konjungtivitis vernal (autosaved)

40
Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata Monica Cynthia Dewi* Fak. Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana ** Konjungtivitis adalah peradangan dalam konjungtiva oleh karena agen-agen pathogen baik mikroorganisme bakteri, virus, maupun bahan alergan lainnya misalnya obat-obatan, bahan kimia, sinar matahari, cuaca dan lain sebagainya. Konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis bakterialis, konjungtivitis virus, konjungtivitis jamur, konjungtivitis parasit dan konjungtivitis alergi (dibagi menjadi dua yaitu vernal dan flikten). Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 1

Upload: krissi-stiffensa

Post on 06-Feb-2016

50 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

makalah blok 23

TRANSCRIPT

Page 1: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata

Monica Cynthia Dewi*

Fak. Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana **

Konjungtivitis adalah peradangan dalam konjungtiva oleh karena agen-agen pathogen

baik mikroorganisme bakteri, virus, maupun bahan alergan lainnya misalnya obat-obatan,

bahan kimia, sinar matahari, cuaca dan lain sebagainya.

Konjungtivitis dibagi menjadi konjungtivitis bakterialis, konjungtivitis virus,

konjungtivitis jamur, konjungtivitis parasit dan konjungtivitis alergi (dibagi menjadi dua

yaitu vernal dan flikten).

Monica Cynthia Dewi. NIM : 10.2011.233 . Mahasiswi FK UKRIDA

**Universitas Kristen Krida Wacana. Jl.Ardjuna Utara No.6 Jakarta Barat, 11510

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 1

Page 2: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

SKENARIO I

Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun, dibawa oleh kedua orangtuanya, ke poli umum

rumah sakit FMC sentul, dengan keluhan utama gatal pada kedua mata terutama sehabis main

bola atau kena panas matahari, adanya riwayat alergi terhadap udara panas dan debu. Pasien

sering menderita batuk pilek. Pada pemeriksaan didapatkan tidak adanya penurunan

ketajaman penglihatan dan kedua mata merah, tidak ada kotoran mata.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 2

Page 3: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

I. Anamnesis

Dari anamnesis, diketahui pasien mempunyai keluhan utama gatal pada kedua mata

terutama sehabis main bola atau kena panas matahari, adanya riwayat alergi terhadap

udara panas dan debu. Pasien sering menderita baruk pilek.

II. Anatomi Mata

Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebraris) dan permukaan

anterior sclera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebrais melapisi permukaan

posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus,

konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus

jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris.

Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat

berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan

memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.1

(a)

(b)

Keterangan gambar2 :

(a) struktur luar mata (b) struktur

dalam bola mata (c) potongan

melintang bola mata.

(c)

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 3

Page 4: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

Histology

Secara histology, lapisan sel konjungtiva terdiri dari dua hingga lapisan sel epitel

silindres bertingkat, superficial dan basal. Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel

goblet bulat atau oval yang mensekresi mucus yang diperlukan untuk disperse air mata.

Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superficial dan dapat

mengandung pigmen.

Stroma konjungtiva dapat dibagi menjadi lapisan adenoid (superfisialis) dan satu

lapisan fibrosa (profundus). Lepisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak

berkembang sampai bayi berusia 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan

penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata.3

Perdarahan dan Persyarafan

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari siliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua

arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva

membentuk jaringan vaskularkonjungtiva yang banyak. Konjungtiva juga menerima

persyarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang relative

sedikit.3

III. Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit

mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak

mikroorganisme dan 4actor-faktor lingkungan lain yang mengganggu. Penyakit ini

bervariasi mulai dari hyperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat

dengan banyak secret purulen kental.1

IV. Etiologi

Bakteri

- Hiperakut (purulen)

Neisseria gonorrhoeae

Neisseria meningitidis

Bakteri

Neisseria gonorrhoeae subspesises kochii

- Akut (mukopurulen)

Pneumococcus (streptococcus pneumoniae)

Parasit

- Konjungtivitis dan blefarokonjungtivitis

kronik.

Thelazia californiensis

Parasit

Loa loa

Ascaris lumbricoides

Trichinella spiralis

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 4

Page 5: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

Haemophillus aegyptius

- Subakut

Haemophillus influenzae

- Kronik (blefarokonjungtivitis)

Staphylococcus aureus

Moraxella lacunata

Schistosoma haematobium

Taenia solium

Pthyrus pubis

Larva lalat (Oestrus ovis)

Klamidia

- Trakoma (Chlamydia trachommatis A,B,C)

- Konjungtivitis inklusi (serotipe D-K)

- Limfogranuloma venerum (LGV)

Imunologik (alergika)

- Reaksi hipersensitivitas segera (humoral)

Konjungtivitis hay fever (serbuk sari,

tumbuhan, bulu hewan)

Keratokonjungtivitis vernal

Keratokonjungtivitis atopik

Keratokonjungtivitis papilar raksaksa

- Reaksi hipersensitivitas lambat (selular)

Fliktenuloris

Konjungtivitis ringan sekunder terhadap

blefaritis kontak

- Penyakit autoimun

Keratokonjungtivitis sika pada sindrom

sjogren.

Viral

- Konjungtivitis folikular viral akut

- Demam faringokonjungtivitis adenovirus

tipe 3 dan 7.

- Keratokonjungtivitis epidemika adenovirus

tipe 8 dan 19.

