lapsus konjungtivitis vernal

17
BAB I PENDAHULUAN Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa (Ilyas, 2010). Konjungtivitis vernalis adalah bentuk konjungtivitis alergi yang penyebabnya tidak diketahui. Konjungtivitis vernalis paling sering terjadi pada anak –anak, prevalensi pada kedua jenis kelamin sama dan sering terjadi pada anak dengan riwayat eksema, asma, atau alergi musiman. Konjungtivitis vernalis biasanya kambuh setiap musim semi dan hilang pada musim gugur dan musim dingin. Banyak anak tidak mengalaminya lagi pada umur dewasa muda (Medicastore, 2016). Penyebaran konjungtivitis vernalis merata di dunia, terdapat sekitar 0,1% hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian Amerika Selatan) daripada iklim dingin (seperti Amerika Serikat, Swedia, Rusia dan Jerman).Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik (turunan). Sekitar 65% pasien yang menderita konjungtivitis vernalis 1

Upload: lita-muliawati

Post on 11-Jul-2016

15 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

medical

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Konjungtivitis Vernal

BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih

mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya

berbagai gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan

oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa

(Ilyas, 2010).

Konjungtivitis vernalis adalah bentuk konjungtivitis alergi yang penyebabnya

tidak diketahui. Konjungtivitis vernalis paling sering terjadi pada anak –anak,

prevalensi pada kedua jenis kelamin sama dan sering terjadi pada anak dengan

riwayat eksema, asma, atau alergi musiman. Konjungtivitis vernalis biasanya

kambuh setiap musim semi dan hilang pada musim gugur dan musim dingin. Banyak

anak tidak mengalaminya lagi pada umur dewasa muda (Medicastore, 2016).

Penyebaran konjungtivitis vernalis merata di dunia, terdapat sekitar 0,1%

hingga 0,5% pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada

iklim panas (misalnya di Italia, Yunani, Israel, dan sebagian Amerika Selatan)

daripada iklim dingin (seperti Amerika Serikat, Swedia, Rusia dan

Jerman).Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik (turunan).

Sekitar 65% pasien yang menderita konjungtivitis vernalis memiliki satu atau lebih

sanak keluarga setingkat yang memiliki penyakit turunan (misalnya asma, hay fever,

iritasi kulit turunan atau alergi selaput lendir hidung permanen). Penyakit-penyakit

turunan ini umumnya ditemukan pada pasien itu sendiri (Masnjoer, 2000).

Beberapa penelitian tentang penyakit ini melaporkan bahwa biasanya kondisi

akan memburuk pada musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah

mengapa dinamakan konjungtivitis ”vernalis” (atau musim semi). Di belahan bumi

selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim gugur dan musim dingin. Akan

tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun, mungkin disebabkan

berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun (Mansjoer, 2000).

1

Page 2: Lapsus Konjungtivitis Vernal

1.1 Tujuan

Untuk melaporkan kasus konjungtivitis vernalis.

2

Page 3: Lapsus Konjungtivitis Vernal

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : MR

Umur : 7 tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Alamat : Temanjir, Pringgabaya

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

3

Page 4: Lapsus Konjungtivitis Vernal

2.2 Anamnesis (autoanamnesia)

- Keluhan Utama

Kedua mata terasa gatal.

- Riwayat penyakit sekarang

- Pasien datang dengan keluhan mata merah yang dirasakan sejak 3 hari

yang lalu, hilang timbul. Mata merah dirasakan pada kedua mata pasien

dan terus memerah hingga hari ini. Mata terasa semakin memerah bila

pasien bermain di luar rumah (bersepeda) dan dikucek-kucek. Merah pada

mata berkurang bila pasien tidak bermain ke luar rumah atau bermain

sepeda di siang hari. Mata merah disertai dengan rasa gatal, rasa gatal ini

dirasakan terus menerus oleh pasien dan dirasa sangat mengganggu

sehingga pasien sering mengucek matanya. Pasien juga mengeluhkan

pembengkakan pada kedua kelopak mata pasien. Rasa nyeri pada kedua

mata, silau dan pandangan kabur disangkal oleh pasien

- Riwayat penyakit dahulu

Pernah mengalami sakit mata sebelumnya seperti ini

- Riwayat pengobatan

Pernah berobat sebelumnya

- Riwayat keluarga

Tidak didapatkan keluarga yang mengalami penyakit yang sama

2.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

4

Page 5: Lapsus Konjungtivitis Vernal

2.4 Status Generalis

Pemeriksaan kepala : dbn

Pemeriksaan leher : dbn

Pemeriksaan Abdomen : dbn

Pemeriksaan ekstremitas : dbn

2.5 Pemeriksaan Fisik Khusus / Status Oftalmologi

PEMERIKSAAN OD OS

Visus 15/15 15/15

Palpebra, Konjungtiva Edema(+), Sekret (+) Edema(+), Sekret (+)

