makalah agama kebudayaan islam2

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Islam merupakan suatu sistem yang memiliki sifat-sifat ideal, sempurna, praktis, aktual, diakui keberadaannya dan senantiasa diekspresikan. Sistem yang ideal berdasarkan pada hal-hal yang biasa terjadi dan berkaitan dengan yang aktual (Picktchall, 1993: 26-29). Nabi Muhammad saw dalam mengawali tugas kenabian dan kerasulannya mendasarkan diri pada asas-asas kebudayaan Islam, yang selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi suatu peradaban yaitu peradaban Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW berdakwah, beliau keluar dari jazirah Arab dan seterusnya menyebar ke seluruh penjuru dunia. Maka terjadilah proses asimilasi berbagai macam kebudayaan dengan nilai-nilai Islam kemudian menghasilkan kebudayaan Islam yang pada akhirnya akan berkembang menjadi suatu kebudayaan yang diyakini kebenarannya secara universal. Para pemimpin dan umat islam semenjak kepemimpinan Rasulullah SAW hingga periode berikutnya juga banyak meninggalkan warisan luhur dan bernilai bagi generasi berikutnya. Warisan yang mereka tinggalkan merupakan karya besar yang telah mereka buktikan dalam pengabdiannya pada agama dan umat manusia. Karya besar 1

Upload: fitria-nurinnihayati

Post on 11-Aug-2015

193 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

makalah PAI

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan Islam merupakan suatu sistem yang memiliki sifat-sifat ideal,

sempurna, praktis, aktual, diakui keberadaannya dan senantiasa diekspresikan.

Sistem yang ideal berdasarkan pada hal-hal yang biasa terjadi dan berkaitan

dengan yang aktual (Picktchall, 1993: 26-29).

Nabi Muhammad saw dalam mengawali tugas kenabian dan kerasulannya

mendasarkan diri pada asas-asas kebudayaan Islam, yang selanjutnya tumbuh dan

berkembang menjadi suatu peradaban yaitu peradaban Islam. Ketika Nabi

Muhammad SAW berdakwah, beliau keluar dari jazirah Arab dan seterusnya

menyebar ke seluruh penjuru dunia. Maka terjadilah proses asimilasi berbagai

macam kebudayaan dengan nilai-nilai Islam kemudian menghasilkan kebudayaan

Islam yang pada akhirnya akan berkembang menjadi suatu kebudayaan yang

diyakini kebenarannya secara universal.

Para pemimpin dan umat islam semenjak kepemimpinan Rasulullah SAW

hingga periode berikutnya juga banyak meninggalkan warisan luhur dan bernilai

bagi generasi berikutnya. Warisan yang mereka tinggalkan merupakan karya besar

yang telah mereka buktikan dalam pengabdiannya pada agama dan umat manusia.

Karya besar mereka terdapat dalam berbagai bidang, antara lain dalam bidang

ilmu agama, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, arsitektur bangunan, seni dan

strategi perang, bidang sosial dan budaya, sampai kepada watak dan kebiasaan

mereka yang baik. Oleh sebab itu, perlu bagi kita untuk memahami kebudayaan

islam di masa lampau hingga masa kini, sehingga kita dapat mengetahui

perkembangannya dan dapat meneladani watak dan kebiasaan yang baik dan

menghindari watak yang buruk dari pemimpin islam di masa lampau.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diperoleh

beberapa rumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimanakah konsep kebudayaan dan peradaban Islam?

2. Bagaimanakah karakteristik kebudayaan dan peradaban Islam?

3. Bagaimanakah periodisasi sejarah kebudayaan dan peradaban Islam?

1

Page 2: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

4. Apakah penyebab terjadinya pasang-surut kebudayaan dan peradaban

Islam?

5. Bagaimanakah peranan masjid dan madrasah sebagai pusat

kebudayaan dan peradaban Islam?

6. Bagaimanakah nilai-nilai Islam dalam Kebudayaan Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Memahami dan mengetahui konsep dan peradaban islam

2. Memahami dan mengetahui karakteristik dan peradaban Islam

3. Memahami dan mengetahui periodisasi sejarah kebudayaan dan

peradaban Islam

4. Mengetahui penyebab terjadinya pasang-surut kebudayaan dan

peradaban Islam

5. Memahami dan mengetahui peranan masjid dan madrasah sebagai

pusat kebudayaan dan peradaban Islam

6. Memahami dan mengetahui nilai-nilai Islam dalam Kebudayaan

Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kebudayaan dan Peradaban Islam

Dalam bahasa Indonesia, kata peradaban sering diartikan sama dengan

kebudayaan, sehingga sering terjadi kesimpangsiuran dalam memberikan definisi

yang membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Namun dalam bahasa

Inggris terdapat  perbedaan pengertian antara kedua istilah tersebut, yaitu istilah 

civilization untuk peradaban dan culture untuk kebudayaan. Sedangkan dalam

bahasa Arab, dibedakan antara kata tsaqafah yang berarti kebudayaan,  kata

hadlarah yang berarti peradaban.

2

Page 3: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

1. Kebudayaan

Kebudayaan lebih bersifat sosiologis dan antropologis. Artinya

kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Segala sesuatu yang

terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh

masyarakat tersebut. Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun temurun dari

satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan mengandung keseluruhan

pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur

sosial, religious, dan lain-lain, beserta segala pernyataan intelektual dan artistik

yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Kebudayaan merupakan bentuk

ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Menurut Burahnuddin

(1993) kebudayaan merupakan sebagai keseluruhan warisan sosial yang

dipandang sebagai hasil karya yang tersusun menurut tata tertib yang teratur, yang

biasanya terdiri dari kebendaan, kemahiran teknik, pikiran dan gagasan, kebiasaan

dan nilai-nilai tertentu, dan sebagainya.

