makalah gastroesophageal refluks

Upload: evi-nur-laili

Post on 08-Jan-2016

76 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Gastroesophangeal Reflux Disease (GERD)

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangGastroesophageal reflux disease (GERD) adalah suatu kondisi di mana cairan lambung mengalami refluks ke esofagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar, nyeri di dada, regurgitasi dan komplikasi.Berdasarkan Konsensus Montreal tahun 2006 (the Montreal definition and classification of gastroesophageal reflux disease : a global evidence-based consensus), penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome) di esofagus maupun ekstra-esofagus dan/atau komplikasi (Vakil dkk, 2006). Komplikasi yang berat yang dapat timbul adalah Barrets esophagus, striktur, adenokarsinoma di kardia dan esofagus (Vakil dkk, 2006), (Makmun, 2009). Penderita GERD hampir separuh penduduk dunia. Di negara Barat GERD merupakan penyakit di mana pasien sering meminta pertolongan. Menurut data di Amerika Serikat diperkirakan 7% dari populasi menderita heart burn tiap hari, 14% tiap minggu. Prevalensi GERD di negara Barat sekitar 20-40% dari populasi. Studi lain mengatakan prevalensi GERD 19,4%. Sedangkan di Asia prevalensi GERD lebih rendah. Namun, banyak penelitian pada populasi umum yang baru-baru ini dipublikasikan menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi GERD di Asia. Prevalensi di Asia Timur 5,2 %-8,5 % (tahun 2005-2010), sementara sebelum 2005 2,5%-4,8%; Asia Tengah dan Asia Selatan 6,3%-18,3%, Asia Barat yang diwakili Turki menempati posisi puncak di seluruh Asia dengan 20%. Asia Tenggara juga mengalami fenomena yang sama; di Singapura prevalensinya adalah 10,5%, di Malaysia insiden GERD meningkat dari 2,7% (1991-1992) menjadi 9% (2000-2001), sementara belum ada data epidemiologi di Indonesia(Jung, 2009),(Goh dan Wong, 2006). Di Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI-RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan kasus esofagitis sebanyak 22,8 % dari semua pasien yang menjalani endoskopi atas dasar dispepsia (Makmun, 2009). Dengan demikian, perawat diharapkan memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk menangani gastroesophageal refluks (GERD).Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lenjut mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pencegahan, pengobatan bahkan beberapa komplikasi yang sering muncul pada klien dengan GERD. Sehingga sebagai perawat, hendaknya dapat mengantisispasi apabila ada suatu kejadian klien dengan GERD sebaik-baiknya.

1.2 Tujuan1) Mengetahui dan memahami definisi GERD (Gastroesophageal Refluks Disease).2) Mengetahui dan memahami etiologi GERD (Gastroesophageal Refluks Disease).3) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis GERD (Gastroesophageal Refluks Disease).4) Mengetahui dan memahami patofisiologi GERD (Gastroesophageal Refluks Disease).5) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan GERD (Gastroesophageal Refluks Disease).6) Mengetahui dan memahami WOC dari GERD (Gastroesophageal Refluks Disease).7) Mengetahui dan memahami komplikasi dari GERD (Gastroesophageal Refluks Disease).8) Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien dengan GERD (Gastroesophageal Refluks Disease).

1.3 ManfaatDengan disusunnya makalah ini, mahasiswa akan mampu membuat Asuhan Keperawatan kepada pasien dengan Penyakit Gastroesophageal Refluks.

17

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiRefluks isi lambung yang asimtomatik dan dengan frekuensi yang jarang merupakan hal yang fisiologis. Refluks paling sering terjadi pada bayi kecil yang memuntahkan susu ke orang tua, furnitur, dan karpet. Kebanyakan tidak mengalami masalah hanya perlu meyakinkan orang tua dan mengawasi seiring dengan pematangan fungsi sfingter esofageal bawah. (Meadow, 2005)

