesia dan

buku khusus seperti sejarah Amerika.

Model pembelajaran sebagian besar guru sejarah sudah mengarah pada

keterampilan berpikir siswa, yaitu : metode tanya jawab, diskusi, ketrampilan proses,

bahkan ada yang menggunakan metode inkuiri dan portofolio.

Guru sejarah di Kota Banjarmasin umumnya mengembangkan media

pembelajaran. Pengembangan media pembelajaran berdasarkan tujuan dan metode

pembelajaran. Media umumnya berupa gambar-gambar, peta, dan skema dipajang

pada papan tulis. Seluruh guru sejarah telah menyesuaikan alokasi waktu dengan

materi pembelajaran, terlihat dari pembagian pada tiap tahap pembelajaran.

Sebagian besar guru sejarah di Kota Banjarmasin tidak mengembangkan

evaluasi, karena evaluasi berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) diambil dari :

189

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

LKS sejarah-C.V. Harapan Baru, LKS sejarah Progresif-CV. Aneka Ilmu Semarang,

LKS Sejarah Kejar-Pabelan Solo. Alasan guru menggunakan LKS karena soal-soal

dalam LKS sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan sebagian besar siswa memiliki

LKS.

Format desain pembelajaran umumnya sama, dibuat oleh responden dengan

memanjang ke bawah. Komponen desain pembelajaran yang digunakan oleh guru

sejarah di kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.19 Format Rencana Pembelajaran Responden

Sekolah/Kelas Mata Pelajaran: Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Hari/Tanggal/Jam

Tujuan Kegiatan No Pembelajaran Materi Belajar Alat/Media Evaluasi Kunci

Khusus Mengajar Jawaban

1 2 3 4 5 6 7

4.1.5 Hasil Observasi Kegiatan Kelas

Observasi pembelajaran dilakukan pada tahap prainstruksional atau

apersepsi, tahap instruksional, dan tahap penilaian atau timbal balik. Aktivitas

pembelajaran yang diamati pada tahap prainstruksional : pengajuan pertanyaan,

pemberian kesempatan bertanya, dan mengulang pelajaran yang sudah dipelajari

yang dirasa kurang jelas. Aktivitas pembelajaran yang diamati pada tahap

instruksional : menjelaskan tujuan, membahas pokok materi, memberikan contoh

konkrit, penggunaan alat bantu, dan penyusunan kesimpulan.

190

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Aktivitas guru yang diamati pada tahap penilaian atau tahap timbal balik :

mengajukan pertanyaan, mengulang materi yang belum dikuasai, memecahkan

masalah, pemberian tugas, dan memberikan informasi materi berikutnya yang harus

dipersiapkan.

Pada tahap prainstruksional umumnya guru inemberikan pertanyaan, tetapi

tidak meberikan kesempatan bertanya pada siswa. Pelajaran yang lalu dijelaskan

kembali oleh guru secara singkat. Temuan pada tahap prainstruksional adalah :

Tabel 4.20 Temuan Pada Tahap Prainstruksional

• Aktivitas pembelajaran selalu diawali guru dengan mengontrol kehadiran siswa • Apersepsi kurang dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan • Konsep-konsep sejarah pada pokok bahasan tidak dibahas • Pertanyaan pada awal pembelajaran terkesan memaksa siswa untuk diam,

mengakibatkan suasana pada awal pembelajaran kurang menarik perhatian siswa • Garis besar materi untuk memotivasi siswa tida dikembangkan guru • Suasana demokrasi pada awal pembelajaran kurang dikembangkan guru • Contoh yang ada di sekitar siswa kurang digunakan guru pada awal pembelajaran • Skema dan media pembelajaran kurang digunakan guru pada awal pembelajaran • Penumbuhan motivasi kurang dikembangkan pada awal pembelajaran • Guru pada awal pembelajaran hanya membuat siswa tenang bukan memotivasi,

akibatnya siswa kurang tertarik mengikuti pelajaran

Pada tahap instruksional sebagian besar guru tidak menjelaskan tujuan

pembelajaran. Sebagian besar guru menuliskan dan membahas pokok materi. Contoh

materi tidak diberikan guru, akibatnya pelajaran kurang terasa manfaatnya. Sebagian

besar guni tidak menggunakan alat bantu, terdapat beberapa guru menggunakan peta

dan gambar-gambar. Sebagian besar guru tidak menyimpulkan penjelasan yang telah

diberikan. Temuan pada tahap instruksional adalah sebagai berikut:

191

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Tabel 4 21 Temuan Observasi Kelas Tahap Instruksional

