laporan problem based learning iii-edit

53
LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING III BLOK NEUROLOGY AND SPECIFIC SENSE SYSTEM (NSS) “Punggungku cenat cenut…” Tutor: dr. Evy Sulistyoningrum, M.Sc Oleh: Kelompok 1 Dandhy Dharma S. P. G1A010016 Nur Fitri Margaretna G1A010017 Ning Maunah G1A010031 Angkat Prasetya A.N G1A010038 Dasep Padilah G1A010062 Eviyanti Ratna Suminar G1A010063 Lina Sunayya G1A010075 Rona Lintang Harini G1A010094 Hesti Putri Anggraeni G1A010099 Yanuary Tejo Buntolo G1A009062 Tribuana Yogaswara G1A008102

Upload: hesti-putri-anggraeni

Post on 14-Feb-2015

58 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Problem Based Learning III-edit

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING III

BLOK NEUROLOGY AND SPECIFIC SENSE SYSTEM (NSS)

“Punggungku cenat cenut…”

Tutor: dr. Evy Sulistyoningrum, M.Sc

Oleh:

Kelompok 1

Dandhy Dharma S. P. G1A010016

Nur Fitri Margaretna G1A010017

Ning Maunah G1A010031

Angkat Prasetya A.N G1A010038

Dasep Padilah G1A010062

Eviyanti Ratna Suminar G1A010063

Lina Sunayya G1A010075

Rona Lintang Harini G1A010094

Hesti Putri Anggraeni G1A010099

Yanuary Tejo Buntolo G1A009062

Tribuana Yogaswara G1A008102

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2013

Page 2: Laporan Problem Based Learning III-edit

BAB IPENDAHULUAN

Proses belajar memiliki berbagai metode pembelajaran dalam rangka

mencapai sasaran belajar dan kompetensi yang diharapkan untuk mahasiswa yang

bersangkutan. Salah satu metode pembelajaran tersebut adalah dengan metode

Problem Based Learning, yakni suatu metode belajar dengan model diskusi

pembelajaran bersama terhadap skenario kasus tertentu yang menuntut mahasiswa

berperan aktif secara individu. Tujuan dari pbl ini yaitu :

a. Mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dari

skenario masalah yang berisi patient problem.

b. Melatih kemampuan generic learning skills, dan memahami serta

menghubungkan basic sciences dengan clinical sciences.

c. Meningkatkan penguasaan soft skills yang meliputi kepemimpinan,

profesionalisme, ketrampilan komunikasi, kemampuan untuk bekerja sama dan

bekerja dalam tim, ketrampilan untuk berpikir secara kritis,serta kemampuan

untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi

d. Melatih karakter student centred learning,self directed learning dan adult

learning.

Dalam memahami dan mendalami permasalahan yang telah tersedia melalui

penerapan seven jumps, yaitu:

1. Klarifikasi istilah

2. Batasan masalah

3. Analisa masalah

4. Pembahasan masalah

5. Kesimpulan

Pada kasus PBL (Problem Based Learning) ketiga blok NSS ini, kami

membahas mengenai Hernia Nukleus Pulposus. Pada pembahasan kali ini, kami

harus benar-benar memahami mulai dari struktur vertebrae, diskus

intervertebralis, nervus spinalis, dan sifat-sifat nyeri yang terjadi di punggung

bawah sehingga kami dapat mengetahui penyebab terjadinya penyakit ini, faktor

predisposisi, patogenesis, patofisiologi, penegakkan diagnosis, penatalaksanaan,

komplikasi, pencegahan serta pencegahannya.

Page 3: Laporan Problem Based Learning III-edit

BAB II

PEMBAHASAN

Info 1

RPS

Tn. H berusia 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri di

pinggang. Keluhan dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan

menjalar dari pinggang sampai kaki kanan. Nyeri ini dirasakan semakin lama

semakin berat sehingga mengganggu aktivitas pasien. Keluhan dirasakan semakin

memberat jika pasien membungkuk, mengangkat beban berat dan bersin, keluhan

sedikit berkurang jika pasien berbaring miring beristirahat. Pasien juga mengeluh

sering kesemutan pada kaki kanan, keluhan ini dirasakan ± 1 bulan yang lalu

bersamaan dengan timbulnya nyeri pada pinggang. Kesemutan dirasakan hilang

timbul.

Tn. H memiliki riwayat pekerjaan sebagai buruh bangunan. Pekerjaan ini

sudah dilakoninya sejak 10 tahun. Sebagai buruh bangunan Tn. H sering

mengangkat benda-benda berat pada saat bekerja.

I. Klarifikasi Istilah

a. Nyeri

Menurut IASP (International Association for the Study of Pain)

1979 nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata

atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan

(Tamsuri,2007).

Sensasi yang mengingatkan adanya potensi cedera dan kesiapan

seseorang untuk menghindari dan menghadapinya (Snell, 2006).

b. Kesemutan

Kesemutan atau parestesia adalah terasanya perasaan pada daerah

permukaan tubuh tertentu yang tidak dibangkitkan oleh perangsangan

khusus dari dunia luar.Tercakup dalam makna parestesia itu ialah

Page 4: Laporan Problem Based Learning III-edit

perasaan dingin atau panas setempat, kesemutan, rasa berat atau rasa

dirambati sesuatu (Mardjono, 2009).

Sensasi sentuh abnormal, terbakar dan tertusuk tanpa ada rangsang

dari luar yang merupakan indikasi pada system saraf perifer (Dorland,

2006).

II. Batasan Masalah

a. Identitas

Nama : Tn. H

Umur : 50 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : -

Pekerjaan : -

b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

Keluhan utama : Nyeri

Onset : 1 bulan yang lalu

Lokasi : pinggang

Distribusi : menjalar dari pinggang sampai kaki kanan

Kuantitas : -

Kualitas : mengganggu aktivitas

Progresivitas : semakin memburuk

Faktor memperberat : membungkuk, mengangkat beban berat, dan

bersin

Faktor memperingan : istirahat dan berbaring miring

Kronologi : sejak 1 bulan yang lalu pasien mengalami

keluhan nyeri di pinggang, nyeri tersebut

menjalar dari pinggang sampai kaki kanan.

Nyeri dirasakan semakin lama semakin

memberat sehingga mengganggu aktivitas.

