case konjungtivitis vernal

29
LAPORAN KASUS KONJUNGTIVITIS VERNAL ODS Disusun oleh : Richard Leonardo (11.2013.153) Diajukan kepada : dr.Nanda Lessi , Sp.M ILMU PENYAKIT MATA

Upload: messi-huang

Post on 14-Dec-2015

261 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

Page 1: Case Konjungtivitis Vernal

LAPORAN KASUS

KONJUNGTIVITIS VERNAL ODS

Disusun oleh :Richard Leonardo (11.2013.153)

Diajukan kepada :dr.Nanda Lessi , Sp.M

ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTARSUD CIAWI

PERIODE 10 AGUSTUS – 12 SEPTEMBER 2015

Page 2: Case Konjungtivitis Vernal

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Konjungtivitis Vernal

Diajukan untuk memenuhi syarat Ujian Kepaniteraan Klinik

di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD CIAWI

Telah disetujui dan dipresentasikan

pada tanggal: 31 Agustus 2015

Disusun oleh :

Richard Leonardo (11.2013.153)

Mengetahui

Dokter Pembimbing,

dr. Nanda Lessi , Sp.M

Page 3: Case Konjungtivitis Vernal

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

karunia-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul

“Konjungtivitis vernal ODS” dengan baik. Penulisan laporan kasus ini merupakan

salah satu syarat mengikuti ujian Program Pendidikan Profesi di bagian Ilmu Penyakit

Mata RSUD Ciawi. Penulis berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk

kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian dan dapat dipergunakan

dengan sebaik-baiknya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih

kepada:

1. Dr. Nanda Lessi, Sp.M selaku dokter pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini

2. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan

kasus ini

Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih

banyak dijumpai kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat

membangun dari para penelaah sangat diharapkan demi proses penyempurnaan

laporan kasus ini.

Jakarta, Agustus 2015

Penulis

Page 4: Case Konjungtivitis Vernal

IDENTITAS

Nama : An. A

Umur : 12 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Siswa SD

Alamat : Jl. Muara Babakan RT/RW 4/10 Sindang Rasa, Bogor

Timur

Tanggal pemeriksaan : 29 Agustus 2015

ANAMNESIS

Autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 29 Agustus 2015 di Poli Mata

RSUD.Ciawi.

• Keluhan utama : Kedua mata merah penglihatan normal sejak 1 minggu

yang lalu.

• Keluhan tambahan : Gatal, berair, perih

Riwayat Penyakit Sekarang

Satu tahun sebelum masuk rumah sakit, mata kanan dan kiri pasien terasa

gatal. Keluhan disertai mata merah dan sering berair. Pasien sering mengeluh kedua

mata gatal terutama saat bermain di luar rumah, di tempat yang berdebu.

Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, kedua mata pasien menjadi merah

dengan penglihatan normal yang tidak kunjung mereda. Keluhan disertai rasa perih

dan rasa gatal pada kedua mata juga tidak menghilang. Saat kegiatan atau saat

istirahat dan bermain di sekolah, pasien sering mengucek matanya karena gatal yang

tidak menghilang. Ibu pasien mengatakan kegiatan di sekolah menjadi terganggu

sehingga ibu pasien membawa pasien ke rumah sakit. Pasien tidak ada riwayat

memakai kacamata atau lensa kontak. Demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan,

keluar secret kental di sangkal pasien.

Page 5: Case Konjungtivitis Vernal

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat alergi terhadap debu dan makanan seafood, riwayat

asma, alergi obat disangkal pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga, ibu pasien memiliki riwayat alergi yaitu alergi makanan seafood,

riwayat asma disangkal pasien.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak Sakit Ringan

Ksadaran : Compos Mentis

STATUS OPHTALMOLOGIS

KETERANGAN OD OS

1. Visus 20/25 F1, PH : 20/20 F1 20/40 F2, PH: 20/20 F1

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

- Eksoftalmus - -

- Endoftalmus - -

- Deviasi - -

- Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

3. SUPRASILIA

- Warna Hitam Hitam

- Simetris Normal Normal

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

- Edema - -

- Nyeri tekan - -

- Ektropion - -

- Entropion - -

- Blefarospasme - -

Page 6: Case Konjungtivitis Vernal

- Trikiasis - -

- Sikatriks - -

- Punctum lacrimal Terbuka Terbuka

- Fissure palpebra Normal Normal

- Test anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

5. KONJUNGTIVA TARSAL, SUPERIOR, DAN INFERIOR

- Hiperemis + +

- Folikel - -

- Papil + Giant papil (Superior) + Giant papil (Superior)