• Buku teks wajib membantu penjelasan dan contoh peristiwa sejarah • Materi pada buku teks sebaiknya dibaca sebelum pelajaran • Pertanyaan dari siswa dan guru dari tingkat rendah dan tingkat tinggi • Siswa mencari bahan dan konsep dengan diskusi dan membaca buku paket • Telah terjadi dialog dan interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa. • Kesimpulan dibuat bersaina-sama antara guru dan siswa. • Tujuan dan pokok-pokok materi dijelaskan dapat untuk membuka wawasan siswa

terhadap manfaat dari materi yang akan dipelajari. • Gambar-gambar yang di tempel guru pada papan tulis dapat menggugah dan

menarik perhatian siswa. Gambar tersebut lebih menarik jika karya siswa sendiri. • Terdapat seorang guru mengembangkan pembelajaran portofolio. • Terdapat seorang guru mengembangkan metode inkuiri. • Imajinasi siswa tentang masa lalu dapat dibantu dengan gambar yang dipajang

pada papan tulis. • Motivasi siswa dapat dibangun dengan memberi penguatan. • Komentar dan pertanyaan yang disampaikan siswa dapat memotivasi teman-

teman yang lain untuk terlibat untuk aktif dalam pembelajaran. • Kesimpulan yang dibuat bersama-sama dapat mengembangkan rasa percaya diri. • Penilaian dapat dilihat dari proses membuat kesimpulan • Pemberitahuan materi selanjutnya dapat membantu siswa mempersiapkan diri. • Meskipun terjadi interaksi guru siswa, guru terlihat dominan dalam pembelajaran • Tanya jawab dimulai dari pertanyaan yang mudah dan sederhana terlebih dahulu • Guru tidak hanya memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, tetapi dituntut

mendorong siswa agar berani menyampaikan pandangan dan permasalahannya • Menganalisis permasalahan sejarah diperlukan pemahaman konsep dan teori • Guru terlibat aktif membimbing siswa melakukan analisis • Belum terlihat adanya intepretasi dalam kegiatan pembelajaran

Pada tahap penilaian jarang dilakukan tanya jawab dengan siswa, guru

memberi tugas mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa yang diterbitkan penerbit lain,

mengulangi materi yang dirasa kurang dikuasai siswa, dan mencoba memecahkan

permasalahan yang berkaitan dengan pokok bahasan yang kurang jelas. Beberapa

orang guru memberitahukan informasi tentang materi yang akan datang. Tabel 4.21

di bawah ini memperlihatkan temuan pada tahap akhir pembelajaran.

192

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Tabel 4.22

Temuan Observasi Kelas Tahap Penilaian atau Tindak Lanjut

• LKS dari penerbit perlu dikaji kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran • LKS tidak dikembangkan oleh guru sendiri • Guru tergantung pada LKS, tidak dalam bentuk tanya jawab • Sebaiknya LKS untuk tugas di rumah • LKS digunakan untuk mengetahui keberhasilan daya serap siswa • Guru mengajak siswa bersama-sama memecahkan masalah, seperti : migrasi,

revolusi • Penilaian tidak dilakukan pada saat proses membuat kesimpulan • Materi yang akan datang penting diinformasikan agar siswa mempersiapkan diri • Makna sejarah yang telah dipelajari perlu disampaikan pada akhir pelajaran • Pertanyaan hendaknya untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran • Mengulang materi yang kurang jelas dapat berpangkal pada pertanyaan siswa.

4.2 Model Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah

Pembelajaran sejarah dituntut untuk selalu mempergunakan berbagai variasi

model pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, salah satunya kesadaran

sejarah. Gagasan model pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kesadaran sejarah

pada bagian ini didasarkan pada hasil prasurvai, kajian teori, dan pengkajian

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Sejarah.

4.2.1 Dasar Gagasan Model Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kesadaran Sejarah

4.2.1.1 Hasil Prasurvai

Hasil prasurvai yang meliputi : latar belakang guru, kemampuan dan kinerja

guru, kemampuan guru merencanakan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, materi

pembelajaran sejarah, metode dan media pembelajaran sejarah, dan evaluasi

pembelajaran sejarah digunakan sebagai dasar menggagas model pembelajaran

193

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

sejarah dalam rangka meningkatkan kesadaran sejarah siswa SMP Negeri di Kota

Banjarmasin.

Pengalaman mengajar guru sejarah digunakan sebagai dasar untuk

menggagas model pembelajaran sejarah, karena berhubungan dengan keterampilan

dan pemahaman guru dengan pembelajaran. Guru sejarah di Kota Banjarmasin..yang

menjadi objek penelitian mempunyai pengalaman mengajar cukup lama minimal 5

(lima) tahun bahkan ada yang sudah berpengalaman mengajar sejarah selama 25 (dua

puluh lima) tahun. Pengalaman mengajar yang cukup iama ini merupakan kualitas

kemampuan guru mengajarkan sejarah, dari pengalaman mengajar inilah guru

sejarah semakin trampil mengajar dan semakin bertambah pengetahuan

kesejarahannya serta kesadaran sejarahnya.

Gagasan model untuk meningkatkan kesadaran sejarah didukung oleh

pandangan guru tentang tujuan mengajarkan sejarah, guru sejarah berpandangan

bahwa pembelajaran sejarah untuk mengembangkan sikap dan prilaku kesejarahan

pada siswa. Sikap dan prilaku kesejarahan yang diharapkan dari pembelajaran

sejarah sebagai kesadaran sejarah dari hasil penelitian prasurvai terlihat telah dimiliki

sebagian besar guru sejarah.

Sosok guru sejarah menurut pandangan guru sejarah sebagai pewaris nilai-

nilai kebangsaan dan menyadari bahwa pembelajaran sejarah memiliki peran

fundamental untuk menyelesaikan permasalahan bangsa. Pandangan ini menuntut

guru untuk selalu meningkatkan model pembelajarannya, agar tujuan pembelajaran

sejarah dapat tercapai secara maksimal. Keterampilan berpikir kesejarahan perlu

dikembangkan dalam bentuk pembelajaran dengan masalah, hipotesis, pengumpulan

194

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

data, pengujian hipotesis, dan kesimpulan. Pandangan guru tersebut memeriukan

pengembangan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kesadaran sejarah atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakter keilmuan.

