lapsus+fd
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
1/37
FIBROUS DYSPLASIA
Laporan Kasus
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat
Dokter Spesialis Radiologi
Oleh : dr Eka Prasetya
NIM : 09/303015/PKU/11453
Pembimbing:
dr Sri Retna Dwi D, Sp.Rad (K) Onk
Bagian Radiologi
Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada
2014
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
2/37
BAB I
PENDAHULUAN
Fibrous dysplasia adalah suatu jenis kelainan tulang dari proliferasi lesi
fibro-ossseus yang merupakan kondisi patologis jinak pada tulang di mana kondisi
ini sering terjadi pada anak dan dewasa muda. Penyakit ini bukanlah penyakit
herediter dan tidak diketahui secara jelas penyebabnya1,2
.
Fibrous dysplasia merupakan salah satu penyakit jaringan tulang yang
paling rumit, hal ini dikarenakan etiologi, patologi yang tidak pasti dan histologi yang
tidak jelas dari penyakit ini. Fibrous dysplasia adalah suatu kelainan tulang yang
benigna, kronis serta berkembang secara lambat. Fibrous dysplasia ditandai dengan
adanya jaringan fibrous dan woven bone pada tulang yang normal yang akan
mengakibatkan terjadinya pertumbuhan abnormal, rasa sakit, deformitas serta
resorbsi pada tulang yang terlibat, sehingga tulang menjadi membesar dan asimetri.
Pertumbuhan yang tidak normal ini disebabkan oleh penyimpangan aktivitas tulang
dalam membentuk jaringan mesenkimal sehingga terbentuk proliferasi abnormal dari
sel-sel mesenkimal1,3.
Penyakit ini cukup sering terjadi namun diagnosis sering terlambat karena
gejala-gejalanya yang tidak spesifik dan baru tampak setelah terjadi komplikasi, di
mana komplikasi yang sering adalah terjadinya fraktur tulang. Fibrous dysplasia
tampak sebagai gambaran litik pada tulang yang mana gambaran litik pada tulang
dapat terjadi pada beberapa keadaan patologi sehingga dibutuhkan pengetahuan dan
analisis yang baik untuk lebih mengarahkan pada penyebab kelainan tersebut. Pada
laporan ini akan dibahas mengenai gambaran fibrous dysplasia dan diagnosis
bandingnya sehingga diharapkan sebagai ahli radiologi mengetahui dan mampu
mengarahkan diagnosis dari lesi litik pada tulang.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
3/37
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Fibrous dysplasia merupakan suatu kondisi patologis jinak pada tulang dan
sering dijumpai pada berbagai jenis tulang. Pada kebanyakan kasus, lesi ini sering
dijumpai pada masa anak-anak dan dewasa muda tetapi jarang mendapat perhatian
sampai kemudian pasien menyadarinya. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan lesi
yang berjalan lambat dan tanpa keluhan. Pada tahun 1938 Lichenstein
memperkenalkan istilah fibrous dysplasia dan menemukan bahwa fibrous dysplasia
dapat terjadi pada satu atau beberapa tulang1.
Monostotik fibrous dysplasia merupakan bentuk penyakit fibrous dysplasia
yang hanya melibatkan satu bagian tunggal tulang. Kelainan ini dimulai pada masa
anak-anak kemudian mengalami pertambahan ossifikasi dan tertahan pada masa
dewasa, lebih dari 80% kasus yang ada merupakan kasus monostotik fibrous
dysplasia. Monostotik fibrous dysplasia secara umum menunjukkan distribusi yang
sama pada kedua jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Monostotik fibrous
dysplasia meskipun tidak begitu parah dibandingkan poliostotik fibrous dysplasia
namun lebih besar mendapatkan perhatian dokter karena sering dijumpai1. Fibrous
dysplasia dapat juga merupakan komplikasi dari fraktur yang patologis dan oleh
akibat suatu degenerasi maligna (jarang). Selain itu, penyakit ini juga dapat
berasosisasi dengan kista aneurysmal.
B.
ANATOMITulang manusia berbeda dengan tulang hewan dalam hal struktur, ketebalan,
ukuran dan umur penulangan (osifikasi). Setiap manusia memiliki 190 tulang, dan
tulang ini dibedakan menjadi tulang panjang, pendek, pipih dan tidak teratur. Tulang
panjang kita dapati pada tangan dan kaki seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
4/37
dan fibula. Tulang pendek meliputi tulang clavicula, metacarpal dan metatarsal .
Tulang pipih terdapat pada tulang-tulang atap tengkorak seperti frontal, parietal dan
occipital. Tulang tidak teratur adalah tulang vertebra dan basis cranii.
Secara umum, rangka orang dewasa memiliki dua komponen struktur yang
mendasar yaitu tulang spongiosa dan kompakta/kortikal. Struktur kompakta/kortikal
terdapat pada bagian tepi tulang panjang meliputi permukaan eksternal. Pada bagian
internal tulang, terdapat struktur spongiosa seperti jala-jala sedangkan bagian tengah
tulang panjang kosong atau disebut cavitas medullaris untuk tempat sumsum
tulang4,5
.
Pada persendian, tulang kompakta ditutupi oleh kartilago/tulang rawan
sepanjang hidup yang disebut tulang subchondral. Tulang subchondral pada
persendian ini lebih halus dan mengkilap dibanding tulang kompakta yang tidak
terletak pada persendian. Contohnya adalah pada bagian distal humerus atau siku.
Selain itu, tulang subchondral pada sendi juga tidak memiliki kanal Haversi.
Pada tulang vertebra, strukturnya porus dan dinamakan tulang trabecular
atau cancellous. Daerah tulang trabecular pada rangka yang sedang tumbuh memiliki
tempat-tempat sumsum merah, jaringan pembuat darah atau hemopoietic yang
memproduksi sel-sel darah merah, putih dan platelet. Sumsum kuning berfungsi
terutama sebagai penyimpan sel-sel lemak di kavitas medullaris pada tulang panjang,
dikelilingi oleh tulang kompakta. Selama pertumbuhan, sumsum merah digantikan
secara progresif oleh sumsum kuning di sebagian besar tulang panjang
Bagian-bagian tulang panjang yang panjang dan silindris disebut diaphysis,
sedangkan ujung proksimal dan distalnya terdapat epiphysis dan metaphysis. Jadi,
diaphysis adalah batang tulang panjang, epiphysis adalah ujung akhir tulang panjangsedangkan metaphysis adalah ujung tulang panjang yang melebar ke samping.
