laporan praktikum pengenalan biekologi tungau dan … · laporan praktikum pengenalan biekologi...
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN BIEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA
KERUSAKANYA
Oleh :
Golongan C/Kelompok 4A
1. Imam Syafii (161510501040)
2. Dilla Restu Jayanti (161510501169)
3. Dini Indah Lestari (161510501172)
LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya tanaman adalah salah satu usaha untuk memperbanyak tanaman
yang dapat di gunakan untuk berbagai bidang. Budidaya tanaman akan mengalami
penurunan hasil produksi yang dapat di sebabkan oleh berbagai macam faktor.
Faktor yang menyebabkan penurunan hasil pembudidayaan tanaman salah satunya
adalah serangan organisme penganggu tanaman (OPT). Organisme pengganggu
tanaman merupakan organisme yang merusak, mengganggu yang dapat
meninggalkan bekas ataupun luka di tanaman tersebut yang bahkan
mengakibatakan tanaman tersebut mati. Bagian tanaman yang terserang oleh
organisme pengganggu tanaman adalah batang, akar, daun, buah dan bahkan
dapat menyerang biji. Serangan organisme pengganggu tanaman dapat
meninggalkan luka maupun non-luka. Berbagai serangan organisme pengganggu
tanaman dapat di bedakan berdasarkan jenisnya yaitu gulma, inverterbrata,
vertebrata dan patogen. Organisme penganggu tanaman jenis invertebrate
merupakan organisme pengganggu tanaman yang tidak memiliki tulang punggung
contohnya tungau.
Tungau menyerang tanaman bagian batang, daun dan buah yang akan
meninggalkan berbagai gejala dan kerusakan secara fisik maupun non-fisik.
Tungau merupakan organisme yang termasuk kedalam famili Archnida. Bentuk
tungau relative kecil di bandingkan hama lain yang menyerang tanaman lainnya.
Tungau memiliki kepala dan tubuh bergabung menjadi satu dalam badan. Tubuh
tungau tidak memiliki segmen atau sekat Tungau dapat bersifat sebagai hewan
yang parasite maupun sebagai predator bagi hewan yang lebih kecil dari tungau.
Tungau sering kali menyerang tanaman hortikultura dan menyebabkan gejala
kerusakan yang bervariasi. Gejala yang sering terlihat pada daun yaitu tungau
dapat mengakibatkan daun mengalami klorosis. Memahami morfologi dan gejala
kerusakan tungau akan membantu untuk mengatasi permasalahan yang tengah di
hadapi oleh para petani tanaman hortikultura.
2
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengenali morfologi tungau secara umum.
2. Mengetahui dan memahami gejala kerusakan yang diakibatkan oleh tungau.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tungau merupakan organisme yang berukuran kurang lebih 0,5 mm dan
berkulit lunak dengan kerangka kitin. Tungau adalah sekelompok laba-laba
bangsa acarina yanng hampir semua tungau berwarna merah yang berbentuk oval
atau bulat dan tidak bersegmen. Tungau memiliki 2 bagian bagian yang berbeda
yaitu gnatosoma dan idiosoma. Gnatosoma adalah semua bagian mulut,
sedangkan idiosoma mencangkup sisa tubuh yang sejajar dengan kepala, dada dan
abdomen. Tungau menjadi parasit pada hewan maupun tumbuhan. Tungau juga
menjadi parasit pada lebah madu yaitu Varroa sp. Tungau ini menyerang pada
cairan yang dihasilkan oleh lebah madu. Tungau ini biasa menyerang sarang lebah
yang mengambil cairan bentuk madu sebagai sumber makanan utamanya. Spesies
ini tumbuh pada koloni lebah yang sedang bereproduksi (Mumbi et al,2014).
Menurut Marginasari (2012) bahwa tungau mempunyai ciri-ciri titik halus
pada daun yang berwarna kuning yang semakin lama berubah menjadi hitam,
daun melengkung dan mengalami terpelintir berwarana kuning atau coklat.
