laporan praktikum i

Upload: gunk-lanang

Post on 10-Jul-2015

295 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sterilisasi adalah suatu proses untuk membebaskan peralatan dan bahan yang dipergunakan dari mikroorganisme yang tidak dikehendaki (Waluyo, 2004). Sterilisasi ada bermacam-macam sesuai dengan sifat bahan yang akan disterilkan misalnya sterilisasi secara fisik seperti pemanasan dengan sinar UV, sterilisasi secara kimia seperti penggunaan alkohol dan sterilisasi secara mekanik seperti penggunaan filter atau saringan. Sterilisasi secara fisik dengan pemanasan menggunakan sinar UV, inframerah dan sinar dengan panjang gelombang pendek lainnya. Dapat menumbuh bakteri karena mendenaturasi protein, enzim dan membran sel bakteri (Waluyo, 2004). Sterilisasi secara kimia efektif untuk semua mikroorganisme karena bahan kimia mampu menumbuh mikroorganisme dalam waktu singkat dan tidak merusak bahan yang diinfeksi (Waluyo. 2004). Senyawa kimia meliputi antiseptik, desinfektan dan sanitizer. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan cara merusak membran sel, sama dengan agen aktif permukaan atau merusak protein. Keefektifan agen kimia dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa kimia, lamanya pembedahan mikroorganisme ke senyawa tersebut, dan suhu (Permana, 2004). Bahan-bahan yang mudah mengalami perubahan dan penguraian akibat pemanasan dan bahan kimia dilakukan sterilisasi dengan cara mekanik yaitu penyaringan atau filter. 1.2 Tujuan 1. Untuk melihat bagaimana pertumbuhan mikroba setelah ditserilisasi secara fisik, kimia dan pemeriksaan dengan swab. 2. Untuk melihat cara sterilisasi mana yang paling efektif dalam menumbuh mikroba.

BAB II MATERI DAN METODE2.1 Sterilisasi dengan UV Alat dan Bahan : Metode kerja : Cawan Petri steril Medium agar tegak Lampu UV Lampu Bunsen

Dicairkan tiga tabung medium agar tegak dalam penangas air. Kemudian medium agar tersebut dituangkan ke dalam tiga cawan petri steril dan dibiarkan membeku. Cawan petri yang ditambah medium agar, disinari dengan sinar UV masing-masing cawan berbeda waktunya. Cawan petri pertama satu menit, cawan petri kedua, tiga menit dan cawan petri yang ketiga tidak disinari dan dibiarkan dalam keadaan terbuka. Kemudian cawan petri tersebut diinkubasi selama 24 pada suhu 370C dalam keadaan terbalik. Setelah 24 jam ketiga cawan petri tersebut diamati pertumbuhan mikrobanya. 2.2 Sterilisasi dengan Zat Kimia Alat dan Bahan : Metode kerja : Dicairkan dua tabung medium NA tegak dalam penangas air dan dituangkan ke dalam empat cawan petri steril. Lalu dibiarkan beku pada suhu kamar. Direndam jarum pentul dalam larutan alkohol 40%, 70 % dan 96% selama 10 menit. Cuci jarum pentul dengan air steril. Kemudian diletakkan pada permukaan medium dalam cawan petri. Kemudian cawan petri tersebut diinkubasi pada suhu 28-300 C selama 24 jam. Setelah 24 jam keempat cawan tersebut dibandingkan pertumbuhan mikroba pada sekitar jarum pentul. Cawan Petri steril Medium NA tegak Jarum pentul Alkohol dengan konsentrasi 40%, 70% dan 96% Aur Steril Pinset

2.3 Sterilisasi dengan Bahan Kimia Alat dan Bahan : Metode Kerja : Dicairkan dua tabung medium NA tegak dalam penangas air dan dituangkan ke dalam empat cawan petri steril. Kemusian dibiarkan beku pada suhu kamar. Jarum pentul direndam selama 10 menit dalam karbol, Detol, Obat Kumur (betadine) dalam cawan yang berbeda dan satu cawan tidak ditambahkan bahan kimia. Jarum pentul dicuci dengan air steril. Kemudian diletakkan pada permukaan medium dalam cawan petri. Kemudian cawan petri tersebut diinkubasi pada suhu 28-300C selama 24 jam. Lalu dibandingkan pertumbuhan mikroba pada sekitar jarum pentul. 2.4 Sterilisasi dengan Sabun Alat dan Bahan : Metode Kerja : Dicairkan dua tabung medium tegak dalam penangas air dan dituangkan ke dalam tiga cawan petri. Lalu diapuskan jari tangan yang belum dicuci pada permukaan medium pada cawan petri pertama. Lalu tangan dicuci dengan sabun lifebouy sebersih mungkin dan biarkan kering dengan sendirinya. Setelah kering diapuskan jari pada permukaan medium dalam cawan petri kedua. Dilakukan dengan cara yang sama dengan digunakan sabun merek Nuvo pada cawan yang ketiga. Setelah itu cawan petri tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu 28-300C. Dibandingkan pertumbuhan mikroba pada masing-masing cawan petri. Cawan Petri steril Medium NA tegak Sabun Lifebouy Sabun Nuvo Cawan Petri steril Medium NA tegak Jarum pentul Karbol Detol Obat Kumur (Betadine)