2.2 EtiologiRefluks gastroesofagus merupakan keadaan yang disebabkan oleh aliran balik isi lambung ke dalam esofagus menghasilkan inflamasi (esofagitis), yang bermanifestasi sebagai dispepsia. Hiatus hernia merupakan penonjolan abnormal lambung proksimal melewati pintu esofagus di diafragma yang menyebabkan posisi sambungan esofagogaster lebih proksimal dan merupakan predisposisi terhadap terjadinya penyakit refluks gastroesofagus (GERD).Penyebab tersering terjadi karena kegagalan mekanisme normal dari kontinensia gastroesofagus (tekanan sfingter esofagus bagian bawah, panjang sfingter esofagus bagian bawah, sudut His, serat-serat mengitari sekeliling kardia, serat-serat crural dari diafragma, rosette mukosa). Tekanan sfingter esofagus bagian bawah menurun akibat rokok, alkohol, dan kopi.Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi Sfingter Esofagus Bawah (SEB) adalah posisi sfingter dalam abdomen, sudut insersi esofagus ke dalam lambung, dan tekanan sfingter. Seringnya tekanan sfingter turun secara spontan merupakan mekanisme utama refluk, tetapi refluks melalui sfingter yang lemah kronis sering terjadi pada esofagitis, sedangkan refluks dengan tekanan normal bisa terjadi apabila tekanan perut meningkat (batuk, menangis, BAB). Pada orang normal refluks biasa terjadi setelah makan, dan penelanan ludah untuk membersihkan sisa-sisa asam merupakan mekanisme yang penting untuk mencegah esofagitis. Kapasitas penampungan esofagus bayi yang kecil memberi kecenderungan untuk muntah, suatu masalah yang sangat kurang lazim pada remaja dan orang dewasa. Penderita dengan refluks tak normal dapat juga menampakkan pengurangan pengosongan lambung dan pengurangan pembersihan asam dari esofagus. Pemasangan pipa gastronomi mendorong refluks, mungkin karena mengubah sudut masuknya esofagus ke dalam lambung. (Behrman, 2000)

2.3 Manifestasi KlinisGambaran klinis yang dapat ditemukan yaitu nyeri terbakar retrosternal, menjalar ke epigastrium, rahang dan lengan. (Nyeri esofagus sering dikelirukan dengan nyeri kardiak). Regugirtasi asam lambung ke dalam mulut (waterbrash) (ulkus yang menembus pada esofagus Barett). Disfagia yang berasal dari striktur yang ringan. Nyeri punggung.Gambaran klinis:1) Nyeri dada seperti terbakar (heartburn): refluks paling sering timbul dengan keluhan utama heartburn dan kadang-kadang mual.2) Gejala refluks lain antaranya adalah nyeri ulu hati yang asam (regurgitasi asam ke bagian belakang mulut) dan kadang-kadang lebih buruk di malam hari (yaitu saat berbaring).3) Nyeri dada bisa menjadi keluhan utama dan menyebabkan spasme esofagus aklibat refluks. Keluhan ini sangat mirip dengan angina. Penyakit jantung harus disingkirkan (seringkali dilakukan dengan melakukan tes olahraga) sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang pada saluran pencernaan bagian atas.4) Disfagia transien bisa dialami pada esofagitis berat. Disfagia yang lebih persisten disertai regurgitasi atau muntah menunjukkan berkembangnya komplikasi sekunder seperti struktur esofagus peptikum atau bahkan karsinoma. (Davey, 2006)

2.4 PatofisiologiEsofagus dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter. Sfingter adalah struktur berotot berbentuk seperti cincin jika tertutup, mencegah lewatnya benda melalui saluran yang dijaganya. Sfingter esofagus untuk bagian atas disebut dengan sfingter faringoesofagus sedangkan sfingter bawahnya disebut sfingter esofagus.Kecuali sewaktu menelan, sfingter faringoesofagus menjaga pintu masuk esofagus tetap tertutup untuk mencegah masuknya sejumlah besar udara ke dalam esofagus dan lambung saat bernapas. Apabila tidak ada sfingter faringoesofagus, saluran pencernaan akan menerima banyak gas dan menyebabkan bersendawa yang berlebihan pada seseorang. Selama menelan, sfingter ini akan berkontraksi sehingga sfingter terbuka dan bolus dapat lewat ke dalam esofagus. Setelah bolus berada dalam esofagus, sfingter akan menutup, saluran pernapasan terbuka dan bernapas dapat kembali dilakukan. Tahap orofaring selesai dan tahap ini kira-kira memakan waktu satu detik setelah proses menelan dimulai.Tahap esofagus menelan sekarang dimulai. Pusat menelan memulai gelombang peristaltik primer yang mengalir dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus di depannya melewati esofagus ke lambung. Peristaltik mengacu pada kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif ke depan dengan gerakan mengosongkan, mendorong bolus ke depan dengan cara kontraksi otot polos tersebut. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar lima sampai sembilan detik untuk mencapai ujung bawah esofagus. Sfingter gastroesofagus akan melemas secara refleks saat gelombang peristaltik mencapai bagian bawah esofagus sehingga bolus dapat masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke lambung, sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi untuk mempertahankan sawar antara esofagus dan lambung, sehingga mengurangi kemungkinan refluks isi lambung yang asam kembali ke dalam esofagus. Apabila isi lambung mengalir kembali ke esofagus akibat dari sfingter yang tidak berkontraksi ataupun relaksasi yang tidak adekuat, keasaman isi lambung tersebut akan mengiritasi esofagus, menimbulkan sensasi terbakar pada esofagus hingga dada yang dikenal sebagai heartburn. Kondisi ini disebut dengan GERD: Gatroesophageal Reflux Disease. (Jihan, 2012)