Dalam islam, tidak ada rumusan definitif mengenai kebudayaan. Islam

hanya memberikan konsep dasar, yang dalam perwujudannya tergantung pada

pemahaman pendukungnya. Namun demikian, ciri khas yang membedakan antara

kebudayaan islam dengan kebudayaan yang lain adalah adalah bahwa kebudayaan

islam merupakan kebudayaan yang ditegakkan atas dasar akidah dan tauhid yang

bersumber dari wahyu Allah dan sunnah nabi, yaitu ajaran Al-Qur’an dan Hadits,

di mana keduanya merupakan sumber agama islam, sumber norma, sumber

hukum islam yang pertama dan utama. Dengan demikian, kebudayaan islam

mengandung tiga unsur dasar, yaitu: kebudayaan Islam sebagai hasil cipta karya

orang islam; kebudayaan tersebut didasarkan pada ajaran islam; dan merupakan

pencerminan ajaran islam. Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan utuh, yang

antara satu dengan yang lain saling berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan.

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan mempunyai tiga wujud:

1. Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan lain-lain.

2. Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas

kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

3

Page 4: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

3. Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.

Sedangkan istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan

unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah.

J.J. Hoenigman memiliki pendapat yang tidak jauh beda dengan

Koentjaraningrat, ia mengemukakan bahwa wujud kebudayaan dibedakan menjadi

tiga, yaitu: gagasan (ide), aktivitas, dan artefak.

1. Gagasan

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide,

gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang bersifat abstrak, tidak dapat

diraba dan disentuh.

2. Aktivitas

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari

manusia dalam masyarakat itu.

3. Artefak

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,

perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau

hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak

bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh, wujud

kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan

karya (artefak) manusia.

2. Peradaban

A.A.A. Fyze menjelaskan bahwa civilization (peradaban) berasal dari kata

civies atau civil, yang mempunyai arti menjadi kewarganegaraan yang maju.

Sehingga peradaban memiliki dua makna, yaitu: proses menjadi beradab, dan

suatu bentuk (tingkat) masyarakat yang sudah maju yang ditandai dengan gejala

kemajuan di bidang sosial politik, seni budaya, dan teknologi.

Sedangkan Abdullah ‘Ulwan berpendapat bahwa hadharah (peradaban)

merupakan hasil karya (produk) manusia, yang dengannya umat manusia merasa

nyaman dalam segala aspek kehidupan, baik jiwa, sosial politik, ekonomi, dan

materi dengan berdasar pada nilai-nilai yang konkrit. Peradaban mempunyai

4

Page 5: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

aspek-aspek yang jelas, yaitu: fenomena tingkat kemajuan secara material dan

fenomena keangungan nilai-nilai.

Dari definisi di atas, istilah peradaban seringkali digunakan untuk merujuk

pada suatu masyarakat yang kompleks dalam sudut pandang yang luas, untuk

merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya

(peradaban manusia atau peradaban global). Dalam menilai sebuah peradaban,

tidak lepas dari beberapa aspek yang menjadi tonggak berdirinya sebuah

peradaban, antara lain: sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan iptek.

3. Perbedaan Kebudayaan dan Peradaban

Perbedaan antara kebudayaan dan peradaban adalah sebagai berikut:

1. Kebudayaan berakar pad aide mengenai nilai, tujuan, pemikiran, yang

ditransmisikan melalui ilmu, seni, dan agama suatu masyarakat.

Sedangkan perdaban berkar pad aide tentang kota, kemajuan material

(ilmu dan teknologi), penataan sosial, dan aspek kemajuan lain.

2. Kebudayaan lepas dari kontradiksi ruang dan waktu, ia memiliki

ukuran tersendiri (ukuran benar salah, tepat atau tidak), sedangkan

peradaban memiliki siklus dalam ruang dan waktu, ia mengalami

pasang dan surut.

3. Kebudayaan lebih bersifat sosiologis-antropologis, sedangkan

peradaban lebih bersifat ideologis-filosofis.

4. Nilai dari kebudayaan bersifat parsial, sedangkan nilai peradaban

bersifat universal.

5. Kebudayaan melalui proses yang relatif singkat, sedangkan peradaban

melalui proses yang lebih lama.

6. Ruang lingkup dari kebudayaan lebih sempit sedangkan ruang lingkup

dari peradaban lebih luas.

7. Kebudayaan bersifat statis sedangkan peradaban bersifat dinamis.

8. Kebudayaan merujuk pada keseluruhan warisan sosial yang dipandang

sebagai hasil karya, sedangakan peradaban merujuk pada keseluruhan

yang kompleks, yang dipandang sebagai keseluruhan tingkat

pencapaian manusia.

5

Page 6: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

B. Karakteristik Kebudayaan dan Peradaban Islam

Nabi Muhammad SAW telah memberikan warisan ruhani yang agung

berupa ajaran Islam yang akan terus menaungi dunia dan memberi arah kepada

kebudayaan dunia. Islam telah memberi pengaruh besar pada kebudayaan masa

lampau, karena dasar kebudayaan ini dapat menjamin kita kebahagiaan dunia dan

akhirat.