Hasil prasurvai memberikan indikasi menarik tentang pandangan guru sejarah

pentingnya gagasan model dalam pembelajaran sejarah. Pandangan responden ini

sebagai bukti bahwa guru sejarah SMP Negeri di Kota Banjarmasin memiliki

pemikiran inovatif untuk mengembangkan model pembelajaran. Pemikiran inovatif

guru sejarah ini salah satunya juga disebabkan sering timbulnya keluhan dalam

pembelajaran sejarah yang dianggap kurang menarik dan membosankan. Responden

sebagai guru sejarah menyadari tanggung jawabnya untuk meningkatkan kesadaran

sejarah siswa-siswinya.

Gagasan model pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran sejarah siswa

didukung pandangan guru bahwa peningkatan kesadaran sejarah siswa itu menjadi

tanggung jawab guru. Pelajaran Sejarah diajarkan bukan tentang angka tahun, tokoh,

dan tempat kejadian melainkan pemahaman tentang pembahan, perspektif sejarah,

dan berpikir kesejarahan. Alasan guru sejarah tersebut didukung pandangan guru

sejarah bahwa dalam pembelajaran sejarah harus mencakup semua aspek (kognitif,

afektif, dan psikomotor).

Guru sejarah SMP Negeri di Kota Banjarmasin seluruhnya sudah mengenal

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), guru sejarah telah melihat persamaan KBK

dengan kurikulum 1994/suplemen 1999 terletak pada pokok bahasannya, sedangkan

perbedaannya pada strategi mengajarnya. Pandangan guru ini dapat digunakan

195

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

sebagai dasar untuk menggagas model dalam pembelajaran sejarah, selain itu metode

inkuiri merupakan salah satu yang disarankan dalam KBK.

Kemampuan guru sejarah SMP Negeri Kota Banjarmasin merencanakan

pengajaran dapat digunakan sebagai pendukung menggagas model pembelajaran,

guru melalu mencoba model baru, dan selalu terbuka menerima dan

mengimplementasikan pembaharuan dalam pembelajaran sejarah.

Responden dalam kegiatan pembelajaran selalu mengemukakan

permasalahan dan melatih intelektual siswa, meskipun metode ceramah mendominasi

kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan memperlihatkan guru sudah terbiasa

melakukan tanya jawab dan diskusi. Penggunaan media berupa gambar-gambar

sejarah dan peta sejarah digunakan hampir semua responden. Sumber sejarah yang

digunakan guru sejarah berasal dari berbagai sumber dan menggunakan buku babon.

Sarana prasarana di sekolah menurut responden kurang mendukung

keberhasilan pembelajaran, hal ini dapat diantisipasi dengan kemauan guru

menyediakan gambar-gambar maupun peta. Setiap siswa SMP di Kota Banjarmasin

mendapat bantuan Buku Teks sejarah, setiap siswa juga memiliki buku sejarah (buku

paket) terbitan Balai Pustaka dan terbitan Aneka Ilmu. Setiap SMP Negeri memiliki

perpustakaan sekolah yang menyediakan buku-buku sejarah maupun Ensiklopedi.

Beberapa sumber sejarah terdapat di Kota Banjarmasin seperti : Makam Suriansyah,

Masjid Suriansyah, dan Museum Perjuangan. Kondisi sekolah dan lingkungannya ini

dapat membantu untuk menggagas model pembelajaran dalam pembelajaran sejarah.

Gagasan model pembelajaran dalam pembelajaran sejarah juga melihat sisi

siswa yang berharap dalam pembelajaran sejarah diadakan diskusi dan tanya jawab.

196

\

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Siswa tertarik pada pelajaran sejarah bila guru menggunakan gambar-gambar

sejarah. Gagasan model pembelajaran dalam pembelajaran sejarah diharapkan dapat

mengurangi kebosanan siswa.

Informasi di perpustakaan dan di lingkungan siswa jarang dipergunakan

untuk pembelajaran sejarah. Gagasan model pembelajaran diharapkan dapat melatih

siswa memanfaatkan informasi yang pada gilirannya dapat mengurangi kebosanan

siswa selama mengikuti pelajaran sejarah.

Gagasan model pembelajaran dalam pembelajaran sejarah didasari keinginan

siswa agar guru sejarah memberi kesempatan bertanya, memberikan contoh-contoh,

menggunakan gambar-gambar sejarah, dan mengajak siswa menarik kesimpulan

4.2.1.2 Pembelajaran Sejarah dengan Model Inkuiri

Berdasarkan hasil prasurvai terlihat keadaan pembelajaran sejarah saat ini di

kota Banjarmasin. Pada dasarnya guru memiliki fondasi yang berguna untuk

mengembangkan atau menggagas model pembelajaran, terutama latar belakang

pendidikan yang berasal dari LPTK sesuai dengan mata pelajaran sejarah yang

diajarkan. Aspek penting untuk pengembangan model adalah pengetahuan yang

dimiliki guru tentang pendekatan dan metode pembelajaran sejarah. Berdasarkan

temuan hasil prasurvai di atas peningkatan kesadaran sejarah dalam pembelajaran

sejarah dapat dilakukan dengan mengembangkan mode! inkuiri.