2.5 PenatalaksanaanPenatalaksanaan penting dapat dilakukan berdasarkan tujuan penyembuhan secara umum, medikamentosa dan pembedahan.a. Umum:1) Turunkan berat badan, hindari rokok, kopi, alkohol, dan cokelat.2) Hindari pakaian ketat (Grace, 2007)b. Medikamentosa:1) Singkirkan keganasan dengan EGD pada pasien yang berusia lebih dari 45 tahun dan dengan gejala-gejala yang dicurigai keganasan.2) Kontrol sekresi asam lambung (antagonis reseptor H2 (misalnya ratinidin) atau inhibitor pompa proton (PPI) (misalnya esofagus).3) Minimalkan efek refluks (berikan alginat untuk melindungi esofagus).4) Obat-obat prokinetik (misalnya metoklopramid, cisaprid) memperbaiki tonus sfingter esofagus bagian bawah dan merangsang pengosongan lambung. (Grace, 2007)c. Pembedahan:Pembedahan antirefluks yang dapat dilakukan dengan laparotomi atau laparoskopi. Pembedahan tersebut diindikasikan untuk komplikasi refluks seperti kegagalan dalam mengontrol gejala dengan mediakamentosa. (Grace, 2007)

2.6 WOCWeb Of Caution (WOC) / Perjalanan penyakit Gastroesophageal Refluks dijelaskan pada lampiran 1.

2.7 KomplikasiMenurut Asroel (2002), komplikasi yang mungkin munccul pada paenderita GERD adalah sebagi berikut :a. Esofagitis ulseratifb. Esofagus barretts : yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner metaplastik.c. Striktur esofagusd. Gagal tumbuh (failur to thrive)e. Perdarahan saluran cerna akibat iritasi f. Aspirasi.

2.8 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan dilakukan diantaranya pemeriksaan pH esofagus dalam 24 jam (pada kebanyakan bayi ditemukan asam di esofagus kurang dari 6%) dan endoskopi. Selain itu, terdapat pemeriksaan dengan menelan Barium, sliding hiatus hernia, ulkus esofagus, strikur. Esofagoskopi: nilai esofagitis, biopsi untuk histologi, dilatasi strikur jika ada. (Grace, 2007)Pemeriksaan penunjang:1) Endoskopi saluran pencernaan bagian atas sangat bermanfaat pada refluks. Pada kebanyakan kasus hasil pemeriksaan ini normal, atau bisa tampak esofagitis atau epitelium Barrett (suatu keadaan praganas, merupakan predisposisi adenokarsinoma di sepertiga bawah esofagus, meningkatkan risiko kejadian adenokarsinoma sampai 30-40 kali lipat). Dianjurkan untuk melakukan pemamntauan dengan endoskopi/biopsi esofagus per tahun.2) Pemeriksaan dengan kontras barium sering memberikan informasi yang setara dengan endoskopi. Pada pasien disfagia, gangguan motilitas seperti spasme esofagus difas dan akalasia tampak lebih jelas pada pemeriksaan radiologis. Selain itu ukuran dan sifat hernia hiatus tampak lebih ringan dengan endoskopi.3) Manometri esofagus 24-jam dan pencatatan pH pada pasien dengan gejala yang persisten dan mengganggu, manometri dan pencatatan pH bisa bermanfaat untuk memilih pasien, mana bisa dilakukan bedah antirefluks. (Davey, 2006)