2.5 Sterilisasi Mikroba Tubuh dengan swab Alat dan Bahan : Metode Karja : Dicairkan medium NA tegak dan dituangkan ke dalam cawan petri steril. Lalu dibiarkan membeku pada suhu kamar. Kemudian dicelupkan swab steril ke dalam air steril, lalu diapuskan pada permukaan kulit seperti tangan, pipi, dan belakang telinga. Swab tersebut diapuskan ke permukaan medium dalam cawan petri. Cawan petri tersebut diinkubasi pada suhu 28-300C selama 24 jam. Setelah 24 jam diperhatikan Mikroba yang tumbuh pada cawan petri tersebut. Cawan Petri steril Medium agar tegak Swab steril Air steril

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Hasil Pengamatan No. STERILISASI PERLAKUAN Kontrol 1 SINAR UV 1 menit 3 menit Kontrol 2 ZAT KIMIA Alkohol 40% Alkohol 70% Alkohol 96% Kontrol 3 BAHAN KIMIA Wipol Dettol Betadine Kontrol 4 SABUN Sabun Nuvo Sabun Lifeboy Pipi 5 MIKROBA TUBUH Tangan Belakang Telinga Keterangan : : tidak ada mikroba + : ada sedikit mikroba ++ : ada cukup banyak mikroba +++: ada banyak mikroba 3.2 Pembahasan Dalam praktikum sterilisasi ini dilakukan lima percobaan yang berbeda-beda, yaitu percobaan pertama adalah percobaan sterilisasi dengan menggunakan sinar UV, dengan menggunakan zat kimia, bahan kimia, sabun dan pemeriksaan mikroba tubuh PERTUMBUHAN MIKROBA ++ + + + +++ +++ ++ + +++ +++ +++ ++ + + -

dengan swab. Pada percobaan pertama ada tiga perlakuan yang berbeda, yaitu cawan petri yang tidak disinari UV hanya dibiarkan dalam keaadaan terbuka, dengan penyinaran UV selama 1 menit dan penyinaran UV sampai 3 menit. Pertumbuhan mikroba yang dihasilkan pada cawan petri yang pertama yang dikatakan sebagai kontrol atau tidak diberikan perlakuan, pertumbuhan mikrobanya cukup banyak hal tersebut terjadi karena mikroba yang ada dilingkungan luar akan mudah masuk ke dalam cawan, jika cawan dibiarkan membuka dan terkena lingkungan luar. Sedangkan pada cawan yang kedua dengan penyinaran UV selama 1 menit dan cawan ketiga dengan lama penyinaran tiga menit akan menghasilkan pertumbuhan mikroba yang sedikit, karena pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi oleh UV, karena UV dapat membunuh sel-sel mikroba. Menurut acuan (Lay dan Hastowo, 1992), sinar ultra violet (UV) dengan panjang gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial yang sangat kuat. Kemampuan UV untuk membunuh kuman sebanding dengan banyaknya sinar dan lamanya penyinaran. Hal tersebut dibuktikan dengan perlakuan waktu penyinaran yang berbeda dapat menekan pertumbuhan bakteri dibandingkan dengan cawan yang tidak disinari UV. Pada percobaan kedua, medium NA yang sudah beku ditambahkan alkohol masing-masing dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu 40%, 70% dan 96%. Setelah diinkubasi didapatkan hasil banyak bakteri pada Alkohol 40% dan 70%. Sedangkan pada alkohol 64% cukup banyak bakteri. Hal tersebut dikarenakan karena pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh konsentrasi kadar alkohol. Semakin tinggi konsentrasi akholol semakin sedikit pertumbuhan bakterinya. Pada alkohol 70 % seharusnya pertumbuhan bakterinya lebih sedikit dibandingkan dengan alkohol 40%, tetapi hasil dari data yang diperoleh sama. Hal tersebut terjadi karena praktikan kurang hati-hati dan teliti dalam memasukkan jarum pentul kedalam cawan, mungkin cawan terlalu terbuka pada saat memasukkan jarum pentulnya. Karena kadar alkohol 70% merupakan kadar yang optimal yang dipakai dalam antiseptik, karena sudah mampu membunuh mikroba-mikroba yang terdapat di dalam peralatan/alat praktikum ( anonim, 2009) Pada percobaan ketiga dengan menggunakan bahan kimia yaitu karbol, dettol dan obat kumur (betadine) setelah diinkubasi selama 24 jam, dapat dilihat pertumbuhan mikroba yang terlihat adalah kontrol terdapat sedikit mikroba, karbol dan dettol banyak mikroba dan pada cawan obat kumur betadine tidak terdapat mikroba. Hal tersebut terjadi karena kandungan dari ketiga bahan tersebut memiliki

