laporan tugas akhir efektifitas waktu pengeringan dan …repository.unugha.ac.id/150/1/7.pdf ·...

37
LAPORAN TUGAS AKHIR Efektifitas Waktu Pengeringan Dan Pelayuan pada Pembuatan Jahe Celup dengan menggunakan Variabel Acak (Effectiveness Drying Time And Withering on Making Ginger Dipping using Variables) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik Kimia Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro Semarang Disusun Oleh : Lia Amalia NIM. 21030114060070 Program Studi Teknik Kimia Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro Semarang 2017

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN TUGAS AKHIR

    Efektifitas Waktu Pengeringan Dan Pelayuan pada

    Pembuatan Jahe Celup dengan menggunakan Variabel

    Acak

    (Effectiveness Drying Time And Withering on Making Ginger Dipping using

    Variables)

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik Kimia

    Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro

    Semarang

    Disusun Oleh :

    Lia Amalia NIM. 21030114060070

    Program Studi Teknik Kimia Departemen Teknologi Industri

    Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro Semarang

    2017

  • ABSTRAK

    Alternatif lain mengoptimalkan pemanfaatan jahe adalah diolah menjadi jahe celup. Tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomi jahe adalah mengolah jahe agar menjadi berbagai macam produk olahan. Jahe dapat diolah menjadi jahe celup menggunakan metode pengeringan dan pelayuan. Metode pengeringan dan pelayuan menghasilkan jahe celup yang tahan lama, kering, mengandung aroma dan rasa jahe yang khas. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh lama waktu pengeringan dan lama pelayuan terhadap kualitas jahe celup. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok. Faktor pertama adalah lama pengeringan ( 120 ,150 , dan 180 ) menit, faktor kedua adalah lama pelayuan (45 , 60, dan 75 ) menit. Dengan massa jahe segar yang digunakan adalah 30 gr dan variabel suhu 70 0C. Hasil analisa menunjukan bahwa perlakuan terbaik adalah jahe celup dengan lama pengeringan 150 menit dan lama pelayuan adalah 60 menit.

    Kata kunci: Jahe, Lama Pengeringan, Lama Pelayuan, Jahe Celup.

    Another alternative is to optimize the use of ginger ginger processed into bags. Actions that can be done to improve the economic value that ginger is ginger processing into various refined products. Ginger ginger can be processed into dye using drying and wilting. Methods of drying and wilting produce a durable dyed ginger, dried, contain ginger aroma and flavor characteristics. The research objective was to determine the effect of drying and long duration of withering on the quality ginger dip. The study used a randomized block design. The first factor is the drying time (120, 150, and 180) minutes, the second factor is the length of withering (45, 60, and 75) minutes. With a mass of fresh ginger that is used is 30 g and variable temperature of 70 0C. The analysis shows that the best treatment is ginger dip with 150 minutes and a drying time is 60 minutes long withering. Keywords: Ginger, Drying Lama, Lama Withering, Ginger Dipping.

    Email : [email protected]

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

    rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Tugas

    Akhir yang berjudul “Efektifitas Pengeringan Dan Pelayuan pada Pembuatan

    Jahe Celup dengan menggunakan variabel Acak” yang terselesaikan tepat

    pada waktunya.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini tidak

    terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dengan hati yang tulus ikhlas penulis

    mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Ir. Hj. Wahyuningsih, M.Si. Ketua Program Studi Teknik Kimia

    Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.

    2. Dr. Vita Paramitha, ST, MM, M.Eng, selaku Sekretaris Program Studi

    Teknik Kimia Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas

    Diponegoro.

    3. Fahmi Arifan, ST, M.Eng selaku dosen pembimbing Kerja Praktek dan

    Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dengan baik.

    4. Ir. R. TD. Wisnu Broto, MT dan Dra. FS. Nugraheni S, M.Kes selaku

    dosen wali kelas B angkatan 2014, yang telah memberikan semangat

    dan doa kepada penyusun.

    5. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Kimia Departemen Teknologi

    Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.

    i

    ii

  • iv

    i

    v

    6. Kedua orang tua yang tak henti-hentinya selalu mendoakan dan

    memotivasi untuk senantiasa bersemangat dan tak mengenal kata putus

    asa. Terima kasih atas segala dukungannya, baik secara material

    maupun spiritual hingga terselesaikannya laporan ini.

    7. Keluarga besar Valerat angkatan 2014 yang telah memberikan informasi,

    semangat, dan dukungan dalam menyelesaikan laporan ini.

    8. Keluarga Kost Warsito yang telah memberikan dukungan serta semangat

    dalam menyelesaikan laporan ini.

    9. Sahabat – sahabatku yang selalu mendoakan disetiap sujudnya dan

    selalu memberikan motivasi serta dukungan dalam menyelesaikan

    laporan ini.

    10. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini.

    Semoga segala bantuan yang telah diberikan, diberi balasan yang

    setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal praktikum ini masih

    jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun bagi kita

    semua sangatlah diperlukan.

    Semarang, 20 Maret 2017

    Penyusun

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Sektor pertanian di Indonesia menempati posisi yang strategis karena

    sebagian tanah di Indonesia dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Hal ini

    disebabkan karena hasil produk dari sektor pertanian mampu meningkatkan

    devisa Negara, menciptakan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan

    pendapatan masyarakat. Salah satu tanaman yang mampu meningkatkan

    devisa Negara adalah Jahe yang merupakan tanaman rempah khas

    Indonesia yang sudah dimanfaatkan sebagai tanaman obat sejak dahulu dan

    di luar negeri dimanfaatkan sebagai rempah penghangat tubuh dengan

    berbagai macam olahan. (Langi,2015 )

    Di Indonesia pengobatan tradisional sudah berlangsung sejak dahulu dan

    obat tradisional telah digunakan meluas secara turun temurun. Umumnya

    obat tradisional digunakan untuk pencegahan, pengobatan, dan menambah

    daya tahan tubuh (Ma’arifin, 1981). Pemakaian dan pemanfaatan tanaman

    obat sebagai bahan baku jamu/obat herbal dewasa ini cenderung semakin

    meningkat, hal tersebut sejalan dengan salah satu program pemerintah

    didalam usaha pemerataan, pelayanan dan peningkatan kesehatan

    masyarakat.