2.9 PrognosisGejala GERD biasanya berjalan perlahan-lahan, sangat jarang terjadi episode akut atau keadaan yang bersifat mengancam nyawa (jarang menyebabkan kematian). Prognosis penyakit ini baik jika derajat kerusakan esofagus masih rendah dan pengobatan yang diberikan benar pilihan dan pemakaiannya. Pada kasus-kasus dengan esofagitis grade D dapat masuk tahap displasia sel sehingga menjadi Barrets Esofagus dan pada akhirnya Ca Esofagus.

2.10 Asuhan Keperawatan1) Pengkajiana. Keadaan umumMeliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.b. Tanda-tanda vitalMeliputi pemeriksaan :1. Tekanan darah : sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis.2. Pulse rate3. Respiratory rate4. Suhuc. Keluhan utamaDikaji Awitan (perjalanan penyakit), durasi, kualitas dan karakteristik, tingkat keparahan. Lokasi, faktor pencetus, manifestasi yang berhubungan :1. Keluhan tipikal (esofagus) :heartburn,regurgitasi, dan disfagia.2. Keluhan atipikal (eskstraesofagus) : batuk kronik, suara serak, pneumonia, fibrosis paru, bronkiektasis, dan nyeri dada nonkardiak.3. Keluhan lain : penurunan berat badan, anemia, hematemesis atau melena, odinofagia.d. Riwayat kesehatan dahulu1. Penyakit gastrointestinal lain2. Obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung3. Alergi/reaksi respon imune. Riwayat penyakit keluargaf. Pola Fungsi Keperawatan1. Aktivitas dan istirahatData Subyektif : Klien mengatakan agak sulit beraktivitas karena nyeri di daerah epigastrium, seperti terbakar.Data obyektif : Tidak terjadi perubahan tingkat kesadaran; Tidak terjadi perubahan tonus otot.2. SirkulasiData Subyektif : Klien mengatakan bahwa ia tidak mengalami demam.Data Obyektif: Suhu tubuh normal (36,5-37,5oC); Kadar WBC meningkat.3. EliminasiData Subyektif : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan eliminasi.Data obyektif : Bising usus menurun (30 40 x/mnt dan pada anak-anak > 20-26 x/menit; Klien terlihat batuk.8. KeamananData Subyektif : Klien mengatakan merasa cemasData obyektif : Klien tampak gelisah9. Interaksi sosialData Subyektif : Klien mengatakan suaranya serak; Klien mengatakan agak susah berbicara dengan orang lain karena suaranya tidak jelas terdengar.Data obyektif : Suara klien terdengar serak; Suara klien tidak terdengar jelas.g. Pemeriksaan Fisik1. Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti compos mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.2. Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.3. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit : Warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema. Rambut : Dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik lain. Kelenjar getah bening : Dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah servikal anterior, inguinal, oksipital dan retroaurikuler.4. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajahnya asimetris atau ada/tidaknya pembengkakan, mata dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera, pupil, lensa, pada bagian telinga dapat dinilai pada daun telinga, liang telinga, membran timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung dan mulut ada tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada tidaknya tanda radang, lidah, salivasi. Leher : Kaku kuduk, ada tidaknya massa di leher, dengan ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada tidaknya nyeri telan5. Pemeriksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah organ paru dan jantung. Secara umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi simetris apa tidaknya, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta dapat dilihat batas pada saat perkusi didapatkan bunyi perkusinya, bagaimana(hipersonor atau timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah, redup atau pekak, apabila terjadi konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain serta pada saat auskultasi paru dapat ditentukan suara nafas normal atau tambahan seperti ronchi, basah dan kering, krepitasi, bunyi gesekan dan lain-lai pada daerah lobus kanan atas, lobus kiri bawah, kemudian pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyut apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel, getaran bising(thriil), bunyi jantung, atau bising jantung dan lain-lain6. Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang ukuran atau bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut, kemudian pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta genetalianya.7. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain.

