latah menjadi hambatan dalam hubungan komunikasi-bhp meilani s (062)
TRANSCRIPT
Topik : Cross Cultural Psychiatry and Cross Cultural Communication
Judul : Latah Menjadi Hambatan dalam Hubungan Komunikasi
Oleh : Meilani Sulaeman
111.0211.062
Kata “Latah” mungkin sudah tidak asing lagi karena cukup sering dijumpai pada lingkungan
sekitar kita. Gangguan latah tidak hanya dialami oleh orang-orang kalangan bawah saja karena
kalangan menengah atas hingga seorang artis pun bisa mengalami latah. Latah sering ditemukan di
Indonesialebih tepatnya di pulau Jawa. Gangguan ini tidak terlepas dari suatu pemicu budaya dan
lingkungan sosial yang bersifat multifaktorial. Kebanyakan penderita mengakui, bahwa awalnya latah
yang ditunjukan bersifat sengaja (dibuat-buat), mengingat gangguan tersebut telah membudaya dan
menjadi tren tersendiri. Walaupun demikian tidak sedikit penderita latah yang merasa terganggu
secara psikis, fisik bahkan mampu mengganggu hubungan komunikasi dan sosial ketika latah
(disengaja) tersebut berlangsung secara kontinum dan beralih menjadi gangguan latah yang
sesungguhnya.
Latah merupakan suatu ekspresi kaget sebagai akibat rangsang yang tiba-tiba yang diikuti
dengan meniru gerakan dan kata-kata orang lain secara spontan dan berulang-ulang serta berada di
luar kendali. Latah tergolong dalam gangguan spesifik budaya dengan kategori tersendiri. Ciri yang
menonjol berupa perilaku untuk menarik perhatian atau adopsi peranan sakit, digambarkan pada
kriteria diagnosis gangguan jiwa F68.1 yaitu mengenai kesengajaan atau berpura-pura membuat
gejala atau disabilitas (PPDGJ III, 1993:19). Walaupun gangguan latah ini secara patogenesis belum
diketahui tetapi gangguan latah dipengaruhi oleh berbagai penyebab diantaranya faktor kecemasan
dikarenakan stres dan kondisi lingkungan pasien. Sebagai contoh seorang wanita yang mengalami
depresi dan merasa minder dengan status baru sebagai seorang “janda” karena barudiceraikan oleh
suaminyamaka ia akan cenderung ingin lebih diakui oleh lingkungan sekitar. Sehingga terdoronglah
gagasan untuk berpura-pura latah yang kadang disertai mimpi khas. Contoh lain seorang pelawak
wanita yang awalnya berpura-pura latah kemudian menjadi gangguan latah, agar dia dianggap lebih
lucu oleh penonton.
Jika pada awalnya seseorang yang berpura-pura latah merasa diuntungkan,tetapi ketika latah
itu sendiri telah menjadi gangguan latahtidak sedikit dampak negatif yang dirasakan. Salahsatunya
dapat menghambat hubungan komunikasi. Ketika seseorang latah,baik jika diberi rangsang kaget
ataupun tidakdia mampumengikuti atau melakukan sesuatu berulang-ulang walaupun yang ia lakukan
tersebut tidak pantas untuk dilakukan. Selain itu iapun mampu mengeluarkan perkataan yang sama
berkali-kali dan hampir sebagian besar perkataan yang dilontarkan merupakan kata-kata yang kurang
pantas didengar. Jika hal ini terjadi tidak situasional misalnya saat kita berada di ruang perkuliahan
atau tempat bekerja (lingkungan formal) maka akan timbul rasa malu yang luar biasa. Apalagi jika
gangguan latah ini timbul saat kita menghadapi orang-orang penting. Tentu akan menimbulkan
kerugian bagi diri sendiri dan mungkin orang lain yang merasa malu saat menyaksikan tingkah kita.
Sebuah komunikasi akan berjalan dengan baik apabila objek dalam berkomunikasi mampu
berespon dengan baik. Hal ini sangat merugikan bagi seseorang yang latah karena saat dia fokus
berkomunikasi tanpa sadar dia akan mengikuti perkataan atau gerak-gerik lawan bicara. Tentu lawan
bicara akan merasa dilecehkan dan tersinggung. Jika hal ini berlanjut terus-menerus tanpa diterapi
maka akan memperburuk hubungan komunikasi bahkan dampak buruk akan berlanjut pada hubungan
sosial. Sehingga sebagai pencegahan perlu adanya kesadaran agar terhindar dari gangguan latah sejak
awal. Ada banyak strategi untuk dapat diterima dan diakui oleh lingkungan sekitar tentunya dengan
cara yang lebih baik dan berharga.