    Jahe (Zingiber officinale) adalah tanaman rimpang yang sangat popular

    sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari

    yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan

    senyawa keton bernama zingeron. Kandungan minyak atsiri jahe merah

  • 2

    sekitar 2,58 – 2,72% dihitung berdasarkan berat kering. Kandungan minyak

    atsiri jenis jahe yang lain jauh berada dibawahnya. Minyak atsiri umumnya

    berwarna kuning sedikit kental dan merupakan senyawa yang memberikan

    aroma yang khas pada jahe. Hasil penelitian farmokologi dalam jahe terdapat

    senyawa antioksidan alami yang cukup tinggi dan sangat efisien dalam

    menghambat radikal bebas penyebab kanker, non-toksik, non-mutagenik,

    anti inflamasi, dan analgesic. Produk olahan jahe sudah banyak jenisnya

    diantaranya permen jahe, teh jahe, wedang uwuh, jus jahe, anggur jahe

    dimana masyarakat sudah bisa membeli dengan mudah.

    Jahe celup merupakan produk diverifikasi jahe berupa jahe kering yang

    dapat diseduh menghasilkan sari jahe instan. Pengolahan jahe celup

    terinspirasi dari pengolahan teh celup. Pada proses pengolahan teh terdapat

    dua proses penting dalam membentuk karakteristik sifat fisik dan kimia teh.

    Proses tersebut yaitu proses pelayuan dan proses pengeringan,selama

    proses pelayuan akan terbentuk akan terbentuk senyawa flavor,warna dan

    senyawa pembentuk rasa akibat oksidasi. Sedangakan pada proses

    pengeringan, suhu pengeringan harus diperhatikan. Suhu pengeringan teh

    tidak boleh kurang dari 60 0 C dan tidak boleh melebihi 95 0 C. Hal ini

    dikarenakan perlakuan suhu berpengaruh pada tekstur, kadar air dan

    senyawa kimia aktif pada produk.( Zakaria,2000).

  • 3

    1.2 Perumusan Masalah

    Teh celup biasanya diproduksi dengan metode pelayuan dan

    pengeringan dengan menggunakan drum yang diekspos dengan udara

    panas. Sehingga tingkat kelayuan pada bahan menjadi cepat. Pada

    penelitian ini menggunakan pelayuan dan pengeringan jahe dengan

    menggunakan beberapa variabel suhu, sehingga jahe celup yang dihasilkan

    menjasi lebih berkualitas dan mengetahui pengaruh pelayuan dan

    pengeringan pada proses pembuatan jahe celup.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Teh Celup

    Teh adalah minuman yang mengandung kafein, sebuah minuman yang

    dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang di

    keringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh merupakan

    minuman yang sudah dikenal dengan luas di Indonesia maupun di dunia.

    Minuman teh ini umum menjadi minuman sehari-hari. Karena aromanya yang

    harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini banyak

    dikonsumsi.Namun banyak masyarakat yang kurang mengetahui tentang

    kelebihan dari minuman tersebut. Manfaat teh antara lain adalah sebagai

    antioksidan bagi tubuh manusia, dapat memperbaiki sel-sel yang rusak,

    menghaluskan kulit, melarutkan lemak, mencegah kanker, mencegah penyakit

    jantung, mengurangi kolesterol dalam darah, dan menghilangkan kantuk. Teh

    melati merupakan jenis teh yang paling populer di Indonesia. Konsumsi teh di

    Indonesia sebesar 0,8 kilogram per kapita per tahun masih jauh di bawah

    negara-negara lain di dunia, walaupun Indonesia merupakan negara penghasil

    teh terbesar nomor lima di dunia. (sumber : Martono,2012 )

    2.2 Tanaman Jahe

    Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan rempah-rempah Indonesia

    yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang

    kesehatan. Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang

    semu dan termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Jahe berasal dari

    Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. ( Christiani et al., 2014).

  • 5

    2.2.1 Deskripsi Jahe.

    Tanaman jahe termasuk keluarga Zingiberaceae yaitu suatu tanaman rumput -

    rumputan tegak dengan ketinggian 30-75 cm, berdaun sempit memanjang

    menyerupai pita, dengan panjang 15–23 cm, lebar lebih kurang dua koma lima

    senti meter, tersusun teratur dua baris berseling, berwarna hijau bunganya

    kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu gelap berbintik-bintik putih

    kekuningan dan kepala sarinya berwarna ungu. Akarnya yang bercabang-cabang

    dan berbau harum, berwarna kuning atau jingga dan berserat . ( Zainal,2015 )

    2.2.2 KlasifikasiTanaman Rimpang Jahe:

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Monocotyledonae

    Ordo : Musales

    Family : Zingiberaceae

    Genus : Zingiber

    Spesies : officinale ( Mayun Gede,2012)

    Berdasarkan ukuran,bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakanmenjadi tiga

    jenis yaitu :

    1.Jahe putih/kuning besar disebut juga jahe gajah atau jahe badak. Ditandai

    ukuran rimpangnya besar dan gemuk, warna kuning muda atau kuning, berserat

    halus dan sedikit. Beraroma tapi berasa kurang tajam. Dikonsumsi baik saat

    berumur muda maupun tua, baik sebagai jahe segar maupun olahan. Pada

    umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan dan minuman.

  • 6

    2.Jahe kuning kecil disebut juga jahe sunti atau jahe emprit. Jahe ini ditandai

    ukuran rimpangnya termasuk katagori sedang, dengan bentuk agak pipih,

    berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam. Jahe ini

    selalu dipanen setelah umur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari

    jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-

    obatan, atau diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

    3.Jahe merah ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah

    jingga,berserat kasar,beraroma serta berasa tajam (pedas). Dipanen setelah tua

    dan memiliki minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil sehingga jahe merah

    pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan.

    (Fajriati Nur.,2012)

    (Gambar 3. Jenis-jenis jahe badak, jahe emprit dan jahe merah, Sumber :

    Anonim12017 )

  • 7

    2.2.3 Kandungan Kimia.

    Rimpang jahe mengandung 2 komponen, yaitu:

    1.Volatile oil (minyak menguap)

    Biasa disebut minyak atsiri merupakan komponen pemberi aroma yang

    khas pada jahe, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.

    Minyak atsiri merupakan salah satu dari dua komponen utama minyak jahe.