Gagasan model pembelajaran berupa model inkuiri selain berdasarkan pada

hasil prasurvai juga didasarkan dari kajian teori tentang model-model pembelajaran

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran sejarah. Filosofis berbagai

197

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

model pembelajaran seperti kooperatif, kontekstual, dan berbagai model

pembelajaran tercakup secara kesatuan dalam model inkuiri. Selain itu model inkuiri

daiam pembelajaran sejarah sesuai dengan karakteristik keilmuan dan karakteristik

ilmu sejarah, karena pembelajaran sejarah dengan model inkuiri mengajak siswa

memahami prosedur ilr.-.iah dari suatu ilmu dan prosedur dari penelitian ilmu sejarah.

Kasus kontroversial tentang sejarah nasional akhir-akhir ini salah satunya

disebabkan lemahnya pemahaman keilmuan sejarah dan kesadaran sejarah, bukan

mempermasalahkan eksistensi ilmu sejarah dan pembelajaran sejarah. Pemahaman

keilmuan dan karakteristik ilmu sejarah dapat untuk menujukkan bahwa ilmu

pengetahuan berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia dan

temuan sumber baru. Pengembangan model inkuiri untuk pembelajaran diharapkan

dapat membantu siswa memahami hakekat ilmu pengetahuan dengan melakukan

aktivitas proses berpikir keilmuan dan kesejarahan, yaitu berpikir ilmiah dengan

metode ilmiah. Aktivitas belajar dalam bentuk inkuiri dapat menggugah siswa

sehingga berkembang kesadaran sejarahnya.

Berbagai peristiwa di daerah-daerah yang terjadi juga menunjukkan

kurangnya pemahaman dan penghayatan terhadap sejarah serta kesadaran sejarah,

sehingga jatidiri bangsa dan rasa nasionalisme kurang diperhatikan, bahkan ada

kecenderungan memudar.

Materi pembelajaran sejarah meliputi peristiwa masa lalu kehidupan manusia,

dalam lingkup dunia, regional, nasional dan lokal yang berupa peristiwa politik,

kebudayaan, ekonomi, sosial, bahkan teknologi. Guru dituntut menyampaikan

peristiwa masa lalu manusia tersebut kepada siswa, sehingga siswa memahami,

198

X

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

menghayati dan dapat mengambil manfaat dari peristiwa masa lalu kehidupan

manusia tersebut. Model pembelajaran diperlukan dalam pembelajaran sedarah di

dalam kelas untuk untuk menarik minat dan mengembangkan semangat belajar

sejarah tentang kehidupan manusia tersebut.

Pembelajaran sejarah berani menyentuh proses belajar. Berpikir analitik yang

Jebih bersifat konkrit seperti belajar science atau berpikir intuitif yang bersifat

abstrak perlu dikembangkan (Sukmadinata, 1997: 132-341). Ausubel (dalam

Sukmadinata, 1997: 135-139) menggambarkan belajar bermakna, yang mungkin

cocok dipakai belajar sejarah. Siswa memiliki konsep-konsep yang dipelajarinya

terlebih dahulu. Pada pengetahuan baru, siswa menghubungkannya dengan konsep-

konsep yang telah dimilikinya, dan terbentuklah kebermaknaan logis.

Berpikir abstrak diperlukan dalam belajar sejarah, karena kejadian masa lalu

sudah berlangsung dan jauh dari dari siswa (waktu maupun tempat). Nilai-nilai

nasionalisme, kepahlawanan, dan keuletan dalam pembelajaran sejarah adalah

fenomena abstrak yang dapat difahami dari bentuk-bentuk nyata peninggalan sejarah

yang kemudian diabstrakkan. Siswa dituntut berpikir abstrak dan berimaginasi agar

dapat memahami peristiwa masa lampau (Hasan, 1966: 81).

Tujuan secara umum pembelajaran sejarah menurut Gunning (1978: 178-180)

adalah: membentuk warga negara yang baik, menyadarkan para siswa untuk

mengenal dirinya sebagai orang yang baik, memberikan suatu perspektif sejarah

kepada anak didik, dan untuk mempersiapkan sebagai ahli sejarah setelah masuk

perguruan tinggi. Sedangkan tujuan khusus dari pembelajaran sejarah adalah: (1)

199

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

mengajarkan konsep, (2) mengajarkan keterampilan intelektual, dan (3) memberikan

informasi kepada anak didik.

Konsep adalah ide-ide, yang biasanya dinyatakan dengan kata-kata untuk

menggambarkan kelas atau kelompok benda, orang, perasaan, tindakan, atau ide-ide

yang memiliki suatu keumuman, seperti perang, perlawanan, penjajahan, pahlawan.

Konsep dapat merupakan ide-ide yang menggambarkan obyek nyata yang konkrit,

biasanya konsep adalah abstrak; tidak selalu berupa kata kerja tetapi dapat juga

berbentuk kata keadaan (Gunning, 1978: 14-15 ).