Tungau akan menyebaban daun berbawrna abu-abu di bagin bawah degan jaring-
jaring halus dan terdapat tungau seperti titik yang berwarna kuning, orange,
maupun merah. Tungau hidup di tumbuhan teletak dibagian bawah daun. Hal ini
dikarenakan tungau juga melindungi diri dari serangan predator lain. Selain itu,
faktor terperatur dan curah hujan memberi dampak pada siklus hidup tungau.
Tungau memilih hidup di cuaca panas seoerti tungau merah. Cuaca panas akan
memberi dampak positif bagi tungau untuk berkembangbiak lebih cepat dari pada
di cuaca hujan (Kamruzzaman et al, 2014).
Tungau dapat bereproduksi lebih cepat pada cuaca yang panas, berdebu,
dan bisa ditemukan di dekat jalan raya yang berdebu, dan dapat ditemukan di
pinggir kebun. Tungau dapat menyerang bagian daun tanaman degan menyerap
cairan atau sel-sel pada daun yang memnyebabkan bercak-bercak kemerahan atau
kekuningan sehingga mengalami cacat pada daun. Semakin lama menghisap,
maka akan menyebabkan kematian pada tanaman yang diserang. Tungau
4
mempunyai beberapa jenis yaitu tungau merah, tungau kuning, tungau bercak dua,
dan tungau karat buah (Sarwar, 2015).
Tungau merah adalah jenis tungau yang menyerang pada tanaman ubi
kayu. Tungau ini sebagai hama bagi tanaman ubi kayu dimana menyerang
tanaman pangan, sayuran, buah dan tanaman hias. Tungau merah memiliki kepala
dan dada menjadi satu, berkaki 8 dengan panjang 0,3-05 mm, alat mulutnya
menusuk dan menghisap sel tanaman. Dampak dari gejala serangan tungau merah
yaitu adanya bintik-bintik berwarna kuning pada bagian daun. Tungau merah akan
menyebabkan kerusakan pada sel-sel mesofil dan menghisap seluruh isi sel
termasuk zat hijau daun (klorofil). Tungau ini menyerang pada ubi kayu dimana
menyerang pada bagian daun (Pramudianto dan Sari, 2016).
Tungau kuning adalah jenis tungau yang berukuran kecil yaitu 0,8 mm.
Tungau ini dapat ditemukan di permukaan daun bagian bawah. Tungau kuining
berkembangbiak dengan cara kopulasi/kawin, ada yang tidak. Tungau yang tidak
mengalami kopulasi akan menghasilkan betina saja. Benita dari tungau dapat
meletakkan telur antara 36-40 butir atau 5-8 butir per harinya. Tungau kuning
mengalami metamorfosis tidak sempurna dimana telur, iarva, nimfa dan imago
(Tukimin, 2012). Serangan tungau kuning dapat diketahui terdapat bintik kuning
dipermukaan daun, bintik tersebut akan berubah menjadi kecoklatan dan berubah
kehitaman yang akan mengakibatkan kematian tanaman. Daun akan mengalami
penggulungan dan mengkriting ke arah bawah. Serangan pada tungau kuning juga
menyebabkan tanaman pada daun menjadi berwarna coklat mengkilat, pucuk
seperti terbakar dan bunga menjadi gugur (Mulyani dkk, 2017).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Bioekologi OPT tentang “Pengenalan Bioekologi Tungau dan
Gejala Kerusakannya” dilaksanakan pada hari Jum’at, 03 November 2017 pukul
08.50 – 11.00 WIB di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Jurusan Hama
Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
1. Alat tulis
2. Cawan petri
3. Compound mikroskop
3.2.2 Bahan
1. Contoh tungau dan gejala pada tanaman (cabai, terong, singkong) yang
ditimbulkan.
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Menggambar bentuk tungau serta menyebutkan bagian tubuhnya secara umum.