    Jahe kering mengandung minyak atsiri 1-3%, sedangkan jahe segar yang tidak

    dikuliti kandungan minyak atsiri lebih banyak dari jahe kering. Bagian tepi dari

    umbi atau di bawah kulit pada jaringan epidermis jahe mengandung lebih banyak

    minyak atsiri dari bagian tengah demikian pula dengan baunya. Kandungan

    minyak atsiri juga ditentukan umur panen dan jenis jahe. Pada umur panen

    muda, kandungan minyak atsirinya tinggi. Sedangkan pada umur tua,

    kandungannyapun makin menyusut walau baunya semakin menyengat.

    2. Non-volatile oil (minyak tidak menguap)

    Biasa disebut oleoresin salah satu senyawa kandungan jahe yang sering

    diambil,dan komponen pemberi rasa pedas dan pahit. Sifat pedas tergantung

    dari umur panen, semakin tua umurnya semakin terasa pedas dan pahit.

    Oleoresin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung minyak atsiri

    15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Kandungan oleoresin dapat

    menentukan jenis jahe. Jahe rasa pedasnya tinggi, seperti jahe emprit,

    mengandung oleoresin yang tinggi dan jenis jahe badak rasa pedas kurang

    karena kandungan oleoresin sedikit. Jenis pelarut yang digunakan, pengulitan

    serta proses pengeringan dengan sinar matahari atau dengan mesin

    mempengaruhi terhadap banyaknya oleoresin yang dihasilkan. (Rani Mariana,

    2006 )

  • 8

    2.2.4 Antioksidan Pada Jahe.

    Menurut Kusumaningati RW (2009) kemampuan jahe sebagai antioksidan

    alami tidak terlepas dari kadar komponen fenolik total yang terkandung

    didalamnya, dimana jahe memiliki kadar fenol total yang tinggi dibandingkan

    kadar fenol yang terdapat dalam tomat dan mengkudu. Gingerol dan shogaol

    telah diidentifikasi sebagai komponen antioksidan fenolik jahe. Rimpang jahe

    juga bersifat nefroprotektif terhadap mencit yang diinduksi oleh gentamisin,

    dimana gentamisin meningkatkan ReactiveOxygen Species (ROS) dan jahe yang

    mengandung flavanoida dapat menormalkan kadar serum kreatinin,urea dan

    asam urat. (Saputra Hendra, 2013 )

    2.2.5 Kandungan Gizi Jahe

    Jahe sangat baik untuk menjaga kesehatan, karena memiliki kandungan

    gizi yang diperlukan oleh tubuh. Jahe memiliki vitamin C yang tinggi yaitu

    berkisar 4 mg. Selain itu jahe juga memiliki kadar air yaitu 86% dan Fosfor 39

    mg.(Wiranata,2016) Kandungan gizi jahe dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Kandungan Gizi Jahe Segar per 100 gram

    Kandungan Gizi Jumlah

    Kadar Air (%) 86,00

    Energi (kal) 51,00

    Protein (g) 1,50

    Lemak (g) 1,00

    Karbohidrat (g) 10,10

    Kalsium (mg) 21,00

  • 9

    Fosfor (mg) 39,00

    Zat Besi (mg) 1,00

    Vitamin A (SI) 30,00

    Vitamin B (mg) 0,02

    Vitamin C (mg) 4,00

    Zat gizi merupakan unsur kimia yang terkandung dalam makanan dan

    minuman yang diserap oleh tubuh manusia untuk mempertahankan hidup,

    berproduksi dan untuk menghasilkan energi. Arti gizi sangat luas karena

    berkaitan antara pangan yang bergizi dengan pangan yang tidak memiliki gizi.

    Susunan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi maka akan mendapatkan

    status gizi yang baik (Triono Agus,2014).

    2.3 Alat Pengering ( Oven )

    Oven merupakan alat yang digunakan untuk sterilisasi, pengeringan

    bahan dan pengujian sampel dengan menggunakan udara kering. Alat sterilisasi

    ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti Erlenmeyer, Petridisk

    (cawan petri), tabung reaksi dan gelas lainnya. Bahan-bahan seperti kapas, kain

    dan kertas juga dapat disterilkan dalam oven tetapi dalam temperatur tertentu,

    pada umumnya temperatur yang digunakan pada sterilisasi cara kering adalah

    sekitar 140-1700C selama paling sedikit 2 jam. Perlu diperhatikan bahwa

    lamanya sterilisasi tergantung pada jumlah alat disterilkan dan ketahanan alat

    terhadap panas. Sterilisasi dengan oven tidak dapat digunakan untuk alat-alat

    gelas yang membutuhkan keakuratan( labu ukur ) dan penutup karet atau plastik.

  • 10

    Gambar Alat pengeringan ( Oven )

    ( sumber : Anonim 2 2017)

    2.4 Uji Kadar Air

    Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan

    metode pengeringan (dengan oven biasa), dimana perhitungan kadar air

    berdasarkan bahan kering (dry basis).Dry basis adalah perbandingan antara

    berat air di dalam bahan tersebut dengan berat keringnya. Bahan kering adalah

    berat bahan asal setelah dikurangi dengan berat airnya. Sehingga setelah proses

    pengeringan dapat menentukan % kadar air dengan rumus sebagai berikut :

    % 𝑘𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟 =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

    𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%

    ` (suzy,2008)

  • 11

    2.5 Uji Organoleptik

    Uji organoleptik atau uji indera merupakan cara pengujian dengan

    menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya

    penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan

    penting dalam penerapan kualitas bahan. Dalam proses analisa jahe celup

    menggunakan uji organoleptik antara lain warna, bau dan rasa pada sampel

    yang dihasilkan. Dimana mengacak sampel yang dihasilkan kemudian

    melakukan uji kepada beberapa panelis. ( yohanes. 2012 )

    2.6 Uji Kadar Abu

    Kadar abu merupakan parameter untuk menunjukkan nilai

    kandungan bahan anorganik (mineral) yang ada di dalam suatu bahan atau

    produk. Semakin tinggi nilai kadar abu maka semakin banyak kandungan

    bahan anorganik di dalam produk tersebut. Komponen bahan anorganik di

    dalam suatu bahan sangat bervariasi baik jenis maupun jumlahnya. Prinsip

    analisis kadar abu adalah proses pembakaran senyawa organik sehingga

    didapatkan residu anorganik yang disebut abu.

