lapsus & referat keratomikosis fix

Upload: nur-fitriah

Post on 10-Feb-2018

265 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    1/36

    1

    LAPORAN KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. S

    Umur : 38 tahun

    JenisKelamin : Laki-laki

    Suku/Bangsa : Makassar / Indonesia

    RM : 612671

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Petani

    Alamat : Bulu Doang, Desa Tuju Bangkal barat

    Tgl. Pemeriksaan : 12 Juni 2013

    RumahSakit : Poliklinik Mata Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo

    DokterPemeriksa : dr. S

    ANAMNESIS

    KeluhanUtama : Nyeri pada mata kiri

    Anamnesis Terpimpin :

    Dialami sejak 1 bulan yang lalu, akibat terkena serpihan padi pada saat

    sedang memanen padi dan mulai memberat sejak 3 hari yang lalu. Gatal (+),

    mata merah (+), nyeri (+), sulit membuka mata (+), air mata berlebih (+), rasa

    mengganjal (+), silau (+), rasa berpasir (+), kotoran mata berlebih (+).

    Riwayat HT (-), Riwayat DM (-), Riwayat menggunakan kacamata (-)

    Riwayat berobat di RS Takalar 1 bulan yang lalu dan diberi obat tetes mata

    tetapi tidak diketahui nama obat tetesnya, pasien merasa tidak ada perbaikan

    sehingga pasien dirujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo.

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    2/36

    2

    TANDA VITAL

    Status Generalis : Sakit sedang/ Gizi baik/ Composmentis

    TD : 120/80 mmHg

    Nadi : 80x/menit

    Pernapasan : 20x/menit

    Suhu : 36,8 C

    PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

    1. Inspeksi

    PEMERIKSAAN OD OSPalpebra Edema (-) Edema (-)

    Apparatus lakrimalis Lakrimasi (-) hiperlakrimasi (+)

    Silia Normal Sekret (+)

    Konjungtiva Hiperemis (-)

    Hiperemis (+), injeksi

    konjungtiva (+), injeksi

    perikorneal (+)

    Bola mata Normal Normal

    Kornea Jernih Keruh

    Bilik Mata Depan Normal Sulit dievaluasi

    Iris Coklat, kripte (+) Sulit dievaluasi

    Pupil Bulat, sentral Sulit dievaluasi

    Lensa Jernih Sulit dievaluasi

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    3/36

    3

    Mekanisme Muskular Ke segala arah Ke segala arah

    Light perception

    2. Palpasi

    PEMERIKSAAN OD OS

    Tensi Okuler Tn Tn

    Nyeri Tekan (-) (+)

    Massa Tumor (-) (-)

    Glandula Preaurikuler Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

    3. Tonometri

    Tidak dilakukan pemeriksaan

    4. Visus

    - VOD : 6/15 LP

    - VOS : 1/300 LP

    5. Campus visual : Tidak dilakukan pemeriksaan

    6. Color sense : Tidak dilakukan pemeriksaan

    +

    ++

    +++

    +

    +

    +++

    +

    +++

    +

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    4/36

    4

    7. Light sense : Tidak dilakukan pemeriksaan

    8. Penyinaran oblik

    No Pemeriksaan Oculus Dextra Oculus Sinistra

    1

    2

    34

    5

    6

    Konjungtiva

    Kornea

    Bilik Mata DepanIris

    Pupil

    Lensa

    Hiperemis (-)

    Jernih

    NormalCokelat, kripte (+)

    Bulat, sentral,

    refleks cahaya (+)

    Jernih

    Hiperemis (+),

    Injeksi konjungtiva (+) injeksi

    perikornea (+).

    Kornea keruh, hampir diseluruh

    permukaan.

    Sulit dievaluasiSulit dievaluasi

    Sulit dievaluasi

    Sulit dievaluasi

    9. Slit lamp :

    - SLOD: Konjungtiva hiperemis (-) kornea jernih, iris cokelat, kripte(+), pupil bulat, sentral RC (+), lensa jernih.

    - SLOS: Konjungtiva hiperemis (+), injeksi konjungtiva (+), injeksi

    perikornea (+), kornea keruh hampir diseluruh permukaan,

    kesan melting V= 7,2 mm H=5,9 mm, desematocele (+), tes

    flouresens (+), iris & detail lain sulit dievaluasi.

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    5/36

    5

    10. Tes Fluoresensi : (+) tampak keruh diseluruh permukaan kornea

    Gambar 1 Gambar 2 : Flouresensi (+) diseluruh

    permukaan kornea

    11. Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10% : (+) ditemukan hifa

    :

    12. Funduskopi : Tidak dilakukan pemeriksaan

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    6/36

    6

    RESUME

    Seorang laki-laki berumur 38 tahun datang ke poli mata RS Wahidin

    Sudirohusodo dengan keluhan nyeri pada mata kiri. Dialami sejak 1 bulan yang

    lalu, akibat terkena serpihan padi pada saat sedang memanen padi dan mulai

    memberat sejak 3 hari yang lalu. Gatal (+), mata merah (+), nyeri (+),

    blefarospasme (+), hiperlakrimasi (+), rasa mengganjal (+), fotofobia (+), rasa

    berpasir (+), sekret (+).

    Riwayat HT (-), Riwayat DM (-), Riwayat menggunakan kacamata (-)

    Riwayat berobat di RS Takalar 1 bulan yang lalu dan diberi obat tetes mata

    tetapi tidak diketahui nama obat tetesnya, pasien merasa tidak ada perbaikan

    sehingga pasien dirujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo.

    Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan, inspeksi tampak konjungtiva OS

    hiperemis (+) disertai injeksi konjungtiva (+) dan injeksi perikorneal (+), pada

    silia sekret (+), apparatus lakrimalis hiperlakrimasi (+), kornea keruh (+), BMD

    & detail lain sulit dievaluasi. Pada pemeriksaan palpasi didapatkan nyeri tekan (+)

    pada OS. Pada pemeriksaan visus didapatkan VOD : 6/15 VOS: 1/300. Pada

    pemeriksaan tes flouresens (+), dan tes KOH (+).

    Pada pemeriksaan slit lamp didapatkan Konjungtiva hiperemis (+), injeksi

    konjungtiva (+), injeksi perikornea (+), kornea keruh, kesan melting V= 7,2 mm

    H=5,9 mm, desematocele (+), tes flouresens (+), iris & detail lain sulit dievaluasi.

    DIAGNOSIS

    OS Keratomikosis

    TERAPI

    Terapi Topikal

    Natacen 5% ED 6x1 gtt OS

    Cendo Hyalub 6x1 gtt OS

    Timolol Maleate ED 2x1 gtt OS

    Terapi oral

    Ketokonazole 100 mg 1x1

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    7/36

    7

    PROGNOSIS

    1 .Quo ad vitam : Bonam

    2. Quo ad sanationem : Dubia

    3. Quo ad visam : Dubia

    4. Quo ad cosmeticum : Dubia

    DISKUSI

    Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan keluhan nyeri pada mata kiri

    yang dialami sejak 1 bulan yang lalu, akibat terkena serpihan padi pada saat

    sedang melakukan panen dan mulai memberat sejak 3 hari yang lalu. Gatal (+),

    mata merah (+), nyeri (+), blefarospasme (+), hiperlakrimasi (+), rasa mengganjal

    (+), fotofobia (+), rasa berpasir (+), sekret (+).