- Virus herpes simpleks

- Konjungtivitis hemorargik akut oleh

Viral

enterovirus tipe 70

- Konjungtivitis folikular viral kronik (virus

moloscum kontaginosum)

Kimiawi atau iritatif

- Iatrogenik

Miotik

Idoxiuridine

Obat topikal lain

Larutan lensa kontak

- Yang berhubungan dengan pekerjaan

Asam

Kimiawi atau Iritatif

Basa

Asap

Angin

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 5

Page 6: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

- Blefarokonjungtivitis viral (varicella, herpes

zooster, virus campak)

Sinar UV

- Bulu ulat

Riketsia

- Konjungtivitis non-purulen dengan

hiperemia dan sedikit infiltrasi, sering kali

merupakan ciri penyakit riketsia.

- Tifus

- Murine thypus

- Scrub typus

- Rocky mountain spotted fever

- Demam mediterania

- Demam-Q

Etiologi yang tidak diketahui

- Folikulitis

- Konjungtivitis folikulitis

- Rosasea okular

- Psoriasis

- Eritema multiformis mayor (steven

jhonson sydrome)

- Dermatitis herpetiformis

- Epidermolisis bullosa

- Keratokonjungtivitis limbik superior

- Konjungtivitis ligneosa

- Sindrom reiter

- Sindrom limfonodus mukokutaneus

Jamur

- Eksudatif kronik

candida

- Granulomatosa

Rhinosporiidium

Coccidioides immitis

Sporotrix schenckii

Berkaitan dengan penyakit sistemik

- Penyakit tiroid (pajanan, kongestif)

- Konjungtivitis gout

- Konjungtivitis karsinoid

- Sarkoidosis

- Tuberkulosis

- Sifilis

Tabel 1. Penyebab Konjungtivitis.3

V. Epidemiologi

Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang dari pada di daerah hangat, dan

hampir tidak ada di daerah dingin. Biasanya mulai pada tahun-tahun pubertas dan berlangsung

selama kurang lebih 5-10 tahun.

Penyakit ini lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Konjungtivitis vernal paling banyak ditemukan di Afrika sub-sahara dan Timur tengah dan

parah pada musim semi, musim panas dan musim gugur.

VI. Gejala Klinis konjungtivitis.3

Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair, eksudasi, pseudoptosis,

hipertrofi papilar, kemosis, folikel, pseudomembran, granuloma dan adenopati pre-aurikular.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 6

Page 7: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

a. Hiperemia

Adalah gejala yang paling menyolok. Kemerahan paling jelas pada forniks dan

erkurang ke arah limbus karena dilatasi pembuluh darah konjungtiva posterior. Warna merah

terang mengesankan konjungtivitis bakteri, dan tampilan putih susu mengesankan

konjungtivitis alergika. Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengesankan iritasi oleh penyebab fisik

seperti angin, matahari, asap, dll.

b. Mata berair (epifora)

Seringkali menyolok pada konjungtivitis. Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya

sensasi benda asing, sensasi terbakar atau tergores, atau oleh rasa gatalnya. Transudasi ringan

juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang hiperemik dan menambah jumlah air mata tersebut.

c. Eksudasi

Adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudasinya berlapis-lapis dan amorf

pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konjungtivitis alergika. Pada hampir semua

konjungtivitis, didapatkan banyak kotoran mata di palpebra saat bangun tidur.

d. Pseudoptosis

Adalah terkulainya palpebra superior kerena infiltrasi di otot Muller. Keadaan ini

dijumpai pada beberapa jenis konjungtivitis berat misalnya trakoma dan keratokonjungtivitis

epidemika.

e. Hipertrofi papilar

Reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus

atau limbus dibawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk

substasi papila (bersama unsur sel dan eksudat) mencapai membran basal epitel, bercabang-

cabang menyerupai jeruji.

f. Kimosis

Kemosis konjungtiva sangat mengarah kepada konjungtivitis alergika, tetapi dapat

juga timbul pada konjungtivitis gonokokkus atau meningokokkus akut.

g. Folikel

Folikel tampak pada sebagian besar kasus konjungtitis viral, klamidia kecuali

konjungtivitis inklusi neonatal. Folikel-folikel di forniks inferior dan tepi tarsus memiliki

sedikit nilai diagnostik.

Folikel merupakan suatu hiperplasia limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai

sebuah pusat germinal. Secara klinis, folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat kelabu atau

putih yang avaskular.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 7

Page 8: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

h. Pseudomembran dan membran

Adalah hasil dari eksudatif dan hanya berbeda derajadnya. Pseudomembran adalah

suatu pengentalan (koagulum) diatas permukaan epitel, yang bila diangkat epitelnya tetap utuh.

Membran adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel, yang jika diangkat, meninggalkan

permukaan epitel yang berdarah.

i. Limfadenopati pre-aurikular

Merupakan tanda penting konjungtivitis. Sebuah KGB preaurikular tampak jelas pada

sindrom okulogranular parinaud dan jarang pada keratokonjungtivitis epidemika.kadang-

kadang disertai sedikit nyeri tekan. Kadang-kadang limfadenopati preaurikular pada anak-anak

disertai dengan infeksi kelenjar meibom.

VII. Pemeriksaan

1. Fisik Mata

a. Tajam Penglihatan

Tajam penglihatan diungkapkan dalam suatu rasio seperti 20/20. Angka pertama

adalah jarak baca pasien terhadap peraga. Angka kedua adalah jarak terbacanya peraga

oleh mata normal. Istilah OD berarti mata kanan, OS mata kiri. OU berarti kedua mata.