- Sikatriks - -

- Hordeolum - -

- Kalazion - -

6. KONJUNGTIVA BULBI

- Sekret - -

- Injeksi konjungtiva + +

- Injeksi siliar - -

- Pendarahan

subkonjungtiva

- -

- Pterigium - -

- Pinguekula - -

- Nevus pigmentosus - -

- Kista Dermoid - -

7. SKLERA

- Warna Putih Putih

- Ikterik Tidak Tidak

- Nyeri tekan - -

8. KORNEA

- Kejernihan Jernih Jernih

- Permukaan Rata Rata

Page 7: Case Konjungtivitis Vernal

- Ukuran 12 mm 12 mm

- Sensibilitas Baik Baik

- Infiltrate - -

- Keratik presipitat - -

- Sikatriks - -

- Ulkus - -

- Perforasi - -

- Arcus - -

- Edema - -

- Test Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

9. BILIK MATA DEPAN

- Kedalaman Dalam Dalam

- Kejernihan Jernih Jernih

- Hifema - -

- Hipopion - -

- Efek Tyndall - -

10. IRIS

- Warna Hitam Hitam

- Kripte Jelas Jelas

- Sinekia - -

11. PUPIL

- Letak Tengah Tengah

- Bentuk Bulat Bulat

- Ukuran 3 mm 3 mm

- Refleks Cahaya

Langsung

+ +

- Refleks Cahaya Tidak

Langsung

+ +

12. LENSA

Page 8: Case Konjungtivitis Vernal

- Kejernihan Jernih Jernih

- Letak Tengah Tengah

- Test Shadow - -

13. BADAN KACA

- Kejernihan Jernih Jernih

14. FUNDUS OKULI

PAPIL N II

- Batas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Warna Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Ratio Arteri : Vena Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- C/D Ratio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

RETINA

- Eksudat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Pendarahan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Sikatriks Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Ablasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan

MAKULA LUTEA

- Refleks Tidak dilakukan Tidak dilakukan

15. PALPASI

- Nyeri tekan - -

- Massa tumor - -

- Tensi occuli N/ palpasi N/palpasi

- Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

- Test konfontasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

RESUME

Page 9: Case Konjungtivitis Vernal

Anak A, usia 12 tahun datan ke poli mata RSUD Ciawi dengan keluhan

kedua mata merah dengan penglihatan normal sejak 1 minggu yang lalu. Rasa

gatal pada kedua mata terutama ditempat yang berdebu. Mata berair, dan

perih. Pada pemerikaan oftamologi didapat : Tajam penglihatan OD: 20/25

F1, OS: 20/40 F2, CTS ODS : hiperemis, Giant papil, CTI ODS : hiperemis,

CB ODS: injeksi konjungiva

DIAGNOSIS KERJA

Konjungtivitis vernal ODS

Dasar diagnosis :

Dari anamnesa pasien suka bermain di tempat yang berdebu. Mata merah

dengan penglihatan normal, gatal dan berair. Dari pemeriksaan didapatkan

hiperemis pada konjungtiva tarsal superior dan inferior, ada injeksi

konjungtiva, terdapat giant papil di konjungtiva tarsal superior ODS.

DIAGNOSIS BANDING

Konjungtivitis atopik

Giant Papillary conjungtivitis

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah lengkap (Eusinofil)

PENATALAKSAAN

Natrium chromoglycate 20 mg/ml ED 4 gtt 1 ODS

Edukasi

Menggunakan kacamata saat pergi atau bermain di luar rumah.

Kompres dingin di daerah mata

Menghindari tindakan menggosok- gosok mata dengan tangan atau jari

tangan.

Page 10: Case Konjungtivitis Vernal

PROGNOSIS

OD OS

Ad Vitam : ad bonam ad bonam

Ad Fungsionam : ad bonam ad bonam

Ad Sanationam : Dubia ad bonam Dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

Page 11: Case Konjungtivitis Vernal

Anatomi dan Fisiologi

Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan

kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di

limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:1

1. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).

2. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).

3. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian

posterior palpebra dan bola mata)

Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan

melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke

posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera

dan menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum

orbitale di fornices dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata

bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. (Duktus-duktus

kelenjar lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior.) Kecuali di limbus (tempat

kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm), konjungtiva bulbaris melekat

longgar ke kapsul tenon dan sklera di bawahnya. Struktur epidermoid kecil semacam

daging (karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan

merupakan zona transisi yang mengandung elemen kulit dan membran mukosa.1

Konjungtiva forniks struktumya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi

hubungan dengan jaringan di bawahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-

lekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu, pembengkakan

pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat peradangan mata. Jika dilihat dari segi

histologinya, lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel

silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus,

di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata

terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel

Page 12: Case Konjungtivitis Vernal

goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke

tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di seluruh

prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superfisial dan di

dekat limbus dapat mengandung pigmen.1

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial)dan satu

lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di

beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum

germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2

atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus

bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan

fibrosa tersusun dari Jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini

menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa

tersusun longgar pada bola mata. Kelenjar airmata asesori (kelenjar Krause dan

Wolfring), yang struktur dan funginya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam

stroma. Sebagian besar kelenjar Krause berada di forniks atas, dan sedikit ada di

forniks bawah. Kelenjar Wolfring terletak di tepi atas tarsus atas. 1

Konjungtivitis Vernalis

Definisi

Merupakan suatu peradangan konjungtiva kronik, rekuren bilateral, atopi,

yang mengandung secret mucous sebagai akibat reaksi hipersensitivitas tipe I.

Penyakit ini juga dikenal sebagai “catarrh musim semi”.1-6

Klasifikasi

Ada dua tipe konjugtivitis vernalis :

Bentuk Palpebra

Pada tipe palpebral ini terutama mengenai konjungtiva tarsal superior,

terdapat pertumbuhan papil yang besar atau cobble stone yang diliputi secret yang

mukoid. Konjungtiva bawah hiperemi dan edema dengan kelainan kornea lebih berat

disbanding bentuk limbal. Secara klinik, papil besar ini tampak sebagai tonjolan

bersegi banyak dengan permukaan uang rata dan dengan kapiler di tengahnya.3,6

Page 13: Case Konjungtivitis Vernal

Gambar no 1. Giant papil atau Coble stone1

Bentuk Limbal

Hipertrofi pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik

gelatine. Dengan trantas dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil

di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya panus dengan sedikit eosinofil.3,6

Gambar no 2.

Trantas dot1

Patofisiologi

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang

interstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada

konjungtiva akan dijumpai hiperemi dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan

diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan

jaringan ikat yang tidak terkendali.1

Page 14: Case Konjungtivitis Vernal

Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada

konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang

berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva

tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal,

oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada

konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik.1

Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan

hipertofi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada

limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam

kualitas maupun kuantitas stem cells.1

Tahap awal konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam

kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang

ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara

papil serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan

infiltrasi stroma oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil dan sel mast.1

Tahap berikutnya akan dijumpai sel- sel mononuclear serta limfosit makrofag.

Sel mast dan eosinofil yang dijumpai dalam jumlah besar dan terletak superficial.

Dalam hal ini hampir 80% sel mast dalam kondisi terdegranulasi. Temuan ini sangat

bermakna dalam membuktikan peran sentral sel mast terhadap konjungtivitis vernalis.

Keberadaan eosinofil dan basofil, khususnya dalam konjungtiva sudah cukup

menandai adanya abnormalitas jaringan.1

Fase vascular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen,

hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel

radang secara keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler

mengakibatkan terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada

pemeriksaan klinis. Hiperplasi jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil

bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas. Horner- Trantas dot’s yang terdapat di

daerah ini sebagian besar terdiri dari eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi,

namun masih ada sel PMN dan limfosit.1

Diagnosis

Diagnosis konjungtivitis vernalis ditegakan berdasarkan :

Page 15: Case Konjungtivitis Vernal

Gejala klinis

Keluhan utama adalah gatal yang menetap, disertai oleh gejala fotofobia,

berair dan rasa mengganjal pada kedua mata. Adanya gambaran spesifik pada

konjungivitis ini disebabkan oleh hiperplasi jaringan konjungtiva di daerah tarsal,

daerah limbus atau keduanya. Selanjutnya gambaran yang tampak akan sesuai dengan

perkembangan penyakit yang memiliki bentuk yaitu palpebral ataupun bentuk limbal.

Bentuk palpebra hampir terbatas pada konjungtiva tarsalis superior dan

terdapat cobble stone. Ini banyak terjadi pada anak yang lebih besar. Cobble stone ini

dapat demikian berat sehingga timbul pseudoptosis.1,2,4,6

Bentuk limbal disertai hipertrofi limbus yang dapat disertai bintik- bintik yang

sedikit menonjol keputihan dikenal sebagai Horner- Trantas dot’s. Ini banyak terjadi

pada anak- anak yang lebih kecil. Penebalan konjungtiva palpebra superior akan

menghasilkan pseudomembran yang pekat dan lengket, yang mungkin bias

dilepaskan tanpa timbul perdarahan.1,2,4,6

Eksudat konjungtiva sangat spesifik, berwarna putih susu kental, lengket,

elastic dan fibrinous. Peningkatan sekresi mucus yang kental dan adanya peningkatan

jumlah asam hyaluronat, mengakibatkan eksudat menjadi lengket. Hal ini

memberikan keluhan adanya sensasi seperti ada tali atau cacing pada matanya.1,2,4,6