    Riwayat HT (-), Riwayat DM (-), Riwayat menggunakan kacamata (-)

    Riwayat berobat di RS Takalar 1 bulan yang lalu dan diberi obat tetes mata

    tetapi tidak diketahui nama obat tetesnya, pasien merasa tidak ada perbaikan

    sehingga pasien dirujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo.

    Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan, inspeksi tampak konjungtiva

    oculi sinistra hiperemis (+) disertai injeksi konjungtiva (+) dan injeksi perikorneal

    (+), pada silia nampak sekret (+), apparatus lakrimalis hiperlakrimasi (+), kornea

    keruh (+), BMD & detail lain sulit dievaluasi. Pada pemeriksaan palpasi

    didapatkan nyeri tekan (+) pada oculi sinistra. Pada pemeriksaan visus didapatkan

    VOD : 6/15 VOS: 1/300. Pada pemeriksaan tes flouresens (+), dan tes KOH (+).

    Pada pemeriksaan slit lamp didapatkan Konjungtiva hiperemis (+), injeksi

    konjungtiva (+), injeksi perikornea (+), kornea keruh, kesan melting V= 7,2 mm

    H=5,9 mm, desematocele (+), tes flouresens (+), iris & detail lain sulit dievaluasi.

    Berdasarkan hasil anamnesis, hasil pemeriksaan oftalmologi, serta

    pemeriksaan penunjang tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien menderita oculi

    sinistra keratomikosis.

    Keratomikosis merupakan suatu infeksi kornea yang disebabkan oleh jamur.

    Biasanya dimulai dengan suatu ruda paksa pada kornea oleh ranting pohon dan

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    8/36

    8

    bagian tumbuh-tumbuhan. Pada masa sekarang infeksi jamur bertambah dengan

    pesat dan dianggap sebagai akibat sampingan pemakaian antibiotik dan

    kortikosteroid yang tidak tepat. Predisposisi utama adalah para petani yang

    menggunakan alat pemotong rumput atau sejenisnya dilapangan berumput tanpa

    memakai pelindung mata. Kotikosteroid merupakan faktor utama lainnya yang

    mengaktivasi jamur dan meningkatkan virulensi jamur dengan mengurangi

    resistensi kornea terhadap infeksi.

    Dari anamnesis didapatkan predisposisinya adalah pekerjaan pasien yaitu

    petani disertai dengan trauma serpihan padi saat pasien memanen merupakan

    penyebab terjadinya infeksi pada kornea. Gejala yang dirasakan oleh pasien

    adalah berupa nyeri pada mata kiri, gejala nyeri terjadi oleh karena kornea

    memiliki banyak serabut saraf nyeri sehingga setiap lesi pada kornea baik

    superfisial maupun dalam akan memberikan rasa sakit dan rasa sakit ini

    diperhebat oleh adanya gesekan palpebra pada kornea. Pasien juga mengeluhkan

    kadang-kadang mata terasa berair, rasa mengganjal dan sering silau jika melihat

    cahaya, Fotofobia yang terjadi biasanya terutama disebabkan oleh kontraksi iris

    yang meradang. Dilatasi pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang

    disebabkan iritasi pada ujung serabut saraf pada kornea. Blefarospasme

    merupakan renjatan otot m orbicularis oculi akibat adanya spasme iris.

    Fotofobia yang terjadi mengakibatkan gangguan pembiasan cahaya pada

    retina tidak pada satu titik dikarenakan adanya kekeruhan pada kornea sebagai

    media refrakta, hal ini juga menyebabkan terjadinya penglihatan kabur pada

    pasien disebabkan oleh karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi

    refleks cahaya yang masuk ke media refrakta, terutama jika letaknya di sentral.

    Ditemukakan juga hiperlakrimasi karena yang mempersarafi apparatus

    lakirimalis sama dengan yang mempersarafi kornea, yaitu N.Trigeminus cabang I

    sehingga apabila terjadi inflamasi di kornea maka berpengaruh pada apparatus

    lakirimalis. Injeksi perikorneal yang merupakan pelebaran pembuluh darah

    perikorneal atau a.siliaris anterior serta injeksi konjungtiva yang merupakan

    pelebaran a. konjungtiva posterior yang terjadi akibat adanya infeksi.

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    9/36

    9

    Pada pemeriksaan fisis ditemukan penurunan visus pada mata yang

    mengalami infeksi oleh karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi

    refleksi cahaya yang masuk ke media refrakta.

    Pada pemeriksaan slit lamp BMD, iris, pupil, lensa sulit dinilai akibat

    adanya kekeruhan pada kornea. Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi

    konjungtiva dan perikornea Melting adalah nekrosis jaringan akibat reaksi

    inflamasi dari jamur dengan mikotoksin dan enzim proteolitik menambah

    kerusakan jaringan yang ada sehingga mengubah konsistensi kornea menjadi

    lebih lunak. Desematocele disebabkan defek epitheliun kornea akibat trauma

    sehingga jamur mencapai kedalam sroma, menyebabkan stroma mengalami atropi

    dan melekat pada membarana descement yang relatif kuat dan akan menghasilkan

    descematocele yang dimana hanya membarana descement yang intak.

    Pada pemeriksaan tes flouresensi tampak seluruh permukaan kornea keruh

    akibat terdapat defek pada epitel kornea yang menyebabkan hilangnya sebagian

    permukaan kornea ditandai dengan warna hijau pada daerah yang defek dan warna

    biru oleh daerah yang intak. Pemeriksaan fluoresense menggunakan fluoresein

    yaitu bahan yang berwana orange yang bila disinari gelombang biru akan

    memberikan gelombang hijau. Bahan larutan ini dipakai untuk melihat

    terdapatnya defek epitel kornea, fistel kornea atau yang disuntikkan untuk dibuat

    foto pembuluh darah retina.

    Pada pemeriksaan mikroskopik KOH 10% ditemukan hifa yang membantu

    untuk menentukan mikroorganisme penyebab defek kornea serta penegakan

    diagnosis.

    Penatalaksanaan topikal yang diberikan adalah tetes mata anti fungi

    natamycin suspensi ophthalmic 5% golongan polyene, yang bersifat spectrum luas

    terhadap fungal filamentaous yang disebabkan oleh fussarium spp yang paling

    umum penyebab keratomikosis, dengan cara melisiskan membran jamur.

    Tetes mata timolol Maleate 0,25% merupakan obat penyekat adrenergik

    beta non selektif yang digunakan untuk mencegah terjadinya peningkatan tekanan

    intraokuler.

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    10/36

    10

    Tetes mata hyalub yang diberikan dalam bentuk tetes mata mengandung

    sodium hyaluronate 1,00 mg yang berfungsi memperbaiki kerusakan epitel

    kornea, mengikat fibronektin yang muncul dalam kelainan di kornea dan

    mendorong adhesi fibronektin ke sel epitel kornea, Air mata artifisial dapat

    mengurangi sisa produk inflamasi yang tertinggal pada reservoir air mata, serta

    sebagai pengganti air mata untuk dry eyes (salah satu efek samping dari

    penggunaan timolol).