Semasa hidup, bagian eksternal tulang yang tidak berkartilago dilapisi oleh
periosteum. Periosteum adalah membran dengan vaskularisasi yang memberi nutrisi
pada tulang. Bagian internal tulang dilapisi oleh endosteum/membran seluler. Baik
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
5/37
periosteum maupun endosteum adalah jaringan osteogenik yang berisi sel-sel
pembentuk tulang. Pada periosteum yang mengalami trauma, sel-sel pembentuk
tulang jumlahnya bertambah. Pada periostitis/trauma pada periosteum ditandai
dengan pembentukan tulang baru di permukaan eksternal tulang yang tampak seperti
jala/trabekular.
Struktur Molekular tulang
Tulang manusia dan hewan sama-sama terdiri atas kolagen, molekul protein
yang besar, yang merupakan 90% elemen organik tulang. Molekul-molekul kolagen
membentuk serabut-serabut elastik pada tulang tapi pada tulang dewasa, kolagen
mengeras karena terisi bahan anorganik hydroxyapatite. Kristal-kristal mineral ini
dalam bentuk calcium phosphate mengisi matriks kolagen. Serabut-serabut protein
dan mineral ini membuat tulang memiliki dua sifat, yaitu melunak seperti karet bila
mineral anorganiknya rusak atau mengeras (bila direndam dalam larutan asam); atau
retak dan hancur bila kolagen/organiknya rusak (bila direbus/dipanasi).
Histologi dan metabolisme tulang
Histologi adalah studi jaringan pada tingkat mikroskopik. Tulang imatur dan
matur berbeda strukturnya. Tulang imatur lebih primitif dalam istilah evolusi
phylogenetiknya, berupa jaringan ikat yang kasar dan seperti jala kolagen, polanya
random dan tidak teratur orientasinya. Tulang imatur lebih banyak memiliki
osteocyte, biasanya terdapat pada tulang yang menderita tumor, pada penyembuhan
fraktur dan pada rangka embrionik.
Tulang kompakta tidak bisa diberi nutrisi melalui difusi permukaan
pembuluh-pembuluh darah, sehingga memerlukan sistem Haversi. Tulang trabekularlebih porus dan menerima nutrisi dari pembuluh darah di sekitar ruang sumsum.
Tulang dewasa baik yang kompakta maupun trabekular secara histologis adalah
tulang lamela. Lubang-lubang kecil di dalam setiap lamela disebut lacunae. Setiap
lacunae mempunyai sel-sel tulang disebut osteocyte. Nutrisi ditransport ke sel-sel ini
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
6/37
melalui kanalikuli. Osteoblast adalah sel-sel tulang yang berfungsi untuk membentuk,
sintesis dan deposit materi tulang, biasanya terkonsentrasi di bawah periosteum.
Osteoblast membuat osteoid, matriks organik tak terkalsifikasi yang kaya kolagen.
Kalsifikasi tulang terjadi sebagai kristal-kristal hydroxyapatite, komponen anorganik
tulang. Ketika osteoblast dikelilingi matriks tulang disebut osteocyte, sel-sel yang
terletak di dalam lacunae dan bertanggung jawab memelihara tulang.
Osteoklas bertugas mereabsorbsi tulang. Pembentukan kembali atau
remodeling tulang terjadi pada tingkat seluler dimana osteoklas mereabsorbsi jaringan
tulang dan osteoblast membangun jaringan tulang4,5
.
Pertumbuhan Tulang
Osteogenesis atau osifikasi terjadi pada dua lokasi: intramembraneous
(contohnya pada tulang frontal dan parietal) dan endochondral (contohnya pada
tulang iga, vertebra, basis cranii, tulang tangan dan kaki)., di mana osifikasinya
melalui fase kartilago. Pertumbuhan tulang meluas dari lokasi penetrasi awal, yang
menjadi foramen nutrisi. Membrana tipis bernama perichondrium mengelilingi
kartilago pada tulang panjang. Osteoblast di bawah perichondrium pada tulang
panjang fetus mulai mendeposit tulang di sekitar bagian luar batang kartilago. Sekali
hal ini terjadi, membran ini disebut periosteum, jaringan ikat berserabut yang
mendeposit tulang selapis demi selapis. Diameter tulang panjang meningkat, dan
osteoklas pada permukaan endosteal mereabsorbsi tulang sedangkan osteoblas pada
periosteum mendeposit tulang. Proses pertumbuhan pada tulang melebar (diametrik)
tulang panjang ini disebut pertumbuhan aposisional.
Pertumbuhan memanjang tulang panjang terjadi pada bidang epiphyseal
oleh karenanya lokasi ini disebut bidang pertumbuhan yang terletak di antara
metaphysis (pusat osifikasi primer) dan epiphysis (pusat osifikasi sekunder).
Pertumbuhan memanjang ini menjauhi bagian tengah tulang yakni menuju proksimal
dan menuju distal. Pertumbuhan memanjang tulang panjang berhenti ketika
metaphysis menyatu dengan epiphysis4,5
.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
7/37
C. EPIDEMIOLOGI
Penyakit fibrous dysplasia tidak mempunyai predileksi ras yang spesifik,
dapat mengenai semua ras manusia. Angka kejadian pada laki-laki dan perempuan
adalah sama. Manifestasi awal dari fibrous dysplasia seringnya ditemukan pada usia
3-15 tahun. Dua per tiga pasien dengan tipe poliostotik tidak bergejala sebelum usia
10 tahun. Pada tipe monoostotik pada usia 20 sampai 30 tahun sering belum
bergejala1,6
.
D. ETIOLOGI
Etiologi fibrous dysplasia belum jelas diketahui, namun dari beberapa
literatur menjelaskan bahwa lesi fibrous dysplasia sebagai pertumbuhan yang
abnormal dan merupakan penyakit asimptomatik yang dijumpai secara tidak sengaja
pada suatu pemeriksaan radiologi atau ketika terjadi komplikasi berikutnya.
Eugene Braunwald (1987) menyatakan dasar kelainan fibrous dysplasia
tidak diketahui, penyakit ini tidak tampak seperti penyakit turunan, meskipun telah
dilaporkan mempengaruhi kembar monozygot. Cardona (1998), penyakit dengan
etiologi yang tidak diketahui secara umum didiagnosis pada masa anak-anak dan atau
remaja. Joseph dan James (1989) mengemukakan bahwa fibrous dysplasia
disebabkan adanya suatu reaksi yang abnormal dari peristiwa traumatik yang
terlokalisasi.