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untuk

mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil

dan granula- granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula

basofilik bebas.1

Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada umumnya tidak sulit, kecuali yang dihadapi penderita

dewasa muda, karena mungkin suatu konjungtivitis atopik. Kelainan mata pada

konjungtivitis atopik berupa kelopak mata yang tebal, likenisasi, konjungtiva

hiperemi dan kemosis disertai papil- papil di konjungtiva tarsalis inferior. Kadang-

kadang papil ini bias besar mirip cobble stone dan dapat dijumpai pada konjungtiva

Page 16: Case Konjungtivitis Vernal

tarsalis superior. Trantas dot’s juga bias dijumpai pada konjungtivitis atopik

meskipun tidak sesering pada konjungtivitis vernalis.1

Selain konjungtivitis atopik, perlu juga dipikirkan kemungkinan adanya Giant

Papillary conjungtivitis pada pemakaian lensa kontak, baik yang hard maupun yang

soft. Gejalanya mulai dengan gatal disertai banyak mucus serta timbulnya atau

ditemukannya papil raksasa di knjungtiva tarsalis superior. Kelainan ini dapat timbul

baik satu minggu sesudah pemakaian lensa kontak maupun setelah lama pemakaian.

Pada kelainan ini tidak ada pengaruh musim. Pemeriksaan sitologi hanya

menunjukkan sedikit eosinofil. Dengan dilepasnya kontak lens, gejala- gejalanya

akan berkurang.1

Konjungtivitis vernalis kadang- kadang perlu di diagnosis banding dengan

trachoma stadium II yang disertai folikel- folikel yang besar mirip cobble stone.1

Penatalaksanaan

Seperti halnya semua penyakit alergi lainnya, terapi konjungtivitis vernalis

bertujuan untuk mengidentifikasi allergen dan bahkan mungkin mengeliminasi atau

menghindarinya. Untuk itu, anamnesis yang teliti baik pada pasien maupun orang tua

akan dapat membantu menggambarkan aktivitas dan lingkungan mana yang harus

dihindari. Dengan demikian, penatalaksanaan pada pasien ini akan terbagi dalam tiga

bentuk yang saling menunjang untuk dapat memberikan hasil yang optimal. Ketiga

bentuk pelaksanaan tersebut meliputi : Tindakan umum, Terapi medikasi,

Pembedahan. 1,3,5,6

Tindakan Umum

Dalam hal ini mencakup tindakan- tindakan konsultatif yang membantu

mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis tersebut diatas.

Beberapa tindakan tersebut antara lain :

1. Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter

2. Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari

Page 17: Case Konjungtivitis Vernal

3. Menggunakan kacamata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan

allergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak dihindari karena dapat

membantu resistensi allergen.

4. Kompres dingin di daerah mata

5. Pengganti air mata (artificial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi

protektif karena membantu menghalau allergen.

6. Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut climato-

therapy. Cara ini memang kurang praktis, mengingat tingginya biaya yang

dibtuhkan. Namun, efektivitasnya yang cukup dramatis patut diperhitungkan

sebagai alternative bila keadaan memungkinkan

7. Menghindari tindakan menggosok- gosok mata dengan tangan atau jari tangan,

karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-

mediator sel mast.1

Terapi Medik

Dalam hal ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan kepada pasien dan orang tua

pasien tentang sifat kronis serta self limiting dari penyakit ini. Selain itu perlu juga

dijelaskan mengenai keuntungan dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul dari

pengobatan yang ada, terutama dalam pemakaian steroid. Salah satu factor

pertimbangan yang penting dalam mengambil langkah untuk memberikan obat-

obatan adalah eksudat yang kental dan lengket pada konjungtivitis vernalis ini, karena

merupakan indicator yang sensitive dari aktivitas penyakit, yang pada gilirannya akan

memainkan peran penting dalam timbulnya gejala.1,2

Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan

mukolitik seperti asetil sistein 10% - 20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada

kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat

ditoleransi daripada larutan 10%. Larutan alkaline seperti sodium karbonat

monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin, sekalipun tidak

efektif sepenuhnya.1,2

Page 18: Case Konjungtivitis Vernal

Satu- satunya terapi yang dipandang paling efektif untuk pengobatan

konjungtivitis vernalis ini adalah kortikosteroid, baik topical maupun sistemik.