    Terapi oral yang diberikan adalah ketokonazole 100 mg merupakan

    antijamur spectrum luas golongan imidiazol yang digunakan peroral. Berfungsi

    merusak biosintesa ergosterol pada membran sel jamur, menambah permeabilitas

    sel, melukai dan mematikan sel, dan bersifat fungistatik.

    Tidak perlu untuk menangani pasien hingga seluruh lesi di kornea hilang.

    Akan tetapi penanganan dilaksanakan hanya hingga pasien dapat mencapai titik

    kenyamanan. Anjuran pemeriksaan kultur dan sensitivitas untuk membantu

    menegakkan diagnosis mikroorganisme penyebab dari keratomikosis serta

    mengetahui resistensi obatobat yang diberikan.

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    11/36

    11

    KERATOMIKOSIS

    I. PENDAHULUANKornea adalah salah satu media refrakta sehingga manusia dapat melihat.

    Seorang ahli mata dapat melihat struktur dalam mata karena kornea bersifat jernih

    dan memiliki daya bias sebesar 43D. Kornea memiliki mekanisme protektif

    terhadap lingkungan maupun paparan patogen (virus, amuba, bakteri dan jamur).

    Ketika patogen berhasil masuk dan membuat defek epitelial di kornea, maka

    jaringan braditropik kornea akan merespon patogen spesifik dengan peradangan

    pada kornea (keratitis).(1)

    Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapisan kornea yang

    terkena, seperti keratitis superfisialis dan interstisial atau profunda. Keratitis dapat

    disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksi

    alergi terhadap yang diberi topikal dan reaksi terhadap konjuntivitis menahun,

    dapat juga dari bakteri, jamur atau virus. Yang menarik perhatian adalah

    perbedaan presentasi dari pasien, yang memungkinkan perkiraan diagnosis dari

    spesialis mata, hal ini menolong dalam menyesuaikan pemberian terapi anti

    infeksi.(2,3)

    Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata

    sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan.

    Kekeruhan kornea ini terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa

    bakteri, jamur dan virus dan bila terlambat di diagnosis atau diterapi secara tidak

    tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut

    yang luas. Infeksi jamur pada kornea atau keratomikosis merupakan masalah

    tersendiri secara oftalmologik, karena sulit menegakkan diagnosis keratomikosis

    ini, padahal keratomikosis cukup tinggi kemungkinan kejadiannya sesuai dengan

    lingkungan masyarakat Indonesia yang agraris dan iklim kita yang tropis dengan

    kelembaban tinggi. Setelah diagnosis ditegakkan, masalah pengobatan juga

    merupakan kendala, karena jenis obat anti jamur yang masih sedikit tersedia

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    12/36

    12

    secara komersial di Indonesia serta perjalanan penyakitnya yang sering menjadi

    kronis.(2,4)

    Keratomikosis adalah suatu infeksi kornea oleh jamur, Keratomycosis

    disebut juga keratitis fungi yang merupakan infeksi jamur yang menyerang

    kornea, pada bagian anterior dari pupil.(2)

    II. EPIDEMIOLOGIMenurut WHO (World Health Organization), penyakit kornea merupakan

    antara penyebab utama penurunan visus dan kebutaan, dengan katarak menduduki

    ranking pertama. Sedang di Asia keratomikosis khususnya, merupakan antara

    kausa mayor kebutaan. Di China, insidens keratomikosis terus meningkat sejak 8

    dekade yang lalu. Manakala di daerah bersuhu rendah seperti di Inggris dan

    Amerika Serikat Utara masih jarang terjadi keratitis akibat infeksi jamur,

    umumnya kurang dari 5%-10% . Keratomikosis filamentosa didapati lebih sering

    terjadi di daerah Amerika Serikat yang lebih hangat dan lebih lembab dari daerah

    lain di negara tersebut.(1)

    Tipe Aspergillus merupakan tipe jamur penyebab keratomikosis tersering

    ditemukan di seluruh dunia. Dari suatu studi di India, Aspergillus ditemukan

    terbanyak dengan persentase 27-64%, diikuti Fusarium (6-32%) dan spesis

    Penicillium (2-29%). Keratomikosis lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding

    wanita dan pada pasien dengan riwayat trauma okuler.(1)

    Insidens keratitis jamur di Amerika Serikat bervariasi menurut lokasi

    geografi dan rata rata 2% kasus keratitis di New York, 35% di florida. Spesies

    Fusarium penyebab infeksi jamur pada kornea yang paling umum di Amerika

    Selatan (45-76% fungal keratitis), spesies Candida and Aspergillus lebih banyak

    di Amerika Utara. Pada tahun 2006, the Centers for Disease Control and

    Prevention (CDC) menerima laporan dari oftalmologist di New Hersey

    didapatkan 3 pasien dengan menggunakan lensa kontak berhubungan dengan

    keratitis Fusarium. Secara internasional, Aspergillus merupakan jamur terbanyak

    yang terisolasi pada kasus keratitis jamur. Keratomikosis lebih sering ditemukan

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    13/36

    13

    pada laki laki dibanding perempuan dan lebih sering ditemukan pada pasien

    yang mempunyai riwayat trauma ocular di luar rumah.(4)

    III. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA1. Anatomi

    Gambar 1 : Anatomi kornea (1)

    Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat tujuh

    tulang yang membentuk dinding orbita yaitu: lakrimal, etmoid, sphenoid, frontal,

    dan dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksilla, bersama-sama tulang

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    14/36

    14

    palatinum dan zigomatikus. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal

    24 milimeter. Bola mata bagian depan depan (kornea) memiliki kelengkungan

    yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang

    berbeda.(2)

    Kornea (latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian

    selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola

    mata sebelah depan. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar

    pada persambungan ini disebut sulkus skleralis.(5)

    Permukaan kornea dibentuk oleh epitel skuamosanon keratin yang dapat

    meregenerasi dengan cepat bila terjadi kerusakan.Dalam hitungan jam,kerusakan

    epitel ditutup dengan migrasi sel dan pembelahan sel yang cepat. Namun, ini

    terjadi bila stem sel limbus di limbus korneatidak rusak. Regenerasi kornea tidak

    akanberlangsung jika sel-sel ini rusak. Sebuah epitel utuh berfungsi untuk

    melindungi bagian dalamnya terhadap infeksi, kerusakan pada epitelakan

    memudahkan patogen untukmasuk ke mata.(1)

    Kornea memiliki diameter horizontal 1112 mm dan berkurang menjadi

    9 11 mm secara vertikal oleh adanya limbus. Kornea dewasa rata-rata

    mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi. Kornea memiliki

    tiga fungsi utama: (2,6)

    1. Sebagai media refraksi cahaya terutama antara udara dengan lapisan airmataprekornea.

    2. Transmisi cahaya dengan minimal distorsi, penghamburan dan absorbsi.3. Sebagai struktur penyokong dan proteksi bola mata tanpa mengganggu

    penampilan optikal.

    Dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang terdiri

    atas: (2,7)

    1. Epitel Tebalnya 50m, terdiri atas lima atau enam lapis sel epitel tidak bertanduk

    yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal, dan sel

    gepeng. Lapisan tersebut dibagi menjadi lapisan sel basal: sel kuboid

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    15/36

    15

    dimana pembelahan sel terjadi. Wing sel: lapisan kedua adalah berbentuk

    sayap agar sesuai dengan permukaan anterior sel basal yang bulat. Sel

    superfisial: tiga lapisan sel berikutnya menjadisemakin menyatu karena

    aktivitas mitosis dalam lapisan sel basal.Sel-sel paling superfisial

    melepaskan diri dari permukaan sebagaiproses normal.

    Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel

    gepeng. Sel basal berkaitan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel

    polygonal di depannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini

    menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan

    barrier.(7)

    Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bilaterjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel berasal dari

    ektoderm permukaan. Membrana basal sel-sel berlapis epitel skuamosa

    menjadi perantara sebelum membrana Bowman. Lapisan ini sangat tahan

    tetapi tidak dapat melakukan regenerasi. Akibatnya, cedera pada lapisan

    Bowman biasanya menghasilkan sikatrik pada kornea. (1)

    2. Membrana Bowman Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen

    yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan

    stroma.

    Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.3. Stroma

    Stroma adalah jaringan yang sangat braditrofik. Sebagai jaringan avascular.

    Namun, avascular yang membuatnya menjadiistimewa situs untuk dilakukan

    pencangkokan. Kornea transplantasi dapat dilakukan tanpa mengambil

    jaringan sebelumnya. Peningkatan risiko penolakan hanya perlu dikhawatirkan

    jika kornea resipienmemiliki vaskularisasi yang mungkin terjadi setelah

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    16/36

    16

    cedera kimia atau peradangan. Pada beberapa kasus pencangkokan

    memerlukan terapi imunosupresifdengan cyclosporin.(1)

    Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan

    lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian

    perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen

    memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit

    merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di antara

    serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat

    kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

    4. Membrana Descemet Membran aselular;merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel

    endotel dan merupakan membran basalnya.

    Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, tebal 40 um.Membrana descement adalah membran pada posterior kornea yang

    berdekatan dengan bilik mata depan.

    Membran descement merupakan membran yang relatif kuat yang akanmempengaruhi bentuk ruang anterior bahkan bila stroma kornea telah

    benar-benar rusak. Karena merupakan membran basal, jaringan yang

    hilang akan diregenerasi oleh sel endotel fungsional.(1)

    5. EndotelBerasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, tebal 20-40 um.

    Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula

    okluden. Endotelium kornea bertanggung jawab atas transparansi kornea.

    Endotelium kornea tidak mengalami regenerasi, kerusakan endothelium akan

    ditutup oleh pembesaran sel dan migrasi sel.(1,2)

    Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf

    siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,

    masuk ke dalam stroma kornea, menembus membrana Bowman melepaskan

    selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    17/36

    17

    terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di

    daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi

    dalam waktu 3 bulan. Kornea bersifat avaskuler, mendapat nutrisi secara difus

    dari humor aquos dan dari tepi kapiler. Bagian sentral dari kornea menerima

    oksigen secara tidak langsung dari udara, melalui oksigen yang larut dalam

    lapisan air mata, sedangkan bagian perifer, menerima oksigen secara difus dari

    pembuluh darah siliaris anterior. Trauma atau penyakit yang merusak endotel

    akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi

    endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi. (2)

    Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola

    mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, di mana 40

    dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

    Transparansi kornea disebabkan oleh strukturnya yang seragam, avaskularitasnya,

    dan deturgensinya.(2)

    2. Fisiologi Kornea

    Fungsi utama kornea adalah sebagai membran protektif dan sebuah jendela

    yang dilalui cahaya untuk mencapai retina. Transparansi kornea dimungkinkan

    oleh sifatnya yang avaskuler, memiliki struktur yang bersifat deturgescence.

    Deturgescence, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh

    pompa aktif bikarbonat dari endothelium dan fungsi penghalang dari epitel dan

    endotel. Endotelium lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan

    kimia atau kerusakan fisik pada endotelium ini jauh lebih serius daripada

    kerusakan epitel. Penghancuran sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan

    hilangnya transparansi. Di sisi lain, kerusakan epitel hanya bersifat sementara,

    edema lokal dari stroma kornea yang membersihkan ketika sel-sel epitel

    beregenerasi. Penguapan air dari film air mata precorneal menghasilkan

    hipertonisitas film, bahwa proses dan penguapan langsung adalah faktor-faktor

    yang menarik air dari stroma kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan

    dehidrasi (8)

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    18/36

    18

    Penetrasi kornea utuh oleh obat adalah bifasik.zat yang larut dalam lemak

    dapat melewati epitel utuh danzat larut dalam air dapat melewati stroma utuh.

    Untuk melewati kornea, obat harus memiliki kemampuan larut dalam lemak dan

    larut dalam air.(5)

    Seperti halnya lensa, sklera dan badan vitreous, kornea merupakan struktur

    jaringan yang braditrofik, metabolismenya lambat dimana ini berarti

    penyembuhannya juga lambat. Metabolisme kornea (asam amino dan glukosa)

    diperoleh dari 3 sumber, difusi dari kapiler kapiler disekitarnya, difusi dari

    humor aquous, dan difusi dari film air mata.(1)

    Tiga lapisan film air mata prekornea memastikan bahwa kornea tetap lembut

    dan membantu nutrisi kornea. Tanpa film air mata, permukaan epitel akan kasar

    dan pasien akan melihat gambaran yang kabur. Enzim lisosom yang terdapat pada

    film air mata juga melindungi mata dari infeksi.(1)

    Kornea menerima suplai sensoris dari bagian oftalmik nervus trigeminus.

    Sensasi taktil yang terkecil pun dapat menyebabkan refleks penutupan mata.Setiap

    kerusakan pada kornea (erosi, penetrasi benda asing atau keratokonjungtivitis

    ultraviolet) mengekspose ujung saraf sensorik dan menyebabkan nyeri yang intens

    disertai dengan refleks lakrimasi dan penutupan bola mata involunter. Trias yang

    terdiri atas penutupan mata involunter (blepharospasme), refleks lakrimasi

    (epiphora) dan nyeri selalu mengarahkan kepada kemungkinan adanya cedera

    kornea. (1)

    IV. ETIOLOGIKertomikosis infeksi jamur yang biasanya dimulai dengan suatu ruda

    paksa pada kornea oleh ranting pohon dan bagian tumbuh-tumbuhan. Pada masa

    sekarang infeksi jamur bertambah dengan pesat dan dianggap sebagai akibat

    sampingan pemakaian antibiotik dan kortikosteroid yang tidak tepat.(5,9)

    Organisme yang paling umum berbeda dalam wilayah geografis yang

    berbeda dari Amerika Serikat: Candida albicans di utara dan timur laut dan

    Fusarium di selatan. Aspergillus adalah lazim di kedua daerah. Tidak seperti

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    19/36

    19

    keratitis bakteri, jamur keratitis cenderung menjadi proses yang lebih lamban.