Gejala penyerta : kesemutan sejak 1 bulan yang lalu bersamaan

dengan nyeri pinggang. Kesemutan dirasakan

hilang timbul.

Page 5: Laporan Problem Based Learning III-edit

c. Riwayat Sosial Ekonomi (RSE)

Pekerjaan : buruh bangunan

Lamanya bekerja : 10 tahun

Kebiasaan : sering mengangkat benda-benda berat saat

bekerja

Anamnesa yang diperhatikan

1. Bagaiman sifat nyerinya? Apakah nyeri di pinggang setempat atau

difus?

2. Adakah tanda - tanda nyeri referred pain yang dibuktikan dengan

pemeriksaan fisik intra abdomen dan pelvis

3. Adakah nyeri akibat spasme otot? (terasa diikat tali)

4. Bagaimana mula timbulnya nyeri pinggang?

5. Faktor - faktor apa saja yang memperberat nyeri pinggang?

6. Faktor - faktor apa saja yang meringankan nyeri?

7. Gejala apa saja yang mendahului, menyertai, atau menyusul bangkitnya

nyeri pinggang?

8. Adakah nyeri di tempat lain?

Berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis diagnosis banding yang

dapat diajukan:

1. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

2. Tumor Medula Spinalis

3. Rheumatoid Arthritis

III. Analisis Masalah

1. Anatomi dan fisiologi diskus intervertebralis, tulang vertebrae dan

dermatome

2. Anatomi nervus spinalis

3. Nyeri pinggang

4. Faktor risiko dan pembagian nyeri pinggang

5. Perbedaan nyeri fokal, referred pain, nyeri radikuler dan nyeri et causa

spasme otot

6. Faktor yang memperberat nyeri pinggang

Page 6: Laporan Problem Based Learning III-edit

7. Rheumatoi Arthritis

8. Sifat nyeri pada tumor medulla spinalis

9. Hernia Nukleus Pulposus

IV. Penjelasan Mengenai Analisis Masalah

1. Anatomi dan fisiologi diskus intervertebralis, tulang vertebrae dan

dermatome

Struktur tubuh yang terdapat dari luar sampai dalam pada

pinggang: kulit, otot-otot pinggang, ligament, diskus intervertebralis,

tulang vertebra, organ dalam (pencernaan, urogenital), pembuluh darah,

saraf (Dewanto, 2009).

Anatomi Vertebrae (Harsono dan Soeharso, 2005):

a. Kolumna vertebralis dengan jaringan ikatnya, termasuk diskus

intervertebralis dan nukleus pulposus.

b. Jaringan saraf yang meliputi konus medularis, filum terminalis,

duramater, arakhnoidmater, radiks dengan saraf spinalnya.

c. Pembuluh darah.

d. Otot.

e. Ligamentum longitudinal anterior dan posterior.

Kemudian, bagian yang kita sebut dengan kolumna vertebralis

terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari segmen anterior dan

segmen posterior, berikut mengenai penjelasannya:

a. Segmen anterior

Sebagian besar fungsi segmen ini adalah sebagai penyangga

badan. Segmen ini meliputi korpus vertebra dan diskus

intervertebralis yang diperkuat oleh ligamentum longituinale anterior

dan ligamentum longitudinale posterior. Ligamentum longitudinale

posterior membentang dari oksiput sampai sakrum. Pada daerah

setinggi vertebra lumbal kesatu, ligamentum ini menyempit sehingga

di bagian akhir tinggal sebagian atas. Hal ini mungkin untuk

mempermudah gerakan vertebra di daerah lumbal, tetapi hal ini juga

menyebabkan tidak terlindungnya daerah posterolateral diskus

Page 7: Laporan Problem Based Learning III-edit

intervertebralis sehingga diskus ini lebih mudah mendesak ke dalam

kanalis spinalis, yang dalam kenyataannya banyak dijumpai

(Harsono dan Soeharso, 2005).

b. Segmen posterior

Segmen ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus, dan

prosesus spinosus. Satu sama lain dihubungkan dengan sepasang

artikulasi dan beberapa ligamentum serta otot. Gerakan tubuh yang

terbanyak ialah fleksi dan ekstensi, dan gerakan ini paling banyak

dilakukan oleh sendi L5-S1, yang dimungkinkan oleh bentuk

artikulasinya yang tidak datar tetapi membentuk sudut 30 derajat

dengan garis datar. Titik tumpu berat badan terletak kira-kira 2,5 cm

di depan S2. Titik ini penting karena setiap pemindahan titik tersebut

akan memaksa tubuh untuk mengadakan kompensasi dengan jalan

mengubah sikap (Harsono dan Soeharso, 2005).

c. Diskus intervertebralis

Diskus intervertebralis terdiri dari anulus fibrosus dan nukleus

pulposus. Anulus fibrosus terdiri dari beberapa anyaman serabut

fibro-elastik yang tersusun sedemikian rupa sehingga tahan untuk

mengikuti gerakan vertebra atau tubuh. Tepi atas dan tepi bawahnya

melekat pada korpus vertebra (Harsono dan Soeharso, 2005).

Di tengah-tengah anulus fibrosus, terdapat suatu bahan kental

dari mukopolisakarida yang banyak mengandung air. Mulai usia

dekade kedua, anulus dan nukleus tersebut mengalami perubahan.

Serabut fibroelastik mulai putus, yang sebagian diganti jaringan dan

sebagian lagi rusak. Hal ini berlangsung terus menerus sehingga

terbentuk rongga-rongga dalam anulus yang kemudian diisi bahan

dari nukleus pulposus. Nukleus pulposus juga mengalami perubahan,

yaitu kadar airnya berkurang. Dengan demikian, terjadui penyusutan

nukleus dan bertambahnya ruangan dalam anulus sehingga terjadi

penurunan intradiskus. Hai ini akan menyebabkan beberapa

kelainan, misalnya hernia nukleusus pulposus (HNP) (Harsono dan

Soeharso, 2005).