Memakai Kartu Snellen Standar

Jika tersedia kartu snellen standar, pasien harus berdiri sejauh 6 meter dari kartu

tersebut. Jika pasien memakai kaca mata, biarkan dipakai terus selama pemeriksaan.

Pasien diminta untuk menutup satu matanya dengan telapak tangan dan membaca baris

terkecil yang mungkin.

Jika yang ia baca ialah baris 6/60, maka visus mata itu adalah 6/60; ini berarti

bahwa pada jarak 6 meter pasien dapat membaca apa yang dapat dibaca orang normal

pada jarak 60 meter. Jika pasien pada jarak 6 meter tidak dapat membaca baris 6/60,

maka ia didekatkan pada kartu sampai baris itu terbaca. Jika pasien baru dapat

membaca pada jarak 1 meter, maka tajam penglihatan pasien adalah 1/60.4

Memakai Kartu Tajam Penglihatan Saku

Jika kartu Snellen standar tidak tersedia, maka kartu tajam penglihatan ukuran saku

dapat dipakai. Kartu ini dilihat pada jarak 35 cm. Pasien diminta membaca baris terkecil

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 8

Page 9: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

yang masih dapat dibaca. Jika kedua jenis kartu diatas tidak tersedia, maka dapat dipakai

materi cetak apa saja. Pemeriksa harus ingat bahwa kebanyakan pasien berusia diatas 40

memerlukan kaca baca. Meskipun si pemeriksa tidak dapat memastikan tajam penglihatan,

ia pasti dapat menetapkan apakah pasien masih dapat melihat. Dalam hal ini pasien diminta

menutup satu mata dan membaca baris terkecil yang terbaca pada pada halaman cetak

tertentu.

Menilai Pasien dengan Penglihatan Buruk

Pasien dengan penglihatan buruk sekali dan tidak dapat membaca salah satu baris

cetak, harus diuji dengan kemampuan membaca jari-jari tangan. Pengukuran tajam

penglihatan yang amat kasar ini dilakukan dengan menunjukan jari-jari dideoan mata

pasien, sedangkan mata sebelah ditutup. Pasien ditanyakan jumlah jari yang terlihat, jika

pasien tetap belum dapat melihat, maka penting untuk dinilai apakah memang masih ada

persepsi terhadap cahaya. Hal ini dilakukan dengan menutup satu mata dan menyoroti mata

sebelah.

Pemeriksa menanyakan apakah pasien dapat melihat lampu yang nyala atau dimatikan.

NLP (no light perceptipn) adalah istilah yang dipakai bila seseorang tidak dapat menangkap

cahaya.

Memeriksa Pasien yang Tidak Dapat Membaca

Bagi mereka yang tidak dapat membaca, seperti anak kecil atau yang buta huruf,

pemakaian huruf “E” dalam macam-macam ukuran dan arah akan sanat bermanfaat.

Pemeriksa meminta pasien menunjukan arah huruf itu; ke atas, ke bawah, ke kanan dan ke

kiri.4

b. Pemeriksaan Konjungtiva

Konjungtiva hendaknya diamati terhadap adanya tanda radan (yaitu melebarnya

pembuluh darah), pigmentasi tidak biasa, nodi, pembengkakan atau perdarahan. Kedua

konjungtiva harus diperiksa.

Konjungtiva tarsal dapat dilihat dengan membalikkan kelopak mata. Minta pasien

tetap membuka matanya dan melihat ke bawah. Anda menahan sejumlah bulu mata dari

kelopak mata atas. Kelopak itu ditarik lepas dari bola mata dan ujung sebuah tangkai

aplikator ditekan pada tepian atas lempeng tarsal.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 9

Page 10: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

Lempeng tarsal kemudian dengan cepat membalikan tangkai aplikator,

menggunakannya sebagai titik tumpu. Ibu jari sekarang dapat dipakai untuk memegang

kelopak mata yang dibalik, tangkai aplikator dapat diangkat. Setelah inspeksi konjungtiva

tarsalis, mintalah pasien untuk melihat ke atas untuk mengembalikan kelopak mata pada

posisi normal.

Konjungtiva normal seharusnya berwarna merah muda. Perhatikan jumlah pembuluh

darah. Normalnya hanya terlibat sedikit pembuluh darah. Mintalah pasien untuk melihat ke

atas dan tariklah kelopak mata bawah ke bawah. Bandingkan vaskularitasnya.4

VIII. Diagnosis

1. Diagnosis Kerja

Keratokonjungtivitis vernal

Penyakit ini sering disebut dengan “konjungtivitis musiman” atau “konjungtivitis

musim kemarau” ini adalah penyakit alergi bilateral yang jarang. Biasanya mulai pada

tahun-tahun pubertas dan berlangsung selama kurang lebih 5-10 tahun. Penyakit ini lebih

banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Alergan spesifiknya sulit dilacak, tetapi pasien keratokonjungtivitis vernal biasanya

menampilkan manifestasi alergi lainnya, yang diketahui berhubungan dengan sensitivitas

terhadap tepung sari rumput. Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang dari pada

di daerah hangat, dan hampir tidak ada di daerah dingin.