2. Memfoto dan mengamati beberapa contoh tungau serta gejala pada tanaman
yang ditimbulkan.
3.4 Variabel Pengamatan
1. Morfologi tungau
Berdasarkan pengamatan tanaman yang diserang (cabai, singkong dan terong)
2. Gejala kerusakan
Diamati berdasarkan tanda kerusakan pada tanaman (cabai, singkong dan
terong) akibat serangan tungau.
6
3.5 Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum selanjutnya akan
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.
7
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
8
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui tentang morfologi tungau secara
umum. Tubuh tunga terbagi atas beberapa bagian seperti Gnatosoma, Idiosoma,
Prodosoma, Tysterosoma dan opisthosoma. Dari bagian-bagian tersebut nanti
terdiri lagi dari bagian tubuhnya seperti kaki, alat mulut dan lainnya. Terlihat juga
pada gambar bahwa tubuh tungai memili 4 pasang kaki dengan tubuh tida
bersegmen.
KELOMPOK
DAN
KOMODITAS
GAMBAR KETERANGAN
Kelompok 1
Ditemukan
tungau pada
Tanaman
singkong
(Manihot
esculeta)
Tungau :
Tungau Merah
Tetranychus
cinnabarrinus B
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Acarina
Famili : Tetranchidae
Genus : Tetranychus
Spesies: Tetranychus cinnabarrinus
B
Morfologi:
- Kepala menjadi satu dengan dada
- Berkaki 8 dengan panjang tubuh
yaitu 0.3-0.5 mm
- Tubuh tungau jantan berwarna
kemerah-merahan yang bercaknya
kecil hitam
- Kaki dan mulut berwarna putih
transparan
- Tipe mulut pencucuk penghisap
Gejala :
- Menyerang daun sehingga daun
Nampak bercak merah karat
- Dibalik daun akan terlihat benang-
benang halus
- Serangan hama ini umumnya pada
musim kemarau
- Serangan hebat akan menimbulkan
tanaman menjadi kerdil
- Serangan terus menerus
mengakibatkan daun menjadi kering.
9
Kelompok 2
Ditemukan
tungau pada
Tanaman
singkong
(Manihot
esculeta)
Tungau :
Tungau Merah
Tetranychus
cinnabarrinus
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Acarina
Famili : Tetranchidae
Genus : Tetranychus
Spesies: Tetranychus cinnabarrinus
B
Morfologi:
- Kepala menjadi satu dengan dada
- Berkaki 8 dengan panjang tubuh
yaitu 0.3-0.5 mm
- Tubuh tungau jantan berwarna
kemerah-merahan yang bercaknya
kecil hitam
- Kaki dan mulut berwarna putih
transparan
- Tipe mulut pencucuk penghisap
Gejala :
- Menyerang daun sehingga daun
Nampak bercak merah karat
- Dibalik daun akan terlihat benang-
benang halus
- Serangan hama ini umumnya pada
musim kemarau
- Serangan hebat akan menimbulkan
tanaman menjadi kerdil
- Serangan terus menerus
mengakibatkan daun menjadi kering.
Kelompok 3
ditemukan
tungau pada
Tanaman
singkong
(Manihot
esculeta)
Tungau :
Tungau Merah
Tetranychus
cinnabarrinus
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Acarina
Famili : Tetranchidae
Genus : Tetranychus
Spesies: Tetranychus cinnabarrinus
10
B
Morfologi:
- Kepala menjadi satu dengan dada
- Berkaki 8 dengan panjang tubuh
yaitu 0.3-0.5 mm
- Tubuh tungau jantan berwarna
kemerah-merahan yang bercaknya
kecil hitam
- Kaki dan mulut berwarna putih
transparan
- Tipe mulut pencucuk penghisap
Gejala :
- Menyerang dengan cara menghisap
cairan daun menggunakan mulut
dengan tipe pencucuk penghisap
- Menghisap bagian mesofil daun
- Munculnya bercak merah seperti
karat
- Daun menhering dan rontok
- Tungau berwarna merah kehitaman
dengan mulut transparan
Kelompok 4
ditemukan
tungau pada
Tanaman cabai
(Capsicum
annum L.)
