lapsus fora fistel retroaurikula

18
LAPORAN KASUS Fistel Retroaurikular DOKTER PEMBIMBING dr. Edi Riyanto, Sp. THT DISUSUN OLEH: SHAFFURA SMF THT RSUD WALED FK UNSWAGATI 2013 1

Upload: iyankrian

Post on 10-Aug-2015

75 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

fistel retroaurikular

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

LAPORAN KASUS

Fistel Retroaurikular

DOKTER PEMBIMBING

dr. Edi Riyanto, Sp. THT

DISUSUN OLEH:

SHAFFURA

SMF THT

RSUD WALED

FK UNSWAGATI

2013

1

Page 2: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Iin Astina

Umur : 42 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat :prapang Lor-Losari Brebes

Pekerjaan :buruh

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan: 14 Februari 2013

2

Page 3: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

B. ANAMNESIS

1. KELUHAN UTAMA: benjolan dibelakang telinga kiri

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD dengan keluhan benjolan dibelakang

telinga kiri. Keluhan ini sebenarnya sudah dirasakan sejak 30 tahun yang lalu dan

Semakin berat sejak 2 bulan terakhir ini. Benjolan tersebut terasa sakit, keluar cairan

putih agak kekuningan disertai nanah, namun sekarang sudah mengering. Awalnya

keluar benjolan di belakang telinga sejak umur 10 tahun, sebelumnya pasien sering

keluar cairan berwarna kuning dari telinga, berdarah dan berbau, dan lama-kelaman

pasien mengeluh sakit benjolan dibelakang telinga.

Pasien juga mengeluh telinga terasa sakit dan Cairan telinga yang keluar

berwarna putih kekuningan dan berbau. Setiap keluar cairan, pasien selalu

membersihkan telinganya dengan “cotton bad”. pasien juga merasa pendengaran di

telinga kirinya sangat menurun, sering sakit kepala bagian sebelah kiri, dan adanya

rasa berdenging disebelah kiri.

Pasien juga menyangkal adanya pusing berputar(-),mual(-), muntah(-),

wajah mencong, penglihatan ganda, ada demam 2 hari ini, tidak ada batuk dan pilek.

Sebelumnya pasien sudah berobat ke puskesmas 1 bulan yang lalu, diberi obat minum

tablet warna putih, namun belum ada perbaikan.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

- Riwayat keluhan serupa sejak umur 4 tahun, awalnya sering keluar cairan dari

telinga kiri, dan sering mengorek-ngorek telinga dan sering sakit batuk-pilek.

- Riwayat minum obat-obatan (-)

- Riwayat alergi obat, makanan, debu/ udara dingin (-)

- Riwayat Trauma disangkal

4. Riwayat penyakit keluarga:

- Riwayat alergi di keluarga (-)

5. Riwayat Pribadi :

- Riwayat kebiasaan, Menurut pengakuan pasien telinganya sering dibersihkan

dan dikorek – korek.

3

Page 4: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

-Pasien menyangkal menyukai aktifitas olah raga air

C. PEMERIKSAAN FISIK

I. KEADAAN UMUM

Kesadaran : Compos mentis

Tensi : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 37,8 ˚C

Pernapasan : 20x/menit

Berat badan : 60 kg

II. TELINGA

Telinga

Inspeksi, Palpasi :

Telinga kanan Telinga kiri

Aurikula Edema (-), hiperemis (-), massa

(-).

Edema (-), hiperemis (-), massa

(-).

Preaurikula Edema (-), hiperemis (-), fistula

(-), abses (-).

Edema (-), hiperemis (-),

fistula/abses (-).

Retroaurikula Edema (-), hiperemis (-),

fistula/abses (-).

Edema (-), hiperemis (+),

fistula/abses (+)

Palpasi Nyeri pergerakan aurikula (-),

nyeri tekan tragus (-).

Nyeri pergerakan aurikula (+),

nyeri tekan tragus (+).