Pasien umumnya mengeluh sangat gatal dengan kotoran mata berserat-serat. Biasanya

terdapat riwayat alergi di keluarga (hay fever, eksim, dll) dan terkadang disertai riwayat

alergi pada pasien itu sendiri. Konjungtiva tampak putih susu dan terdapat banyak papila

halus di konjungtiva tarsalis inferior.

Konjungtiva palpebralis superior sering menampilkan papila raksasa seperti batu kali.

Setiap papila raksaksa mempentuk poligonal, dengan atap rata dan mengandung berkas

kapiler.

Mungkin terdapat kotoran mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda

Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi

paling menonjol terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papilae). Sebuah

pseudogerontoxon (kabut serupa busur) sering terlihat pada kornea dekat papila limbus.

Bintik-bintik tranta (tranta dots) adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus

pada beberapa pasien dengan fase aktif keratokonjungtivitis vernal. Ditemukan banyak

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 10

Page 11: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

eosinofil dan granula eosinofilik bebas di dalam tranta dan sediaan hapus eksudat

konjungtiva terpulas Giemsa.

Mikropannus sering tampak pada keratokonjungtivitis vernal papebra dan limbus,

tetapi pannus besar jarang dijumpai. Parut konjungtiva biasanya tidak ada, kecuali pasien

telah menjalani krioterapi, pengangkkakatan papila, iradiasi, atau prosedur yang dapat

merusak lainnya. Mungkin terbentuk ulkus kornea superfisialis (perisai) (lonjong dan

superior) yang dapat berakibat parut ringan di kornea. Keratitis epitelial difus yang khas

sering kali terlihat. Tidak satupun lesi kornea ini berespons baik terhadap terapi standar.

Penyakit ini mungkin disertai dengan karatokonus.3

Terapi.

Karena keratokonjungtivitis vernal adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat

bahwa medikasi yang dipakai untuk meredakan gejala dapat memberikan perbaikan dalam

jangka waktu yang singkat, tetapi dapat memberi kerugian jangka panjang. Steroid topikal

dan sistemik, yang mengurangi rasa gatal hanya sedikit mempengaruhi penyakit kornea ini,

dan efek sampingnya (glaukoma, katarak, dan komplikasi lain) dapat sangat merugikan.

Kombinasi antihistamin penstabil sel masrt yang lebih baru bermanfaat sebagai agen

profilatik dan terapeutik pada kasus sedang hingga berat. Vasokonstriktor, kompres dingin,

dan kompres es ada manfaatya. Kemungkinan besar, pemulihan terbaik adalah pindah

ketempat yang beriklim sejuk dan lembab.

Gejala akut pada seorang pasien yang sangat fotofobik hingga tidak dapat berbuat

apa-apa seringkali diatasi dengan steroid sistemik ataupun steroid tpopikal jangka pendek,

diikuti dengan vasokonstriktor, kompres dingin dan pemakaian teratur tetes mata yang

meblok histamin. Obat-obatan antiinflamasi non-steroid yang lebih baru seperti ketorolac

dan lodoxamine, cukup bermanfaat mengurangi gejala tetapi dapat memperlambat

reepitelisasi ulkus.

Studi klinis terbaru bahwa tetes mata topikal cyclosporine 2% efektif untuk kasus-

kasus berat yang tak responsif. Penyuntikan depot kortikosteroid supratarsal dengan atau

tanpa eksisi papila raksaksa terbukti efektif. Desensitisasi terhadap tepung sari rumput dan

antigen lain belum membuahkan hasil. Blefaritis dan konjungtivitis stafilokokus adalah

komplikasi yang sering dan harus ditangani.

2. Diagnosis Banding

A. Konjungtivitis Bakterialis

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 11

Page 12: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

Konjungtivitis bakterialis adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri.

Pada konjungtivitis ini biasanya disertai mata merah, secret pada mata dan iritasi mata.

Etiologi dan Faktor resiko

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk yaitu hiperakut, akut,

subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan okeh N.

gonorrhoeae, Neisseria kochii dan Neisseria meningitides. Bentuk yang baru disebabkan

Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptus.

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata

yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi

pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan

imunodefisiensi

Patofisiologi

Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci,

staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh

ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis.

Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal,

penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah.

Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab

perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotic

Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi

konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal

dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,

mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada

mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva.

Gejala Klinis

Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi

konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis

bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan

sering dijumpai edema pada kelopak mata.

Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis

bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata,

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 12

Page 13: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang

saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.

Konjungtivitis bakteri hiperakut (purulent)

Biasanya disebabkan oleh N. gonorrhoeae, N. kochii, dan N. meningitides. Ditandai

dengan eksudat yang purulen. Apabila terlambat untuk ditangani, dapat menyebabkan

kehilangan penglihatan atau dapat menjadi penyabab septicemia maupun meningitis.

Konjungtivitis akut (kataharal)

Konjungtivitis akut bersifat epidemic dan disebut juga “pinkeye” dengan karakteristik

mata hiperemis dan secret yang mukopurulen. Bakteri penyebab yang paling banyak adalah

Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptius namun dapat disertai dengan

perdarahan subkonjungtiva.

Konjungtivitis subakut

Disebabkan oleh H. Influenzae, E. colli, dan spesies proteus ditandai dengan mata

merah, berair dan eksudat.

Konjungtivitis bacterial kronik

Diderita oleh pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis dan dakriosistitis kronis,

yang biasanya bersifat unilateral. Konjungtivitis bacterial kronis biasanya disertai dengan

blefaritis atau disfungsi kelenjar meibom.