Suatu penelitian menunjukkan bahwa penyakit ini mungkin disebabkan
kelainan struktur kimia protein tulang yang mengakibatkan pembesaran sel-sel yang
menghasilkan jaringan fibrous. Kelainan kimiawi tersebut terjadi karena mutasi
struktur gen yang memproduksi protein. Fibrous dysplasia mungkin merupakan
penyakit kongenital yang berarti individu-individu yang menderita penyakit ini
mungkin mengidapnya sejak mereka lahir1,2,7
.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
8/37
Klasifikasi
Sejak istilah fibrous dysplasia diperkenalkan pertama kali oleh Lichtenstein
tahun 1938, banyak perkembangan klasifikasi berdasarkan kondisi dari penyakit ini,
tetapi sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan pengalaman, kelainan ini dapat
diklasifikasikan berdasarkan jumlah tulang yang terlibat. Fibrous dysplasia bisa
muncul hanya pada satu tulang saja (monostotik dysplasia) ataupun pada beberapa
tulang (poliostotik fibrous dysplasia).
Secara umum klasifikasi dari fibrous dysplasia dipakai dengan istilah
monoostik dan poliostotik sebagai bentuk fibrous dysplasia yang berarti melibatkan
satu atau lebih tulang. Ada juga yang membagi klasifikasinya menjadi 3 kategori
utama yaitu: (1) Monoostotik (yang sering dijumpai) (2) Poliostotik dan (3) Sindrom
Albrights. Sedangkan Shafer membagi poliostotik fibrous dysplasia atas 2 tipe yaitu:
(1) Fibrous dysplasia yang meliputi beberapa tulang tetapi kerangka masih normal
dan disertai adalanya lesi pigmentasi pada kulit (caf-au-lai-spot) yang disebut
dengan tipe Jaffe (2) Fibrous dysplasia yang meliputi seluruh bagian tulang kerangka
dan disamping adanya lesi pigmentasi pada kulit juga disetai adanya gangguan
kelenjar endokrin yang disebut sebagai sindrome McCune- Albrights1,2,6,7.
Tipe monoostotik.
Kira-kira 70-80% fibrous dysplasia adalah monoostotik. Tipe ini sering terjadi
pada tulang iga (28%), femur (23%), tibia atau tulang craniofacial (10-25%),
selebihnya pada humerus dan vertebra. Tipe ini dapat timbul dengan gejala nyeri
atau fraktur patologis pada pasien dengan usia 10-70 tahun, tetapi tipe ini sering
terjadi pada usia 20-30 tahun. Derajat deformitas tulang tipe monoostotik lebihringan dari pada tipe poliostotik
1,7.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
9/37
Tipe poliostotik
Kira-kira 20-30% dari fibrous dysplasia adalah tipe polioostotik. Fibrous
dysplasia tipe poliostotik sering melibatkan tulang kepala dan wajah, pelvis,
vertebra dan sendi bahu. Lokasi keterlibatan pada femur (91%), tibia (81%), pelvis
(78%), costa , tulang kepala dan tulang wajah (50%), serta pada ekstremitas atas,
vertebra lumbal, clavicula dan vertebra cervical dengan frekuensi yang rendah.
Dysplasia dapat unilateral dan bilateral dan dapat mengenai beberapa tulang pada
ekstremitas tunggal atau kedua ekstremitas tanpa atau dengan keterlibatan tulang
axial. Walaupun variasi poliostotik cenderung dengan distribusi unilateral,
keterlibatannya dapat asimetris dan ke semua tulang ketika penyakit ini bilateral1,7
.
E. PATOFISIOLOGI
Fibrous dysplasia merupakan abnormalitas tulang yang biasa timbul pada
usia pertumbuhan dan perkembangan. Dysplasia berarti perkembangan yang
abnormal. Kelainan ini merupakan penyakit tulang di mana lapisan terluar dari
tulang menjadi tipis dan bagian dalam sumsum tulang digantikan jaringan fibrous
yang berpasir yang terdiri atas fragmen-fragmen tulang yang tajam seperti jarum .
Pada fibrous dysplasia terjadi dysplasia jaringan akut fibrosa yang
mengandung trabekula tulang dengan karakteristik seperti pusaran dari sel spindel,
fokal kalsifikasi dari woven bone. Gambaran ini disebut Chinese Character. Pada
tulang yang telah matang terlihat serat kolagen yang terangkai seperti selendang yang
disebut lamellae.
Pada fibrous dysplasia, tulang bagian medulla digantikan oleh jaringan
fibrosa, dimana akan tampak radiolusen pada pemeriksaan rontgen. Trabekula dari
woven bone mengandung kista terisi cairan yang ditempeli matriks jaringan ikat
kolagen , yang akan menampakkan gambaran pengabutan dari tulang1,7
.
Penyakit ini umumnya jelas kelihatan pada masa kanak-kanak , bisa muncul
hanya pada satu tulang saja (monostotik dysplasia) ataupun pada beberapa tulang
(poliostotik fibrous dysplasia). Selanjutnya sering ditemukan saat terjadinya fraktur
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
10/37
tulang akibat trauma minor. Sayangnya , fraktur yang diakibatkan oleh tulang yang
dysplasia tidak dapat sembuh secara sempurna jika jaringan fibrous ini tidak diatasi
secara operasional. Kelainan yang terjadi merupakan tumor tulang benigna yang
akan terus tumbuh sampai masa remaja sempurna. Setelah terjadi pertumbuhan
sempurna, perkembangan abnormalitas ini akan terhenti, tetapi penderita akan
memiliki satu atau lebih tulang yang tidak kuat atau lemah1,2
.
F. HISTOLOGI
Secara mikroskopis lesi memperlihatkan penggantian tulang normal oleh
jaringan fibrous yang mengandung tulang dan trabekula yang metaplasia. Jaringan
fibrous dysplasia banyak yang mengandung sel-sel dan memperlihatkan bentuk
lingkaran yang berisi jalinan berkas kolagen yang tebal. Secara tipikal, trabekula
tulang yang baru terbentuk tidak teratur dan berisi susunan tulang berserat kasar dan
belum matang dengan jumlah osteoid yang bermacam-macam.
Fibrous dysplasia terdiri dari beberapa gambaran yaitu seluler, proliferasi
fibrous jaringan penyambung yang berbentuk foci dan ketidakaturan bentuk trabekula
tulang yang tidak matang. Serat kolagen yang lengkap tersusun dalam pola stratified
(bentuk bertingkat) dari jalinan berkas kolagen. Fibroblast memperlihatkan bentuk
yang sama, nukleus berbentuk spidel sampai stellate. Trabekulasi tulang
menunjukkan kurangnya aktivitas osteoclast dan kurangnya osteoblast disekeliling
tulang trabekula7.
G. GAMBARAN KLINIS
Meskipun pasien dengan fibrous dysplasia dapat terjadi pada semua usia,tetapi secara khusus adalah pada usia muda dekade 1 dan 2. Tujuhpuluh lima persen
dari pasien muncul sebelum usia 30 tahun. Pasien-pasien dengan Fibrous dysplasia
yang kecil dan monostotik dapat asimptomatik, dengan abnormalitas tulang
teridentifikasi indental saat pemeriksaan radiologis untuk indikasi yang tak
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
11/37
berhubungan. Ketika gejala-gejala tampak maka akan tidak spesifik antara lain nyeri,
bengkak yang dapat juga muncul pada beberapa penyakit tulang yang lainnya1,2,6,7
.