Pembelajaran sejarah dapat dengan menggunakan pendekatan yang berangkat

dari lingkup loka! ke lingkup nasional dan dunia, atau dari lungkup sempit ke

lingkup luas. Pengenalan peristiwa-peristiwa sejarah dapat diawali dari lingkup lokal,

sehingga siswa mendapatkan pemahaman tentang konsep-konsep sejarah dan

gambaran dari peristiwa sejarah. Dengan cara ini diharapkan siswa dapat bergairah

dan berminat dalam belajar sejarah, karena lingkungan sekitarnya juga mengandung

nilai-nilai sejarah. Selain itu pembelajaran diawali dari fakta-fakta ditingkatkan pada

intepretasi dan generalisasi.

Model pembelajaran inkuiri diharapkan dapat membantu kesulitan guru dan

mengembangkan kepribadian siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran sejarah dan

pendidikan nasional. Siswa berpikir secara kritis, memiliki minat belajar tinggi,

mempunyai pemahaman dan penghayatan terhadap peristiwa sejarah, dan

mempunyai kesadaran sejarah tinggi; berguna untuk menghadapi situasi bangsa dan

perkembangan iptek sekarang dan masa yang akan datang.

200

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Gagasan model inkuiri memperhatikan kaidah-kaidah keilmuan, karakteristik

ilmu sejarah, peserta didik dan bahan kajian seperti dalam kurikulum sejarah. Sejarah

sebagai ilmu pengetahuan terlihat dari karakteristik sejarah yang empiris,

mempunyai objek, mempunyai teori, dan mempunyai metode (Kuntowijoyo, 1995).

Terdapat enam langkah dalam penelitian sejarah yaitu : (1) memilih topik

yang sesuai, (2) mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik, (3)

mencatat temuan sesuai topik pada waktu penelitian, (4) melakukan kritik sumber,

(5) menyusun hasil penelitian sesuai sistematika, (6) menyajikan dan

mengkomunikasikan (Gray dalam Sjamsuddin, 1996: 89).

Belajar sejarah adalah pencarian dan penemuan akan makna sejarah sehingga

terjadi perubahan dalam diri siswa yang relatif permanen sebagai hasil dari latihan

atau pengalamannya. Kedudukan guru dalam proses belajar adalah mengorganisir,

mengelola, dan fasilitator sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan

baik. Ini sesuai dengan definisi mengajar menurut Mursell (1954: 18): "Teaching

may be defined as the organization of learning so ihe problem of succesful teaching

is to organize learning for authentic result." (Belajar didefinisikan sebagai

organisasi mengenai belajar permasalahan mengenai keberhasilan belajar yang mana

mengorganisir belajar untuk usaha yang autentik). Mengajar dapat diartikan sebagai

kegiatan untuk mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan

siswa sehingga teijadi proses belajar (Nasution, 1982: 8). Dari kedua pengertian

tentang belajar dan mengajar tersebut, belajar harus diorganisir di dalam kegiatan-

kegiatan yang bersifat nyata, menarik dan berguna bagi diri siswa.

201

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Model pembelajaran sangat penting karena keberhasilan belajar mengajar

tergantung pada strategi yang direncanakan, sebagai cara-cara di dalam melakukan

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik atau

perencanaan dari seorang guru tentang bagaimana pembelajarannya akan

dilaksanakannya (Djahiri dan Somara, 1978: 7-9).

Dewasa ini diperlukan model baru dalam pembelajaran sejarah, sehingga

murid lebih bergairah, berminat belajar sejarah, dan dapat mengambil manfaatnya.

Pembelajaran sejarah bukan penguasaan fakta-fakta sejarah, guru bukan membiarkan

siswa terpaku terorientasi pada masa lampau. Pembelajaran sejarah membuat siswa

dinamis/aktif mengamati perkembangan masa lampau dan menemukan konsep atau

ide-ide dasar dari peristiwa masa lampau tersebut yang nantinya diharapkan sebagai

bekal untuk menilai perkembangan masa kini dan masa yang akan datang.

Soedjatmoko (1976: 15) memberikan solusi agar siswa lebih aktif dan tertarik pada

pembelajaran sejarah, yaitu dengan kegiatan pembelajaran bersama dalam bentuk

penemuan atau advonturir. Guru dan siswa melakukan aktivitas yang memungkinkan

teijadinya tantangan intelektual sebagai ciri khas keilmuan sejarah, dan kondisi saat

ini, serta penemuan jati diri bangsa.

Pendapat Soedjatmoko di atas ditambahkan oleh Douch (dalam Ballard,

1970: 109): "Children need to be involved in history, to see it, not as a film which

they simply watch, but as a continuing play in which they themselves are actors

(Siswa dalam pembelajaran sejarah memerlukan seuatu yang konkrit bukan abstrak

seperti bentuk peristiwa sejarah. Dengan terlibat mengamati dan menyusun bentuk

202

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

yang konkrit berupa gambar-gambar atau foto sejarah mereka dapat mengembangkan

imajinasinya dan menjadi aktor dan pemain, bukan penonton film yang diam).

Pembelajaran sejarah diarahkan kepada peran aktif siswa untuk

meningkatkan kegairahan siswa belajar sejarah, salah satunya berpikir kesejarahan.

Pembelajaran sejarah dengan berpikir" kesejarahan mampu menerobos batas antara

dunia sekolah dan dunia nyata di sekitar siswa, secara sosiologis dan psikologis akan

membawa siswa mengenal dan dapat menghayati informasi kesejarahan dan

lingkungan masyarakatnya (Douch, 1970: 7-8).