Page 8: Laporan Problem Based Learning III-edit

Gambar 2.1 Collumna Vertebrae (Martini, 2005)

Gambar 2.2 Struktur Penyusun Collumna Vertebtrae (Martini, 2005)

Medulla Spinalis

Medulla spinalis secara kasar berbentuk silindris. Di superior,

medulla spinalis dimulai di foramen magnum dalam tengkorak, yaitu

tempat medulla spinalis bersambung dengan medulla oblongata,

sedangkan di inferior pada orang dewasa berakhir setinggi tepi bawah

vertebra lumbalis I. Pada anak kecil, medulla spinalis relatif lebih

Page 9: Laporan Problem Based Learning III-edit

panjang dan biasanya berakhir ditepi atas vertebra lumbalis III. Jadi,

medulla spinalis menempati dua pertiga atas canalis vertebralis pada

columna vertebralis dan dibungkus oleh tiga meninges, yaitu dura mater,

arakhnoid mater, dan pia mater. Pelindung lainnya adalah cairan

serebrospinal yang mengelilingi medulla spinalis di dalam ruang

subarakhnoid (Snell, 2006).

Di sepanjang medulla spinalis melekat 31 pasang saraf spinal

melalui radix anterior (radix mototrik)dan radix posterior (radix

sensorik). Masing-masing radix dilekatkan pada medulla spinalis oleh

fila radicularia yang membentang di sepanjang segmen medulla spinalis

yang sesuaai. Setiap radix posterior memiliki sebuah ganglion radix

posterior yang sel-selnya membentuk serabut saraf tepi dan pusat (Snell,

2006).

Gambar 2.3 Segmen Medulla Spinalis (Martini, 2005)

Page 10: Laporan Problem Based Learning III-edit

Gambar 2.4 Struktur Penyusun Medulla Spinalis (Martini, 2005)

DermatomDermatom adalah suatu area kulit yang dipersarafi oleh sebuah

saraf spinal yang merupakan satu segmen medulla spinalis. Di sepanjang

tubuh manusia, dermatom membentang mengelilingi tubuh dari bidang

mediana anterior hingga posterior. Dermatom yang bersebelahan saling

tumpang tindih sehingga untuk membuat suatu daerah anestesi total

dibutuhkan kerusakan paling tidak tiga saraf spinal yang berdekatan.

Area yang kehilangan rasa taktil selalu lebih besar daripada area yang

kehilangan sensasi nyeri dan suhu. Alasan perbedaan ini adalah derajat

tumpang tindih serabut-serabut yang membawa sensasi nyeri dan suhu

jauh lebih luas daripada tumpang tindih serabut-serabut yang membawa

sensasi taktil (Snell, 2006).

Page 11: Laporan Problem Based Learning III-edit

Gambar 2.5 Dermatom Tubuh Manusia (Martini, 2005)

Korda jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna vertebra

yang memanjang dari medula batang otak sampai ke area vertebra lumbal

pertama disebut medulla spinalis.Medulla spinalis berbentuk silinder

berongga agak pipih.Walaupun diameter medulla spinalis bervariasi,

diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking. Panjang

rata-rata 42 cm (Sloane, 2004)..

Dua pembesaran yaitu pembesaran lumbal dan serviks menandai

sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai.Tiga

puluh satu pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui

foramina intervertebral.Korda berakhir di bagian bawah vertebra lumbal

pertama atau kedua.Saraf spinal bagian bawah yang keluar sebelum

ujung korda mengarah ke bawah, disebut korda ekuina, muncul dari

kolumna spinalis pada foramina intervertebral lumbal dan sakral yang

tepat (Sloane, 2004).

Page 12: Laporan Problem Based Learning III-edit

Meninges (duramater, arakhnoidea mater, dan piamater) yang

melapisi otak juga melapisi korda.Fisura median anterior (ventral) dalam

dan fisura posterior (dorsal) yang lebih dangkal menjalar di sepanjang

korda dan membaginya menjadi bagian kanan dan kiri tepat (Sloane,

2004).

Struktur internal medulla spinalis terdiri dari sebuah inti substansi

abu-abu yang diselubungi substansi putih. Kanal sentral berukuran kecil

dikelilingi oleh substansi abu-abu, bentuknya seperti huruf H. Batang

atas dan bawah huruf H disebut tanduk, atau kolumna dan mengandung

badan sel, dendrit asosiasi, dan neuron eferen, serta akson tidak

termielinisasi. Cornu posterior (dorsal) adalah batang vertikal atas

substansi abu-abu, mengandung badan sel yang menerima sinyal melalui

saraf spinal dari neuron sensorik.Cornu anterior (ventral) adalah batang

vertikal bawah, mengandung neuron motorik yang aksonnya mengirim

impuls melalui saraf spinal ke otot dan kelenjar tepat (Sloane, 2004).

Setiap saraf spinal mempunyai satu radiks dorsal dan satu radiks

ventral.Radiks dorsal terdiri dari kelompok-kelompok serabut sensorik

yang memasuki korda.Radiks ventral adalah penghubung ventral dan

membawa serabut motorik dari korda.Radiks dorsal ganglia adalah

pembesaran radiks dorsal yang mengandung sel neuron sensorik tepat

(Sloane, 2004).

2. Anatomi nervus spinalis

Secara keseluruhan, tubuh manusia memiliki 31 pasang nervus

spinalis. Masing-masing nervus spinalis terbentuk oleh pertautan antara

radiks anterior dan posterior di dalam kanalis spinalis. Penomoran nervus

spinalis berdasarkan korpus vertebrae. Meskipun hanya terdapat tujuh

vertebrae servikalis, ada delapan pasang nervus spinalis, karena nervus

spinalis teratas keluar atau masuk ke kanalis spinalis tepat di atas

vertebrae servikalis I. Dengan demikian nervus servikalis pertama (C1),

keluar dari kanalis spinalis di antara os oksipitalis dan vertebrae servikalis

I (atlas); saraf servikal lainnya hingga C7 keluar di atas nomor vertebrae

Page 13: Laporan Problem Based Learning III-edit

yang sesuai dan C8 keluar diantara vertebra servikalis VII dan vertebrae

torakalis I. Pada tingkat torakal, lumbal, skaral, masing-masing saraf

spinalis masuk atau keluar ke kanalis spinalis di bawah nomor vertebra

yang sesuai. Dengan demikian, pada bagian ini jumlah pasangan saraf

spinalis sesuai dengan vertebranya (12 torakal, 5 lumbal, 5 sakral) (Baehr

and Frotscher, 2010).