H. GAMBARAN RADIOLOGIS
Secara umum pemeriksaan foto polos fibrous dysplasia pada tulang
memberikan gambaran yang bervariasi, tergantung pada tahap dari penyakit serta
mempunyai gambaran yang radiolusen sampai massa radiopaque yang padat. Secara
klasiknya lesi fibrous dysplasia adalah intramedulla, ekspansil dan berbatas tegas,
walaupun kadang-kadang ada endosteal scalloping, kontur kortex halus tetap ada.
Lesi memperlihatkan derajat densitas pengkabutan (hazy)dengan gambaran ground
glass, meskipun beberapa tampak sebagai lusensi komplit atau sklerotik8.
Pada fibrous dysplasia terdapat tiga tahap gambaran radiografi yang bisa
dilihat. Gambaran yang pertama yaitu lesi biasanya berupa gambaran radiolusen
kecil yang unilokular ataupun radiolusen yang multilokular. Kedua bentuk ini masih
mempunyai batas yang jelas dan masih terdiri atas jaringan tulang trabekular yang
baik. Gambaran klinis pada tahap ini jarang sekali terlihat karena masih berupa tahap
permulaan terjadinya penyakit.
Gambaran kedua yaitu berupa gambaran yang secara berangsur-angsur
menjadi opaque. Gambaran ini disebut dengan gambaran ground glass, orange
peel atau finger print dengan batas yang tidak begitu jelas. Gambaran ini terjadi
karena terbentuknya spikula tulang yang baru secara tidak teratur, tampak scalloping
endosteal. Pada gambaran ketiga lesi ini semakin menjadi opaque seiring dengan
bertambahnya umur dan matangnya lesi (terdapat matriks kalsifikasi).
Ada empat lesi yang tampak dengan tampilan bervariasi sehingga lesi-lesi
tersebut dapat tampak sebagai look like anythingyaitu fibrous dysplasia, metastasekanker, infeksi dan tumor chondroids,. Pada beberapa tahun belakangan lesi ke 5
yakni eosinohilic granuloma ditambahkan. Sehingga lesi-lesi tersebut dapat
dipertimbangkan sebagai diagnosa bandingnya8,9
.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
12/37
CT dan MRI berguna untuk mengevaluasi komponen soft tissue dan
perluasan suatu lesi. Gambaran karakteristik MRI fibrous dysplasia adalah bervariasi,
secara tipikal memperlihatkan intensitas signal rendah sampai intermediat pada T-1
weighted, intermediate sampai tinggi pada T-2 weighted dan tampak penyangatan
heterogen setelah pemberian kontras gadolinium. Sedang pada gambaran CT dapat
ditemui gambaran opasitas ground glass, dengan batas yang tegas, ditemui gambaran
ekspansi tulang dengan tulang yang masih intak, dapat ditemui gambaran sklerotik
yang homogen dan lesi kistik serta endosteal scalloping (jarang)6,8,10
.
Pada tulang panjang dan tubuler
Gambaran fibrous dysplasia termasuk lesi lusen di diaphysis atau metafisis,
dengan endosteal scalloping dan dengan atau tanpa ekspansi tulang dan tidak adanya
periosteal reaction. Sering matriks lusensi relatif homogen dan halus, secara klasik,
temuan ini digambarkan sebagai ground glass appearance. Area sklerosis yang
irreguler dapat muncul dengan atau tanpa kalsifikasi. Lesi lusen mempunyai batas
sklerotik tebal dan disebut dengan rind sign. Lesi dapat meluas ke ephyphisis hanya
setelah fusi. Fusi yang prematur dari pusat ossifikasi dapat terjadi, menimbulkan
dwarfism dewasa. Tulang displatik dapat mengalami kalsifikasi dan pembentukan
tulang endochondral1,8,11
.
Pada tulang kepala dan wajah
Tulang frontal lebih sering terkena dari pada tulang sphenoid, dengan
hilangnya sinus sphenoidalis dan frontal. Basis tulang kepala dapat sklerotik. Lesi
radiolusen atau lesi sklerotik pada tulang kepala dan wajah, dapat soliter atau
multipel, simetris atau tidak simetris dapat muncul. Protuberansia occipitalis eksterna
dapat prominen, tetapi gambaran ini dapat pula terjadi pada paget disease,
neurofibromatosis dan meningioma. Keterlibatan maxilla dan mandibula mempunyai
pola campuran radiolusen dan radioopak, dengan pergeseran gigi dan distorsi caum
nasal. Ruang diploe melebar dengan pergeseran tabula eksterna. Tabula interna dari
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
13/37
tulang kepala tetap bertahan pada fibrous dysplasia, tidak seperti pada paget disease.
Lusensi calvaria kistik, sering melewati sutura dengan batas sklerotik dapat
menyerupai gambaran donut1,12,13
.
Pelvis dan costa
Pada tulang-tulang ini terdapat gambaran lusensi, dengan suatu gambaran
ground glass difus dan rind lesi, lesi kistik juga sering tampak. Protusio acetabulum
tampak pada radiografi pelvis
Tulang belakang
Keterlibatan tulang sering terjadi pada poliostotik dan jarang pada
monoostotik. Lesi radiolusen , ekspansil, berbatas tegas, dengan septa internal
multipel atau gambaran striae terlihat pada corpus vertebra dan kadang pada arcus
dan pedikel. Deformitas kyphosis dan kompresi medulla spinalis dapat terjadi.
Pembengkakan jaringan lunak paraspinal dan kolaps vertebral adalah jarang1.
I. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik
diagnostik, dan pemeriksaan penunjang radiologis. Pemeriksaan radiologi polos
merupakan pemeriksaan pertama yang sering dilakukan. Pemeriksaan histopatologi
akan memastikan diagnosis fibrous dysplasia. Penegakan diagnosis yang benar
merupakan tanggung jawab bersama antara klinik dan spesialis radiologi yang
menemukan lesi di dalam tulang dan antara spesialis bedah orthopedi yang harus
mendapatkan jaringan biopsi dengan spesialis patologi yang menafsirkannya14
.
J. TATA LAKSANA
Fibrous dysplasia adalah kelainan kronik yang sering berkembang progresif.
Walaupun lesi tersebut dapat stabil dan berhenti berkembang, lesi tersebut tidak
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
14/37
dapat menghilang sempurna. Lesi pada tipe poliostotik dan pada anak yang sedang
tumbuh-kembang dapat berkembang dengan cepat.
