pengenalan bioekologi tungau dan gejala … · 1.1 latar belakang tungau merupakan hewan yang...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENALAN BIOEKOLOGI TUNGAU DAN GEJALA
KERUSAKANNYA
Oleh :
Golongan E/Kelompok 3A
1. Imam Maliki (161510501114)
2. Ida Novia Puspaningrum (161510501123)
3. Eva Syazana Nadiah S (161510501130)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tungau merupakan hewan yang berukuran kecil dengan ukuran sekitar <0,5
cm. tungau merupakan hewan yang memiliki 8 kaki atau 4 pasang kaki, memiliki
kulit yang lunak, berbentuk bulat atau oval, tubuh tidak memiliki segmen.Tungau
memiliki spesies sebanyak 20.000 spesies dengan habitat yang menyebar seperti pada
tanah, idara, air, tanah, humus, air tawar, air laut, dan tumbuhan. Bagian kepala
tungau menempel dengan badan tungau. Tungau dapat tergolong sebagai parasite
suatu tumbuhan juga dapat dijadikan predator serangga OPT, selain itu tungau juga
dapat mengakibatkan persebaran penyakit dan virus. Tungau merupakan tergabung
dalam superordo Acarina, tungau berkerabat dekat dengan laba-laba. Tungau
merupakan salah satu hewan arvertebrata dengan jenis yang beraneka ragam dan
mampu beradaptasi dalam berbagai macam lingkungan. Salah satu penyebab
persebaran tungau semakin meluas adalah dikarenakan tubuhnya yang sangat kecil
dan menarik perhatian hewan pemangsanya yang lebih besar sehingga ia mudah
sekali menyebar. Tungau banyak hidup di daratan maupun pada air.
Tungau memiliki tubuh yang tidak bersegmen, bagian anteriornya
termodifikasi menjadi kapitulum, tersusun atas hipostoma, memiliki sepasang
chelisera dan palpi. Mata tungau terletak pada tepi skutum yang merupakan
permukaaan ventral yang terdapat pada bawah lipatan. Tungau berespirasi melalui
trakea yang berpasangan ataupun tunggal,atau juga tungau dapat bernafas melalui
dinding tubuh secara langsung karena pada dinding tubuh terdapat lubang kecil atau
dapat disebut dengan stigmata, usus, dan kulitnya sendiri. Badan dari tungau tertutup
oleh bulu- bulu panjang. Tungau memiliki bagian mulut sesuai dengan kebutuhan
masing- masing, seperti menggigit, menyengat, menggergaji, atau juga dapat
menghisap. Tungau sangat berbahaya dalam kehidupan manusia, selain itu tungau
juga dapat merusak perekonomian manusia yang membudidayakan komoditas
tanaman tertentu, dikarenakan dampak yang diberikan tungau sangat beragam
2
sehingga diperlukan untuk mengetahui morfologi dan memahami gejala kerusakan
yang diakibatkan oleh tungau maka akan diadakan praktikum dengan acara
pengenalan bioekologi tungau dan gejala kerusakanya.
1.2 Tujuan
1. Mengenali morfologi tungau secara umum.
2. Mengetahui dan memahami gejala kerusakan yang diakibatkan oleh tungau.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Suatu orgnisme akan disebut sebagai Organisme Pengganggu Tanaman
apabila keberedaannya merugikan kegiatan budidaya tanaman yang dilakukan oleh
manusia. Organisme pengganggu tanaman biasa hidup dengan menjadi parasit pada
suatu tanaman dengan cara memakan bagian tanaman inang dan juga ada yang
menghisap cairan dari tanaman inang tersebut sampai akhirnya layu dan mati. Salah
satu organisme pengganggu tanaman adalah tungau. Tungau merupakan serangga
yang berasal dari kelompok laba-laba yang memiliki ukuran tubuh kecil berbentuk
seperti kantung. Tungau memiliki tubuh yang tidak bersegmen dengan jumlah kaki
empat pasang. Ukuran tubuh yang kecil membuat tungau mudah menyebar ke tempat
lain, salah satu cara penyebaran tungau adalah dengan ikut terbawa hembusan angin
(Pracaya, 2008).