    % 𝑘𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑏𝑢 =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 (𝑔)

    𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 𝑥 100%

    ( Kusumaningrum, 2013 )

    2.7 Rendemen

    Nilai rendemen dihitung berdasarkan perbandingan antara berat produk

    akhir dengan berat total awal bahan baku. Dengan menghitung rendemen

    dapat diketahui efisiensi proses yang dilaksanakan. Penentuan rendemen

    berdasarkan berat atau volume input dan output yang dihasilkan proses

    ekstraksi (ekstrak atau konsentrat), dengan rumus :

  • 12

    % 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =𝑗𝑎ℎ𝑒 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝

    𝑗𝑎ℎ𝑒 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑥 100%

    (Zainal,2015 )

  • 13

    BAB III

    TUJUAN DAN MANFAAT

    3.1 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah:

    3.1.1 Untuk mengetahui kadar air jahe celup yang dihasilkan terhadap

    variabel suhu dan waktu pengeringan.

    3.1.2 Untuk mengetahui sifat fisik atau organoleptik jahe celup yang

    dihasilkan terhadap variabel suhu dan waktu pengeringan.

    3.1.3 Untuk mengetahui kadar abu jahe celup dengan variabel yang

    ditentukan.

    3.1.4 Untuk mengetahui variabel yang paling banyak menghasilkan

    rendemen.

    3.2 Manfaat Penelitian

    Melalui penelitian ini dapat diketahui data kadar air, sifat fisik atau

    organoleptik, kadar abu dan rendemen dengan suhu dan lama pengeringan

    yang berbeda sehingga dihasilkan produk jahe celup yang memiliki kualitas yang

    optimal dan efisien.

  • 23

    BAB VI

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    6.1. Proses Pembuatan jahe celup

    Jahe diberikan perlakuan pendahuluan dengan mengupas kulit jahe dan

    dibersihkan dari kotoran. Selanjutnya , jahe di parut dengan menggunakan

    pemarut kasar. Jahe yang sudah menjadi parutan kasar di layukan dengan

    menggunakan suhu ruangan. Variabel massa yang digunakan sebanyak 30 gr.

    Pada proses pelayuan menggunakan variabel waktu yaitu selama 45 menit, 60

    menit dan 75 menit. Sedangkan pada proses pengeringan variabel massa yang

    digunakan adalah 30 gr dengan variabel suhu yang digunakan 80 0 C. Pada

    proses pengeringan menggunakan variabel waktu juga yang berbeda-beda.

    Dengan lama waktu pengeringan 120 menit, 150 menit dan 180 menit.

    Fungsi pemarutan jahe secara kasar yaitu untuk mempercepat proses

    pelayuan dan pengeringan dalam pembuatan jahe celup. Pelayuan merupakan

    salah satu tahap dalam proses pembuatan jahe celup agar jahe yang dihasilkan

    tahan lama dan tidak mudah hancur. Sehingga apabila disedu jahe celup hanya

    mengeluarkan sari jahe. Selain itu variabel waktu yang digunakan berbeda (45

    menit,60 menit dan 75 menit ), hal itu dikarekan untuk mengetahui waktu

    optimum pembuatan jahe celup. Pada proses pengeringan berfungsi untuk

    menghilangkan kadar air pada jahe, sehingga apabila kadar air jahe sedikit akan

    mempengaruhi sari jahe yang keluar ketika dilakukan penyeduhan. Selain itu

    pengeringan juga berfungsi untuk proses pengawetan produk, dimana dalam

    proses pengeringan organisme akan mengalami kelumpuhan bahkan mati akibat

    proses pengeringan. ( wiranata et al, 2015 )

  • 24

    6.2 Pembahasan Tabel 3. Hasil Analisa kadar

    62.00%

    64.00%

    66.00%

    68.00%

    70.00%

    72.00%

    74.00%

    76.00%

    78.00%

    80 80 80

    Ka

    da

    r A

    ir

    SUHU

    Analisa Kadar AIR

    pelayuan 1

    pelayuan 2

    pelayuan 3

    Variabel Suhu

    (0C)

    Waktu

    (jam)

    Kadar Air(%)

    A B C

    1 80 120 75,5 % 72,8 % 69,2 %

    2 80 150 67,7 % 67,5 % 67,3 %

    3 80 180 66,8 % 66,7 % 66,7 %

  • 25

    Kadar air merupakan perbandingan antara berat massa awal sebelum

    dikeringkan dengan massa bahan setelah dikeringkan. Dalam hal ini, kadar

    air dihitung dengan membandingkan berat bahan baku yang masuk dengan

    hasil pengeringan pada bahan.

    Berdasarkan tabel hasil pengamatan diatas dilakukan 9 kali percobaan

    dengan menggunakan variabel berubah waktu ( 120 menit,150 menit dan

    180 menit ). Dalam Pengujian ini dilakukan uji ANOVA dimana untuk

    mengetahui variabel mana yang menghasilkan hasil yang paling optimum,

    selain itu untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dari jahe celup yang

    dihasilkan. Dari tabel pengamatan diketahui bahwa dengan suhu

    pengeringan sebesar 80 0C dengan massa bahan 30 gr, variabel 3 yang

    menghasilkan kandungan kadar air yang pailing sedikit yaitu sebesar 66,8

    %. Hal ini menunjukan bahwa waktu optimum dengan pengeringan 800C

    dalam waktu 180 menit.

    pelayuan 1

    pelayuan 2

    pelayuan 30.00%

    20.00%

    40.00%

    60.00%

    80.00%

    8080

    80

    Kad

    ar A

    ir

    SUHU

    Analisa Kadar AIR

    60.00%-80.00%

    40.00%-60.00%

    20.00%-40.00%

    0.00%-20.00%

  • 26

    Perhitungan kadar air jahe celup dari sembilan variabel secara berurutan

    adalah untuk analisa A dihasilkan kadar air berturut turut 75,5%;67,7%; dan

    66,8%, sedangakan pada analisa Sampel B menghasilkan kadar abu

    berturut-turut yaitu 72,8%;67,5% dan 66,7% dan pada ana;lisa sampel C

    menghasilkan kadar abu berturut-turut sebesar 69,2%;67,3% dan 66,7%.

    Dimana menurut teori yang ada Semakin besar lama waktu pada saat

    proses pengeringan, maka persen kadar air yang didapatkan semakin tinggi.