Kebudayaan Islam dapat dibagi menjadi dua aspek. Aspek pertama,

didasarkan pada metode-metode ilmiah dan kemampuan rasio, dan aspek kedua

didasarkan pada ajaran Islam yang normatif, pemahaman subjektif, dan pemikiran

metafisik. Dengan mempersatukan dua aspek di atas, maka lahirlah kebudayaan

dan peradaban yang maju dengan tetap berpedoman dan dibimbing iman yang

kuat. Dari segi ini, kebudayaan islam berbeda sekali dengan kebudayaan non-

Islam dalam melukiskan hidup, sebab dasar yang menjadi landasannya berbeda.

Penyebab runtuhnya kerajaan Romawi berabad-abad yang lalu merupakan

kombinasi dari berbagai faktor, seperti problem agama Kristen, dekadensi moral,

krisis kepemimpinan, keuangan dan militer. Dan di antara faktor terpenting

penyebab kajatuhan Romawi adalah datangnya Islam. Nabi tidak pernah pergi

menyerang Romawi Barat maupun Timur, tapi datangnya gelombang peradaban

Islam telah benar-benar menjadi faktor penyebab kejatuhan Romawi. Ini juga

merupakan bukti bahwa Islam sebagai Din yang menghasilkan tamaddun yang

dapat diterima oleh bangsa-bangsa selain bangsa Arab. Sebab Islam membawa

sistem kehidupan yang teratur dan bermartabat, sehingga mampu membawa

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Jadi Islam diterima oleh bangsa-

bangsa non Arab karena universalitas ajarannya alias kekuatan pancaran

pandangan hidupnya.

Islam tersebar, menguasai dan menyelamatkan (mengislamkan)

masyarakat di kawasan-kawasan yang didudukinya. Tidak ada eksploitasi sumber

alam untuk dibawa ke daerah darimana Islam berasal. Tidak ada pertambahan

kekayaan bagi jazirah Arab. Tidak ada kemiskinan akibat masuknya Muslim ke

kawasan yang didudukinya.

6

Page 7: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

C. Periodisasi Sejarah Kebudayaan Islam

Islam dikelompokkan dalam tiga periode:

1. Periode Klasik; tahun 650-1250 M.

2. Periode Pertengahan; tahun 1250-1800 M.

3. Periode Modern; tahun 1800-sekarang.

Zaman periode klasik, terdapat beberapa mazhab, seperti Imam Hanafi, Imam

Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki. Selaras dengan hal itu timbul beberapa

filosof muslim, seperti Al Kindi yang lahir pada tahun 801 M yang dikenal

sebagai seorang filosof Islam, berasal dari Arab (Kufah). Salah satu pemikiran Al

Kindi, menyatakan bahwa filsafat merupakan bagian dari kebudayaan Islam, maka

filsafat Islam dikatakan filsafat religius spiritual, karena:

1. Filsafat Islam meneliti problematika yang satu dan yang banyak.

2. Filsafat Islam membahas tentang hubungan antara Allah dengan makhluk.

3. Filsafat Islam berupaya memadukan antara wahyu dengan akal, akidah dengan

hikmah, agama dengan filsafat.

4. Filsafat Islam berupaya menerangkan bahwa:

a) Wahyu tidak bertentangan dengan akal.

b) Akidah apabila diterangi dengan sinar filsafat akan menetap dalam jiwa dan

tangguh dihadapan lawan.

c) Agama apabila bersaudara dengan filsafat akan menjadi filosofis, seperti halnya

filsafat akan menjadi religius (Madkour, 1988: 7-8).

Pada abad yang sama, lahir juga seorang filosof Islam yang memiliki nama

besar, yaitu Muhammad Zakaria Al-Razi, lahir pada tahun 865 M/251 H di Rayy

(Teheran), ia dikenal sebagai seorang dokter yang memimpin sebuah rumah sakit

di Rayy. Al-Razi kemudian pindah dari Rayy ke Baghdad yaitu pada masa

Khalifah Muktafi (289 H/ 901 M – 295 H / 908 M), dan di Baghdad Al-Razi juga

menjadi pemimpin sebuah rumah sakit. Al-Razi adalah seorang yang baik hati,

dekat kepada para pasiennya, suka berderma kepada orang-orang fakir miskin,

dan ia memberikan perawatan sepenuhnya dengan gratis dan mengikhlaskan hasil

kerja kerasnya kepada mereka (Syarif, 1985: 32-22).

Al Razi dapat digolongkan sebagai seorang filosof yang berfaham rasi

rasionalis, karena hanya meyakini kebenaran akal saja, di bidang kedokteran, studi

7

Page 8: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

klinis yang dilaksanakannya sudah menghasilkan metode yang demikian kuat

mengenai penelitian yang berdasarkan pada observasi dan eksperimen (Syarif,

1985: 37-38).

Pada tahun 870 M, lahir seorang filosof besar Islam yaitu Al Farabi yang

mendapat gelar Al Mu’alim as-tsani (Guru Kedua setelah Aristoteles). Al Farabi

berpendapat bahwa kebenaran filsafat hanyalah satu, sebab filsafat menurut Plato

dan Aristoteles tidak dapat dibedakan. Perbedaan yang dapat dilihat yaitu pada

hal-hal yang sifatnya lahiriah saja, sedang hakikatnya sama. Al Farabi menulis

buku berjudul: Al-jam’u Baina Ra’yai Al-Hakimain” (Mempertemukan Pendapat

Kedua Filosof Plato dan Aristoteles) (Basyir, 1989: 33).