    Juga tidak seperti keratitis bakteri, kerokan kornea dangkal mungkin positif pada

    sampai dengan 85% dari kasus. Organisme jamur cenderung untuk menembus

    jauh ke dalam substansi jaringan daripada menyebar sepanjang permukaan atau di

    sepanjang pesawat antara lamellae kornea. Organisme jamur mudah dapat

    menembus membran suatu descemet utuh ke dalam ruang anterior, menyebabkan

    hypopyon awal dalam perjalanan penyakit, bahkan sebelum jaringan episcleral

    menjadi klinis meradang. Secara karakteristik, steroid topikal digunakan sebelum

    organisme menjadi didirikan di jaringan kornea.(10)

    Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea, yaitu sentral dan perifer. Ulkus

    kornea sentral dapat disebabkan oleh Pesudomonas,Streptococcus, virus, jamur

    dan alergi. Tukak kornea sentral akibat jamur pada saat sekarang dianggap sangat

    penting karena insidensnya yang meningkat. Pemakaian steroid akan menambah

    kemungkinan berjangkitnya infeksi jamur pada mata. Tukak kornea akibat jamur

    berwarna abu abu, kotor, berbentuk sirkuler, dengan permukaan yang kasard

    dan meluas secara perlahan lahan disertai rasa sangat nyeri. Ulkus sedikitmenonjol disertai gambaran sebaran infiltrat atau abses seperti satelit pada abses

    primer sehingga terdapat gambaran yang disebut sebagai fenomena satelit.

    Terlihat penebalan endotel kornea pada ulkus ini.(9)

    Ulkus biasanya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan

    infeksi. Beratnya penyakit juga ditentukan oleh keadaan fisik pasien, besar, dan

    virulensi inokulum. Infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri, jamur, amuba, dan

    virus.1 Jamur penyebab ulkus kornea biasanya oleh karena Aspergillus, Candida,

    Fusarium,Penicillium yang berkaitan dengan trauma ( terutama yang melibatkan

    batang pohon, atau sayuran), pemakaian lensa kontak, penggunaan steroid topikal,

    defek epitel yang tidak sembuh, dan keadaan penurunan daya tahan tubuh. Ulkus

    ini memiliki karakteristik tertentu yaitu infiltrat satelit, dan plak endotel. Jamur

    dapat berpenetrasi hingga ke lapisan membran Descement.(6,9)

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    20/36

    20

    Keratitis jamur bisa terjadi setelah trauma kornea yang disebabkan oleh

    tumbuhtumbuhan atau pada mereka dengan imunosupresi.(9)

    Etiologi keratitis fungal secara ringkas dapat dibedakan:(3)

    1. Jamur berfilamen (filamentous fungi); bersifat multiseluler dengan cabang-cabang hifa.

    Jamur bersepta: Fusarium spp, Acremonium spp, Aspergillus spp,Cladosporium spp, Penicillium spp, Paecilomyces spp, Phialophora spp,

    Curvularia spp, Altenaria spp.

    Jamur tidak bersepta:Mucor spp, Rhizopus spp, Absidia spp.2. Jamur ragi (yeast)

    Jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas: Candida albicans,

    Cryptococcus spp, Rodotolura spp.

    3. Jamur difasikPada jaringan hidup membentuk ragi sedang pada media perbiakan

    membentuk miselium:Blastomices spp,Coccidiodidies spp, Histoplasma spp,

    Sporothrix spp. Keratitis fungal lebih jarang dibanding keratitis bakterial,

    secara umum gambarannya kurang dari 5%-10% infeksi kornea yang

    dilaporkan di klinik dari amerika serikat.

    V. PATOFISIOLOGIKeratomikosis dapat terjadi setelah memprena paparan bahan tanaman ke

    dalam mata.,biasanya Aspergillus fusarium dan spesies Cephalosporium. Pada

    pasien lemah atau pasien imunosupresi, infeksi jamur cenderung lebihdisebabkan

    oleh Candida dan ragi lainnya.(11)

    Trauma dengan bahan-bahan dari tanaman atau tumbuhan faktor resiko

    yang penting dari keratitis fungal. Predisposisi utama adalah para petani yang

    menggunakan alat pemotong rumput atau sejenisnya yang menggunakan peralatan

    mesin dilapangan berumput, tanpa memakai pelindung mata. Trauma

    dihubungkan dengan penggunaan kontak lensa yang merupakan faktor resiko

    umum yang lain untuk terjadinya keratitis fungal. Kortikosteroid topikal adalah

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    21/36

    21

    faktor resiko mayor lainnya, Kortikosteroid topikal mengaktivasi dan

    meningkatkan virulensi jamur dengan mengurangi resistensi kornea terhadap

    infeksi. Meningkatnya penggunaan kortikosteroid topical selama akhir dekade ke-

    empat merupakan implikasi mayor penyebab meningkatnya insiden keratitis

    fungal selama periode tersebut.(12)

    Selain itu, penggunaan kortikosteroid sistemik bisa mensupresi respon

    sistem imun, karena itu merupakan predisposis terjadinya keratitis fungal. Faktor

    resiko lainnya adalah termasuk operasi kornea (contohnya keratoplasti dan

    keratotomi radial), dan keratitis kronis (contohnya herpes simpleks, herpes zoster,

    atau vernal/ konjungtivitis alergi).(12)

    Kebanyakan organisme fungi yang dihubungkan dengan infeksi pada mata

    terdapat dimana-mana, organisme saprofit dan telah dilaporkan sebagai penyebab

    infeksi pada literature ophtalmologi. Jamur yang di isolasi telah dapat

    diklasifikasikan kedalam grup: Moniliaceae (jamur berfilamen tidak berpigmen,

    termasuk didalamnya spesies Fusarium dan Aspergillus), Dematiaceae (Jamur

    berfilamen berpigmen, termasuk didalamnya spesies Curvularia and

    Lasiodiplodia), dan yeasts (termasuk didalamnya spesies Candida).(4)

    Jamur mencapai kedalam stroma kornea melalui kerusakan pada

    epithelium, kemudian memperbanyak diri dan menyebabkan nekrosis pada

    jaringan dan menyebabkan reaksi inflamasi. Kerusakan pada epitelium biasanya

    disebabkan dari trauma (contohnya, penggunaan kontak lensa, benda asing,

    operasi kornea). Organisme dapat menembus kedalam membran descment yang

    intak dan mencapai bagian anterior atau segmen posterior. Mikotoksin dan enzim

    proteolitik menambah kerusakan jaringan yang ada.(4)

    Keratitis fungal juga dapat terjadi sekunder dari endophthalmitis fungal.