Kesadaran sejarah sebagai aspek penting pembelajaran sejarah dapat

dikembangkan melalui pembelajaran dengan : (1) memanfaatkan sumber belajar di

daerahnya (lingkungannya), (2) mengenalkan kondisi alam dan lingkungan sosial-

budaya di daerahnya, (3) menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang

dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di lingkungan sekitarnya,

(4) mengakrabkan siswa dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan

dengan lingkungannya sendiri.

Kesadaran sejarah dalam pembelajaran sejarah dengan materi sejarah

nasional dan sejarah dunia penting bagi siswa karena perpekstif global ditandai oleh

tiga wilayah konsesus: (1) menyadari keanekararagaman dan persamaan budaya,

perbedaan perspektif dan karagaman kesadaran; (2) kesadaran dunia sebagai satu

sistem, kesadaran akan interdependent dan interkoneksi di antara negara-negara dan

bangsa-bangsa di dunia; (3) pengambilan keputusan lokal, di mana peserta didik

dipengaruhi oleh perkembangan global dan timbal balik, keputusan lokal itu akan

mempengaruhi perkembangan global (Merrryfield, 1997: 5)

203

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Pembelajaran dengan model inkuiri termasuk dalam pendekatan keterampilan

proses dengan ciri khasnya mengamati, memahami, dan terlibat dalam suatu proses

aktivitas pembelajaran. Pendekatan ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran

sejarah, karena dalam pembelajaran sejarah siswa memerlukan pengamatan terhadap

fakta -fakta sejarah, menyeleksi fakta-fakta, dan mengintepretasisi fakta-fakta. Model

inkuiri dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah sebagai suatu avonturir bersama

antara pengajar maupun yang diajar, bukan bentuk pembelajaran dengan hafalan

fakta. Dengan model inkuiri siswa diperkenalkan pada pembelajaran dengan riset

bersama antara guru dengan siswa menyerupai gaya seorang sejarawan.

Peristiwa sejarah nasional dan dunia dapat lebih menarik dengan

memanfaatkan sumber-sumber yang dekat dengan siswa, dengan model inkuiri siswa

diajak berpikir, intepretasi, diskusi dan akhirnya menulis sebuah tulisan (sederhana)

tentang peristiwa sejarah di Indonesia berdasarkan fakta-fakta di daerahnya.

Guru perlu mengajak siswa memahami hakekat dari sejarah, dan proses

penulisan sejarah yang dapat diperoleh dari Historiografi di daerah, sehingga dapat

membuka wawasan berpikir siswa. Subyektivitas dalam menafsirkan sejarah dapat

dipahami siswa; yang pada gilirannya menarik minat siswa belajar sejarah.

Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran dengan menggunakan inkuiri

(Beyer(1979: 16):

Inquiry teaching is creating and conducting leaming experiences which require students to go through the same processes and to develop or employ the same knowledge and attitudes that they would use if they were engaged in independent rational inquiry (Pembelajaran inkuiri adalah menciptakan dan melaksanakan pengalaman belajar, siswa melakukan proses yang sama dan mengembangkan sikap dan pengetahuan yang sama di mana akan mereka gunakan jika mereka sibuk dalam kemandirian rational inguiry

204

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Inkuiri merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran yang harus

dilakukan siswa dalam bentuk proses mental, dan proses intelektualnya (Beyer

,1979). Dalam rangka strategi dipergunakan berbagai kegiatan instruksional sesuai

dengan operasional intelektual yang telah dirancang. Penjelasan Beyer ini

menekankan bahwa dalam pembelajaran dengan strategi inkuiri posisi guru sudah

tidak lagi dominan, bahkan guru dituntut mendorong dan membimbing siswa

melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan aktivitas berpikir. Unsur-unsur

pembelajaran inkuiri dikembangkan oleh Beyer (1979: 85) sebagai berikut:

Bagan: 4.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Inkuiri

Tujuan disusun dalam bentuk permasalahan oleh guru, siswa, dan guru

dengan siswa. Permasalahan berupa peristiwa yang menarik, konflik dan

penyelesaiannya, informasi yang kontradiksi, dan solusi permasalahan, solution

(Beyer, 1979: 89).

205

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Perumusan hipotesis untuk menjawab permasalahan sifatnya tentative, berupa

dugaan sebagai usaha intelektual berdasarkan informasi yang ada (tulisan, media

visual, bahkan sumber dari ingatan siswa sendiri) (Beyer, 1979: 97). Guru

menyediakan informasi bagi siswa, demikian juga informasi yang dimiliki siswa juga

berguna karena menunjukkan pengalaman dan konsep-konsep siswa": Bimbingan

guru sangat diperlukan pada tahap ini.

Tahap ke tiga adalah pengujian hipotesis, terdiri dari tiga langkah :

pengumpulan informasi (assembling evidence), menyusun informasi (arranging

evidence), dan menganalisis informasi (analyzing evidence) (Beyer, 1979: 111).

Assembling evidence : pengumpulan informasi untuk membuktikan hipotesis,

dilakukan dengan pertanyaan oleh guru kepada siswa sehingga tercipta suasana

belajar secara inkuiri (Beyer, 1979: 113). Pertanyaan secara tertulis atau lisan,

sehingga tercipta belajar dalam kelompok atau individu. Identifikasi informasi oleh

siswa melalui gambar, bagan, diagram, surat kabar, dokumen, dan grafik. Siswa

mengindentifikasi informasi dan mengumpulkan informasi yang bermakna. Guru

menyediakan informasi yang diperlukan, siswa memilih informasi dan menilai untuk

membuktikan hipotesis.