Tungau membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk bisa berkembang. Curah
hujan yang tinggi akan menurunkan populasi dari tungau itu sendiri. Sebaliknya
populasi tungau akan meningkat pesat ketika musim kemarau berlangsung. Salah satu
contoh tungau yang mampu berkembang pesat di musim kemarau adalah tungau
merah (Santoso et al., 2014). Luas serangan tungau pada tanaman ditentukan oleh
beberapa faktor antara lain lingkungan, jumlah populasi tanaman, jumlaah populasi
hama, dan faktor kompetisi antar spesies. Efek rumah kaca juga merupakan salah satu
penentu jumlah populasi dari tungau. Tungau sangat menyukai lingkungan yang
kering dan memiliki kelembaban yang rendah (Masauna et al., 2013).
Tungau memiliki beberapa tipe alat mulut yang berbeda. Alat mulut yang
dimiliki tungau antara lain adalah menggigit menggergaji dan menusuk menghisap.
Tipe alat mulut yang berbeda pada tungau disesuaikan dengan makanan tungau itu
sendiri. Tungau pemakan daun kebanyakan memiliki tipe alat mulut penggigit
penggergaji, sedangkan untuk tungau yang menyerang bagian batang atau buah
memiliki tipe alat mulut pencucuk penghisap. Karena hal itulah jenis tungau yang
4
berbeda akan menimbulkan gejala kerusakan yang berbeda juga pada bagian-bagian
tanaman (Zriki et al., 2015).
Tungau memiliki beberapa jenis antara lain tungau merah, tungau kuning, dan
tungau bercak dua. Tungau kuning merupakan salah satu jenis tungau yang
menyerang pada tanaman. Tungau kuning kebanyakan akan menyerang pada tanaman
muda, tungau kuning akan berkembang sangat pesat jika lingkungan yang dijadikan
untuk tempat hidupnya memiliki kesesuaian (Hasan, 2016). Jenis tungau lainnya
adalah tungau bercak dua. Tungau bercak dua merupakan tungau yang mampu hidup
dan makan berbagai jenis tanaman. Tungau bercak dua akan meletakkan telur-
telurnya pada bagian bawah daun tanaman. Tungau bercak dua akan menyebabkan
gejala kerusakan pada tanaman inang berupa perubahan warna daun (Tehri, 2014).
Selain tungau kuning dan tungau bercak dua, ada jenis tungau yang memiliki
populasi sangat besar yaitu tungau merah. Tungau merah akan menyerang pada
bagian daun dan menyebabkan timbulnya bercak kuning, bercak-bercak kuning yang
ditimbulkan akan menyebar ke bagian tanaman lainnya. Tungau merah merupakan
salah satu jenis tungau yang sangat sulit untuk dikendalikan karena tungau merah
akan resisten pada pestisida ketika jumlah populasinya meningkat pesat (Pramudianto
et al., 2014).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum bioekologi OPT acara “Pengenalan Bioekologi Tungau dan Gejala
Kerusaknnya” dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama Tumbuhan Jurusan Hama
dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember pada hari Kamis, 2
November 2017 pukul 06.30-08.30 WIB.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Compound mikroskop
2. Jarum
3.2.2 Bahan
1. Contoh tungau
2. Gejala pada tanaman yang ditimbulkan tungau
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Menggambar bentuk tungau serta menyebutkan bagian tubuhnya secara umum
2. Memfoto dan mengamati beberapa contoh tungau serta gejala pada tanaman yang
ditimbulkannya
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan dalam praktikum Pengenalan Biologi Dasar OPT (Serangga),
meliputi:
1. Morfologi tungau secara umum
2. Gejala kerusakan yang diakibatkan tungau
3.5 Analisis Data
Data praktikum ini diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif.
6
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
KELOMPOK
DAN
KOMODITAS
GAMBAR KETERANGAN
1. Tanaman
cabai
Tungau
Tungau kuning
(Polyphagustarsonemus
latus)
T
ungau kuning
B
agian tubuh:
- M
empunyai empat pasang kaki.
- B
erwarna kuning transparan
- U
kuran tubuh < 0,5 mm
M
enyerang pada bagian daun tanaman
Gejala
D
aun cabai menggelintir dan
menguning
D
aun berlubang
D
aun kuning akibat serangan tungau
D
aun menebal dan dibagian bawah
daun terdapat benang-benang halus
7
2. Tanaman
cabai
Tungau
Tungau kuning
(Polyphagustarsonemus
latus)
B
agian tubuh tungau:
- G
natosoma: terletak dibagian
anterior yang terdiri atas
semua bagian alat mulut.