Tungau :
Tungau Kuning
Polyphagustarsonemus
lotus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arcahnida
Ordo : Acarina
Famili : Tarsonematidae
Genus : Polyphagotarsonemus
Spesies : Polyphagotarsonemus latus Banks.)
Morfologi:
- Memiliki warna tubuh kuning
transparan
- Memiliki 4 pasang kaki
- Tungau mampu menetas 3 hari dan
dewasa 5 hari
- Tingkat reproduksi cepat dan
memungkinkan dapat melawan
pestisida
- Betina tunggal dapat ber- reproduksi
hingga 1 juta 1 bulan
Gejala : - Serangan ditandai dengan munculnya
11
bintik kuning dipermukaan daun
- Lama-kelamaan menghitam
- Mengkriting menggulung kea rah
dalam dan bawah menebal
- Bagian bawah berwarna tembaga
- Bagian bawah terdapat benang-
benang halus
Kelompok 5
ditemukan
tungau pada
Tanaman cabai
(Capsicum
annum L.)
Tungau :
Tungau Kuning
Polyphagustarsonemus
lotus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arcahnida
Ordo : Acarina
Famili : Tarsonematidae
Genus : Polyphagotarsonemus
Spesies : Polyphagotarsonemus latus Banks.)
Morfologi:
- Memiliki warna tubuh kuning
transparan
- Memiliki 4 pasang kaki
- Tungau mampu menetas 3 hari dan
dewasa 5 hari
- Tingkat reproduksi cepat dan
memungkinkan dapat melawan
pestisida
- Betina tunggal dapat ber- reproduksi
hingga 1 juta 1 bulan
Gejala :
- Serangan ditandai dengan munculnya
bintik kuning dipermukaan daun
- Lama-kelamaan menghitam
- Mengkriting menggulung kea rah
dalam dan bawah menebal
- Bagian bawah berwarna tembaga
- Bagian bawah terdapat benang-
benang halus
Kelompok 6
Ditemukan
tungau pada
tanaman cabai
Tungau :
Tungau Kuning
Polyphagustarsonemus
lotus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arcahnida
Ordo : Acarina
12
(Capsicum
annum L.)
Famili : Tarsonematidae
Genus : Polyphagotarsonemus
Spesies : Polyphagotarsonemus latus Banks.)
Morfologi:
- Memiliki warna tubuh kuning
transparan
- Memiliki 4 pasang kaki
- Tungau mampu menetas 3 hari dan
dewasa 5 hari
- Tingkat reproduksi cepat dan
memungkinkan dapat melawan
pestisida
- Betina tunggal dapat ber- reproduksi
hingga 1 juta 1 bulan
Gejala :
- Serangan ditandai dengan munculnya
bintik kuning dipermukaan daun
- Lama-kelamaan menghitam
- Mengkriting menggulung kea rah
dalam dan bawah menebal
- Bagian bawah berwarna tembaga
- Bagian bawah terdapat benang-
benang halus
Kelompok 7
Tanaman
Terong
(Solanum
melongena)
Tungau :
Tidak Ditemukan
Tungau
- Tidak terdapat tungau yang
ditemukan pada preparat terong
- Hanya ditemukan serangga kutu
apids berwarna kuning.
Gejala : akibat tungau
- Pada daun terdpat bintik-bintik
merah sampai kecoklatan seperti
karat pada permukaan atas. Sarang
tungau berada pada bagian
permukaan daun tampak seperti
anyaman benang.
- Tungau menusuk dna menghisap
cairan tanaman yang menyebabkan
daun mengering
Kelompok 8
Tanaman
Terong
(Solanum
Tungau :
Tidak Ditemukan
Tungau
- Tidak terdapat tungau yang
ditemukan pada preparat terong
- Hanya ditemukan serangga kutu
apids berwarna kuning.