    Pada kasus ini, organisme jamur dari segmen posterior menembus membran

    Descemet dan masuk kedalam stroma kornea. Akumulasi ini dapat dilihatdalam

    bentuk klinis dan dapat ditemukan pus atau pembentukan abses. Organisme dan

    respon host berkontribusi terhadap kerusakan kornea, termasuk ulserasi (4)

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    22/36

    22

    VI. GEJALA KLINIS

    Gambar 2 : keratitis fungi (3)

    Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi,

    tergantung dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu

    nyeri yang ekstrim oleh karena paparan terhadap nervus, oleh karena kornea

    memiliki banyak serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea menimbulkan rasa sakit

    dan fotopobia. Rasa sakit ini diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra

    superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsisebagai jendela bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya

    agak mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di pusat. Fotopobia pada

    penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi

    pembuluh darah iris adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada ujung

    saraf kornea. Fotopobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal

    pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga

    merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berairmata dan fotopobia

    umunnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada

    ulkus bakteri purulen.(13)

    Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada

    epitel yang nampak pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-tanda

    uveitis anterior seperti miosis, aqueusflare (protein pada humor aqueus) dan

    kemerahan pada mata. Refleks axon berperan terhadap pembentukan uveitis,

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    23/36

    23

    stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan pelepasan mediator inflamasi

    seperti prostaglandin, histamine dan asetilkolin. Pemeriksaan terhadap bola mata

    biasanya eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva,

    injeksi siliaris biasanya juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus

    konjungtiva dan pada permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan

    opasitas kornea berwarna krem. Ulkus biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan

    batas yang tegas. Pemeriksaan dengan slit lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis

    dan hipopion.(12)

    Gejala ulkus kornea jamur pada fase awal biasanya lebih ringan

    dibandingkan dengan ulkus kornea bakteri dan bisa memberikan tanda injeksio

    konjungtiva yang minimal atau tidak ada sama sekali. Lesi superfisial kelihatan

    berwarna putih keabu-abuan, menonjol pada permukaan kornea, mempunyai

    tekstur yang kering, kasar atau tidak rata yang bisa dilihat pada saat kerokan

    diagnostik. Bisa juga ditemukan infiltrat multifokal atau satelit, namun jarang

    dilaporkan. Sebagai tambahan, bisa terjadi infiltrat stroma dalam epitelium yang

    intak. Plak endotel/dengan hipopion juga bisa didapatkan jika infiltrat jamur

    cukup besar atau dalam.(12)

    Keratitis fungal memperlihatkan tidak ada kecenderungan untuk umur,

    jenis kelamin atau ras. Kadang pasien memiliki riwayat trauma kornea, biasanya

    dari bahan organik. Termasuk dalam resiko tinggi adalah trauma (benda asing,

    lensa kontak), penggunaan imunosupresan sistemik atau pada mata, juga pada

    penyakit atau terapi dengan immunosupresan (transplantasi organ) atau

    penggunaan terapi topikal steroid, dan penggunaan antibiotik dalam jangka lama.

    Infeksi jamur juga sangat sering ditemukan pada

    daerah pertanian dan lingkungan tropis.(4,5)

    Pasien dengan keratitis fungal cenderung memiliki tanda dan gejala

    inflamasi sepanjang permulaan periode dibanding dengan keratitis bakterial dan

    bisa terdapat sedikit atau tidak injeksio konjungtiva sepanjang awal presentasi.

    Keratitis fungal filemantous sering bermanifestasi sebagai warna putih keabu-

    abuan, penampakan infiltrat kering sebagai bulu yang ireguler atau tepi

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    24/36

    24

    filamentous. Lesi-lesi superfisial tampak putih keabu-abuan diatas permukaan

    kornea, kering, kasar, dan tekstur yang berpasir dapat dideteksi dengan mengosok

    kornea. Kadang-kadang, multifokal atau infiltrat satelit dapat ditemukan,

    walaupun jarang dilaporkan.(4,5)

    VII. DIAGNOSISDiagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

    fisis, dan pemeriksaan penunjang.(3,4)

    1. AnamnesisDari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan

    oleh pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika

    melihat cahaya, kelopak terasa berat. Yang juga harus ditanyakan ialah adanya

    riwayat trauma, kemasukan benda asing, pemakaian lensa kontak, adanya

    penyakit vaskulitis atau autoimun, dan penggunaan kortikosteroid jangka

    panjang.

    2. Pemeriksaan fisisa. Visus

    Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi

    oleh karena adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi

    cahaya yang masuk ke dalam media refrakta.

    b. Slit lampSeringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya kekeruhan

    pada kornea. Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi

    konjungtiva ataupun perikornea. Tanda yang umum pada pemeriksaan

    slitlamp yang tidak spesifik, termasuk didalamnya:

    Injeksio konjungtiva Kerusakan epitel kornea Supurasi Infiltrasi stroma Reaksi pada bilik depan Hipopion

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    25/36

    25

    3. Pemeriksaan penunjanga. Tes fluoresein.

    Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan

    kornea.Untuk melihat adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau

    menunjukkan daerah yang defek pada kornea, sedangkan warna biru

    menunjukkan daerah yang intak).

    b. Pewarnaan gram,KOH dan kultur.Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur.

    Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada

    beberapa kasus. Sangat membantu diagnosis pasti, walaupun bila negatif

    belum menyingkirkan diagnosis keratomikosis. Yang utama adalah

    melakukan pemeriksaan kerokan kornea (sebaiknya dengan spatula

    Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat

    dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta India,

    dengan angka keberhasilan masing-masing 20-30%, 50-60%, 60-75%

    dan 80%. Lebih baik lagi melakukan biopsi jaringan kornea dan diwarnai

    dengan Periodic Acid Schiff atau Methenamine Silver, tapi sayang perlu

    biaya yang besar. Akhir-akhir ini dikembangkan Nomarski differential

    interference contrast microscope untuk melihat morfologi jamur dari

    kerokan kornea (metode Nomarski) yang dilaporkan cukup memuaskan.

    Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar Sabouraud atau agar ekstrak

    maltosa.

    c. Gambaran Histopatologi.Pada pemeriksaan histopatologik dengan memeriksa apusan kornea

    ditemukan adanya jamur pada 75% pasien. Hifa jamur berjalan parallel

    pada permukaan kornea. Adanya komponen jamur yang mencapai stroma

    menunjukkan tingkat virulensi kuman sangat tinggi dan biasanya

    berhubungan dengan infeksi yang progresif.

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    26/36

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    27/36

    27

    spectrum luas tapi tidak efektif terhadap Actinomyces dan Nocardia.

    Golongan ini efektif terhadap infeksi jamur tipe filamentosa dan yis.(3,4

    a. Amfoterisin B merupakan obat pilihan untuk keratomikosis akibat yis danCandida. Dapat juga bermanfaat pada infeksi akibat filamentosa. Dosis

    pemberian setiap 30 menit untuk 24 jam pertama, 1 jam untuk 24 jam

    kedua, dan di tappering off sesuai dengan respon klinis tubuh pasien

    terhadap obat. Tersedia secara komersial dan bila diragukan kestabilannya,

    bisa dibuat dari preparat perenteral dengan mengencerkannya dengan

    akuades. Obat ini juga dianjurkan untuk keratitis filamentosa kausa jamur

    tipe Aspergillus sp.

    b. Natamycin (paramycin) bersifat spektrum-luas terhadap organismefilamentosa seperti polyene lain, tetapi dilaporkan lebih efektif terhadap

    Fusarium sp. Pengobatan topical hendaklah diberikan selama 6

    minggu.(14,15)