    Selain itu banyaknya massa yang terkandung juga mempengaruhi dalam

    perhiitungan kadar air yang didapatkan. Dimana pada proses pengeringan

    pada sampel lama pengeringan dan besar suhu akan mempengaruhi massa

    yang dihasilkan. Sehingga dari massa setelah pengeringan dapat di hitung

    kadar air semua produk yang dihasilkan. Dan pada percobaan kali ini sampel

    dengan kadar air terendah ditunjukan pada percobaan ke 9 dengan lama

    pengeringan 180 menit dengan kadar air yang dihasilkan sebesar rata-rata

    66%. Sehingga dapat dianaliasa dari percobaan 1 sampai 9 dengan

    menggunakan analisa ANOVA dengan pengambilan secara acak dapat

    mengetahui produk yang paling optimum. Dari hasil analisa yang didapatkan

    telah sesuai dengan teori dimana semakin besar waktu maka persen kadar

    air yang diperoleh juga semakin besar.

  • 27

    Tabel.5 Analisa Kadar Abu

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    120%

    450 450 450

    Ka

    da

    r A

    ir

    SUHU

    Analisa Kadar Abu

    pelayuan 1

    pelayuan 2

    pelayuan 3

    pelayuan 1

    pelayuan 2

    pelayuan 3

    450 450 80

    Kad

    ar A

    ir

    SUHU

    Analisa Kadar Abu

    80%-100%

    60%-80%

    40%-60%

    20%-40%

    0%-20%

    Variabel Suhu

    (0C)

    Waktu

    (menit)

    Kadar Abu(%)

    A B C

    1 450 60 60 % 70 % 74 %

    2 450 60 68 % 80 % 84 %

    3 450 60 90 % 95,2 % 95,6 %

  • 28

    Berdasarkan tabel hasil analis diatas dilakukan 9 kali percobaan dengan

    menggunakan variabel berubah waktu (120 menit, 150 menit, 180 menit)

    dan pelayuan bahan baku (45 menit,60 menit dan 75 menit ) dari variabel

    yamg tersebut dapat digunakan untuk menganalisa kadar abu pada teh

    celup yang dihasilkan. Tujuan dari analisa kadar abu adalah untuk

    mengetahui ketahanan teh celup yang dihasilkan terhadap suhu tinggi. Dari

    analisa ANOVA didapatkan hasil kadar abu dengan menggunkan sampel

    secara acak yaitu pada variabel 1 diperoleh kadar abu berturut-turut 60%;

    68%; dan 90%, pada variabel 2 diperoleh hasil analisa kadar abu berturut-

    turut yaitu 70% ;80% dan 95,2% dan pada variabel 3 diperoleh hasil

    analisa kadar abu berturut-turut yaitu 74% ; 84% dan 95,6%. Dari hasil

    analisa ketiga sampel dapat disimpulkan bahwa dengan suhu 4000C

    selama 60 menit jahe celup yang memiliki kadar abu terbesar adalah

    variabel ketiga percobaan ke 3 dengan kadar abu yang dihasilkan sebesar

    95,2%. Hal ini menunjukkan bahwa waktu optimum pada variabel waktu

    mempengaruhi kadar air pada produk yang dihasilkan.

    Perolehan kadar abu dari ketiga variabel dengan sembilan percobaan

    secara berurutan adalah 60 ; 68; 90 ; 70 ; 80 ; 95,2 ; 74 ; 84 ; dan 95,6 %.

    Semakin tinggi suhu dalam proses perhitungan kadar abu maka semakin

    besar pula kadar abu yan didapatkan.

    Semakin tinggi suhu, maka jumlah kadar abu yang diperoleh juga

    semakin besar dikarenakan pemanasan merupakan salah satu tahap

    dalam proses pembentukan abu, sehingga abu yang terbentuk semakin

    sempurna.

  • 29

    Warna dari jahe celup pada penelitian ini ditentuaka secara visual (

    subjective) . pada pembuatan jahe celup lama pengeringan dan lama

    pelayuan dapat mempengaruhi dari segi warna yang dihasilkan, sehingga

    apabila semakin lama pelayuannya semakin kecoklatan warna jahe celup

    yang dihasilkan dan semakin lama pengeringannya juga membuat warna

    jahe celup semakin coklat peka. Hal ini dikarenakan kandungan pada jahe

    mengalami oksidasi sehingga membentuk warna kecoklatan. Jahe celup

    yang dihasilkan dari penelitian ini berwarna kuning dan kecoklatan. Hal ini

    dikarekan adanya pengaruh waktu pelayuan dan pengeringan. Selain warna

    bau yang dihasilkan pada jahe celup hasil penilitian berbau khas jahe dan

    rasa nya sedikit pedas. Hal ini disebabkan pada kandungan jahe yang

    bersifat menghangatkan tubuh dengan rasa yang sedikit pedas.

    Tabel 5. Analisa Organoleptik Jahe Celup

    Warna Bau Rasa

    1 Coklat Khas Jahe Sedikit Pedas

    2 Coklat Khas Jahe Sedikit Pedas

    3 Coklat Khas Jahe Sedikit Pedas

    4 Coklat Khas Jahe Sedikit Pedas

    5 Coklat Khas Jahe Sedikit Pedas

    6 Coklat Khas Jahe Sedikit Pedas

    7 Coklat Khas Jahe Sedikit Pedas

    8 Coklat Khas Jahe Sedikit Pedas

    9 Coklat Khas Jahe Sedikit Pedas

  • 30

    Tabel.5 Analisa Rendemen yang dihasilkan

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    120%

    5 5 5

    Re

    nd

    em

    en

    massa

    Analisa Rendemen

    pelayuan 1

    pelayuan 2

    pelayuan 3

    Variabel Berat

    (gr)

    air

    (ml)

    Rendemen (%)

    A B C

    1 5 10 60 % 68 % 90%

    2 5 10 70 % 80 % 95,2 %

    3 5 10 74 % 84 % 95,6 %

  • 31

    Pada uji rendemen menggunakan variabel pelarut sebanyak 10 ml

    dengan lama wakru perendaman selama 30 menit dan massa bahan

    sebesar 5 gr. Tujuan dari ekstraksi tersebut yaitu untuk mengetahui

    rendeman yang dihasilkan dan mengetahui produk yang paling

    berkualitas dan optimum. Berdasarkan hasil pengamatan didapat hasil

    rendeman terbanyak pada variabel ke tiga dengan lama pelayuan 75

    menit. Hal ini terjadi dikarenakan pada jahe sendiri mempunyai suhu

    kadar abu 350-400 0 C dengan rendemen sebesar 95,6 %.