13
melongena) Gejala : akibat tungau
- Pada daun terdpat bintik-bintik
merah sampai kecoklatan seperti
karat pada permukaan atas. Sarang
tungau berada pada bagian
permukaan daun tampak seperti
anyaman benang.
- Tungau menusuk dna menghisap
cairan tanaman yang menyebabkan
daun mengering
Kelompok 9
Tanaman
Terong
(Solanum
melongena)
Tungau :
Tidak Ditemukan
Tungau
- Tidak terdapat tungau yang
ditemukan pada preparat terong
- Hanya ditemukan serangga kutu
apids berwarna kuning.
Gejala : akibat tungau
- Pada daun terdpat bintik-bintik
merah sampai kecoklatan seperti
karat pada permukaan atas. Sarang
tungau berada pada bagian
permukaan daun tampak seperti
anyaman benang.
- Tungau menusuk dna menghisap
cairan tanaman yang menyebabkan
daun mengering
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa ada 2 jenis tungau yang
ditemukan dari daun tanaman terong, singkong dan cabai. Gejala kerusakan yang
ditimbulkan akibat tungau pada tanaman tersebut juga berbeda-beda. Tungau yang
menyerang daun singkong adalah tungau merah, sedangkan daun cabai diserang
oleh tungau kuning. Daun terong tidak ditemukan tungau namun terlihat adanya
bekas serangaan tungau pada daun. Serangan dari tungau dapat menghambat
pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman menjadi rusak bahkan mati
14
4.2 Pembahasan
Menurut Pracaya (2008), tungau merupakan golongan binatang Arachnida
berordo Acarina yang memiliki tubuh kecil dan berkulit lunak dengan kerangka
kitin. Binatang ini tubuhnya tidak bersegmen, kepala dan dan badan melebur
menjadi satu, dengan ukuran tubuh sekitar 0.5 mm dan memiliki kaki 4 pasang.
Warna tubuh dari tungau bermacam-macam tergantung jenis tungaunya. Tungau
juga merupakan suatu binatang yang menjadi hama maupun menjadi predator
serangga tanaman. Tungau yang berperan menjadi hama mampu merusak
tanaman, menghambat pertumbuhan serta menimbulkan gejalan secara fisik yang
terlihat pada bagian tanaman terutama pada daun dan buah.
Hasil dari pengamatan hanya terdapat 2 jenis tungau yang diperoleh yaitu
tungau merah pada tanaman singkong dan tungau kuning pada tanaman cabai dan
tanaman singkong terdapat tungau merah. sedangkan pada tanaman terong tidak
ditemukan adanya tungau. Daun terong tidak ditemukkan nematode, namun pada
bagian daun terdapat gejala dan serangan yang diakibatkan oleh tungau yaitu
adanya bintik-bintik merah sampai kecoklatan sepeti katat pada permukaan atas
daun. Selain itu Nampak adanya benang-benang halus seperti anyaman benang.
Tungau merah ditemukan pada daun tanaman singkong (Manihot
esculeta). Tungau merah yang memiliki nama latin Tetranychus urticae Koch
yang berasal dari ordo Acarina bergenus Tetranychus. Tungau ini merupakan
hama yang serius dengan menyerang pada tanaman sayuran. Kepala menjadi satu
dengan dada dan berkaki 8 dengan panjang tubuh yaitu 0.3-0.5 mm. Tubuh tungau
jantan berwarna kemerah-merahan yang bercaknya kecil hitam. Kaki dan mulut
berwarna putih transparan. Tipe mulut pencucuk penghisap yang dilengkapi
dengan stilet yang panjang sehingga kandungan klorofil pada daun berkurang dan
berakibat adanya bintik-bintik putih maupun kuning. Serangan yang cukup berat
mengakibatkan daun menjadi gugur dan terdapat benang-baneng halus di
permukaan daun. Tungau merah memiliki telur bulat dengan warna putih susu,
biasanya sampai menetas dalam jangka waktu dua sampai empat hari. Setelah
menetas menjadi larva, dan terjadi selama satu sampai dengan dua minggu.