Pasien dengan bengkak pada kelopak mata dan ektopion biasanya disertai dengan

bacterial konjungtivitis. Bakteri penyebab yaitu corynebacterium diphteriae dan

streptococcus pyogenes. Pseudomembran dan membran biasanya disebabkan oleh bekteri ini.

Laboratorium

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 13

Page 14: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

Dilakukan pemeriksaan gram untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab.

Pemeriksaan sensitivitas bakteri pun diperlukan.

Komplikasi

Blefaritis marginal kronik disebabkan infeksi staphylococcal, ulkus dan perforasi

merupakan komplikasi yang dapat terjadi juga. ulserasi kornea dapat disebabkan oleh n.

gonorrhoeae, N. kochii, N. meningitides, H. aegyptius, S.aureus dan M. Cattarrhalis, apabila

toksin men embus bilik mata anterior dapat menyebabkan iritis toksisitas.

Terapi

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen

mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada

setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus

segera dimulai terapi topical dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen,

sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret

konjungtiva.1

B. Konjungtivitis Viral

Definisi

Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis

virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan

yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri

Etiologi dan Faktor resiko

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah

virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling

membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster,

picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus.

Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat

menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan virus

(fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.1

Patofisiologi

Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap jenis

konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya. Mikroorganisme yang dapat

menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada etiologi.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 14

Page 15: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

Gejala Klinis

Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan etiologinya. Pada

keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam

dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu

dijumpai infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan

selama lebih dari 2 bulan.

Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran

pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam. Pada

konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya

mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan

dan sering disertai keratitis herpes.

Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan

coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi

airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang

dapat terjadi kimosis.

Diagnosis

Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu

diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipe-tipe menurut

penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun

ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor-faktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar

untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus.

Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah

mata atau kedua mata yang terinfeksi. Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan

konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan

pemeriksaan lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan

waktu dan biaya.

Komplikasi

Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefarokonjungtivitis.

Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan timbul parut linear halus

atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 15

Page 16: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

Tatalaksana

Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa

umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau

sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Pasien konjungtivitis juga

diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi

C. Konjungtivitis Alergika (Imunologik)

Definisi

Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan

disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun.

Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi

hipersensitivitas tipe 1.

Reaksi Hipersensitivitas Humoral Segera

1. Konjungtivitis “Hay Fever”

Radang konjungtiva non-spesifik ringan umumnya menyertai “hay fever” (rhinitis

alergika). Biasanya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput, bulu hewan, dll. Pasien

mengeluh gatal, kemerahan, mata berair dan sering mengatakan matanya seakan-akan

tenggelam dalam jaringan sekitarnya.

Terdapat injeksi ringan disekitar konjungtiva palpebraris dan konjungtiva bulbaris;

selama serangan akut sering ditemukan kemosis berat (yang menjadi sebab kesan

tenggelam). Terdapat sedikit kotoran mata, khususnya setelah pasien menggucek matanya.

Eosinofil sulit ditemukan pada kerokan konjungtiva. Jika alergennya menetap, dapat

menjadi konjungtivitis papilar.

Pengobatan dilakukan dengan penetesan vasokonstriktor-antihistamin topikal.

Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal dan antihistamin peroral hanya sedikit

manfaatnya. Respon langsung terhadap pengobatan cukup memuaskan, namun kekambuhan

sering ditemukan, kecuali bila antigennya dihilangkan. Untungnya, frekuensi serangan dan

beratnya gejala cenderung menurun dengan meningkatnya usia.

2. Keratokonjungtivitis vernal

Penyakit ini sering disebut dengan “konjungtivitis musiman” atau “konjungtivitis

musim kemarau” ini adalah penyakit alergi bilateral yang jarang. Biasanya mulai pada

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 16

Page 17: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

tahun-tahun pubertas dan berlangsung selama kurang lebih 5-10 tahun. Penyakit ini lebih

banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Alergan spesifiknya sulit dilacak, tetapi pasien keratokonjungtivitis vernal biasanya

menampilkan manifestasi alergi lainnya, yang diketahui berhubungan dengan sensitivitas

terhadap tepung sari rumput. Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang dari pada

di daerah hangat, dan hampir tidak ada di daerah dingin.

Pasien umumnya mengeluh sangat gatal dengan kotoran mata berserat-serat. Biasanya

terdapat riwayat alergi di keluarga (hay fever, eksim, dll) dan terkadang disertai riwayat

alergi pada pasien itu sendiri. Konjungtiva tampak putih susu dan terdapat banyak papila

halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebralis superior sering menampilkan

papila raksasa seperti batu kali. Setiap papila raksaksa mempentuk poligonal, dengan atap

rata dan mengandung berkas kapiler.

Mungkin terdapat kotoran mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda

Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi

paling menonjol terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa (papilae). Sebuah

pseudogerontoxon (kabut serupa busur) sering terlihat pada kornea dekat papila limbus.

Bintik-bintik tranta (tranta dots) adalah bintik-bintik putih yang terlihat di limbus

pada beberapa pasien dengan fase aktif keratokonjungtivitis vernal. Ditemukan banyak

eosinofil dan granula eosinofilik bebas di dalam tranta dan sediaan hapus eksudat

konjungtiva terpulas Giemsa.