Penanganan fibrous dysplasia pada tulang dapat dibagi menjadi dua yaitu
terapi non bedah dan terapi bedah. Pada terapi non bedah dapat diobservasi dan
dengan pemberian obat. Pada observasi daerah yang terkena fibrous displasia yang
tidak bergejala diobservasi dalam periode tertentu dengan foto rontgen dan tidak
diterapi jika lesi tersebut tidak berkembang progresif. Brace dapat digunakan untuk
mencegah fraktur, tetapi tidak efektif untuk mencegah deformitas. Pemberian obat
seperti bisphospnate diberikan untuk mengurangi aktivitas sel-sel yang merusak
tulang. Pemberian analgetik dapat mengurangi sakit pada tulang.
Penanganan bedah cukup sering dilakukan pada pengananan fibrous
dysplasia. Temuan berikut dapat merupakan indikasi penanganan bedah yakni ; lesi
bergejala yang tidak responsif pada penanganan non bedah, fraktur kominutif, fissura
pada tulang yang tidak membaik dengan pemasangan cast atau brace, deformitas
yang progresif, timbulnya lesi maligna, dan tujuan untuk mencegah lesi lebih besar
yang dapat menyebabkan fraktur1,2
.
K. PROGNOSIS
Prognosis penyakit fibrous dysplasia adalah baik, umumnya tidak
menimbulkan kematian. Lesi fibrous dysplasia tidak berkembang bila terjadi pada
sebelum pubertas. Disebutkan ada kemungkinan berdegenerasi maligna pada kurang
lebih 1% kasus. Pada kasus yang ringan jarang membutuhkan terapi bedah. Pada
kasus poliostotik dan yang mengenai tulang maxilla facial akan membutuhkan
penanganan yang lebih khusus
1
.
L. DIAGNOSIS BANDING RADIOLOGIS
Lesi yang serupa dengan fibrous dysplasia adalah ossfying fibroma dan non
ossfying fibroma. Selain itu, secara klinis dan radiografi fibrous dysplasia juga dapat
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
15/37
menyerupai pagets disease ataupun brown tumor of hiperparatiroidism.
Perbedaannya dapat diketahui berdasarkan kombinasi dari gambaran klinis,
gambaran radiografi dan gambaran histologis. Simple bone cyst pun kadang dapat
menyerupai fibrous dysplasia.
Secara histologis, ossifying fibroma dapat dikarakteristikkan dengan
adanya penggabungan tulang lamellar yang matang dan fibrous stroma, sedangkan
pada fibrous dysplasia terdapat woven bone yang tidak matang. Pada ossifying
fibroma, komponen tulang dikelilingi oleh osteoblast sedangkan pada fibrous
dysplasia komponen tulang dikelilingi oleh osteoblast yang tidak normal secara
radiografi ossifying fibroma akan tampak lebih radiolusen dan memiliki batas yang
lebih jelas. Fibrous dysplasia dan dapat menyebabkan ekspansi tulang. Ternyata
yang membedakannya adalah pagets disease menyerang pada kelompok umur yang
lebih tua2,6,8,15
.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
16/37
BAB III.
LAPORAN KASUS
Dilaporkan seorang anak perempuan, An K usia 8 tahun datang ke rumah
sakit dengan keluhan utama nyeri pada tungkai kanan bawah. Riwayat penyakit
sekarang ; kurang lebih 9 jam sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh nyeri dan
tungkai kanan susah untuk digerakkan. OS dibawa oleh keluarga ke puskesmas,
kemudian dirujuk ke RS swasta, dilakukan pemasangan bidai dan dirujuk ke RS
Sardjito. Riwayat nyeri sebelumnya di tungkai kanan tidak ada. Tungkai kanan bawah
tampak lebih bengkok ke depan dan lebih besar dibanding tungkai bawah kiri dalam
satu tahun belakangan ini. Riwayat penurunan berat badan tidak ada, nafsu makan
biasa, riwayat sering demam tidak ada, riwayat batuk-batuk lama tidak ada. Riwayat
penyakit dahulu pasien didapat riwayat trauma sebelumnya sekitar 2 tahun yang lalu,
dikatakan patah tulang tungkai bawah kanan dan dilakukan operasi dengan
pemasangan fiksasi interna. Pasca operasi anak dapat bersekolah dan beraktivitas
seperti biasanya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang , kesadaran
compos mentis. Tanda vital : respirasi 20 kali per menit, nadi 92 kali per menit, suhu
tubuh 36,5oC. Pada pemeriksaan fisik , kepala ; konjungtiva anemis tidak ada, sklera
ikterik tidak ada. Pada leher tidak didapatkan kenaikan tekanan vena jugularis,
limfonodi leher tak teraba. Pada pemeriksaan thorax ; simetris, tidak didapat
ketinggalan gerak, fremitus kanan dan kiri sama, pada perkusi kedua thorax sonor dan
pada auskultasi suara vesikuler normal, tidak didapat ronchi dan wheezing, suara
jantung reguler, bising jantung tidak ada. Pada pemeriksaan abdomen, dindingabdomen datar, peristaltik positif normal, perkusi didapat suara tympani dan pada
palpasi abdomen teraba supel, tidak didapat nyeri tekan.
Pada pemeriksaan lokalis regio cruris dextra, pada inspeksi ; tampak
procurvatum, luka tidak ada, tampak scar di sisi anterior dengan panjang kurang lebih
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
17/37
10 cm, sinus tidak ada , tampak swelling, tidak terlihat bruising. Pada perabaan ;
teraba massa di sepertiga tengah, padat, permukaan rata, batas tidak jelas, terdapat
nyeri tekan, sensori baik, pulsasi arteri distal baik, rapid capillary test < 2 detik. Pada
pergerakan didapatkan range of movement (ROM ) sendi lutut dan ankle kanan
dalam batas normal.
Gambar 1 . tungkai bawah pasien saat masuk ke RS Sardjito
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 26 Juli 2010 didapatkan
hemoglobin 12,9 (N : 12-16) , Hematokrit 37,8 % (37-47), Leukosit 13,61.103/mmk
(N = 4,8-10,8), Angka Trombosit 325 . 103/mmk (N : 130-400), Total Protein 6,79
g/dl (N= 6,4-8,3), Albumin 3,69 g/dl (N= 3,5-5), BUN 8,1 mg/dl(N = 7-18),
Creatinin 0,64 mg/dl (N = 0,6-1,3), Kecepatan enap darah ( KED) 69 mm/jam
(0,00-15,00) , Natrium 138 mmol/l (N= 136-145), Kalium 3,6 mmol (N = 3,1-5),
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
18/37
Chloride 104 mmol/l (N= 98-107) , Alp 178 IU/L (N = 32 -92), C reaktif protein
(CRP) 6 : Positif,
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
19/37
Sebelum operasi Pasca operasi
Gambar 3. Foto Cruris saat rawat inap di RS terdahulu.