Abad selanjutnya, diteruskan oleh seorang filosof Islam yaitu Ibnu

Miskawaih yang mendapat gelar Bapak Etika Islam, lahir pada tahun 932M. Ibnu

Miskawaih di samping dikenal sebagai seorang filosof, tabib, ahli ilmu

pengetahuan dan pujanggawan, bersama dengan hal itu Ibnu Miskawaih merasa

Jurnal Filsafat, Agustus 2004, Jilid 37, Nomor 2 demikian prihatin melihat situasi

masyarakat banyak terjadi kerusakan moral, sehingga dengan segenap

perasaannya, ia menyempatkan diri menulis beberapa buku yang berkaitan dengan

masalah moral (Etika Islam), di antara buku-buku tersebut, antara lain: Fauz Al

Akbar, Tartib Al Sa’adah, Al Siyar, Tahdzib Al Akhlaq,dan Jawidan Khirad.

Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa setiap yang ada itu dapat berubah

menjadi baik, jika ia memiliki keinginan untuk merubahnya dan hal tersebut

didasari dengan harkat dan martabat kemanusiaannya (Widyastini, 2004: 52-53).

Pada tahun 1037 M, lahir seorang filosof Islam yaitu Ibnu Sina, Ibnu

Bajjah tahun 1138, Ibnu Thufail tahun 1147 M, Ibnu Rusyd tahun 1126 M. Pada

periode pertengahan tahun 1250-1800 M, menurut sejarah pemikiran Islam dinilai

mengalami kemunduran, sebab filsafat mulai ditinggalkan oleh umat Islam,

sehingga terdapat usaha untuk mempertentangkan antara akal dengan wahyu,

iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Pengaruh tersebut masih dapat dirasakan

sampai saat ini dan hal ini dibuktikan dengan tidak ada daerah-daerah yang

menjadi kekuasaan Islam yang secara utuh melingkupi beberapa kerajaan Islam,

di antaranya Kerajaan Usmani, Safawi dan Mogul dan pada periode pertengahan

ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi demikian terbatas. Pada

8

Page 9: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

periode modern, umat Islam bangkit kembali, maka periode ini dikatakan sebagai

Masa Kebangkitan Islam, dan hal ini ditandai dengan adanya kesadaran umat

Islam terhadap kelemahan kelemahannya, sehingga ada kehendak membangkitkan

kembali ilmu pengetahuan dan teknologi; maka kemudian lahirlah para tokoh

pembaharu dan para filosof Islam dari berbagai negara Islam di dunia ini (Tim

Penulis Ensiklopedi Islam, 1997: 258).

Pembaharuan dalam Islam pada prinsipnya merupakan usaha untuk

memberi penafsiran kembali terhadap ajaran-ajaran Islam yang sudah tidak sesuai

lagi dengan situasi dan kondisi perkembangan zaman, sebagai akibat timbulnya

ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk mengajak umat Islam

melepaskan diri dari ikatan kejahiliyahan menuju kepada perkembangan dan

kemajuan.

D. Pasang Surut Kebudayaan dan Peradaban Islam

Masyarakat islam tumbuh di atas kerangka peradaban Timur Tengah kuno

yang telah mapan sebelumnya. Dari peradaban Timur Tengah sebelum Islam,

masyarakat Islam mewarisi pola institusi yang turut membentuk ihwal mereka

sampai pada zaman modern.

Salah satu keunikan peradaban islam adalah sifat adaptif dan terbuka

dalam menyerap dan mengadopsi unsur-unsur peradaban besar dunia, seperti:

Yunani, Persia, India, dan China. Peradaban serapan itu kemudian dikembangkan

secara kreatif dan inovatif dengan menonjolkan unsure-unsur Islam. Proses adopsi

ini bersifat alamiah mengingat peradaban-peradaban besar dunia tersebut telah

hidup selam ribuan tahun, jauh sebelum islam mulai berkembang pada abad ke-7.

Namun, justru karena inilah peradaban islam mengalami pasang-naik yang

ditandai oleh pencapaian yang gemilang di bidang filsafat, sains, teknologi,

arsitektur, dan seni.

Pada masa daulah bani umayah mulai dilakukan perubahan dan

pembangunan di berbagai bidang. Bani umayah berhasil mendirikan dinas-dinas

pos dan tempat-tempat tertentu lengkap dengan sarana transportasinya. Mereka

juga berusah menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang dengan

memakai kata-kata dan tulisan berbahasa Arab. Dinasti ini juga berhasil

9

Page 10: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan

memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan

Islam.

Untuk meningkatkan kinerja pemerintahannya, bani umayyah membentuk

badan-badan khusus pemerintahan, yaitu: an-Nidzam As-Siyasy, an-Nidzam al-

Idhary, an-Nidzam al-Maly, an-Nidzam al-Qadha’i (Hasjmy, 1995).

1. an-Nidzam As-Siyasy

Dalam bidang organisasi politik ini telah mengalami beberapa perubahan,

dibandingkan dengan masa permulaan Islam. Perubahan yang sangat prinsip

dalam beberapa hal seperti yang diuraikan di bawah ini:

1. Kekuasaan

Perubahan kekuasaan oleh Muawiyah bin Abi sofyan telah

mengakibatkan terjadinya perubahan dalam peraturan yang menjadi dasar

pemilihan Khulafaur Rasyidin. Maka dengan demikian, jabatan khalifah

beralih ke tangan raja satu keluarga, yang memerintah dengan kekuatan

pedang, politik dan tipu daya (diplomasi). Penyelewengan semakin jauh

setelah Muawiyah mengangkat anaknya Yazid menjadi putra mahkota, yang

dengan demikian berarti beralihnya organisasi khalifah yang berdiri atas

dasar musyawarah dan bersendikan agama kepada organisasi Al-Mulk

(kerajaan) yang tegak atas dasar keturunan serta bersandar terutama kepada

politik daripada kepada agama.