    Perolehan kadar abu dari ketiga variabel dengan sembilan

    percobaan secara berurutan adalah 60 ; 70; 74 ; 68 ; 80 ; 84 ; 90 ; 95,2 ;

    dan 95,6 %. Dimana hasil rendemen yang dihasilkan juga dipengaruhi

    pada perlakuan awal bahan, yaitu dari proses pelayuan hingga

    pengeringan. Dimana semakin lama pengeringan dan pelayuan akan

    pelayuan 1

    pelayuan 2

    pelayuan 3

    5 5 5

    Kad

    ar R

    en

    de

    me

    n

    massa

    Analisa Rendemen

    80%-100%

    60%-80%

    40%-60%

    20%-40%

    0%-20%

  • 32

    mempengaruhi kadar air yang akan dihasilkan. Dan semakin besar

    kandungan kadar air yang terambil makan rendemen semakin tinggi. Hal

    ini sudah sesuai dengan teori yang ada dimana semakin sedikit kadar air

    dalam jahe celup maka rendemen yang dihasilkan semakin tinggi.

    6.3 Perbandingan Jahe Celup dengan Apel celup

    Jurnal “Pengaruh Lama Pelayuan dan Suhu Pengeringan Terhadap

    Kualitas Produk Apel Celup Anna” membahas tentang pengaruh pelayuan

    dan pengeringan terhadap kualiatas apel celup anna yang dihasilkan. Pada

    penelitian apel celup anna menggunakan beberapa bahan diantaranya apel

    anna, asam malat dan asam askorbat. Analisa yang digunkan yaitu analisa

    vitamin c dengan uji iodium, dimana hasil dari analisa tersebut menunjukan

    bahwa kadar vitamin C apel celup mengalami penurunan akibat adanyan

    peningkatan suhu pengeringan dan lama pelayuan. Karena semakin tinggi

    suhu pengeringan dan semakin lama pelayuan mengakibatkan banyaknya

    vitamin C yang teroksidasi. Selain itu terdapat analisa uji kadar air dimana

    pada penelitian apel celup anna menunjukan bahwa kadar air yang terdapat

    pada apel celup mengalami penurunan seiring dengan semakin tingginya

    suhu pengeringan dan lama pelayuan yang digunakan. Dimana semakin

    tinggi suhu pengeringan menyebabkan semakin cepat kenaikan panas yang

    terjadi. Perbedaan suhu mempengaruhi percepatan kenaikan panas maka

    semakin tinggi suhu yang diterapkan dalam pengeringan semakin cepat pula

    panas yang terbentuk untuk menguapkan air dalam bahan. Hal ini juga

    sesuai dengan hasil uji kadar air pada jahe celup, dimana kadar air yang

    dihasilkan mengalami penurunan akibat semakin tinngi suhu yang

    didigunakan dan semakin lama waktu pengeringan yang diterapkan.

  • 33

    6.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi

    Mutu jahe celup yang berasal dari tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa

    faktor,yaitu :

    1. Kualitas bahan baku yang digunakan. Adanya bahan baku yang

    kurang bagus dapat mempengaruhi hasil dari penelitian baik dari

    segi warna, bau maupun rasa.

    2. Lama pelayuan. Pada proses pelayuan dengan waktu yang lama

    dapat mempengaruhi dari hasil penilitian, dimana apabila waktu

    pelayuan lama maka jahe akan mengalami oksidasi dan warna

    yang dihasilkan akan berubah menjadi kecoklatan.

    3. Tingginya suhu. Dalam pembuatan jahe celup apabila

    menngunakan suhu terlalu tinggi akan menghilangkan kandungan

    jahe, karena dengan menggunakan suhu yang tinggi kandungan

    pada jahe akan ikut menguap sehingga berimbas pada produk

    yang dihasilkan.

    4. Pengecilan ukuran bahan baku / jahe. Dalam pembuatan jahe

    celup ukuran bahan baku harus diperhatikan. Apabila ukurannya

    terlalu besar akan mempersulit pada saat proses pelayuan dan

    pengeringan, sehingga membutuhkan wakyu yang sangat lama.

    Pada penelitian ini praktikan menggunakan pemarut kasar untuk

    pengecilan ukuran supaya lebih mudah untuk proses selanjutnya.

  • 17

    BAB IV

    METODOLOGI

    5.1 Alat dan bahan yang digunakan

    5.1.1 Alat yang digunakan

    1. pemarut kasar

    2. stopwatch

    3. timbangan digital

    4. gelas beaker

    5. oven

    6. kantung celup

    7. sendok

    8.baskom

    9. desikator

    10. cawan porselin

    5.1.2 Bahan yang digunakan

    1. jahe

    2. Aquades

  • 18

    5.1.3 Diagram Alir Cara Keja

    Bahan baku ( jahe )

    Perlakuan bahan baku ( pencucian )

    Pengecilan bahan baku dengan menggunakan

    pemarut kasar

    Dibiarkan dalam waktu 45 menit, 60 menit

    dan 75 menit untuk proses pelayuan

    Timbang jahe yang sudah layu sebayak 30g,

    kemudian dikeringkan dalam oven dengan

    80 0C dengan variabel 2,2,5 dan 3 jam

    Timbang jahe yang sudah kering masing

    sebanyak 3 gr, kemudian dimasukan kantong

    celup

    Uji warna dan bau pada masing – masing

    sampel yang dihasilkan dengan menyedu jahe

    celup ke dalam air panas sebanyak 100 ml

    dengan suhu 80 0 C

  • 19

    5.3 Variabel Percobaan

    5.3.1 Variabel Tetap

    Variabel tetap yang digunakan dalam percobaan ini adalah massa

    bahan baku yaitu 30 gram dengan suhu 80 0 C .

    5.3.2 Variabel Berubah

    Variabel berubah yang digunakan adalah waktu pada saat

    pengeringan ( 120,150,dan 180 ) menit dan waktu pelayuan ( 45,60 dan

    75 ) menit.