Kornea Jernih Jernih

Kamera Okuli Anterior Dalam Dalam

Iris/Pupil Bulat. Regular, central Bulat. Regular, central

Reflek Pupil Positif Positif

Lensa Jernih Jernih

TIO Palpasi normal Palpasi normal

MBO Dalam batas normal Dalam batas normal

2.6 Diagnosis Kerja

ODS Konjungtivitis Vernalis

2.7 Diagnosis Banding

Trakoma

Konjungtivitis Vernalis

Konjungtivitis Flikten

2.8 Terapi

5

Page 6: Lapsus Konjungtivitis Vernal

- AB steroid topikal ( C. Polynel ed. 6xODS )

- Kortikosteroid topical ( Dextamin 3x1/2 cth )

- Kontrol poliklinik 2 minggu, diminta kontrol karena

- KIE

2.10 Prognosis

- Dubius ad sanam/bonam

BAB III6

Page 7: Lapsus Konjungtivitis Vernal

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan mata merah pada kedua mata sejak 3 hari

sebelum dilakukan pemeriksaaan, disertai dengan rasa gatal. Rasa nyeri pada kedua

mata, silau dan pandangan kabur disangkal oleh pasien. Hal ini sesuai dengan teori

pada kepustakaan, di mana gejala-gejala konjungtivitis vernalis meliputi rasa gatal,

mata merah, mata berair, rasa pedih terbakar, dan perasaan seolah ada benda asing

yang masuk. Gejala-gejala ini cukup menyusahkan, muncul berulang, dan sangat

membebani aktivitas penderita sehingga menyebabkan ia tidak dapat beraktivitas

normal.

Konjungtiva banyak sekali mengandung sel dari sistem kekebalan (mast sel)

yang melepaskan senyawa kimia (mediator) dalam merespon terhadap berbagai

rangsangan (seperti serbuk sari atau debu tungau). Mediator ini menyebabkan radang

pada mata, yang mungkin sebentar atau bertahan lama. Alergi mata merah yang

berkelanjutan terjadi sepanjang tahun; paling sering disebabkan oleh tungau debu,

bulu hewan, dan bulu unggas (Vaughan, 2009).

Konjungtivitis vernalis adalah peradangan konjungtiva bilateral dan berulang

(recurrence) yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi (hipersensitivitas tipe I).

Penyakit ini juga dikenal sebagai “catarrh musim semi”, “konjungtivitis musiman”

atau “konjungtivitis musim kemarau”. Pada kasus ini pasien merupakan anak laki-laki

dengan usia 7 tahun yang datang dengan keluhan kedua mata gatal dan merah kurang

lebih sudah 3 hari, sebelumnya pasien pernah mengeluhkan hal yang sama Hal ini

sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa konjungtivitis vernalis paling sering

terjadi pada anak dengan prevalensi pada kedua jenis kelamin sama dan sering terjadi

pada anak dengan riwayat eksema, asma, atau alergi musiman. Konjungtivitis

vernalis biasanya kambuh setiap musim semi dan hilang pada musim gugur dan

musim dingin. Banyak anak tidak mengalaminya lagi pada umur dewasa muda.

Pada pemeriksaan mata didapatkan visus mata kanan dan kiri normal, edema

palpebra pada kedua kelopak mata kanan dan kiri, tidak ditemukan papil cobble stone

pada konjungtiva tarsalis superior kedua mata. Pada pemeriksaan sklera, kornea, bilik

7

Page 8: Lapsus Konjungtivitis Vernal

mata depan, iris, pupil, lensa, dan refleks fundus tidak ditemukan adanya kelainan.

Tanda-tanda pada pemeriksaan fisik mata pada pasien ini sesuai dengan tanda-tanda

konjungtivitis vernalis (Ilyas, 2010).

Konjungtivitis vernalis merupakan suatu reaksi alergi (hipersensitivitas tipe

I). Pada reaksi hipersensitivitas tipe I terjadi pelepasan mediator sel mast (histamin)

yang dapat memicu vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, rasa

gatal, dan peningkatan produksi mukus dari sel-sel goblet pada lapisan konjungtiva.

Vasodilatasi arteri konjungtiva posterior yang memasok darah ke konjungtiva bulbi

mengakibatkan penampakan mata merah yang dominan ditemukan pada fornix

Peningkatan permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan terjadinya edema palpebra

dan kemosis. Keluhan lain seperti nyeri, silau dan penurunan visus tidak dijumpai

pada pasien, karena proses patologis dari penyakit ini tidak melibatkan media refraksi

seperti kornea, bilik mata depan dan lensa (Allansmith, 2000).

. Papil terbentuk sebagai respon terhadap peradangan yang ditandai oleh

infiltrasi sel-sel radang (limfosit, eosinofil, basofil dan sel mast), neovaskularisasi,

deposit jaringan ikat kolagen dan terjadinya hiperplasia sel-sel epitel konjungtiva

(Bielory, 2000).

Pada kasus ini didiagnosis banding dengan konjungtivitis trakoma. Pada

konjungtivitis trakoma gambaran lesi pada kasus dini didapatkan adanya papula kecil

atau bercak merah bertaburan dengan bintik putih-kuning (folikel trakoma).