2) Diagnosa Keperawatana. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunan refluks laring dan glotis terhadap cairan refluks.b. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan muntah / pengeluaran yang berlebihan.c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.d. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagus.e. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan refluks cairan ke laring dan tenggorokan.f. Gangguan menelan berhubungan dengan penyempitan/striktur pada esophagus akibatgastroesofageal reflux disease.g. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.

3) Intervensi Keperawatan1. Risiko aspirasi berhubungan dengan hambatan menelan, penurunanrefleks laring dan glotis terhadap cairan refluks.Kriteria Hasil :a. Klien dapat bernafas dengan mudah, tidak irama, frekuensi pernafasan normalb. Pasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan mampu melakukan oral hygienec. Jalan nafas paten, mudah bernafas, tidak merasa tercekik dan tidak ada suara nafas abnormal

INTERVENSIRASIONAL TINDAKAN

Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dan kemampuan menelan.Meningkatkan ekspansi paru maksimal dan alat pembersihan jalan napas.

Naikkan kepala 30-45 derajat setelah makan.Meningkatkan pengisian udara seluruh segmen paru, memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

Potong makanan kecil kecil.Menghindari terjadinya risiko aspirasi yang terlalu tinggi.

Hindari makan kalau residu masih banyakDapat membatasi ekspansi gastroesofagus

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual dan muntah / pengeluaran yang berlebihan.Definisi: penurunan cairan intravaskuler, interstisial dan atau interseluler. Mengarah ke dehidrasi kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium.Kriteria Hasil :a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia BB, BJ urine normal b. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik dan tidak ada rasa haus yang berlebihan c. Berat badan stabil d. Hematokrit menurun e. Tidak ada ascites

INTERVENSIRASIONAL TINDAKAN

Monitor status hidrasi.Perubahan pada kapasitas gaster dan mual sangat mempengaruhi masukan dan kebutuahan cairan, peningkatan risiko dehidrasi.

Kaji tanda vital, catat perubahan TD, takikardi, turgor kulit dan kelembaban membran mukosa.Indikator dehidrasi/hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan

Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasiMenggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera dan pasien mampu memenuhi cairan per oral.

Dorong masukan oral bila mampuMemungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan infasif dan kembali ke normal.

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake kurang akibat mual dan muntah.Definisi: intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuhKriteria Hasil :a. Peningkatan berat badan sesuai dengan tujuanb. Tidak ada tanda-tanda malnutrisic. Tidak ada penurunan berat badan yang berartid. Stamina dan energi meningkat

INTERVENSIRASIONAL TINDAKAN

Diskusikan pada pasien makanan yang disukainya dan makanan yang tidak disukainya.Dengan memilih makanan yang disukai pasien maka selera makan si pasien akan bertambah dan dapat mengurangi rasa mual dan muntah.

Buat jadwal masukan tiap jam. Anjurkan mengukur cairan/makanan dan minum sedikit demi sedikit atau makan secara perlahan.Setelah tindakan pembagian, kapasitas gaster menurun kurang dari 50 ml, sehingga perlu makan sedikit/sering.

Beritahu pasien untuk duduk saat makan/minum.Menurunkan kemungkinan aspirasi.

Tekankan pentingnya menyadari kenyang dan menghentikan masukan.Makan berlebihan dapat mengakibatkan mual dan muntah

Timbang berat badan tiap hari. Buat jadwal teratur setelah pulang.Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi

Kolaborasi dengan ahli giziPerlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi

4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan esofagusKriteria Hasil :a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologiuntuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeric. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tandad. Tanda vital dalam rentang normal

INTERVENSIRASIONAL TINDAKAN

Kurangi faktor presipitasi nyeriDengan berkurangnya faktor pencetus nyeri maka pasien tidak terlalu merasakan intensitas nyeri.

Tingkatkan istirahatMenurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa kontrol.

Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang, dan antisipasi ketidaknyamanan prosedur.Pemberian informasi yang berulang dapat mengurangi rasa kecemasan pasien terhadap rasa nyerinya.

Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi seperti teknik relaksasi nafas dalam, distraksi dan kompres hangat/dingin.Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan kemampuan koping.

Berikan analgesik untuk mengurangi nyeriPerlu penanganan obat untuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan

5. Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan refluks cairan ke laring dan tenggorokanKriteria Hasil :a. Jalan nafas yang paten (tidak tercekik, irama nafas dan pola nafas dalam rentang normal)

INTERVENSIRASIONAL TINDAKAN

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasiPeninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.