Otoskopi :

4

Page 5: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

1. Liang telinga Serumen (+), hiperemis (-),

furunkel (-), edema (-)

serumen

Serumen ( + ), hiperemis (+),

furunkel (-), edema (-),

serumen

2. Membran timpani Retraksi (-), bulging (-),

hiperemi (-), edema (-),

perforasi (-), kolesteatom (-),

cone of light (+)

MT intak

Cone of light

hiperemi (+), edema (+),

perforasi MT total (+),

kolesteatom/granuloma(+),

cone of light (-)

perforasi total

Fungsional (Tes Pendengaran / Garpu Tala) :

Tes Telinga kanan Telinga kiri

Rinne Positif Negatif

Weber Lateralisasi ke kiri (ke yang sakit)

Schwabach Sama dengan pemeriksa Memanjang

Interpretasi : Tuli Konduktif Sinistra

III. HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

Pemeriksaan Hidung Nasal Dextra Nasal Sinistra

Hidung luar Bentuk (normal), hiperemi Bentuk (normal), hiperemi

5

Page 6: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

(-), nyeri tekan (-),

deformitas (-)

(-), nyeri tekan (-),

deformitas (-)

Rinoskopi anterior

Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)

Cavum nasi Bentuk (normal), mukosa

kemerahan

Bentuk (normal), mukosa

kemerahan

Konka nasi media Mukosa normal, sekret (-),

sekret pada meatus nasi

media (-)

Mukosa normal, sekret (-),

sekret pada meatus nasi

media (-)

Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi

(-)

Edema (-), mukosa

hiperemi (-)

Septum nasi Deviasi (-), benda asing(-),

perdarahan (-), ulkus (-)

Deviasi (-), benda asing(-),

perdarahan (-), ulkus (-)

IV. TENGGOROK

PHARYNX

T1 T1

Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)

Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda

Geligi Normal

Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-)

Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)

Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)

Faring Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membrane (-),

6

Page 7: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

lender (-)

Tonsila palatine Kanan Kiri

T1 T1

V. MAKSILO-FASIAL

Parese nervus cranial : tidak ada

Bentuk : Deformitas (-); Hematom (-)

VI. LEHER

Kelenjar limfe submandibula : tidak teraba membesar

Kelenjar limfe servikal : tidak teraba membesar

D. RESUME

Dari anamnesis didapatkan :

Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD dengan keluhan benjolan dibelakang

telinga kiri. Keluhan ini sebenarnya sudah dirasakan sejak 30 tahun yang lalu dan

Semakin berat sejak 1 bulan terakhir ini. Benjolan tersebut terasa sakit, keluar cairan

putih agak kekuningan disertai nanah, namun sekarang sudah mengering. Awalnya

keluar benjolan di belakang telinga sejak umur 10 tahun, sebelumnya pasien sering

keluar cairan berwarna kuning dari telinga, berdarah dan berbau, dan lama-kelaman

pasien mengeluh sakit benjolan dibelakang telinga.

Pasien juga mengeluh telinga terasa sakit dan Cairan telinga yang keluar

berwarna putih kekuningan dan berbau. Setiap keluar cairan, pasien selalu

membersihkan telinganya dengan “cotton bad”. pasien juga merasa pendengaran di

telinga kirinya sangat menurun, sering sakit kepala bagian sebelah kiri, dan adanya

rasa berdenging disebelah kiri.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan :

Inspeksi, Palpasi :

7

Page 8: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

Telinga kanan Telinga kiri

Aurikula Edema (-), hiperemis (-), massa

(-).

Edema (-), hiperemis (-), massa

(-).

Preaurikula Edema (-), hiperemis (-), massa

(-), fistula (-), abses (-).

Edema (-), hiperemis (-), massa

(-), fistula (-), abses (-).

Retroaurikula Edema (-), hiperemis (-), massa

(-), fistula (-), abses (-).

Edema (-), hiperemis (+), massa

(+), fistula/abses (+)

Palpasi Nyeri pergerakan aurikula (-),

nyeri tekan tragus (-).

Nyeri pergerakan aurikula (+),

nyeri tekan tragus (+).