- P
rodosoma: segmen tungkai 1
sampai 2.
- H
ysterosoma: bagian
metapodosoma, terdapat
tungkai 3 sampai 4.
J
enis tungau: tungau kuning
Gejala
D
aun cabai menggelintir dan
menguning
D
aun berlubang
T
anaman layu dan mengkerut
D
aun menguning akibat serangan
tungau kuning
D
aun cabai menebal dan dibagian
bawah daun terdapat benang-benang
halus
8
3. Tanaman
singkong
Tungau
Tungau merah
(Tetranychus cinnabarinus
Boisd)
M
empunyai tubuh berwarna merah
M
empunyai kaki 4 pasang
M
enyerang pada bagian daun tanaman
M
empunyai panjang tubuh 0,3-0,5 mm
Gejala
M
enimbulkan bercak merah karat pada
daun singkong
S
erangan yang hebat menyebabkan
tanaman menjadi kerdil
4. Tanaman
singkong
Tungau
Tungau merah
(Tetranychus cinnabarinus
Boisd)
M
empunyai tubuh berwarna merah
M
empunyai kaki 4 pasang
M
enyerang pada bagian daun tanaman
M
empunyai panjang tubuh 0,3-0,5 mm
9
Gejala
M
enimbulkan bercak merah karat pada
daun singkong
S
erangan yang hebat menyebabkan
tanaman menjadi kerdil
5. Tanaman
terong
Tungau
Tungau kuning
(Polyphagustarsonemus
latus)
M
empunyai 4 pasang kaki
M
empunyai warna tubuh kuning
transparan
M
empunyai ukuran tubuh < 0,5 mm
M
enyerang pada bagian daun tanaman
Gejala
M
uncul bintik kuning dipermukaan
daun, kemudian menyebar keseluruh
bagian daun dan berwarna coklat dan
menghitam.
D
aun keriting dan menggulung kearah
bawah, menebal dan berbentuk
sendok terbalik
10
6. Tanaman
terong
Tungau
Tungau bercak dua
(Tetranychus urticae
Koch)
M
empunyai alat mulut penusuk dan
penghisap
M
empunyai 4 pasang kaki
T
erdapat kapitulum
M
empunyai dorsal
T
idak mempunyai rambut diseluruh
tubuh
B
erbentuk oval, panjang tubuh 0,3-0,4
mm
M
empunyai warna tubuh kuning pucat
pada kedua sisi samping dengan
bercak hitam.
Gejala
S
erangan tungau bercak dua
menyebabkan warna daun dan tunas
tanaman menguning.
D
aun dan tunas tersebut selanjutnya
akan menjadi coklat dan mengering
T
ungau bercak dua dapat menularkan
virus ketika musim kemarau
11
berlangsung.
Jenis tungau yang ditemukan oleh kelompok satu dan dua pada komoditas
tanaman cabai adalah tungau kuning (Polyphagustarsonemus latus), tungau ini
menyerang pada bagian daun tanaman cabai yang dapat menyebabkan daun tanaman
cabai menguning, menebal dan berlubang. Jenis tungau yang ditemukan oleh
kelompok tiga dan empat pada komoditas tanaman singkong yaitu tungau merah
(Tetranychus cinnabarinus Boisd), sama seperti tungau kuning, tungau merah juga
menyerang pada bagian daun. Daun tanaman singkong yang diserang oleh tungau
merah akan menunjukkan gejala seperti timbulnya bercak merah karat pada daun
serta dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil jika serangannya sudah sangat
parah. Tungau yang ditemukan kelompok lima pada komoditas terong yaitu tungau
kuning (Polyphagustarsonemus latus), daun yang diserang oleh tungau kuning akan
menunjukkan gejala seperti muncul bintik kuning dipermukaan daun, kemudian
menyebar keseluruh bagian daun dan berwarna coklat dan menghitam, daun keriting
dan menggulung kearah bawah, menebal dan berbentuk sendok terbalik. Jenis tungau
yang ditemukan oleh kelompok enam pada komoditas tanaman terong adalah tungau
bercak dua (Tetranychus urticae Koch), daun yang terserang oleh tungau ini akan
menunjukkan gejala warna daun dan tunas menguning, kemudian daun dan tunas
tersebut akan berubah warna coklat serta mengering.