Lakukan fisioterapi dada jika perluFisioterapi dada dapat mengeluarkan sisa sekret yang masih tertinggal.

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.Keseimbangan akan stabil apabila antara pemasukan dan pengeluaran diatur

6. Gangguan Menelan berhubungan dengan penyempitan/strikture pada esophagus akibat gastroesophegal reflux diseaseKriteria Hasil :a. Klien dapat menelan makanan dengan sempurnab. Klien tidak merasa nyeri dan kesulitan menelan

INTERVENSIRASIONAL TINDAKAN

Bantu pasien dengan mengontrol kepalaMenetralkan hiperekstensi , membantu mencegah aspirasi dan meningkatkan kemampuan untuk menelan.

Letakkan pasien pada posisi duduk/tegak selama dan setelah makan.Menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan.

Berikan makan perlahan pada lingkungan yang tenangPasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adnya gangguan distraksi dari luar

7. Ansietas berhubungan dengan proses penyakitKriteria Hasil :a. Menyingkirkan tanda kecemasanb. Mampu membuat strategi kopingc. Intensitas kecemasan berkurangd. Mencari informasi untuk menurunkan cemas

INTERVENSIRASIONAL TINDAKAN

Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis.

Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten dan dukungan untuk orang terdekat.Memungkinkan untuk interaksi interpersonal lebih baik dan menurunkan rasa ansietas dan rasa takut.

Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang.Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemampuan koping.

Pertahankan kontak sering dengan pasien, bicara dengan menyentuh bila tepat.Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak, mengembangkan kepercayaan.

4) Evaluasia. Risiko aspirasi pada klien dapat diatasib. Defisit volume cairan dapat diatasi.c. Ketidakseimbangan nutrisi pada pasien GERD dapat ditangani.d. Nyeri akut pada pasien dapat diatasi.e. Bersihan jalan nafas efektif.f. Gangguan menelan pada klien dapat diatasig. Ansietas pada pasien dapat diatasi

BAB 3TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

3.1 KasusNy. M datang ke IRD dengan keluhan mual muntah yang terus menerus, rasa terbakar di dada, dari 2 hari kemarin, terdapat tanda-tanda dehidrasi, konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, CRT 4 detik.3.2 Asuhan Keperawatan3.2.1 Pengkajiana. Identitas PasienNama : Ny. MJenis Kelamin: PerempuanAlamat: -b. Keadaan UmumKesadaran Ny. M diukur dengan pengukuran GCS dan respon verbalnya.c. Tanda-tanda Vital :a) Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis.b) Pulse ratec) Respiratory rated) Suhud. Riwayat Kesehatan1) Keluhan utama : mual, muntah dan rasa terbakar di dada2) Riwayat penyakit sekarang : sudah 2 hari mengalami mual muntah terus-menerus, dada terasa terbakar, ada tanda dehidrasi, konjungtiva anemis, mukosa bibir kering dan CRT 4 detik3) Riwayat penyakit dahulu : -4) Riwayat penyakit keluarga : -e. Pola Fungsi Keperawatan1) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan (tidak ada data)Deskipsi pasien ttg status kesehatan umum, riwayat sakit yg lalu, operasi, dirawat di rumah sakit, persepsi penyebab sakit saat ini dan upaya yg dilakukan untuk mengatasi penyakitnya.