kemampuan membunuh mikroba yang ada di tubuh, lingkungan seperti lantai dan mikroba yang terdapat diair juga. Yang menyebabkan perbedaan pertumbuhan bakteri karena kandungan dari bahan-bahan aktif dari bahan kimia tersebut berbeda-beda, sehingga pengaruhnya terhadap mikroba juga berbeda. Seperti pada karbol kandungannya adalah pine oil 2,5% yang dapat digunakan sebagai antiseptik mikroba yang terdapat dilantai atau tubuh kita. Sedangkan pada kandungan dettol adalah PCMX 0,3% dan pada betadine mengandung providone iodine 1% dan bahan tambahan denatured alkohol. Selain itu banyaknya pertumbuhan bakteri dapat juga meningkat karena ketidak telitian praktikan saat praktikum, sehingga banyak cawan yang sudah trkontaminan dengan lingkungan luar. Seharusnya cawan kontrol lebih banyak terdapat mikroba karena tidak ditambahkan zat antiseptik, tetapi hasil yang didapat sedikit. Praktikum yang keempat adalah sterilisasi dengan menggunakan sabun berbagai merek, yaitu Lifebouy dan Nuvo. Hasil yang didapat adalah kontrol terdapat banyak mikroba, cawan yang telah diapuskan oleh tangan yang sudah dicuci sabun Nuvo terdapat cukup banyak, sedangkan pada sabun Lifeboy sedikit terdapat pertumbuhan mikroba. Seharusnya sabun Nuvo dan Lifeboy sama-sama efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba karena mengandung TCC dan triclosan serta coconut oil yang mampu mencegah pertumbuhan mikroba serta kontaminasi bakteri (Henie,2007). Tetapi hasil yang didapat lain, hal tersebut dapat dikarenakan ketidak telitian praktikan, sehingga cawan petri telah terkontaminan. Praktikum yang terakhir adalah dengan melakukan pemeriksaan mikroba tubuh dengan swab di bagian tubuh yang berbeda-beda ditangan, pipi dan belakang telinga. Setelah diinkubator pertumbuhan mikroba pada bagian tangan hanya sedikit sedangkan pada bagian pipi dan belakang telinga tidak ditemukan pertumbuhan bakteri. Hal ini kemungkinan disebabkan medium yang dipakai adalah medium yang anti terhadap pertumbuhan jamur, sehingga diduga bahwa pada bagian pipi dan belakang telinga terdapat pertumbuhan mikroba berupa jamur. Sehingga jamur tidak dapat berkembang pada media tersebut. Sedangkan pada bagian tangan ditemukan banyak mikroba karena tangan sangat rentan terkontaminasi oleh mikroba baik melalui udara, sentuhan dengan permukaan yang kotor serta permukaan kulit orang lain, karena tangan melakukan kontak langsung dengan lingkungan luar. Seharusnya pada setiap bagian tubuh harus terdapat mikroba yang dapat digunakan sebagai antibodi tubuh dan pencernaan makanan

BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan 1. Sterilisasi adalah proses perlakuan / pembebasan terhadap peralatan atau bahan dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. 2. Macam-macam Sterilisasi yaitu sterilisasi fisik, kimia dan mekanik 3. Pada paktikum kali ini dilakukan lima kali percobaan dan dapat dilihat hasil pertumbuhan mikroba bermacam-macam 4. Banyak praktikum yang tidak sesuai dengan dasar teori, hal terbebut terjadi karena banyaknya praktikan yang kurang teliti dalam melakukan praktikul ini. 4.2 Saran 1. Saat melakukan praktikum pada praktikan seharusnya dapat disiplin dan teliti, agar data yang kita amati dapat sesuai yang diharapkan. 2. Sebelum memulai praktilum seharusnya para praktikan membersihkan tangan, meja dan alat yang digunakan pada saat praktikum agar tidak mengalami kontaminan terhadap jenis mikroba yang berbahaya

DAFTAR PUSTAKARamona,Yan. Retno Kawuri dan I.B.G. Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Program Studi Farmasi. Bali : Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Gupte, S., 1990, Mikrobiologi Dasar, Alih bahasa oleh Suryawidjaya, J.E. Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta Muszakar, Kahar. 2005. Ultaviolet Available at : http://www.google.com/file/ultrafiolet pdf Opened :1.04.2010 Pradhika. 2010. Mikro- Ba nget. Available at : http://www.blogger.com Opened : 1.04.2010 Anonim. 2010. Sterilisasi Available at : http://google/file:///F:/laporan%20mikro/bab-3-sterilisasi.html