12
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, ditemukan beberapa jenis
tungau yang menyerang pada tanaman cabai, singkong dan terong. Tungau ini
menyerang pada bagian daun tanaman. Jenis tungau yang ditemukan pada daun
tanaman cabai yaitu tungau kuning (Polyphagustarsonemus latus). Tungau kuning
mempunyai empat pasang kaki, mempunyai warna tubuh kuning transparan dengan
panjang tubuh < 0,5 mm. Tungau kuning mempunyai bagian tubuh yaitu gnatosoma:
terletak dibagian anterior yang terdiri atas semua bagian alat mulut, prodosoma:
segmen tungkai 1 sampai 2 dan hysterosoma: bagian metapodosoma, terdapat tungkai
3 sampai 4. Gejala yang ditimbulkan oleh tungau kuning yaitu tanaman cabai nampak
layu dan mengkerut, daun cabai menggelintir dan menguning, daun berlubang,
menyebabkan daun menebal dan berbentuk seperti sendok terbalik, serta terdapat
benang-benang halus dibawah permukaan daun. Menurut Tukimin, (2012) gejala
serangan tungau yang menyerang pada tanaman wijen yaitu daun wijen menjadi
menguning dan menggulung. Gejala lain yaitu daun wijen melengkung kebawah.
Gejala serangan tungau kuning pada daun wijen tersebut sama seperti gejala yang ada
pada daun cabai.
Tungau yang ditemukan pada tanaman singkong yaitu tungau merah
(Tetranychus cinnabarinus Boisd). Tungau ini mempunyai tubuh berwarna merah,
mempunyai empat pasang kaki, mempunyai panjang tubuh 0,3-0,5 mm. Gejala yang
ditimbulkan oleh tungau merah yaitu munculnya bercak merah karat pada daun
tanaman singkong, apabila serangan terjadi dengan hebat dapat menyebabkan
tanaman menjadi kerdil. Menurut Santoso dkk., (2014) tungau merah banyak
ditemukan pada bagian daun yang berumur sedang dan tua. Tungau merah akan
menyerang daun tersebut. Tungau merah ditemukan paling banyak pada musim
kemarau, sedangkan pada musim penghujan tingkat populasinya sangat rendah.
Tungau yang ditemukan pada tanaman terong yaitu tungau kuning
(Polyphagustarsonemus latus) dan tungau bercak dua (Tetranychus urticae Koch).
Tungau kuning mempunyai empat pasang kaki, mempunyai warna tubuh kuning
13
transparan dengan panjang tubuh < 0,5 mm. Tungau kuning mempunyai bagian tubuh
yaitu gnatosoma: terletak dibagian anterior yang terdiri atas semua bagian alat mulut,
prodosoma: segmen tungkai 1 sampai 2 dan hysterosoma: bagian metapodosoma,
terdapat tungkai 3 sampai 4. Gejala yang ditimbulkan adalah munculnya bintik
kuning dipermukaan daun, kemudian menyebar keseluruh bagian daun hingga daun
berwarna coklat dan menghitam. Daun keriting dan menggulung kearah bawah,
menebal dan berbentuk sendok terbalik. Tungau bercak dua mempunyai alat mulut
penusuk dan penghisap, mempunyai empat pasang kaki, tidak mempunyai rambut
diseluruh tubuh, mempunyai bentuk tubuh oval dengan panjang 0,3-0,4 mm,
mempunyai warna tubuh kuning pucat di kedua sisi samping dengan bercak hitam.
Gejala yang ditimbulkan oleh tungau bercak dua yaitu menyebabkan warna daun dan
tunas tanaman menguning, kemudian daun dan tunas tersebut akan menjadi coklat
dan mengering. Tungau ini dapat menularkan virus pada saat musim kemarau
berlangsung.
14
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Morfologi tungau berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan yaitu
mempunyai kaki berjumlah 4 pasang, mempunyai ukuran tubuh < 0,5 mm, serta
mempunyai bentuk tubuh oval.
2. Gejala yang ditimbulkan oleh masing-masing tungau menunjukkan gejala yang
berbeda pada setiap daun tanaman yang diserangnya.