    Tabel 2. Tabel Percobaan

    K

    e

    t

    e

    r

    a

    n

    gan :

    Ax : 30 gr Tx : 80 0 C

    t1 : 45 menit T1 : 120

    t2 : 60 T2 : 150

    t3 : 75 T3 : 180

    Running

    Perbandingan Variabel Hasil

    Jumlah Bahan

    Waktu oven

    Waktu pelayuan

    Jumlah Rendemen Warna

    Bau

    1 Ax T1 t1 Y1 w1

    2 Ax T2 t2 Y2 w2

    3 Ax T3 t3 Y3 w3

    4 Ay T1 t1 Y4 W4

    5 Az T3 t3 Y5 W5

  • 20

    Percobaa pertama menggunakan Variabel Ax dimana banyaknya

    jahe yang digunakan adalah 30 gr dengan lama pelayuan 45 menit,

    kemudian dikeringkan dengan suhu 80 0C dengan waktu 2 jam akan

    dihasilkan rendemen dan diketahi A1. Percobaan kedua menggunakan

    variabel bahan Ax dengan massa jahe sebesar 30 gr dengan lama

    pelayuan 60 menit, kemudian dikeringkan dengan suhu 80 0C dengan

    waktu 2,5 jam, sehingga akan dihasilkan rendemen dan diketahui B2.

    Sedangkan pada percobaan ketiga ini menggunakan variabel Ax

    sebanyak 300 gr dengan lama pelayuan 75 menit, kemudian dikeringkan

    dengan suhu 80 0C dalam waktu 75 menit. Sedangkan pada percobaan

    4 dan 5 menggunakan massa 50 gr dan wakru operasi 120 dan 180

    menit. Dari kelima percobaan tersebut dapat memberikan hasil optimum

    dengan kondisi operasi yang optimum .

    5.4 Cara Kerja

    5.4.1 Menyiapkan alat Oven

    1. Menyiapkan alat oven

    2. Menyolokan kabel ke stop kontak

    3. Tekan tombol on pada oven

    4. Atur suhu sekecil mungkin ( Proses Pemanasan )

    5.4.2 Uji Kadar Air

    1. Menimbang cawan porselin

    2. Masukan cawan porselin kedalam oven beberapa menit

  • 21

    3. Masukan cawan ke dalam desikator

    4. Timbang hingga Konstan

    5.Masukan bahan baku ke dalam cawan porselin,kemudian

    timbang

    6.Oven selama 1 jam dengan variabel suhu yang

    ditentukan

    7. Masukan ke dakam desikator selama 3 menit

    8. Timbang hingga mencapai berat konstan 3 kali

    9. Hitung % kadar air dengan rumus

    % 𝑘𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑖𝑟 =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

    𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%

    5.4.3 Uji Organoleptik

    1. Siapkan sampel yang dihasilkan dari percobaan ( A1,B1

    dan C1 )

    2. Berikan secara acak pada panelis

    3. Berikan range nilai warna ( 1-5 )

    4.Berikan range nilai Bau ( 1-5 )

    5. Catat data yang diberikan

  • 22

    5.4.4 Uji Kadar Abu

    Prosedur analisa kadar abu adalah sebagai berikut :

    1. Cawan porselen kosong dipanaskan dalam oven

    kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan

    ditimbang beratnya.

    2. Sampel ditimbang sebanyak ± 5 g dan diletakkan dalam

    cawan porselen, kemudian dibakar pada kompor listrik

    sampai tidak berasap.

    3. Cawan porselen kemudian dimasukkan dalam muffle

    furnace. Pengabuan dilakukan pada suhu 550 oC selama ±

    2-3 jam hingga terbentuk abu berwarna abu keputihan.

    4. Cawan porselen kemudian didinginkan dalam desikator,

    setelah dingin cawan porselen kemudian ditimbang.

    5. Persentase dari kadar abu dapat dihitung dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut :

    % 𝑘𝑎𝑑𝑎 𝑎𝑏𝑢 =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢 (𝑔)

    𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔) 𝑥 100%

    5.4.5 Uji Rendemen

    Penentuan rendemen berdasarkan berat atau volume input

    dan output yang dihasilkan proses ekstraksi (ekstrak atau

    konsentrat), dengan rumus :

    % 𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =𝑗𝑎ℎ𝑒 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝

    𝑗𝑎ℎ𝑒 𝑐𝑒𝑙𝑢𝑝 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑥 100%

    (Agus,2013 )

  • 34

    VII

    KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1. Kesimpulan

    Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

    1. Pembuatan jahe celup menggunakan oven melewati beberapa tahap agar

    menghasilkan jahe celup, yaitu pembersihan bahan baku, pengecilan

    ukuran dengan pemarut kasar. Pendahuluan pelayuan sebaiknya

    dilakukan ridak terlalu lama karena dapat mempengaruhi pada hasil yang

    didapat.

    2. Suhu pengovenan jahe optimum untuk massa 30 gr adalah 80 0C dengan

    kadar air sebesar 68,8 % , kadar abu sebesar 74 % dan rendemen 40 %..

    3. Lama pengeringan berpengaruh terhadap analisis rendemen, kadar abu,

    kadar air dan organoleptik ( warna,bau dan rasa )

    7.2 Saran

    1. Penampung jahe celup sebaiknya ditempat kantong teh agar

    mempermudah ketika analisa.

    2. Beberapa tumbuh-tumbuhan apabila di biarkan ditempat terbuka akan

    mengalami oksidasi secara cepat, sehingga diharapkan agar persiapan

    bahan baku lebih dioptimalkan karena berpengaruh terhadap kualitas

    produk.

  • 1

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim1.2017. Jenis dan Manfaat Jahe. https.// Jenis_dan_manfaat_jahe_bagi_kesehatan.html. Diakses 6 Maret 2017.

    Anonim2. 2012. Oven UN110. https://www.memmert.com/products/heating-drying-ovens/universal-oven/UN110/pdf/. Diakses 4 Maret 2017.

    Christiani et al.2014. Aktivitas Antioksidan Serbuk Minuman Instan Berbasis Miana Kajian Jenis Bahan Baku dan Penambahan Serbuk Jahe. http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/100/118. Diakses 6 Maret 2017.

    Fajriati,Nur. 2012. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Rendemen dan ntioksidan dalam Ekstrak Minyak Bekatul Pada Rice Bran Oil.https://www.academia.edu/11403587/.html. Diakses Pada tanggal 17 Maret 2017

    Hendra, Saputra.2013. Analisa Pengaruh Strategi Bauran Pemsaran Terhadap Kaputusan Pembelian Teh Celup Sariwangi Oleh Konsumen Rumah Tangga Di kota Medan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4302/1/08E00223.pdf.Diakses 6 Maret 2017.

    Mayun, Gede.2012. Kajian Pengaruh Jenis jahe Dan Waktu Pengeringan Daun Terhadap Kpasaitas Anti Oksidan Serta Sensor Wedang Uwuh. http://ojs.unud.ac.id/index.php/itepa/article/view/27498/17407. Diakses 6 Maret 2017.