Sedangkan pada konjungtivitis vernalis didapatkan gambaran nodul lebar datar dalam

susunan “cobble stone” pada konjungtiva tarsal atas dan bawah, diselimuti lapisan

susu. Ukuran lesi dan lokasi lesi pada konjungtivitis trakoma berupa penonjolan besar

lesi konjungtiva tarsal atas dan teristimewa lipatan retrotarsal kornea-panus, bawah

infiltrasi abu-abu dan pembuluh tarsus terlibat (Tobbara, 2000).

Sedangkan pada konjungtivitis vernalis berupa penonjolan besar tipe tarsus

atau palpebra; konjungtiva tarsus terlibat, forniks bebas. Tipe limbus atau bulbus;

limbus terlibat forniks bebas, konjungtiva tarsus bebas (tipe campuran lazim) tarsus

tidak terlibat. Tipe cairan sekresi pada konjungtivitis trachoma stadium lanjut berupa

8

Page 9: Lapsus Konjungtivitis Vernal

kotoran air berbusa atau “frothy”, sedangkan pada konjungtivitis vernalis bergetah,

bertali, seperti susu (Allansmith, 2000).

Pada kasus ini konjungtivitis alergi dan konjungtivitis folikularis dapat

dijadika differential diagnose. Pada konjungtivitis alergi gejala utamanya adalah

radang (merah, sakit, bengkak, dan panas) gatal yang berulang. Tanda karakteristik

lainnya terdapat papil besar pada konjungtiva, datang bermusiman yang dapat

mengganggu penglihatan. Kemudian pada konjungtivitis folikularis gejala klinisnya

terdapat penonjolan merah-muda pada lipatan retrotarsal, juga terdapat secret mukoid

atau purulen (Ilyas, 2010).

Pemberian antibiotik steroid topikal dan obat kortikosteroid topical pada

konjungtivitis yang berat diberikan steroid topikal prednisolone fosfat 1%, 6-8 kali

sehari selama satu minggu. Pada kasus yang lebih berat, biasanya digunak steroid

sistemik seperti prednisolone asetat, prednisolone fosfat atau deksametasone fosfat 2-

3 tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu (Ilyas, 2010).

Pasien juga disarankan untuk kontrol ke poliklinik dua minggu lagi untuk

menilai tekanan intra ocular dan kemerahannya serta untuk menilai respon dari terapi

yang diberikan. KIE nya antara lain ; Menghindari tindakan menggosok mata dengan

tangan atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis

dari mediator-mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi

yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan

katarak ;Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa

serbuksari; Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak

dengan alergen di udara terbuka; Prognosis penderita konjungtivitis baik karena

sebagian besar kasus dapat sembuh spontan (Mansjoer, 2000).

Komplikasi yang dapat timbul dapat diakibatkan oleh perjalanan penyakitnya

atau efek samping obat-obatan yang diberikan . bila penyakitnya meluas ke kornea

dapat terjadi parut kornea , astigmatisme, keratokonus, dan kebutaan (Tobbara, 2000).

9

Page 10: Lapsus Konjungtivitis Vernal

BAB IV

KESIMPULAN

Pasien anak laki-laki berusia 7 tahun mengeluhkan mata merah dan gata-gatal

kurang lebih 3 hari. Sebelumnnya, juga pasien pernah mengalami keluhan yang sama

dan diberikan terapi antibiotik steroid topikal dan kortikosteroid topikal. Pada

pemeriksaan fisik optalmologis didapatkan visus normal, palpebra edema,

konjungtiva merah, kornea, kamera okuli anterior, iris, pupil lensa dalam batas

normal. Dari hasil anamnesis dan pemriksaan fisik optalmologis yang dilakukan

dapat disimpulkan pasien tersebut menderita konjungtivitis vernalis yang mengalami

gejala khas yakni mata merah timbul secara berulang dan banyak terjadi pada anak

laki-laki usia dibawah 10 tahun.

10

Page 11: Lapsus Konjungtivitis Vernal

DAFTAR PUSTAKA

AAO Faundation. External eye disease and cornea in basic clinical science course. American Academy of Ophtalmology. Section 8. 2000-2001

ALLANSMITH MR. Konjunctivitis Vernalis. Dalam: Tasman W, Jaeger EA, penyunting. Duane’s Clinical Ophtalmology, Philadelphia: Lippincott Ra-Ven, 2000 h.1-8

Bielory L.Allergic and immunology disorder of the eye. Part II:ocular allergy. J Allergy Clin Immunol 2000;106:805-16

Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: 2010 Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Mansjoer Arif. Jilid I. Ed 3. Jakarta: Media Aesculapius,2000, hal 54

Medicastore, Konjungtivitis Vernalis. Available on: http://www.medicastore/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.html (Diakses Januari, 2016)

PubMed Central Journal list. Vernal Keratoconjunctivitis. Available on: http://www.nebi.nlm.nih.gov/pmc/article/PMC.1705659/. (Diakses Januari, 2016)

SMF ilmu penyakit mata. Pedoman Dianosis dan Terapi Edisi III. RSUD Soetomo. Surabaya. 2006

Tobbara KF; Ocular of vernal keratokonjuctivitis. Can J Opthalmol 2000; 34:88-92

Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. Oftalmologi Umum. 14th ed. Jakarta : 2009 Widya Medika.

11