Arranging evidence merupakan langkah persiapan analisis dengan cara

penterjemahan, penafsiran, dan pengklasifikasian informasi. Analyzing evidence

merupakan penempatan hubungan antara informasi dan hipotesis dan antara semua

bagian dari informasi. Analisis informasi bergantung pada informasi dan hipotesis

untuk menemukan sebab dan akibat, urutan, pola-pola, keteraturan dan jenis

hubungan lainnya. Analisis informasi adalah operasi intelektual {mental operations)

206

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

pikiran siswa untuk menemukan makna dari informasi. Contoh pertan f a a i ^ ^ u ^ ^ ^ J ^

analisis informasi : "(1) what does this evidence mean ? (2) how is ^kfo^j^^sP";

another piece of evidence ? (3) which piece of evidence came first ? (4) what is the

relationship between this evidence and the hypothesis ?" (Beyer, 1979: 123).

Pertanyaan diajukan guru atau siswa, selanjutnya siswa mereview hipotesis yang

diuji maupun informasi yang digunakan (mendukung atau menolak hipotesis). Guru

membimbing, mengajukan pertanyaan, dan petunjuk tertulis. Alat penting menguji

hipotesis adalah : pertanyaan dan informasi. Informasi yang relevan dan tidak

relevan dengan hipotesis disediakan guru agar dapat dibedakan siswa. Konklusi

dengan informasi yang lengkap maupun informasi yang kurang lengkap disusun

siswa dengan arahan guru. Pertanyaan guru atau siswa (tertulis atau lisan) diperlukan

untuk operasi intelektual (Beyer, 1979: 129), misalnya: berhubungan dengan

identifikasi, evaluasi, dan intepretasi informasi.

Develop conclusions about the accuracy of the hypothesized alternatives or

answers :. Konklusi adalah pernyataan tentang validitas hipotesis. Hipotesis yang

valid terbukti kebenarannya. Guru membimbing siswa melakukan konklusi. Apply

these conclusions to additional data : Tahap ini adalah penarikan kesimpulan, untuk

melihat apakah kesimpulan yang telah ditarik itu benar-benar tepat atau benar dalam

kenyataannya.

Pembelajaran inkuiri digambarkan dalam bentuk bagan oleh Beyer (1979:

137) sebagai berikut:

207

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Bagan : 4.3 Strategi Belajar dengan Inkuiri

Model inkuiri yang dikembangkan Beyer (1979) di atas dalam

implementasinya diperlukan penyesuaian tanpa menghilangkan makna dari model

inkuiri itu sendiri. Penyesuaian model inkuiri tersebut didasarkan pada aspek jenjang

pendidikan, untuk itu di bawah ini dikaji model inkuiri yang diimplementasikan pada

jenjang SMP.

208

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

4.2.1.3 Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sejarah pada Jenjang SMP

Siswa SMP bila dilihat dari pandangan Piaget termasuk dalam tahap formal

operasional (usia 11-15 tahun) sudah dapat berpikir logis dan mampu mengkaitkan

obyek-obyek konkrit. Fase perkembangan berpikir terjadi dalam fase operasional

forma! (Piaget, dalam Lawson, 1995). Operasional formal merupakan sine qua non

dari kemampuan kognitif (Adam & Gullota, 1983). Siswa dalam fase operasional

formal memiliki perkembangan berpikir abstraksi, sehingga dapat terlibat (engage)

dalam berpikir kombinatorial, menyelesaikan masalah-masalah verbal dan hipotetis

(proporsional), dan mengerti proporsionalitas (Adam & Gullota, 1983).

Outcomes utama dari perkembangan logika operasi formal siswa seusia SMP

(Keating dalam Adam & Gullota, 1983) adalah : (1) kemampuan menggunakan

abstraksi meningkat sehingga siswa dapat membedakan gejala nyata (konkrit) dan

abstrak (kemungkinan), (2) siswa dengan kemampuan menguji hipotesis mampu

mengakui kemungkinan teijadi kesalahan, (3) siswa dapat berpikir tentang, masa

depan.

Pada tahap operasi formal ini siswa sudah dapat mengatasi masalah dan

memiliki kemampuan mengkoordinasikan kemampuan kognitif secara serentak dan

berurutan, yaitu : menggunakan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak

(Gredler, 1994 : 326). Kemampuan berpikir hipotesis merupakan kemampuan

berpikir pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang sesuai,

sedangkan kemampuan menggunakan prinsip-prinsip abstrak digunakan untuk

mempelajari materi pelajaran yang abstrak. Berpikir merupakan proses dinamis,

proses berpikir pada dasarnya ada tiga langkah, yaitu : (1) pembentukan pengertian,

209

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

(2) pembentukan pendapat, (3) penarikan kesimpulan. Berpikir adalah kejadian

abstrak, proses kesadaran menjadi kuat dan mendapat arah karena hal yang

dipikirkan (Suryabrata, 1991 : 54).