2. Al-Kitabah

Seperti halnya pada permulaan islam, maka dalam masa daulah Umaya

dibentuk semacam Dewan Sekretriat Negara yang mengurus berbagai

urusan pemerintahan. Karena dalam masa ini urusan pemerintahan telah

menjadi lebih banyak, maka ditetapkan empat orang sekretaris, yaitu:

a. Katib Ar-Rasail (Sekretaris Urusan Persuratan)

b. Katib Al-Kharraj (Sekretaris Urusan Pajak atau Keuangan)

c. Katib Asy-Syurthah (Sekretaris Urusan Kepolisian)

d. Katib Al-Qadhi (sekretaris urusan Kehakiman)

10

Page 11: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

diantara para sekretaris itu, Katib Ar-risalah yang paling penting

sehingga para khalifah tidak akan memberi jabatan itu, kecuali kepada kaum

kerabat atau orang-orang tertentu.

3. Al-Hijabah

Pada masa daulah Umayah, diadakan satu jabatan baru yang bernama

Al-Hijabah, yaitu urusan pengawalan keselamatan khalifah. Kepala Al-

Hijabah merupakan jabatan yang sangat tinggi dalam istana kerajaan.

2. an-Nidzam al-Idhary

Organisasi tata usaha negara pada permulaan islam sangat sederhana, tidak

diadakan pembidangan usaha yang khusus. Demikian pula keadaanya pada masa

daulah bani umayah, administrasi negara sangat sederhana.

Pada umumnya, di daerah-daerah islam bekas daerah romawi dan persia,

administrasi pemerintahan dibiarkan terus berlaku seperti yang telah ada, hanya

ada sedikit perubahan-perubahan.

1. Ad Dawawin

Untuk mengurus tata usaha pemerintahan, maka daulah bani umayah

mengadakan empat buah dewan atau kantor pusat, yaitu:

1. Diwanul Kharraj

2. Diwanur Rasail

3. Diwanul Mustaghilat al Mutanawi’ah

4. Diwanul Khatim, dewan ini sangat penting karena tugasnya mengurus

surat-surat lamaran raja, menyiarkannya, menstempel, membungkus dengan kain

dan dibalut dengan lilin kemudian dicap di atasnya.

2. Al Imarah Alal Baldan

Daulah umayyah membagi daerah mamlakah islamiyah kepada lima

wilayah besar, yaitu:

1. Hijaz, Yaman, dan Nejed (pedalaman jazirah Arab)

2. Irak Arab dan Irak Ajam, Aman Bahrain, Karman dan Sajistan, Kabul

dan Khurasan, neger-negeri di belakang sungai (ma Wara’a nahri) dan

sind serta sebagian negeri punjab.

3. Mesir dan Punjab

4. Armenia, Azerbaijan dan Asia kecil

11

Page 12: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

5. Afrika Utara, Libya, Andalusia, Sisilia, sardinia dan Balyar.

Untuk tiap wilayah besar ini, diangkat seorang amirul umara (gubernur

Jendral) yang di bawah kekuasaannya ada beberapa orang amir (gubernur) yang

mengepalai satu wilayah.

Dalam rangka pelaksanaan kesatuan politik bagi negeri-negeri Arab, maka

khalifah Umar mengangkat para gubernur jenderal yang berasal dari orang-orang

Arab. Politik ini dijalankan terus oleh khalifah-khalifah sesudahnya, termasuk

para khalifah daulah umayah.

3.Barid

Organisasi pos diadakan dalam tata usaha Negara Islam sejak Muawiyah bin

Abi Sofyan memegang jabatan khalifah.

4. Syurthah

Organisasi syurthah (kepolisian) dilanjutkan terus dalam masa daulah

Umayyah, bahkan disempurnakan. Organisasi kepolisian ini bertugas mengawasi

mengurus tentang kejahatan. Pada mulanya organisasi kepolisisan ini menjadi

bagian dari organisasi kehakiman, yang bertugas melaksanakan perintah hakim

dan keputusan-keputusan pengadilan.

3. An Nidzam Al-Maly

An Nidzam Al-Maly merupakan badan keuangan dan ekonomi. Badan ini

mempunyai dua program, yaitu:

1. Al Dharaib

Al Dharaib merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh warga Negara

pada zaman daulah bani umayyah. kepada penduduk negeri yang baru

ditakhlukkan, terutama yang belum masuk islam, ditetapkan pajak-pajak

istimewa. kebijakan ini menimbulkan perlawanan di beberapa daerah.

2. Masharif Baitul Mal

Masharif Baitul Mal merupakan saluran uang pada daulah umayyah, pada

umumnya, hampir sama dengan masa permulaan islam, yaitu untuk:

1. Gaji para pegawai dan tentara serta biaya tata usaha

2. Pembangunan pertanian, termasuk irigasi dang penggalian terusan-terusan.

3. Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang

4. Biaya perlengkapan perang

12

Page 13: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

5. Hadiah-hadiah kepada para pujangga dan ulama

4. An-Nidzam Al-Harby

An-Nidzam Al-Harby merupakan badan yang mengurus pertahanan. Secara

umum, badan pertahanan pada masa umayyah sama seperti pada masa umar bin

Khatab, hanya ada sedikit perubahan. Bedanya, jika pada waktu khulafaur

rasyidin tentara islam adalah tentara suka rela, pada zaman umayyah diterapkan

sistem wajib militer atau dalam bahasa arab disebut dengan istilah nidhamut

tajnidil ijban.

Anggota tentara pada masa umayyah harus terdiri dari orang-orang arab

atau imam arab. Keadaan ini terus dipertahankan, hingga daerah kerajaan menjadi

luas mencapai afrika utara, Andalusia, sehingga terpaksa meminta bantuan tentara

barbar untuk menjadi tentaranya.