Pasien dirawat dengan diagnosa kerja sebagai fraktur tertutup patologis pars
tertia media tibia dan fibula dextra curiga karena ossifying fibroma DD Fibrous
dysplasia, osteomielitis. Kemudian direncanakan untuk pelacakan penyebab dengan
pemeriksaan histopatologi.
Pada pasien dilakukan pemeriksaan aspirasi jarum halus dengan hasil
tertanggal 28 Juli 2010 didapatkan sediaan AJH menunjukkan sel-sel radang tersebar
terdiri dari leukosit pmn, makrofag, latar belakang eritrosit merata, debris nekrotik
dengan kesimpulan tidak didapatkan sel ganas, pendapat yaitu radang dengan
nekrosis. Kemudian dilakukan open biopsi pada tanggal 5 Agustus 2010 dan pada
pemeriksaan patologi anatomi didapatkan Jaringan tulang kompakta, umumnya
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
20/37
berupa woven bone di antara jaringan ikat fibrous yang seluler dengan bentuk
menyerupai huruf C/ fish hook. Tidak tampak adanya osteoblastic rimming. Bagian
lain didapatkan lamellar bone, di antaranya dengan perdarahan.
Fragmen-fragmen
jaringan tulang kompakta, di antara jaringan nekrotik dan perdarahan, dengan
komponen seperti (A). Tidak didapatkan tanda ganas dengan kesimpulan Kerokan
tulang ; secara histopatologis dapat menyokong suatu fibrous dysplasia.
Pasien didiagnosis dan ditatalaksana dengan fraktur tertutup patologis tibia
fibula dextra pars tertia media et causa fibrous dysplasia. Pasien mendapat terapi tirah
baring dengan pemasangan fiksasi eksterna dan medikamentosa analgetika, dan
mineral. Pasien menjalani perawatan di rumah dan kontrol rutin di poliklinik bedah.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
21/37
Gambar 4 . foto cruris tanggal 16-09-2010 dengan kesan Old fraktur tibia et
fibula 1/3 medial dextra dengan lesi litik curiga osteomielitis, aposisi dan alignment
cukup.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
22/37
BAB IV.
PEMBAHASAN
Penegakan diagnosis lesi pada tulang memerlukan modalitas imejing yang
tepat, pemeriksaan foto polos masih merupakan pemeriksaan pendahuluan yang
penting dan tersedia secara luas. Walaupun kadang masih sulit untuk menegakkan
diagnosis hanya berdasar foto polos saja, tetapi dengan memperhatikan data-data
klinis, pemeriksaan fisik dan mencermati tanda-tanda pada foto polos, dapat
membantu bahkan menentukan patologi penyakit.
Beberapa faktor-faktor dapat membantu dalam menentukan diagnosis lesi litik
pada tulang dan tumor tulang:
a.
Usia pasien. Lesi spesifik cenderung terjadi pada rentang umur yang spesifik.
Solitary bone cyst, non-ossifying fibroma, aneurisma bone cyst , Fibrous
Dysplasia dan ewing sarcoma terjadi pada usia di bawah 30 tahun.
Kecenderungan lesi dan tumor pada tulang berdasar umur dapat dilihat pada
lampiran.
b. Lokasi pada tulang. Lokasi lesi beberapa lesi litik dan tumor tulang
mempunyai karakteristik tersendiri, lokasi dapat terjadi di epiphyseal,
metaphyseal atau diaphyseal. Dan pada tulang dapat terjadi di sentral,
eksentral, atau kortical. Lesi sering muncul pada tulang yang spesifik dengan
area yang spesifik pada tulang. Lesi tersebut dapat dilihat pada lampiran.
c. Ukuran lesi. Ukuran lesi tidak semata-mata menunjukkan bagaimana
agresifitas proses, tetapi pengenalan lesi spesifik yang mempunyai
kecenderungan untuk tumbuh besar dapat membantu menentukan
kemungkinan diagnosis yang benar.
d. Monostotik (satu lesi) atau poliostotik (lesi multipel). Lesi multipel tidak
selalu merupakan petanda suatu proses agresif.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
23/37
e. Zona transisi dari tulang normal ke tidak normal. Hal ini merupakan indikator
yang bagus untuk menentukan suatu lesi agresif atau tidak agresif. Suatu zona
yang tegas, jelas dan terdapat area yang sempit antara tulang normal dan tidak
normal mengindikasikan suatu lesi yang tidak agresif. Suatu zona yang lebar,
kabur dan area yang tidak dapat ditentukan mengindikasikan suatu proses
yang lebih agresif. Tetapi bagaimanapun , harus hati-hati beberapa proses
jinak (seperti osteomielitis) mempunyai zona transisi yang lebar yang
menunjukkan proses yang cepat.
f. Reaksi sklerosis. Jika terdapat tepi lesi yang sklerotik, sebagian besar adalah
lesi yang tidak agresif.
g. Pola destruksi tulang. Terdapat beberapa pola destruksi tulang ; geografik,
moth-eaten, dan permeatif. Geografik merupakan lesi dengan batas yang
jelas, pola ini merupakan lesi yang tidak agresif, moth-eaten merupakan lesi
dengan batas yang kurang jelas dan menunjukkan tumor tumbuh cepat,
sedangkan permeatif adalah lesi paling agresif, berupa lesi litik kecil-kecil
dengan bentuk oval multipel dan banyak terlihat pada cortex tulang.
h. Matriks tumor. Adanya matriks ini dapat membantu menentukan asal patologi
kelainan tersebut. Terdapat matriks kartilago dan matriks osteoid yang akan
memberikan gambaran yang berbeda pada foto polos.
i. Response tulang. Respon tulang dapat berupa penipisan korteks, ekspansi,
dan penetrasi. Destruksi kortek menunjukkan suatu proses yang agresif. Harus
hati-hati, proses destruksi korteks juga dapat tampak sebagai suatu proses
penggantian korteks tulang oleh suatu jaringan fibrosa atau matriks chondroid,
dimana tidak terkalsifikasi dan dapat berlokasi dalam suatu lesi jinak.
j.
Reaksi periosteal. Reaksi ini akan terjadi bila terdapat iritasi periosteum. Hal
ini dapat dihubungkan dengan proses keganasan, suatu lesi litik jinak,
osteomielitis atau trauma. Gambaran periostitis akan memberikan suatu
indikasi penyebab. Periostitis jinak menampakkan gambaran yang tebal,
berombak, dense dan uniform, pertumbuhan yang lambat.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
24/37
k. Keterlibatan jaringan lunak. Lesi yang agresif sering menyebabkan
kerusakan kortek dan akan menimbulkan massa jaringan lunak9, 14, 16
.