2) Nutrisi metabolicData subjektif : Ny. Y mengeluh mual muntah yang terus menerus sejak 2 hari kemarin Data objektif : tanda tanda dehidrasi (+) , konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, CRT 4 detik. 3) Eliminasi (tidak ada data)Kaji Pola BAB, BAK, fungsi ekskresi kulit, penggunaan alat untuk eliminasi frekwensi karakter BAB, BAB terakhir frekwensi, karakteristik ekskresi urin, kesulitan BAK. 4) Aktivitas latihan (tidak ada data)Kaji Pola latihan, ADL, aktifitas waktu luang/rekreasi, keseimbangan energi, focus pada aktifitas yg penting Status kardiopulmonal dan pengaruhnya terhadap aktifitas5) Istirahat tidur (tidak ada data)Frekwensi dan durasi periode istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur6) Kognitif perceptual Kaji fungsi sensori (pendengaran: nyeri pada telinga, penglihatan, perasa, pembau, perabaan) kenyamanan dan nyeri, fungsi kognitif (bahasa, memori, penilaian, pengambilan keputusan)Data subjektif : Ny. Y datang dengan mengeluh nyeri seperti rasa terbakar di dada dari 2 hari kemarin Data objektif : -7) Persepsi diri / konsep diri (tidak ada data)Kaji perasaan harga diri secara umum, sikap tentang dirinya, identitas diri, pola emosional umum8) Peran hubungan (tidak ada data)Kaji peran kelurga dan peran social, kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran, persepsi terhadap peran yg terbesar dalam hidup9) Seksual reproduksi (tidak ada data)Focus pasutri terhadap kepuasan atau ketidakpuasan dengan seks, pola reproduksi ; menstruasi10) Koping toleransi stress (tidak ada data)Kaji metode untuk mengatasi atau kooping thd stress, mendefinisakan stressor, toleransi thd stress, efektifitas kooping11) Nilai kepercayaan (tidak ada data)Kaji Nilai, tujuan, dan kepercayaan berhubungan dengan pilihan, atau membuat keputusan, kepercayaan spiritual, issu ttg hidup yg penting, hubungan antara pola nilai kepercayaan dengan masalah dan praktek kesehatanf. Pemeriksaan Fisik1) Inspeksi :a) Tampak tanda- tanda dehidrasi.b) Tampak konjuntiva anemisc) Tampak mukosa bibir kering.2) Palpasi :a) CRT 4 detik.3.2.2 Diagnosa Keperawatana. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan Ny. Y mengeluh mual muntah sejak 2 hari kemarin , tanda- tanda dehidrasi (+), konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, CRT 4 detik.b. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (peradangan) ditandai dengan Ny. Y mengeluh nyeri seperti rasa terbakar di dada 3.2.3 Intervensi KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanIntervensi

1Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan Ny. Y mengeluh mual muntah sejak 2 hari kemarin , tanda-tanda dehidrasi (+), konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, CRT 4 detik.

Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium

NOC: a. Keseimbangan cairanb. Hidrasic. Status Nutrisi : Intake makanan dan minumand. Kontrol Mual dan Muntah

Kriteria Hasil :a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normalb. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normalc. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan, CRT normal.d. Mual dan muntah dapat diatasi.

NIC :Manajemen cairana. Pertahankan catatan intake dan output yang akuratb. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukanc. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )d. Monitor vital signe. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harianf. Kolaborasi pemberian cairan IV g. Monitor status nutrisih. Berikan cairani. Berikan diuretik sesuai interuksij. Berikan cairan IV pada suhu ruangan k. Dorong masukan orall. Berikan penggantian nesogatrik sesuai outputm. Dorong keluarga untuk membantu pasien makann. Tawarkan snack ( jus buah, buah segar )o. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk p. Atur kemungkinan tranfusi

Manajemen Muala. Kaji mual terkait frekuensi, durasi, keparahan dan faktor pencetus munculnya mualb. Observasi secara nonverbal ketidaknyamanan c. Kaji riwayat diet makanan, yang disukai, tidak disukai, dan budaya makand. Identifikasi faktor terkait obat dan prosedur yang mungkin sebagai penyebab mual.e. Kolaborasi pemberian obat antiemetic untuk mencegah mual.f. Kontrol faktor lingkungan yang mungkin memicu mual ( stimulasi suara atau cahaya.g. Kurangi dan hindari faktor personal yang mungkin mencetus mual ( takut, cemas, lelah ).h. Identifikasi strategi yg berhasil mengatasi mual.i. Promosikan istirahat dan tidur yang cukup untuk mengurangi mual.j. Makan porsi kecil tapi sering.k. Anjurkan makan tinggi karbohidrat dan rendah lemak.l. Monitor kecukupan nutrisi dan kalori.

2Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (peradangan) ditandai dengan Ny. Y mengeluh nyeri seperti rasa terbakar di dada

Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); awitan yang tiba tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.