5. An-Nidzam Al-Qadha’i

An-Nidzam Al-Qadhai merupakan oragnisasi kehakiman. Pada zaman

umayyah, pengadilan telah dipsahkan dari krkuasaan politik. Kehakiman pada

mesa itu memiliki beberapa ciri, yaitu:

1. seorang qadhi memutuskan dengan ijtihadnya, karena dari kekuaaan politik,

karena pada waktu itu belum ada madzhab empat atau madzhab lainnya.

Pada masa itu para qadhi menggali hukum sendiri dari Al-Kitab As Sunah

dengan berijtihad.

2. kehakiman belum terpengaruh dengan politik, Karena para qadhi bebas

merdeka dengan hukumnya, tidak terpengaruh dengan kehendak para

penguasa.

Dalam bidang seni budaya, daulah umayyah mencapai kemajuan yang

sangat mengesankan, seperti dalam seni bahsa dan sastra, seni khitabah, seni

suara, seni rupa, bangunan (arsitektur), seni bangunan sipil, seni bangunan agama

(Masjid Qairawan, masjid Kordoba). Pada masa itu telah banyak bangunan hasil

rekayasa umat islam dengan mengambil pola romawi, Persia dan Arab. Salah satu

dari bangunan itu adalah masjid Damaskus yang dibangun pada masa

pemerintahan Walid bin Abdul Malik dengan hiasan dinding dan ukiran yang

sangat indah. Contoh lain adalah bangunan masjid di cordova yang terbuat dari

batu pualam.

13

Page 14: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

Dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan tidak hanya meliputi ilmu

pengetahuan agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu

kedokteran, filsafat, astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, ilmu sejarah dan

sebagainya. Kota yang menjadi pusat kajian ilmu pengetahuan antara lain adalah

Damaskus, Kufah, Mekkah, Masinah, Mesir, Cordova, Granada, dan lainnya,

dengan masjid sebagai pusat pengajarannya, selain madrasah atau lembaga

pendidikan yang ada. Kemajuan-kemajuan yang pesat tersebut hamper tidak

pernah terjadi di masa sebelumnya. Pencapaian yang cemerlang itu dilanjutkan

dengan dimulainya penerjemahan karya-karya filsafat Yunani Helenistik, uang

dirintis penguasa Dinasti Umayyah di akhir-akhir masa kehancurannya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan melemahnya Dinasti umayyah dan

membawanya ke keruntuhan, yaitu:

1. Sistem kepemimpinan yang berdasarkan keturunan. Ketidakjelasan sistem

pergantian khalifah ini menyebabkan munculnya persaingan yang tidak sehat

di kalangan anggota istana.

2. Latar belakang terbentuknya dinasti umayyah tidak bisa dipisahkan dari

konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali bin Abi Thalib. Sisa-sisa

Syiah dan Khawarij menjadi golongan yang menetang pemerintahan dan

melakukan banyak pemberontakan. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan

ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.

3. Adanya pertentang antar etnis, yaitu suku Arab Utara dan Arab Selatan.

Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa dinasti umayyah mendapat

kesulitan dalam menggalang persatuan dan kesatuan.

4. Sikap hidup di lingkungan istana yang mewah sehingga anak-anak khalifah

tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan ketika menjadi khalifah.

5. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-‘Abbas bin Abd

Al-Mutholib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan

kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Dinasti

Umayyah.

Setelah daulah bani umayyah runtuh, pemerintahan dilanjutkan oleh daulah

bani Abbasiyah.

14

Page 15: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abu Abbas As-Shaffah yang lahir di

Humaymah tahun 104 H/723 M dan meninggal di Hasyimiyah Zulhijjah 136

H/Juni 754 M.

            Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan

biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode: (1)

Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia

pertama; (2) Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode

pengaruh Turki pertama; (3) Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa

kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini

disebut juga masa pengaruh Persia kedua; (4) Periode Keempat (447 H/1055 M-

590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah

Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua; (5) Periode

Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh

dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.

            Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan

peradaban Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M).

Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai

buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan

penganut agama lainnya yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah

satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat

penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang

besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di

samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan

berdiskusi. 

Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk

dimanfaatkan bagi keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan

farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang

dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun.

Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan

serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara

Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi.

15

Page 16: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al

Rasyid mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa

administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai

bahasa ilmu pengetahuan.

            Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab

hukum yang empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795

M); Imam Syafi'i (767-820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M). 

            Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang

karyanya diakui dunia diantaranya:

1. Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran,

menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan,

diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur

adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis

penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan

rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi

adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan

measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai

kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu

Sina

2. Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang

bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit,

24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij

dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet

Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan

3.  Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku

tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang

diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-

Ya’qubi historiae

4. Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di

bidang matematika (geometri dan trigonometri).

16

Page 17: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

Setelah mencapai puncak keemasan, peradaban Islam kemudian megalami

masa kemunduran. Penyerbuan tentara Mongolia ke Baghdad yang dipimpin oleh

Jengish Khan dan Hulagu Khan pada pertengahan abad ke-13 memastikan

keruntuhan peradaban islam.

Keruntuhan peradaban islam disebabkan oleh dua hal, yaitu moral dan

politik. Secara politik, terjadi konflik antar putra mahkota , yang melibatkan

kekuatan militer untuk saling berebut kekuasaan. Secara moral, para penguasa

kehilangan kredibilitas, Karena berperilaku nista dan meninggalkan ajaran islam.