Namun untuk pemakaian dalam dosis besar harus diperhitungkan kemungkinan

timbulnya resiko yang tidak diharapkan. Untuk Konjungtivitis vernal yang berat, bias

diberikan steroid topical prednisolone fosfat 1%, 6- 8 kali sehari selama satu minggu.

Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai dosis terendah yang dibutuhkan

oleh pasien tersebut. Pada kasus yang lebih parah, bias juga digunakan steroid

sistemik seperti prednisolon asetet, prednisolone fosfat atau deksametason fosfat 2- 3

tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan

dengan pemakaian preparat steroid adalah gnakan dosis serendah mungkin dan

sesingkat mungkin. Antihistamin, baik local maupun sistemik dapat dipertimbangkan

sebagai pilihan lain karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami

pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan control yang

memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis. Bahkan

menangguhkan pemberian kortikosteroid topical. Satu hal yang tidak disukai dari

pemakaian antihistamin adalah efek samping yang menimbulkan kantuk. Pada anak-

anak, hal ini dapat juga mengganggu aktivitas sehari- hari.1,2

Emedastine adalah antihistamin paling poten yang tersedia di pasaran dengan

kemampuan mencegah sekresi sitokin. Sementara olopatadine merupakan

antihistamin yang berfungsi sebagai inhibitor degranulasi sel mast konjungtiva.1,2

Sodium kromolin 4% terbukti bermanfaat karena kemampuannya sebaga

pengganti steroid bila pasien sudah dapat dikontrol. Ini juga berarti dapat membantu

mengurangi kebutuhan akan pemakaian steroid. Sodium kromolin berperan sebagai

stabilisator sel masi, mencegah terlepasnya beberapa mediator yang dihasilkan pada

reaksi alergi tipe I, namun tidak mampu menghambat pengikatan IgE terhadap sel

maupun interaksi sel IgE dengan antigen spesifik. Titik tangkapnya, diduga sodium

kromolin memblok kanal kalsium pada membrane sel serta menghambat pelepasan

histamine dari sel mast dengan cara mengatur fosforilasi.1

Lodoksamid 0,1% bermanfaat mengurangi infiltrate radang terutama eosinofil

dalam konjungtiva. Levokabastin tetes mata merupakan suatu antihistamin yang

Page 19: Case Konjungtivitis Vernal

spesifik terhadap konjungtivitis vernalis, dimana symptom konjungtivitis vernalis

hilang dalam 14 hari.1

Terapi pembedahan

Berbagai terapi pembedahan, krioterapi dan diatermi pada papil raksasa

konjungtiva tarsal kini sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek samping dan

terbukti tidak efektif, karena dalam waktu dekat akan tumbuh lagi. Apabila segala

bentuk pengobatan telah dicoba dan tidak memuaskan, maka metode dengan tandur

alih membrane mukosa pada kasus konjungtivitis vernalis tipe palpebra yang parah

perlu dipertimbangkan. Akhirnya perlu dipetekankan bahwa konjungtivitis vernalis

biasanya berlangsung selama 4- 6 tahun dan bisa sembuh sendiri apabila anak sudah

dewasa.1,2

Komplikasi

Kebanyakan konjungtivitis vernal dapat sembuh sendiri, namun apabila

konjungtivitis vernal tidak memperoleh penanganan yang adekuat maka dapat

menyebabkan komplikasi:

1. Keratokonjungtivitis vernalis

2. Ulkus kornea

3. Sikatrik.7

Prognosis

Prognosis pada kasus konjungtivitis vernal tergantung pada berat ringannya

gejala klinis yang dirasakan pasien, namun umumnya baik dan akan lebih baik

dengan pertambahan usia pasien.1

Page 20: Case Konjungtivitis Vernal

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata Edisi ke-3. Jakarta: FKUI;2009.h.133-6.

2. Staff Ilmu Penyakit Mata FK UGM, Keratokonjungtivitis Vernalis dalam

http://www.tempo.com.id/medika/042002.htm l

3. Al-Ghozie, M., Handbook of Ophthalmology : A Guide to Medical Examination,

FK UMY, Yogyakarta, 2002

4. Wijana, N. Konjungtiva dalam ilmu penyakit mata. Jakarta: EGC;1993.h.41-69.

5. James B, Chew C, Bron A. Lecture notes oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta:

Erlangga;2005.h.65-6.

6. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya

Medika;2000.h.110-4.

7. Ilyas HS, dkk. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa

kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto;2002.h.108.