Untuk lesi litik pada tulang ada suatu sistem yang memudahkan kita
mengingat kemungkinan-kemungkinan patologi lesi litik tersebut. FOGMACHINE
(F = Fibrous Dysplasia, O = osteoblastoma, G = giant cell tumor, M = metastase,
mieloma, A = aneurysmal bone cyst, C= chondroblastoma, H = hyperparathyroidsm,
hemangioma, I= infection, N = non ossifying fibroma, E = eosinophilic granuloma,
enchodroma, S = solitary bone cyst). Dengan pengingat tersebut dan dianalisa dengan
gambaran radiografi yang telah dijelaskan di atas maka akan mempermudah kita
menganalisa kemungkinan-kemungkinan patologi lesi pada tulang17,18
.
Pada analisa kasus ini ditentukan lesi litik yang tampak adalah lesi litik
dengan batas yang tegas. Sehingga pada kasus ini dengan memperhatikan data usia ,
maka lesi litik berbatas tegas yang memungkinkan adalah non ossyfing fibroma,
osteoblastoma, fibrous dysplasia, eosinophilic granuloma, solitary bone cyst,
aneurysmal bone cyst, chondroblastoma dan chondromyxoid fibroma. Selanjutnya
dengan memperhatikan lokasi lesi litik pada tulang yakni pada diaphysis dengan usia
muda maka lesi litik yang memungkinkan adalah non ossifying fibroma, ewing
sarcoma, simple bone cyst, fibrous dysplasia. Selanjutnya adalah dengan melihat
karakteristik untuk masing-masing lesi tersebut.
Non ossifying fibroma (NOF) atau biasa juga dikenal dengan fibrous cortical
defect, disebut fibrous cortical defect jika ukuran diameternya kurang dari 2 cm dan
berbatasan dengan cortex dan disebut non ossifying fibroma jika ukuran diameternya
lebih dari 2 cm serta sering ekspansi ke dalam ruang medulla. Suatu lesi jinakberbatas tegas, lesi soliter berhubungan dengan proliferasi dari jaringan fibrosa.
Sering diketemukan di sekitar lutut dan tibia distal. NOF sering ditemukan dengan
temuan lain yakni fraktur. NOF biasanya mempunyai batas yang sklerotik tipis yang
sering berlekuk-lekuk (scalopping) dan dapat ekspansil ringan. Berkembang dari
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
25/37
korteks metaphysis, lesi ini eksentrik dalam tulang, kadang bersepta membentuk
gambaran buble. Lesi ini dapat regresi spontan dengan berangsur-angsur diisi oleh
jaringan tulang. NOF dapat muncul sebagai lesi multifokal15,19
.
Simple bone cyst atau solitary bone cyst atau juga dikenal dengan unicameral
bone cyst, suatu lesi berbatas tegas, predileksi lesi pada proximal tulang,biasanya
pada tulang humerus atau femur dan berlokasi di sentral dalam tulang panjang, SBC
dapat bermigrasi dari metaphysis ke diaphyis seiring dengan pertumbuhan tulang15
.
Pada fibrous dysplasia terdapat pada tulang panjang dapat berupa lesi litik
dengan gambaran yang bervariasi sesuai dengan tahap perkembangan lesi, lesi litik
menjadi gambaran ground glass dari kalsifikasi matriks dan kemudian lebih sklerotik.
Tidak ada reaksi periosteal. Lesi dapat tunggal atau lesi multipel dengan lokasi yang
berbeda-beda.
Ewing sarcoma, lesi atau tumor ini muncul pada usia muda. lesi litik
permeatif sering di diafisis tulang panjang. Sering disertai reaksi periosteal onion
skin atau sunburst. Lesi ini disertai pembesaran jaringan lunak yang nyata dibanding
pada lesi-lesi yang sebelumnya disebut di atas.
Osteofibrous Dysplasia atau juga dikenal sebagai ossifying fibroma, adalah
suatu lesi jinak tulang. Lesi ini sering muncul pada anak-anak muda (sering dibawah
usia 10 tahun). Lokasi paling sering adalah pada tibia, dapat terjadi pula pada femur,
mandibula dan maxilla. Pada foto polos dapat ditemui sebagai lesi berbatas tegas,
dengan lesi litik dengan karakteristik tepi sklerotik (osteoblastic rimming), dengan
ekspansi cortical yang cukup, lesi dengan matriks homogen dan dapat berupa ground
glass matriks. Komplikasi yang terjadi dapat berupa fraktur patologis dan
pembengkokan tulang (bowing)15,20
.
Dengan memperhatikan data klinis dan pemeriksaan foto polos , kemungkinan
paling mendekati temuan adalah Fibrous Dysplasia dengan diagnosa banding non
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
26/37
ossifying fibroma. Maka dilakukan pemeriksaan histopatologi dari kerokan tulang.
Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan hasil yang menyokong gambaran Fibrous
Dysplasia. Dengan ketetapan diagnosa tersebut maka pasien dirawat dengan
diagnosis close fraktur patologis tibia et ulna dextra pars tertia media dengan Fibrous
Dysplasia Tibia dextra.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
27/37
Tabel 1. Gambaran radiografi pada beberapa lesi litik
NOF SBC FIBROUS
DYSPLASIA
OF
Lokasi Metaphysis
diaphysis
Metaphysis-
diaphysis
Plg sering
proximal humerus
dan femur
Diaphysys Diaphysis
Kortikal Sentral Sentral Eksentrik
Lesi litik Batas tegas, tepi
sklerotik,
lokulasi (+)
Batas tegas, zone
transisi sempit
Lokulasi (+)
Batas tegas, lusen
s.d. opasitas ground
glass. Bisa lusen
sangat jarang
sklerotik,
Membulat, lokulasi
ada terutama di
tulang pipih(jarang)
Lesi litik
intracortical,
sering dengan tepi
sklerotik(osteoblas
tic rimming).
Terdapat bowing
dan pembesaran
tulang
Fraktur Dapat terjadi Dapat terjadi Dapat terjadi Dapat terjadi
Reaksi
periosteal
(-) (-) (-) (-)
Gambaran
lain
Soft tissue mass
(-)
Soft tissue mass
(-)
Soft tissue mass (-) Soft tissue mass (-)
Ket : NOF = non ossifying fibroma, SBC = simple bone cyst, OF= ossifying
fibroma.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
28/37
Gambar 5. Gambaran PA hasil open biopsi dengan kesan menyokong gambaran
Fibrous Dysplasia.