E. Masjid dan Madrasah sebagai Pusat Kebudayaan dan Peradaban

Islam

Masjid atau “rumah Allah” merupakan tempat yang sangat penting bagi

masyarakat muslim. Setiap muslim sama-sama berhak menikmati fungsi masjid

serta memanfaatkan fasilitasnya. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi SAW

mendirikan masjid pertama, fungsi masjid masih kokoh orisinal sebagai pusat

peribadatan dan peradaban. Ketika Rasulullah Saw, hijrah ke Madinah dengan

semakin banyaknya pengikut Islam dan semakin kompleksnya masalah-masalah

yang perlu dikaji, fungsi awal rumah sebagai wahana pendidikan dialihkan ke

masjid-masjid seperti masjid Nabawi dan Quba, dijadikan pusat bagi segala

aktifitas pendidikan, kemasyarakatan kenegaraan dan keagamaan. Hal ini karena

masjid dianggap sebagai institusi pendidikan yang merupakan instrumen yang

pertama dan efektif untuk membantu transisi masyarakat Arab pada waktu, dari

masyarakat primitif menjadi masyarakat yang lebih maju.

Pada perkembangan selanjutnya, hampir di setiap masjid menjadi tempat

halaqah(pertemuan) bahkan bisa jadi satu masjid menyelenggarakan beberapa

halaqah. Dengan demikian fungsi masjid mulai berkembang bukan hanya sebagai

tempat ibadah melainkan juga sebagai lembaga pendidikan dan kegiatan-kegiatan

kemasyarakatan secara resmi. Kegiatan ini dilakukan semenjak khalifah Umar bin

Khatab ra. dengan diangkatnya tenaga-tenaga pengajar bagi halaqah-halaqah di

masjdi Kuffah, Basrah, dan Damaskus.

Masa kejayaan masjid sebagai pusat lembaga pendidikan Islam menurut

ahli-ahli sejarah berkisar antara awal abad kedua sampai akhir abad ketiga

17

Page 18: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

Hijriyah. Dimana pada periode tersebut bertepatan dengan munculnya para ahli

Hukum dan Teologi Islam terkemuka, Imam Malik bin Anas, Imam Abu Hanifah,

Imam Ahmad bin Hanbali dan Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hambal dan

Imam Syafi’i. disamping itu pada periode tersebut juga banyak dikenal ahli

bahasa terkemuka seperti al-Khalil bin Ahmad, Al-Faralidi, Sibawayh, al-Jahiz

dan lain-lain.

Dalam sejarah perjalanan Islam, masjid memiliki fungsi yang sangat vital

dan dominan bagi kaum Muslimin, di antaranya :

1. Masjid sebagai tempat ibadah khusus, seperti shalat.

2. Masjid sebagai “prasasti” atas berdirinya sebuah masyarakat muslim.

3. Masjid merupakan pusat komunikasi dan informasi antarwarga masyarakat

muslim. Contohnya, sebagai tempat pertemuan dan bersosialisasi.

4. Pada zaman Rasulullah SAW, masjid difungsikan sebagai pusat

peradaban, yaitu mengajarkan Al-Qur’an, bermusyawarah, serta berbagai

kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan umat.

5. Masjid dijadikan sebagai simbol persatuan umat Islam.

6. Masjid juga menjadi pusat gerakan. Contohnya, Masjid Nabawi di

Madinah yang juga menjadi markas Al-Khulafa’ al-Rasyidun pasca

wafatnya Nabi SAW(al-Faruqi, 186: 2001)

Madrasah juga merupakan sebuah institusi pendidikan tinggi, yang

munculnya dikarenakan makin meluasnya daerah Islam serta berkembangnya

ilmu pengetahuan tentang Islam.

Masjid ataupun madrasah masing-masing mempunyai peranan dan fungsi

yang amat besar dalam proses pembentukan dan perjalanan umat Islam. Begitu

pula, untuk kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.

F. Nilai-Nilai Islam dalam Kebudayaan Indonesia

Dakwah Islam ke Indonesia lengkap dengan seni dan kebudayaannya,

maka Islam tidak lepas dari budaya Arab. Permulaan berkembangnya Islam

diIndonesia, dirasakan demikian sulit untuk mengantisipasi adanya perbedaan

antara ajaran Islam dengan kebudayaan Arab. Tumbuh kembangnya Islam di

Indonesia diolah sedemikian rupa oleh para juru dakwah dengan melalui berbagai

18

Page 19: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

macam cara, baik melalui bahasa maupun budaya seperti halnya dilakukan oleh

para wali Allah di Pulau Jawa. Para wali Allah tersebut dengan segala

kehebatannya dapat menerapkan ajaran dengan melalui bahasa dan budaya daerah

setempat, sehingga masyarakat secara tidak sengaja dapat memperoleh nilai-nilai

Islam yang pada akhirnya dapat mengemas dan berubah menjadi adat istiadat di

dalam hidup dan kehidupan sehari-hari dan secara langsung merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari kebudayaan bangsa Indonesia, misalnya: setiap

diadakan upacara-upacara adat banyak menggunakan bahasa Arab (Al Qur’an).

Ajaran-ajaran Islam yang bersifat komprehensif dan menyeluruh juga dapat

disaksikan dalam hal melaksanakan hari raya Idul Fitri 1 Syawal yang pada

awalnya sebenarnya dirayakan secara bersama dan serentak oleh seluruh umat

Islam dimanapun mereka berada, namun yang kemudian berkembang di Indonesia

bahwa segenap lapisan masyarakat tanpa pandang bulu dengan tidak memandang

agama dan keyakinannya secara bersama-sama mengadakan syawalan (halal bil

halal) selama satu bulan penuh dalam bulan syawal, hal inilah yang pada

hakikatnya berasal dari nilai-nilai ajaran Islam, yaitu mewujudkan ikatan tali

persaudaraan di antara sesama handai tolan dengan cara saling bersilaturahmi satu

sama lain, sehingga dapat terjalin suasana akrab dalam keluarga.