Usia SMP merupakan peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Siswa

usia SMP sudah dapat merasakan manfaat belajar sejarah, sehingga pelajaran sejarah

diharapkan dapat membuka pemikirannya tentang segala sesuatu yang terkandung di

dalamnya (Hill, 1956: 94). Cerita-cerita sejarah pada masa kecil, baru dapat

memberikan arti pada usia SMP dan dapat menjadi dasar pertumbuhan

intelektualnya. Sejarah mulai dikenalnya sebagai hubungan langsung dengan

perkembangannya selaku warga negara. Siswa usia SMP sudah dapat mempelajari

kekuatan pikiran-pikiran intelektual dan moral dalam sejarah ( Hill, 1956: 104).

Siswa usia SMP sudah dapat melakukan pembelajaran sesuai berpikir ilmiah,

karena kemampuannya sudah pada tahap formal operasional. Pembelajaran sejarah

pada usia SMP dapat diarahkan pada keterampilan : (1) mendapatkan informasi, (2)

menilai informasi, dan (3) menggunakan pengetahuan (Kasmadi, 1996: 77).

Keterampilan mendapatkan informasi dilakukan siswa pada jenjang SMP

dengan cara : mendengarkan, membaca, diskusi, dan membuat catatan (Kasmadi,

1996: 78). Mendengarkan diikuti dengan aktivitas berpikir dan diskusi bukan pasif.

Membaca sebagai keterampilan diarahkan sesuai dengan keilmuan sejarah, siswa

SMP selain diajak membaca buku teks juga dibimbing menafsirkan peristiwa

sejarah. Mendapatkan informasi dilakukan juga dalam diskusi, sehingga terjadi tukar

menukar informasi dan saling menghormati. Siswa SMP juga dibimbing menyusun

catatan dengan bahasanya sendiri yang diperoleh dari guru, buku teks, dan diskusi.

210

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

Keterampilan menilai informasi dalam belajar sejarah pada siswa SMP

diarahkan pada keterampilan membuat suatu menjadi relevan (Kasmadi, 1996: 79),

misalnya kaitan permasalahan dengan fakta. Siswa SMP dibimbing memberikan

argumen logis secara deduktif dan induktif dalam kegiatan diskusi. Guru melatih

siswa bertanya "mengapa" dan memupuk sikap ingin tahu. Siswa dilatih melihat

peristiwa sejarah secara multidimensional. Siswa diajak melakukan perbandingan

sejarah dan berpikir tentang waktu dan perubahan. Keterampilan menggunakan

informasi dalam bentuk penelitian sederhana, berbicara di depan kelas dan diskusi,

menyusun informasi yang diperoleh berbentuk tulisan sederhana.

Perbedaan kemampuan penalaran dalam pembelajaran sejarah siswa usia

Sekolah Dasar dan SMP : (1) Siswa Sekolah Dasar umumnya menyukai hal-hal

"romantis" , senang cerita sejarah yang bersifat imajinatif dengan membayangkan

secara tentatif gambaran sejarah masa lampau, sedangkan (2) Siswa pada jenjang

SMP sudah harus dibimbing berpikir logis, penalaran siswa sudah dikembangkan

bersikap kritis. Materi pada siswa SMP diarahkan pada pemikiran proses kejadiannya

dan dasar dari kejadian tersebut, artinya menurut sumber sejarah apa atau siapa

pelaku sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya. Siswa usia SMP diperkenalkan

dan dilatih mencari, memahami, dan menarik informasi dari sumber sejarah yang ada

di sekolah atau bacaan, buku, surat kabar, siaran radio dan televisi atau bertanya

kepada tokoh pelaku sejarah di daerahnya (Soetanto, 1997: 33).

Pembelajaran sejarah pada jenjang setingkat SMP diarahkan pada sejarah

kebangsaan dengan fokus pada peristiwa-peristiwa penting berkaitan dengan

masalah-masalah masa kini, sehingga siswa dapat melihat perbedaan-perbedaan dan

211

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Prasurvai Penelitian

persamaan-persamaan kehidupan kebangsaan pada masa lampau dan pada masa

sekarang (Hill, 1956: 96). Siswa juga diajak memahami tentang warisan-warisan

manusia masa lalu dari berbagai negara yang istimewa yang berkaitan dengan

negaranya yang banyak memberikan kontribusi dalam perkembangan kebudayaan.

Pembelajaran sejarah kebangsaan yang berkaitan dengan negaranya bersifat

lebih mendalam, bukan materi tetapi maknanya (Hill, 1956: 97). Dengan demikian

siswa SMP dapat memahami sejarah bangsanya dengan latar belakang bangsa lain.

Peristiwa-peristiwa sejarah nasional yang dipelajari siswa SMP yang dihubungkan

dengan peristiwa sejarah bangsa lain dapat mengembangkan kesadaran pada diri

siswa tentang pengaruh luar terhadap perjalanan sejarah bangsanya (Hill, 1956: 98).

4.2.1.4 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Sejarah

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan (U.U. RI No. 20 Tahun 2003)..

Kurikulum diumpamakan organisme, memiliki susunan anatomi. Unsur anatomi

tubuh kurikulum adalah : tujuan, materi, proses atau sistem penyampaian dan media,

serta evaluasi yang berkaitan satu sama lain (Sukmadinata, 2001: 102). Sedangkan

kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap

yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak (Mulyasa, 2003: 37).

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan konsep kurikulum yang

menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas

dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik,

berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Mulyasa, 2003 : 39).

212