    2. Azole (imidazole dan triazole) termasuk ketaconazole, miconazole,fluconazole, itraconazole, econazole, dan klotrimazole.2 Golongan Imidazol,

    dan ketokonazole dilaporkan efektif terhadap Aspergillus, Fusarium, dan

    Candida.1,3 Tersedia secara komersial dalam bentuk tablet.1 Ketoconazole

    oral (200-600 mg/hari) dapat dipertimbangkan sebagai terapi adjuntiva pada

    keratomikosis filamentosa berat, dan fluconazole oral (200-400 mg/hari)

    untuk keratitis yeast berat. Itraconazole oral (200 mg/hari) mempunyai kesan

    spektrum-luas terhadap semua Aspergillus sp dan Candida tetapi kerja yang

    bervariasi terhadap Fusarium. Voriconazole oral dan topical dilaporkan

    bermanfaat untuk keratomikosis yang tidak berespon terhadap pengobatan

    yang telah disebutkan sebelumnya.(14)

    a. Azole menghambat sintesa ergosterol pada konsentrasi rendah dan padakonsentrasi tinggi bekerja merusak dinding sel.

    b. Fluconazole dan ketoconazole oral di absorbsi secara sistemik dan terdapatdalam kadar yang bagus di bilik mata depan dan kornea, maka

    pemberiannya harus dipertimbangkan sebagai penanganan keratomikosis

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    28/36

    28

    yang lebih lanjut. Karena kedua obat tersebut dapat berpenetrasi dengan

    baik ke dalam jaringan okuler, ia merupakan pilihan pengobatan bagi

    keratitis kausa filamentosa dan yis. Pemberian obat tersebut juga melihat

    kepada kedalaman penetrasi jamur ke dalam stroma. Dosis dewasa 200-

    400 mg/d, dengan dosis maksimum 800 mg/d. Antimikotik sistemik

    diberikan pada kasus keratitis berat atau endoftalmitis. Apabila terjadi

    perburukan atau semakin bertambahnya infeksi pada kornea walaupun

    terlah mendapatkan pengobatan anti fungi yang maksimum maka perlu di

    lakukan operasi. Operasi dilakukan tergantung dari keadaan saat itu, luas

    lesi dan tingkat kerusakan dari kornea. Ada beberapa jenis operasi, yang

    antara lain ; (4,16)

    Corneal Scrapping.Dilakukan pada ulkus superficial, dimana pada ulkus tersebut dapat

    ditangani dengan menggunakan metode ini, dimana penyembuhannya

    cepat dan tidak menimbulkan scar.

    Keratectomy.Teknik ini dilakukan apabila ulkusnya lebih dalam atau deep injury

    dimana kerusakan kornea menimbulkan terbentuknya jaringan ikat

    sehingga menimbulkan kekeruhan pada kornea, dimana akan

    menghalangi cahaya yang menuju ke retina. Operasi dilakukan dengan

    cara membelah kornea untuk menggapai area yang mengalami scar

    kemudian membersihkan daerah yang opak dan daerah yang

    mengalami infeksi dengan menggunakan mikroskop.

    Cornea transpalant (penetrating keratoplasty).Apabila infeksi menyebabkan kornea tidak dapat diperbaiki lagi,

    dimana telah terjadi kekeruhan maka tindakan keratoplasty dapat

    dilakukan, dimana operasi dilakukan dengan mengangkat bagian

    sentral dari kornea yang keruh kemudian menggantinya dengan

    donated clear cornea. Sebuah penelitian di China menunjukkan dari

    108 kasus dengan severe keratomycosis,sekitar 86 pasien (79,6%)

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    29/36

    29

    yang mendapatkan kornea graft memiliki kornea yang jernih setelah

    dilakukan follow up dalam 6 24 bulan, tidak terdapat rekurensi dari

    fungal keratitis dan visus pasien didapatkan antara 40/20020/20 dan

    dari penelitian tersebut muncul beberapa komplikasi yang antara lain :

    Rekurensi fungal keratitis 8 mata (7,4 %) Cornea graft rejection pada 32 mata (29, 6%) Glaukoma sekunder pada 2 mata (1,9%) Katarak pada 5 mata (4,6%)

    Dari penelitian tersebut dapat kita simpulkan bahwa keratoplasty

    merupakan terapi efektif untuk fungal keratitis yang tidak berespon

    pada pengobatan anti jamur dan sebaiknya operasi ini dilakukan di

    awal sebelum penyakit menjadi lebih buruk.

    Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri

    dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.(9)

    Sampai saat ini pengobatan dengan steroid masih kontroversi. Secara

    umum ulkus kornea diobati sebagai berikut:(12)

    a. Tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsisebagai inkubator

    b. Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali seharic. Diperhatikan kemungkinan terjadinya glaukoma sekunderd. Debridemen sangat membantu penyembuhane. Diberi antibiotika yang sesuai dengan kausa. Biasanya diberi lokal kecuali

    keadaan berat.

    Terapi keratitits fungal sangat sulit. Kebanyakan obat antifungi hanya

    bersifat fungistatik dan memerlukan sistem imun yang utuh (yang tidak nampak)

    dan memperpanjang perjalanan terapi. Tanpa bantuan imunitas yang utuh untuk

    menekan organisme, pengobatan fungistatik menjadi kurang efektif. Kelas obat

    yang digunakan untuk pengobatan keratitis jamur termasuk antibiotik polyene

    (nistatin, amphoterecin B, natamycin); analog pyrimidine (flucytosine); imidazole

    (clortrimazole, miconozole, econazole, ketoconazole); triazoles (fluconazole,

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    30/36

    30

    itraconazole); dan sulfadiazine. Natamycin hanya dapat diberikan secara topical;

    obat lain dapat diberikan dari bermacam jalur yang ada. Steroid kontraindikasi

    karena akan terjadi eksaserbasi penyakit.(3)

    Natamycin 3% direkomendasikan untuk terapi pada kebanyakan kasus

    keratitis fungal filamentaous, terutama yang disebabkan oleh fusarium spp, agen

    penyebab yang paling umum pada keratitis fungi eksogen yang terdapat di area

    lembab di Amerika Selatan. Mikonazole topikal 1% (10 mg/ml) merupakan obat

    terpilih memberantas Paecilomyces lilacinum. Kebanyakan klinisi dan bukti

    penelitian menyarankan amphotericin B (0,15%-0,3%) sangat berkhasiat pada

    pengobatan keratitis yang disebabkan oleh fungal tipe yeast. Ketokonazole oral

    (200-600 mg/hari) bisa digunakan untuk tambahan terapi pada beberapa keratitis

    fungal tipe filamentous, dan fluconazole (200-400mg/ hari) untuk beberapa

    keratitis fungal tipe yeast.(12)

    Atropin 1% atau scopolamine 0,25% dapat digunakan untuk mencegah

    perlengketan antara iris dan lensa atau kornea. Pemberian kortikosteroid masih

    kontroversi karena merupakan kontra indikasi pada infeksi virus, tapi ini dapat

    mencegah terjadinya perforasi kornea. Penggunaan kortikosteroid harus dikurangi

    secara bertahap untuk mencegah rebound inflamasi. Obat analgetik diberikan

    untuk mengurangi rasa nyeri.(4,6)

    Terapi konservatif berupa hospitalisasi direkomendasikan sebagai terapi

    awal ketika memulai terapi sebagai terapi jangka panjang tak teratur. Terapi

    sistemik hanya diindikasikan pada kasus yang melibatkan intraokular. Pada kasus

    lain akan berespon baik dengan terapi topikal antifungi seperti natamycin,

    nystatin, dan amphotericin B. Terapi pembedahan. Keratoplasti diindikasikan

    ketika kerusakannya gagal berespon atau pada terapi konservatif respon sangat

    lambat dan pada terapi keadaan menjadi lebih buruk.(5)