Otoskopi :

1. Liang telinga Serumen (+), hiperemis (-),

furunkel (-), edema (-)

serumen

Serumen ( + ), hiperemis (+),

furunkel (-), edema (-),

serumen

2. Membran timpani Retraksi (-), bulging (-),

hiperemi (-), edema (-),

perforasi (-), kolesteatom (-),

cone of light (+)

MT intak

Cone of light

hiperemi (+), edema (+),

perforasi MT total (+),

kolesteatom/granuloma(+),

cone of light (-)

perforasi central

Fungsional (Tes Pendengaran / Garpu Tala) :

8

Page 9: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

Tes Telinga kanan Telinga kiri

Rinne Positif Negatif

Weber Lateralisasi ke kiri

Schwabach Sama dengan pemeriksa Memanjang

Interpretasi: Tuli Konduktif

E. DIAGNOSIS BANDING

-Fistula retroaurikular e.c OMSK tipe maligna

-Fistula Labirin e.c OMSK tipe maligna

F. DIAGNOSIS KERJA

Fistula retroaurikular e.c OMSK tipe maligna dan tuli konduktif sinistra

G. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah rutin, Audiometri, kultur dan uji

resistensi kuman dari secret telinga, dan foto rontgen mastoid

H. PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan: 1. Konservatif

2. Operasi

Medikamentosa

1. Amoxicilin 500 mg 3x1

2. As.mefenamat 500 mg 3x1

3. Cetirizine 10 mg 2x1

Operatif: Mastoidektomi radikal

I. ANJURAN

Setelah dilakukan operasi, pasien disarankan untuk:

1. Menjaga higienitas daerah telinga.

2. Tidak mengorek telinga.

9

Page 10: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

3. Menjaga agar air tidak masuk ke telinga sewaktu mandi dan dilarang berenang/

menggunakan penutup telinga saat mandi.

4. Segera berobat bila menderita ISPA.

5. Kontrol 3 hari sekali,bila obat habis

J. PROGNOSIS

Ad Vitam : ad malam

Ad Fungsionam : dubia ad bonam

10

Page 11: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

PEMBAHASAN

Diagnosis pasien dengan OMSK harus dibangun melalui proses anamnesis

dan pemeriksaan fisik yang baik. Walaupun sebagian besar pasien OMSK datang dengan

keluhan sakit benjolan di belakang telinga kiri, Pasien datang ke Poliklinik THT RSUD

dengan keluhan sakit benjolan dibelakang telinga kiri. Keluhan ini sebenarnya sudah

dirasakan sejak 30 tahun yang lalu dan Semakin berat sejak 2 bulan terakhir ini. Benjolan

tersebut terasa sakit, keluar cairan putih agak kekuningan disertai nanah, namun sekarang

sudah mengering. Awalnya keluar benjolan di belakang telinga sejak umur 10 tahun,

sebelumnya pasien sering keluar cairan berwarna kuning dari telinga, berdarah dan berbau,

dan lama-kelaman pasien mengeluh sakit benjolan dibelakang telinga. disertai tersebut terkait

dengan jenis OMSK tipe maligna..

Definisi otitis media supuratif kronik (OMSK) menurut WHO adalah adanya otorea

yang menetap atau rekuren selama lebih dari 2 minggu dengan perforasi membran timpani.

Menurut Buku THT FKUI edisi keenam, Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah

infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar

dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul yang berlangsung lebih dari 2 bulan.

Yang dimaksud dengan OMSK tipe bahaya ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.

Perforasi biasanya letaknya marginal atau di atik. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya

atau fatal bisa timbul

Perforasi membran timpani paling sering disebabkan oleh infeksi. Infeksi akut pada

telinga tengah dapat menyababkan iskemia relatif sehingga meningkatkan tekanan pada

kavum timpani. Tekanan tersebut membuat membran timpani teregang sampai pada satu titik

regangan maksimal dan membran timpani pun ruptur..