Gambar 2.6 Nervus Cranialis (Baehr and Frotscher, 2010)

3. Nyeri pinggang

Terdapat tiga kategori reseptor nyeri : nosiseptor mekanis yang

berespons terhadap kerusakan mekanis misalnya tusukan, benturan, atau

cubitan ; nosiseptor termal yang berespons terhadap suhu yang

berlebihan terutama panas ; dan nosiseptor polimodal yang berespons

setara terhadap semua jenis ransangan yang merusak, termasuk iritasi zat

kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera (Sherwood,2001).

Page 14: Laporan Problem Based Learning III-edit

Nyeri pinggang dikenal sebagai low back pain.Nyeri punggung

bawah atau nyeri pinggang (low back pain) adalah nyeri di daerah

lumbosakral dan sakroiliaka.

Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah

punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal (inflamasi), maupun nyeri

radikuler atau keduanya. Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat

dirujuk ke daerah lain, atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain

dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain). Nyeri punggung

bawah pada hakekatnya merupakan keluhan atau gejala dan bukan

merupkan penyakit spesifik.

4. Pembagian nyeri pinggang

Setiap jenis nyeri dicoraki oleh modalitasnya, yang berarti bahwa

nyerinya dapat bersifat tajam, difus, atau menjemukan. Dengan

menggunakan semantik lain, nyeri dapat dinyatakan sebagai kemeng,

ngilu, linu, sengal atau pegal. Nyeri yang bersumber pada visera bersifat

difus, yang berasal daro otot skeletal dapat dinyatakan pegal, yang

osteogenik dituturkannya sebagai kemeng, linu, atau ngilu dan yang

bersumber pada saraf perifer bersifat tajam (Mardjono M, 2008).

Berdasarkan sumbernya, nyeri dibedakan menjadi 2, yaitu

(Mardjono M, 2008):

a) Nyeri neuromuskuloskeletal non-neurogenik

Nyeri yang dirasakan pada anggota gerak dapat disebut nyeri

neuromuskuloskeletal. Sebagian dari nyeri itu adalah nyeri yang

bangkit akibat proses patologik di jaringan yang dilengkapi dengan

serabut nyeri (Mardjono M, 2008).

b) Nyeri neuromuskuloskeletal neurogenik

Nyeri ini merupakan nyeri akibat iritasi langsung terhadap

serabut sensorik perifer, yang memiliki dua ciri khas: (1) nyerinya

menjalar sepanjang kawasan distal saraf yang bersangkutan dan (2)

penjalaran nyeri itu berpangkal pada bagian saraf yang mengalami

iritasi (Mardjono M, 2008).

Page 15: Laporan Problem Based Learning III-edit

Nyeri neurogenik yang timbul akibat iritasi di radiks posterior

dinamakan nyeri radikular.Segala sesuatu yang merangsang serabut

sensorik di tingkat radiks dan foramen intervertebrale dapat

menimbulkan nyeri radikular, yaitu nyeri yang terasa berpangkal

pada tingkat tulang belakang tertentu dan menjalar sepanjang

kawasan dermatomal radiks posterior yang bersangkutan (Mardjono

M, 2008).

Nyeri radikular pada hernia nukleus pulposus.Hernia nukleus

pulposus (HNP) ialah menjebolnya nukleus pulposus ke dalam

kanalis vertebralis akibat degenerasi anulus fibrosus korpus

intervertebral. Yang mengakibatkan HNP pada tingkat lumbosakral

itu ialah gaya yang menekan pada diskus ketika mengangkat benda

berat dalam posisi membungkuk. HNP servikal lebih sering terjadi

sehubung dengan trauma leher, dimana leher terayun ke depan dan

ke belakang secara cepat dan berlebihan. Itulah yang dikenal sebagai

trauma “whiplash” (Mardjono M, 2008).

Tempat penjebolan nukleus pulposus bervariasi.Karena itu

radiks posterior dapat tertekan dari samping, dari medial atau dari

posterior.Manifestasi klinisnya bervariasi juga antara nyeri radikular

serta parestesia dan nyeri radikular serta hipestesia (Mardjono M,

2008).

Selain itu terdapat klasifikasi nyeri punggung berdasarkan sifat

yaitu (Dewanto, 2009):

nyeri yang sifatnya menjalar, biasanya diakibatkan adanya kelainan

pada kulit, organ dalam dan saraf.

nyeri yang sifatnya terlokalisasi, biasanya diakibatkan kelainan pada

tulang, otot, ligament, pembuluh darah.

5. Perbedaan nyeri fokal, referred pain, nyeri radikuler dan nyeri et

causa spasme otot

No Pembeda Nyeri fokal Reffered pain Nyeri radikuler

Nyeri causa Spasme Otot

1 Penyebab Tumor Nyeri Proses Ketegangan

Page 16: Laporan Problem Based Learning III-edit

ganas yang menduduki area periosteum dan area peka nyeri lainnya di vertebrae

bersumber dari proses patologik di abdomen, pelvis, dan vertebra lumbal

patologik yang merangsang terjadinya penekanan, peregangan, tarikan, maupun jepitan pada radiks dorsalis di foramen intervertebralis

pada otot Missal : penggunaan otot yang berlebihan

2 Sifat Terus menerus/ hilang timbul (intermitten)Penekanan dan perubahan posisi ↑nyeri

Sangat bergantung dari lokasi patologik

Nyeri berbatas tegas pada dermatom

Nyeri seperti terikat oleh tali yang kencang

3 Khas a. prostat : nyeri lumbo-sacral disertai gejala inkontinensia uri

b. tumor uteri : nyeri akibat teregangnya ligamentum sacro-uteri, sering disertai gangguan siklus menstruasi

c. batu ginjal :nyeri ber+ saat batu turun melalui ureter, menjalar dari

Batuk dan bersin, pergerakan ↑ nyeri

Hilang/bertambah ringan dengan pemijatan/ pengurutan

Page 17: Laporan Problem Based Learning III-edit

lumbal ke abdomen bawah, daerah inguinal dan testis (kolik renal)sering dijumpai hematuria akibat luka pada intima ureter

d. sistitis dan pielonefritis

nyeri di daerah sudut kostovertebrae disertai demam, disuria, dan poliuria

6. Faktor yang memperberat nyeri pinggang

Batuk, bersin, dan mengejan akan menyebabkan kontraksi otot

rangka. Kontraksi ini akan menyebabkan tekanan intra abdominal serta

tekanan intra torakal akan meningkat yang berakibat terjadinya

pendesakan pada pembuluh darah seluruh tubuh. Pemindahan sejumlah

darah dari perifer ke jantung dan paru akan menyebabkan curah jantung

meningkat 5-6 kali sehingga tekanan arteri akan meningkat sebesar 20-

60% (Widhiana, 2012).