Serangga dewasa mampu hidup dengan durasi antara tiga smapai empat minggu.
15
Gejala yang diakibatkan Menyerang daun sehingga daun Nampak bercak merah
karat. Serangan hama ini umumnya pada musim kemarau. Serangan hebat akan
menimbulkan tanaman menjadi kerdil daun menjadi kering (Hasyim dkk, 2009).
Tungau kuning yang memiliki nama latin Polyphagotarsonemus
latus Banks dengan ordo yang Acarina dan kelas Arachnida. Tungau jenis ini
ditemukan pada daun cabai yang diamati. Morfologi memiiliki warna tuubuh
kuning transparan, memiliki 4 pasang kaki, tubuh tidak bersegmen. Tungau jenis
ini memiliki kemampuan bereproduksi yag cukup cepat. Dimana seekor betina
tunggal mampu bertelur hingga satu juta telur dalam jangka waktu sebulan.
Dengan demikian membuat tungau ini menjadi resisten atau melawan kerja dari
pestisida apabila sedang dilakukan pengendalian. Setelah menetas tungau kuning
akan menjadi larva yang memiliki ukuran kecil dengan bentuk oval berukuran 0.1
mm. selama pertumbuhan terjadi perubahan warna pad atubuhnya dari kuning
kehijauan menjadi kuning kecoklatan (Tukimin, 2012). Gejala serangan yang
diakibatkan oleh tungau ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik kuning
dipermukaan daun. apabila serangan yang parah, semakin lama daun akan
berubah warna menjadi menghitam sehingga tanaman akan mengalami hambatan
dalam fotosintesis dan pertumbuhan. Daun yang terserang jug adapt mengkeriting
menggulung ke atas seperti sendok terbalik, bagian daunnya akan menebal dengan
warna seperti karat tembaga. Keberadaan tungau kuning ini uga dapat dilihat
dengan adanya benang-benang halus pada permukaan daun
16
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Tungau memiliki karakteristik tubuh kecil, tidak bersegmen, memiliki 4
pasang kaki sertamemiliki alat pencucuk penghisap begitu juga pada tungau
merah yang ditemukan pada tanaman singkong dan tungau kuning yang
ditumakan pada tanaman cabai
2. Gejala serangan yang diakibatkan tungau merah pada singkong adalah kuning
pada daun cabai adalah sedangkan tungau merah pada tanama singkong
menyebabkan adnaya bintik karat pada daun. serangan yang parah akan
mampu mematikan tumbuhan tersebut.
5.2 Saran
Kegiatan praktikum sudah berjalan dengan baik, namun lebih baik apabila
sampel yangdigunakan untuk pengamatan dapat ditemui semua tunga sehingga
memudahkan praktikan untuk mengenali morforolgi tubuh dan mengetahui lebih
jauh tentang macam-macam dan bagia tanaman yang terserang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hasyim.A., W.Setiawan.,L.Lukman, dan A.Hudayya. Serangga Hama dan
Tungau pada Tanaman Terung. Bandung : Balai Penelitian Tanaman
Sayuran.
Kamruzzaman, A. S. M., M. Z. Alam, and M. R. U. Miah. 2014. Impact of
Weather Factors on Seasonal Abundance Andpopulation Dynamics of
Yellow Mite, Polyphagotarsonemuslatus (Banks) on Different Varieties
of Jute, Corchorusolitorius L. Under Net House Condition. Mun. Ent.
Zool, 9(1): 457-467.
Marginasari, A. F. 2012. Bertanam Melon Eksklusif di Dalam Pot Judul
Buku:Bertanam Melon Eksklusif di Dalam Pot. Bogor: Penebar Swadaya.