    Terapi bedah dilakukan guna membantu medikamentosa yaitu:(3)

    1. Debridement.2. Flap konjungtiva, partial atau total.3. Keratoplasti tembus.

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    31/36

    31

    Tidak ada pedoman pasti untuk penentuan lamanya terapi; kriteria

    penyembuhan antara lain adalah adanya penumpulan (blunting atau rounding-up)

    dari lesi-lesi ireguler pada tepi ulkus, menghilangnya lesi satelit dan berkurangnya

    infiltrasi di stroma di sentral dan juga daerah sekitar tepi ulkus. Perbaikan klinik

    biasanya tidak secepat ulkus bakteri atau virus. Adanya defek epitel yang sulit

    menutup belum tentu menyatakan bahwa terapi tidak berhasil, bahkan kadang-

    kadang terjadi akibat pengobatan yang berlebihan. Jadi pada terapi keratomikosis

    diperlukan kesabaran, ketekunan dan ketelitian dari kita semua.(3)

    IX. DIAGNOSA BANDING1. Keratitis bacterial

    Gambar 4 : keratitis bacterial(3)

    Bakteri, merupakan penyebab paling banyak ulkus kornea. Organisme

    yang biasanya terlibat yaitu Pseuomonas aeroginosa,Staphylococcus aureus,

    S. epidermidis. Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza danMoraxella catarrhalis.Neiseria species, Corynebacterium dhiptheriae, K.

    aegyptus dan Listeria merupakan agen berbahaya oleh arena dapat

    berpenetrasi ke dalam epitel kornea yang intak. Karakteritik klinik ulkus

    kornea oleh karena bakteri sulit untuk menentukan jenis bakteri sebagai

    penyebabnya, walaupun demikian secret yang berwarna kehijauan dan bersifat

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    32/36

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    33/36

    33

    2. Keratitis viral

    Gambar 5 : Keratitis herves simplex(7)

    Oleh virus, ulkus lebih sering disebabkan oleh virus Herpes simpleks,

    Herpes Zoster, Adenovitus. Herpes virus menyebabkan ulkus dendritik yang

    bersifat rekuren pada tiap individu, akibat reaktivasi virus laten di gangglion

    Gasserian, serta unilateral. Pada virus Herpes simpleks, biasanya gejala dini

    dimulai deganinjeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di

    permukaan epitel kornea, kemudian keadaan ini disusul dengan bentuk

    dendritik serta terjadi penurunan sensitivitas dari kornea. Biasanya juga

    disertai dengan pembesaran kelejarpreaurikuler.(5,9)

    Pada keratitis yang disebabkan oleh virus memberikan gambaran

    seperti infiltrat halus berbintik-bintikpada daerah depan kornea, biasanya

    bilateral dan berjalan kronistanpa terlihat gejala kelainan konjungtiva ataupun

    tanda akut.(9)

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    34/36

    34

    X. KOMPLIKASIUlkus kornea dapat berkomplikasi dengan terjadinya perforasi kornea

    walaupun jarang. Hal ini dikarenakan lapisan kornea semakin tipis disbanding

    dengan normal sehingga peningkatan tekanan intraokuler dapat mencetuskan

    terjadinya ulkus kornea. Pembentukan jaringan parut kornea menghasilkan

    kehilangan penglihatan parsial maupun kompleks. Terjadinya neovaskularisasi

    dan astigmatisme ireguler, penipisan kornea, sinekia anterior, sinekia posterior,

    glaucoma, dan katarak juga bisa terjadi.(4,5)

    Keratitis fungal dapat berperan utama untuk infeksi berat yang melibatkan

    setiap struktur intraokular dan dapat membuat hilangnya penglihatan atau

    kehilangan mata. Perforasi kornea jarang terjadi, dan endophthalmitis sekunder

    telah dilaporkan.(4)

    XI. PROGNOSISPrognosis tergantung pada beberapa faktor, termasuk luasnya kornea yang

    terlibat, status kesehatan pasien (contohnya immunocompromised), dan waktu

    penegakkan diagnosis klinis yang dikonfirmasi dengan kultur di

    laboratorium.Pasien dengan infeksi ringan dan diagnosis mikrobiologi yang lebih

    awal memiliki prognosis yang baik; bagaimana pun, kontrol dan eradikasi infeksi

    yang meluas didalam sklera atau struktur intraokular sangat sulit. Diperkirakan

    satu dari ketiga infeksi jamur gagal terapi pengobatan atau perforasi kornea. (4)

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    35/36

    35

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Lang GK. Cornea.Ophthalmology A Short Textbook Atlas. 2nd edition.Stuttgart ; thieme ; 2007. p. 462-466.

    2. Ilyas S, Yulianti SR. Anatomi dan fisiologi mata Ilmu Penyakit Mata. 4 ed.Jakarta: FKUI; 2012. p. 5-6,150,165

    3. Susetio B. Penatalaksanaan Infeksi Jamur pada Mata. Cermin DuniaKedokteran. 1993:40-1.

    4. Singh D. Fungal keratitis. Medscape Reference; 2013 [updated October 27,2011; cited 2013 15 June].

    5. Biswell R. Kornea. : Vaughan D, Asbury T, Riordon-Eva P. OftalmologiUmum. 17 ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2012. p. 152-49.

    6. Wilson SA, Last A. Management of corneal abrasions. The AmericanAcademy of Family Physicians. 2004:123-8.

    7. K.Weng Sehu et all. Opthalmologic Pathology. Blackwell Publishing. UK.2005. p.62.

    8. Biswell R. Cornea. In: Vaughan D, Asbury T, Riordon-Eva P. GeneralOphthalmology. 15th edition. Connecticut ; Appleton & Lange; 1999. p. 119-

    41.

    9. Ilyas S, Yulianti SR. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak. IlmuPenyakit Mata. 4 ed. Jakarta: FKUI; 2012. p. 149-82.

    10. Tasman W, Jaeger EA. Duanes Ophtalmology. Lippincott Williams &Wilkins Publishers. 2007.

    11. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J. Pocket atlas of Ophtalmology.Thieme. 2006. p. 97-99

    12. Externa Disease and Cornea. New York: American Academy ofOphthalmology; 2011.

    13.. Garg P, Rao GN. Corneal ulcer: diagnosis and management. The Journal ofCommunity Eye Health. 1999;12:21-3.

  • 7/22/2019 Lapsus & Referat Keratomikosis Fix

    36/36

    14.Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Fundamental and Principles ofOphtalmology Section 2. Singapore: Amnerican Academy Of Ophtalmology;

    2011.

    15.Mann LCS, Singh J, Kalra D, Parihar J, Gupta N, Kumar P. Medical andSurgical Management of Keratomycosis. MJAFI. 2008;64:40-2.

    16.Kalavathy CM, Palmar P, Kaliamurthy J, Philip VR, Ramalingam MDK,Jesudasan CAN, et al. Comparison of itraconazole 1 % with topical natamicin

    5 % the treatment of filamentous fungal keratitis. Lippincott Williams and

    Wilkins. 2005;24:449-52.