Mikropannus sering tampak pada keratokonjungtivitis vernal papebra dan limbus,

tetapi pannus besar jarang dijumpai. Parut konjungtiva biasanya tidak ada, kecuali pasien

telah menjalani krioterapi, pengangkkakatan papila, iradiasi, atau prosedur yang dapat

merusak lainnya. Mungkin terbentuk ulkus kornea superfisialis (perisai) (lonjong dan

superior) yang dapat berakibat parut ringan di kornea. Keratitis epitelial difus yang khas

sering kali terlihat. Tidak satupun lesi kornea ini berespons baik terhadap terapi standar.

Penyakit ini mungkin disertai dengan karatokonus.3

Terapi.

Karena keratokonjungtivitis vernal adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat

bahwa medikasi yang dipakai untuk meredakan gejala dapat memberikan perbaikan dalam

jangka waktu yang singkat, tetapi dapat memberi kerugian jangka panjang.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 17

Page 18: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

Steroid topikal dan sistemik, yang mengurangi rasa gatal hanya sedikit mempengaruhi

penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaukoma, katarak, dan komplikasi lain) dapat

sangat merugikan.

Kombinasi antihistamin penstabil sel mast yang lebih baru bermanfaat sebagai agen

profilatik dan terapeutik pada kasus sedang hingga berat. Vasokonstriktor, kompres dingin,

dan kompres es ada manfaatya. Kemungkinan besar, pemulihan terbaik adalah pindah

ketempat yang beriklim sejuk dan lembab.

Gejala akut pada seorang pasien yang sangat fotofobik hingga tidak dapat berbuat

apa-apa seringkali diatasi dengan steroid sistemik ataupun steroid tpopikal jangka pendek,

diikuti dengan vasokonstriktor, kompres dingin dan pemakaian teratur tetes mata yang

meblok histamin. Obat-obatan antiinflamasi non-steroid yang lebih baru seperti ketorolac

dan lodoxamine, cukup bermanfaat mengurangi gejala tetapi dapat memperlambat

reepitelisasi ulkus.

Studi klinis terbaru bahwa tetes mata topikal cyclosporine 2% efektif untuk kasus-

kasus berat yang tak responsif. Penyuntikan depot kortikosteroid supratarsal dengan atau

tanpa eksisi papila raksaksa terbukti efektif. Desensitisasi terhadap tepung sari rumput dan

antigen lain belum membuahkan hasil. Blefaritis dan konjungtivitis stafilokokus adalah

komplikasi yang sering dan harus ditangani.

3. Keratokonjungtivitis Atopik

Pasien dermatitis atopik (eksim) sering kali juga menderita keratokonjungtivitis

atiopik. Tanda dan gejalanya adalah sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah

dan fotofobia. Tepian palpebranya eritematosa dan konjungtiva tampak putih seperti susu.

Terdapat paila-papila halus, tetapi papila raksaksa kurang nyata dibandingkan dengan

keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terjadi di tarsus inferior berbeda dengan papila

raksaksa keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior.

Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah

eksarsebasi konjungtivitis terjadi berulang kali. Timbul keratitis perifer superfisial yang

diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus yang berat, seluruh kornea tampak kabur dan

mengalami vaskularisasi, ketajaman penglihatanpun menurun. Penyakit ini mungkin disertai

dengan keratokonus.

Biasanya ada riwayat alergi (hay fever, asma atau eksim) pada pasien atau

keluarganya. Kebanyakan pasien pernah mengalami dermatitis atopik sejak bayi. Parut pada

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 18

Page 19: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

lipatan fleksura-lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti

dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopik berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami

eksaserbasi dan remisi.

Kerokan konjungtiva menunjukkan eosinofil, meskipun tidak sebanyak yang terlihat

pada keratokonjungtivitis vernal. Sering timbul parut pada konjungtiva maupun kornea dan

terbentuk katarak atopik, plak subkapsular posterior dan katarak anterior.

Terapi

Harus dilakukan kontrol terhadap lingkungan, tetapi topikal jangka panjang dengan

obat penstabil sel mast adalah hal yang terpenting. Antihistamin oral juga bermanfaat. Obat

anti inflamasi non-steroid seperti ketorolac dan lodoxamine dapat mengatasi gejala. Steroid

topikal jangka pendek dapat menurunkan gejala.

Komplikasi kornea berat mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk memperbaiki

ketajaman penglihatan.

4. Konjungtivitis Papilar Raksaksa

Tanda dan gejalanya mirip dengan keratokonjungtivitis vernal dapat dijumpai dengan

pasien yang menggunakan lensa kontak atau mata buatan dari plastik. Ini kemungkinan

penyakit hipersensitivitas tipe lambat yang kaya basofil (hipersensitifitas Jones-Mote),

dengan komponen IgE humoral. Disinfeksi dengan hidrogen peroksida dan pembersihan

lensa kontak secara enzimatik juga menolong atau mengganti lensa ontak ke jenis weekly

diposable atau daily diposable.

Reaksi Hipersensitivitas Tipe lambat

1. Fliktenulosis

Respon hipersensitivitas tipe lambat terhadap protein mikroba termasuk dari basil

tuberkel, staphylococcus spp, candida albicans, Coccidioides immitis, haemophilus

aegyptius dan Chlamydia trachomatis serotipe L1, L2 dan L3.