Venous return yang terganggu ini menyebabkan resorbsi cairan

serebrospinal ke dalam aliran darah terhambat sehingga mengakibatkan

kenaikan tekanan CSS dengan cepat. Peningkatan tekanan CSS ini akan

diteruskan ke rongga leptomeningeal spinal. Oleh karena pada HNP

terjadi penonjolan annulus ke dalam kanalis spinalis yang menekan

radiks spinalis, maka batuk, bersin dan mengejan dapat memprovokasi

timbulnya nyeri radikuler (Widhiana, 2012).

Page 18: Laporan Problem Based Learning III-edit

7. Rheumatic Arthritis

Manifestasi Klinis RA

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada

penderita artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul

sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki

gambaran klinis yang sangat bervariasi (Manjoer, 2000):

1) Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan

menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian

hebatnya.

2) Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat

generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini

berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya

hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1

jam.

3) Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan

perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi

sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa

adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada

penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal

yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar

juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan

bergerak.

8. Sifat nyeri pada tumor medulla spinalis

Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam

tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala

karena keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf (Dewanto,

2009).

Manifestasi Klinik

a. Tumor ekstradural 

Nyeri yang digambarkan sebagai konstan dan terbatas pada

daerah tumor diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola

Page 19: Laporan Problem Based Learning III-edit

dermatom 

Nyeri paling hebat pada malam hari dan menjadi lebih hebat

oleh gerakan tulang belakang dan istirahat baring

Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengedan

Nyeri dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan

sebelum keterlibatan medula spinalis.

Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali

Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar

Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi

paraplegia yang irreversible

Gangguan buang air besar dan buang air kecil

b. Tumor intradural

Perjalanan klinis dapat lebih lambat dan berlangsung selama

berbulan-bulan.

Berkurangnya persepsi nyeri dan suhu kontralateral dibawah

tingkat lesi

Penderita mengeluh nyeri, mula mula pada punggung dan

kemudian sepanjang akar-akar spinal

Nyeri diperhebat oleh gerakan, batuk, bersin, atau mengedan

dan paling berat pada malam hari ( nyeri pada malam hari

disebabkan oleh traksi pada akar-akar yang sakit, yaitu sewaktu

tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek pemendekan

dari gravitasi

Parestesia dan berlanjutnya defisit sensorik proprioseptif

9. Hernia Nukleus Pulposus

Hernia nucleus pulposus (HNP) adalah keadaan dimana nucleus

pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah kanalis

spinal melalui annulus fibrosus yang robek (Smeltzer, 2002).

HNP adalah penonjolan bantalan sendi os vertebrae merupakan

penyebab terbanyak low back pain. Pada pemeriksaan MRI biasanya

nampak jelas adanyua penyempitan pada canalis vertebrae dan

Page 20: Laporan Problem Based Learning III-edit

terjepitnya nervus spinalis. HNP dapat disebabkan oleh suatu trauma

(jatuh, terbentur, gerakan yang tiba – tiba cepat dan lainnya) atau oleh

karena proses penuaan yang membuat lapisan permukaan ruas os

vertebrae menjadi tergesek, mengakibatkan struktur mengandung sel

gelatin yang lentur dan kenyal itu (nucleus pulposus) mengalami cedera.

Lapisan kolagen ini, lama kelamaan kemudian merembes membentuk

tonjolan (protusio) keluar dari ruang antar ruas tulang yang akhirnya

menekan struktur yang berada di dekat tonjolan tadi (Smeltzer, 2002).

Nyeri oleh karena HNP yang menjepit nervus spinalis rasanya lebih

menggigit, terasa seperti terbakar atau seperti terkena sengatan listrik.

Dirasakan menjalar ke bagian bawah dan jika lebih parah lagi akan terasa

nyerinya dari belakang paha menyebar ke bagian bawah hingga betis

pada satu sisi. Nyeri dapat timbul setiap saat tidak terbatas apakah sedang

beraktivitas atau beristirahat (Smeltzer, 2002).

Info 2

RPD

- Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal

- Riwayat penyakit DM disangkal

- Riwayat penyakit jantung disangkal

- Riwayat hipertensi disangkal

- Riwayat trauma disangkal

- Riwayat TB paru disangkal

RPK

- Riwayat penyakit DM disangkal

- Riwayat penyakit jantung disangkal

- Riwayat hipertensi disangkal

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Kuantitatif : GCS E4 M6 V5

Page 21: Laporan Problem Based Learning III-edit

Vital Sign : TD : 120/70 mmHg

N : 80x/menit, reguler

RR : 20x/menit

S : 36,30C

Status internus : dalam batas normal

Info 3

Pemeriksaan Neurologis

Tanda Rangsang meningeal : (-)

Pemeriksaan nervus cranialis : dbn

Pemeriksaan sensibilitas : hipestesi dari ujung kaki dextra sampai lumbal 5

Reflek fisiologis : reflek tendo achiles : +/+

Reflek fisiologis lain : +N/+N

Reflek patologis : tes laseque : +350/>700

Fungsi vegetatif : dalam batas normal

Interpretasi:

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, Kesadaran Tn. H baik dan tanda vitalnya

juga normal, sedangkan pada pemeriksaan neurologis didapatkan pemeriksaan

sensibilitas dimana terdapat hepestesi dari ujung kaki dextra sampai lumbal 5, ini

mengindikasikan bahwa pasien mengalami ischialgia, diperkuat dengan tes

laseque yang positif pada sisi dextra, sehingga diagnosis lebih condong ke Hernia

Nucleus Pulposus (HNP).

Pemeriksaan Reflek Achilles

Reflex Achilles adalah fleksi telapak kaki yang disebabkan oleh kontraksi otot

triseps surae (m soleus, m gastrocnemius) yang menyerupai kedutan, ditimbulkan

dengan mengetuk tendo Achilles.Reflex Achilles menurun menunjukkan bahwa

terdapat gangguan pada lower motor neuron (LMN). Reflex Achilles menurun

karena otot-otot yang membentuk tendo Achilles yakni m.triceps surae

(m.gastrocnemius caput mediale, m.gastrocnemius caput laterale, m.soleus, dan

m.plantaris) mengalami gangguan akibat terjepitnya n.ischiadicus yang

merupakan nervus yang mempersarafi otot tersebut (Muttaqin, 2008).