Berkaitan dengan nilai-nilai Islam dalam kebudayaan Indonesia yang lain,

juga dapat dikemukakan yaitu sesuai dengan perkembangan zaman terutama ciri

dan corak bangunan masjid di Indonesia yang juga mengalami tumbuh kembang,

baik terdiri dari masjid-masjid tua maupun yang baru dibangun, misal:

masjidmasjid yang dibangun oleh Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, pada

umumnya hampir mirip dengan bentuk joglo yang berseni budaya Jawa.

Perkembangan budaya Islam yang terdapat pada masjid, secara nyata dapat

ditunjukkan yaitu adanya masjid-masjid tua yang kemudian diperbaiki dengan

ditambah konstruksi baru atau mengganti tiang-tiang kayu dengan tiang batu atau

beton, lantai batu dengan ubin dan dinding sekat dengan tembok kayu. Hal

tersebut dapat dicontohkan beberapa masjid yang menambah bangunan, yaitu

Masjid Agung Banten (bangunan menara dan madrasah), Masjid Menara Kudus

(bangunan bagian depan berujud pintu gerbang dan kubah dengan gaya arsitektur

kayu Indonesia), Masjid Agung Surakarta (bangunan pintu gerbang dan tembok

19

Page 20: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

keliling yang berlubang tiga pintu dengan lengkung runcing dan menara tempel

yang memiliki mahkota kubah, merupakan hasil modifikasi pintu gerbang masjid-

masjid di India. Masjid Sumenep Madura (bangunan pintu gerbang bergaya

arsitektur Eropa), Masjid Jami’ Padang Panjang, Tanah Datar, Masjid Sarik

(Bukittinggi), Masjid Sumatera Barat (pembangunan puncak tumbang

dengan mahkota kubah).

Beberapa masjid di Indonesia yang mengedepankan corak yang demikian baru

(modern), misal: Masjid Raya Medan, Masjid Baiturrahman Banda Aceh yang

mencontoh gaya arsitektur masjid di India (Tim Penulis Ensiklopedi Islam, 1997:

172-173). Bangsa Indonesia setelah meraih kemerdekaan juga banyak berdiri

masjid-masjid model baru, yaitu : Masjid Raya Makassar (Ujung Pandang),

Masjid Syuhada (Yogyakarta), Masjid Agung Al Azhar (Jakarta), Masjid Istiqlal

(Jakarta), Masjid Salman ITB (Bandung). Masjid mempunyai sejumlah komponen

yaitu kubah, menara, mihrab, dan mimbar; komponen masjid yang berciri khas

Indonesia adalah beduk. Beduk terbesar di Indonesia terdapat di dalam masjid

Jami’ Purworejo, dibuat oleh orang Indonesia dengan dirancang sesuai dengan

njlai-nilai yang berciri khas Islami dan berbudaya Indonesia.

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin dapat dilihat dalam segala aspek

kehidupan masyarakat di Indonesia, baik dalam aspek sosial, politik, ekonomi,

dan agama sehingga nilai-nilai Islam, terutama yang terdapat dalam kebudayaan

Indonesia secara keseluruhan tidak dapat dihindari, hal ini sebagaimana telah

dikemukakan pada pembahasan tentang kebudayaan Islam yang ada di Indonesia.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebudayaaan merupakan ide mengenai nilai, tujuan, pemikiran yang

ditransmisikan melalui ilmu, seni, dan agama suatu masyarakat. Sedangkan

peradaban merupakan ide tentang kota, kemajuan ilmu dan teknololgi, penataan

sosial.

20

Page 21: Makalah Agama Kebudayaan Islam2

Sejarah kebudayaan Islam dikelompokkan dalam tiga periode yaitu : periode

klasik pada tahun 650 M sampai 1250 M, periode pertengahan pada tahun 1250M

sampai 1800 M, dan periode modern pada tahun 1800 M sampai sekarang.

Kebudayaan dan Peradaban Islam akan tetap maju apabila tetap berpedoman

dan dibimbing iman yang kuat, yang berbeda sekali dengan kebudayaan non-

Islam.

Pada masa daulah bani umayyah dan bani abbasiyah, yaitu periode klasik,

islam mengalami masa keemasan, terbukti dengan perkembangan ilmu

pengetahuan yang pesat dan wilayah Negara Islam yang luas, hingga mencapai

Afrika Utara dan Andalusia. Namun, masa-masa kejayaan islam ini runtuh karena

penguasa yang kehilangan kredibilitas dan kewibawaan politik.

Masjid ataupun madrasah masing-masing mempunyai peranan dan fungsi

yang amat besar dalam proses pembentukan dan perjalanan umat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penulis Ensiklopedi Islam, 1997, Ensiklopedi Islam (Jilid 3), Penerbit PT

Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta

Gazalba, Sidi, 1975, Masjid (Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam), Penerbit

Pustaka Antara, Jakarta.

Syarif, M.M, 1985, Para Filosof Muslim, Penerbit Mizan, Bandung

Hoesin, Umar Amir, Filsafat Islam, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta

Al Faruqi, Ismail Rafi, 1988, Tauhid, Penerbit Pustaka, Bandung

Tim Dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Negeri

Malang,2011, Aktualisasi Pendidikan Islam, Penerbit Hilal Pustaka, Surabaya

21