Mulyani, C., Afrizal dan S. V. Nadeak. 2017. Pengaruh Aplikasi Jenis Dan
Konsentrasi Pestisida Organik Terhadap Pengendalian Hama Tungau
Kuning (Polyphagotarsonemus latus, Banks) Pada Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill). Agrosamudra, 4(1): 10-22.
Mumbi, C. T., A. R. Mwakatobe., I. H. Mpinga., A. Richard., and R. Machumu.
2014. Parasitic Mite, Varroa Species (Parasitiformes: Varroidae)
Infesting The Colonies Of African Honeybees, Apis Mellifera Scutellata
(Hymenoptera: Apididae) In Tanzania. Entomology and Zoology Studies,
2(3): 188-196.
Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya .
Pramudianto dan K. P. Sari. 2016. Tungau Merah (Tetranychus Urticae Koch)
pada Tanaman Ubikayu dan Cara Pengendaliannya. Buletin Palawija,
14(1): 36-48.
Sarwar, M. 2015. Mite Pests (Acari) in Mango (Mangifera indica L.) Plantations
and Implementation of Control Strategy. Bioscience and Bioengineering,
1(3): 41-47.
Tukimin, S. W. 2012. Bioekologi dan Pengendalian tungau Kuning
Polyphagotarsonemus latus (Banks) dengan Pestisida Nabati pada
Tanaman Wijen. Perspektif, 11(1): 69-78.
18
LAMPIRAN
Gambar 1. Flowchart Praktikan
19
20
Gambar 2. Tabel ACC
21
Hasyim.A., W.Setiawan.,L.Lukman, dan A.Hudayya. Serangga Hama dan
Tungau pada Tanaman Terung. Bandung : Balai Penelitian Tanaman
Sayuran.
Tukimin, S. W. 2012. Bioekologi dan Pengendalian tungau Kuning
Polyphagotarsonemus latus (Banks) dengan Pestisida Nabati pada
Tanaman Wijen. Perspektif, 11(1): 69-78.
22
23
Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya
24
Marginasari, A. F. 2012. Bertanam Melon Eksklusif di Dalam Pot Judul
Buku:Bertanam Melon Eksklusif di Dalam Pot. Bogor: Penebar Swadaya.
25
Mulyani, C., Afrizal dan S. V. Nadeak. 2017. Pengaruh Aplikasi Jenis Dan
Konsentrasi Pestisida Organik Terhadap Pengendalian Hama Tungau
Kuning (Polyphagotarsonemus latus, Banks) Pada Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill). Agrosamudra, 4(1): 10-22.
26
Kamruzzaman, A. S. M., M. Z. Alam, and M. R. U. Miah. 2014. Impact of
Weather Factors on Seasonal Abundance Andpopulation Dynamics of
Yellow Mite, Polyphagotarsonemuslatus (Banks) on Different Varieties of
Jute, Corchorusolitorius L. Under Net House Condition. Mun. Ent. Zool,
9(1): 457-467.
27
Tukimin, S. W. 2012. Bioekologi dan Pengendalian tungau Kuning
Polyphagotarsonemus latus (Banks) dengan Pestisida Nabati pada Tanaman
Wijen. Perspektif, 11(1): 69-78.
28
Mumbi, C. T., A. R. Mwakatobe., I. H. Mpinga., A. Richard., and R. Machumu.
2014. Parasitic Mite, Varroa Species (Parasitiformes: Varroidae) Infesting
The Colonies Of African Honeybees, Apis Mellifera Scutellata
(Hymenoptera: Apididae) In Tanzania. Entomology and Zoology Studies,
2(3): 188-196.
29
Sarwar, M. 2015. Mite Pests (Acari) in Mango (Mangifera indica L.) Plantations
and Implementation of Control Strategy. Bioscience and Bioengineering,
1(3): 41-47.
30
Pramudianto dan K. P. Sari. 2016. Tungau Merah (Tetranychus Urticae Koch)
pada Tanaman Ubikayu dan Cara Pengendaliannya. Buletin Palawija, 14(1):
36-48.