Page 22: Laporan Problem Based Learning III-edit

Cara Pemeriksaan:

Minta klien untuk duduk di tepi meja pemeriksaan sehingga tungkai kaki

bergantung bebas, lakukan sedikit dorsofleksi pada pergelangan kaki klien

dengan menahan kaki pada tangan.

Ayunkan palu reflex langsung ke tendon Achilles di atas tumit

Observasi dan rasakan plantar fleksi normal (sentakan ke bawah) pada

kaki.

Info 4

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Darah

Hb : 14 gr/dl (N= 13-16 gr/dl )

Leukosit : 7000/mm3 (N= 5000-10.000 mm3)

Trombosit : 220.000/ mm3 (N= 150.000 – 350.000/mm3)

GDS : 100 mg/dl (<200mg/dl)

Kolesterol total : 197 mg/dl (<200 mg/dl)

HDL : 52 mg/dl (45-65 mg/dl)

LDL : 175 mg/dl

Trigliserida : 150 mg/dl (120-190 mg/dl)

Asam urat : 5,0 mg/dl 2,5-9 mg/dl)

Page 23: Laporan Problem Based Learning III-edit

Foto polos vertebrae lumbosacral AP lateral:

Listesis corpus vertebrae lumbal 4 terhadap vertebrae lumbal 5, terdapat

penyempitan diskus intervertebralis

Interpretasi

Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah dapat disimpulkan bahwa komponen

LDL Tn. H adalah tinggi (berisiko tinggi) yaitu 175 mg/dl, dimana nilai normal

adalah 100 mg/dl, diatas normal: 100-129 mg/dl, cukup tinggi: 130-159 mg/dl,

tinggi: 160-189 mg/dl dan sangat tinggi: >190 mg/dl.

Sedangkan komponen darah yang lain masih dalam batas normal, sehingga

kecurigaan yang mengarah pada penyakit jantung dan gangguan metabolisme

dapat disingkirkan. Sedangkan gambaran listesis menunjukan adanya patologi

berupa pergeseran posisi dan bentuk vertebrae lumbal 4 terhadap lumbal 5 akibat

penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara keduanya.

Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi

sakro-iliaka), Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus,

penyakit degeneratif, kelainan bawaan dan vertebra yang tidak stabil. Pada

dasarnya, foto polos tidak dapat memperlihatkan herniasi secara frontal, tetapi

gambaran yang muncul dapat digunakan untuk menyingkirkan kondisi lainnya

misalnya, fraktur, kanker, dan infeksi. Untuk memperkuat kecurigaan yang

mengarah kepada penyakit yang spesifik, ada beberapa pemeriksaan penunjang

yang mungkin dapat dilakukan.

Page 24: Laporan Problem Based Learning III-edit

Gambar 2.7 Gambaran Rontgen Polos Lumbal

Pemeriksaan penunjang yang diusulkan:

Myelografi (myelography) adalah pemeriksaan sinar x pada kanal tulang

belakang. Sebuah agen radiokontras disuntikkan melalui jarum ke dalam ruang

sekitar saraf tulang belakang untuk menampilkan sumsum tulang belakang, kanal

tulang belakang, dan akar saraf pada foto sinar x.melakukan gerak ekstensi.

Bila diagnosis sindrom diskus sudah pasti, dan tidak ada kemungkinan

tumor kauda ekuina atau beberapa kelainan lain, mielografi tidak perlu dilakukan

kecuali operasi dipertimbangkan. Mielografi untuk menentukan tingkat protrusi

diskus.

Info 5

Diagnosis

Diagnosis Klinis : Ischialgia dextra, parestesi ekstremitas inferior dextra

Diagnosis Topik : radix nn. Lumbal 5

Diagnosis Etiologi : suspect HNP

Usulan pemeriksaan penunjang : MRI lumbal, myelografi

Tatalaksana

Farmakologi:

- Analgesic

Page 25: Laporan Problem Based Learning III-edit

- Antispasmodik (diazepam)

- Neurotropik

Non Farmakologi:

- tirah baring pada alas ranjang yang keras

- hindari membungkuk atau mengejan

- hindari aktivitas yang memperberat nyeri

V. Sasaran Belajar

1. Hernia Nukleus Pulposus

a. Definisi

b. Etiologi

c. Faktor risiko

d. Pathogenesis

e. Patofisiologi

f. Penegakan diagnosis

g. Diagnosis Banding

h. Penatalaksanaan

i. Komplikasi

j. Prognosis

VI. Jawaban Sasaran Belajar

1. Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

a. Definisi

Ada beberapa istilah untuk menyebut hernia nucleus pulposus

(HNP) yaitu herniated disc, prolapsed disc, sequestered disc,

protuding disc, bulging disc, ruptured disc, extruded disc, soft disc,

dan slipped disc yang semuanya itu adalah suatu keadaan dimana

annulus fibrosus beserta nucleus pulposusnya menonjol ke dalam

kanalis spinalis(Widhiana, 2002).

b. Etiologi

Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :

Page 26: Laporan Problem Based Learning III-edit

1) Degenerasi diskus intervertebralis

2) Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi

3) Trauma berat atau terjatuh

4) Mengangkat atau menarik benda berat

c. Faktor Risiko

Faktor Risiko HNP ada yang dapat diubah dan ada yang tidak

dapat diubah, yaitu (Yulvitrawasih, 2011):

1) Faktor risiko yang tidak dapat diubah

a) Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi.

b) Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita.

c) Riwayat cidera punggung atau HNP sebelumnya.

2) Faktor risiko yang dapat diubah

a) Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama,

mengangkat atau menarik barang-barang serta, sering

membungkuk atau gerakan memutar pada punggung,

latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan

seperti supir.

b) Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak

berlatih, latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.

c) Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu

kemampuan diskus untuk menyerap nutrien yang

diperlukan dari dalam darah.

d) Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah

perut dapat menyebabkan strain pada punggung bawah.

e) Batuk lama dan berulang.

Selain itu juga terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi

antara lain (Yulvitrawasih, 2011):

1) Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas

pembebanan.

2) Kondisi lingkungan kerja yaitu licin, kasar, naik atau turun.

3) Keterampilan pekerja.

4) Peralatan kerja beserta keamanannya.