Fliktenula konjungtiva timbul sebagai lesi kecil (umumnya berdiameter 1-3 mm) yang

keras, merah, meninggi dan dikelilingi zona hiperemia. Di limbus sering terjadi bentuk

segitiga dengan apeks mengarah ke kornea. Disini terbentuk pusat putih-kelabu, yang segera

menjadi ulkus dan mereda dalam 10-12 hari.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 19

Page 20: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

2. Konjungtivitis Ringan Sekunder Akibat Blefaritis Kontak.

Disebabkan karena atropin, neomysin, antibiotik spektrum luas dan obat topikal

lainnya sering diikuti dengan konjungtivitis infiltratif ringan yang menimbulkan hiperemia,

hipertrofi papilar ringan, sekret mukoid ringan dan sedikit iritasi. Pemeriksaan kerokan

berpulas giemsa sering menampakkan sedikit sel epitel yang yang berdegenerasi, sedikit sel

polimorfonuklear dan mononuklear tanpa eosinofil. Pengobatan ditujukkan pada penemuan

agen penyebab dan menghilangkannya.

Blefaritis kontak cepat membaik dengan kortikosteroid topikal, tetapi pemakaiannya

harus dibatasi. Penggunaan jangka panjang di palpebra dapat menimbulkan glaukoma

steroid dan atrofi kulit dengan talangiektasis yang memperburuk penampilan.

D. Konjungtivitis Jamur

Definisi

Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan

infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat

timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain

Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium

serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang.5

E. Konjungtivitis parasit

Definisi

Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa,

Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium dan

Pthirus pubis walaupun jarang.

F. Konjungtivitis Kimia dan Iritatif.

Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan

substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang masuk

ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan

angin, dapat menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, fotofobia,

dan blefarospasme.

Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka

panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang

toksik atau menimbulkan iritasi. Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian

substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 20

Page 21: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

G. Konjungtivitis Lainnya

Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis juga

dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit autoimun seperti penyakit tiroid, gout

dan karsinoid. Terapi pada konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut

diarahkan pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya.

Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis

herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah.

Temuan klinis dan sitologi Viral Bakteri Klamidia Alergika

Gatal Minimal Minimal Minimal Hebat

Hiperemia Generalisata Generalisata Generalisata Generalisata

Mata berair Banyak Sedang Sedang Minimal

Eksudasi Minimal Banyak Banyak Minimal

Adenopati periaurikular Sering Jarang Hanya sering

pada

konjungtivitis

inklusi

Tak ada

Pada kerokan dan eksudat

yang dipulas

Monosit Bakteri,

PMN

PMN, sel

plasma,

badan inklusi

Eosinofil

Disertai sakit tenggorokan

dan demam

sesekali sesekali Tak pernah Tak pernah

Tabel 2. Pembagian jenis-jenis konjungtivitis umum1

IX. Terapi

Konjungtivitis bakterial biasanya diobati dengan tetes mata atau krim antibiotik, tetapi

sering sembuh dalam waktu sekitar dua minggu walaupun tanpa pengobatan. Karena

konjungtivitis bakterial sangat menular diantara anggota keluarga dan teman sekolah,

diperlukan teknik mencuci tangan yang baik dan pemisahan handuk bagi individu yang

terinfeksi. Anggota keluarga tidak boleh bertukar bantal atau seprai. Konjungtivitis yang juga

berhubungan dengan otitis media diobati dengan antibiotik sistemik. Kompres hangat pada

mata dapat mengeluarkan rabas.

Konjungtivitis viral biasanya diobati dengan kompres hangat. Teknik mencuci tangan

yang baik diperlukan untuk mencegah penularan.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 21

Page 22: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

Konjungtivitis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin.

Antihistamin atau tetes mata yang mengandung steroid dapat digunakan untuk mengurangi

gatal dan inflamasi.

Konjungtivitis yang disebabkan iritan diobati dengan mengeluarkan benda asing,

diikuti dengan penggunaan obat antibakteri.6

X. Komplikasi

Infeksi bakteri tertentu (gonore, beberapa jenis konjungtivitas klamidia), dan infeksi

virus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata jika tidak diobati. Benda asing

dimata dapat menyebabkan abrasi kornea dan pembentukan jaringan parut.

Konjungtivitis dapat menjadi gejala awal penyakit sistemik berat, yaitu penyakit

Kawasaki. Penyakit ini adalah salah satu vaskulitis yang tersebar luas yang mempengaruhi

banyak organ tubuh termasuk jantung, otak, sendi, hati dan mata. Penyakit ini dimulai secara

akut dengan demam tinggi yang diikuti secara singkat dengan konjungtivitis bilateral yang

signifikan karena tidak adanya rabas dan prosesnya lama. Ruam dan pembengkakan tangan

dan kaki menyertai gejala awal ini. Diagnosis dini penting untuk mencegah kerusakan pada

arteri koroner. Terapi untuk penyakit Kawasaki mencakup penggunaan aspirin dan globulin

gamma.6

XI. Pencegahan

Pencegahan infeksi pada anggota keluarga lain merupakan pertimbangan penting pada

kasus konjungtivitis bakteri. Waslap dan handuk anak harus dipisahkan dengan yang

digunakan individu lain. Tisu yang dipakai untuk membersihkan mata harus dibuang. Anak

harus menahan diri untuk tidak menggosok mata dan dilatih mencuci tangan yang baik.

Strategi untuk mencegah kebutaan pada anak harus diupayakan agar bisa mencakup 3

tingkatan pencegahan :

- Pencegahan primer : mencegah keberadaan penyakit dalam masyarakat.