Terdapat beberapa faktor pada pasien yang dapat menyebabkan OMSK yaitu terapi

yang terlambat diberikan virulensi kuman tinggi, infeksi saluran nafas atas, daya tahan tubuh

pasien rendah atau hygiene buruk. Sedangkan pemeriksaan pada telinga kiri didapatkan

serumen cair,berwarna mukopurulent, berbau

Dalam otitis media pendengaran biasanya berkurang akibat tuli konduktif yang

berkisar antara 20-50 decibel. Pemeriksaan fungsi pendengaran biasanya dilakukan untuk

mengetahui jenis ketulian dan derajat ketulian pasien serta untuk mengevaluasi kondisi

pasien apakah sudah mengalami perbaikan atau belum. Timpanometri biasanya dilakukan

bersama dengan audiometri. Dalam otitis media juga dapat dilakukan pneumotoskopi untuk

mengetahui pergerakan membran timpani, apakah ada kekakuan atau tidak. Jika membran

11

Page 12: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

timpani sudah mengalami perforasi sekecil apapun, pemberian angin terhadap membran

timpani tidak akan membuatnya bergerak.

Anjuran pemeriksaan fungsi pendengaran dalam kasus ini adalah pemeriksaan Rinne,

Weber, dan Swabach, audiometri, Pada pemeriksaan Rinne diharapkan negatif agar sesuai

dengan keadaan tuli konduktif. Pada pemeriksaan Weber jika terdapat lateralisasi ke satu

telinga berarti ada perbedaan derajat ketulian antara telinga kanan dan kiri. Pada pemeriksaan

Swabach diharapkan hasilnya memanjang untuk menunjang adanya tuli konduktif. Tuli

konduktif pada pasien diakibatkan oleh adanya cairan atau pus dalam telinga tengah yang

menyebabkan gangguan pergerakan tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)

sehingga konduksi suara menjadi terhambat. Selain itu, sekret nasofaringeal dapat refluks ke

telinga tengah sehingga clearance cavum timpani menurun. Namun pada beberapa kasus

OMSK dapat menimbulkan tuli sensorineural dan tuli campur.

Anjuran pemeriksaan penunjang bagi pasien adalah X-Ray atau CT-scan untuk

melihat mastoid dan tulang temporal untuk menyingkirkan adanya kolesteatoma, dan kultur

spesimen berupa sekret telinga.

Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah Prinsip pengobatan tergantung dari jenis

penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas :

1. Konservatif

2. Operasi

Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan

medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan,

biasanya diberikan antibiotik sistemik Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses

sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.[3]

Ada beberapa jenis pembedahan pada OMSK TYPE MALIGNA:

1. Mastoidektomi Radikal

Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang

sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua

jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga

mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan

operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke

12

Page 13: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

intra kranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini ialah pasien tidak

diperbolehkan renang seumur hidup, pasien harus kontrol teratur, pendengaran berkurang

sekali. Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta

membuat meatal / plasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat

cacat anatomi yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar

Umumnya pada pasien dengan OMSK perlu di berikan Edukasi agar proses

penyakitnya tidak terus berlangsung, dapat berupa; pasien dianjurkan untuk tetap menjaga

kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek liang telinga. Antibiotik harus diminum

sampai habis walaupun gejala sudah hilang, agar penyembuhan berlangsung baik dan tidak

terjadi komplikasi. Untuk sementara, telinga kiri jangan dulu terkena air, jangan berenang.

Datang kembali untuk kontrol 3 hari sekali untuk ganti balut perbannya. Apabila pasien dapat

menjalankan hal tersebut tentu saja akan meningkatkan prognosisnya. Yang terpenting dalam

penanganan kasus ini adalah pemberian terapi yang cepat dan tepat serta adekuat ditunjang

dengan kepatuhan pasien selama pengobatan.

13

Page 14: Lapsus Fora Fistel Retroaurikula

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. pg:212-25.

2. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A.  Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed.

Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC. 1997. pg: 330-44.

3. Caparas.M.B, Lim.M.G. Basic Otolaryngology. Publication of comittee of the college

of Medicine: University of the Philippines. 1998. pg: 149-59.

14