Page 27: Laporan Problem Based Learning III-edit

d. Pathogenesis

Patogenesis HNP (Risbud, et al, 2010)

trauma, degeneratif

anulus fibrosus tergesek

cedera nukelus pulposus

nukleus pulposus merembes

membentuk tonjolan (protusio)

keluar dari diskus intervetrebalis

ke belakang lateral

mengencet canalis spinalis

menjepit radiks spinalis

e. Patofisiologi

Menjelang usia 30, mulailah terjadi perubahan-perubahan pada

annulus fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat, serat-

serat fibroelastik terputus dan sebagian rusak diganti oleh jaringan

kolagen. Proses ini berlangsung terus menerus sehingga dalam

annulus fibrosus terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan

melakukan infiltrasi ke dalam rongga-rongga tersebut dan juga

mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air. Jadi terciptalah

suatu keadaan dimana disatu pihak volume materi nukleus pulposus

berkurang dan dipihak lain volume rongga antar vertebra bertambah

sehingga terjadilah penurunan tekanan intradiskal (Widhiana, 2002).

Sebagai kelanjutan dari proses tersebut, maka terjadilah

beberapa hal :

a. Penurunan tekanan intradiskal menyebabkan vertebra saling

mendekat. Hal ini mengakibatkan lepasnya ligamentum

longitudinale posterior dan anterior dari perlekatannya dan

Page 28: Laporan Problem Based Learning III-edit

bagian yang terlepas akan berlipat. Lipatan akan mengalami

fibrosis dan disusul kalsifikasi sehingga akan terbentuk osteofit.

b. Pendekatan 2 korpus vertebra akan mengakibatkan pendekatan

kapsul sendi artikulasio posterior sehingga timbul iritasi

synovial.

c. Materi nukleus pulposus yang mengisi rongga-rongga dalam

annulus fibrosus makin mendekati lapisan luar dan akhirnya

lapisan paling luar. Bila suatu ketika terjadi tekanan intradiskal

yang tiba-tiba meningkat, tekanan ini akan mampu mendorong

nukleus pulposus keluar. Hal ini merupakan awal terjadinya

HNP lumbal.

Herniasi umumnya terjadi pada 1 sisi dan jarang bersamaan

pada kedua sisi.Pada umumnya HNP lumbal terjadi akibat cedera

fleksi walaupun penderita tidak menyadari adanya trauma

sebelumnya.Trauma yang terjadi dapat berupa trauma tunggal yang

berat maupun akumulasi dari trauma ringan yang berulang. Berat

beban maksimal yang ditanggung oleh daerah lumbal adalah 11,3 kg

dan jarak minimal 25 inci. Pengulangan mengangkat beban lebih dari

25 kali sehari cenderung 3 kali lebih sering menimbulkan HNP.

Batuk, bersin dan mengejan akan menyebabkan kontraksi oto

rangka. Kontraksi ini akan menyebabkan tekanan intra abdominal dan

tekanan intra torakal meningkat yang berakibat terjadi pendesakan

pada pembuluh darah seluruh tubuh. Pemindahan sejumlah darah dari

perifer ke jantung dan paru akan menyebabkan curah jantung

meningkat 5-6 kali sehingga tekanan arteri akan meningkat sebesar

20-60%.

Venous return yang terganggu ini menyebabkan resorbsi cairan

serebro spinalis ke dalam aliran darah terhambat sehingga

mengakibatkan kenaikan tekanan CSS dengan agak cepat.

Peningkatan tekanan CSS ini akan diteruskan ke rongga

leptomeningeal spinal. Oleh karena pada HNP terjadi penonjolan

annulus ke dalam kanalis spinalis yang menekan radiks spinalis maka

Page 29: Laporan Problem Based Learning III-edit

batuk, bersin, dan mengejan dapat memprovokasi timbulnya nyeri

radikuler (Widhiana, 2002).

Mekanisme Nyeri

Gambar 2.8 Traktus Spinothalamicus (Pearson, 2011)

Nyeri merupakan sensasi tidak nyaman yang bersifat subjektif

pada seseorang sebagai mekanisme protektif untuk mencegah

komplikasi dari benda asing yang bersifat subjektif. Nyeri merupakan

peristiwa yang terjadi akibat sensor nyeri yang berasal dari

propioreseptor dan mekanoreseptor yang kemudian dihantarkan

melalui traktus menuju area pusat kesadaran: thalamus. Reseptor nyeri

menghantarkan impuls ke radiks ganglion posterior yang berperan

sebagai 1st order neuron, kemudian dihantarkan ke medulla oblongata

melalui medulla spinallis menuju 2nd order neuron do batang otak.

Impuls tersebut dihantarkan menuju nuclei intralaminar di thalamus

sebagai 3rd order neuron, lalu nyeri di persepsikan di capsula interna

gyrus post- sentral (Baehr dan Frotscher, 2012).

Page 30: Laporan Problem Based Learning III-edit

f. Penegakan diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis HNP lumbal, selain anamnesis

juga pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.

1. Data anamnesis

a) “Low back pain” (sakit pinggang bawah) selalu emndahului

iskialgia

b) Kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan di dalam

ruang araknoid seperti batuk, bersin, dan mengejan

memprovokasi terasanya iskialgia

c) Faktor trauma hampir selamanya dapat ditemukan

2. Pemeriksaan Fisik

a) InspeksiGerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan

gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk

kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya

skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal

dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.

Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah. Fleksi

kedepan secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai

bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang

terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga

meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan

jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di

sebelahnya (jackhammer effect). Lokasi dari HNP biasanya

dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke depan

ke lateral kanan dan kiri.Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau

ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang

ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.

b) PalpasiAdanya nyeri/tenderness pada kulit bisa menunjukkan

adanya kemungkinan suatu keadaan psikologis di

bawahnya. Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen

yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan

Page 31: Laporan Problem Based Learning III-edit

intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan

ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien.

Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya

ketidak- rataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang

terkena. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus

spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada

vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada

kelainan neurologis. Harus dicari pula refleks patologis

seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang

menunjukkan adanya suatu gangguan UMN. Dari

pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan

yang berupa UMN atau LMN. Pemeriksaan sensorik

pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena

membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang

keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam

membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai

dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna

dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.

c) Tanda-tanda perangsangan meningeal :

Tanda Laseque menunjukkan adanya ketegangan

pada saraf spinal khususnya L5 atau S1.Secara klinis tanda

Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu,

lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan

graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan

menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis

dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi.

Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai

dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising).

Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain semua

dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler.

Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra

lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi diskus. Pada

Page 32: Laporan Problem Based Learning III-edit

tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk

menimbulkan nyeri makin besar kemungkinan kompresi

radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda

laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-

operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada

96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti

menderita HNP dan pada hernia yang besar dan lengkap

tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus

diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia

dan tidak begitu sering dijumpai pada penderita yang tua

dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).

Tanda Laseque kontralateral(contralateral Laseque

sign) dilakukan dengan cara yang sama, namun bila tungkai

yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons

yang positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan

menunjukkan adanya suatu HNP.

Tes valsava pasien diminta mengejan/batuk dan

dikatakan tes positif bila timbul nyeri

3. Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan radiologis

1) Foto polos vertebra

Sebaiknya dilakukan dari 3 sudut pandang yaitu AP,

lateral, dan oblique. Informasi yang diperoleh dari

pemeriksaan ini adalah :

a. Adanya penyempitan ruang intervertebralis dapat

mengindikasikan adanya HNP

b. Pada HNP dapat juga dilihat scoliosis vertebra kesisi

yang sehat dan berkurangnya lordosis lumbalis

c. Dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan

patologis lainnya seperti proses metastasis, fraktur

kompresi.

Page 33: Laporan Problem Based Learning III-edit

2) Mielografi

Mielografi adalah suatu pemeriksaan radiologis

dengan tujuan melihat struktur kanalis spinalis dengan

memakai kontras. Bahan kontras dibagai atas kontras

negatif yaitu udara, namun sudah tidak digunakan lagi

dan kontras positif yang larut dalam air (missal : Dimer-

X, Amipaque, Conray 280) dan yang larut dalam

minyak (misal : Pantopaque).

Gambaran yang khas pada HNP adalah terlihat

adanya indentasi pada kolom zat kontras di diskus yang

mengalami herniasi.

3) Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI merupakan alat pemeriksaan diagnostic yang

dapat menghasilkan rekaman gambar potongan tubuh

atau organ manusia dengan menggunakan medan

magent berkekuatan antara 0,064-1,5 dan efek resonansi

yang timbul akibat getaran gelombang radio frekuensi

terhadap inti atom hydrogen. Melalui kecanggihan

computer, signal yang diterima dari getaran resonansi

diolah menjadi rekaman gambar penampang tubuh yang

kemudian dicetak pada selembar film.

Pada MRI, dapat terlihat gambaran bulging diskus

(annulus intak), herniasi diskus (annulus robek) dan

dapat mendeteksi dengan baik adanya kompresi akar-

akar saraf atau medulla spinalis oleh fragmen diskus

(Widhiana, 2002).

g. Diagnosis Banding

1) Neuropati diabetika

2) Tumor daerah lumbal

3) Fraktur vertebra lumbalis

4) Spondilosis lumbalis

Page 34: Laporan Problem Based Learning III-edit

5) Proses inflamasi tulang belakang di sekitar L5, S1 dan S2

misalnya artritis sakroiliaka (Widhiana, 2002).

h. Penatalaksanaan

1) Konservatif  bila tidak dijumpai defisit neurologik :

a) Tidur selama 1 – 2 jam diatas kasur yang keras

b) Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau

kompresi saraf

c) Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti

inflamasi drug dan analgetik.

d) Terapi panas dingin.

e) Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan

lumbosacral brace atau korset.

f) Terapi diet untuk mengurangi BB

g) Traksi lumbal

2) Pembedahan

Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang

mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala

pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurology utama

seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.

Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau

pengeluaran atau pemotongan lamina tulang belakang dan

biasanya dilakukan untuk memperbaiki luka pada spinal.

i. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul dari hernia nukleus pulposus

adalah atrofi otot-otot ekstremitas inferior.Otot-otot yang mengalami

atrofi tergantung dari radix saraf yang mengalami lesi.Lesi pada

radix saraf L4 menyebabkan atrofi pada m.quadriceps femoris, lesi

pada radix saraf S1 menyebabkan atrofi pada m.gastroknemius dan

m.soleus. Atrofi yang tidak mendaptkan rehabilitasi akan

menyebabkan kelumpuhan ekstremitas inferior (Sufitni, 1996).

Page 35: Laporan Problem Based Learning III-edit

j. Prognosis

Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan

terapi konservatif, sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik

meskipun telah diterapi. Pada pasien dioperasi, 90% akan membaik

terutama nyeri tungkai, tetapi kemungkinan terjadinya kekambuhan

adalah 5% dan bisa pada diskus yang sama atau berbeda.

Page 36: Laporan Problem Based Learning III-edit

DAFTAR PUSTAKA

Baehr dan Frotscher. 2012. Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Jakarta : EGC

Dewanto, George. Suwono, Wita J. Riyanto, Budi. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC.

Harsono, DSS. 2005. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Penerbit FK UI.

Mardjono M, Sidharta P. 2008. Neurologi klinis dasar.Edisi 5. Jakarta: Dian Rakyat.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika

Risbud, Makarand V., Ernestina Schipani, Irving M. Shapiro. 2010. Hypoxic Regulation of Nucleus Pulosus Cell Survival. From Niche to Notch. The American Journal of Pathology, vol. 176 (4) : 1577-1583.

Sherwood, Lauralee. 2001.Fisiologi manusia: dari sel ke system. Jakarta:EGC

Sidharta, Priguna. 2009. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat.

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC.

Smeltzer, SuzaneC. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC.

Snell, Richard S. 2006. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC

Snell, Richard. 2007. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 5. Jakarta : EGC

Sufitni. 1996. Diagnosis topik neurologi. Edisi 2.Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Tamsuri, 2007.Ilmu penyakit Dalam.Jakarta : EGC

Widhiana, D. N. 2002. Sensitivitas dan Spesifisitas Tes Provokasi Batuk, Bersin, dan Mengejan Dalam Mendiagnosis Hernia Nukleus Pulposus Lumbal. Semarang: Fakultas Kedoketran Universitas Diponegoro

Yulvitrawasih. 2011. Hindari HNP. available at http://rumah-sakit-islam-cempaka-putih-Index2.php.htm. diakses tanggal 18 Maret 2013