5.2 Saran
Praktikum “Pengenalan Bioekologi Tungau dan Gejala Kerusakan” sudah
berjalan dengan baik dan lancar, semoga untuk praktikum-praktikum selanjutnya
dapat lebih baik lagi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, A. E. N. T. 2016. Population Dynamics of Polyphagotarsonemus Latus
(Bank) (Acari : Tarsonemidae) on Common Potato Cultivar in Egypt.
Biological Sciences Entomology. 9(2) : 95-98.
Masauna, E., H. L. J. Tanasale, dan H. Hetharie. 2013. Studi Kerusakan Akibat
Serangan Hama Utama Pada Tanaman Kacang Tunggak (Vigna
Unguiculata). Budidaya Pertanian. 9(2) : 95-98.
Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman: Edisi Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya.
Pramudianto dan K. P. Sari. 2016. Tungau Merah (Tetranychus Urticae Koch) pada
Tanaman Ubikayu dan Cara Pengendaliannya. Buletin Palawija, 14 (1):
36-48.
Santoso, S., A. Rauf., N.M. Gultom., E. Karmawati, dan W. Rumini. 2013. Biologi
dan Kelimpahan Tungau Merah Tetranychus sp. (Acari: Tetranychidae)
pada Dua Kultivar Jarak Pagar (Jatropha curcas). Entomologi Indonesia,
11(1): 34-42.
Tehri, K. 2014. A Review On Reproductive Strategies in Two Spotted Spider Mite,
Tetranychus Urticae Koch 1836 (Acari : Tetranychidae). Entomologi and
Zoology. 2(5) : 35-39.
Tukimin, S.W. 2012. Bioekologi dan Pengendalian Tungau Kuning
Polyphagotarsonemus latus (Banks) dengan Pestisida Nabati pada
Tanaman Wijen. Perspektif, 11(1): 69-78.
Zriki, G., A. Shaabo, and A. Boubou. 2015. A Preliminary Survey of the Spider Mites
(Acari Tetranychidae) in Latakia Governorate of Syria. Acarologia. 55(3) :
303-309.
16
LAMPIRAN
Literatur
Santoso, S., A. Rauf., N.M. Gultom., E. Karmawati, dan W. Rumini. 2014. Biologi
dan Kelimpahan Tungau Merah Tetranychus sp. (Acari: Tetranychidae)
pada Dua Kultivar Jarak Pagar (Jatropha curcas). Entomologi Indonesia,
11(1): 34-42.
17
Tukimin, S.W. 2012. Bioekologi dan Pengendalian Tungau Kuning
Polyphagotarsonemus latus (Banks) dengan Pestisida Nabati pada
Tanaman Wijen. Perspektif, 11(1): 69-78.
Zriki, G., A. Shaabo, and A. Boubou. 2015. A Preliminary Survey of the Spider Mites
(Acari: Tetranychidae) in Latakia Governorate of Syria. Acarologia, 55 (3):
303-309.
18
Hassan, A. E. N. T. 2016. Population Dynamics of Polyphagotarsonemus Latus
(Bank) (Acari : Tarsonemidae) on Common Potato Cultivar in Egypt.
Biological Sciences Entomology. 9(2) : 95-98.
Pramudianto dan K. P. Sari. 2016. Tungau Merah (Tetranychus Urticae Koch) pada
Tanaman Ubikayu dan Cara Pengendaliannya. Buletin Palawija, 14 (1):
36-48.
19
Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman: Edisi Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya.
Masauna, E., H. L. J. Tanasale, dan H. Hetharie. 2013. Studi Kerusakan Akibat
Serangan Hama Utama Pada Tanaman Kacang Tunggak (Vigna
Unguiculata). Budidaya Pertanian. 9(2) : 95-98.
20
Santoso, S., A. Rauf., N.M. Gultom., E. Karmawati, dan W. Rumini. 2013. Biologi
dan Kelimpahan Tungau Merah Tetranychus sp. (Acari: Tetranychidae)
pada Dua Kultivar Jarak Pagar (Jatropha curcas). Entomologi Indonesia,
11(1): 34-42.
21
Dokumentasi
Gambar 1. Tungau kuning
Gambar 2. Akibat serangan tungau kuning
Gambar 3. Tungau merah
22
Gambar 4. Daun singkong yang terserang tungau
Gambar 5. Daun terong yang terserang tungau kuning
Gambar 6. Tungau bercak dua
Gambar 7. Seangan oleh daun terong
Lembar acc dan Flowchart
23
Flowchart Imam maliki, Eva Syazana, Ida Novia