NOC : a. Level Nyeri,b. Kontrol Nyeri,

Kriteria Hasil :a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeric. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurange. Tanda vital dalam rentang normal

NIC :Manajemen nyeria. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasib. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamananc. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasiend. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyerie. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampauf. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampaug. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukunganh. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingani. Kurangi faktor presipitasi nyerij. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)k. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensil. Ajarkan tentang teknik non farmakologim. Berikan analgetik untuk mengurangi nyerin. Evaluasi keefektifan kontrol nyerio. Tingkatkan istirahatp. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasilq. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Administrasi analgesika. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obatb. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensic. Cek riwayat alergid. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu e. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyerif. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimalg. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teraturh. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kalii. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebatj. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

3.2.4 Evaluasia. Diagnosa I : S : Ny Y mengatakan mual muntah sudah hilang O : tanda-tanda dehidrasi (-), konjungtiva merah muda, mukosa bibir lembab, CRT < 2 detik, tanda- tanda vital normalA : Masalah teratasiP : Pertahankan intake dan output cairan.

b. Diagnosa II :S : Ny Y mengatakan nyeri seperti rasa terbakar di dada sudah hilang O : tanda vital dalam batas normalA : Masalah teratasiP : Pertahankan kondisi

BAB 4PENUTUP4.1 SIMPULANRefluks gastroesofagus merupakan keadaan yang disebabkan oleh aliran balik isi lambung ke dalam esofagus menghasilkan inflamasi (esofagitis), yang bermanifestasi sebagai dispepsia. Hiatus hernia merupakan penonjolan abnormal lambung proksimal melewati pintu esofagus di diafragma yang menyebabkan posisi sambungan esofagogaster lebih proksimal dan merupakan predisposisi terhadap terjadinya penyakit refluks gastroesofagus (GERD).Gastroesofageal reflux disease(GERD) adalah suatu kondisi dimana cairan lambung mengalami refluks ke esofagus sehingga menimbulkan gejala khas berupa rasa terbakar, nyeri di dada, regurgitasi, dan komplikasi. Manifestasi klinis GERD meliputi gejala tipikal (esofagus) dan atipikal (ekstraesofagus). Faktor yang berperan untuk terjadinya GERD yaitu mekanisme antirefluks, kandungan cairan lambung, mekanisme bersihan oleh esofagus, dan resistensi sel epitel esofagus. Untuk menegakkan diagnosis GERD dapat ditegakkan berdasarkan analisa gejala klinis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya endoskopi, radiologi, pengukuran pH, tes perfusi Berstein, tes gastro-esophageal scintigraphy.Komplikasi penyakit GERD diantaranya Esofagus barret, esofagitis ulseratif, perdarahan, striktur esofagus, dan aspirasi. GERD merupakan penyakit kronik yang memerlukan pengobatan jangka panjang. Pengobatan yang dapat diberikan pada klien GERD meliputi modifikasi gaya hidup, terapi endoskopi, terapi medikamentosa, dan terapi komplikasi.

4.2 SARAN3) Individu yang mengalami keluhan-keluhan refluks gastroesofagus perlu mencari pengobatan sedini mungkin sehingga keluhan berat dan komplikasi dapat dicegah.4) Bagi tenaga kesehatan maupun tenaga pengajar perlu memberikan sumbangsih penelitian maupun referensi mengenai penyakitGastroesophageal Reflux Disease (GERD) mengingat sedikit dijumpai referensi penunjang mengenai penyakit ini.5) Makalah ini dapat digunakan sebagai penunjang mahasiswa keperawatan ketika praktik di klinik dan sebaiknya perlu disempurnakan lagi dengan referensi yang terbaru.6) DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, dan Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: EGC. Hal: 1299

Budi Santoso.Panduan Diagnosa Keperawatan Nandha.Jakarta : Prima Medika: 2005

Davey, Patrick. 2006. Et a Glance Medicine. Erlangga Medical Series. Hal: 205

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &Classification, 2015 2017. Oxford: Wiley Blackwell.

Grace, Pierce A. & Neil R. Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Erlangga Medical Series. Hal: 95

Meadow, Roy dan Simon Newell. 2005. Lecture Notes Pediatrica Edisi ke-7. Erlangga Medical Series. Hal: 171

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011.Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika

Yusuf, Ismail. 2009. DiagnosisGastroesophageal Reflux Disease(GERD) Secara Klinis.PPDS Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCMVol. 22, No.3, Edition September - November 2009.

_____https://praharapete.wordpress.com/2011/12/04/gastroesofageal-reflux/, Diakses pada 14 September 2015 pukul 19.30 WIB