- Pencegahan sekunder : mencegah komplikasi yang mengancam terjadinya gangguan

penglihatan dan kebutaan pada suatu penyakit.

- Pencegahan tersier : mengurangi seminimal mungkin gangguan penglihatan akibat

cedera atau penyakit sebelumnya.

Strategi utama dalam mencegah penyakit yang dapat menimbulkan kebutaan pada

anak adalah sebagai berikut :

- Profilaksis, adalah suatu prosedur yang sistematik atau pengobatan untuk pencegahan

primer suatu penyakit. Salah satu contoh yang terkenal dalam hubungannya dengan

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 22

Page 23: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

pencegahan kebutaan pada anak adalah penggunaan metode Crede (penggunaan tetes

mata larutan perak nitrat 1%) untuk melindungi bayi yang baru lahir dari

konjungtivitis akibat N. Gonnorrhoeae

- Imunisasi, merupakan bentuk strategi pencegahan primer lainnya, bisa digunakan

untuk mencegah penyakit infeksi yang meninggalkan skuele kebutaan, misalnya

campak dan rubela.

- Perawatan antenatal yang baik merupakan strategi pencegahan primer yang

berguna terhadap konjungtivitis pada bayi baru lahir, karena pada wanita hamil bisa

dilakukan pemeriksaan skrining terhadap N.gonorrhoeae. Cara ini juga berguna untuk

mengetahui adanya faktor resiko seperti pre-eklampsia dan kehamilan mutipel, yang

bisa mengarah kepada kelahiran bayi dengan berat lahir rendah, prematur dan asfiksia

perinatal. Pengawasan janin dan persalinan dengan cara dan waktu yang tepat dapat

mengurangi komplikasi yang disebutkan diatas.

- Perawatan neonatal adalah memberikan perawatan yang perlu bagi bayi yang baru

lahir, seperti mempertahankan suhu tubuh normal, pemberian vitamin K,

membersihkan jalan napas dan pemberian profilaksis Crede.

- Perbaikan gizi, merupakan strategi yang sangat baik untuk mencegah timbulnya

berbagai penyakit. Dalam hubungannya dengan penyakit yang bisa menyebabkan

kebutaan pada anak, hal ini berkaitan dengan konsumsi vitamin A secara teratur. Hal

ini bisa diperoleh dengan memanfaatkan sumber-sumber setempat dan mungkin

melalui fortifikasi makanan tertentu atau pemberian tambahan kapsul vitamin A.

- Pendidikan, merupakan strategi pencegahan yang mencangkup pendidikan

masyarakat melalui media massa, yaitu untuk meningkatkan keperdulian mengenai

penyakit yang dapat menyebabkan kebutaan dan pencegahannya pada anak-anak. Bisa

juga melalui pendidikan kesehatan yang lebih spesifik mengenai penyakit endemik

lokal atau ditujukan kepada kelompok tertentu yang mempunyai resiko. Contohnya

adalah pendidikan masyarakat mengenai campak untuk memperluas cakupan

imunisasi atau pendidikan spesifik kepada para ibu mengenai makanan yang diberikan

waktu menyapih bayi serta kemungkinan bahaya akibat pengobatan tradisional.

- Konseling genetik, adalah strategi pencegahan primer terhadap kelainan genetik. Hal

ini semakin dianggap penting di berbagai negara, tetapi sampai saat ini belum

diterapkan secara luas mengingat sumber daya yang dibutuhkan dan adanya

keterkaitan yang kompleks dari segi sosial dan budaya.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 23

Page 24: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

- Meningkatkan higiene dan perawatan, terutama selama menderita sakit, bisa

mengurangi insidens dan beratnya kelainan yang menyebabkan kebutaan. Contohnya

adalah membilas mata dengan baik dan pemberian obat-obat topikal pada infeksi mata

sekunder bagi anak-anak yang menderita campak, menjaga kebersihan selama

epidemi konjungtivitis, dan cairan rehidrasi oral pada anak-anak yang menderita

diare.7

XII. Prognosis

Konjungtivitis pada umumnya bersifat self limited disease, artinya dapat sembuh

dengan sendirinya. Tanpa pengobatan biasanya sembuh dalam kurun waktu 10- 14 hari. Bila

diobati, sembuh dalam 1-3 hari.

Kesimpulan

Konjungtivitis adalah salah satu penyakit mata yang dapat mengganggu penderita

sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si

penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivitis, bahkan bayi yang baru lahir.

Penularan terjadi ketika seseorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita

atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita

harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari

penularannya.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 24

Page 25: Konjungtivitis Vernal (Autosaved)

Daftar Pustaka

1. Ilyas, Sidartha. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;

2009. h. 121-38.

2. Diunduh dari www.wikipedia.com pada tanggal 20 Maret 2014

3. Riordan Paul, Whitcher John. Oftalmologi umum. Edisi ke 17. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h. 97-115.

4. Bates, Barbara. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC;2009.

5. N, Mitchell et al. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran.

Edisi 7. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.430-1.

6. Sudoyo, Aru. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata, Marcellus.

Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 1. Jakarta Pusat : Interna

Publishing; 2009.h. 1583-95.

7. Hartono, Andry. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC; 2006. h. 143.

Konjungtivitis Vernal pada Kedua Mata/ Monica CD/10.2011.233 Page 25