Hasil PA :
Sediaan menunjukkan:
A. Jaringan tulang kompakta, umumnya berupa woven bone di antara jaringan ikat
fibrous yang seluler dengan bentuk menyerupai huruf C/ fish hook. Tidak
tampak adanya osteoblastic rimming.Bagian lain didapatkan lamellar bone, diantaranya dengan perdarahan.
B,C. Fragmen-fragmen jaringan tulang kompakta, di antara jaringan nekrotik dan
perdarahan, dengan komponen seperti (A). Tidak didapatkan tanda ganas
Kesimpulan:
Kerokan tulang Os Tibia : Secara histopatologis dapat menyokong suatu fibrous
dysplasia
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
29/37
BAB V.
KESIMPULAN
Fibrous dysplasia adalah penyakit tulang jinak yang dapat muncul dengan
bentuk monoostotik dan poliostotik. Komplikasi yang dapat terjadi adalah fraktur
patologis dan jarang terjadi degenerasi maligna. Gambaran imejing fibrous dysplasia
adalah khas, walaupun kadang tidak spesifik karena perubahan histopatologi.
Pengetahuan gejala dan tanda klinis, gambaran imejing yang bervariasi, komplikasi
adalah penting untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan penatalaksanaan yang
tepat dari penyakit ini.
Telah dilaporkan suatu kasus fibrous dysplasia dengan diagnosis yang
terlambat karena pada kasus ini didapatkan suatu lesi litik pada os tibia dengan
disertai komplikasi fraktur patologis. Pada gambaran radiologis didapatkan suatu lesi
litik tunggal, berbatas tegas, di diaphysis os tibia bagian sentral, tepi tidak sklerotik.
Perlu diingat bahwa pada kasus fibrous dysplasia, lesi dapat bervariasi sehingga
memerlukan pemahaman yang baik pada analisis foto radiologisnya.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
30/37
DAFTAR PUSTAKA
1. Anand, M K N. Fibrous Dysplasia.http://emedicine.medscape.com.Update :
29 Juli 2009.
2. Anonymous. Fibrous Dysplasia dalamhttp://AAOS.com.Access on : 24-03-
2011.
3. Fizpatrick, K A. Taljanic , M S. Speer, D P. Imaging Findings of Fibrous
Dysplasia with Histopathologic and Intraoperative Correlation. AJR
2004;182:1389-1398.
4. Ganong, W F. Kontrol Hormonal Metabolisme Kalsium dan Fisiologi Tulang
dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22. Penerbit EGC.2005 halaman
398-410.
5. Guyton, A C. Hormon Paratiroid, Kalsitonin, Metabolisme Kalsium dan
Fosfat, Vitamin D, tulang dan Gigi dalam Fisiologi Manusia dan Mekanisme
Penyakit Edisi III. Penerbit EGC.1996 halaman 711-727.
6. Anonymous. Fibrous Dysplasia . http://radiopaedia.org. access on : 24-03-
2011
7. Kransdorf, M J. Moser, R P. Gilkey, F W. Fibrous Dysplasia. Radiographics
1990;10:519-537.
8. Fitzpatrick, K A. Taljanovic, M S. Speer, D P. et al. Imaging Findings of
Fibrous Dysplasia with Histopathologic and Intraoperative Correlation. AJR
2004;182:1389-1398.
9. Sanders, T G. Parsons, T W. Radiographics Imaging of Musculoskeletal
Neoplasia. Cancer Control. May/June 2001, vol.8.No3.
10.Won, H J. Kyu, H C. Bo, Y C. Jeong, M P. Kyung , S S. Fibrous Dysplasia :
MR imaging Characteristic with radiopathologic Correlation. AJR
1996;167:1523-1527.
http://emedicine.medscape.com/http://aaos.com/http://radiopaedia.org/http://radiopaedia.org/http://aaos.com/http://emedicine.medscape.com/ -
8/10/2019 LAPSUS+FD
31/37
11.Harris, W H. Dudley, H R. Barry, R J. The Natural of Fibrous Dysplasia: An
Orthopaedic, Pathological, and Roentgenography Study.J Bone Joint Surg
Am.1962:207-233.
12.Lustig, L R. Holliday, M J. McCarthy, E F. Nager, G T. Fibrous Dysplasia
Involving the Skull Base and Temporal Bone. Arc Otolaryngol Head Neck
Surg 2001;127:1239-1247.
13.Macdonald , D. Jankowski. Fibrous Dysplasia : a Systemic Review.
Dentomaxillofacial Radiology 2009:38:196-215.
14.Budyatmoko, B. Pencitraan pada Tumor Muskuloskeletal dalam Neoplasma
Tulang: Diagnosis dan Terapi. PT Galaxy Puspa Mega. 2005. Hal 5-15.
15.Levine, S M. Lambiase, R E. Petchprapa, C N. Cortical lesions of the Tibia:
Characteristic Appearance at Conventional Radiography.Radiographics
2003;23:157-177.
16.Bloem , J L. Van der Heul, R O. Schuttevaer, H M. Kuipers , D. Fibrous
Dysplasia VS Adamantinoma of the Tibia:Differentiation Based on Analysis
of Clinical and Plain Findings. AJR 1991:156;1017-1023.
17.Van der Woude, H J. Smithuis, R. Bone Tumor-Differential Diagnosis.
http://www.radiologyassistant.nl.Access on : 24-03-2011.
18.Kmliau. Lytic Bone Lesion . http://www.squidoo.com/lyticbone. Access on :
24-03-2011.
19.Anonymous. Non-ossifying Fibroma dalamhttp://radiopaedia.org.Access on :
24-03-2011.
20.Anonymous. Ossfying Fibroma dalamhttp://radiopaedia.org.Access on : 24-
03-2011.
http://www.radiologyassistant.nl/http://radiopaedia.org/http://radiopaedia.org/http://radiopaedia.org/http://radiopaedia.org/http://www.radiologyassistant.nl/ -
8/10/2019 LAPSUS+FD
32/37
LAMPIRAN
Gambar . letak lesi litik dan tumor berbatas jelas yang sering terjadi
Gambar . CT FIBROUS DYSPLASIA
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
33/37
Tabel 1. Hubungan usia dengan tumor tulang dan lesi litik pada tulang
Gambar.6 MRI FIBROUS DYSPLASIA
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
34/37
Tabel 2. lesi litik dan temuan klinis lain.
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
35/37
Gambar 7 . Fibrous dysplasia pada diaphysis distal radius. Pada foto didapat
gambaran les medulla, dengan tepi sklerotik tipis.peningkatan densitas radiografi
pada bagian proximal menggambarkan peningkatan jumlah mineralisasi woven bone
(ground glass appearance).
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
36/37
-
8/10/2019 LAPSUS+FD
37/37