    Martono.2012.Analisa Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Untuk Penetapan Kadar Asam Galat, Kafein dan Epigalokatekin Galat Pada Beberapa Produk TehCelup.http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/100/118.Diakses 6 Maret 2017.

    Kusumaningrum, ria. 2013. Karakteristik dan Mutu Teh Bunga Lotus ( NelumboNucifera)http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46015/F06aza1.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Diakses 6 Maret 2017.

    Langi, Tineke. 2015. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Jahe Merah ( Zingiber Officinale var rubrum )n Menghambat Oksidasi Minyak Goreng Tanah. ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/article/download/9112/8686oleh J Saragih - 2015. Diakses 17 Maret 2017.

    Liliana, W. 2005. Kajian proses pembuatan teh herbal seledri (Apium graveolens L.). Skripsi S1. Institut Pertanian Bogor. Diakses 17 Maret 2017.

    Putri, D.A., 2014. Pengaruh Metode Ekstraksi dan Konsentrasi Terhadap Aktivitas Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum) Sebagai AntibakteriEscherichia coli. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu. Diakses 17 maret 2017.

    Purnomo,H.,Jaya,F.danWidjanarko,S.B. 2010. The effect of time and type of thermal processing on ginger (ZingiberOfficiale Roscoe) rhizome antioxidant compounds and its quality. International Food Research Journal 17: 335-347

    https://www.memmert.com/products/heating-drying-ovens/universal-oven/UN110/pdf/https://www.memmert.com/products/heating-drying-ovens/universal-oven/UN110/pdf/http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/100/118.%20Diakses%206%20Maret%202017http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/100/118.%20Diakses%206%20Maret%202017http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4302/1/08E00223.pdf.Diakses%206%20Maret%202017http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4302/1/08E00223.pdf.Diakses%206%20Maret%202017Mayun,%20Gede.2012.%20Kajian%20Pengaruh%20Jenis%20jahe%20Dan%20Waktu%20Pengeringan%20Daun%20Terhadap%20Kpasaitas%20Anti%20Oksidan%20Serta%20Sensor%20Wedang%20Uwuh.%20http:/ojs.unud.ac.id/index.php/itepa/article/view/27498/17407Mayun,%20Gede.2012.%20Kajian%20Pengaruh%20Jenis%20jahe%20Dan%20Waktu%20Pengeringan%20Daun%20Terhadap%20Kpasaitas%20Anti%20Oksidan%20Serta%20Sensor%20Wedang%20Uwuh.%20http:/ojs.unud.ac.id/index.php/itepa/article/view/27498/17407Mayun,%20Gede.2012.%20Kajian%20Pengaruh%20Jenis%20jahe%20Dan%20Waktu%20Pengeringan%20Daun%20Terhadap%20Kpasaitas%20Anti%20Oksidan%20Serta%20Sensor%20Wedang%20Uwuh.%20http:/ojs.unud.ac.id/index.php/itepa/article/view/27498/17407http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/100/118.Diakses%206%20Maret%202017http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/100/118.Diakses%206%20Maret%202017http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46015/F06aza1.pdf?sequence=1&isAllowed=yhttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46015/F06aza1.pdf?sequence=1&isAllowed=y

  • 2

    Riani,Mariani.2006. Standarisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Sembung DariTempatTumbuh.http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/893/822. Diakses 17 Maret 2017.

    Sembiring. 2009. Pengaruh kadar air bubuk teh hasil fermentasi. Skripsi S1. Universitas Sumatera Utara. Diakses 17 Maret 2017.

    Septiana,Aisyah.2002. Aktivitas Antioksidan Diklorometana dan Air Jahe PadaAsamLinoleat.http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/893/822. Diakses 17 Maret 2017.

    Suzy Yunita dan Abdul Gani.2008.Dalam: Pemanfaatan Sekam Padi dan Pelepah Pisang Sebagai Bhan Alternatif Pembuatan Kertas Berkualitas.

    Triono, Agus.2014. Karakteristik Arang dari Campuran Serbuk Gergaji Gergajian

    KayuAfrika.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/45976/E06atr.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Diakses 17 Maret 2017.

    Wansi.S,W Theopilus.2015.Analisis Kadar Klorin Pada Teh CelupBerdasarkan

    Waktu Seduhan.Diakses 17 Maret 2017. Wiranata,Galih et al.,2016. Pengaruh Lama Pelayuan Dan Suhu Pengeringan

    Terhadap Kualitas Produk Apel Celup Anna (Malus Domestica ). http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/350. Diakses 6 Maret 2017.

    Yohanes. 2012. Analisa Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Untuk Penetapan Kadar AsamGalatpadaTehCelup.https://journal.ugm.ac.id/agritech/article/view/9578/7153. Diakses 17 Maret 2017.

    Zainal.2015. Kajian Proses Pembuatan Serbuk Kulit Jeruk Lemon sebagai Flavor Teh Celup.ejournal.unsrat.ac.id/index.php/cocos/article/download/9112/8686oleh J Saragih - 2015. Diakses 17 Maret 2017.

    Zakaria, 2000. Pengaruh Konsumsi Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Terhadap Kadar Malonaldehida dan Vitamin E Plasma Pada Mahasiswa Pesantren Ulil Albaab Kedung Badak, Bogor. BuletinTeknologi dan Industri Pangan, Vol. XI, No. 1, Th. 2000. IPB. Bogor. Diakses 17 Maret 2017.

    http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/893/822http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/893/822http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/893/822http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/893/822http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/45976/E06atr.pdf?sequence=1&isAllowed=yhttp://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/45976/E06atr.pdf?sequence=1&isAllowed=yhttp://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/350.%20Diakses%206%20Maret%202017http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/350.%20Diakses%206%20Maret%202017https://journal.ugm.ac.id/agritech/article/view/9578/7153https://journal.ugm.ac.id/agritech/article/view/9578/7153

    cover_TA.pdf (p.1)ABSTRAK.pdf (p.2)KATA_PENGANTAR.pdf (p.3-4)BAB_I.pdf (p.5-7)BAB_II.pdf (p.8-16)BAB_III.pdf (p.17)BAB_IV.docx.pdf (p.18-28)BAB_V.pdf (p.29-34)BAB_VII.pdf (p.35)DAFTAR_PUSTAKA.pdf (p.36-37)